Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Psibernetika

Versi Online: https://journal.ubm.ac.id/index.php/psibernetika Vol.12 (1): 20 - 28. April 2019


DOI: http://dx.doi.org/10.30813/psibernetika.v12i1.1584 p-ISSN: 1979-3707
Hasil Penelitian e-ISSN: 2581-0871

EXPRESSIVE WRITING THERAPY SEBAGAI MEDIA UNTUK


Hasil Penelitian
MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENGUNGKAPAN DIRI (SELF
DISCLOSURE) PADA PASIEN SKIZOFRENIA HEBEFRENIK

Expressive Writing Therapy As a Media to Improve Self Disclosure Skills


of Hebephrenic Schizophrenia Patients
Lulus Faqihatur Rohmah1), Herlan Pratikto2)
1)2) Magister Profesi Psikologi, Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya

Diterima 22 Januari 2019

ABSTRACT
This study aims to intervene in one of the schizophrenic patients who are in RSUD Dr. Radjiman
Widiodiningrat Malang. Subjects experienced hebefrenic schizophrenia. The researcher gave an
intervention in the form of expressive writing therapy as a medium to express feelings, heal and improve
mental health. This therapy is believed to be able to reveal or describe life experiences in the past, present
or future. The method used in the study is qualitative with a case study approach. The results of this study
indicate that Expressive writing therapy is effectively used as a medium to express the feelings / heart
content / emotions of the Subject.
Keyword: Expressive writing therapy, Hebefrenic Schizophrenia.

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melakukan intervensi kepada salah satu pasien skizofrenia yang
berada di RSJ Dr.Radjiman Widiodiningrat Malang. Subyek mengalami gangguan skizofrenia hebefrenik.
Peneliti memberikan intervensi berupa expressive writing therapy sebagai media untuk meningkatkan
kemampuan pengungkapan diri (self disclosure), menyembuhkan dan peningkatan kesehatan mental.
Terapi ini diyakini mampu mengungkap atau menggambarkan pengalaman hidup pada masa lalu, sekarang
atau masa depan. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah kualitatif dengan pendekatan studi kasus.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Expressive writing therapy efektif digunakan sebagai media
mengungkapkan perasaan/isi hati/emosi Subyek.
Kata kunci: Expressive writing Therapy, Skizofrenia Hebefrenik.

PENDAHULUAN

Data Riset Kesehatan Dasar Riskesdas 2013 turut mencatat


(RISKESDAS) di Indonesia tahun 2013 proporsi rumah tangga dengan minimal
menunjukkan bahwa prevalensi gangguan salah satu rumah tangga mengalami
jiwa emosional yang ditunjukkan oleh gejala gangguan jiwa berat dan pernah dipasung
depresi dan kecemasan pada usia 15 tahun ke mencapai 18,2 persen di daerah pedesaan.
atas mencapai sekitar 14 juta orang atau 6% Sementara di daerah perkotaan, proporsinya
dari total penduduk Indonesia. Sedangkan mencapai 10,7 persen (Riskesdas Depkes RI,
untuk prevalensi gangguan jiwa berat, 2013).
seperti Skizofrenia mencapai sekitar Sementara itu, menurut data WHO
400.000 orang atau sebanyak 1,7 per 1.000 pada tahun 2016, secara global terdapat
penduduk. sekitar 35 juta orang yang mengalami
_______________ depresi, 60 juta orang dengan gangguan
*Korespondensi Penulis: bipolar, 21 juta orang dengan Skizofrenia.
E-mail: lulus.faqiha@gmail.com, Peningkatan proporsi gangguan jiwa pada
herlan.praktikto@yahoo.co.id data yang didapatkan Riskesdas 2018 cukup

20
Jurnal Psibernetika
Versi Online: https://journal.ubm.ac.id/index.php/psibernetika Vol.12 (1): 20 - 28. April 2019
DOI: http://dx.doi.org/10.30813/psibernetika.v12i1.1584 p-ISSN: 1979-3707
Hasil Penelitian e-ISSN: 2581-0871

signifikan jika dibandingkan dengan Tanda-tanda awal yang bisa


Riskesdas 2013, naik dari 1,7% menjadi 7%
Hasil Penelitian terdeteksi antara lain: penderita mudah
(Riskesdas Depkes RI, 2018). curiga, cenderung depresi, cemas, tegang,
Menurut Lukitasari (2013) di mudah marah, cepat tersinggung, dan
Amerika Serikat penyakit Skizofrenia perasaannya mudah berubah-ubah,
menimpa kurang lebih 1% dari jumlah mengalami gangguan makan, sulit tidur.
penduduk Amerika. Pada waktu tertentu Kehilangan energi dan motivasi, lebih susah
lebih dari dua juta orang Amerika menderita mengingat dan berkonsentrasi. Penderita
skizofrenia. Jumlah penduduk Indonesia biasanya merasa segala sesuatu di sekitarnya
pada tahun 2010 berjumlah 237,6 juta, berubah sehingga ia merasa asing berada
dengan asumsi angka 1% di atas, maka dalam lingkungannya sendiri. Gejala yang
jumlah penderita skizofrenia di Indonesia bertahap ini bisa juga berakhir dengan
pada tahun 2012 ini sekitar 2.377.600 orang. keadaan atau episode skizofrenia yang krisis
Departemen Kesehatan menyebutkan atau akut. Keadaan ini berkembang sehingga
jumlah penderita gangguan jiwa berat penderita mengalami delusi dan halusinasi
sebesar 2,5 Juta jiwa, yang diambil dari data serta gangguan pada pikiran serta perasaan
RSJ se-Indonesia gangguan Skizofrenia. terhadap diri sendiri menjadi berubah.
Skizofrenia adalah gangguan Umumnya mereka langsung tidak
psikotik yang ditandai dengan gangguan bisa berfungsi dalam kehidupan dalam
utama dalam pikiran, emosi, perilaku, kehidupan sosialnya. Mereka mengalami
pikiran yang terganggu. Berbagai pemikiran halusinasi. Penderita mendengar, melihat,
tidak saling berhubungan secara logis. mencium, atau merasakan sesuatu yang
Persepsi dan perhatian yang keliru, afek sebenarnya tidak ada. Oleh sebab itu,
yang datar atau tidak sesuai dan berbagai penderita skizofrenia sering terlihat tertawa
gangguan aktifitas motorik yang bizarre. sendiri, berbicara sendiri, atau melakukan
Pasien skizofrenia menarik diri dari orang tindakan diluar akal sehat. Selain itu, ia juga
lain dan kenyataan, sering kali masuk dalam mengalami waham (delusi), yakni penderita
kehidupan fantasi yang penuh delusi dan meyakini sesuatu yang tidak wajar dan aneh.
halusinasi (Davinson, 2010). Pada tahap lanjut (kronis/menahun)
Skizofrenia termasuk dalam salah biasanya penderita menjadi lebih pasif.
satu gangguan mental yang disebut Psikosis. Tanda-tandanya antara lain : tidak ada
Pasien psikotik tidak dapat mengenali atau perhatian pada keluarga atau lingkungannya,
tidak memiliki kontak dengan realitas (Arif, penderita hidup dalam dunianya sendiri,
2006). Skizofrenia ditandai oleh tidak mau mengurus diri (tidak mau makan,
penyimpangan yang fundamental dan tidak mau mandi). Ia juga kehilangan
karakteristi dari pikiran persepsi serta oleh perasaan atau emosinya menjadi datar, tidak
afek yang tidak wajar (inappropriate) atau menunjukkan ekspresi yang sesuai dengan
tumpul (Maslim, 2013). suasana (Simanjuntak, 2008)
Skizofrenia merupakan kelompok Diagnosis Skizofrenia Hebefrenik
gangguan psikosis atau psikotik yang berdasarkan PPDGJ:
ditandai terutama distorsi-distorsi mengenai 1. Memenuhi kriteria umum diagnosis
realita. Terkadang terlihat adanya perilaku skizofrenia
menarik diri dari interaksi sosial, serta 2. Di tegakkan pada usia remaja atau
diorganisasi dan fragmentasi dalam hal dewasa muda (15-25 tahun)
persepsi, pikiran dan kognisi. Ada juga ahli 3. Kepribadian premorbid menunjukkan
yang berpendapat bahwa terdapat perbedaan ciri khas: pemalu dan senang menyendiri,
esensial antara skizofrenia dengan neurotik namun tidak harus seperti itu.
yaitu bahwa penderita neurotik mengalami 4. Diperlukan pengamatan kontinue selama
gangguan terutama bersifat emosional, 2-3 bulan untuk memastikan bahwa
sedangkan skizofrenia tertutama mengalami gambaran berikut memang benar
gangguan dalam pikiran (Wiramihardja, bertahan:Perilaku tidak bertanggung
2005). jawab dan tidak dapat diramalkan,
kecenderungan untuk menyendiri dan

21
Jurnal Psibernetika
Versi Online: https://journal.ubm.ac.id/index.php/psibernetika Vol.12 (1): 20 - 28. April 2019
DOI: http://dx.doi.org/10.30813/psibernetika.v12i1.1584 p-ISSN: 1979-3707
Hasil Penelitian e-ISSN: 2581-0871

perilaku menunjukkan hampa tujuan dan yaitu mengenai relasi sosial dan hubungan
hampa
Hasil perasaan. Afek dangkal dan tidak
Penelitian romantis (Sindiro & Florentiana, 2016)
wajar, di sertai cekikikan atau perasaan Expressive writing therapy
puas diri, senyum sendiri, tertawa termasuk salah satu intervensi. Teknik ini
menyeringai, mengibuli secara bersenda diyakini mampu mengungkap atau
gurau, keluhan hipokondriakal dan menggambarkan pengalaman hidup penulis
ungkapan kata yang di ulang-ulang. pada masa lalu, sekarang atau masa depan.
Proses pikir mengalami disorganisasi dan Melalui Expressive writing therapy
pembicaraan tak menentu serta inkoheren gambaran-gambaran tentang pengalaman
5. Gangguan afektif dan dorongan hidup seseorang dapat terungkap melalui
kehendak, serta gangguan proses pikir tulisan-tulisan yang dibuat.
umumnya menonjol. Halusinasi dan Expressive Writing Therapy ini
waham mungkin ada tetapi tidak dapat diterapkan pada semua usia, mulai dari
menonjol. Dorongan kehendak dan yang anak-anak, remaja, orang dewasa, pasangan
bertujuan hilang serta sasaran suami istri. Dapat pula digunakan secara
ditinggalkan, sehingga perilaku penderita individual maupun kelompok. Manfaatnya
memperlihatkan ciri khas, yaitu perilaku yang diperoleh ketika menggunakan teknik
tanpa tujuan dan tanpa maksud. Adanya ini antara lain: 1) Individu menjadi lebih
suatu preokupasi yang dangkal dan mudah dalam mengekspresikan emosi-
bersifat dibuat-buat terhadap agama, emosinya secara tepat; 2) individu mampu
filsafat, dan tema abstrak sehingga memisahkan masalah dari diri; 3) individu
mempersukar orang lain memahami jalan mampu mengurangi munculnya gejala-
pikiran pasien (Maslim,2013). gejala negatif akibat timbulnya masalah
(pusing, sakit perut, dll); 4) meningkatkan
Expressive Writing Therapy pemberdayaan diri (Keling & Bermudez
Salah satu bagian dari terapi dalam Maharani,Noviekayati &
ekspresif adalah terapi menulis yang Meiyuntariningsih, 2017).
digunakan sebagai media menyembuhkan Expressive Writing dianggap
dan peningkatan kesehatan mental. Secara mampu mereduksi stres karena saat individu
umum tujuan dari terapi menulis berhasil mengeluarkan emosi-emosi
diantaranya: (1) Meningkatkan pemahaman negatifnya (perasaan sedih, kecewa, duka)
bagi diri sendiri maupun orang lain dalam ke dalam tulisan tangan maka individu
bentuk tulisan dan literatur lain; (2) tersebut dapat mulai merubah sikap,
Meningkatkan kreatifitas, ekspresi diri dan meningkatkan kreativitas, mengaktifkan
harga diri; (3) Memperkuat kemampuan memori, memperbaiki kinerja dan kepuasan
komunikasi dan interpersonal; (4) hidup serta meningkatkan kekebalan tubuh
Mengekspresikan emosi yang berlebihan agar terhindar dari psikosomatik.
(katarsis) dan menurunkan ketegangan; (5) Teknik menulis ekspresif ini pada
Meningkatkan kemampuan individu dalam dasarnya sama-sama memakai buku, jurnal
menghadapi masalah dan beradaptasi (Davis atau buku diary pribadi dan blog. Beberapa
dalam Kurniawan & Kumolohadi, 2015). penelitian berbeda dalam penggunaan durasi
Expressive Writing pertama kali menulis, karena setiap kasus memiliki
dicetuskan oleh Pennebeker pada tahun tingkat kedalaman masalah yang berbeda,
1989. Pennebeker yang merupakan seorang sehingga dibutuhkan cara dan durasi yang
professor di bidang Psikologi Sosial banyak berbeda, untuk proses terapi kurang lebih
meneliti manfaat dari kegiatan menulis. dibutuhkan waktu 10-30 menit dalam proses
Pada awal penelitiannya, Pennbeker menulis ekspresif. Menurut teori awalnya
meneliti manfaat menulis pada Subyek Subyek diminta untuk masuk ke dalam
dengan gangguan Post Traumatic and Stress ruangan dan diminta untuk menulis tentang
Disorder. Kemudian Pennebeker bagaimana Subyek menggunakan waktunya
memperluas penemuannya dengan sehari-hari, hingga pengalaman dalam
melakukan eksperimen bidang psikososial, kehidupannya, tentang perasaan-
perasaannya kepada orang-orang

22
Jurnal Psibernetika
Versi Online: https://journal.ubm.ac.id/index.php/psibernetika Vol.12 (1): 20 - 28. April 2019
DOI: http://dx.doi.org/10.30813/psibernetika.v12i1.1584 p-ISSN: 1979-3707
Hasil Penelitian e-ISSN: 2581-0871

disekitarnya, tentang masa lalu, masa mengeluarkan hal-hal yang tidak bisa
sekarang dan impiannya hingga konflik
Hasil Penelitian dikatakannya selama ini. Subyek mengalami
pribadinya. kesulitan untuk mengungkapkan perasaan
Penelitian yang dilakukan oleh yang ada dihatinya. Subyek juga kesulitan
Maharani, Noviekayati & Meiyuntariningsih untuk bercerita atau berkomunikasi dengan
(2017) yang berjudul efektifitas expressive orang lain.
writing therapy dalam menurunkan tingkat
stress pada remaja dengan albino ditinjau METODE PENELITIAN
dari tipe kepribadian introvert dan ekstrovert
menyatakan bahwa ada pengaruh pemberian Penelitian ini menggunakan metode
expressive writing therapy terhadap kualitatif dengan jenis pendekatan studi
penurunan tingkat stress pada para remaja kasus. Metode merupakan proses, prinsip
penderita albino, dengan demikian dapat dan prosedur yang digunakan peneliti untuk
dijelaskan bahwa penggunaan expressive mendekati suatu masalah dan mencari
writing therapy sangat efektif sebagai jawabannya. Dengan kata lain, metodologi
intervensi penanganan psikologis individu adalah sebuah pendekatan umum untuk
yang mengalami stress akibat dari kelainan mengkaji topik penelitian. Dengan
genetik yang dideritanya berupa albinisme. menggunakan penelitian kualitatif, maka
Pada penelitian lain yang dilakukan data yang di dapatkan akan lebih lengkap,
oleh Susanti (2013) menyatakan bahwa ada lebih mendalam dan bermakna sehingga
perbedaan tingkat stress pada remaja yang tujuan dari penelitian ini akan tercapai.
diberikan terapi menulis ekspresif dan yang Penelitian kualitatif adalah sebagai suatu
tidak diberi terapi. Terapi expressive writing gambaran yang kompleks, meneliti kata-
juga digunakan oleh Baihaqi, Murdiana & kata, laporan terperinci dari pandangan
Ridfah (2017) untuk menurunkan responden, dan melakukan studi pada situasi
kecemasan berbicara di depan umum pada yang alami.
mahasiswa. Hasil yang didapatkan adalah Studi kasus adalah fenomena khusus
bahwa terapi expressive writing berpengaruh yang hadir dalam suatu konteks yang
dalam menurunkan kecemasan. terbatasi (bounded context), meski batas-
Penelitian di atas dapat menjadi batas antara fenomena dan konteks tidak
rujukan atau tambahan referensi bagi sepenuhnya jelas. Kasus ini berupa individu,
peneliti dalam melengkapi data-data yang peran, kelompok kecil, organisasi,
diperlukan. Kesamaan yang dimiliki dengan komunitas, atau bahkan suatu bangsa
penelitian terdahulu adalah sama-sama (Poerwandari, 2005).
menggunakan Expressive writing therapy. Alat yang digunakan dalam
Perbedaannya adalah pada Subyek dan melakukan pengambilan data dan intervensi
lokasi penelitian. Peneliti akan membahas adalah sebagai berikut :
mengenai expressive writing therapy 1. Kertas HVS sebanyak 4 lembar
sebagai media untuk meningkatkan 2. Pensil/bulpoin
kemampuan pengungkapan diri (self 3. Papan dada
disclosure) pada pasien Skizofrenia 4. Alat-alat Psikotes
Hebefrenik di RSJ Dr. Radjiman 5. Buku catatan
Widiodiningrat Malang. Kertas HVS dan pensil diberikan
Peneliti menggunakan Expressive oleh peneliti kepada Subyek secara bertahap
writing therapy dengan alasan karena sesuai dengan sesi-sesi dalam proses
Subyek mempunyai hobi menulis, terutama intervensi. Kertas, pensil dan papan dada
menulis buku diary dan juga menulis tulisan adalah alat yang penting untuk membantu
Arab. Biasanya Subyek menulis tentang melakukan expressive writing therapy.
dirinya dan juga membuat cerita-cerita Expressive writing therapy dilakukan di RSJ
pendek. Di samping itu, Expressive writing Dr. Radjiman Widiodiningrat Lawang
therapy juga memiliki tujuan untuk Malang, tepatnya di Ruang Garuda (kelas 3,
membuat seseorang mampu untuk ruang Pasien laki-laki) selama satu minggu.
mengungkapkan perasaanya atau

23
Jurnal Psibernetika
Versi Online: https://journal.ubm.ac.id/index.php/psibernetika Vol.12 (1): 20 - 28. April 2019
DOI: http://dx.doi.org/10.30813/psibernetika.v12i1.1584 p-ISSN: 1979-3707
Hasil Penelitian e-ISSN: 2581-0871

Subyek Penelitian dan menghadapi masalah, maka Subyek


Subjek dari penelitian berinisial
Hasil Penelitian akan menghindari masalah tersebut.
MW, berjenis kelamin laki-laki dan berusia Subyek menjadi lebih agresif dan
39 tahun. Dari studi dokumentasi RSJ suka marah-marah tidak jelas setelah
Dr.Radjiman Widiodiningrat serta hasil mengetahui mantan istrinya sudah menikah
asesmen yang dilakukan oleh peneliti, kembali. Subyek semakin pendiam dan
Subjek didiagnosa mengalami gangguan bermalas-malasan setelah bercerai dari
skizofrenia hebefrenik istrinya, terutama semenjak Subyek
mengetahui mantan istrinya yang sudah
Teknik Pengambilan Data menikah lagi.
Teknik penggalian data dilakukan Subyek sering marah-marah tidak
selama 4 minggu, dengan rincian 3 minggu jelas. Subyek sering bicara ngelantur dan
asesmen dan 1 minggu intervensi. Asesment mengeluarkan kata-kata kotor. Subyek
yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pernah marah-marah kepada ibu dan sampai
observasi, wawancara, psikotes dan studi menyakiti Adik dan kakaknya. Subyek juga
dokumentasi. Observasi yang dilakukan pernah keluar rumah pada jam 03.00 WIB
dalam penelitian ini adalah mendeskripsikan dengan membawa benda tajam (linggis).
tempat dan observasi umum serta gejala- Bukan hanya itu, Subyek juga sering
gejala yang nampak dengan merujuk kepada membawa batu-batu selama di rumah. Pada
PPDGJ III (F.20 dan F.20.1) dan (F.60.1). saat tidak kambuh, Subyek lebih banyak
Sedangkan,variasi dalam wawancara adalah diam dan tidak mau berbicara.
wawancara informal dan wawancara dengan Berdasarkan hasil observasi Subyek
pedoman umum. Panduan wawancara kurang aktif dan jarang sekali berinteraksi
pedoman umum berdasarkan pada teori dengan pasien lain atau orang yang ada
skizofrenia dan teori pendekatan disekitarnya. Subyek lebih suka menyendiri
Psikoanalisis dari Sigmund Freud, dan tidak banyak berbicara. Subyek
psikopatologi serta riwayat kehidupan cenderung pendiam dan beberapa kali
Subyek. terlihat malu untuk mengawali komunikasi
Penggalian data lainnya adalah ataupun hubungan interpersonal. Subyek
dengan menggunakan psikotes. Alat tes menghabiskan waktunya untuk tiduran di
psikologi yang digunakan peneliti adalah tempat tidurnya.
DAP, BAUM, HTP, WWQ, SSCT, TAT dan Berdasarkan hasil pengukuran yang
WAIS. Tujuan dari psikotes adalah untuk diperoleh, peneliti menggunakan expressive
memperkuat hasil observasi, wawancara writing therapy sebagai media untuk
dokumentasi untuk mengungkapkan meningkatkan kemampuan pengungkapan
gambaran diri, aspek kognitif, emosi, sosial diri (self disclosure) Subyek diharapkan
dan tanda-tanda patologis. mampu untuk mengungkapkan perasaan/isi
hati/emosi Subyek yang dipendam atau
Analisis Data masalah-masalah yang Subyek alami selama
Peneliti menganalisis data dengan ini. Ada beberapa tahap yang dilakukan
mengintegrasi semua hasil asesment dalam teknik ini, yang dijabarkan sebagai
(observasi, wawancara, psikotes) dan juga berikut:
studi dokumentasi. Semua ini digunakan Tahapan Pelaksanaan Expressive Writing
untuk mendiagnosis dan kemudian Therapy
menentukan serta memberikan intervensi Berikut rincian dari aplikasi
yang tepat kepada Subyek. expressive writing dari Hynes dan Hynes,
Dari kecil Subyek memilih untuk dan Thompson (dalam Susanti, 2013)
diam dan tidak mengungkapkan apa yang membagi expressive writing ke dalam empat
sebenarnya Subyek rasakan. Subyek tahap yakni:
memendam perasaannya seorang diri, a. Recognation / initial writing.
terkadang Subyek hanya akan bercerita Tahap ini merupakan tahap pembuka yang
kepada teman yang Subyek percaya. Pada berisi kegiatanmembangun kenyamanan
saat Subyek sudah tidak kuat mendengarkan sekaligus juga menulis. Subyek diberi

24
Jurnal Psibernetika
Versi Online: https://journal.ubm.ac.id/index.php/psibernetika Vol.12 (1): 20 - 28. April 2019
DOI: http://dx.doi.org/10.30813/psibernetika.v12i1.1584 p-ISSN: 1979-3707
Hasil Penelitian e-ISSN: 2581-0871

kesempatan untuk menulis dengan bebas makanan untuk tetangganya sebagai tanda
kata-kata, frase, atau mengungkapkan hal
Hasil Penelitian permintaan maaf.
lain yang muncul dalam pikiran tanpa Subyek tidak memberikan alasan
perencanaan dan arahan. yang jelas kenapa dia ingin meminta maaf,
b. Examination / writing exercise. namun Subyek hanya ingin meminta maaf
Tahap ini bertujuan untuk mengeksplorasi karena mungkin sudah menyakiti hati orang
reaksi Subyekterhadap suatu situasi tertentu. lain. Rapport antara Subyek dan Peneliti
Writing exercise ini merupakan tahapdimana sudah terbangun dengan baik, sehingga
proses menulis dilakukan. Subyek tidak canggung atau tidak lagi
c. Juxtaposition / feedback. Tahapan menutupi masalahnya dan lebih terbuka
ini merupakan sarana refleksi yang dengan peneliti.
mendorongpemerolehan kesadaran baru Sesi 2 yaitu menetapkan tujuan
yang menginspirasi perilaku, sikap, nilai intervensi bersama Subyek. Peneliti
yang baru serta membuat individu mengajak Subyek untuk menetapkan tujuan
memperoleh pemahaman yang lebih dalam bersama-sama agar Subyek memiliki
tentang dirinya. Tulisan yang sudah dibuat komitmen selama pelaksanaan intervensi.
Subyek direfleksikan atau dikembangkan, Subyek mengatakan bahwa masalah yang
disempurnakan dan didiskusikan bersama. sedang dirasakan adalah ketidakmampuan-
Hal pokok yang dapat digali pada tahap ini nya untuk mengungkapkan apa yang
adalah bagaimana perasaan penulis saat sebenarnya di rasakan. Ada keinginan yang
menyelesaikan tugas menulis atau saat besar untuk bercerita kepada orang lain,
membaca. Pada tahap ini, Subyek namun tidak bisa. Subyek juga kecewa
mendapatkan pengetahuan baru kemudian dengan sikap adik dan keluarganya yang
mengaplikasikan dan berlanjut pada tidak percaya kepadanya, begitu juga dengan
kesepakatan antara Subyek dengan peneliti teman dan tetangga-tetangganya yang sering
atas perubahan tingkah laku yang akan membicarakan dan menghina dirinya.
dilakukan di kemudian hari. Peneliti dan Subyek membuat
d. Application to the self. Pada tahap kesepatakan untuk intervensi. Subyek
terakhir ini, Subyek didorong untuk menyetujui untuk dilakukannya terapi
mengaplikasikan pengetahuan barunya selama beberapa hari ke depan. Subyek juga
dalam dunia nyata. Konselor atau terapis mau melakukannya dengan sungguh-
membantu Subyek mengintegrasikan apa sungguh agar bisa menyelesaikan sedikit
yang telah dipelajari selama sesi menulis masalahnya atau mengurangi sedikit
dengan merefleksikan kembali apa yang bebannya selama ini.
harus dirubah dan diperbaiki serta mana Sesi 3 yaitu menulis bebas. Subyek
ynag perlu dipertahankan. Selain itu juga menuliskan bahwa Subyek tidak bisa
dilakukan refleksi tentang manfaat menulis mengungkapkan apa yang sebenarnya ingin
bagi Subyek. Konselor juga perlu Subyek ungkapkan. Subyek merasa orang-
menanyakan apakah Subyek merasakan orang tidak percaya kepadanya, sehingga
tidak nyaman atau bantuan tambahan untuk Subyek memilih untuk diam saja ketika ada
mengatasi masalah sebagai akibat dari masalah. Ada ketakutan karena Subyek
proses menulis yang mereka itu. merasa bersalah. Subyek juga ingin
memintak maaf kepada keluarga dan
HASIL DAN PEMBAHASAN tetangga-tetangganya. Subyek bersalah
karena tidak mendengarkan nasehat orang
Sesi 1 yaitu Building rapport. Pada tuanya.
sesi ini Subyek mengatakan ingin segera Subyek ingin ketika pulang nanti,
pulang. Subyek juga mempunyai keinginan dia memintak maaf dan juga bersikap baik
setelah pulang dari RSJ, Subyek akan kepada semua orang. Subyek akan menjadi
memintak maaf kepada Ibu, adik, keluarga anak penurut. Subyek juga akan berusaha
dan tetangga-tetangganya yang sudah untuk bisa mengungkapkan apa yang ingin
Subyek sakiti dan akan membawakan Subyek ungkapkan kepada keluarganya.

25
Jurnal Psibernetika
Versi Online: https://journal.ubm.ac.id/index.php/psibernetika Vol.12 (1): 20 - 28. April 2019
DOI: http://dx.doi.org/10.30813/psibernetika.v12i1.1584 p-ISSN: 1979-3707
Hasil Penelitian e-ISSN: 2581-0871

Sesi 4 yaitu menulis pengalaman Subyek untuk mengatakan dan


yang menyedihkan
Hasil Penelitian atau tidak mengungkapkan perasaaanya saat ini
menyenangkan. Di dalam tulisanya, Subyek Setelah pemberian terapi Subyek merasa
mengaku pada awalnya mudah mencari lebih enak dan lega karena bisa
teman dan juga dikenal oleh banyak orang mengungkapkan apa yang ingin Subyek
atau banyak teman di sekolah, namun sampaikan selama ini. Subyek akan bekerja
sekarang Subyek hanya mempunyai yang tekun dan akan lebih terbuka dengan
beberapa teman saja. keluarganya.
Teman-teman Subyek banyak yang Jenis intervensi yang di gunakan
menjauh karena Subyek adalah orang peneliti adalah Expressive writing therapy.
miskin, sehingga para tetangga atau teman- Teknik expressive writing diharapkan
temannya tidak mau lagi berteman Subyek dapat menuliskan apa yang Subyek
dengannya. Subyek menganggap bahwa ingin atau Subyek pendam selama ini.
teman atau sahabat itu segala-galanya Tulisan tersebut berisi tentang tulisan bebas,
baginya, bahkan lebih berharga dari harta pengalaman menyedihkan serta cita, impian
benda. Ada perasaan kesal ketika ada teman atau keinginan Subyek. Expressive writing
yang menjelek-jelekkannya, akan tetapi therapy diartikan sebagai kemampuan untuk
Subyek memilih untuk diam. menggambarkan perasaan/isi hati/emosi
Subyek juga merasa keluarganya dengan tepat. Teknik ini bisa membantu
tidak percaya kepadanya. Keluarga Subyek Subyek untuk mampu mengungkapkan
lebih mendengarkan ucapan tetangga dari perasaan dan memperbaiki hubungan
pada Subyek. Subyek hanya diam saja sosialnya. Jadi expressive writing therapy
karena ketika berbicarapun tidak ada yang mengungkapkan isi pikirkan atau perasaan
percaya. Konseling yang dilakukan yang dialami oleh seseorang melalui tulisan
Praktikan seputar mengenai pengalaman tangan.
yang tidak menyenangkan yang dialami oleh Gejala premorbid dari Subyek
Subyek, agar Subyek lebih memahami dan sebelum di diagnosa skizofenia adalah
menjadikan pengalaman masa lalunya Subyek orang yang pendiam dan sulit untuk
sebagai pelajaran hidup untuk lebih baik. mengungkapkan apa yang Subyek rasakan.
Sesi ke 5 merupakan menulis Subyek juga suka menyendiri dan kurang
tentang harapan, cita atau tujuan masa menyukai hubungan hangat atau sosial
depan. Pada tulisan itu, Subyek mempunyai kemasyarakatan. Pedoman diagnosa tersebut
keinginan untuk berbagi kepada memenuhi kriteria dengan mengacu pada
keluarganya. Subyek menyadari bahwa hasil dari asesmnet (observasi, wawancara
selama ini, Subyek tidak pernah berbagi dan Psikotes) dari hasil psikotes pada aspek
dengan ibu serta adiknya. Subyek merasa sosial yang dilakukan peneliti adalah Subyek
kasihan kepada adiknya yang sudah kurang dapat melakukan interaksi dan
merawatnya, namun Subyek bersikap berkomunikasi dengan orang lain. Subyek
kurang baik dan malah menyusahkan memiliki persepsi negatif tentang
adiknya. lingkungan sosial. Subyek juga cenderung
Subyek juga ingin menjadi orang menarik diri secara sosial sehingga kurang
yang mempunyai banyak teman atau mudah mampu memulai interaksi sosial. Subyek
bersosialiasi. Subyek akan berusaha untuk tidak suka dan mengabaikan kritikan dari
lebih aktif dan dekat dengan tetangga- orang lain dan juga kurang bergitu dekat
tetangganya. Subyek juga akan berusaha dengan keluarganya.
untuk bisa mengungkapkan apa yang ingin Mekanisme dari proses terapeutik
dia ungkapkan, karena selama ini Subyek menulis ekspresif ini sebenarnya sama
kesulitan dan kurang percaya diri apabila dengan mekanisme terapi-terapi yang lain,
menyampaikan sesuatu. Subyek takut orang yaitu berorientasi pada penyingkapan
lain tidak peduli atau tidak mendengarkan (disclosure) pengalaman-pengalaman
apa yang Subyek katakan. emosional. Pengakuan dan penyingkapan
Sesi ke 6 yaitu terminasi. Peneliti diri merupakan proses dasar yang muncul
bertanyak dan memberikan kesempatan dalam psikoterapi, dan secara ilmiah muncul

26
Jurnal Psibernetika
Versi Online: https://journal.ubm.ac.id/index.php/psibernetika Vol.12 (1): 20 - 28. April 2019
DOI: http://dx.doi.org/10.30813/psibernetika.v12i1.1584 p-ISSN: 1979-3707
Hasil Penelitian e-ISSN: 2581-0871

dalam interaksi sosial yang dianggap Subyek jauh lebih baik dari pada
manfaat secara psikologis dan bahkan fisik.
Hasil Penelitian sebelumnya. Subyek juga ingin menjadi
Penyingkapan masalah pribadi memiliki pribadi yang akrab dan mempunyai
nilai terapeutik yang menakjubkan dalam hubungan sosial yang baik. Subyek mulai
dan pada dirinya sendiri. memiliki rasa percaya diri dan juga harapan-
Seperti pada penelitian yang harapan untuk menjadi pribadi yang lebih
dilakukan oleh Faried, Noviekayati & baik lagi.
Saragih ( 2018) menyatakan bahwa ada Subyek menyadari dan ingin lebih
pengaruh pemberi Ekspresif writing therapy terbuka. Bahwa bercerita/berkomunikasi
terhadap kecenderungan self injury pada dengan orang lain akan dapat meringankan
remaja setelah diberikannya perlakuan atau beban dipikirannya. Subyek merasa ingin
terapi. Hal ini menunjukkan Kecenderungan lebih dekat dan berbagi dengan keluarga
self injury pada remaja dapat diturunkan serta ingin mempunyai banyak teman.
dengan menggunakan Ekspresif writing Subyek merasa bahagia karena masih
yang berarti Terapi writing ekpresif cukup memiliki keluarga yang sayang sama dia.
efektif dalam menurunkan kecenderungan Subyek merasa ingin lebih dekat dan berbagi
self injury pada remaja. dengan keluarga serta ingin mempunyai
Menurut Pennebaker dan Chung banyak teman. Subyek merasa bahagia
(2007) menulis ekspresif memiliki beberapa karena masih memiliki keluarga yang
tujuan, yaitu: (1) Membantu menyalurkan sayang sama Subyek.
ide, perasaan dan harapan Subyek ke dalam
suatu media yang bertahan lama dan SIMPULAN DAN SARAN
membuatnya merasa aman, (2) Membantu
Subyek memberikan respon yang sesuai Berdasarkan hasil penelitian yang
dengan stimulusnya sehingga Subyek tidak telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan
membuang waktu dan energi untuk menekan bahwa expressive writing therapy dapat
perasaannya, (3) Membantu Subyek menjadi media seseorang dalam
mengurangi tekanan yang dirasakannya mengungkapkan perasaan/isi hati/emosi
sehingga membantunya mereduksi stress. yang sedang dialami. Secara teoritis
Pada penelitian ini, Expressive expressive writing therapy diyakini dapat
writing therapy cukup efektif sebagai media menjadi media untuk mengeluarkan emosi-
untuk mengungkapkan perasaan yang emosi negatif yang dialami oleh Klien. Klien
terpendam atau untuk meningkatkan merasa lebih lega dan percaya diri. Klien
kemampuan pengungkapan diri (self juga mempunyai keinginan yang tinggi
disclosure). Hal ini bisa di ketahui dari hasil untuk memperbaiki diri dan hubungannya
sebelum dan sesudah pemberian Expressive dengan orang lain. Klien akan mencoba
writing therapy. Sebelum diberikan terapi, untuk bisa berbagi cerita atau
Subyek merasa sulit mengungkapkan atau mengungkapkan perasaanya kepada orang
bercerita apa yang Subyek rasakan kepada lain terutama keluarganya.
orang lain kecuali kepada orang yang ia Saran kepada Klien yaitu Klien
percaya. Subyek juga ingin lebih dekat perlu untuk lebih terbuka dengan keluarga.
dengan keluarganya dan teman serta Mau berbagi dan tidak memendam segala
bersosial di masyarakat, akan tetapi Subyek permasalahannya seorang diri, serta tidak
merasa tidak mampu. Subyek tidak berani menghindar ketika ada masalah. Lebih aktif
dan kurang percaya diri untuk memulai mengikuti kegiatan kemasyarakatakan,
menyapa atau berkomunikasi dengan orang sehingga mampu bersosialisasi. Mampu
lain atau orang baru. Ada keinginan dari bersosialisasi dengan baik juga akan
Subyek, namun Subyek sulit untuk membantu Klien untuk mengekspresikan
mengungkapkan dan memilih untuk Subyek. apa yang dirasakan. Klien juga diharapkan
Setelah pemberian terapi, Subyek dapat menilai segala sesuatu yang ada di
merasa lebih enak dan lega karena bisa sekitarnya dengan lebih positif.
mengungkapkan apa yang ingin dia Saran untuk keluarga Klien yaitu
sampaikan selama ini. Perasaan dan kondisi keluarga diharapkan mampu membantu

27
Jurnal Psibernetika
Versi Online: https://journal.ubm.ac.id/index.php/psibernetika Vol.12 (1): 20 - 28. April 2019
DOI: http://dx.doi.org/10.30813/psibernetika.v12i1.1584 p-ISSN: 1979-3707
Hasil Penelitian e-ISSN: 2581-0871

proses pemulihannya. Salah satunya dengan dalam menurunkan tingkat stress pada
cara memberikan perhatian yang cukup
Hasil Penelitian remaja dengan albino ditinjau dari
kepada Klien dan memberikan Subyek tipe kepribadian introvert dan
kesempatan untuk mengutarakan atau ekstrovert. Persona Jurnal Psikologi
menyampaikan isi pikirannya. Keluarga Indonesia, 6(1) 48-60.
juga harus mau mendengarkan dan sebagai Maslim, R. (2013). Diagnosis Gangguan
tempat Klien. Keluarga diharapkan bisa Jiwa (Rujukan dari PPDGJ III dan
lebih dekat dan terbuka agar Klien tidak DSM 5). Jakarta : PT. Nuh Jaya.
semakin menarik diri. Poerwandari, K. (2005). Pendekatan
Ada beberapa hal yang perlu kualitatif. Depok: LPSP3.
dipertimbangkan apabila melakukan Sindiro & Florentiana, L (2016). Efektivitas
expressive writing therapy yaitu tempat, Expressive writing sebagai reduktor
waktu pelaksanaan terapi, karakteristik dan psychological distress. Yogyakarta:
kesediaan Subyek dalam melaksanakan Universitas Sanata Dharma.
proses terapi. Simanjuntak, J. (2008). Konseling gangguan
jiwa dan okultisme. Jakarta: Gramedia
DAFTAR PSUTAKA Pustaka Utama.
Susanti, R & Supriyantini, S. (2013).
Arif, I. S. (2006). Skizofrenia. Bandung: PT. Pengaruh expressive writing therapy
Refika Aditama. terhadap penurunan tingkat
Baihaqi, A. Z., Murdiana, S & Ridfah, A. kecemasan berbicara di muka umum
(2017). Metode expressive writing pada mahasiswa Jurnal Psikologi,
untuk menurunkan kecemasan 9(2), 120-129.
berbicara di depan umum pada Wiramiharja, A. S. (2005). Pengantar
mahasiswa. Psikoislamedia Jurnal psikologi abnormal. Bandung: Refika
Psikologi, 2(2), 146-154. Aditama,
Davinson, G. C., Neale, J. M., & Kring, M Elsinta. (2018). Southeast Asia Mental
A. (2010). Psikologi Abnormal edisi Health Forum 2018 bahas kesehatan
ke 9. Jakarta:Raja Grafindo Persada. jiwa dan akses penanganannya.
Faried, L., Noviekayati, I & Saragih, S. https://www.elshinta.com/ekspos/52/
(2018). Efektivitas pemberian south ast-asia-mental-health-forum-
ekspresif writing therapy terhadap 2018-bahas kesehatan-jiwa-dan-akses
kecenderungan self-injury ditinjau penanganannya, di akses tanggal 02
dari tipe kepribadian introvert November 2018.
Psikovidya, 22( 2). Kementrian Kesehatan. (2018). Potret Sehat
Kurniawan, Y & Kumolohadi, R. (2015). Indonesia dari Riskesdas
Spiritual emotional writing therapy 2018.http://www.depkes.go.id/article
pada subjek yang mengalami episode /view/18110200003/potret-sehat-
depresif sedang dengan gejala indonesia-dari riskesdas-2018.html,
somatis. UII Yogyakarta, 12(2), 142- di akses tanggal 02 November 2018.
157.
Lukitasari, P.(2013). Perbedaaan
pengetahuan keluarga tentang cara
merawat pasien sebelum dan sesudah
kegiatan family gathering pada
halusinasi dengan pasien skizofrenia
di ruang rawat inap rumah sakit jiwa
daerah DR Amino ghondohutomo
Semarang. Jurnal keperawatan jiwa,
1(1), 18-24.
Maharani, S. N., Noviekayati, I &
Meiyuntariningsih, T. (2017).
Efektifitas expressive writing therapy

28

Anda mungkin juga menyukai