Anda di halaman 1dari 45

ASUHAN KEPERAWATAN HALUSINASI

Ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan tugas mata kuliah Keperawatan Kesehatan
Jiwa II

Oleh
KELOMPOK 1

DOSEN PENGAMPU
Ns. ULFA SURYANI, S.KEP., M.KEP., Sp.KEP J

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa atas berkat dan
rahmatNya penulis dapat menyelesaikan pembuatan laporan askep dengan judul “Asuhan
Keperawatan Halusinasi” dengan baik dan tepat waktu. Adapun pembuatan laporan ini
dilakukan sebagai pemenuhan nilai tugas dari mata kuliah Keperawatan Kesehatan Jiwa
II. Selain itu, pembuatan laporan ini juga bertujuan untuk memberikan manfaat yang
berguna bagi ilmu pengetahuan.Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak
yang telah terlibat dan membantu dalam pembuatan makalah sehingga semua dapat
terselesaikan dengan baik dan lancar.
Selain itu, penulis juga mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun
terhadap kekurangan dalam laporan agar selanjutnya penulis dapat memberikan karya
yang lebih baik dan sempurna. Semoga laporan ini dapat berguna dan bermanfaat bagi
pengetahuan para pembaca.

Padang, 1 Oktober 2020

penulis
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................................1
1.2 Tujuan Umum.........................................................................................1
1.3 Tujuan Khusus........................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Konsep Dasar
1. Pengertian..............................................................................................3
2. Etiologi...................................................................................................3
3. Manifestasi Klinik..................................................................................9
4. Patofisiologi...........................................................................................10
5. Penatalaksanaan.....................................................................................12
Asuhan Keperawatan Teoritis
1. Pengakajian............................................................................................12
2. Diagnosa................................................................................................16
3. Intervensi................................................................................................16
4. Implementasi..........................................................................................18
5. Evaluasi..................................................................................................18
BAB III Laporan Kasus
1. Pegkajian................................................................................................19
2. Diagnosa keperawatan...........................................................................30
3. Intervensi................................................................................................30
4. Implementasi dan evaluasi.....................................................................35
BAB V PENUTUP
1. Saran......................................................................................................40
2. Kesimpulan............................................................................................40
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................41
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa di mana klien mengalami perubahan
sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan,
perabaaan atau penghiduan. Klien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada
(Damaiyanti, 2012).Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam
membedakan rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar). Klien
memberi persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau rangsangan
yang nyata. Sebagai contoh klien mengatakan mendengar suara padahal tidak ada orang
yang berbicara (Kusumawati & Hartono, 2012). Halusinasi yang paling banyak diderita
adalah halusinasi pendengaran mencapai lebih kurang 70%, sedangkan halusinasi
penglihatan menduduki peringkat kedua dengan rata-rata 20%. Sementara jenis halusinasi
yang lain yaitu halusinasi pengucapan, penghidu, perabaan, kinesthetic, dan cenesthetic
hanya meliputi 10%,(Muhith, 2015).Menurut Videbeck (2008) dalam Yosep (2009) tanda
pasien mengalami halusinasi pendengaran yaitu pasien tampak berbicara ataupun tertawa
sendiri, pasien marah-marah sendiri, menutup telinga karena pasien menganggap ada
yang berbicara dengannya. Dampak yang dirasakan oleh keluarga dengan adanya anggota
keluarga mengalami halusinasi adalah tingginya beban ekonomi, beban emosi keluarga,
stress terhadap perilaku pasien yang terganggu, gangguan dalam melaksanakan kegiatan
rumah tangga sehari-hari dan keterbatasan melakukan aktifitas. Beban sosial ekonomi
diantaranya adalah gangguan dalam hubungan keluarga , keterbatasan melakukan
aktifitas sosial, pekerjaan, dan hobi , kesulitan finansial, dan dampak negatif terhadap
kesehatan fisik keluarga. Beban psikologis menggambarkan reaksi psikologis seperti
perasaan kehilangan, sedih, cemas dan malu terhadap masyarakat sekitar, stress
menghadapi gangguan perilaku dan frustasi akibat perubahan pola interaksi dalam
keluarga (Ngadiran, 2010). Dampak yang dirasakan keluarga berkepanjangan, maka perlu
adanya pengelolaan yang tepat bagi anggota keluarga yang mengalami halusinasi, maka
peran keluarga sangatlah penting untuk terlibat dalam mengatasi masalah kesehatan yang
terjadi. Perawat sebagai pelaksana asuhan keperawatan keluarga dapat bekerja sama
dengan keluarga untuk mengatasi masalah kesehatan anggota keluarga yang mengalami
halusinasi. Puskesmas dalam menjalankan fungsinya berwenang menyelanggarakan
pelayanan kesehatan yang berorientasi pada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat di wilayah kerjanya.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang diangkat adalah“Bagaimanakah Asuhan Keperawatan yang
diberikan pada pasien dengan Halusinasi ?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mampu memberikan asuhan keperawatan baik itu pada pasien maupun pada keluarga
dengan Halusinasi
2. Tujuan Khusus
a. Mampu menerapkan proses keperawatan pada pasien yang mengalami halusinasi.
b. Mampu melakukan pengkajian keperawatan pada pasie maupun keluarga salah satu
anggota keluarga mengalami halusinasi.
c. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pasien maupun keluarga yang salah satu
anggota keluarga mengalami halusinasi.
d. Mampu menetapkan rencana keperawatan keluarga dengan salah satu anggota
keluargamengalami halusinasi.
e. Mampu melakukan tindakan keperawatan keluarga dengan salah satu anggota
keluarga mengalami halusinasi.
f. Mampu melakukan evaluasi keperawatan keluarga dengan salah satu anggota
keluarga mengalami halusinasi.
g. Mampu melakukan dokumentasi keperawatan keluarga dengan salah satu anggota
keluarga mengalami halusinasi.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Halusinasi
Stuart & Laraia (2009) mendefinisikan halusinasi sebagai suatu tanggapan dari panca
indera tanpa adanya rangsangan (stimulus) eksternal. Halusinasi merupakan gangguan
persepsi dimana pasien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Ada lima
jenis halusinasi yaitu pendengaran, penglihatan, penghidu, pengecapan dan
perabaan.Halusinasi pendengaran merupakan jenis halusinasi yang paling banyak
ditemukan terjadi pada 70% pasien, kemudian halusinasi penglihatan 20%, dan sisanya
10% adalah halusinasi penghidu, pengecapan dan perabaan. Halusinasi adalah salah satu
gejala gangguan jiwa dimana pasien mengalami perubahan sensori persepsi, seperti
merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan, atau
penghiduan, klien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada (Muhith, 2011).
Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana pasien mempersepsikan
sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indra tanda ada rangsangan
dari luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu persepsi melalui panca indra tanpa
stimullus eksteren : persepsi palsu(Prabowo, 2014).
2. Proses Terjadinya Halusinasi
Proses terjadinya halusinasi dijelaskan dengan menggunakan konsep stress adaptasi
Stuart yang meliputi stressor dari faktor predisposisi dan presipitasi.
a. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi halusinasi terdiri dari
1) Faktor Biologis :
Adanya riwayat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa (herediter), riwayat
penyakit atau trauma kepala, dan riwayat penggunaan narkotika, psikotropika dan zat
adiktif lain (NAPZA).
2) Faktor Psikologis
Memiliki riwayat kegagalan yang berulang.Menjadi korban, pelaku maupun saksi dari
perilaku kekerasan serta kurangnya kasih sayang dari orang-orang disekitar atau
overprotektif.
3) Sosiobudaya dan lingkungan
Sebagian besar pasien halusinasi berasal dari keluarga dengan sosial ekonomi rendah,
selain itu pasien memiliki riwayat penolakan dari lingkungan pada usia perkembangan
anak, pasien halusinasi seringkali memiliki tingkat pendidikan yang rendah serta pernah
mengalami kegagalan dalam hubungan sosial (perceraian, hidup sendiri), serta tidak
bekerja.
b. Faktor Presipitasi
Stressor presipitasi pasien gangguan persepsi sensori halusinasi ditemukan adanya
riwayat penyakit infeksi, penyakit kronis atau kelainan struktur otak, adanya riwayat
kekerasan dalam keluarga, atau adanya kegagalan-kegagalan dalam hidup, kemiskinan,
adanya aturan atau tuntutan di keluarga atau masyarakat yang sering tidak sesuai dengan
pasien serta konflik antar masyarakat.
c. Stress Lingkung
Ambang toleransi terhadap tress yang berinteraksi terhadap stressor lingkungan untuk
menentukan terjadinya gangguan perilaku.
d. Sumber Koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapistress(Prabowo, 2014).
e. Perilaku
Respons klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan, perasaan tidak aman,
gelisah, dan bingung, perilaku menarik diri, kurang perhatian, tidak mampu mengambil
keputusan serta tidak dapat membedakan nyata dan tidak.
f. Dimensi fisik
Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik seperti kelelahan yang luar
biasa, penggunaan obat-obatan, demam hingga delirium, intoksikasi alkohol dan
kesulitan untuk tidur dalamwaktu yang lama.
g. Dimensi emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak dapat diatasi merupakan
penyebab halusianasi itu terjadi, isi dari halusinasi dapat berupa peritah memaksa dan
menakutkan.Klien tidak sanggup lagi menentang perintah tersebut hingga dengan kondisi
tersebut klien berbuat sesuatu terhadap ketakutan tersebut.
h. Dimensi intelektual
Dalam dimensi intelektual ini menerangkan bahwa individu dengan halusinasi akan
memperlihatkan adanya penurunan fungsi ego. Pada awalnya halusinasi merupakan usha
dari ego sendiri untuk melawan impuls yang menekan, namun merupakan suatu hal yang
menimbulkan kewaspadaan yang dapat mengambil seluruh perhatian klien dan tak jarang
akan mengotrol semua perilaku klien.
i. Dimensi sosial
Klien mengalami gangguan interaksi sosial dalam fase awal dan comforting, klien
menganggap bahwa hidup bersosialisasi dialam nyata sangat membahayakan. Klien asyik
dengan dengan halusinasinya, seolah-olah ia merupakan tempat untuk memenuhi
kebutuhan akan interaksi sosial, kontrol diri dan harga diri yang tidak
didapatkan dalam dunia nyata. Isi halusinasi dijadikan kontrol oleh individu tersebut,
sehingga jika perintah halusinasiberupa ancaman, dirinya atau orang lain individu
cenderung keperawatan klien dengan mengupayakan suatu proses interkasi yang
menimbulkan pengalaman interpersonal yang memuaskan, serta mengusahakan klien
tidak menyendiri sehingga klien selalu berinteraksi dengan lingkungannya dan halusinasi
tidak berlangsung.
j. Dimensi spiritual
Secara spiritualklien halusinasi mulai dengan kehampaan hidup, rutinitas, tidak
bermakna, hilangnya aktivitas ibadah dan jarang berupaya secara spiritual untuk
menyucikan diri, irama sirkardiannya terganggu(Damaiyanti, 2012).
3. Rentang Respon Neurobiologis
Persepsi mengacu pada identifikasi dan interprestasi awal dari suatu stimulus berdasarkan
informasi yang diterima melalui panca indra. Respon neurobiologis sepanjang rentang
sehat sakit berkisar dari adaptif pikiran logis, persepsi akurat, emosi konsisten, dan
perilaku sesuai sampai dengan respon maladaptif yang meliputi delusi, halusinasi, dan
isolasi sosial.
a. Respon adaptif
Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima norma-norma sosial budaya yang
berlaku. Dengan kata lain individu tersebut dalam batas normal jika menghadapi suatu
masalah akan dapat memecahkan masalah tersebut.
Respon adaptif :
1) Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada kenyataan
2) Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyataan
3) Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang timbul dari pengalaman ahli
4) Perilaku sosial adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam batas kewajaran
5) Hubungan social adalah proses suatu interaksi dengan orang lain dan lingkungan
b. Respon psikosossial
Meliputi :
1) Proses pikir terganggu adalah proses pikir yang menimbulkan gangguan.
2) Ilusi adalah miss interprestasi atau penilaian yang salah tentang penerapan yang benar-
benar terjadi (objek nyata) karena rangsangan panca indra
3) Emosi berlebih atau berkurang
4) Perilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang melebihi batas kewajaran
5) Menarik diri adalah percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain.
c. Respon maladapttif Respon maladaptive adalah respon individu dalam menyelesaikan
masalah yang menyimpang dari norma-norma sosial budaya dan
lingkungan, ada pun respon maladaptive antara lain :
1) Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh dipertahankan walaupun tidak
diyakinioleh orang lain dan bertentangan dengan kenyataan sosial
2) Halusinasi merupakan persepsi sensori yang salah atau persepsi eksternal yang tidak
realita atau tidak ada.
3) Kerusakan proses emosi adalah perubahan sesuatu yang timbul dari hati.Perilaku tidak
terorganisirmerupakan sesuatu yang tidak teratur.
4) Isolasi sosisal adalah kondisi kesendirian yang dialami oleh individu dan diterima
sebagai ketentuan oleh orang lain dan sebagai suatu kecelakaan yang negative
mengancam (Damaiyanti,2012).
Rentang respon dapat digambarkan sebagai berikut:
Rentang Respon Neurobiologis
Respon adaptif
Respon maladaptif
4. Tahapan Halusinasi
Halusinasi yang dialami pasien memiliki tahapan sebagai berikut
a. Tahap I :
Halusinasi bersifat menyenangkan, tingkat ansietas pasien sedang.Pada tahap ini
halusinasi secara umum menyenangkan.
Karakteristik :
Karakteristik tahap ini ditandai dengan adanya perasaan bersalah dalam diri pasien dan
timbul perasaan takut.Pada tahap ini pasien mencoba menenangkan pikiran untuk
mengurangi ansietas.Individu mengetahui bahwa pikiran dan sensori yang dialaminya
dapat dikendalikan dan bisa diatasi (non psikotik).
Perilaku yang teramati:
1) Menyeringai / tertawa yang tidak sesuai
2) Menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara
3) Respon verbal yang lambat
4) Diam dan dipenuhi oleh sesuatu yang mengasyikan.
b. Tahap II :
Halusinasi bersifat menyalahkan, pasien mengalami ansietas tingkat berat dan halusinasi
bersifat menjijikkan untuk pasien.
Karakteristik :
Pengalaman sensori yang dialami pasien bersifat menjijikkan dan menakutkan, pasien
yang mengalami halusinasi mulai merasa kehilangan kendali, pasien berusaha untuk
menjauhkan dirinya dari sumber yang dipersepsikan, pasien merasa malu karena
pengalaman sensorinya dan menarik diri dari orang lain (nonpsikotik).
Perilaku yang teramati :
1) Peningkatan kerja susunan saraf otonom yang menunjukkan timbulnya ansietas seperti
peningkatan nadi, tekanan darah dan pernafasan.
2) Kemampuan kosentrasi menyempit.
3) Dipenuhi dengan pengalaman sensori, mungkin kehilangan
kemampuan untuk membedakan antara halusinasi dan realita.
c. Tahap III :
Pada tahap ini halusinasi mulai mengendalikan perilaku pasien, Pasien berada pada
tingkat ansietas berat.Pengalaman sensori menjadi menguasai pasien.
Karakteristik:
Pasien yang berhalusinasi pada tahap ini menyerah untuk melawanpengalaman halusinasi
dan membiarkan halusinasi menguasai dirinya. Isi halusinasi dapat berupa permohonan,
individu mungkin mengalami kesepian jika pengalaman tersebut berakhir (Psikotik)
Perilaku yang teramati:
1) Lebih cenderung mengikuti petunjuk yang diberikan oleh halusinasinya dari pada
menolak.
2) Kesulitan berhubungan dengan orang lain.3) Rentang perhatian hanya beberapa menit
atau detik, gejala fisik dari ansietas berat seperti : berkeringat, tremor, ketidakmampuan
mengikuti petunjuk.
d. Tahap IV :
Halusinasi pada saat ini, sudah sangat menaklukkan dan tingkat ansietasberada pada
tingkat panik.Secara umum halusinasi menjadi lebih rumit dan saling terkait dengan
delusi.
Karakteristik :
Pengalaman sensori menakutkan jika individu tidak mengikuti perintah halusinasinya.
Halusinasi bisa berlangsung dalam beberapa jam atau hari apabila tidak diintervensi
(psikotik).
Perilaku yang teramati :
1) Perilaku menyerang - teror seperti panik.
2) Sangat potensial melakukan bunuh diri atau membunuh orang lain.
3) Amuk, agitasi dan menarik diri.
4) Tidak mampu berespon terhadap petunjuk yang komplek .
5) Tidak mampu berespon terhadap lebih dari satu orang.
5. Jenis halusinasi
a. Halusinasi Pendengaran ( akustik, audiotorik) Gangguan stimulus dimana pasien
mendengar suara-suara terutama suara-suara orang, biasanya pasien mendengar suara
orang yang sedang membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan
untuk melakukan sesuatu.
b. Halusinasi Pengihatan (visual)
Stimulus visual dalam bentuk beragam seperti bentuk pencaran cahaya, gambaran
geometrik, gambar kartun dan/ atau panorama yang luas dan komplesk. Bayangan bias
bisa menyenangkan atau menakutkan.
c. Halusinasi Penghidu (Olfaktori)
Gangguan stimulus pada penghidu, yamg ditandai dengan adanya bau busuk, amis, dan
bau yang menjijikan seperti : darah, urine atau feses. Kadang-
kadangterhidubauharum.Biasanya berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan
dementia.
d. Halusinasi Peraba (Taktil, Kinaestatik)
Gangguan stimulus yang ditandai dengan adanya sara sakit atau tidak enak tanpa stimulus
yang terlihat. Contoh merasakan sensasi listrik datang dari tanah, benda mati atau orang
lain.
e. Halusinasi Pengecap (Gustatorik)
Gangguan stimulus yang ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis, dan
menjijikkan.
f. Halusinasi sinestetik
Gangguan stimulus yang ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah mengalir
melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau pembentukan urine.g. Halusinasi Viseral
Timbulnya perasaan tertentu di dalam tubuhnya, meliputi :
1) Depersonalisasi adalah perasaan aneh pada dirinya bahwa pribadinya sudah tidak
seperti biasanya lagi serta tidak sesuai dengan kenyataan yang ada. Sering pada
skizofrenia dan sindrom obus parietalis. Misalnya sering merasa dirinya terpecah dua.
2) Derealisasi adalah suatu perasaan aneh tentang lingkungan yang tidak sesuai dengan
kenyataan. Misalnya perasaan segala suatu yang dialaminya seperti dalam mimpi.
h. Pohon masalah pada halusinasi
Pohon masalah berdasarkan (Fitria, 2009) adalah sebagai berikut:
Effect
Resiko Tinggi Prilaku Kekerasan
Core problem
Gangguan Sensori Persepsi: Halusinasi
Causa
Isolasi Sosial
Harga Diri Rendah Kronis

Tahapan proses keperawatan.


Pengkajian
Pengkajian dilakukan dengan cara wawancara dan observasi pada pasien dan keluarga.
1) Tanda dan gejala halusinasi dapat ditemukan dengan wawancara, melalui pertanyaan
sebagai berikut :
a) Apakah mendengar suara-suara atau bisikan-bisikan?
b) Apakah melihat bayangan-bayangan yang menakutkan?
c) Apakah mencium bau tertentu yang menjijikkan?
d) Apakah merasakan sesuatu yang menjalar di tubuhnya?
e) Apakah merasakan sesuatu yang menjijikkan dan tidak mengenakkan?
f) Seberapa sering mendengar suara-suara atau melihat bayangan tersebut?
g) Kapan mendengar suara atau melihat bayang-bayang?
h) Pada situasi apa mendengar suara atau melihat bayang-bayang?
i) Bagaimana perasaan mendengar suara atu melihat bayangan tersebut?
j) Apa yang telah dilakukan, ketika mendengar suara dan melihat bayangan tersebut?
2) Tanda dan gejala halusinasi di dapatkan saat observasi :
a) Tampak bicara atau tertawa sendiri
b) Marah-marah tanpa sebab
c) Memiringkan atau mengarahkan telinga ke arah tertentu atau menutup telinga
d) Menunjuk-nunjuk ke arah tertentu
e) Ketakutan pada sesuatu yang tidak jelas
f) Menghidu seperti membaui bau-bauan tertentu
g) Menutup hidung
h) Sering meludah
i) Muntah
j) Menggaruk permukaan kulitb.
Diagnosis Keperawatan
Masalah keperawatan yang muncul berdasarkan (Fitria, 2009) adalah
sebagai berikut
1) Risiko tinggi Perilaku Kekerasan.
2) Perubahansensori persepsi halusinasi.
3) Harga diri rendah kronis.
c. Rencana tindakan keperawatan
1) Rencana tindakan untuk klien halusinasi
Rencana keperawatan berdasarkan (Fitria,2009) adalah sebagai berikut:
Tujuan tindakan untuk klien adalah sebagai berikut:
a) Klien mengenali halusinasi yang dialaminya.
b) Klien dapat mengontrol halusinasinya.
c) Klien mengikuti program pengobatan secara optimal. Tindakan keperawatan :
a) Membantu klien mengenali halusinasi.
Diskusi adalah salah satu cara yang dapat dilakukan untuk membantu klien mengenali
halusinasinya. Perawat dapat berdiskusi dengan klien terkait isi halusinasi (apa yang
didengar atau dilihat), waktu terjadi halusinasi, frekuensi terjadinya halusinasi, frekuensi
terjadinya halusinasi, situasi yang menyebabakan halusinasi muncul, dan perasaan klien
saat halusinasi muncul (komunikasinya sama dengan yang diatas).b) Melatih klien
mengontrol halusinasi. Perawat dapat melatih empat cara dalam mengendalikan
halusinasi pada klien. Keempat cara tersebut sudah terbukti mampu mengontrol
halusinasi seseorang. Keempat cara tersebut adalah menghardik halusinasi, bercakap-
cakap dengan orang lain, melakukan aktivitas yang terjadwal, dan patuh minum obat
dengan enam benar secara teratur.
Implementasi tindakan keperawatan
Tujuan tindakan untuk keluarga:
a) Mengenal tentang halusinasi
b) Mengambil keputusan untuk merawat halusinasi
c) Merawat anggota keluarga yang mengalami halusinasi
d) Memodifikasi lingkungan yang mendukung pasien mengatasi halusinasi
e) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan untuk anggota keluarga yang mengalami halusinasi
Implementasi keperawatan
1) Mendiskusikan masalah yang dirasakan dalam merawat pasien
2) Menjelaskan tentang halusinasi: pengertian, tanda dan gejala, penyebab terjadinya
halusinasi, dan akibat jika halusinasi tidak diatasi.
3) Membantu keluarga mengambil keputusan merawat pasien) Melatih keluarga cara
merawat halusinasi
4) Membimbing keluarga merawat halusinasi
5) Melatih keluarga menciptakan suasana keluarga dan lingkungan yang mendukung
pasien mengatasi halusinasi
6) Mendiskusikan tanda dan gejala kekambuhan yang memerlukan rujukan segera ke
fasilitas pelayanan kesehatan
7) Menganjurkan follow up ke fasilitas pelayanan kesehatan
secara teratur.
Evaluasi
Evaluasi keperawatan
a) Klien mampu menerapkan 4 cara mengontrol halusinasi:
1) Menghardik halusinasi
2) Mematuhi program pengobatan
3) Mengajak orang lain bercakap-cakap dengan bila timbul halusinasi.
4) Menyusun jadwal kegiatan harian untuk mengurangi waktu luang dan melaksanakan
jadwal kegiatan tersebut secara mandiri.
5) Menilai manfaat cara mengontrol halusinasi dalam mengendalikan halusinasi.
b) Evaluasi keperawatan untuk keluarga
Keluarga dapat:
1) Menjelaskan halusinasi yang dialami oleh pasien
2) Menjelaskan cara merawat pasien halusinasi
3) Mendemonstrasikan cara merawat pasien halusinasi
4) Memodifikasi lingkungan untuk membantu pasien mengatasi masalahnya
5) Menjelaskan fasilitas kesehatan yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah
halusinasi.
BAB III
KASUS KELOLAAN.
A. Kasus
Klien berinisial Tn. W berumur 35 tahun, masuk ke rumah sakit jiwa (RSJ) Prof.
HB Saanin Padang melalui IGD pada tanggal 18 februari 2020, pukul 17.00. Diantar oleh
keluarga. Dibawa keluarga ke RSJ karna Tn. W selama 5 hari terakhir marah-marah
tanpa sebab, memecahkan alat RT, suka membentak anak-anak disekitar rumah,
telanjang, jalan tanpa tujuan, tidak mau minum obat, bicara-bicara sendiri, tertawa
sendiri dan tidak mau berinteraksi dengan orang.Tn. W sakit sejak tahun 2004 dirawat
untuk yg ke 7 kalinya dan terakhir dirawat 3 tahun yang lalu, pulang tenang dijemput
keluarga. Selama dirumah Tn. W kontrol RSUD Painan dan minum obat teratur. Tetapi
selama 2 bulan terakhir ini klien tidak mau minum obat. Selama 5 hari terkahir ini Tn. W
tidak bisa terkontrol lagi dan akhirnya keluarga membawa Tn. W ke RSJ.
Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 25/02/2020 jam 10.00, klien mengatakan
mendengar bisikan-bisikan yang meminta ia untuk marah-marah, bisikan itu
menyuruhnya untuk memukul orang. Tn. W mengatakan bisikan itu datang secara tiba-
tiba dan tak menentu, tetapi sering datang saat menjelang magrib, bisikan itu muncul 3-4
kali sehari. Suara itu juga datang saat klien melamun sendiri. Saat interaksi kontak mata
klien kurang dan klien tampak mondar mandir dan tidak tenang.
Tn. W mengatakan tidak memiliki teman dekat, saat dilihat klien tampak lebih sering
menyendiri dari pada bergabung dengan teman2nya. Klien sibuk dengan duniannya
sendiri. Klien mengatakan mandi 2x sehari, ganti baju 1x dalam sehari, gosok gigi 1x
dalam sehari. Penampilan klien tampak kurang rapi dan kuku panjang kehitaman dan
terkadang penggunaan celana terbalik. Tn. W mengatakan tidak ada mendapatkan aniaya
fisik sebelumnya, baik sebagai pelaku, korban maupun saksi. Klien saat dirumah
merokok 3 bungkus/hari, minum kopi lebih dari 5 kali per hari. Tn. W dirawat dengan
diagnosa medik skizofrenia paranoid

Lampiran 2
PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

RUANG RAWAT : mawar TANGGAL DIRAWAT: 18 februari 2020

I. IDENTITAS
Inisial : Tn. W (L) Tanggal pengkajian : 25 februari 2020
Umur : 35 th No. Rekam Medik : 123456
Alamat lengkap : painan Informan : keluarga
II. ALASAN MASUK
Tn. W selama 5 hari terakhir marah-marah tanpa sebab, memecahkan alat RT, suka
membentak anak-anak disekitar rumah, telanjang, jalan tanpa tujuan, tidak mau
minumobat, bicara sendiri, tertawa sendiri, dan tidak mau berinteraksi dengan orang.
III. Faktor Predisposisi
1. Pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu ? Ya
2. Pengobatan sebelumnya ? Kurang berhasil
3. Aniaya fisik : tidak

Aniaya seksual : tidak

Penolakan : tidak

Kekerasan dalam keluarga : tidak


Tindakan kriminal :
Jelaskan No. 1, 2, 3 :-
.
Masalah Keperawatan : -

Masalah keperawatan untuk point 1,2 dan 3 adalah :


 Resiko Prilaku kekerasan
 Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
I.

4. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa?


Tidak
hubungan keluarga : baik
gejala :-
riwayat pengobatan/perawatan
Tn. W sakit sejak tahun 2004 dirawat untuk yang ke 7 kalinya dan terakhir dirawat 3
tahun yang lalu, pulang tenang dijemput keluarga. Selama dirumah Tn. W kontrol
di RSUD Painan dan minum obat teratur. Tetapi selama 2 bulan terakhir ini klien
tidak mau minum obat
Masalah Keperawatan : -

Masalah keperawatan : -
II.

5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan


Tidak ada
Masalah keperawatan : -

Masalah keperawatan : -
IV. Fisik
1. Tanda-tanda vital : TD ( 120/80 mmhg) Nadi ( 78 x/i).
Suhu : (36,8 C) pernafasan: (18 x/i)
2. Ukuran : TB : (173 cm) BB: 65 kg
3. keluhan fisik : Tidak
Jelaskan : -
Masalah Keperawatan : -
Masalah keperawatan :

V. Psikososial
1. Genogram

Jelaskan :
Klie adalah seorang laki-laki
Masalah keperawatan : -

Masalah keperawatan : -
III.
2. Konsep diri
Citra tubuh : Pasien mengatakan bahwa dirinya menyukai semua anggota tubuhnya
Identitas diri : Pasien mampu menyebut identitasnya dengan baik, yaitu nama, umur,
agama, alamat, status perkawinan
Peran diri : Pasien berperan sebagai anak didalam keluarganya. Sedangkan di
rumah sakit pasien berperan sebagai pasien.
Ideal diri : Pasien ingin cepat sembuh serta berkumpul bersama keluarga.
Harga diri : Pasien mengatakan hubungan dengan keluarga terutama dengan orang
tuanya dalam keadaan baik. Pasien menyadari bahwa dirinya sakit.

Masalah keperawatan :-

Masalah keperawatan :
-

3. Hubungan Sosial
a. Orang terdekat : tidak ada
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat : tidak
ada
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain :
terlihat menyendiri
Masalah keperawatan :
Masalah keperawatan :
Isolasi social.
IV.

2. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan : baik
b. Kegiatan ibadah : baik
Masalah keperawatan :

Masalah keperawatan :

VI. Status Mental


1. Penampilan
a. Penampilan tidak rapi : ya
b. Penggunaan pakaian tidak sesuai : ya
c. Cara berpakaian tidak seperti biasanya: ya
Jelaskan :penampilan klien tampak kkurang rapi dan kuku panjang kehitaman dan
terkadang penggunaan celana terbalik
Masalah Keperawatan :

V. Masalah keperawatan :
VI. Sindroma Defisit Perawatan diri.

2. Pembicaraan
Normal
Jelaskan : Saat pengkajian pasien bisa menjawab pertanyaan yang diajukan
Masalah Keperawatan :-
Masalah keperawatan :

3. Aktivitas motorik
Gelisah.

Jelaskan klien tampak mondar mandir dan tidak tenang


Masalah keperawatan :-
Masalah keperawatan :
VII.
4. Alam perasaan
Jelaskan : Takut, karena pasien mendengar bisikan-bisikan
Masalah keperawatan :

Masalah keperawatan :
VIII.

5. Afek
a. Datar
Jelaskan : tidak ada gangguan
Masalah keperawatan : -

Masalah keperawatan :

6. Interaksi selama wawancara


Kontak mata kurang
Jelaskan :saat interaksi kontak mata klien kurag dan klien tampak mondar mandiri dan
tidak tenang
Masalah keperawatan ;

Masalah keperawatan ;
 Hambatan interaksi social.
IX.

7. Persepsi
a. Halusinasi pendengaran
Jelaskan : Tn. W mengatakan mendengar bisikan-bisikan yang meminta ia untuk
marah-marah, bisika itu menyuruhnya untuk memukul orang. Tn. W mengatakan
bisikan itu datang secara tiba-tiba dan tak menentu, tetapi sering datang saat
menjelang maghrib, bisikan itu muncul 3-4 kali sehari. Suara itu juga datang saat
klien melamun sendiri.
Masalah keperawatan :-

X. Masalah keperawatan :
 Gangguan sensori persepsi : Halusinasi pendengaran

Proses / Arus pikir


Jelaskan : Proses pikir pasien sampai pada tujuan pembicaraan.
Masalah keperawatan : -

XI. Masalah keperawatan :

8. Isi pikir
Jelaskan : Orientasi waktu, tempat dan orang jelas.
Masalah Keperawatan :-
XII. Masalah keperawatan :
XIII. -

9. Tingkat kesadaran
Jelaskan : Pasien mudah beralih yaitu saat bertanya, pasien menjawab diluar pertanyaan
Masalah keperawatan : -
Masalah keperawatan :
XIV.

10. Memori
Jelaskan : Gangguan pada memori jangka panjang
Masalah keperawatan :-
XV. Masalah keperawatan :
XVI. -
11. Tidak konsentrasi dan berhitung
Jelaskan : Pasien mudah beralih yaitu saat bertanya, pasien menjawab diluar pertanyaan
Masalah keperawatan : -
XVII. Masalah keperawatan :

XVIII.
12. Kemampuan penilaian
Jelaskan : Pasien mengalami gangguan kemampuan penilaian ringan, yaitu dapat
mengambil keputusan sederhana dengan bantuan orang lain.
Masalah keperawatan : -
XIX. Masalah keperawatan :
XX. -

13. Daya tilik diri


Jelaskan : Pasien menyadari dengan penyakit yang dideritanya.
a. Masalah keperawatan :-

Masalah keperawatan :
-
VII. Kebutuhan Persiapan Pulang
1. Makan : tidak ada
Jelaskan : Pasien makan 3x/hr, yaitu pagi, sore, dan malam secara mandiri
Masalah Keperawatan : =-
Masalah Keperawatan :
-

2. BAB / BAK : normal


Jelaskan : Pasien BAB 1x/hr, BAK ±4x/hr, secara mandiri
Masalah Keperawatan :-
Masalah Keperawatan :
3. Mandi
Jelaskan : mandi 2x sehari
Masalah Keperawatan : -
Masalah Keperawatan :
XXI. -

4. Berpakaian / berhias
Jelaskan : penggunaan celana kadang terbalik.
Masalah keperawatan :
Masalah Keperawatan :
 Gangguan pemeliharaan kesehatan.
XXII.

5. Istirahat dan Tidur


a. Tidur siang, lama : 3 jam
b. Tidur malam, lama : 9 jam
c. Aktivitas sebelum / setelah tidur : merokok
Jelaskan : klien saat dirumah menghabiskan 3 bungkus rokok/hr
Masalah keperawatan : -
Masalah keperawatan : -

6. Penggunaan Obat l
Jelaskan :klien sudah 2 bulan terakhir tidak mau minum obat
Masalah keperawatan :

XXIII. Masalah keperawatan :


 Ketidakpatuhan

7. Pemeliharaan Kesehatan
Tidak
Jelaskan : kurang peduli dengan kesehatannya
Masalah keperawatan :-
Masalah keperawatan :
-

8. Kegiatan di dalam Rumah

a. Mempersiapkan makanan : Tidak


b. Menjaga kerapian rumah : Tidak
c. Mencuci pakaian : Tidak
d. Mengatur keuangan : Tidak
Jelaskan :-
Masalah keperawatan : -

Masalah keperawatan : -

9. Kegiatan di luar Rumah


a. Belanja : tidak
b. Transportasi : tidak
c. Kegiatan lain : tidak
Jelaskan :-
Masalah keperawatan : -

Masalah keperawatan : -

VIII. Mekanisme Koping


Koping Adaptif :
Koping maladaptif :
 Menghindar
Masalah Keperawatan : -
XXV. Masalah Keperawatan :
 Gangguan penyesuaian diri

IX. Masalah Psikososial dan Lingkungan


 Masalah dengan dukungan kelompok, uraikan :-
 Masalah berhubungan dengan lingkungan, uraikan :
klien mengatakan tidak memiliki teman dekat, saat dilihat klien tampak lebih
sering menyendiri dari pada bergabung dengan teman2 nya.
 Masalah dengan pendidikan, uraikan :-
 Masalah dengan pekerjaan, uraikan :-
 Masalah dengan perumahan., uraikan :-
 Masalah ekonomi, uraikan :-
 Masalah dengan pelayanan kesehatan, uraikan :-
 Masalah lainnya, uraikan :-
Masalah Keperawatan :
Masalah Keperawatan :
 Isolasi social

X. Kurang Pengetahuan tentang :


Obat-obatan.
 Lainnya :selama 2 bulan terakhir ini klien tidak mau minum obat
Masalah Keperawatan :

Masalah Keperawatan :
Ketidakpatuhan

XXVII.

XI. Aspek Medik


Diagnosa medik : skizofrenia paranoid
Terapi medik : -

XII. ANALISA DATA


DATA MASALAH
DS : Resiko perilaku kekerasan
1. Keluarga mengatakan Tn. W
selama 5 hari terakhir marah-marah
tanpa sebab
2. Keluaga mengatakan Tn. W
mecahkan alat-alat RT
3. Keluarga mengatakan Tn.W
membentak anak-anak disekitar
rrumah
DO:
1. Tn. W tampak tidak tenang

DS :
1. Tn. W mengatakan mendengarkan .gangguan persepsi sensori :
bisikan-bisikan yang meminta ia halusinasi
untuk marah-marah, bisikan itu
menyuruhnya untuk memukul
orang.
2. Tn. W Mengatakan bisikan ituitu
datang secara tiba-tiba dan tak
menentu, tetapi sering datang saat
menjelang maghrib, bisika itu
muncul 3-4 klai sehari. Suara itu
juga datang saat klien melamun
sendiri
DO :
1. Klien tampak lebih sering
menyendiri
2. Klien tampak mondar mandir dan
tidak tenang Isolasi Sosial
DS :
1. Tn. W Mengatakan tidak memiliki
teman dekat
D0 :
1. Klien tampak lebih sering
menyendiri dari pada bergabung
dengan teman-temmannya
2. Klien sibuk dengan dunianya
sendiri

XIII. DAFTAR MASALAH :


1) resiko Perilaku Kekerasan.
2) Perubahan sensori persepsi halusinasi.
3) isolasi sosial

XIV. POHON MASALAH :


Effect
Resiko Tinggi Prilaku Kekerasan
Core problem
Gangguan Sensori Persepsi: Halusinasi
Causa
Isolasi Sosial
XIII. Daftar Diagnosis Keperawatan
1. Resiko Perilaku kekerasan b.d halusinasi
2. Gangguan persepsi sensori: halusinasi b.d gangguan pendengaran
3. Isolasi sosial b.d ketidakmampuan menjalin hubungan yang memuaskan

II. NURSING CARE PLANE ( NCP )

KRITERIA
NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
HASIL
1 Risiko TUM : Setelah  Beri salam /
perilaku Klien dapat dilakukan ...x panggil
kekerasan melanjutkan 20 menit nama klien.
hubungan peran interaksi  Sebut nama
sesuai diharapkan perawat
tangguang klien dapat sambil
jawab mencegah berjabat
TUK 1 : tindakan tangan
Klien dapat kekerasan  Jelaskan
membina pada diri maksud
hubungan saling sendiri, orang hubungan
percaya lain, maupun interaksi
TUK 2 : lingkungan.  Beri rasa
Klien dapat Kriteria nyaman dan
mengidentifikasi Evaluasi : sikap
penyebab a. Klien empatis
marah/amuk mau Lakukan
TUK 3 : membalas kontrak singkat
Klien dapat salam. tapi sering
mengidentifikasi b. Klien
tanda marah mau
berjabat
tangan
c. Klien
menyebut
kan Nama
d. Klien
tersenyu
m
e. Klien ada
kontak
mata
f. Klien
tahu nama
perawat
Klien
menyediakan
waktu untuk
kontrak
2 Ganggaun TUM : klien Klien dapat 1) . indetifikasi
persepsi dapat menyebutkan bersama klien
sensori mengontrol tindakan cara tindakan
halusinasi yang yang dilakukan
TUK : dilakukan jika terjadi
Klien dapat untuk halusinasi
mengontrol mengontrol 2) diskusikan
halusinasi halusinasinya manfaat yang
dilakukan klien
dan beri pujian
ada klien
3) Diskusikan
cara lain untuk
memutus
mengotrol
halusinasiya
4) Bantu klien
melatih cara
mrmutus
halusinasi
3 Isolasi sosial TUK 1 : Pasien Setelah........x Tanyakan pada
dapat pertemuan, pasien tentang :
menyebutkan pasien dapat 1) Orang yang
penyebab menyebutkan tinggal
menarik diri minimal satu serumah/teman
penyebab sekamar pasien
menarik diri 2) Orang
yang berasal terdekat pasien
dari diri di rumah/ di
sendiri, orang ruang perawatan
lain, serta 3) Apa yang
lingkungan. membuat pasien
dekat dengan
orang tersebut
4) Hal-hal yang
membuat pasien
menjauhi orang
tersebut
5) Upaya yang
telah dilakukan
untuk
mendekatkan
diri dengan
orang lain
b. Kaji
pengetahuan
pasien tantang
perilaku
menarik diri dan
tanda-tandanya.
c. Beri
kesempatan
pada pasien
untuk
mengungkapkan
perasaan
penyebab
menarik diri
tidak mau
bergaul.
d. Diskusikan
pada pasien
tentang perilaku
menarik diri,
tanda serta
penyebab
yang muncul.
e. Berikan
reinforcement
positif terhadap
kemampuan
pasien dalam
mengungkapkan
perasaannya.

III. CACATAN KEPERAWATAN


Nama : FADILLA Ruangan : MAWAR No. Reg : 123456
DX JAM, HARI/ IMPLEMENTASI EVALUASI
TANGGAL
1. Selasa, 18 Juni SP 1
2013 Bina hubungan saling percaya dengan
08.00 pasien
Fase Orientasi
P : Selamat pagi
PS : Selamat pagi sus
P : Kenalkan nama saya fadilla Porong,
bisa di panggil adek adalah mahasiswa
Keperawatan yang praktek di RS ini
selama 3hari dan ini adalah hari peratama
saya praktek disini. Nama bapak ? dan
senang dipanggil apa ?
PS: Nama saya Tn.W, dipanggil wanto
P : Bagaimana perasaan Tn.W saat ini ?
PS : Baik sus
P : Apakah Tn.W ada keluhan ? karena
sus disini ingin membantu Tn.W untuk
memberikan solusi dari masalah Tn.W
PS : iya sus, tadi malam di kamar mandi
saya mendengar bisikan yang meminta
saya unruk marah-marah, bisikan itu
menyuruhnya untuk memukul orang
P : Oh, bagaimana kalau kita berbinang-
bincang sebentar ? Tn.W mau ? Tn.W
mau didalam atau diluar ?
PS : didalam sus 08.20
P : baiklah, kita akan berbicang-binang S : Pasien mengatakan
tentang halusinasi pendengaran mengerti cara
yangTn.W alami. Maunya berapa lama ? menghardik halusinasi
PS : 20 menit ses
Fase Kerja O : Pasien sudah
P : baiklah, Tn.W yang Tn.W lihat itu melakukan apa yang
adalah halusinasi. Tn.W tau apa itu diajarkan
halusinasi ?
PS : tidak sus A : halusinasi mulai
P : Halusinasi itu adalah sesuatu yang teratasi
Tn.W lihat tapi tidak nyata. Halusinasi
ada 5 macam, pendengaran, penglihatan, P : latihan menghardik
perabaan, penciuman, pengecapan. Yang halusinasi 2x sehari
Nn. R alami saat ini adalah halusinasi
penglihatan. Tapi sus akan memberikan
Tn.W cara untuk mengatasinya agar
sembuh. Tn.W maukan ?
PS : mau sus
P : Ada 4 cara untuk mengatasinya dan
ses akan mengajarkan cara yang pertama
yaitu dengan menghardik. Kalau Tn.W itu
lagi, Tn.W harus mengatakan “Pergi,
kamu tidak nyata” sambil menutup
telinga. Apa Tn.W sudah mengerti ?
PS : iya, saya mengerti sus
P : kalau begitu coba ulangi yang saya
katakan tadi sambil mempragakannya
PS : “pergi, kamu tidak nyata” (sambil
menutup telinga)
P : Bagus, sekarang Tn.W sudah mengerti
cara menghardik jika bisikan itu datang 10.30
lagi. Bagaimana perasaan Tn.W sekarang S : Pasien Mengatakan
setelah mengetahui bagaimana cara Mengerti Cara
10.00 menghardik halusinasi? Bercakap-Cakap
PS : saya senang sus Dengan Orang Lain
P : kalau begitu Tn.W bisa
mempraktekkannya dalam jadwal O : Pasien Sudah
kegiatan Tn.W yang akan di buat oleh Melakukan Apa Yang
perawat Diajarkan
PS : Iya sus
Fase Terminasi A : Masalah Teratasi,
P : Sepertinya waktu kita sudah habis yah, Sp2 Bisa Dilakukan
nanti kita lanjutkan sebentar dan ses akan Secara Mandiri
mengajarkan Tn.W cara yang kedua.
Tn.W bisa jam 10 sebentar ? P : Lanjutkan
PS : iya sus Intervensi Berikutnya
P : maunya dimana diluar atau di dalam
sini ?
PS : disini saja sus
P : baiklah kalau begitu kita ketemuan
ditempat ini pada jam 10 yah. Sampai
ketemu sebentar
SP 2
Bina hubungan saling percaya dengan
pasien
Fase Orientasi
P : selamat siang Tn.W
PS : selamat siang sus
P : bagaimana perasaan hari ini ? apakah
Tn.W masih melihat bayangan itu? Sesuai
dengan janji kita tadi, kita akan
berbincang-bincang sedikit yah. Mau
Tn.W berapa lama ?
PS : iya sus, 20 menit
P : maunya dimana ? disini saja atau di
tempat lain?
PS : disini saja
Fase Kerja
Rabu, 19 Juni P : cara yang kedua untuk mengontrol
2013 halusinasi yaitu dengan bercakap-cakap
08.00 dengan orang lain. Jadi kalau Tn.W
melihat mendengar bisikan lagi Tn.W bisa
bercakap-cakap dengan orang lain seperti
“tolong saya bisikan setan , mari kita
berakap-cakap”. Tn.W mengerti kan ?
PS : iya sus
P : coba Tn.W ulagi apa yang sus katakan
tadi?
PS : (mengulangi sambil
memperagakannya)
P : bagus, ternyata Nn. R mampu
melakukannya.
Fase Terminasi
P : bagaimana perasaan Tn.W setelah saat
latihan tadi?
PS : senang sus
P : bagaimana kalau latihan bercakap-
cakap kita masukkan dalam daftar 08.30
kegiatan harian ? maunya jam berapa ? S : Pasien Mengatakan
PS : Jam 8 dan jam 6 sore ses Dapat Melakukan
P : baiklah kalau begitu, Tn.W juga bisa Aktifitas Terjadwal
mempragakan saat melihat bayangan itu Sesuai Kegiatan
lagi
PS : iya sus O : Pasien Sepakat
P : sepertinya waktu kita sudah selesai, Dengan Rencana
nanti ses datang besok pagi lagi untuk Kegiatan, Pasien
mengajarkan cara yang ketiga. Kita jumpa Kooperatif, Pasien
disini lagi jam 8 yah Tenang
PS : iya ses
P : kalau begitu sus permisi dulu, sampai A : Sp3 Sudah Mampu
bertemu besok lagi Dilakukan Pasien
SP 3 Secara Mandiri
Bina hubungan saling percaya.
Fase Orientasi P : Lanjutkan
P : selamat pagi Tn.W, masih ingat Intervensi Selanjutnya
dengan saya ?
PS : selamat pagi ses, iya sus adek
P : bagaimana perasaan hari ini ? Apakah
Tn.W masih mendengar bisikan lg ?
Kamis, 20 Juni PS : iya sus
2013 P : apakah Tn.W sudah pakai 2 cara yang
08.00 kita latih sebelumnya ?
PS : iya sus
P : bagus, kalau begitu sesuai janji kita
kemarin kita akan belajar cara yang ketiga
yaitu kegiatan terjadwal. Mau dimana kita
bicara ?
PS : disini saja sus
2. P : mau berapa lama ? bagaimana kalau 08.20
30 menit ? S : Pasien Mengatakan
PS : iya sus Mengerti Tentang
Fase Kerja Penggunaan Obat
P : apa saja kegiatan yang bisa Tn.W
lakukan ? O : Pasien Dapat
PS : mandi, menyanyi, ibadah, bermain Minum Obat Secara
bersama, makan, Teratur, Pasien Tampak
P : wah banyak sekali kegiatannya yah. Tenang
Bagaimana kalau kita latih 2 kegiatan hari
ini ? sekarang Tn.W menyanyi setelah itu A : Sp4 sudah bisa
berdoa yah. Tn.W bisa kan ? dilakukan pasien secara
PS : iya sus, (sambil memperagakan) mandiri
P : bagus sekali ternyata Tn.W bisa
memperagakannya. Kegiatan ini bisa P : Anjurkan untuk
Tn.W lakukan agar mencegah bayangan minum obat teratur
tersebut muncul.
PS : iya sus
Fase terminasi
P : bagaimana perasaan Tn.W setelah
bercakap-cakap cara yang ketiga ?
PS : senang sus
P : wah bagus! Coba sebutkan 3 cara yang
sudah kita belajar untuk mencegah
bayangan tersebut.
PS : menyebutkan (menghardik,
bercakap-cakap dengan orang lain,
melakukan kegiatan yang sudah
terjadwal)
P : bagus sekali! Mari kita masukkan
dalam kegiatan jadwal harian Tn.W yahh.
Bagaimana kalau besok kita belajar cara
keempat cara mencegah halusinasi yaitu
dengan menggunakan obat yang baik.
Bagaimana kalau jam 8 ?
PS : iya sus
P : kita bertemu disini lagi yah, sampai
jumpa besok lagi yah
SP4
Membina hubungan saling percaya
dengan pasien
Fase Orientasi
P : selamat pagi Tn.W
PS : selamat pagi sus
P : bagaimana perasaan Tn.W hari ini ?
apakah bayangannya masih muncul lagi ?
Rabu, 19 Juni apakah Tn.W memakai ketiga cara yang
2013 kita diskusikan pada hari sebelumnya ?
14.00 PS : iya sus
P : apakah pagi ini Tn.W sudah minum
obat ?
PS : sudah sus
P : oh bagus! Bagaimana kalau kita
mendiskusikan obat-obat yang Tn.W
minum ? kita akan mendiskusikan 20
menit saja yah di tempat ini
PS : iya sus
Fase Kerja 14.20
P : Tn.W minum obat sangatlah S  : Pasien masih
penting supaya bayangan yang Tn.W mengatakan merasa
lihat dan mengganggu selama ini tidak lemah
muncul lagi. Berapa macam obat yang
diminum? O : Pakaian masih
PS : ada 4 sus belum rapih,Gigi
P : iya warna yang putih (THP) 2 kali kotor, Kuku masih
sehari jamnya 7 pagi dan 7 panjang
malam, gunanya untuk rileks dan tidak
kaku. Sedangkan yang merah jambu A : Masalah belum
(HLP) 2 kali sehari jamnya sama gunanya teratasi
untuk pikiran biar tenang dan yang kuning
untuk daya tahan tubuh biar Tn.W tidak P : Lanjutkan intervensi
sakit. keperawatan 
PS : iya sus
P :  Kalau bisikan  sudah hilang obatnya
tidak boleh diberhentikan. Nanti
dikonsultasikan dengan dokter, sebab
kalau putus obat, Tn.W akan kambuh dan
sulit mengembalikan kekeadaan yang
semula.
PS : iya sus
P : Kalau obat habis Tn.W bsia minta ke
dokter untuk mendapatkan obat
lagi. Tn.W harus minum obat
teratur dengan cara yang benar. Yaitu
diminum sesudah makan dan tepat
jamnya.
PS : iya sus
P : bagaimana perasaan Tn.W setelah kita
bercakap-cakap tentang obat?
PS : senang sus
P : Sudah berapa cara yang kita latih
untuk mencegahbayangannya?
PS : sudah 4 sus
P : bagus ternyata Tn.W masih
ingat. Mari kita masukan jadwal minum
obat pada kegiatan harian Tn.W
PS : iya sus
P : kalau begitu sus permisi dulu yah
karena waktu kita sudah habis. Nanti kita
bertemu lagi lain waktu. Selamat siang
Tn.W
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan dari tujuan penulisan karya tulis ilmiah Asuhan Keperawatan Keluarga
Ny.S Dengan Salah satu Anggota Keluarga Mengalami Halusinasi Di Wilayah Kerja
Puskesmas Wirobrajan Kota Yogyakartayang seluruh tahapan telah dilakukan dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. Penulis sudah mampu memberikan asuhan keperawatan keluarga Ny.S dengan
salah satu anggota keluarga mengalami halusinasi dengan menerapkan proses dan
dokumentasi keperawatan, hal tersebut dapat dibuktikan dengan diwujudkan dalam
bentuk karya tulis ilmiah.
2. Penerapan proses keperawatan yang dilakukan, keluarga mampu berperan dalam
merawat anggota keluarga yang mengalami halusinasi dengan menyediakan waktu,
tempat, sarana untuk kelancaran asuhan keperawatan yang diberikan.
3. Keluarga Ny.S sudah menindaklanjuti hasil dari asuhan keperawatan yang telah
diberikan dengan mengikuti pendidikan dan pelatihan bagi Keluarga yang mempunyai
anggota keluarga mengalami gangguan jiwa yang diselanggarakan oleh RS Grhasia
Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.B. Saran Setelah melakukan asuhan
keperawatan ada beberapa saran yang dapat penulis sampaikan .
1. Pada keluarga
a. Dampingi klien saat muncul halusinasinya bimbing dan diarahkan dengan cara
mengontrol halusinasi yang tepat.
b. Jaga kestabilan emosi klien, ciptakan suasana keluarga yang nyaman cegah jangan
sampai terjadi ketegangan danmenyebabkan rasa amarah dengan mengalihkan
memberikan kegiatan yang sesuai dengan klien.
2. Pada Pasien
a. Budayakan cara kontrol halusinasi dengantepat:Menghardik halusinasi, mengajak
berbincang-bincang dengan keluarga,melakukan aktifitas terjadwal, patuh minum
obat.
b. Budayakan cara mengontrol marah dengan latihan nafas dalam, cari obyek yang
positif untuk lampiaskan rasa marah dengan pukul bantal ataupun yang lain tetapi
jangan mecederai diri sendiri dan orang lain terutama keluarga dan masyarakat.
3. Pada Perawat Puskesmas
Untuk menindaklanjuti dari asuhan keperawatan yang telah diberikan penulis, karena
adanya keterbatasan waktu dan tempat.

Daftar Pustaka
Ali, Z. 2010, Pengantar Keperawatan Keluarga. EGC. Jakarta.
Departemen Kesehatan RI.kmk-no-908-2010-ttg-pelayanan-keperawatan keluarga.
Jakarta: DEPKES RI; 2010.
Damayanti, M., & Iskandar.(2012). Asuhan Keperawatan Jiwa.Bandung : Refika
Aditama
Friedman, M. M. (2010). Buku Ajar Keperawatan Keluarga : Riset, Teori, dan
Praktek. Jakarta : EGC.
Fitria,Nita.2009. Perinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan
dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Kusumawati, F &Hartono, 2012.Buku Ajar Keperawatan Jiwa.Jakarta : Salemba
Medika
Mamnu‟ah. 2010. Stres dan StrategiKopingKeluargaMerawat Anggota Keluarga
yang Mengalami Halusinasi.Jurnal Kebidanan dan Keperawatan.Yogyakarta:
Stikes Aisyiyah Yogyakarta. Muhith, Abdul. 2011. Pendidikan Keperawatan Jiwa.
Yogyakarta :Andi.
Muhith,A.(2015). PendidikanKeperawatanJiwa(TeoridanAplikasi).Yogyakarta:
Andi.
Ngadiran, Antonius. (2010). Analisi Fenomenologi tantang Pengalaman
Keluargatentang Beban dan Sumber Dukungan Keluarga dalamMerawat Klien
dengan Halusinasi. Jakarta: Universitas Indonesia.
Padila.(2012). Buku Ajar: Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Nuha Medika.
Prabowo, E. (2014). Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:
Nuha Medika
Stuart, G.W., & Laraia, M.T (2009).Principle and practice of psyciatric nursin9 th
ed. St Louis : Mosby year book
Videbeck, Yosep, I. (2009). Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Adi
Videbeck, S.L.(2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai