ABSTRAK
Tingginya angka kejadian gangguan jiwa tahun 2019 di Rumah Sakit Jiwa Prof.
Dr. Muhammad Ildrem Medan sebanyak 1.567 orang gangguan jiwa disebabkan
oleh banyak faktor diantaranya faktor sosio budaya. Penelitian ini merupakan
deskriptif dengan desain cross sectional. Yang bertujuan penelitian ini adalah
Untuk mengetahui gambaran faktor sosio budaya pada pasien gangguan jiwa
skizofrenia dirumah sakit jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem Medan Tahun 2019.
Populasi dan sampel adalah pasien gangguan jiwa yang datang ke poli Rumah
Sakit Jiwa Medan berjumlah 43 orang, yang ditetapkan dengan cara Purposive
sampling. Hasil penelitian diperoleh bahwa karakteristik umur 26-35 Tahun
sebanyak 20 orang (45,5%), jenis kelamin laki – laki sebanyak 25 orang (56,8%),
pendidikan menengah sebanyak 36 orang (81,8%), tingkat ekonomi <1.800.000
sebanyak 38 orang (86,4%), suku jawa dan batak sebanyak 17 orang (38,6%),
kestabilan keluarga tidak baik sebanyak 34 orang (77,3%), pola mengasuh anak
demokratis sebanyak 42 orang (95,5%). Sehingga perlu disarankan agar
keluarga lebih mengetahui faktor sosio budaya pada pasien gangguan jiwa
skizofrenia dirumah sakit jiwa Medan Tahun 2019.
Kata Kunci : Faktor Sosio Budaya Pada Pasien Gangguan Jiwa Skizofrenia
Daftar Pustaka : 25 Bacaan (2004-2019)
ABSTRACT
The high incidence of mental disorders in 2019 in mental hospitals Prof. Dr.
Muhammad ildrem Medan as many as 1567 people with mental disorders caused
by by many factors including socio-cultural factors. This research was descriptive
with cross sectional design. The general objective of this research is to find out
an overview of socio-cultural factors in schizophrenic psychiatric patients in Prof.
Dr. Muhammad Ildrem Medan hospital in 2019. Population and samples were
mental patients who came to the field psychiatric hospital poly totaled 43 people,
determined by purposive sampling. The results of the study showed that the
characteristics of the age of 26-35 years were 20 people (45.5%), male sex as
many as 25 people (56,8%), secondary education as many as 36 people
(81,8%), economic level <1.800.000 as many as 38 people (86,4%), the javanese
and batak tribes were 17 people (38,6%), the stability of the family was not as
good as 34 people (77,3%), the pattern of caring for democratic children was 42
people (95,5%).
So it should be suggested that families know more about socio-cultural
factors in schizophrenic psychiatric patients in terrestrial psychiatric hospitals in
2019.
November 2018 s/d Maret tahun sosio budaya pada pasien gangguan
jiwa skizofenia berdasarkan :
kestabilan keluarga, pola asuh anak,
tingkat ekonomi, dan pendidikan.
Adapun hasil penelitian dapat dilihat Berdasarkan tabel diatas,
pada tabel berikut. dapat dilihat bahwa mayoritas Umur
Tabel 4.1 26-35 Tahun sebanyak 20
Distribusi Frekuensi Karakteristik responden (45,5%), mayoritas Jenis
Responden Di Rumah Sakit Jiwa Kelamin Laki-Laki sebanyak 25
Prof. DR. Muhammad Ildrem responden (56,8%), mayoritas
Medan Provinsi Sumatera Utara Pendidikan Menegah Atas (SMP –
Variabel Frekuensi % SMA) sebanyak 36 responden
Umur (81,8%), mayoritas Tingkat Ekonomi
17-25 11 20,5
<1.800.000 sebanyak 38 responden
Tahun
26-35 20 45,5 (86,4%), dan mayoritas suku Jawa
Tahun dan suku Batak sebanyak 17
36-45 12 27,3
Tahun responden (38,6%).
Total 43 97,7
Jenis
Kelamin Tabel 4.2
Laki-Laki 25 56,8 Distribusi Frekuensi Responden
Perempuan 18 40,9 Tentang Kestabilan Keluarga Di
Total 43 97,7 Rumah Sakit Jiwa Prof. DR.
Pendidikan Muhammad Ildrem Medan
SD 1 2,3 Provinsi Sumatera Utara
SMP-SMA 36 81,8
D3-S1 6 13,6 Kestabilan keluarga Frekuensi %
Total 43 97,7
Tingkat Baik 9 20,4
Ekonomi Tidak Baik 34 77,3
<1.800.000 38 86,4
>1.800.000 5 11,4 Total 43 97,7
Total 43 97,7
Suku Berdasarkan tabel diatas,
Jawa 17 38,6
Batak 17 38,6 dapat dilihat bahwa mayoritas
Karo 1 2,3 kestabilan keluarga tidak baik di
Simalungun 5 11,4
Nias 3 6,8 Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr.
Total 43 97,7 Muhammad Ildrem Medan sebanyak
34 responden (77,3%) dan minoritas
baik sebanyak 9 responden (20,5%).
1. Kestabilan Keluarga
Tabel 4.3 Berdasarkan hasil penelitian
Distribusi Frekuensi Responden
Tentang Pola Mengasuh Anak Di dari 43 responden sosio budaya di
Rumah Sakit Jiwa Prof. DR.
Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr.
Muhammad Ildrem Medan
Provinsi Sumatera Utara Muhammad Ildrem Medan dapat
diketahui bahwa mayoritas
Pola asuh anak Frekuensi %
Otoriter 1 2,2 kestabilan keluarga tidak baik 34
Demokratis 42 95,5 orang (77,3%).
Total 43 97,7 Asumsi peneliti kestabilan
keluarga yang tidak banyak
Berdasarkan tabel diatas, dilihat
ditemukan pada pasien dengan latar
bahwa mayoritas pola mengasuh
belakang etnis Batak, Jawa, karo,
anak demokratis di Rumah Sakit
Simalungun, dan Nias dimana
Jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem
kebiasaan komunikasi keras, begitu
Medan sebanyak 42 responden
juga terjadi konflik suami / istri anak
(95,5%) dan minoritas otoriter
terkadang mendengar perselisihan
sebanyak 1 responden (2,3%).
sehingga psikologisnya terganggu
dan hal ini akan menjadi faktor
Pembahasan
pencetus terjadinya gangguan jiwa.
Pada pembahasan ini akan
Ada beberapa faktor sosio
dibahas mengenai variabel-variabel
budaya yang mempengaruhi
diantarannya faktor sosio budaya
gangguan jiwa skizofrenia, yaitu
pada pasien gangguan jiwa
kestabilan keluarga, konflik keluarga
skizofrenia Dirumah Sakit Jiwa Prof.
sangat mempengaruhi
Dr. Muhammad Ildrem Medan tahun
perkembangan psikopatologis anak.
2019.
Konflik dalam skizofrenia karena
faktor somatik beresiko 6 kali
terkena skizofrenia dari pada yang
bukan karena faktor somatik
(Tunjung Laksono Utomo, 2013).
Hasil penelitian yang
dilakukan Eglima (2010)
menunjukkan bahwa peran orangtua
dan keluarga sangat dibutuhkan
dalam proses penyembuhan pasien. mendidik dan membimbing pasien
Dengan adanya peran tersebut, dengan baik dan penuh perhatian.
pasien akan merasa dirinya Komunikasi keluarga dalam
diperhatikan, disayang, dan pasien menghadapi pasien skizofrenia pada
tidak merasa dibuang atau tidak suku Batak Simalungun adalah baik,
dibutuhkan oleh keluarga dan orang karena keluarga mampu merawat
tua. Dengan demikian, peran orang dan mengawasi pasien dengan baik
tua dan keluarga menjadi hal yang dan perhatian.
sangat bermanfaat dan dibutuhkan Komunikasi keluarga dalam
oleh pasien agar dirinya merasa menghadapi pasien skizofrenia pada
masih dibutuhkan dan berguna suku Nias adalah baik, karena
dalam kehidupannya. keluarga mampu mengawasi dan
Komunikasi keluarga dalam mendidik pasien agar menjadi lebih
menghadapi pasien skizofrenia pada baik.
suku Jawa adalah baik, karena Dukungan keluarga adalah
keluarga bisa menyelesaikan sikap, tindakan, dan penerimaan
komunikasi baik dan membimbing keluarga terhadap penderita yang
pasien dengan baik dan penuh sakit. Anggota keluarga memandang
kesabaran. bahwa orang yang bersifat
Komunikasi keluarga dalam mendukung selalu siap dan
menghadapi pasien skizofrenia pada memberikan pertolongan atau
suku Batak Toba adalah baik, bantuan jika diperlukan (Nadeak,
karena keluarga bisa menyeleaikan 2010).
komunikasi dengan baik, walaupun Menurut Nurdiana, (2010)
pada suku Batak komuniasi nya menyatakan bahwa ada hubungan
keras, tetapi bisa menyelesaikan antara peran serta keluarga
dengan baik pada si pasien. terhadap tingkat kekambuhan klien
Komunikasi keluarga dalam skizofrenia. Berdasarkan penjelasan
menghadapi pasien skizofrenia pada disimpulkan bahwa peran serta
suku Batak Karo adalah baik karena keluarga yang tinggi akan
keluarga bisa menyelesaikan konflik memperkecil tingkat kekambuhan
komunikasian dengan baik klien skizofrenia.
walaupun dalam suku Batak Karo
komunikasi keras tetapi bisa
2. Pola Mengasuh Anak ini akan membuat anak lebih rentang
Berdasarkan table 4.2 hasil mengalami gangguan jiwa.Pada
penelitian dari 43 responden sosio pola asuh demokratis sangat sedikit
budaya di Rumah Sakit Jiwa Prof. responden yang mengalami
Dr. Muhammad Ildrem Medan dapat gangguan jiwa, hal ini dikarenakan
diketahui bahwa mayoritas pola pola asuh demokratis akan membuat
mengasuh anak demokratis 42 anak menjadi pribadi yang bisa
orang (95,5%). bertanggung jawab sehingga lebih
Hasil penelitian Pebrianti mampu menghadapi stres dalam
(2008), menunjukkan bahwa pola kehidupan yang dialami (
asuh yang salah akan membuat Dariyo,2004).
anak mengalami gangguan jiwa, hal Hasil penelitian berbanding
ini dibuktikan oleh hasil penelitian ini terbalik dengan penelitian Dariyo,
yaitu sebagian besar responden (2004) bahwa pola asuh umumnya
mengalami pola asuh otoriter dan demokratis.
pola asuh permisif. Walaupun pola asuh
Kedua pola asuh tersebut demokratis tetapi kestabilan
merupakan tipe pola asuh yang keluarga tidak stabil seperti adanya
salah karena anak yang di asuh konflik antara orang tua, orang tua
dengan pola asuh otoriter dan dengan anak, anak dengan anak.
permisif akan membentuk anak tidak Jika individu tidak mempunyai
mampu mengendalikan diri, kurang koping mekanisme yang adaptif
dapat berfikir, kurang percaya diri, akan mempengaruhi terjadi
tidak bisa mandiri, kurang kreatif, gangguan jiwa anak.
kurang dewasa dalam Hal ini sejalan dengan Vanda
perkembangan moral,dan rasa ingin (2007), dari hasil penelitiannya
tahunya rendah. Dan juga akan menemukan bahwa teknik – teknik
membentuk kepribadian anak yang asuhan orang tua yang demokratis
hanya memikirkan dirinya sendiri, akan menumbuhkan keyakinan dan
kurang bertanggung jawab, kepercayaan diri dan munculnya
cenderung menolak peraturan, lekas tingkah laku mandiri yang
berkecil hati, tidak tahan bertanggung jawab. Pola asuh
kekecewaan, ingin menarik demokratis akan menghasilkan
perhatian kepada dirinya sendiri, hal karkteristik anak yang mandiri, dapat
mengontrol diri, mampu menghadapi mendalam pada diri anak (Hawari,
stress, koperatif terhadap orang lain, 2001).
dan akan mengalami kondisi mental
yang lebih baik dari pada anak 3. Tingkat Ekonomi
terhadap anak, dan sikap orang tua dalam merawat pasien karena masih