Anda di halaman 1dari 15

HELPING RELATIONSHIP ANTARA PERAWAT DENGAN PASIEN

DALAM PENYEMBUHAN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA


PROF. DR. SOEROJO MAGELANG

Ascharisa Mettasatya Afrilia1, Lintang Citra Christiani2


Universitas Tidar1,2
Jl. Kapten Suparman No.39, Tuguran, Potrobangsan, Magelang 561161,2
Email: mettaafrilia@untidar.ac.id1, lintang.citra@untidar.ac.id2

Abstract: Schizophrenia is one type of mental disorder with the most sufferers after bipolar
disorder and depression. It is estimated that 75% of schizophrenics in the age range of 16-
25 years are included as age products so that schizophrenics cannot maximize their work
and creativity in social life. One effort to improve mental health can be done through
therapeutic communication. Helping the relationship as part of therapeutic communication
is important to increase patient awareness so that problems that may arise in schizophrenia
cases can be handled optimally. This study discusses how to help the relationship between
nurses and patients in healing schizophrenia so that it can support the healing of patients.
The research method used is a qualitative research method with descriptive analysis
techniques. The results showed that nurses are "helpers" who have communication
competencies at the level of conscious competence and unconscious competence.
Mindfulness is key in helping relationships that lead to patient recovery.

Key words: therapeutic communication, helping relationship, schizophrenia


Abstrak: Skizofrenia merupakan salah satu jenis gangguan jiwa dengan penderita
terbanyak ketiga setelah bipolar dan depresi. Diperkirakan 75% penderita
skizofrenia berada pada rentang usia 16-25 tahun yang masuk sebagai usia
produkti sehingga penderita skizofrenia tidak dapat memaksimalkan karya dan
kreativitasnya dalam berkehidupan sosial. Salah satu upaya dalam penyembuhan
kesehatan jiwa ini dapat melalui penguatan komunikasi terapeutik. Helping
relationship sebagai bagian dari komunikasi terapeutik penting dilakukan untuk
meningkatkan kesadaran pasien sehingga gejala-gejala yang mungkin timbul pada
kasus skizofrenia dapat ditekan secara maksimal. Penelitian ini bertujuan untuk
menggambarkan bagaimana helping relationship antara perawat dan pasien dalam
penyembuhan skizofrenia sehingga dapat mengarah pada kesembuhan pasien.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan
teknik analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perawat adalah seorang
“helper” yang memiliki kompetensi komunikasi pada tataran concious competence dan
unconcious competence. Mindfulness menjadi kunci dalam helping relationship yang
mengarah pada penyembuhan pasien.
Kata kunci: komunikasi terapeutik, helping relationship, skizofrenia

27
JURNAL KOMUNIKASI DAN KAJIAN MEDIA VOLUME 4, NOMOR 1, April 2020: 27-41

Pendahuluan seseorang sehingga muncul ketidakfokusan


dalam satu hal tertentu. Sementara itu,
Kesetaraan gender Skizofrenia
Melinda Herman dalam Yosep (2017)
merupakan salah satu jenis gangguan jiwa
mendefinisikan skizofrenia sebagai
yang cukup banyak diderita oleh penduduk
Neurogical disease that affects aperson’s
dunia. Menurut data WHO yang
perception, thinking, language, emotion,
dipublikasikan pada tahun 2016, diketahui
and social behavior.
bahwa jumlah orang yang mengalami
Skizofrenia bisa menyerang siapa
skizofrenia di seluruh dunia mencapai 21
saja tanpa memandang usia, jenis kelamin,
juta orang. Sedangkan menurut data yang
ras, maupun tingkat sosial ekonomi
dilansir oleh Kementerian Kesehatan
(Maramis, 2005). Berdasarkan data dari
Indonesia dinyatakan bahwa penderita
American Psychiatric Association (APA)
skizofrenia di Indonesia hingga tahun 2013
diperkirakan 75% penderita skizofrenia
berada pada angka 400 ribu orang dan
berada pada range usia 16-25 tahun. Usia
jumlah tersebut dapat terus meningkat.
remaja dan dewasa muda memang beresiko
Jawa tengah merupakan salah satu
tinggi karena pada tahap usia perkembangan
provinsi yang menempati urutan ke lima
ini banyak sekali stressor kehidupan yang
terbanyak berdasarkan jumlah penderita
dapat memicu munculnya gangguan
skizofrenia. Prevalensi skizofrenia di Jawa
skizofrenia.
Tengah yaitu 0.23% dari jumlah penduduk
Jika dikalkulasikan, pada rentang
melebihi angka nasional 0.17% (Riskesdas,
usia tersebut merupakan usia dengan tingkat
2013). Jumlah kunjungan gangguan jiwa
kualitas produktif tinggi. Dengan kata lain,
tahun 2012 di sarana pelayanan kesehatan
banyaknya gangguan skizofrenia pada usia
Provinsi Jawa Tengah sebanyak 224.617.
tersebut akan berpengaruh terhadap kualitas
Angka tersebut meningkat dibandingkan
dan kuantitas sumber daya manusia baik
tahun 2011 yang hanya mencapai 198.387
dari segi materi maupun nonmateri.
kunjungan. (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa
Kerugian yang muncul tidak hanya
Tengah, 2012).
menurunnya kualitas sumber daya manusia
Skizofrenia berasal dari bahasa
namun juga muncul kerugian ekonomis
Yunani schizo yang artinya terbagi atau
akibat pasien skizofrenia tidak dapat
terpecah dan phrenia yang berarti pikiran
menghasilkan sesuatu yang bernilai di usia
(Rudyanto, 2007). Berdasarkan asal kata
produktif tersebut. Oleh karena itu,
tersebut, skizofrenia dapat diartikan secara
penanganan pasien skizofrenia menjadi hal
sederhana sebagai terpecahnya pemikiran
penting yang harus dilakukan agar dapat
28
Ascharisa Mettasatya Afrilia dan Lintang Citra Christiani, Helping Relationship ...

kembali meningkatkan tingkat produktifitas menyesuaikan dengan sesuatu yang tidak


penderitanya. dapat diubah dan mengatasi hambatan
Merujuk pada data Riset Kesehatan psikologis yang menghalangi realisasi diri
Dasar (Riskesdas, 2013) diketahui sebanyak (Kozier et.al, 2000).
sekitar 80% pasien yang dirawat di Rumah Menurut Susanti (2010:94) helping
Sakit Jiwa dengan gangguan skizofrenia relationship memiliki peran penting dalam
yaitu 25% pasien dapat sembuh, 25% dapat memenuhi kebutuhan dasar setiap individu
mandiri, 25% membutuhkan bantuan, dan termasuk penderita skizofrenia. Kebutuhan
25% kondisi berat (Efendi, 2009). Salah tersebut adalah kebutuhan individu dalam
satu hal yang menjadi faktor pendukung proses pemulihan kesadaran diri sekaligus
dalam penyembuhan dan pemulihan pasien kebutuhan sosial dalam berinteraksi dengan
skizofrenia adalah melalui helping lingkungannya. George dan Christiani
realtionship. dalam Susanti (2010:94) mengemukakan
Secara umum, helping relationship bahwa helping relationship secara
merupakan bagian dari konsep komunikasi profesional merupakan proses dinamis dan
yang lebih besar yakni komunikasi unik yang dilakukan individu untuk
terapeutik. Helping relationship merupakan membantu orang lain dengan menggunakan
bentuk hubungan dalam rangka membantu sumber-sumber internal agar tumbuh ke
individu lain melalui pendekatan yang dalam arahan yang positif. Tujuannya
profesional. Hal itulah yang membedakan adalah untuk mengaktualisasikan potensi-
helping relationship dengan jenis potensi pada individu yang dibantu (pasien)
komunikasi lain dalam konteks komunikasi dalam menciptakan kehidupan yang
sosial. bermakna. Rogers (1961) mengemukakan
Sebagai bagian dari komunikasi bahwa maksud hubungan tersebut adalah
terapeutik, helping relationship merupakan untuk peningkatan pertumbuhan,
bentuk komunikasi yang direncanakan kematangan, fungsi, cara penanganan
secara sadar, bertujuan, dan kegiatannya kehidupannya dengan memanfaatkan
dipusatkan untuk kesembuhan pasien sumber-sumber internal pada pihak yang
(Purwanto, 1994). Komunikasi terapeutik diberikan bantuan.
juga dapat dipersepsikan sebagai proses Berdasarkan paparan di atas, dapat
interaksi antara klien dan perawat yang diketahui bahwa helping relationship
membantu klien mengatasi stress sementara penting untuk dilakukan dalam proses
untuk hidup harmonis dengan orang lain, penyembuhan skizofrenia. Oleh karena itu,
penelitian ini bertujuan untuk melihat
29
JURNAL KOMUNIKASI DAN KAJIAN MEDIA VOLUME 4, NOMOR 1, April 2020: 27-41

bagaimana helping relationship antara penting ini mencakup kepuasan, stabilitas,


petugas medis dan pasien skizofenia di hidup mandiri, memiliki hubungan dengan
Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Prof. Dr. Soerojo orang lain, terutama hubungan yang dekat
Magelang dapat mengarah pada dengan teman dan keluarga. Kehilangan
penyembuhan. Beberapa alasan dipilihnya peran inilah yang memberi dampak besar
lokasi penelitian ini antara lain mengingat pada menurutnnya kesehatan mental orang
jumlah penderita skizofrenia di Jawa yang didiagnosis skizofrenia.
Tengah menempati urutan terbanyak ke Skizofrenia merupakan gangguan
lima di Indonesia. Sementara itu, RSJ Prof. kejiwaan dan kondisi medis yang
Dr. Soerojo Magelang merupakan salah mempengaruhi fungsi otak manusia,
satu rumah sakit jiwa yang dijadikan mempengaruhi fungsi normal kognitif,
rujukan dari beberapa wilayah di Jawa mempengaruhi emosional dan tingkah laku
Tengah. Sejauh pengamatan peneliti belum (Depkes RI, 2015). Berdasarkan sejumlah
ditemukan penelitian serupa dalam riset medis menyatakan bahwa skizofrenia
pendekatan helping relationship untuk memiliki sifat gangguan yang lebih kronis
kasus skizofrenia dilihat dari sudut pandang dan melemahkan dibanding dengan
komunikasi di RSJ Prof. Dr. Soerojo gangguan mental yang lain. Meski
Magelang sehingga dapat dikatakan usulan demikian, skizofrenia juga memiliki
penelitian ini memiliki tingkat otentitas peluang kesembuhan hingga 75%.
tinggi. Bleuler (dalam Maramis, 2009) membagi
Skizofrenia adalah gangguan gejala–gejala skizofrenia menjadi 2
psikotik yang ditandai dengan gangguan kelompok:
utama dalam pikiran, emosi, dan perilaku. 1. Gejala Primer
Pemikiran penderita skizofrenia seringkali Pada gejala primer dapat meliputi gangguan
tidak berhubungan secara logis, persepsi proses berpikir, gangguan emosi.
dan perhatian keliru, afek yang datar atau 2. Gejala Sekunder
tidak sesuai, dan memiliki gangguan pada Pada gejalan sekunder dapat meliputi
aktivitas motorik yang bizzare (Davidson gangguan dalam bentuk waham, halusinasi,
dalam Fajriyanti, 2013). Masih dalam gejala katatonik atau gangguan psikomotor
Fajriyanti (2013), American Psychiatric yang lain.
Association menyatakan bahwa orang yang
didiagnosis mengalami skizofrenia Komunikasi Terapeutik
memiliki kesulitan untuk menjalankan Komunikasi terapeutik merupakan
peran yang penting dalam hidup. Peran bagian dari komunikasi kesehatan. Menurut
30
Ascharisa Mettasatya Afrilia dan Lintang Citra Christiani, Helping Relationship ...

Damaiyanti (2010:11) komunikasi Damaiyanti (2010:63) disebutkan bahwa


terapuetik dapat diartikan sebagai segala gangguan jiwa adalah kumpulan dari
sesuatu yang memfasilitasi proses keadaan-keadaan yang tidak normal, baik
kesembuhan. Dengan kata lain, komunikasi yang berhubungan dengan fisik maupun
terapeutik berbeda dengan komunikasi mental. Komunikasi terapeutik pada pasien
sosial lainnya karena komunikasi terapeutik jiwa secara garis besar (Damaiyanti, 67)
ditujukan khusus sebagai pendekatan dalam bertujuan untuk:
penyembuhan suatu penyakit. Perbedaan 1. Petugas medis dapat memahami kondisi
yang paling terlihat jelas adalah dari proses orang lain (pasien).
komunikasi itu sendiri. Jika dalam 2. Menggali perilaku pasien
komunikasi sosial dapat terjadi setiap hari 3. Memahami perlunya memberikan pujian
antarorang-per-orang baik dalam pergaulan 4. Mendapatkan informasi tentang pasien.
sosial maupun lingkungan kerja, sedangkan
komunikasi terapeutik terjadi antara pasien Kemampuan komunikasi dalam
dengan perawat atau petugas medis lainnya. konteks komunikasi terapeutik harus
Menurut Purwanto (Damaiyanti:11) menyeluruh dari pengetahuan terhadap
disebutkan beberapa tujuan komunikasi fenomena yang terjadi dalam hubungan
terapeutik antara lain: terapeutik sebagai alat dalam pembentukan
1. Membantu pasien untuk memperjelas dan pemeliharaan hubungan antara pasien
dan mengurangi beban perasaan dan dengan petugas medis. Varcarolis dalam
pikiran serta dapat mengambil Damaiyanti (2010:21) menyatakan bahwa
tindakan untuk mengubah situasi yang hubungan terapeutik sebagai pengalaman
ada bila pasien percaya pada hal yang belajar baik bagi pasien maupun petugas
diperlukan medis dapat diidentifikasi melalui empat
2. Mengurangi keraguan, membantu tindakan sebagai berikut:
dalam hal mengambil tindakan yang 1. Tindakan diawali oleh perawat
efektif dan mempertahankan kekuatan 2. Respon reaksi dari pasien
egonya. 3. Interaksi di mana perawat dan pasien
3. Memengaruhi orang lain, lingkungan mengkaji kebutuhan klien dan
fisik dan dirinya sendiri. tujuannya
Komunikasi terapeutik dapat dilakukan 4. Transaksi di mana hubungan timbal
oleh petugas medis dengan pasien apa pun balik pada akhirnya dibangun untuk
termasuk di dalamnya pasien dengan mencapai tujuan bersama.
gangguan jiwa. Menurut Yosep dalam
31
JURNAL KOMUNIKASI DAN KAJIAN MEDIA VOLUME 4, NOMOR 1, April 2020: 27-41

Berdasarkan hal di atas, dapat disimpulkan tujuan helping relationship sebagai berikut:
bahwa komunikasi terapeutik berbeda a. Memperoleh realisasi diri (self
dengan komunikasi sosial yang lebih lentur realization), penerimaan diri (self
dan tidak dapat diprediksi proses awal dan acceptance), dan meningkatkan
mulanya karena komunikasi terapeutik akan tanggung jawab diri (self respect).
diawali oleh pihak tim medis sebagai b. Memperjelas identitas personal
pembuka. Selanjutnya proses akan berjalan (personal identity) dan meningkatkan
seperti siklus stimulus dan respon di antara integritas personal (personal
tim medis dan pasien yang berlangsung integration).
sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pada c. Meningkatkan keintiman (intimate),
masing-masing status kesehatan seseorang. saling ketergantungan (interdependent),
serta hubungan interpersonal
Helping Relationship (interpersonal relationship) dengan
Komunikasi terapeutik dalam konteks kemampuan memberi dan menerima
hubungan saling membantu (the helping penuh kasih sayang.
relationship) menurut Taylor, Lillis, dan d. Meningkatkan fungsi kehidupan dan
LeMone dalam Anjaswarni (2016:16) kepuasan serta pencapaian tujuan
adalah hubungan saling membantu antara personal secara realistis.
perawat-klien yang berfokus pada Dengan demikian, dapat dijelaskan
hubungan untuk memberikan bantuan yang bahwa hubungan terapeutik berbeda
dilakukan oleh perawat kepada klien yang dengan hubungan sosial. Komunikasi
membutuhkan pencapaian tujuan. Dalam terapeutik juga berbeda dengan
hubungan saling membantu ini, perawat komunikasi sosial. Tabel di bawah ini
berperan sebagai orang yang membantu dan menjelaskan perbedaan tersebut.
klien adalah orang yang dibantu, sedangkan Tujuan dari komunikasi adalah
sifat hubungan adalah hubungan timbal sebuah efektivitas. Hal ini penting
balik dalam rangka mencapai tujuan klien. sebagai wujud kualitas proses
Masih dalam Anjaswarni (2016:16), komunikasi yang terjalin. Joseph A.
tujuan hubungan saling membantu (helping Devito (2011:321) dalam bukunya
relationship) menurut Taylor, Lillis, dan menyatakan setidaknya terdapat lima
LeMone adalah memenuhi kebutuhan klien kualitas umum yaitu:
dan meningkatkan kemandirian, perasaan 1. Keterbukaan (openness)
berharga, dan kesejahteraan. Sementara itu, 2. Empati (emphaty)
Stuart dan Laraia (1998) mengidentifikasi 3. Sikap mendukung (supportiveness)
32
Ascharisa Mettasatya Afrilia dan Lintang Citra Christiani, Helping Relationship ...

4. Sikap positif (positiveness) proses penyembuhannya melibatkan


5. Kesetaraan (equality) helping relationship sebagai bagian dari
komunikasi terapeutik.
Metode Penelitian
Hasil dan Pembahasan
Penelitian deskriptif kualitatif
dipilih karena menurut Djam’an Satori Skizofrenia merupakan penyakit
(2011:23) penelitian kualitatif dilakukan mental yang serius akibat kerusakan otak.
karena peneliti ingin mengeksplor Penyakit ini bisa diderita oleh berbagai
fenomena-fenomena yang tidak dapat tingkatan usia, tetapi gejala biasanya
dikuantifikasikan yang bersifat deskriptif muncul pada usia produktif dengan rentang
seperti proses suatu langkah kerja, formula 20 tahun sampai dengan 30 tahun. Mereka
suatu resep, pengertian-pengertian tentang yang rentan terkena penyakit ini adalah
suatu konsep yang beragam, karakteristik ketika ada riwayat keturunan skizofrenia
suatu barang dan jasa, gambar-gambar, dalam keluarga,sempat terjangkit virus
gaya-gaya, tata cara suatu budaya, model dalam kandungan atau karena
fisik suatu artifak dan lain sebagainya. penyalahgunaan obat-obatan dan narkoba.
Pada konteks penelitian ini, fenomena Ada banyak tipe skizofrenia (Zahnia dan
yang dimaksud adalah proses helping Sumekar, 2016: 161), antara lain:
relationship antara petugas medis dan 1. Skizofrenia paranoid
pasien skizofrenia. Pada tipe ini penderita biasanya dicirikan
Penelitian deskriptif kualitatif juga dengan adanya waham dan halusinasi.
bergantung kepada bagaimana peneliti Mereka agak congkak, mudah tersinggung,
dapat memiliki tingkat kepekaan dan daya dan kurang percaya pada orang lain.
analisis yang kuat mengingat peneliti juga Kemampuan kognitif dan afektif pasien
berperan sebagai instrumen kunci. Pada masih baik.
penelitian ini akan dieksplorasi secara 2. Skizofrenia hebrefenik
alami dalam bentuk rangkaian kegiatan Pasien biasanya usia remaja dan dicirikan
untuk memperoleh data yang bersifat apa dengan pembicaraan dan tingkah laku yang
adanya tanpa rekayasa. Pada konteks kacau. Pada pasien ini terjadi gangguan
penelitian ini, peneliti menggunakan proses berpikir sehingga waham dan
metode penelitian deskriptif kualitatif halusinasinya banyak sekali.
karena penelitian ini mengeksplor
fenomena skizofrenia di mana dalam

33
JURNAL KOMUNIKASI DAN KAJIAN MEDIA VOLUME 4, NOMOR 1, April 2020: 27-41

3. Skizofrenia katatonik Dalam proses komunikasi selalu ada


Pasien mengalami stres emosional hambatan, terlebih dalam komunikasi
terlebih dahulu. Gejala ditandai dengan terapeutik yang dipusatkan pada
motoric immobility atau aktivitas motorik kesembuhan pasien dengan ciri dan gejala-
yang berlebihan. Dalam situasi tertentu gejala tersebut, tentu saja mengalami
pasien tidak bergerak dalam waktu yang banyak hambatan (Devito, 2009: 11). Dalam
sangat lama hal ini, hambatan yang muncul:
4. Skizofrenia simplex a. Hambatan psikologis
Pada tipe ini pasien mengalami Hambatan psikologis adalah
kedangkalan emosi dan kemunduran hambatan yang berkaitan dengan tahap
kemauan.Gejalanya biasa timbul pertama sensasi dan persepsi selama proses
kali pada saat pubertas. komunikasi berlangsung. Dalam penelitian
5. Skizofrenia residual ini, hambatan psikologis dapat terjadi ketika
Pasien skizofrenia residual mengalami persepsi yang pasien tidak sama dengan
keterlambatan psikomotorik, pasif, tidak ada persepsi perawat. Kondisi ini selalu terjadi
inisiatif, ekspresi nonverbal lemah, tidak dalam komunikasi terapeutik antara perawat
merawat diri, dan peurunan fungsi sosial. dengan pasien skizofrenia. Pasien yang
6. Skizofrenia lain dan tak tergolongkan masuk ke RSJ datang dari latar belakang
budaya yang berbeda-beda. Kemudian
Secara umum ada gejala positif dan ditambah dengan kondisi pasien yang
negatif dari skizofrenia. Gejala positif sedang sakit dengan menunjukkan gejala-
meliputi keyakinan yan kuat terhadap suatu gejala yang bervariasi, mulai dari gangguan
hal tanpa dasar (delusi), merasakan sesuatu berpikir hingga seringkali melakukan
yang sangat nyata padahal tidak ada sesuatu yang mengarah pada perusakan dan
(halusinasi), pikiran yang tidak logis dan kekerasan. Hal ini menyebabkan kecemasan
tidak teratur (gangguan pikiran), dan dan ketegangan yang dialami oleh perawat
menunjukkan perilaku yang aneh seperti maupun pasien.
berbicara sendiri, tertawa atau menangis b. Hambatan semantik
secara tiba-tiba tanpa sebab. Kemudian Hambatan semantik adalah
gejala negatif yang muncul adalah penarikan hambatan bahasa yang sangat mungkin
sosial, hilangnya motivasi diri (tidak terjadi. Pada penelitian ini, perawat dituntut
merawat diri, misalnya), bergerak dan untuk memiliki kompetensi penguasaan
berpikir lambat atau ekspresi wajah yang bahasa yang disesuaikan dengan latar
datar. belakang pasien. Baik terkait dengan bahasa
34
Ascharisa Mettasatya Afrilia dan Lintang Citra Christiani, Helping Relationship ...

secara umum maupun bahasa istilah yang Perawat juga dengan cepat merespon setiap
digunakan oleh pasien. kondisi yang terjadi pada pasien melalui
c. Hambatan fisik prosedur-prosedur klinis yang terawasi.
Hambatan fisik bisa berupa jarak Khoshnavafomani (2012: 4) menulis bahwa
gangguan alat komunikasi, gangguan beberapa perilaku yang relevan dengan
kesehatan, dan sebagainya. Meskipun pada pekerja kesehatan dan helping relationship
kasus komunikasi terapeutik antara perawat adalah akuntabilitas, fokus pada kebutuhan
dengan pasien skizofrenia lebih banyak pasien, memiliki keterampilan klinis, dan
berhadapan dengan hambatan psikologis, adanya pengawasan dan diskusi secara
tetapi hambatan fisik juga kerap dialami, reguler dengan tim medis.
misalnya ketika pasien yang menderita Dengan kata lain, perawat dalam
ganggung jiwa tersebut merasa sakit kepala, helping relationship di sini adalah seorang
terbentur, terjatuh, dan sebagainya. “helper” yang memiliki kompetensi
Hambatan-hambatan tersebut pada komunikasi yang mengarah pada perilaku
praktiknya mampu dihadapi sehingga yang efektif dan tepat sesuai dengan
banyak pasien yang membaik bahkan konteksnya. Kompetensi komunikasi
kembali dalam lingkungan asalnya. ditentukan oleh 3 faktor penting, yaitu
Hubungan antara pasien dengan perawat motivasi, pengetahuan, dan keterampilan
untuk penyembuhan skizofrenia bukan komunikasi (Martin dan Nakayama, 2007).
hanya merupakan hubungan profesional 1. Motivasi
dalam dunia kesehatan saja. Namun lebih Perawat dalam wawancara
dari itu, terjalin hubungan saling tolong menyampaikan bahwa ketika pasien baru
menolong (profesional helping relationship). masuk ke RSJ dan mulai dirawat kemudian
kali pertama bertemu dengan perawat, selalu
Kompetensi Komunikasi “Helper” ada kecemasan dan ketidakpastian. Hal ini
Dari hasil wawancara dan observasi, dilatarbelakangi oleh belum diperolehnya
perawat memahami betul tanggung informasi mengenai pasien dan sebaliknya.
jawabnya dan konsekuensi dari setiap Oleh karena itu untuk kepentingan
tindakannya. Kemudian perawat juga kesembuhan pasien, keluarga pasien akan
memetingkan kebutuhan kliennya, dalam ditanya banyak hal mengenai riwayat
hal ini adalah pasien skizofrenia bukan pada penyakit, kondisi keluarga, dan sebagainya.
kepentingannya. Berdasarkan data, Pada kondisi tersebut pun, perawat selalu
seringkali perawat harus terluka secara fisik secara aktif terlebih dahulu menjalin
karena proses penyembuhan dari pasien. interaksi dengan pasien. Kepercayaan diri
35
JURNAL KOMUNIKASI DAN KAJIAN MEDIA VOLUME 4, NOMOR 1, April 2020: 27-41

perawat dalam melakukan helping skizofrenia memiliki kedua kompetensi


relationship didorong oleh jam terbang tersebut. Hal yang menarik, tidak hanya
selama bertugas. Pada penelitian ini, memiliki pengenalan baik akan dirinya (self-
informan memiliki masa kerja rata-rata di knowledge), perawat juga memiliki
atas sepuluh tahun. Hal tersebut tentu manajemen emosi diri (emotional self
berpengaruh terhadap pembentukan rasa management) yang baik ketika harus
percaya diri dalam berperan sebagai helper. menghadapi pasien yang sering melakukan
Kepercayaan diri yang tinggi dari perawat hal-hal di luar kontrol dan berpotensi
juga didasari oleh profesionalisme sekaligus memancing emosi dari perawat. Perawat
ada perasaan dan hasrat untuk menolong pasien skizofrenia mampu merespon sesuai
orang lain dalam diri pribadi perawat. konteks dan kondisi pasien yang memiliki
Perawat-perawat yang menjadi subyek kecenderungan untuk memberikan respon
penelitian saat ditanya mengenai alasan yang sifatnya tidak dapat terpresiksi.
menjadi perawat RSJ adalah sebuah Di samping itu, dalam upaya
panggilan untuk bermanfaat bagi orang lain penyembuhan, perawat menggunakan
serta menolong sesama. pendekatan budaya, seperti banyak
Gudykunts menyampaikan bahwa menggunakan bahasa daerah ketika
semakin tinggi kepercayaan diri dari berkomunikasi dan menggunakan aturan
komunikator, maka kecemasan dan verbal dan nonverbal dalam budaya Jawa.
ketidakpastian semakin rendah. Kondisi ini Hal ini menunjukkan bahwa yang
mengarah pada peningkatan motivasi untuk menentukan kesembuhan pasien bukan
melakukan interaksi dengan orang lain. hanya pengetahuan klinis, tetapi juga
Empati mengarahkan perawat pada motivasi pemahaman akan latar belakang budaya
menolong yang kuat karena dalam empati, pasien sehingga komunikasi berjalan dengan
kategori sosial dikesampingkan. efektif dan minim kesalahpahaman.
Kedaerahan menjadi pengikat yang kuat
2. Pengetahuan juga dalam membentuk kepercayaan dalam
Pengetahuan adalah elemen kognitif yang komunikasi.
merujuk pada pemahaman akan informasi- Temuan penelitian juga menunjukkan
informasi yang diperlukan agar tepat dalam bahwa spiritualitas menjadi kunci dalam
mengambil suatu tindakan. Kompetensi membangun relasi dengan pasien, Sebagai
pokok yang harus dimiliki paling tidak helper, perawat menggunakan pendekatan
adalah pengenalan diri dan kemampuan agama dalam proses penyembuhan, yaitu
linguistik. Perawat yang menangani pasien sebagai alat kontrol diri pasien. Ketika
36
Ascharisa Mettasatya Afrilia dan Lintang Citra Christiani, Helping Relationship ...

pasien mulai ketakutan, gelisah, atau rasa sakit, stres, serta keberhasilan proses
berhlusinasi, misalnya, perawat keperawatan (Sarfika, dkk 2018: 53).
pengingatkan untuk sholat. Ketika ditanya, Selain humor, strategi komunikasi lain
pasien juga menyampaikan bahwa pasien yang dapat membantu kesembuhan penyakit
percaya kalau dirinya bisa sembuh atas izin selain obat adalah spiritualitas. Di RSJ
Tuhan. Oleh karena itu pendekatan agama pasien lebih rajin dalam menjalankan ibadah
ini terus dilakukan. dan ini menjadi bagian dari proses helping
relationship ketika perawat mengarahkan
3. Keterampilan komunikasi pembicaraan pada kepasrahan kepada Sang
Keterampilan komunikasi berbicara Pencipta dan hidup dalam pengharapan.
tentang kemampuan untuk menggunakan Berdoa kepada Tuhan dapat mengurangi
pilihan komunikasi dalam sikap dan gajala-gejala sakit jiwa yang dialami pasien,
perilaku yang efektif di berbagai konteks. seperti paranoid dan halusinasi. Selanjutnya
Setiap perawat telah dibekali keterampilan dalam proses penyembuhan juga diperlukan
klinis dalam menangani pasien skizofrenia, keterampilan komunikasi dari perawat untuk
termasuk di dalamnya kemampuan bekerja dalam tim (team work) dan
melakukan komunikasi terapeutik kepada menciptakan ekosistem komunikasi yang
pasien. kondusif unntuk kesembuah pasien.
Data menunjukkan bahwa humor
merupakan salah satu keterampilan Tataran Kompetensi Komunikasi “Helper”
komunikasi yang banyak digunakan dalam Tiga faktor penentu kompetensi
menjalin hubungan dengan pasien. Perawat komunikasi yang teah dibahas di atas
menggunakan humor, terutama ketika kemudian mengarahkan perawat sebagai
muncul kecemasan atau ketegangan yang “helper” pada tataran kompetensi
dialami pasien. Perawat mengetahui kapan komunikasi teretentu. Mengambil pemikiran
humor dapat dilakukan dan pada pasien William Howel (dalam Griffin, 2012: 431-
dengan tipe skizofrenia seperti apa. Humor 432) pada konteks komunikasi budaya,
yang diterapkan bukan hanya sekadar terdapat 4 tataran kompetensi komunikasi,
membuat lelucon yang beresiko untuk yaitu unconscious incompetence, conscious
menyinggung perasaan pasien dan incompetence, conscious incompetence,
mengurangi kepercayaan pasien, melainkan unconscious competence yang digambarkan
humor yang efektif secara komunikasi. pada skema berikut:
Humor yang tepat merupakan komunikasi
verbal yang dapat mengurangi ketegangan,
37
JURNAL KOMUNIKASI DAN KAJIAN MEDIA VOLUME 4, NOMOR 1, April 2020: 27-41

Gambar skema tataran kompetensi komunikasi wisma pasien mengenai apa yang harus
dilakukan, bagaiman mendengarkan pasien,
bagaimana menjawab pertanyaan pasien,
bagaimana ketika gejala-gejala sakit jiwa
muncul, dan sebagainya. Tentu saja satu
pasien dengan pasien lainnya berbeda dalam
penanganan dan gaya komunikasi. Oleh
karena itu pengalaman dalam bertugas
sangat penting.
Sumber: www.mccc.edu Perawat yang memiliki jam terbang
tinggi seringkali harus menangani pasien
Perawat yang melakukan
dengan gangguan jiwa akut atau di bagian
(profesional) helping relationship, telah
Instalansi Gawat Darurat. Berbeda dengan
berada pada tataran kompetensi komunikasi
perawat yang bertugas di wisma dan
conscious competence bahkan unconscious
berhadapan dengan pasien yang telah diberi
competence. Pada tataran ketiga ini, ada
obat, pada unit ini perawat tidak lagi
kesadaran dari aktor komunikasi, dalam hal
bergerak dalam ‘kesadaran’, melainkan
ini perawat untuk merancang dan
justru lebih tinggi lagi, telah meninggalkan
mengontrol perilaku komunikasinya serta
itu karena strategi-strategi komunikasi
terus menerus berupaya untuk mencapai
secara otomatis muncul saat menghadapi
komunikasi yang efektif. Kesadaran di sini
pasien yang seringkali tidak terkontrol.
mengarah pada kemampuan mempersepsi
Kompetensi ini berada pada tataran keempat,
dan berinteraksi dengan pasien serta
yaitu unconscious competence. Para perawat
lingkungan.
tidak lagi secara sadar melakukan upaya-
Seorang “helper” memiliki
upaya dan mempersiapkan strategi
kecakapan untuk memahami dirinya sendiri,
komunikasi yang efektif karena pada kasus
profesionalitas yang sedang dijalani, dan
pasien akut, dibutuhkan reaksi yang cepat
siapa yang dihadapi. Helper memahami
dan tepat.
bahwa setiap relasi yang dibangun akan
berdampak secara klinis dan berdampak
Mindfulness
juga pada pribadi pasien. Kompetensi ini
Kompetensi-kompetensi yang
terus diterapkan melalui persiapan dari aktor
dimiliki oleh “helper” memperkuat
komunikadi. Perawat mempersiapkan diri
terjalinnya helping relationship antara
setiap kali bertugas dan mendampingi di
perawat dengan pasien skizofrenia.
38
Ascharisa Mettasatya Afrilia dan Lintang Citra Christiani, Helping Relationship ...

Relational outcomes yang muncul ialah Dalam mindfulness, para


adanya trust, hope, and opennes. Ketiga hal “helper”selalu fokus pada pasien pada saat
tersebut memiliki kaitan yang sejajar dengan komunikasi berlangsung. Perawat tidak
komponen komunikasi interpersonal yang hanya hadir secara fisik berhadapan dengan
efektif, yang mana memenuhi komponen pasien, tetapi juga hadir secara emosi,
opennes, emphaty, supportiveness, pikiran, dan perasaan saat berkomunikasi.
positiveness, dan equality. Harapannya, relasi yang bertujuan
Tahap equality itu sendiri menolong ini menjadi relasi yang
merupakan bentuk kesetaraan antara menyembuhkan.
komunikator dan komunikan dalam proses
interaksi. Hal tersebut juga terkait dengan I-
Simpulan
Thou Relationship di mana dalam sebuah
hubungan terdapat kesetaraan peran antara Komunikasi interpersonal terpeutik
individu yang satu dengan yang lain. antara perawat dan pasien skizofrenia
Kesetaraan ini bukan mengarah pada mengarah pada helping relationship. Relasi
kesamaan peran dalam komunikasi karena menolong ini merupakan bentuk komunikasi
tentu saja perawat memiliki peran atau yang direncanakan secara sadar, bertujuan,
power yang lebih dominan. Kesetaraan di dan kegiatannya dipusatkan untuk
sini berbicara mengenai bagaimana pasien kesembuhan pasien skizofrenia. RSJ Prof.
tidak dianggap sebagai sebuah obyek, Dr. Soerojo Magelang menjadi rujukan
melainkan subyek dalam komunikasi. dalam perawatan pasien dengan gangguan
I-Thou Relationship terjadi ketika jiwa dan telah menyembuhkan banyak
ada proses memanusiakan manusia. Ada pasien skizofrenia. Hasil penelitian
komunikasi dua arah yang berdasarkan pada menujukkan bahwa keberhasilan
dialog (Scott, 2009: 3). Sebuah dialog dapat komunikasi ditentukan oleh kompetensi
berjalan juga saat pasien memberikan space komunikasi yang dimiliki oleh perawat,
bagi terjalinnya relasi yang baik. yang mana dalam konteks ini menjadi
Mindfulness terwujud ketika, baik seorang “helper”. Perawat berada pada
perawat maupun pasien memiliki tujuan tataran kompetensi conscious competence
yang sama, yaitu kesembuhan pasien dan bahkan unconscious competence.
sehingga ketidakpastian dan kecemasan Dengan kompetensi komunikasi
dalam komunikasi dapat ditekan secara pada tataran yang tinggi ini terjalin sebuah
optimal dan motivasi untuk menjalin relational outcomes berupa kepercayaan,
helping relationship dapat terus dilakukan. keterbukaan, empati, dan kemudian

39
JURNAL KOMUNIKASI DAN KAJIAN MEDIA VOLUME 4, NOMOR 1, April 2020: 27-41

mengarah pada I-Thou Relationship. Arikunto S. (2006). Prosedur penelitian


Berbagai kecemasan dan ketidakpastian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
yang dialami oleh perawat dan pasien dapat Rineka Cipta.
ditekan secara optimal sehingga motivasi
Asmadi (2008). Tehnik Prosedural
untuk terus berinteraksi semakin kuat.
Keperawatan: Konsep Dan
Mindfulness menjadi kunci yang mengarah
Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien.
pada relasi yang menyembuhkan.
Jakarta: SAlemba Medika.
Data hasil penelitian mengenai
helping relationship sangat luas sehingga Budi Santoso (2009). “Hubungan antara
peneliti saat ini hanya fokus pada beberapa Karakteristik Demografi dengan
hal, seperti kompetensi komunikasi dan Kecemasan Pasien Pra Operasi di
mindfulness dalam penyembuhan Rumah Sakit Islam Amal Sehat
skizofrenia. Sragen Tahun 2008”. Jurnal.
Sragen: Akademi Keperawatan
Yappi Sragen.
Daftar Pustaka
Damayanti, Mukhripah dan Iskandar (2012.
Anjaswarni, Tri (2006). Komunikasi Dalam
Asuhan Keperawatan Jiwa.
Keperawatan. Jakarta:
Bandung: Refika Aditama.
Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia. E-book dalam Data Rekam Medik (2011). RSJD Surakarta.
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdi Tidak dipublikasikan.
ksdmk/wpcontent/uploads/2017/08/
Depdiknas (2000). Undang-undang Nomor
Komunikasi-dalam-
20 Tahun 2003 tentang Sistem
KeperawatanKomprehensif.pdf
Pendidikan Nasional dalam
Ari, Purwaningtyas. L.D. (2010). Pengaruh http://www.jakarta_teachers.com
Relaksasi Progresif Terhadap diakses pada 10 Maret 2012.
Tingkat Kecemasan Pada Pasien
Devito, Joseph A. (2011). Komunikasi
Skizofrenia Di Rumah Sakit Jiwa
Antarmanusia. Tangerang Selatan:
Daerah Surakarta. Skripsi.
Karisma.
Surakarta: Universitas
Muhammadiyah Surakarta. Publishing Group.Komunikasi Antar
Manusia

40
Ascharisa Mettasatya Afrilia dan Lintang Citra Christiani, Helping Relationship ...

Erlina (2008). “Faktor-faktor yang berperan Hidayat, A.A., (2003). Riset Keperawatan
terhadap timbulnya skizofrenia dan Teknik Penulisan Ilmiah. Edisi
pada pasien rawat jalan di RS Jiwa I. Jakarta: Salemba Medika.
Prof. HB Saanin Padang Sumatera
Martin, J.N., Nakayama, T.K. (2007).
Barat”. Skripsi. Medan: USU.
Intercultural Communication In
Filino,D., Mohd Sofian,O.F., Maria,C.A., Contexts. New York: McGraw-Hill
Charoon,M., Chairat,C. (2009).
Sarfika, Rika, dkk. (2018). Komunikasi
“Relationship between Mental Skill
Terapeutik Dalam Keperawatan.
and Anxiety Interpretation in
Padang: Andalas University Press.
Secondary School Hockey
Athletes”. European Journal of Satori, Djam’an (2011). Metode Penelitian
Social Sciences. Kualitatif. Bandung: Afabeta.

Funda,O., Turkan,P. (2009). “The Effect of Scott, John G. dan Rebecca G. Scott (2009).
Training and Progressive “Healing Relationship dan
Relaxation Exercise On Anxiety Existential Philosophy of Martin
Level After Hysterectomy”. Buber”. BioMed Central Ltd.
Ataturk University School of Dalam https://peh-
Nursing,Erzurum. The New Journal med.biomedcentral.com/articles/10.
of Medicine. 1186/1747-5341-4-11

FatemehKhoshnavafomani, dkk. (2012). Zahnia, Siti dan Dyah Mekar (2016).


“Concept Analysis of Therapeutic “Kajian Epidemiologis
Relationship”. Indian Streams Skizofrenia”. Jurnal Majority. Vol.
Research Journal. Vol. 2 No. 9. 5 No. 1.
Hlm. 1-8
Skema kompetensi komunikasi dalam

Griffin, EM (2012). A First Look At www.mccc.edu

Communication Theory, Fifth


Edition. New York: McGraw Hill

Hawari, Dadang. (2009). Pendekatan


Holistik Pada Gangguan Jiwa
Skizofrenia. Jakarta: FKUI

41

Anda mungkin juga menyukai