PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
dengan hiperglikemia atau tingginya kadar gula dalam darah dan gangguan
atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang telah diproduksi secara
darah serta biasanya disertai dengan munculnya gejala utama yang khas,
bahwa jumlah pasien DM di dunia pada tahun 2017 mencapai 425 juta
dari 6,9 % pada tahun 2013 meningkat menjadi 8,5 % pada tahun 2018
Sumatera Barat yaitu 1,3 % dan meningkat pada tahun 2018 menjadi 1,6%
1
sebanyak 245,105 atau 13,72% masyarakat menderita diabetes melitus
(DM). Pada Laporan Kunjungan dan Kasus PTM Kota Padang tahun 2018
Padang.
insulin. DM tipe 2 ini lebih sering ditemukan pada usia dewasa dan
obesitas meskipun dapat terjadi pada semua umur, ketosis jarang terjadi
menderita diabetes melitus (ADA, 2017). Secara global sekitar 425 juta
10,3 juta jiwa (IDF, 2017). Menurut Laporan Tahunan Puskesmas Andalas
2
makrovaskular diawali oleh aterosklerosis dan manifestasinya, seperti
terkena PAD 11,6 kali lebih besar dibanding yang tidak menderita DM
(Rahman et al., 2012). Pasien dengan PAD berisiko tiga sampai empat kali
perawatan optimal. Hanya 40% pasien mengalami gejala ini dan hanya 1/3
nutrisi dalam darah sehingga tidak sampai ke perifer (Bare & Smeltzer,
2015).
3
Pemeriksaan penunjang yang paling sederhana untuk mendeteksi
risiko yang dapat dimodifikasi pada penyakit ini. Hal ini termasuk
perubahan gaya hidup dan pengobatan dari penyakit DM. Tujuan dari
memicu timbulnya pusing dan mual (Al Abri, 2013). Rasa pusing pada
2015).
4
Menurut (RISKESDAS, 2018), proporsi upaya pengendalian
akan tetapi sering kali menjadi kendala dalam pelayanan diabetes karena
gejala serius (Setyorini, 2017). Selain dengan pengaturan diet atau makan,
olah raga atau latihan fisik juga merupakan bentuk lain dari upaya
2010). Latihan fisik merupakan prinsip dasar yang bisa dilakukan untuk
menjaga kadar gula darah tetap normal serta memperlancar aliran darah
terutama pada daerah perifer. Aktivitas fisik atau berolah raga mampu
dan mengontrol gula darah serta meningkatkan sirkulasi darah pada kaki
penderita diabetes melitus (Black & Hawks, 2014). Dengan latihan fisik
yang rutin, maka sel akan terlatih dan lebih sensitif terhadap insulin
5
sehingga asupan glukosa yang dibawa glukosa transporter ke dalam sel
glukosa puasa pada sampel yang diperiksa, hal tersebut terjadi karena
glukosa yang ada dalam darah hasil dari proses pemecahan senyawa
yang dilakukan oleh sel-sel otot guna untuk mencukupi kebutuhan kalori
perubahan gravitasi pada posisi yang diterapkan dan muscle pump yang
sinyal ke otot polos vaskular untuk relaksasi maka pembuluh darah akan
6
meningkatkan transportasi darah melalui pembuluh darah (Sherwood,
2016).
nilai ankle brachial index (ABI) setelah diberikan latihan Buerger allen
exercise pada penelitian ini adalah sebesar 0,1, dimana nilai ABI setelah
2018) nilai ankle brachial index sebelum diberikan Buerger allen exercise
exercise yaitu 0,93. Pada penelitian ini nilai ankle brachial index (ABI)
tipe 2 yang belum mempunyai ulkus setelah latihan dengan nilai rata-rata
7
peredaran darah di daerah kaki menjadi lancar, sehingga nilai ankle
kadar glukosa darah (Agus et al., 2008). Latihan fisik memicu ambilan
glukosa darah dalam otot sehingga kadar glukosa darah menjadi menurun
dan dapat terkontrol (Fitriani, 2007). Salah satu latihan fisik untuk
fisik aerobik yang ringan, aman dan dapat dilakukan kapan saja dan
didalam otot. Otot akan mengambil glukosa dari darah jika jumlah glukosa
glukosa darah sebesar 14,150 mg/dl. Selain dapat menurunkan kadar gula
darah Therapeutic walking exercise juga dapat melenturkan otot dan sendi
serta ligamen disekitar kaki, pembuluh darah balik akan lebih aktif
Guyton, 2002).
Jalan kaki adalah salah satu latihan yang dianjurkan untuk aktivitas
8
adalah 10.000 langkah perhari setara dengan 8 km untuk seseorang yang
0,095. Hasil ini didapat dari selisih rerata sebelum melakukan latihan yaitu
pump yaitu dorsofleksi dan plantarfleksi yang membuat sel otot-otot polos
perifer kaki menjadi lancar dan perubahan gravitasi yaitu elevasi kaki 45̊,
9
walking exercise terbukti mampu meningkatkan nilai ABI karena saat
otot. Otot akan mengambil glukosa dari darah jika jumlah glukosa dalam
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh (Hermawan &
terjadi penurunan kadar gula darah sebesar 14,150 mg/dl (Daniar, 2013).
(ROM) dan heel raise efektif dalam meningkatkan nilai ABI dengan
selisih mean 0,1687. Pada penelitian (Utama & Setiadi, 2017) teknik
kombinasi senam kaki diabetik dan perendaman kaki dengan air hangat
efektif dalam meningkatkan nilai ABI dari rentang nilai 0,43-0,71 menjadi
walking exercise dan rendam kaki air hangat efektif meningkatkan nilai
ABI dari 0,67 menjadi 0,77 dengan selisih mean terdapat peningkatan
sebesar 1,06.
Kubu Dalam Parak Karakah pada tahun 2019 berjumlah 122 yaitu
10
usia pasien dengan DM tipe 2 terbanyak di Kelurahan Kubu Dalam Parak
Karakah yaitu 55-65 tahun atau kategori lansia akhir. Pemeriksaan ankle
brachial index (ABI) yang dilakukan pada 10 orang pasien DM tipe 2 pada
borderline (0,6 – 0,8) dan 20% memiliki status iskemia berat (0,5). Pada
2. Rumusan Masalah
11
3. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
pasien DM tipe 2
2. Tujuan Khusus
4. Manfaat Penelitian
12
Hasil penelitian ini dapat sebagai masukan bagi peserta didik untuk
diabetik.
13