ABSTRAK
Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) merupakan sekumpulan gejala yang
diakibatkan oleh infeksi virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) yang mengakibatkan
penurunan sistem kekebalan tubuh. Pada seseorang dengan HIV/AIDS akan mengalami
beberapa fase perjalanan AIDS yang ditandai dengan penurunan imunitas dan kehilangan
minat. Kehilangan minat yang terjadi beberapa hari disertai dengan perasaan sedih dan
kehilangan mood mengakibatkan depresi. Depresi yang berkelanjutan akan mempengaruhi
penurunan imunitas orang dengan HIV/AIDS. Terapi dzikir adalah terapi psikoreligius yang
bertujuan untuk mengingat Allah sebagai sarana untuk merilekskan dan menciptakan
keseimbangan neurotransmitter didalam otak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh terapi dzikir terhadap tingkat depresi pasien dengan HIV/AIDS.
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian Quasi Experiment dengan Pre and Post
Test Without Control. Teknik sampel menggunakan Purposive sampling dengan jumlah
sampel 37 responden. Uji analisa data menggunakan Wilcoxon test.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terapi dzikir dapat menurunkan tingkat depresi pada
pasien dengan HIV/AIDS di Yayasan Sahabat Sehat Mitra Sebaya(YASEMA) Sukoharjo.
Kesimpulan, terdapat pengaruh terapi dzikir terhadap tingkat depresi sebelum dan sesudah
dilakukan intervensi dengan p value 0,000.
Kata Kunci : Orang dengan HIV/AIDS(ODHA), Depresi, Dzikir
Daftar pustaka : 50 (2010-2020)
UNDERGRADUATE NURSING STUDY PROGRAM AND NERS PROFESSION
2020
Rizky Zulfiana
The Effect of Dhikr Therapy on the Depression Level of HIV / AIDS (PLWHA) Patients
at Yayasan Sahabat Sehat Mitra Sebaya (YASEMA)Sukoharjo
Abstract
Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) is a group of symptoms produced by
infection of HIV (Human Immunodeficiency Virus) which appears in a decrease of the
immune system. A person with HIV / AIDS will experience several phases of AIDS which are
marked by decreased immunity and loss of interest. The losing interest that occurs for several
days accompanied by feelings of sadness and loss of mood will lead to depression.
Continuous depression will affect an HIV / AIDS person's immunity. Dhikr therapy is a
psycho-religious therapy to remember Allah as a medium to relax and balance
neurotransmitters in the brain. This study aimed to identify the effect of dhikr therapy on the
depression level of HIV / AIDS patients.
This study utilized a quasi-experiment research design with Pre and Post Test Without
Control. Purposive sampling was used to determine its samples, which consisted of 37
respondents. Its data were analyzed by using the Wilcoxon’s Test.
The results of the study indicated that dhikr therapy can reduce the depression level of HIV /
AIDS patients at Yayasan Sahabat Sehat Mitra Sebaya (YASEMA) Sukoharjo. Thus, there is
an effect of dhikr therapy on the depression level pre and post-intervention with a p-value of
0.000.
Keywords : People living with HIV / AIDS (PLWHA), Depression, Dhikr
Bibliography : 50 (2010-2020)
PENDAHULUAN ditemukan di kelompok umur 25-49 tahun
Acquired Immunodeficiency dan 20-24 tahun. Adapun provinsi dengan
Syndrome (AIDS) merupakan sekumpulan jumlah infeksi HIV tertinggi adalah DKI
gejala yang diakibatkan oleh infeksi virus Jakarta (55.099), diikuti Jawa Timur
HIV (Human Immunodeficiency Virus) (43.399), Jawa Barat (31.293), Papua
yang mengakibatkan penurunan sistem (30.699), dan Jawa Tengah (24.757).
kekebalan tubuh (Kemenkes, 2016). Sementara di kabupaten Sukoharjo pada
Penyakit ini merupakan salah satu jenis tahun 2017 terdapat 457 orang dengan
penyakit yang membutuhkan palliative HIV/AIDS dan pada bulan Agustus 2019
care. Tahun 2015 diperkirakan 5,7 % dari naik mencapai 560 orang dengan rincian
20,4 juta pasien dengan HIV/AIDS 263 terinfeksi HIV dan 297 AIDS, dengan
membutuhkan perawatan palliative presentase penderita HIV/AIDS sebanyak
(WHO, 2016 dalam Lindayani, 2018). 357 adalah laki-laki dan 203 perempuan.
Menurut WHO (2018) Depresi merupakan gangguan
mengungkapkan bahwa terjadi mental yang ditandai dengan perasaan
peningkatan kasus penderita HIV menjadi sedih dan cemas yang muncul dan
37,9 juta jiwa dan 23,3 juta jiwa pasien menghilang dalam beberapa hari dan juga
terinfeksi oleh HIV mendapatkan ARV. dapat berkelanjutan sehingga menganggu
Sedangkan pravelensi penyebaran HIV aktivitas (National Institute of Mental
tertinggi terjadi di Afrika dengan angka Health, 2010). Dalam penelitian
kejadian mencapai 67,99% dengan akses Sulistyorini (2017) populasi orang dewasa
ARV mencapai 70,02%. Sedangkan di di Indonesia sekitar 11,6% atau 17,4 juta
Asia Tenggara angka kejadian pasien jiwa mengalami gangguan mental
terinfeksi HIV meningkat menjadi 10,05% emosional atau gangguan kesehatan jiwa
( pada tahun 2017 sebesar 9,52%) dengan berupa gangguan kecemasan dan depresi.
presentase tertinggi pada kelompok usia Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2018
15-49 tahun sebesar 0,3%. menunjukkan bahwa prevalensi gangguan
Menurut Depkes (2018), jumlah mental emosional yang ditunjukkan
kumulatif infeksi HIV yang dilaporkan dengan gejala-gejala depresi dan
sampai dengan Juni 2018 sebanyak kecemasan adalah sebesar 9,8 % untuk
301.959 jiwa dan paling banyak usia 15 tahun ke atas. Sedangkan,
prevalensi rumah tangga dengan gangguan hormon kortisol. Kemudian terjadi proses
jiwa schizophrenia/ psikosis sebesar 7%. homeostatis dan perbaikan sistem
Menurut Burhan et al (2014) neurotransmitter yang terganggu
mengungkapkan bahwa perubahan kondisi memunculkan optimisme, menghilangkan
fisik dan psikis pada pasien HIV/AIDS emosi negatif dan tercipta kestabilan
akan berdampak negatif terhadap hormon.
perkembangan psikologisnya. Depresi Menurut Kumala (2017) dalam
yang tidak ditanggulangi secara tepat akan kalimat “Laa Ilaaha Illallah” terdapat
berdampak pada penurunan sistem imun huruf jahr yang diulang sebanyak tujuh
penderita (Astuti, 2015). Menurut Kozier kali, yaitu huruf lam yang harus dilafalkan
et al (2010) manusia tidak hanya keras. Dengan demikian karbondioksida
membutuhkan pemenuhan fisik dan yang keluar dari paru-paru melalui mulut
psikologis, akan tetapi kebutuhan aspek pada saat pengucapan huruf jahr lebih
spiritual juga harus diperhatikan. Dzikir banyak dibandingkan dengan kalimat
merupakan salah satu cara mengingat dzikir yang lain.
Tuhan, dengan berdzikir dapat memberi Berdasarkan hasil studi
keyakinan pada individu bahwa sesuatu pendahuluan yang dilaksanakan peneliti di
yang terjadi pada dirinya atas kehendak Yayasan Sahabat Sehat Mitra Sebaya
Tuhan (Muhammad, 2015). (YASEMA) Sukoharjo pada bulan
Menurut Jauhari (2014) respon Oktober dengan metode wawancara
dzikir mampu mengalirkan respon kepada bapak Garis Subandi selaku
emosional positif yang diterima oleh pimpinan yayasan mengatakan bahwa
batang otak. Kemudian hipotalamus YASEMA. Dari hasil wawancara yang
mentransmisikan impuls ke hipokasmus dilakukan peneliti 3 dari 5 orang
(pusat memori vital untuk mengkoordinasi mengalami depresi dengan menunjukkan
segala hal yang diserap indera) untuk perasaan bersalah, kecewa, sedih, susah
mensekresikan GABA (Gama Amino tidur dan putus asa. Mereka juga
Batiric Acid) yang bertugas untuk mengatakan bahwa pada awalnya mereka
mengontrol emosi dan menghambat mengalami kesulitan dalam penerimaan
aktivitas neuron, CRH dan status diri dan belum tau cara mengatasi
neurotransmitter untuk memproduksi masalah psikologisnya. Dari pihak
yayasan menyampaikan bahwa selama ini Penelitian dilaksanakan pada April -
bentuk dukungan yang diberikan hanya Mei 2020. Pada responden diberikan
sebatas pendampingan dan pemberdayaan, kuisioner (Beck Depression Inventory)
akan tetapi belum pernah diberikan terapi BDI II sebelum diberikan intervensi,
dukungan spiritual pada penderita kemudian responden diberikan terapi
HIV/AIDS. Yayasan hanya memfasilitasi dzikir 10 menit selama 14 hari, dan
dalam akses layanan kesehatan dan belum kemudian dilakukan post test dengan
ada pendampingan psikologis oleh kuisioner BDI II. Data dianalisis dengan
psikiater. menggunakan Wilcoxon test dengan
Berdasarakan latar belakang diatas, program SPSS versi 16.
depresi pada ODHA dapat mengakibatkan
pasien mengalami masalah dalam HASIL DAN PEMBAHASAN
penerimaan status, sikap menyalahkan diri Berdasarkan data yang diambil
sendiri, menarik diri dari lingkungan selama 1 bulan penelitian dengan 37
sosial, putus obat dan depresi, sehingga responden yang telah memenuhi kriteria
perlu dilakukan terapi pendamping dengan didapatkan hasil sebagai berikut :
pemberian terapi dzikir. 1. Analisa Univariat
a. Karakteristik Responden
METODOLOGI Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis penelitian ini menggunakan Tabel 1. Karakteristik responden
penelitian kuantitatif dengan berdasarkan jenis kelamin (n=37)
menggunakan rancangan penelitian Quasi Jenis Frekuensi Presentease
Kelamin (F) (%)
Eksperimental dengan Pre and Post Test
Responden
Without Control. Populasi dalam Laki-laki 25 67,6 %
penelitian ini adalah ODHA yang berada Perempuan 12 32,4%
Jumlah 37 100%
di YASEMA Sukoharjo sejumlah
41orang. Teknik sampling menggunakan Karakteristik responden
purposive sampling didapatkan hasil 37 berdasarkan jenis kelamin paling banyak
responden. Penelitian ini dilakukan di adalah jenis kelamin laki-laki sebanyak 25
Yayasan Sehat Mitra Sebaya (YASEMA) responden (67,6%) dan perempuan
Sukoharjo. sebanyak 12 responden (32,4%).
Menurut badan penanggulanagan b. Karakteristik Responden Berdasarkan
komisi penangulangan HIV kabupaten Usia
Sukoharjo hingga tahun 2019 sendiri di Tabel 2 Karakteristik Responden
Sukoharjo terdapat penemuan kasus Berdasarkan Usia
sejumlah 560 kasus HIV/AIDS 63,75% Nilai
berjenis kelamin laki laki dan 36,25% Umur Me Me Maksi Mini SD
Respo an dian mum mum
berjenis kelamin perempuan. Penelitian ini nden
sejalan dengan penelitian yang dilakukan Jumla 34, 36,0 48 22 7,8
h 22 0 60
Yaunin (2014) didapatkan hasil pravelensi
depresi laki-laki (79,2%) dan perempuan Dari hasil penelitian ini dapat
(20,8%). Dalam penelitian Whittle (2014) diketahui bahwa umur yang mengalami
mengungkapkan bahwa laki-laki dalam depresi sebagian besar rata-rata responden
memecahkan masalah sangat bergantung berumur 34 tahun dengan usia termuda 22
pada moodnya. Laki-laki mengekspresikan tahun dan usia tertua 48 tahun.
stressnya dalam bentuk amarah, menarik Hal ini sejalan dengan penelitian
diri, agresi, menyalahkan diri, dan yang dilakukan oleh Astuti (2015) yang
perbuatan negatif lainnya. meneliti tentang pengaruh terapi SEFT
Pada laki-laki corpus collosum (sel terhadap tingkat depresi ibu rumah tangga
syaraf yang berfungsi menghubungkan dengan HIV bahwa usia terbanyak yang
otak kiri dan kanan dengan sistem limbik mengalami depresi adalah usia 29-39
yang meregulasi emosi) lebih tipis tahun. Hal ini juga didukung oleh Arinda
sehingga antara sel neuron sebelah kiri (2017), yang menyebutkan bahwa
dan kanan berkerja sendiri-sendiri. Secara sebagian besar depresi terjadi pada usia
fisiologis corpus collosumlah yang produktif antara 25-35 tahun. Budimulja
meregulasi perilaku emosional, sehingga (2016), mengatakan bahwa pasien
jika terdapat gangguan pada corpus HIV/AIDS yang mengalami gangguan
collosum akan mengakibatkan letupan depresi termasuk dalam golongan usia
emosi yang kurang terkendali, hal ini produktif yaitu 30-39 pada umumnya
rawan terjadi kepada laki-laki. golongan usia produktif yang aktif
bekerja, mencari nafkah, dan melakukan
kegiatan dan sosial lainnya.
Menurut Erkson dalam Putri (2019) Berdasarkan tabel 3 menunjukkan
pada usia tersebut masuk dalam kategori bahwa tingkat depresi dengan skala BDI II
dewasa awal yaitu usia 19-40 tahun rata-rata sebelum terapi dzikir adalah 2,92
dimana pada kondisi dewasa awal secara dengan SD= 0,862. Tingkat depresi pada
fisik menunjukkan penampilan yang tahap ini dikategorikan dalam depresi
sempurna, dan pertumbuhan serta sedang. Hal ini sejalan dengan penelitian
perkembangan dalam posisi puncak. Pada yang dilakukan oleh Fabiyanti (2017),
usia produktif akan muncul berbagai yang meneliti tentang pengaruh terapi
macam stressor yang akan mengganggu musik dzikir terhadap tingkat depresi pada
kesehatan psikososial, dimana seseorang lansia dengan rata-rata depresi sebelum
harus mampu beradaptasi dengan stressor diberikan terapi 57,1 % dan tergolong
tersebut. Menurut peneliti, pada pasien depresi berat. Penelitian yang dilakukan
HIV/AIDS mereka tidak memiliki koping oleh Himawan (2020) yang meneliti
yang baik terhadap stressor sehingga pengaruh terapi dzikir terhadap tingkat
mengakibatkan mereka terpuruk dan depresi pada pasien gagal ginjal yang
memunculkan gejala-gejala depresi. menjalani haemodialisa dengan rata-rata
depresi sebelum diberikan terapi 27,85%
2. Analisa Bivariat dan tergolong depresi sedang.
a. Skala Depresi Responden Sebelum
Hipotalamus merupakan pusat
Diberikan Intervensi Terapi Dzikir
pengaturan aksis neuroendokrin,
Tabel 3 Skala Depresi Responden
menerima input neuron yang mengandung
Sebelum Diberikan Intervensi
neurotransmitter-amin-biogenic. Pada
Terapi Dzikir
pasien depresi ditemukan adanya
Tingkat Depresi Frekuensi Presentase
(%) disregulasi neuroendokrin (Haryanto,
Depresi 2 5,4 2015). Teori biologi mengatakan bahwa
minimal
Depresi ringan 9 24,3 gangguan depresi merupakan gangguan
Depresi sedang 16 43,2 hormonal yang merangsang HPA axis
Depresi berat 10 27,00
untuk produksi pengeluaran kortisol.
Total 37 100,00
Mean 2,92 Dimana produksi kortisol yang berlebih
Median 3,00
akan menimbulkan gejala-gejala depresi
SD 0,862
(Prayitno, 2015). Hormon lainnya yang
mengalami gangguan saat depresi yaitu dewasa awal yang memili beberapa tugas
hormon dopamin yang mempengaruhi perkembangan yang harus dilalui yaitu
produksi hormon prolaktin. Dimana fungsi pekerjaan, pengakuan sosial dan keluarga.
hormon prolaktin sendiri untuk Dimana saat seseorang terdiagnosis maka
merangsang produksi sperma dan mempengaruhi tugas perkembangan
menstabilkan gairah seks pada pria. tersebut.
kelompok dan dukungan sosial, dan terapi kerja saraf simpatis dan menormalkan