Makalah
OLEH :
Kelompok 5
VOVVI ARENI
1C
PRODI S1 KEPERAWATAN
STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG
TAHUN 2019/2020
Kata pengantar
Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini bisa
selesai pada waktunya.
Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi dengan
memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi.
Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun
terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi
terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.
Kata pengantar
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ………………………………………………………………………..…1
B. Rumusan Masalah ……………………………………………………………………….1
C. Tujuan Penulisan ……………………………...…………………………………………1
BAB II PEMBAHASAN
A. Perspektif Transkultural dalam Keperawatan ………………………………………..….2
B. Aplikasi Konsep dan Prinsip Transkultural
Sepanjang Daur Kehidupan Manusia …………………………………………………….9
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring berkembangnya zaman di era globalisasi saat ini, terjadi peningkatan jumlah
penduduk baik populasi maupun variasinya. Keadaan ini memungkinkan adanya
multicultural atau variasi kultur yang setiap wilayah. Tuntutan kebutuhan
masyarakat akan pelayanan kesehatan yang berkualitas pun semakin tinggi. Hal ini
menuntut setiap tenaga kesehatan professional termasuk perawat untuk mengetahui
dan bertindak setepat mungkin dengan prespektif global dan medis bagaimana
merawat pasien dengan berbagai macam latar belakang kultur atau budaya yang
berbeda dari berbagai tempat di dunia dengan memperhatikan namun tetap pada
tujuan utama yaitu memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas. Penanganan
pasien dengan latar belakang budaa disebut dengan transkultural nursing.
Transkultural nursing adalah suatu daerah atau wilayah keilmuan budaya pada
proses belajar dan praktek keperawatan yang fokusnya memandang perbedaan dan
kesamaan diantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan
pada nilai budaya manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk
memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budaya kepada
manusia (Leininger, 2002).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dan prinsip dalam asuhan keperawatan transkultural?
2. Bagaimana aplikasi konsep dan prinsip transkultural nursing dis sepanjang daur
kehidupan manusia?
C. Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan konsep dan prinsip dalam asuhan keperawatan transkultural.
2. Dapat mengaplikasikan konsep dan prinsip transkultural nursing di sepanjan
daur kehidupan manusia.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
kenal dengan Leininger Sunrise Model (Leininger, 2002) dan tiga strategi utama
intervensi Leininger, yaitu pemeliharaan terhadap budaya, negosiasi budaya dan
merestrurisasi budaya
Bila seorang perawat mengabaikan landasan teori dan praktik keperawatan yang
berdasarkan budaya atau keperawatan transkultural, perawat akan mengalami
cultural shock. Cultural shock akan dialami oleh klien pada suatu kondisi
dimana perawat tidak mampu beradaptasi dengan perbedaan nilai budaya dan
kepercayaan, hal ini dapat menyebabkan munculnya rasa ketidaknyamanan,
ketidakberdayaan, dan beberapa akan mengalami disorientasi. Salah satu contoh
yang sering ditemukan adalah ketika klien sedang mengalami nyeri. Pada
beberapa daerah atau Negara diperbolehkan seseorang untuk mengungkapkan
rasa nyeri dengan berteriak atau menangis, tetapi bila seandainya perawat
terbiasa dengan hanya meringis jika merasa nyeri, ia akan mengangkap sikap
pasien mengganggu dan tidak sopan, maka perawat pun akan meminta pasien
bersuara pelan, bahkan tak jarang akan memarahinya karena di anggap
mengganggu pasien lainnya. Kebutuhan budaya yang dialami oleh perawat ini
akan berakibat pada penurunan kualitas keperawatan yang diberikan.
3
serta member petunjuk dalam berfikir, bertindak dan mengambil keputusan.
Budaya adalah suatu komplek yang mengandung pengetahuan, keyakinan,
seni, moral, hokum, kebiasaan dan kecakapan lain yang merupakan
kebiasaan manusia sebagai anggota komunitas setempat.
4
penelitian etnografi memungkinkan perawat untuk mengembangkan
kesadaran yang tinggi pada perbedaan budaya setiap individu, menjelaskan
dasar observasi untuk mempelajari lingkungan dan orang-orang dan saling
timbale balik diantara keduanya.
h. Care
Adalah fenomena yang berhubungan dengan bimbingan, bantuan, dukungan
perilaku pada individu, keluarga, dan kelompok.
i. Caring
Adalah tindakan langsung yang diarahkan untuk membimbing, mendukung
dan mengarahkan individu, keluarga atau kelompok dan keadaan yang
nyata.
j. Cultural care
Berkenaan dengan kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai,
kepercayaan dan pola ekpresi yang digunakan untuk membimbing,
mendukung atau meberi kesempatan individu, keluarga atau kelompok
untuk mempertahankan kesehatan, berkembang dan bertahan hidup, hidup
dalam keterbatasan dan mencapai kematian dengan damai.
k. Cultural imposition
Berkenaan dengan kecenderungan tenaga kesehatan untuk memaksakan
kepercayaan, praktik dan nilai diatas budaya orang lain karena percaya
bahwa ide yang dimiliki oleh perawat lebih tinggi dari kelompok lain.
5
c. Culture care reppatterning/restiueturing
Yaitu prinsip merekontruksi atau mengubah desain untuk membantu
memperbaiki kondisi kesehatan dan pola hidup klien kearah yan lebih
baik.
Hasil yang diperoleh melalui pendekatan keperawatan transkultural pada
asuhan keperawatan adalah kepercayaan cultur congruent nursing care
health and well being, yaitu asuhakan keperawatan yang kompeten
berdasarkan budaya dan pengetahuan kesehatan yang sensitive, kreatif,
serta cara-cara yang bermakna, guna mencapai tingkat kesehatan dan
kesejahteraan bagi masyarakat.
Salah satu model pengkajian budaya adalah model matahari terbit dari Leininger
(2002) yang menggambarkan keragaman budaya dalam kehidupan sehari-hari
dan membantu menjelaskan alas an mengapa pengkajian budaya harus
dilakukan secara komprehensif. Model tersebut beranggapan bahwa nilai-nilai
pelayanan budaya, kepercayaan dan praktik merupakan hal yang tidak dapat
diubah dalam budaya dan dimensi struktur sosial masyarakat, termasuk
didalamnya konteks lingkungan, bahasa, dan riwayat etnik. Riwayat etnik
merupakan peristiwa-peristiwa bersjarah dari kelompok tertentu.
7
latar belakang klien seperti status sosial ekonomi, sumber daya yang
tersedia untuk pengobatan medis, risiko kesehatan dalam lingkungan dan
ketersediaan sistem dukungan.
b. Riwayat biokultural
Identifikasi risiko kesehatan klien yang berhubungan dengan riwayat
sosial budaya dan biologis pada waktu masuk. Beberapa risiko kesehatan
disebabkan oleh konteks ekologi budaya. Contohnya hipertensi maligna
pada orang Amerika Afrika, penyakit tay-sach pada orang Yahudi
Ashkenzi, intolerasi laktosa pada orang Asia, Afrika, dan Hispanic
(USDHHS, Office of Minority Health.n.d)
c. Organisasi sosial
Kelompok budaya terdiri dari unit-unit organisasi yang disatukan oleh
hubungan kekeluargaan, satus dan peran yang sesuai dengan anggotanya.
Contohnya pada masyarakat yang sebagian besar terdiri atas orang
amerika, unit organisasi sosial yang terbanyak adalah keluarga inti
dimana anak yang sudah menikah dan dewasa tinggal dikerabat jauh
sebanyak tiga generasi dan hubungan fiktif atau tanpa hubungan darah.
Hubungan keluarga bisa diperluas sampai ke keluarga pihak ayah dan
pihak ibu atau terbatas pada pihak ayah saja atau pihak ibu saja.
8
menjelaskan pesan dari pihak dalam yang terpercaya akan mencegah
terjadinya interpretasi yang salah. Budaya juga membentuk komunikasi
non verbal. Budaya mempengaruhi jarak antara partisipan dalam sebuah
hubungan, kontak mata, sentuhan dan seberapa banyak informasi pribadi
yang akan klien bagikan. Untuk memperkecil jarak dalam komunikasi
dengan klien, perawat perlu membangun hubungan dan berkelakuan
sesuai dengan budaya klien menajemen impresi.
f. Orientasi waktu
Semua budaya mempunyai dimensi waktu lampau, sekarang dan
mendatang. Penting bagi perawat untuk memahami orientasi waktu
klien. Informasi ini bermanfaat dalam merencanakan pelayanan harian,
membuat perjanjian procedural, dan membantu klien merencanakan
kegiatan perawatan diri dirumah. Perbedaan terjadi dalam dimensi waktu
yang berfokus budaya dan cara pengungkapan waktu. Orientasi waktu
mendatang memperkecil waktu sekarang sehingga komunikasi
cenderung bersifat langsung dan berfokus pada penerimaan tugas.
Komunikasi bersifat sirkular dan secara tidak langsung menghindari
risiko menyinggung dan tidak menghormati orang lain. Untuk
meperbaiki akses klien terhadap pelayanan kesehatan dibutuhkan jadwal
yang sesuai dengan pola kegiatan budayanya saat menjadwalkan
perjanjian dan rujukan. Ketahui dan atasi yang menjadi penghalang
menepati waktu dengan klien. Supaya bantuan terorganisasi dengan baik,
perawat memerlukan partisipasi klien dan membantu klien dalam
membuat perubahan.
9
harus dijalani didunia. Salah satu kebudayaan masyarakat kerinci di provinsi
misalnya, wanita hamil dilarang makan rebung karena menurut masyarakat
setempat jika wanita hamil makan rebung maka bayinya akan berbulu seperti
rebung. Makan jantung pisang juga diyakini menurut keyakinan mereka akan
membuat bayi lahir dengan ukuran yang kecil.
Dalam kebuyaan batak, wanita hamil yang menginjak usia kehamilan tujuh
bulan diberikan kepada ibunya ulos tondi agar wanita hamil tersebut selamat
dalam proses melahirkan. Ketika sang bayi lahir pun nenek dari pihak ibu
memberikan lagi ulos tondi kepada cucunya sebagai symbol perlindungan. Sang
ibu akan menggendong anaknya dengan ulos tersebut agar anaknya sehat selaulu
dan cepat besar. Ulos tersebut dinamakan ulos parompa.
Pantangan dan simbol yang terbentu dari kebudayaan hingga kini amsih
dipertahankan dalam komunitas dan masyarakat. Dalam menghadapi situasi ini,
pelayanan kompeten secara budaya diperlukan bagi seorang perawat untuk
menghilangkan perbedaan dalam pelayanan, bekerja sama dengan budaya
berbeda, serta berupaya mencapai pelayanan yang optimal bagi klien dan
keluarga.
Menurut Meutia Farida Swasono salah satu contoh dari amsyarakat yang sering
mentitikberatkan perhatian pada aspek kritis kehidupan dan peristiwa kehamilan
dan kelahiran adalah orang jawa yang di dalam adat istiadat mereka terdapat
berbagai upacara adat yang rinci untuk menyambut kelahiran bayi seperti pada
upacara mitoni, procotan, dan brokohan.
10
Proses pendidikan atau rekrutmen untuk menjadi dukun bayi bermacam-macam.
Ada dukun bayi yang memperoleh keahliannya melalui proses belajar yang
diwariskan dari nenek atau ibunya, namun ada pula ynag mempelajari dari
seorang guru karena merasa terpanggil. Dari segi budaya, melahirkan tidak
hanya merupakan suatu proses semata-mata berkenaan dengan lahirnya sang
bayi saja, namun tempat melahirkan pun harus terhindar dari berbagai kotoran
tapi “kotor” dalam arti keduniawian, sehingga kebuyaan menetapkan bahwa
proses mengeluarkan unsure-unsur yang kotor atau keduniawian harus
dilangsungkan di tempat yang sesaui keperluan itu. Jika dokter meiliki obat-obat
medis makan dukun bayi pun banyak ramuan untuk dapat menangani ibu dan
janin, umumnya ramuan itu diracik dari berbagai jenis tumbuhan, atau bahan-
bahan lainnya yang diyakini berkhasiat sebagai penguat tubuh atau pelancar
proses persalinan.
11
peralihan tersebut. Dalam asuhan keperawatan budaya, perawat harus paham
dan bisa mengaplikasikan pengetahuannya pada tiap daur kehidupan manusia.
Salah satu contohnya yaitu apliaksi transkultural pada perawatan dan
pengasuhan anak.
Setiap anak diharapkan dapat berkembang secara sempurna dan stimulant, baik
perkembangan fisik, kejiwaan dan juga sosianya sesuai dengans tandar
kesehatan, yaitu sehat jasmani, rohani dan sosial. Untuk itu perlu dipetakan
berbagai unsure yang terlihat dalam proses perkembangan anak sehingga dapat
dioptimalkan secara sinergis. Menurut Urie Bronfenbrenner (1990) setidaknya
ada lima sistem yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak, yaitu:
pertama, sistem mikro yang terkait dengan setting individual di mana anak
tumbuh dan berkembang yang meliputi : keluarga, teman sebaya, sekolah dan
lingkungan sekitar tetangga. Kedua, sistem meso yang merupakan hubungan di
antara mikro sitem, misalnya hubungan pengalaman-pengalaman yang di
dapatkan di dalam keluarga dengan pengalaman di sekolah atau pengalaman
dengan teman sebaya. Ketiga, sistem exo yang menggambarkan pengalaman
dan pengaruh dalam setting sosial yang berada di laur kontrol aktif tetapi
memiliki pengaruh langsung terhadap perkembangan anak, sperti: pekerjaan
orang tua dan media massa. Keempat, sistem makro yang merupakan budaya
dimana individu hidup seperti: ideology, budaya, sub-budaya, atau strata sosial
amsyarakat. Kelima, sistem chrono yang merupakan gambaran kondisi kritis
transisional (kondisi sosio-historik).
12
2) Fase Adaptasi (Adaption), pada fase ini anak mulai mengenal
lingkungan dan memberikan reaksi atas rangsangan-rangsangan dari
lingkungannya. Orang tua berperan besar pada fase adaptasi, karena
anak hanya dapat belajar dengan baik atas bantuan dan bimbingan
orangtuanya.
3) Fase Pencapaian Tujuan (Goal Attainment), pada fase ini dalam
sosialisasinya anak tidak hanya skedar memberikan umpan balik atas
rangsangan yang diberikan oleh lingkungannya, tapi sudah meiliki
maksud dan tujuan. Anak cenderung mengulangi tingkah laku tertentu
untuk mendapatkan pujian dan penghargaan dari lingkungannya.
4) Fase Integrasi (Integration), pada fase ini tingkah laku tidak lagi hanya
sekedar penyesuaian (adaptasi) ataupun untuk emndapatkan
penghargaan, tapi sudah menjadi bagian dari karakter yang menyatu
dengan dirinya sendiri.
3. Perawatan Menjelang Kematian
Perawat sebagai pelayan kesehatan memiliki peran yang sangat penting abgi
keluarga dan pasien yang akan menjelang ajal. Seorang perawat harus dapat
berbagi penderitaan dan mengintervensi pada saat klien menjelang ajal untuk
meningkatkan kualitas hidup.
Menjelang ajal atau kondisi terminal adalah suatu proses yang progresi menuju
kematian berjalan melalui tahapan proses penurunan fisik, psikososial, dan
spiritual bagi individu. Secara umum pengaplikasikan caring pada klien
menjelang ajal berupa:
a. Peningkatan Kenyamanan
Kenyamanan bagi klien menjelang ajal termasuk pengenalan dan perbedaan
distress (oncology society and the American Nurses Association, 1974).
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam peningkatan kenyamanan:
Kontrol nyeri: seluruh pelayanan kesehatan dan keluarga harus dapat
membantu klien mengatasi rasa nyeri, karena nyeri dapat
mempengaruhi klien dalam memenuhi kebutuhan istirahat tidur,
nafsu makan, mobilitas dan fungsi psikologis.
Ketakutan: tenaga kesehatan dan keluarga harus dapat membantu
klien mengurangi rasa ketakutan terhadap gejala yang ditimbulkan
13
seperti nyeri umum yang selalu dating setiap saat yang dapat
membuat segala aktivitas terganggu.
Peran perawat:
Perawat menyiapkan tubuh klien dengan membuatnya tampak sealamiah
dan senyaman mungkin.
Perawat memberikan kesempatan pada keluarga untuk melihat tubuh
klien.
Perawat harus meluangkan waktu sebanyak mungkin dalam membantu
keluarga yang berduka.
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan:
1) Proses keperawatan transkultural merupakan salah satu dasar teori untuk
memenuhi asuhan keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya
pasien.
2) Proses keperawatan transkultural diaplikasikan untuk mengurangi konflik
perbedaan budaya atau lintas budaya antara perawat sebagai professional dan
pasien.
3) Perilaku budaya terkait sehat sakit masyarakat secara umum masih banyak
dilakukan pada keluarga secara turun temurun.
4) Sehat dan sakit atau kesehatan dalam perspektif transkultural nursing diartikan
pandangan masyarakat tentang kesehatan spesifik bergantung pada kelompok
kebudayaannya teknologi dan non-teknologi pelayanan kesehatan yang diterima
bergantung pada budaya nilai dan kepercayaan yang dianutnya.
B. Saran
Adapun saran yang penulis sampaikan pada makalah ini adalah sebagai berikut:
1) Kepada mahasiswa keperawatan hendaknya lebih memahami prisip
keperawatan transkultural serta aplikasinya baik teori mampu pelaksanaan di
lapangan.
2) Pendekatan ilmu pengetahuan hendaknya mencakup pelayanan kepada klien
sehingga profesionalitas keperawatan tetap terjaga.
3) Penggunaan alat teknologi mendukung kinerja dan tidak mengurangi pelayanan
keperawatan transkultura.
17
DAFTAR PUSTAKA