Anda di halaman 1dari 16

APLIKASI TRANSKULTURAL NURSING SEPANJANG DAUR KEHIDUPAN MANUSIA

DOSEN PEMBIMBING

Dr. Lilik Marifatul Azizah,S.Kep.,Ns.,M.Kes

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 3

1.Shafiyah Amalia (202001102)

2.widya eka Amalia (202001112)

3. Amanah Aulia Cahya Lestari (202001115)

4. Aura Pasha Harnum Azzura (202001117)

5. Anisya Berliana Putri (202001118)

6. Cristia Leonica Putri (202001119)

7. Putri Nurul Amalia (202001120)

8. Dedik Ferdiansyah (202001121)

9. Nur Hidayah Istianto (202001124)

10. Raka Gde Jalarasi (202001125)

STIKES BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO

S1 KEPERAWATAN

Page 1
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya kepada kami yang telah memberikan kesehatan jasmani da rohani sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan lancar.

Sholawat serta salam tak lupa kami curahkan kehadirat Nabi besar Muhammad SAW
yang telah membawa kita dari alam jahiliyah ke alam yang penuh rahmat ini. Makalah ini
telah kami susun dengan maksimal. Namun, terlepas dari itu semua kami menyadari
sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata
bahasanya.

Oleh karena itu, dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari
pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata kami berharap semoga
makalah ini bermanfaat ataupun inspirasi untuk para pembaca.

Mojokerto, 29 September

Page 2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................4
1.3 Tujuan..........................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................5
2.1 Transcultural Nursing..................................................................................................5
2.2 Proses Asuhan Keperawatan Transkultural Nursing...................................................5
2.3 Aplikasi Konsep dan Prinsip Transkultural Nursing di Sepanjang Daur Kehidupan
Manusia..................................................................................................................................8
BAB III PENUTUP..................................................................................................................15
3.1 Kesimpulan................................................................................................................15
3.2 Saran..........................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................16

Page 3
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Penanganan pasien dengan latar belakang budaya disebut dengan transkultural


nursing. Tanskultural nursing adalah suatu daerah/wilayah keilmuan budaya pada proses
belajar dan praktek keperawatan yang fokusnya memandang perbedaan dan kesamaan
diantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya
manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan
keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budaya kepada manusia. Proses
keperawatan transkultural di aplikasikan untuk mengurangi konflik perbedaan budaya
atau lintas budaya antara perawat sebagai profesional dan pasien.

Tujuan penggunaan keperawatan transkultural adalah untuk mengembangkan sains


dan pohon keilmuan yang humanis sehingga tercipta praktik keperawatan pada kultur
yang spesifik dan universal. Kultur yang spesifik adalah kultur dengan nilai-nilai norma
spesifik yang tidak dimiliki oleh kelompok lain, seperti bahasa. Sedangkan kultur yang
universal adalah nilai atau norma yang diyakini dan dilakukan hampir oleh semua kultur
seperti budaya berolahraga membuat badan sehat, bugar; budaya minum teh dapat
membuat tubuh sehat (Leininger, 1978).

Dalam melaksanakan praktik keperawatan yang bersifat humanis, perawat perlu


memahami landasan teori dan praktik keperawatan yang berdasarkan budaya. Budaya
yang telah menjadi kebiasaan tersebut diterapkan dalam asuhan keperawatan
transkultural, melalui 3 strategi utama intervensi, yaitu mempertahankan, bernegosiasi
dan merestrukturisasi budaya.

1.2 Rumusan Masalah

a. Apa yang dimaksud dengan Transkultural Nursing ?


b. Bagaimana proses asuhan keperawatan transcultural nursing ?
c. Bagaimana aplikasi konsep dan prinsip transkultural nursing di sepanjang daur
kehidupan manusia?

1.3 Tujuan

a. Mengetahui dan memahami definisi Transkultural Nursing


b. Mengetahui dan memahami proses keperawatan transcultural nursing.
c. Mengetahui dan memahami pengaplikasian konsep dan prinsip transkultural nursing
di sepanjang daur kehidupan manusia.

Page 4
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Transcultural Nursing

Transcultural Nursing adalah suatu area/wilayah keilmuwan budaya pada proses


belajar dan praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan kesamaan
diantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya
manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan
keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budaya kepada manusia (Leininger, 2002).

Tujuan dari keperawatan transkultural adalah untuk mengidentifikasi, menguji,


mengerti dan menggunakan pemahaman keperawatan transkultural untuk meningkatkan
kebudayaan yang spesifik dalam pemberian asuhan keperawatan.

Asumsi mendasar dari teori adalah perilaku Caring. Caring adalah esensi dari
keperawatan, membedakan, mendominasi serta mempersatukan tindakan keperawatan.
Tindakan Caring dikatakan sebagai tindakan yang dilakukan dalam memberikan
dukungan kepada individu secara utuh. Perilaku Caring semestinya diberikan kepada
manusia sejak lahir, dalam perkembangan dan pertumbuhan, masa pertahanan sampai
dikala manusia itu meninggal. Human caring secara umum dikatakan sebagai segala
sesuatu yang berkaitan dengan dukungan dan bimbingan pada manusia yang utuh. Human
caring merupakan fenomena yang universal dimana ekspresi, struktur dan polanya
bervariasi diantara kultur satu tempat dengan tempat lainnya(Afifah, 2010).

2.2 Proses Asuhan Keperawatan Transkultural Nursing

Asuhan keperawatan dalam konteks budaya digambarkan dalam bentuk matahari


terbit yang menyatakan bahwa proses keperawatan ini digunakan oleh perawat sebagai
landasan berfikit dan memberikan solusi terhadap masalah klien.

Pengelolaan asuhan keperawatan dilaksanakan dari mulai tahap pengkajian , diag-


nosa keperawatan , perencanaan , pelaksanaan dan evaluasi. (Saputri et al., 2018)
1. Pengkajian
Pengkajian adalah proses mengumpulkan data untuk mengindentifikasi
masalah kesehatan klien sesuai latarbelakang budayanya. Pola pengkajian di rumah
sakit atau dirumah dirancang untuk memfasilitasi perawatpelaksan dalam memahami
keseluruhan latar belakang budaya klien . Pengkajian ini dirancang berdasarkan 7
komponen yang ada pada “Sunrise Model” yaitu :
a. Pemanfaatan teknologi kesehatan
Teknologi kesehatan adalah sarana yang memungkinkan manusia untuk memilih
atau mendapat penawaran menyelesaikan masalah dalam pelayanan kesehatan.

Page 5
Masalah kesehtan aadalah manusia dan mencakup berbagai aspek kehidupan
manusia, lingkungan hidup,dan budaya.
b. Agama dan filosofi
Perawat perlu mengkaji faktor-faktor yang berhubungan dengan klien seperti
agama yang dianut,kebiasaan pemeluk agama yang berdampak positif terhadap
kesehatan,melakukan ikhtiar untuk sembuh tanpa mengenal putus asa, mempu-
nyai konsep diri yang utuh,status pernikahan,presepsi klien terhadap kesehatan,ca-
ra pandang klien terhadap penyebab penyakit,cara pengobatan , dan Cara
penularan kepada orang lain.
c. Kekeluargaan dan social
Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor : nama lengkap,nama
panggilan,umur,dan tempat tanggal lahir,jenis kelamin,status,tipe
keluarga,pengambilan keputusan dalam keluarga dan hubungan klien dengan
kepala keluarga.
d. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup
Hal-hal yang berkaitan dengan nilai-nilai budaya dan gaya hidup adalah posisi at-
au jabatan,misalnya ketua adat atau direktur,bahasa yang digunakan ,bahasa
nonverbal yang sering ditunjukkan klien ,kebiasaan membersihkan diri , kebiasa-
an makan, pantang terhadap makanan tertentu berkaitan dengan kondisi tubuh
yang sakit ,sarana hiburan yang biasa dimanfaatkan ,dan persepsi sakit berkaitan
dengan aktivitas sehari-hari,misalya klien menganggap dirinya sakit apabila sudah
tergeletak dan tidak dapat pergi ke sekolah atau ke kantor.
e. Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku
Kebijakan rumah sakit yang berlaku adalah segala sesuatu yang mempengaruhi
kegiatan individu dan kelompok dalam asuhan keperawatan transkultural , misal-
nya, peraturan kebijakan yang berkaitan dengan jam berkunjung,klien harus
memakai baju seragam,jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu,hak dan
kewajiban klien dalam perjanjian dengan rumah sakit,serta cara klien membayar
perawatan di rumah sakit.
f. Status ekonomi klien
Klien yang dirawat di rumah sakit memanfaatkan sumber-sumber material yang
dimiliki untuk membiayai sakitnya agar sembuh . faktor ekonomi yang harus
dikaji oleh perawat diantaranya: pekerjaan klien,sumber biaya pengobatan,
tabungan yang dimiliki oleh keluarga, biaya dari sumber lain misalnya
asuransi,pengganti biaya dari kantor atau patungan antar anggota keluarga.
g. Latar belakang pendidikan pasien
Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien dalam menempuh jalur
pendidikan formal tertinggi saat ini. Perawat dapat mengkaji latar belakang
pendidikan klien yang meliputi tingkat pendidikan klien dan keluarga,kemampuan
klien menerima pendidikan kesehatan,serta kemampuan klien belajar secra
mandiri tentang pengalaman sakitnya sehingga tidak terulang lagi.

2. Diagnosa keperawatan

Page 6
Diagnosa keperawatan adalah respon klien sesuai dengan latar belakang
budayanya yang dapat dicegah ,diubah,atau dikuranngi melalui intervensi
keperawatan. Perawat dapat melihat respon klien dengan cara mengidentifikasi
budaya yang mendukung kesehatan ,budaya yang menurut klien pantang untuk
dilanggar,dan budaya yang bertentanganan dengan kesehatan.
Budaya yang mendukung kesehatan seperti olahraga teratur,membaca atau
suka makan sayur.Budaya yang menurut klien pantang untuk dilangar seperti hal yang
tabu dilakukan atau makanan pantang.Budaya yang bertentangan dengan kesehatan
seperti merokok.

3. Perencanaan dan Implementasi


Perencanaan dam implementasi adalah suatu proses memilih strategi
keperawatan yang tepat dan melaksanakan tindakan sesuai dengan latar belakang
budaya klien.Intervensi dan implementasi keperawatan dilakukan berdasarkan budaya
klien strategi yang telah ditetapkan di atas.

Sebagai contoh,apabila budaya klien dengan perawat berbeda,perawat,dank


lien mencoba Memahami budaya masing-masing melalui proses akulturasi , taitu
proses mengindentifikasi persamaan dan perbedaan budaya yang pada akhirnya akan
memperkaya budaya mereka sehingga akan terjadi tengang rasa terhadap budaya
masing-masing.bila perawat tidak memahami budaya klien,klien akan merasa tidak
percaya pada perawat sehingga mengakibatkan hubungan teraupetik perawat-klien
terganggu.

4. Komunikasi Lintas Budaya


Komunikasi perawat-klien merupakan komunitas lintas budaya .komunitas
lintas budaya dapat dimulai melalui proses diskusi,dan bila perlu dapat dilakukan
melalui identifikasi cara-cara orang berkomunikasi dari berbagai budaya di
Indonesia.Misalnya suku Jawa ,Betawi,Sunda,Padang,Bengkulu,Dayak,Irian,dan
sebagainya.

5. Pengunaan bahasa
Bahasa yang digunakan pada komunikasi lintas budaya perlu mendapatkan
perhatian khusus.Bahasadi tanah Jawa umumnya bertingkat-tingkat bergantung dari
lawan bicara yang dihadapi.Bila kita memerhtikan orang jawa atau orang Sunda yang
sedang berbiara dengan lawan bicaranya,kita akan tahu dari bahasa yang digunakan.

Page 7
2.3 Aplikasi Konsep dan Prinsip Transkultural Nursing di Sepanjang Daur Kehidupan
Manusia

a. Perawatan Kehamilan dan Kelahiran


Kehamilan dan kelahiran bayipun dipengaruhi oleh aspek sosial dan budaya
dalam suatu masyarakat. Dalam ukuran-ukuran tertentu, fisiologi kelahiran secara
universal sama. Namun proses kelahiran sering ditanggapi dengan cara-cara yang
berbeda oleh aneka kelompok masyarakat. Berbagai kelompok yang memiliki
penilaian terhadap aspek kultural tentang kehamilan dan kelahiran menganggap
peristiwa itu merupakan tahapan yang harus dijalani didunia. Salah satu kebudayaan
masyarakat kerinci di Provinsi Jambi misalnya, wanita hamil dilarang makan rebung
karena menurut masyarakat setempat  jika wanita hamil makan rebung maka bayinya
akan berbulu seperti seperti rebung. Makan jantung pisang juga diyakini menurut
keyakinan mereka akan membuat bayi lahir  dengan ukuran yang kecil.

Perbedaan yang paling mencolok antara penanganan kehamilan dan kelahiran


oleh dunia medis dengan adat adalah orang yang menanganinya, kesehatan modern
penanganan  penanganan oleh dokter dibantu perawat, bidan, dan lain sebagainya tapi
penanganan dengan adat dibantu oleh dukun bayi. Proses pendidikan atau rekrutmen
untuk menjadi dukun bayi bermacam-macam. Ada dukun bayi yang memperoleh
keahliannya melalui proses belajar yang diwariskan dari nenek atau ibunya, namun
ada pula yang mempelajari dari seorang guru karena merasa terpanggil.

Jika dokter memiliki obat obat medis maka dukun bayi punya banyak ramuan
untuk dapat menangani ibu dan janin, umumnya ramuan itu diracik dari berbagai
berbagai jenis tumbuhan, atau bahan-bahan lainnya yang diyakini berkhasiat sebagai
penguat tubuh atau pelancar proses persalinan. Menurut pendekatan biososiokultural
dalam kajian antropologi, kehamilan dan kelahiran dilihat bukan hanya aspek biologis
dan fisiologis saja, melainkan sebagai proses yang mencakup pemahaman dan
pengaturan hal-hal seperti; pandangan budaya mengenai kehamilan dan kelahiran,
persiapan kelahiran, para pelaku dalam pertolongan persalinan, wilayah tempat
kelahiran  berlangsung,  berlangsung, cara pencegahan bahaya, penggunaan ramuan
atau obat-obatan tradisional, cara menolong kelahiran, pusat kekuatan dalam
pengambilan keputusan mengenai pertolongan serta perawatan bayi dan ibunya.

Berdasarkan uraian diatas, perawat harus mampu memahami kondisi kliennya


yang memiliki budaya berbeda. Perawat juga dituntut untuk memiliki keterampilan
dalam pengkajian budaya yang akurat dan komprehensif sepanjang waktu
berdasarkan  berdasarkan warisan warisan etnik dan riwayat etnik, riwayat biokultural
organisasi sosial, agama dan kepercayaan serta pola komunikasi. Semua budaya
mempunyai dimensi lampau, sekarang dan mendatang. Untuk itu penting bagi
perawat memahami orientasi waktu wanita yang mengalami transisi kehidupan dan
sensitif terhadap warisan budaya keluarganya.

Page 8
b. Perawatan dan Pengasuhan Anak 
Disepanjang daur kehidupannya, manusia akan melewati masa transisi dari awal
masa kelahiran hingga kematiannya. Kebudayaan turut serta mempengaruhi  peralihan
tersebut. Dalam asuhan keperawatan budaya, perawat harus paham dan bisa
mengaplikasikan pengetahuannya pada tiap daur kehidupan manusia. Salah satu
contohnya yaitu aplikasi transkultural pada perawatan dan pengasuhan anak. Setiap
anak diharapkan dapat berkembang secara sempurna dan simultan, baik   
perkembangan  perkembangan fisik, kejiwaan dan sosialnya sesuai dengan standar
kesehatan yaitu sehat jasmani, rohani dan sosial.

Untuk itu perlu dipetakan berbagai unsur yang terlibat dalam proses
perkembangan anak sehingga dapat dioptimalkan secara sinergis. Menurut Urie
Bronfenbrenner (1990) setidaknya ada 5 (lima) sistem yang  berpengaruh terhadap
tumbuh kembang anak yaitu:
1. Pertama,sistem mikro yang terkait dengan setting individual di mana anak 
tumbuh dan berkembang yang meliputi: keluarga, teman sebaya, sekolah dan
lingkungan sekitar tetangga.
2. Kedua,sistem meso yang merupakan hubungan di antara mikro sistem,misalnya
hubungan pengalaman-pengalaman yang didapatkan di dalam keluarga dengan
pengalaman di sekolah atau pengalaman dengan teman sebaya.
3. Ketiga ,sistem exo yang menggambarkan pengalaman dan pengaruh dalam setting
sosial yang berada di luar kontrol aktif tetapi memiliki pengaruh langsung
terhadap perkembangan anak,seperti,pekerjaan orang tua dan media massa.
4. Keempat,sistem makro yang merupakan budaya di mana individu hidup seperti:
ideologi, budaya, sub-budaya atau strata sosial masyarakat.
5. Kelima, sistem chrono yang merupakan gambaran kondisi kritis transisional
(kondisi sosio-historik).

Kelima sistem harus mampu dioptimalkan secara sinergis dalam


pengembangan berbagai potensi anak sehingga dibutuhkan pola pengasuhan, pola
pembelajaran, pola pergaulan termasuk penggunaan media massa, dan pola
kebiasaan kebiasaan (budaya) yang koheren dan saling mendukung. Proses
sosialisasi pada anak secara umum melalui 4 fase, yaitu:
1. Fase Laten (Laten Pattern)
Pada fase ini proses sosialisasi belum terlihat jelas. Anak belum merupakan
kesatuan individu yang berdiri sendiri dan dapat melakukan kontak dengan
lingkungannya. Pada fase ini anak masih dianggap sebagai bagian dari ibu,dan
anak pada fase ini masih merupakan satu kesatuan yang disebut “two persons
system”.
2. Fase Adap Fase Adaptasi (Adaption),pada fase ini anak mulai mengenal
lingkungan dan memberikan reaksi atas rangsangan-rangsang an dari
lingkungannya. Orangtua  berperan besar pada fase adaptasi,karena anak
hanya dapat belajar dengan baik  atas bantuan dan bimbingan orangtuanya.

Page 9
3. Fase Pencapaian Tujuan (Goal Attainment),pada fase ini dalam sosialisasinya
anak  tidak hanya sekadar memberikan umpan balik atas rangsangan yang
diberikan oleh lingkungannya,tapi sudah memiliki sudah memiliki maksud
dan tujuan. Anak n. Anak cenderung mengulangi tingkah laku tertentu untuk
mendapatkan pujian dan penghargaan dari lingkungannya.
4. Fase Integrasi (Integration), pada fase ini tingkah laku anak tidak lagi hanya
sekadar penyesuaian (adaptasi) ataupun untuk mendapatkan penghargaan,tapi
sudah menjadi bagian dari karakter yang menyatu dengan dirinya sendiri.

Interaksi anak dengan lingkungannya secara tidak langsung telah mengenalkan


dirinya pada kultural atau kebudayaan yang ada di sekelilingnya. Lingkungan dan
keluarga turut berperan serta dalam tumbuh kembang anak. Hal ini pun tidak
terlepas dari pengaruh-pengaruh budaya yang ada di sekitarnya. Sebagai perawat,
dalam memberikan pengasuhan dan perawatan perlu mengarahkan anak pada
perilaku  perkembangan normal, membantu dalam memaksimalkan
kemampuannya dan menggunakan kemampuannya untuk koping dengan
membantu mencapai keseimbangan perkembangan yang penting.

Perawat juga harus sangat melibatkan anak dalam merencanakan proses


perkembangan. Karena preadolesens memiliki keterampilan kognitif dan sosial
yang meningkat sehingga dapat merencanakan aktifitas perkembangan. Dalam
lingkungannya, anak diharuskan bekerja dan bermain secara kooperatif  dalam
kelompok besar anak-anak dalam berbagai latar belakang budaya. Dalam proses
ini, anak mungkin menghadapi masalah kesehatan psikososial dan fisik 
(misalnya meningkatnya kerentanan terhadap infeksi pernapasan, penyesuaian
yang salah di sekolah, hubungan dengan kawan sebaya tidak adekuat, atau
gangguan  belajar). Perawat harus merancang intervensi peningkatan kesehatan
anak dengan turut mengkaji kultur yang berkembang pada anak.

Agar tidak terjadi konflik budaya terhadap anak yang akan mengakibatkan
tidak optimalnya pegasuhan dan perawatan anak. Pada umumnya aplikasi teori
keperawatan transkultural dalam keperawatan diharapkan adanya kesadaran dan
apresiasi terhadap perbedaan kultur. Hal ini berarti  perawat yang professional
memiliki pengetahuan dan praktek yang berdasarkan kultur  secara konsep
perencanaan dan untuk praktik keperawatan.

Tujuan penggunaan keperawatan transkultural adalah untuk mengembangkan


sains dan pohon keilmuan yang humanis sehingga tercipta praktik keperawatan
pada kultur yang spesifik dan universal kultur yang spesifik adalah kultur dengan
nilai-nilai dan norma spesifik  yang dimiliki oleh kelompok lain. Kultur yang
universal adalah nilai-nilai dan norma-norma yang diyakini dan dilakukan hampir
semua kultur seperti budaya minum teh yang dapat membuat tubuh sehat.(Tama et
al., 2018)

c. Perawatan pada Lanjut Usia

Page
10
Masa dewasa tua (lansia) dimulai setelah pensiun, biasanya antara 65 -75
tahun. Petugas kesehatan lebih banyak meluangkan waktunya dengan lansia dalam
perawatan kesehatan karena itu mereka harus fokus untuk mengidentifikasi dalam
memenuhi kebutuhan khususnya. Asuhan keperawatan pada lansia adalah proses
kompleks dan menantang yang harus memperhitungkan hal -hal berikut untuk
menjamin pendekatan sesuai usia ( Lueckenotte 1994).

Secara umum pengaplikasian caring pada klien lanjut usia meliputi


peningkatan dan pemeliharaan kesehatan, dukungan psikososial, mandiri,
penyesuaian, dan penghematan. Hal tersebut penting untuk dimaksudkan di dalam
kegiatan ritual klien jika mungkin. keadaan rumah, pengobatan rutinitas atau
Intervensi secara umum diitunjukkan pada memfasilitasi kemandirian dan mendukung
kemampuan perawatan diri. Aktivitas perawatan membutuhkan lebih banyak waktu
karena respons yang lebih lambat, banyak masalah, dan hubungan yang dekat antara
aspek fisik dan psikososial penuaan.

Budaya dapat mempengaruhi peran bahwa anggota keluarga akan mengambil


keputusan dalam mengurus anggota keluarga yang lebih tua. Mayoritas masyarakat
timur, orang dewasa yang lebih tua lebih memilih untuk "tutup usia di tempat" yaitu
untuk tinggal di rumah mereka dan di lingkungan mereka selama mungkin.
Sedangkan mayoritas masyarakat barat, orang dewasa yang lebih tua lebih memilih
untuk tinggal di panti jompo.

d. Perawatan Menjelang dan Saat Kematian


Perawat sebagai pelayan kesehatan memiliki peran yang sangat penting bagi
keluarga dan pasien yang akan menjelang ajal. Seorang perawat harus dapat berbagi
penderitaan dan mengintervensi pada saat klien menjelang ajal untuk meningkatkan
kualitas hidup.

Menjelang ajal atau kondisi terminal adalah suatu proses yang progresi
menuju kematian berjalan melalui tahapan proses penurunan fisik, psikososial, dan
spiritual bagi individu. Secara umum pengaplikasian caring pada klien menjelang ajal
berupa:
1. Peningkatan kenyamanan
Kenyamanan bagi klien menjelang ajal termasuk pengenalan dan
perbedaan distress . Hal-hal yang harus diperhatikan dalam peningkatan
kenyamanan yaitu:
1) Kontrol nyeri; Seluruh pelayan kesehatan dan keluarga harus dapat
membantu klien mengatasi rasa nyeri,karena nyeri dapat
mempengaruhi klien dalam memenuhi istirahat kebutuhan
tidur,nafsu makan,mobilitas dan fungsi psikologis.
2) Ketakutan; Tenaga kesehatan dan keluarga harus dapat membantu
klien mengurangi ketakutan terhadap gejala yang ditimbulkan

Page
11
seperti nyeri umum yang selalu rasa datang setiap saat yang dapat
membuat sagala aktifitas terganggu.
3) Pemberian terapi dan pengendalian gejala penyakit; Pemberian
terapi merupakan bagian yang dapat mengurangi rasa tidak nyaman
seperti rasa nyeri dapat teratasi setelah pemberian terapi,pemberian
chemotherapi,dan radiasi dapat membantu mengurangi penyebaran
penyakit.
4) Higiene personal; Pemenuhan kebersihan diri merupakan salah satu
yang harus dipenuhi agar klien merasa segar dan nyaman.

2. Pemeliharaan Kemandirian
Adalah pilihan yang diberikan kepada klien menjelang ajal untuk memilih
tempat perawatan dan memberikan kebebasan sesuai kemampuan
klien,karena sebagian besar klien menjelang ajal menginginkan sebanyak
mungkin mapan diri. Dalam pemeliharaan kemandirian dapat dirumah
dilakukan bisa perawatan akut sakit,ada juga perawatan dirumah atau
perawatan hospice.
1) Pemeliharaan kemandirian di rumah sakit
Klien yang memilih tempat perawatan menjelang ajal dirumah
kebebasan sesuai kemampuan. Sikap perawat sakit diberikan dalam
pemeliharaan kemandirian di rumah sakit :
a) Perawat harus mengimformasikan klien tentang pilihan
b) Perawat dapat memberikan dorongan dengan berpartisipasi
dalam pembuatan keputusan untuk memberikan rasa kontrol
klien
c) Perawat tidak boleh memaksakan bantuan
d) Perawat memberikan dorongan kepada keluarga untuk
memberikan kebebasan klien membuat keputusan.

2) Pemeliharaan kemandirian dirumah (perawatan hospice)


Adalah perawatan yang berpusat pada keluarga yang dirancang
untuk membantu klien sakit terminal untuk dapat dengan nyaman dan
mempertahankan gaya hidupnya senormal mungkin sepanjang proses
menjelang ajal.
Menurut Pitorak (1985) mengambarkan komponen perawatan
hospice sebagai berikut :
a) Perawatan dirumah yang terkoordinasi dengan pelayanan rawat
jalan dibawah administrasi rumah sakit
b) Kontrol gejala (fisik,sosiologi,fisiologi, dan spiritual ).
c) Pelayanan yang diarahkan dokter
d) Perawatan interdisiplin ilmu
e) Pelayanan medis dan keperawatan tersedia sepanjang waktu
f) Klien dan keluarga sebagai unit perawatan
g) Tindak lanjut kehilangan karena kematian

Page
12
h) Penggunaan tenaga sukarela terlatih sebagai bagian tim
i) Penerimaan kedalam program berdasarkan pada kebutuhan
perawatan kesehatan ketimbang pada kemampuan untuk
membayar
3. Pencegahan Kesepian dan isolasi
Untuk mencegah kesepian dan penyimpangan sensori perawat
menintervensi kualitas lingkungan. Hal-hal yang dilakukan untuk
mencegah kesepian dan isolasi yaitu :
a. Tempatkan pasien pada ruangan biasa ( bergabung dengan pasien
lain) tidak perlu ruangan tersendiri, kecuali pada keadaan kritis
atau tidak sadar.
b. Libatkan klien dalam program perawatan sesuai kemampuan klien,
agar klien merasa diperhatikan.
c. Berikan pencahayaan yang baik dan bisa diatur agar memberikan
stimulus yang memberikan stimulus berupa bermakna. gambar,
benda yang menyenangkan, atau surat dari anggota keluarga.
d. Libatkan keluarga dan teman untuk lebih perhatian
Berikan waktu yang cukup kepada keluarga e. untuk menjenguk
atau menemani klien.

4. Peningkatan ketenangan spiritual


Memberikan ketenangan spiritual mempunyai arti lebih besar dari
sekedar kunjung rohani. Perawat dapat memberikan dukungan kepada
klien dalam mengekspresikan filosofi kehidupan. Ketika kematian
mendekat, klien sering mencari ketenangan dengan menganalisa nilai dan
keyakinan yang berhubungan dengan hidup dan mati. Perawat dan
keluarga dapat membantu klien dengan mendengarkan dan mendorong
klien untuk mengekspresikan tentang nilai dan keyakinan, perawat dan
keluarga dapat memberikan ketenangan spiritual dengan menggunakan
keterampilan komunikasi, mengekspresikan simpati, berdoa dengan klien.

5. Dukungan untuk keluarga yang berduka


Dukungan diberikan agar keluarga dapat menerima dan tidak terbawa
kedalam situasi duka berkepanjangan. Hal-hal yang dilakukan perawat
perhatikan yaitu :
a. Perawat harus mengenali nilai anggota keluarga sebagai sumber
dan membantu mereka untuk tetap berada dengan klien menjelang
ajal.
b. Mengembangkan hubungan suportif.
c. Menghilangkan ansietas dan ketakutan keluarga
d. Menetapkan apakah mereka/ keluarga ingin dilibatkan.

6. Perawatan Setelah Kematian

Page
13
Perawat mungkin orang yang paling tepat untuk merawat tubuh klien
setelah kematian karena hubungan terapeutik perawat-klien yang telah
terbina selama fase sakit. Dengan demikian perawat mungkin lebih sensitif
dalam menangani tubuh klien dengan martabat dan sensitivitas.
Peran perawat dalam perawatan setelah kematian yaitu:
a) Perawat menyiapkan tubuh klien dengan membuatnya tampak
sealamiah dan senyaman mungkin
b) Perawat memberikan kesempatan pada keluarga untuk melihat
tubuh klien
c) Perawat memberikan pendampingan pada keluar pada saat
melihat tubuh klien
d) Perawat harus meluangkan waktu sebanyak mungkin dalam
membantu keluarga yang berduka

Page
14
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan

a. Proses keperawatan transkultural merupakan salah satu dasar teori untuk memenuhi
asuhan keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya pasien.
b. Proses keperawatan transkultural diaplikasikan untuk mengurangi konflik perbedaan
budaya atau lintas budaya antara perawat sebagai profesional dan pasien. Perilaku budaya
terkait sehat sakit masyarakat secara umum masih banyak dilakukan pada keluarga secara
turun temurun.
c. Sehat dan sakit atau kesehatan dalam perspektif transkultural nursing diartikan pandangan
masyarakat tentang kesehatan spesifik bergantung pada kelompok kebudayaannya
teknologi dan non-teknologi pelayanan kesehatan yang diterima bergantung pada budaya
nilai dan kepercayaan yang dianutnya.
d. Proses keperawatan transkultural terdiri dari tahap pengkajian keperawatan transkultural,
diagnosa keperawatan transkultural, rencana tindakan keperawatan transkultural, tindakan
keperawatan transkultural dan evaluasi tindakan keperawatan transkultural.
e. Prinsip pengkajian keperawatan transkultural berpedoman pada model konsep dari
Leininger. Konsep utama dari model sunrise berupa cultural care, world view, culture and
social culture dimention, generic care system, proffesional system, culture care
preservation, culture care accomodation, culture care repattering, culture congruent.
f. Rencana tindakan transkultural didasari pada prinsip rencana tindakan dari teori Sunrise
Model yang terdiri dari 3 strategi tindakan, yaitu perlindungan perawatan budaya atau
pemeliharaannya, akomodasi perawatan budaya atau negosiasi budaya, perumusan
kembali dan restrukturasi.
g. Aplikasi teori keperawatan transkultural dalam keperawatan diharapkan adanya kesadaran
dan apresiasi terhadap perbedaan kultur. Hal ini berarti perawat yang professional
memiliki pengetahuan dan praktek yang berdasarkan kultur secara konsep petencanaan
dan untuk praktik keperawatan. Tujuan penggunaan keperawatan transkultural adalah
untuk mengembangkan sains dan pohon keilmuan yang humanis sehingga tercipta praktik
keperawatan pada kultur yang spesifik dan universal kultur yang spesifik adalah kultur
dengan nilai-nilai dan norma spesifik yang dimiliki oleh kelompok lain. Kultur yang
universal adalah nilai-nilai dan norma-norma yang diyakini dan dilakukan hampir semua
kultur seperti budaya minum teh yang dapat membuat tubuh sehat.

3.2 Saran

Sebagai calon perawat professional hendaklah nantinya mengaplikasikan teori-toeri


Leininger dalam setiap melakukan proses keperawatan , tanpa membedabedakan pasien , baik
itu dari segi agama,budaya,dan sebagainya sehingga pelayanan kesehatan dapat dilakukan
secara optimal.Selaain itu,dengan adanya makalah ini,para mahasiswa keperawatan dapat
mengetahui konsep keperawatan trankultural sehingga mulai sekarang mempersiapkan diri
menghadapi beragam perbedaan dengan pasien yang nantinya akan didapatkan di pelayanan
kesehatan

Page
15
DAFTAR PUSTAKA
Afifah, E. (2010). RINGKASAN MATERI Unit 2 KERAGAMAN BUDAYA DAN PERSPEKTIF
TRANSKULTURAL DALAM KEPERAWATAN.
http://staff.ui.ac.id/system/files/users/afifah/material/transkulturalnursing.pdf

Saputri, A. E., Muslimah, M., Betra, Y., & Pengantar, K. (2018). Stik Siti Khadijah Palembang Tahun
Akademik 2017-2018.

Tama, A. A., Safitri, B., Safriani, L., Rahayu, N., Riau, P. W., & Nasution, S. (2018). Makalah
Aplikasi Transcultural Nursing Sepanjang Daur Kehidupan Manusia. 1–20.

Page
16

Anda mungkin juga menyukai