Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA GANGGUAN PERSEPSI SENSORI:

HALUSINASI PENDENGARAN DAN LATIHAN BERCAKAP-


CAKAP DENGAN ORANG LAIN PADA PASIEN TN. A
DAN TN. T DI RUANG ENDRO TENOYO
RSJD DR. AMINO GONDOHUTOMO
PROVINSI JAWA TENGAH

Oktavia Savika Rindiani 1), Petrus Nugroho Djoko Santoso 2)


1) Mahasiswa Program Studi D-III Keperawatan Poltekkes Kemenkes Semarang
2) Dosen Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes semarang
Koresponden: shavikaoktavia09@gmail.com

Abstrak
Latar Belakang: Halusinasi adalah munculnya persepsi yang salah setelah pasien
mendengar, melihat atau mencium sesuatu yang sebenarnya tidak ada. Sehingga
penderita halusinasi harus diberikan penanganan yang tepat agar tidak menyebabkan
penderita ataupun orang lain terluka. Tujuan: Karya Tulis Ilmiah ini bertujuan untuk
menggambarkan asuhan keperawatan jiwa gangguan persepsi sensori: halusinasi
pendengaran dan latihan bercakap-cakap dengan orang lain, meliputi pengkajian,
perumusan masalah, diagnose keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.
Metode: Karya Tulis Ilmiah ini menggunakan metode penelitian deskriptif.
Dilaksanakan selama tiga hari dari tanggal 21-23 Desember 2021 di RSJD Dr. Amino
Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah, subjek penelitian dua pasien dengan gangguan
persepsi sensori: halusinasi pendengaran. Hasil: Setelah dilakukan tindakan
keperawatan pada kedua pasien, pasien dapat mengontrol halusinasinya dengan cara
bercakap-cakap dengan orang lain. Simpulan: saat memberikan tindakan
keperawatan jiwa pada pasien gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran,
diperlukan pendekatan terapeutik agar pasien lebih kooperatif dan strategi
pelaksanaan pasien yang sudah direncanakan dapat tercapai.
Kata Kunci: Halusinasi Pendengaran, Bercakap-cakap dengan orang lain.
NURSING CARE OF PHYSICAL PERCEPTION DISORDERS:
HEARING HALUMINATIONS AND SPEAKING TRAINING-
TALK TO PATIENT ON MR. A AND MR. T IN THE ENDRO
TENOYO ROOM, RSJD DR. AMINO GONDOHUTOMO
CENTRAL JAVA PROVINCE

Oktavia Savika Rindiani 1), Petrus Nugroho Djoko Santoso 2)


1) D-III Nursing Study Program Students, Poltekkes Kemenkes Semarang
2) Lecturer of the Department of Nursing Poltekkes Kemenkes Semarang
Correspondent: shavikaoktavia09@gmail.com

Abstract
Background: Hallucinations are the emergence of wrong perceptions after the
patient hears, sees or smells something that is not really there. So that people with
hallucinations must be given proper treatment so as not to cause sufferers or other
people to be injured. Objective: This scientific paper aims to describe nursing care
for mental disorders with sensory perception disorders: auditory hallucinations and
practice conversing with others, including assessment, problem formulation, nursing
diagnosis, planning, implementation, and evaluation. Methods: This scientific paper
uses descriptive research methods. It will be held for three days from 21-23
December 2021 at RSJD Dr. Amino Gondohutomo, Central Java Province, research
subjects of two patients with sensory perception disorders: auditory hallucinations.
Results: After nursing actions were carried out on both patients, the patient was able
to control his hallucinations by conversing with other people. Conclusion: when
providing psychiatric nursing actions to patients with sensory perception disorders:
auditory hallucinations, a therapeutic approach is needed so that patients are more
cooperative and the planned implementation strategies of patients can be achieved.
Keywords: Auditory Hallucinations, Conversing with other people.
PENDAHULUAN dunia, tak terkecuali Indonesia. Oleh
Usia produktif penduduk di karena itu pemerintah Indonesia
Indonesia memiliki rentang usia 16-64 menetapkan kebijakan Pembatasan Sosial
tahun, usia dimana individu sudah bekerja Berskala Besar (PSBB).
dan menghasilkan sesuatu. Pekerjaan Akibat dari kebijakan tersebut
merupakan aktivitas utama yang banyak pekerja yang dirumakan bahakan
dilakukan oleh manusia. Seseorang mengalami Pemutusan Hubungan Kerja
bekerja untuk mempertahankan hidupnya. (PHK) dan meningkatkan jumlah
Dengan bekerja seseorang akan pengangguran di Indonesia. Tingginya
memdapatkan penghasilan, dari angka usia produktif di Indonesia dan
penghasilan tersebutlah yang digunakan kurangnya lapangan pekerjaan juga dapat
indivudu untuk memenuhi kebutuhan memicu meningkatnya angka
hidupnya. Dari hasil sensus penduduk pengangguran di indonesia. Kementrian
tahun 2020 diketahui bahwa presentasi Ketenagakerjaan (Kemnaker) mencatat
penduduk usia produktif di Indonesia bahwa di tahun 2018, sekitar 9.822
mencapai 79,72% atau sekitar 191,08 juta pekerja yang mengalami PHK. Pada
jiwa. tahun 2019 jumlah pekerja yang
Munculnya pandemi COVID-19 mengalami PHK menurun 3.362 orang
telah membawa perubahan besar terhadap dan pada tahun 2020 meningkat mencapai
dunia dengan berbagai tantangan yang 10.000 orang yang mengalami Pemutusan
tidak pernah kita bayangkan sebelumnya. Hubungan Kerja.
Di Indonesia, COVID-19 telah Pengangguran menjadi masalah
menjangkiti lebih dari 1,3 juta orang sejak serius bagi keadaan perekonomian
kasus pertama diumumkan pada bulan keluarga. Bagi setiap orang, kehilangan
Maret 2020. Dampak dari adanya wabah pekerjaan berarti menurunkan standar
virus corona ini tidak hanya kehidupan dan tekanan psikologi. Dengan
mempengaruhi sektor kesehatan saja, adanya PHK maka pekerja akan
namun juga mempengaruhi sistem kehilangan pekerjaannya, sehingga
perekonomian Negara-negara diseluruh penghasilan untuk memenuhi kebutuhan
hidup diri dan keluarganya akan distorsi sensorik yang nyata. Halusinasi
berkurang bahkan hilang, sedangkan menjadi salah satu gejala gangguan jiwa,
kebutuhan hidup semakin meningkat, dan dimana pasien akan mengalami
di masa pandemic covid-19 ini tidak lah perubahan persepsi sensori, perasaan
mudah untuk mencari suatu pekerjaan. salah baik berupa suara, penglihatan, rasa,
Jika hal ini terus menerus terjadi dan sentuhan maupun penciuman. Pasien akan
kehidupan semakin mendesak, maka merasakan stimulus yang tidak ada.
beresiko mengalami masalah kesehatan Pasien yang mengalami halusinasi
mental. pendengaran ini diakibatkan karena tidak
Efek psikis dari menganggur mampunya klien dalam menghadapi suatu
diantaranya mereka akan cenderung stressor dan kemampuan klien yang
merasa malu, rendah diri, sering kurang dalam mengenal serta mengontrol
melamun, dan mengisolasi diri dari teman halusinasi pendengaran (Maramis, 2015).
dan keluarganya. Berdasarkan hal Menurut data WHO (2017),
tersebut jika seseorang cenderung perkiraan jumlah penderita gangguan jiwa
berdiam diri, sering melamun di dunia yaitu sekitar 450 juta jiwa.
menjauhkan diri dari lingkungan, menjadi Sedangkan dari data WHO (2018) di
putus asa akan dapat menimbulkan dunia ini ada sekitr 50 juta orang terkena
adanya rangsangan plsu ditandai dengan dimensia, 23 juta orang terkena
perilaku berbicara sendiri, gelisah, skizofrenia, 60 juta orang terkena bipolar,
melihat kesatu arah, respon tidak sesuai, dan 300 orang terkena depresi. Pada data
dan tertawa sendiri. Hal tersebutlah yang WHO (2020) menyatakan bahwa sekitar
merupakan tanda dan gejala dari 20 juta penduduk diseluruh dunia
gangguan persepsi sensori: halusinasi mengalami skizofrenia.
pendengaran. Menurut Riskesdas (2018),
Halusinasi dipicu oleh distorsi prevalensi gangguan jiwa di Indonesia
mispersepsi yang terjadi pada reaksi adalah 1,7 kasus per mil pada tahun 2013
neurobiologis maladaptif. Pasien benar- dan meningkat menjadi 7 kasus per mil
benar mengalami dan bereaksi terhadap pada tahun 2018. Menurut prevalensi
gangguan jiwa di Jawa Tengah tahun dengan Gejala Psikotik (F32.2) sebanyak
2017, seperempat atau 25% sekitar 221 kasus dan Skizofrenia Katatonik
12.000 penduduk menderita gangguan (F20.2) sebanyak 193 kasus. Pada Pada 1
jiwa berat. Pada tahun 2018, 26.842 orang Januari-31 Desember tahun 2020 jumlah
menderita skizofrenia, 67.057 orang empat kasus besar dari sepuluh kasus
menderita depresi, dan 67.057 orang terbanyak antara lain Skizofrenia Tak
menderita gangguan mental emosional. Terinci (F20.3) sebanyak 1.292 kasus,
Pada tahun 2019, terdapat 81.983 pasien Skizofrenia Paranoid (F20.0) sebanyak
gangguan jiwa berat, dan yang mendapat 910 kasus, Episode Depresi Berat dengan
pelayanan kesehatan sesuai standar Gejala Psikotik (F32.2) sebanyak 184
mencapai 68.090 (83,1%). kasus dan Skizoafektif Tipe Manic
Menurut data rekam medik RSJD (F25.0) sebanyak 157 kasus. Pada 1
Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Januari-31 Desember tahun 2021 jumlah
Tengah pada 1 Januari-31 Desember empat kasus besar dari sepuluh kasus
2018, jumlah pasien dengan gangguan terbanyak antara lain Skizofrenia Tak
jiwa untuk urutan empat kasus besar dari Terinci (F20.3) sebanyak 1.518 kasus,
sepuluh kasus terbanyak antara lain Skizofrenia Paranoid (F20.0) sebanyak
Skizofrenia Tak Terinci (F20.3) dengan 870 kasus, Skizofrenia Akut (F20.2)
jumlah 1.483 kasus, Skizofrenia Paranoid sebanyak 159 kasu dan Episode Depresi
(F20.0) dengan jumlah 1.107 kasus, Berat dengan Gejala Psikotik (F32.2)
Skizofrenia Hebefrenik (F20.1) dengan sebanyak 154 kasus. Dari prevalensi data
jumlah 200 kasus dan Skizofrenia Akut diagnosis medis RSJD Dr. Amino
(F20.2) dengan jumlah 200 kasus. Pada 1 Gondohutomo Provinsi Jawa tengah,
Januari-31 Desember tahun 2019 jumlah Skizofrenia Tak Terinci (F20.3)
empat kasus besar dari sepuluh kasus merupakan diagnosis medis dengan
terbanyak antara lain Skizofrenia Tak jumlah pasien terbanyak dari tahun ke
Terinci (F20.3) sebanyak 1.404 kasus, tahun terhitung dari tahun 2018-2021.
Skizofrenia Paranoid (F20.0) sebanyak Menurut Mellia (2020, p. 7) dalam jurnal
1.082 kasus, Episode Depresi Berat keperawatannya menyatakan bahwa,
Skizofrenia Tak Terinci (F20.3) atau mengobrol dengan orang lain. Pasien
merupakan diagnosis medis yang ditandai yang mengalami halusinasi pendengaran
dengan beberapa gejala psikologis, seperti akan mengalami pengalihan fokus dan
waham, halusinasi dan risiko perilaku perhatian dimana pikiran dan fokusnya
kekerasan. Sedangkan Skizofrenia akan beralih dari halusinasi pendengaran
Paranoid setiap tahunnya mengalami kepercakapan (Oky, 2015).
penurunan terhitung dari tahun 2018-
2021, namun Skizofrenia Paranoid tetap METODE PENELITIAN
menjadi diagnosa medis terbanyak kedua Penelitian pada karya tulis ilmiah
setelah Skizofrenia Tak Terinci. yang digunakan yaitu dengan metode
Strategi pelaksanaan perawat untuk deskriptif. Metode ini bertujuan untuk
untuk mengontrol halusinasi yaitu dengan mendapatkan gambaran secara realita
cara menghardik, bercakap-cakap dengan dan objektif terhadap suatu kondisi
orang lain, melaksanakan aktivitas tertentu yang sedang terjadi dalam
terjadwal dan minum obat secara teratur. masyarakat. (Imron, 2014).
Salah satu strategi yang digunakan untuk Subjek penelitian pada studi kasus ini
mengontrol halusinasi adalah dengan cara adalah dua pasien yang mengalami
bercakap-cakap dengan orang lain. gangguan persepsi sensori: halusinasi
Dengan menggunakan strategi tersebut, pendengaran dengan cara bercakap-cakap
klien dapat meningkatkan kemampuan dengan orang lain di RSJD Dr. Amino
untuk tidak menyendiri dan dapat Gondohutomo Semarang Provinsi Jawa
menghiraukan suara-suara yang tidak Tengah.
dapat didengar oleh orang lain. Definisi operasional yang terdapat
Terapi bercakap-cakap merupakan pada Karya Tulis Ilmiah, yaitu:
salah satu cara untuk mengontrol Halusinasi pendengaran adalah salah satu
pasien yang mengalami halusinasi gejala gangguan jiwa dimana klien
pendengaran. Beberapa penelitian telah mendengar suara yang tidak nyata,
membuktikan bahwa halusinasi dapat terutama suara-suara yang membicarakan
dikendalikan dengan cara bercakap-cakap apa yang sedang dipikirkan dan
memperintahkan untuk melakukan hal didapatkaan data fokus pada pasien Tn. A
yang kemudian direalisasikan oleh klien yaitu pasien mengatakan sulit tidur karena
dengan tindakan. Latihan mengontrol mendengar suara bisikan yang menjelek-
halusinasi yaitu dengan cara bercakap- jelekkan pekerjaannya jika suara itu
cakap dengan orang lain. Bercakap-cakap muncul pasien marah dan tidak terima,
dengan orang lain merupakan melatih pasien tampak tersenyum sendiri, kontak
pasien untuk bercakap-cakap dengan mata kurang, pasien menunjukkan
orang lain, hal ini dilakukan untuk ekspresi kesal, pasien juga mengatakan
mengalihkan distraksi pasien, supaya jika ada masalah pasien jarang cerita ke
sura-suara yang ada di telinga pasien orang lain, pasien jarang ngobrol dengan
tidak terdengar lagi. Selain itu TAK pasien lain, tampak diam jika tidak
bercakap-cakap dengan orang lain ditanya. Sedangkan data fokus yang
dilakukan untuk mengidentifikasi didapatkan pada pasien Tn. T yaitu pasien
halusinasi, meningkatkan proses berpikir, mengatakan sulit tidur karena mendengar
melatih pasien mengontrol halusinasi, dan suara bisikan yang menyuruhnya untuk
dapat mengurangi perilaku maladaptive. memecahkan guci dan berjualan, suara
Analisis data yang dilakukan oleh tersebut mengaku sebagai Mirzani yang
peneliti menggunakan pendekatan memiliki proyek tembakau, pasien
asuhan keperawatan metode mengatakan suara itu muncul sekali tapi
pemecahan masalah keperawatan ngomong terus, pasien kesal dan marah
berupa proses keperawatan yang jika suara itu muncul, pasien tampak
meliputi pengkajian, perumusan ngomong dan tersenyum sendiri, kontak
diagnosa, perencanaan, implementasi mata kurang, pasien menunjukkan
keperawatan, dan evaluasi keperawatan. ekspresi kesal, pasien juga mengatakan
setelah bapak dan kakaknya yang ketiga
HASIL DAN PEMBAHSAN meninggal jika ada masalah pasien tidak
1. Pengkajian Keperawatan pernah cerita pada orang lain, pasien
Pengkajian dilakukan penulis pada jarang ngobrol dengan orang lain, pasien
hari selasa tanggal 21 Desember 2021,
diam jika tidak ditanya, dan pasien sering Provinsi Jawa Tengah mengalami
melamun. kemajuan atau perbaikan kondisi
Menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI walaupun belum signifikan, hal ini terjadi
(2017) tanda dan gejala gangguan selama dirawat di RSJD pasien
persepsi sensori meliputi tanda mayor dan mendapatkan terapi medis dan terapi
minor, untuk tanda dan gejala mayor keperawatan. Terapi obat psikofarmaka
yaitu data subjektif: Mendengar suara berupa Resperidone 2x2mg, Clorilex
bisikan atau melihat bayangan, 2x100mg, Triheksifendil 2x2mg dan
Merasakan sesuatu melalui indera Terapi ECT, menjalani program asuhan
perabaan, penciuman, perabaan, atau keperawatan terjalinnya komunikasi
pengecapan. Data objektif: distorsi terapeutik, helping relationship, dan
sensori, respon tidak sesuai, bersikap Terapi Aktivitas Kelompok, serta
seolah melihat, mendengar, mengecap, terjalinnya hubungan yang baik dengan
meraba, dan mencium sesuatu. perawat ruangan. Sehingga pasien
Sedangkan tanda dan gejala minornya mengalami perbaikan kondisi meskipun
yaitu data subjektif: menyatakan kesal. belum signifikan.
Data objektif: menyendiri, melamun, Menurut Hawari (2012) menyatakan
konsenterasi buruk, disorientasi waktu, bahwa obat atypical (Resperidon,
tempat, orang atau situasi, curiga, melihat Clozapine, Paliperidone) mampu
ke suatu arah, mondar-mandir, bicara mengatasi gajala positif dan negative,
sendiri. mencegah efek samping EPS dan
Berdasarkan uraian di atas terdapat memulihkan fungsi kognitif. Pada jurnal
kesenjangan antara teori dengan data lain menurut (Hawari, 2012) obat
fokus yang diperoleh penulis dengan teori Thrihexyphendil diunakan untuk
yang ada. Kondisi tersebut didukung mengatasi efek samping dari obat
adanya pengaruh pengobatan dan golongan APG 1 berupa tremor, gerakan
perawatan yang dijalani sudah 12 hari Tn. waham, dan tubuh yang tidak terkendali.
A (pasien 1) dan 10 hari Tn. T (pasien 2) Menurut Yulia Maria Karut, dkk (2013)
di RSJD Dr. Amino Gondohutomo pada jurnal yang berjudul Tinjauan
Penggunaan Antipsikotik Pada (ECT). Terapi kejang listrik/electronic
Pengobatan Skizofrenia Di Rumah Sakit compulsive therapy (ECT) merupakan
Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang Manado bentuk mengalirkan aliran arus listrik
Periode Januari 2013 – Maret 2013 melalui elektroda yang ditempatkan pada
mengatakan Ditinjau dari jenis pelipis pasien. Terapi ini pada awalnya
antipsikotik yang digunakan pada untuk menangani skizofrenia
penderita skizofrenia yang paling banyak membutuhkan 20-30 kali terapi dan
digunakan pada terapi tunggal adalah biasanya dilaksanakan 2-3 hari sekali atau
Risperidon sebanyak 30 penderita satu minggu 2 kali. (Prabowo, Eko.
(21,1%). Risperidon merupakan derivat 2014). Menurut Agustina, M (2018) Pada
dari benzisoksazol yang diindikasikan jurnal yang berjudul Pemberian Terapi
untuk terapi skizofrenia baik untyk gejala Elektrokonvulsif (ECT) Terhadap
negatif maupun positif. Pada terapi yang Peningkatan Fungsi Kognitif Klien
paling banyak digunakan adalah Gangguan Jiwa, mengatakan bahwa dapat
Chloropromazine sebanyak 33 penderita disimpulkan ada perbedaan kognitif
(23,2%). Chloropromazine merupakan pasien gangguan jiwa sebelum dan
golongan potensi tinggi untuk mengatasi sesudah ECT atau ada pengaruh ECT
sindrom psikosis dengan gejala dominan terhadap fungsi kognitif pasien gangguan
apatis, hipoaktif, waham, dan halusinasi. jiwa.
Chloropromazine menimbulkan efek Pasien halusinasi membutuhkan
sedasi yang disertai acuh tak acuh tenaga kesehatan yang memiliki
terhadap rangsang dari lingkungan. kemampuan komunikasi terapeutik
Timbulnya sedasi amat tergantung dari sebagai salah satu upaya dalam
status emosional pasien sebelum minum kesembuhan. Menurut Hamika Fasya
obat. (2018) dalam jurnal penelitian yang
Pada Tn. A dan Tn. T menunjukan berjudul komunikasi terapeutik perawat
perubahan yang signifikan karena telah pada pasien gangguan jiwa menyatakan
mendapatkan terapi kejang komunikasit terapeutik merupakan suatu
listrik/electronic compulsive therapy komunikasi yang sangat memperhatikan
kemampuan berbahasa, karena sifatnya agar tumbuh ke dalam arahan yang
yang ditujukan untuk memberi terapi positif. Tujuannya adalah untuk
kepada pasien yang bertujuan dan mengaktualisasikan potensi- potensi pada
kegiatannya berfokus pada penyembuhan individu yang dibantu (pasien) dalam
atau pemulihan pasien. menciptakan kehidupan yang bermakna.
Menurut Stuart, G. W (2013) Helping Pasien Tn. A dan Tn. T mendapatkan
relationship adalah hubungan yang terjadi program perawatan berupa terapi aktivitas
antara dua atau lebih individu maupun kelompok (TAK). Menurut Keliat Anna
kelompok yang saling memberikan dan B, Akemat (2015) Salah satu bentuk
menerima bantuan atau dukungan untuk penanganan medis untuk pasien dengan
memenuhi kebutuhan dasar sepanjang halusinasi adalah dengan Terapi Aktifitas
kehidupan. Perawat adalah sebagai helper Kelompok Stimulasi Persepsi, dimana
yang berperan membantu klien untuk TAK (Terapi Aktifitas Kelompok)
memenuhi kebutuhan dasar manusia merupakan salah satu terapi modalitas
klien. Menurut Susanti (2010:94) helping yang dilakukan perawat kepada kelompok
relationship memiliki peran penting pasien dengan halusinasi. Aktivitas
dalam memenuhi kebutuhan dasar setiap digunakan sebagai terapi,dan kelompok
individu termasuk penderita skizofrenia. digunakan sebagai target asuhan. Di
Kebutuhan tersebut adalah kebutuhan dalam kelompok terjadi dinamika
individu dalam proses pemulihan interaksi yang saling bergantung, saling
kesadaran diri sekaligus kebutuhan sosial membutuhkan, dan menjadi laboratorium
dalam berinteraksi dengan tempat pasien berlatih perilaku baru yang
lingkungannya. George dan Christiani adaptif untuk memperbaiki perilaku lama
dalam Susanti (2010:94) mengemukakan yang maladaptive. Menurut Ningsih &
bahwa helping relationship secara Ilyas (2013) dalam jurnal ilmiah
profesional merupakan proses dinamis kesehatan mengatakan bahwa
dan unik yang dilakukan individu untuk penggunaan terapi kelompok dalam
membantu orang lain dengan praktek keperawatan jiwa akan
menggunakan sumber-sumber internal memberikan dampak positif dalam
upaya pencegahan, pengobatan atau mata kurang, kadang pasien tampak
terapi serta pemulihan kesehatan. Terapi ngomong sendiri dan tersenyum sendiri.
aktivitas kelompok stimulasi persepsi ini Menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI
sebagai upaya untuk memotivasi proses (2017) diagnosa keperawatan jiwa untuk
berpikir, mengenal halusinasi, melatih halusinasi yaitu gangguan persepsi
pasien mengontrol halusinasi serta sensori.Terjadi kesenjangan antara
mengurangi perilaku maladaptive. diagnosa keperawatan yang di tetapkan
2. Diagnosa Keperawatan penulis dengan diagnosa keperawatan
Pada pengelolaan keperawatan pasien yang terdapat dalam SDKI, karena
1 (Tn. A) diagnosa keperawatan yang diagnosa keperawatan disesuaikan dengan
muncul adalah gangguan persepsi kondisi pasien yang mana data fokus pada
sensori: halusinasi pendengaran saat dilakukan pengkajian kedua pasien
didukung dengan data pasien sering lebih condong ke halusinasi pendengaran.
mendengar suara-suara ataupun bisikan Sehingga diagnosa keperawatannya
yang menjelek-jelekkan pekerjaannya, menjadi gangguan persepsi sensori:
pasien mampu mempertahankan kontak halusnasi pendengaran. Kesenjangan data
mata, pasien nampak menggerak- yang didapatkan penulis sudah dituliskan
gerakkan tangannya. Sedangkan dan dibahas pada pengkajian.
pengelolaan keperawatan pasien 2 (Tn. 3. Perencanaan Keperawatan
T) diagnosa keperawatan yang muncul Dalam memberikan rencana asuhan
yaitu gangguan persepsi sensori: keperawatan pada Tn. A (pasien 1) dan
halusinasi pendengaran didukung dengan Tn. T (pasien 2) dengan gangguan
data, pasien mengatakan mendengar persepsi seensori: halusinaasi
suara bisikan yang menyuruh pasien pendengaran, di ruang Endro Tenoyo
memecahkan guci dan berjualan, Pasien RSJD Dr. Amino Gondohutomo
mengatakan suara itu muncul ketika Provinsi Jawa Tengah selama tiga hari
pasien sedang melamun, saat mau tidur, terhitung dari tanggal 21-23 Desember
bahkan muncul di tengah malam, kontak 2021. Penulis menyusun perencanaan
keperawatan mengacu pada buku Standar
Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) Pada kenyataannya penulis dalam
yaitu Persepsi Sensori dengan kode merencanakan tindakan keperawatan
L.09083 dan buku Standar Intervensi hanya melibatkan pasien dan tidak
(SIKI) yaitu manajemen halusinasi melibatkan keluarga pasien karena saat
dengan kode I.09288. penulis menyusun pengkajian dan implementasi dilakukan,
intervensi sesuai dengan tujuan umum keluarga pasien tidak datang berkunjung.
(TUM) dan Tujuan khusus (TUK). Upaya untuk mengatasi hal tersebut,
Menurut Dalami (2014), langkah penulis melakukan pendelegasian dengan
kedua dari proses keperawatan adalah perawat ruangan untuk merencakan
perencanan dimana perawat akan tindakan keperawatan yang akan
menyusun rencana yang akan dilakukan diberikan kepada pasien. Perencanaan
pada pasien dalam mengatasi masalahnya. yang disusun oleh penulis untuk
Perencanaan disusun berdasarkan mengelola dua pasien tersebut sama,
diagnosa keperawatan, diagnosa satu hal ini dikarenakan penulis mengelola
atau masalah utamanya adalah dua pasien yang berbeda dengan
gangguan persepsi sensori: halusinasi diagnosa keperawatan yang sama yaitu
pendengaran. Tujuan umum (TUM) gangguan persepsi sensori: halusinasi
adalah klien dapat mengontrol pendengaran.
halusinasinya. Adapun tujuan khusus 4. Pelaksanaan Keperawatan
(TUK) pada diagnosa ini adalah klien Pelaksanaan keperawatan pada Tn. A
dapat membina hubungan saling percaya (pasien 1) dan Tn. T (pasien 2)
dengan perawat, klien dapat mengenali dilaksanakan selama 3 hari yaitu dimulai
halusinasinya, klien dapat mengontrol hari selasa tanggal 21 Desember 2021
halusinasinya, klien dapat dukungan sampai tanggal 23 Desember 2021.
dari keluarga dalam mengontrol Implementasi keperawatan yang
halusinasinya, klien dapat menggunakan dilakukan pada Tn. A dan Tn. T
obat dengan benar untuk mengendalikan menggunakan strategi perencanaan yang
halusinasinya. telah direncankan sebelumnya yaitu SP1
Pasien, SP2 Pasien, dan SP3 Pasien.
Sedangkan yang belum dapat kunjungan ke rumah keluarga pasien.
dilaksanakan adalah SP4 Pasien dan SP Padahal kepatuhan pengobatan serta
Keluarga. peran keluarga sangatlah penting untuk
Menurut Yusuf, dkk (2015) proses pesembuhan pasien. Untuk itu
Implementasi keperawatan merupakan penulis melakukan pendelegasian pasien
tahapan dimana perawat menerapkan kepada perawat ruangan. Adapun
rencana asuhan keperawatan untuk lembar pendelegasian pasien A (pasien
membantu pasien mencapai tujuannya. 1) dan Tn. T (pasien 2) terdapat pada
Sebelum melakukan tindakan lampiran.
keperawatan, perawat harus memastikan Menurut Jesika dkk (2019)
apakah rencana tindakan yang telah menjelaskan bahwa kepatuhan
ditetapkan masih sesuai dengan kondisi pengobatan menjadi poin penting yang
pasien saat ini. Implementasi yang harus diawaspadai penderita, keluarga
digunakan menggunakan strategi dan petugas kesehatan. Menurut Keltner
pelaksanaan pada pasien dan setrategi dan Steele (2015) masalah yang sering
pelaksanaan pada keluarga. Pada masalah muncul mengenai kepatuhan minum obat
halusinasi pendengaran terdapat empat adalah relaps atau kekambuhan. Potensi
strategi pelaksanaan pasien meliputi relaps akan meningkat jika pasien tidak
(SP1P, SP2P, SP3P, SP4P) dan tiga memiliki pengetahuan tentang
strategi pelaksanaan keluarga meliputi Skizofrenia atau tidak patuh dalam
(SP1K, SP2K, SP3K). minum obat dan tidak mendapat
Pada SP 4 Pasien, SP 1 Keluarga, SP dukungan keluarga. Oleh karena itu,
2 Keluarga, SP 3 Keluarga penulis tidak usaha penyembuhan dalam pemberian
dapat melakukan tindakan tersebut farmakoterapi pada pasien harus
dikarenakan keluarga pasien tidak datang dilakukan secara konsisten sehingga
berkunjung ke rumah sakit jiwa, dan relaps atau kekambuhan Skizofrenia yang
penulis juga tidak bisa berkunjung ke lebih parah dapat dicegah dan pasien
rumah pasien karena tidak dapat mencapai tingkat penyembuhan
memungkinkan untuk dilakukan yang lebih optimal.
Dalam penelitian Yosep (2018) yang pelaksanaan satu pasien (SP1P)
berjudul Pengaruh Penerapan Strategi merupakan intervensi keperawatan yang
Pelaksanaan Keluarga Terhadap memiliki kriteria evaluasi pasien dapat
Kemampuan Keluarga Merawat Pasien membina hubungan saling percaya,
Halusinasi didapatkan bahwa kemampuan memperkenalkan nama, menyebutkan
keluarga tersebut sangat berpengaruh panggilan kesukaan pasien,
terhadap pasien dalam mengontrol menunjukkan sikap empati,
halusinasi. Pentingnya perawatan mengungkapkan masalah yang dihadapi
dilingkungan keluarga dapat dipandang pasien, mengidentifikasi halusinasi
dari berbagai segi yaitu keluarga yang dialami pasien (jenis, frekuensi, isi,
merupakan suatu konteks dimana waktu, situasi, respon), mampu
individu memulai hubungan mengontrol halusinasi dengan cara
interpersonal. Oleh karena itu setelah menghardik. Tn. A (pasien 1) dan Tn. S
pasien tidak lagi di rawat di rumah sakit (pasien 2) mampu melakukan SP1P
maka perawatan selanjutnya akan dengan cukup baik sesuai dengan arahan
dilakukan oleh keluarga. Apabila dari penulis.
keluarga tidak memiliki kemampuan Evaluasi SP2P kriteria evaluasi yang
untuk merawat pasien dengan halusinasi diharapkan adalah mengajarkan pasien
maka kecenderungan pasien untuk cara mengontrol halusinasi dengan
kambuh akan semakin besar. Keterlibatan bercakap-cakap dengan orang lain.
keluarga dalam perawatan sangat SP2P pasien 1 dan pasien 2 cukup
menguntungkan proses pemulihan pasien. baik, namun untuk Tn. T (pasien 2) untuk
5. Evaluasi Keperawaran mulai berkenalan pasien masih malu malu
Untuk evaluasi keperawatan yang berbeda dengan Tn. A (pasien1) yang
telah dilakukan pada pasien 1 (Tn.A) sudah terbiasa bercakap-cakap dengan
dan pasien 2 (Tn. T) meliputi strategi orang lain di satu ruangan dimana
pelaksanaan 1 pasien, strategi pasien dirawat, penulis juga tidak perlu
pelaksanaan 2 pasien, dan strategi terlalu membujuk pasien bercakap-cakap
pelaksanaan 3 pasien. Strategi dengan orang lain, walaupun sebelumnya
kedua pasien belum sepenuhnya paham sensori menurun, respon sesuai stimulus
jika sedang mengalami halusinasi pasien membaik, menarik diri menurun,
dapat mengusir halusinasi tersebut ketika melamun menurun dan mondar-mandir
bercakap-cakap dengan orang lain. menurun.
Evaluasi SP3P kriteria evaluasi Dalam hal ini, penulis tidak
yang diharapkan adalah membuat menemukan kesenjangan Karena kriteria
jadwal kegiatan harian pasien. Tn. A hasil yang nampak atau diharapkan dari
(pasien 1) dan Tn. T (pasien 2) sudah pasien sesuai dengan luaran kriteria hasil
mampu membuat jadwal kegiatan harian yang berdasarkan dari Standar Luaran
pasien dengan urut sesuai kegiatan harian Keperawatan Indonesia (SLKI).
pasien, dari bangun tidur pagi hingga
tidur kembali pada malam hari. Tn. A SIMPULAN DAN SARAN
(pasien 1) dan Tn. T (pasien 2) sudah A. SIMPULAN
cukup mengerti dan paham ketika diberi Berdasarkan uraian pembahasan
arahan oleh penulis, ketika sudah diberi dan Tujuan khusus dari penulisan
arahan dan bimbingan, Tn. A dan Tn. T laporan kasus Asuhan Keperawatan
melakukan SP1P, SP2P, SP3P dengan Jiwa Gangguan Persepsi Sensori:
cukup baik karena telah mendapatkan Halusinasi Pendengaran dan Latihan
terapi selama kurang lebih dari 10-12 Bercakap-cakap dengan Orang Lain
hari di ruang Endro Tenoyo RSJD Dr. pada Tn. A dan Tn. T di RSJD Dr.
Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Amino Gondohutomo Provinsi Jawa
Tengah. Tengah, penulis menyimpulkan bahwa
Menurut Tim Pokja SLKI DPP PPNI :
(2018) dalam buku Standar Luaran 1. Hasil dari pengkajian ditemukan 3
Keperawatan Indonesia (SLKI) terdapat diagnosa keperawatan yang mana
tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan, diperlukan ketepatan dan ketelitian
antara lain verbalisasi mendengar bisikan perawat dalam pengambilan data pada
menurun, verbalisasi umpatan menurun, tahap pengkajian, baik dari data
perilaku halusinasi menurun, distorsi subjektif maupun data objektif dan
validasi dengan perawat ruangan. 2. Diagnosa utama dan prioritas pada
Diagnosa keperawatan gangguan asuhan keperawatan ini adalah
persepsi sensori : halusinasi gangguan persepsi sensori: halusinasi
pendengaran, resiko perilaku pendengaran.
kekerasan, dan isolasi sosial : 3. Penulis menyusun rencana intervensi
menarik diri. Hasil pengkajian bekerjasama dengan perawat ruangan
tanggal 20 Desember 2021 dalam merencanakan intervensi untuk
ditemukan data subjektif pada kedua memvalidasi perkembangan pasien
pasien, Tn. A (pasien 1) dan Tn. T menggunakan tujuan dan kriteria hasil.
(pasien 2) sebagai berikut: pasien Adapun kriteria hasil pada diagnosa
dapat mendengar suara-suara atau keperawatan ini adalah pasien dapat
bisikan berisi menjelek-jelekkan membina hubungan saling percaya
pekerjaan Tn. A (pasien 1), suara itu dengan perawat, pasien dapat
terkadang menyuruh pasien melakukan mengenali halusinasinya, pasien dapat
sesuatu yang positif bahkan berbahaya mengontrol halusinasinya, pasien
seperti yang dialami pada Tn. T dapat dukungan dari keluarga dalam
(pasien 2), suara itu muncul pada mengontrol halusinasinya, pasien
malam hari dengan kondisi pasien dapat menggunakan obat dengan benar
sendirian atau saat akan tidur, suara itu untuk mengendalikan halusinasinya.
muncul selama kurang lebih satu jam. 4. Implementasi yang digunakan penulis
Data objektif sebagai berikut : pasien dalam pengelolaan asuhan
dapat mempertahankan kontak mata, keperawatan pasien Tn. A (pasien 1)
pembicaraan kadang berbelit belit dan Tn. T (pasien 2) yaitu:
namun makna dapat tersampaikan, implementasi keperawatan yang telah
dapat membedakan antara nyata dan dilakukan pada kedua pasien meliputi
tidak nyata, dapat berkonsentrasi SP1 pasien, SP2 pasien, SP3 pasien.
dengan baik, tampak tenang, 5. Evaluasi tindakan keperawatan
sesekali pasien tersenyum sendiri. dilakukan selama 3 hari dari tanggal
21, 22, 23 Desember 2021 dengan
diagnose utama yaitu gangguan teratur minum obat dan tidak pernah
persepsi sensori: halusinasi melakukan kontrol.
pendengaran pada kedua pasien (Tn. A
dan Tn. T). B. SARAN
6. Faktor pendukung terlaksananya Penulis memberikan saran guna
pengelolaan asuhan keperawatan jiwa untuk meningkatkan kualitas
pada Tn. A dan Tn. T yaitu pasien pengelolaan asuhan keperawatan jiwa
cukup kooperatif dan patuh dalam pada pasien dengan gangguan persepsi
melakukan strategi pelaksanakan. sensori: halusinasi pendengaran
7. Faktor penghambat yang dialami sebagai berikut :
penulis adalah pada Tn. A (pasien 1) 1. Bagi Rumah Sakit
dan Tn. T (pasien 2), adanya Untuk rumah sakit, sebaiknya
keterbatasan waktu dalam memberikan pembinaan dan pemberian perawatan
asuhan keperawatan dan terhadap pasien RSJD Dr. Amino
ketidakterlibatnya anggota keluarga Gondohutomo Semarang Provinsi
selama pemberian asuhan Jawa Tengah lebih diefisienkan lagi
keperawatan. Perawat ruangan juga karena mengingat keluarga pasien
ikut serta membantu penulis dalam jarang menjenguk atau berkunjung ke
melaksanakan asuhan keperawatan rumah sakit, sehingga pendekatan
pada pasien. kepada pasien harus terus dilakukan
8. Pasien dengan halusinasi pendengaran dengan lebih baik.
dapat dikontrol dengan cara 2. Bagi Pasien dan Keluarga
menghardik halusinasi, bercakap- Sekiranya pasien mampu
cakap dengan orang lain, membuat berlatih dan melaksanakan strategi
jadwal kegiatan harian, dan meminum pelaksanaan yang sudah diajarkan,
obat secara teratur dan benar. terutama SP2 Pasien (latihan bercakap-
9. Pasien dengan gangguan persepsi cakap dengan orang lain) agar pasien
sensori: halusinasi pendengaran dapat dapat mengontrol halusinasinya.
kambuh kembali jika pasien tidak Mengikuti progam terapi dan
kontrol. Pemahaman keluarga dalam pasien, serta melakukan variasi
perawatan pasien gangguan persepsi kegiatan yang dapat menstimulasi
sensori: halusinasi pendengaran di pemikiran pasien terhadap kenyataan.
rumah sangat penting, sebagai
pendukung agar pasien selalu UCAPAN TERIMAKASIH
dapat berinteraksi dan lebih Penulis menyadari bahwa
terbuka ketika sedang ada kegiatan penulisan ini dapat di
masalah. Keluarga diharapkan selesaikan berkat adanya dukungan
berperan aktif dalam proses dari berbagai pihak, oleh karena itu
penyembuhan klien dengan pada kesempatan ini penulis
memberikan dukungan secara psikis menyampaikan rasa hormat dan terima
terhadap kemampuan pasien selama kasih kepada:
dirawat. 1. Dr. Marsum, BE.,S.Pd.,MHP. selaku
3. Bagi Institusi Pendidikan Direktur Politeknik Kesehatan
Diharapakan hasil penelitian ini Kementrian Kesehatan Semarang.
dapat menjadi bahan pembelajaran 2. Suhartono, S.Pd.,M.N. selaku Ketua
baik untuk kalangan mahasiswa, agar Jurusan Keperawatan Politeknik
dapat melaksanakan implementasi Kesehatan Kementrian Kesehatan
keperawatan pada pasien dengan Semarang.
gangguan persepsi sensori: 3. Hartati, SKM.,M.Kes. selaku Ketua
halusinasi pendengaran dengan cara Program Studi Diploma III
latihan bercakap-cakap dengan orang Keperawatan Pekalongan.
lain. 4. Petrus Nugroho DS, S.Kp.,MMR.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya selaku Pembimbing sekaligus Penguji
Untuk peneliti selanjutnya Uji hasil Karya Tulis Ilmiah yang telah
sebaiknya melakukan pengkajian banyak memberikan bimbingan,
yang lebih mendalam dan melalui menuntun, dan semangat motivasi
beberapa informa baik keluarga, dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah.
perawat, dan dokumentasi perawatan
5. Indar Widowati, S.Kep.,Ns.,M.Kes. satu sama lain dalam penyusunan
selaku Ketua Penguji Uji hasil Karya karya tulis ini
Tulis Ilmiah. 12. Serta semua pihak yang telah
6. Rosmiati saleh, SKM.,M.Kes. selaku membantu memberikan semangat yang
Penguji Uji hasil Karya Tulis Ilmiah. tidak bias penulis sebutkan satu-
7. Seluruh Dosen, Staff dan Karyawan/i persatu.
Program Studi Keperawatan
Pekalongan Poltekkes Kemenkes DAFTAR PUSTAKA
Semarang yang telah memberikan Dalami E, dkk. 2014. Asuhan
dukungan dan motivasi, serta Keperawatan Klien Dengan
kesabarannya dalam membimbing Gangguan Jiwa. Jakarta: CV.
penulis. Trans Info Media.
8. Kedua Orang Tua ku Bapak Rudiyanto Damayanti & Iskandar. (2014).
dan Ibu Kopsah Riniaty yang telah Asuhan Keperawatan Jiwa.
memberikan banyak dukungan dan Bandung: PT Refika
motivasi berupa moril maupun moral Aditama.
agar penulis dapat menyelesaikan Dermawan, D., & Rusdi. (2013).
Karya Tulis Tulis Ilmiah ini. Keperawatan Jiwa: Konsep
9. Andesta Rayhan Akbar selaku Adik dan Kerangka Kerja Asuhan
penulis yang selalu memberikan Keperawatan
semangat dalam penyusunan Karya Jiwa.Yogyakarta: Gosyen
Tulis Ilmiah ini. Publishing.
10. Kawan-kawan 3 Reguler B yang telah Donsu, J. D. (2017). Metodologi
membantu penulis dalam memberikan Penelitian
motivasi dan semangat untuk Keperawatan.Yogyakarta:
mengerjakan. Pustaka Baru Press.
11. Teman-teman seperjuangan angakatan Eko Prabowo, (2014). Konsep &
2019 yang saling memberikan support Aplikasi Asuhan
Keperawatan
Jiwa.Yogyakarta: Nuha Muhith, A. (2015). Pendidikan
Medika Keperawatan Jiwa : Teori dan
http://repository.pkr.ac.id/id/e Aplikasi.Yogyakarta: Andi
print/498 Ningsih, P., & Ilyas, M. (2013).
Hawari, D. (2012). Pendekatan Pengaruh Terapi Aktivitas
Holistik Pada Gangguan Jiwa Kelompok Stimulasi
Skizofrenia. Edisi ketiga. Persepsi Terhadap
Jakarta: Badan Penerbit Kemampuan Mengontrol
FKUI. Halusinasi Pada Pasien
Imron, Moch. 2014. Metodologi Halusinasi Di Ruang Kenanga
Penelitian Bidang Rumah Sakit Khusus Daerah
Kesehatan.Jakarta: Sagung Provinsi Sulawesi Selatan.
Seto. Jurnal Ilmiah Kesehatan.
Keliat, B., & Akemat. (2014). Model Nursalam. 2017. Metodologi
Praktik Keperawatan Penelitian Ilmu Keperawatan
Profesional Jiwa. Jakarta: : Pendekatan Praktis Edisi 4.
EGC. Jakarta: Salemba Medika.
Keliat Budi Anna dan Akemat, 2015, Oktiviani, D. P. (2020).Asuhan
Keperawatan Jiwa Terapi Keperawatan Jiwa Pada Tn.
Aktifitas Kelompok, Jakarta: K dengan masalah
EGC. Gangguan Persepsi Sensori:
Kusumawati, F., & Hartono, Y. Halusinasi Pendengaran di
(2019). Buku Ajar Ruang Rokan Rumah Sakit
Keperawatan Jiwa.Jakarta: Jiwa Tampan(Doctoral
Salemba Medika dissertation, Poltekkes
Maramis. 2015. Konsep Dasar Kemenkes Riau).
Keperawatan. Jakarta: EGC. Oky, Fresa. (2015). Efektifitas Terapi
Individu Bercakap-cakap
Dalam Meningkatkan
Kemampuan Mengontrol Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018).
Halusinasi Pada Pasien Standar Intervensi
Dengan Halusinasi Keperawatan Indonesia.
Pendengaran. Definisi dan Tindakan
http://ejournal.stikestelogoror Keperawatan.Jakarta: Dewan
ejo.ac.id/index.php/ilmukeper Pengurus Pusat PPNI.
awatan/article/view/437 Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018).
Riskesdas (2018) Hasil Utama Standar Luaran Keperawatan
riskesdas 2018 Kementrian Indonesia.Jakarta: Dewan
Kesehatan Badan Penelitian Pengurus Pusat PPNI.
dan Pengembangan World Health Organization (WHO).
Kesehatan. (2016). Dinkes tanggal 10
https://www.kemkes.go.id/res Oktober 2017
ources/download/infoterkini/h http://www.who.int/mental/en
asil-riskesdas 2018.pdf /
Stuart, G. W. (2013). Prinsip dan Yosep & Sut ini. (2016). Buku Ajar
Praktik Keperawatan Keperawatan Jiwa. Bandung :
Kesehatan Jiwa ( G. W. PT Refika Aditama
Stuart, Ed) (1st, 2nd, Yusuf, Ahmad, dkk. 2015. Buku
ed).singapore: Elsevier. Ajar Keperawatan
Sutejo. 2017. Prinsip dan Praktik Kesehatan Jiwa, Jakarta:
Asuhan Keperawatan Jiwa. Salemba Medika.
Jakarta: Pustaka Baru ISBN Yusuf, Rizky Fitryasari PK, Hanik
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Endang Nihayati. 2015. Buku
Standar Diagnosa Ajar Keperawatan Kesehatan
Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba
Indonesia.Jakarta: Dewan Medika.
Pengurus Pusat PPNI.

Anda mungkin juga menyukai