Anda di halaman 1dari 21

Kelompok 3

Asuhan keperawatan
glomerulonefritis
Anatomi ginjal

Ginjal merupakan organ ganda yang terletak di


daerah abdomen, retroperitoneal antara vertebra
lumbal 1 dan 4. Pada neonatus kadang-kadang
dapat diraba.
Ginjal terdiri dari korteks dan medula. Tiap ginjal
terdiri dari 8-12 lobus yang berbentuk pyramid
Tiap ginjal mengandung ± 1 juta nefron
(glomerulus dan tubulus yang berhubungan
dengannya ).
Tiap nefron terdiri dari glomerulus dan kapsula
bowman, tubulus proksimal, anse henle dan
tubulus distal.
Fungsi ginjal
Fungsi primer ginjal adalah mempertahankan volume dan komposisi cairan
ekstrasel dalam batas-batas normal. Komposisi dan volume cairan ekstrasel ini
dikontrol oleh filtrasi glomerulus, reabsorpsi dan sekresi tubulus.
Fungsi utama ginjal terbagi menjadi :
1. Fungsi ekskresi
2. Fungsi non ekskresi
Fungsi dasar nefron adalah membersihkan atau menjernihkan plasma darah dan
substansi yang tidak diperlukan tubuh sewaktu darah melalui ginjal. Substansi
yang paling penting untuk dibersihkan adalah hasil akhir metabolisme seperti
urea, kreatinin, asam urat dan lain-lain. Selain itu ion-ion natrium, kalium,
klorida dan hidrogen yang cenderung untuk berakumulasi dalam tubuh secara
berlebihan.
Mekanisme kerja nefron yang lain dalam membersihkan plasma dan substansi
yang tidak diperlukan tubuh adalah sekresi.
Sistem glomerulus normal

Glomerulus terdiri atas suatu anyaman kapiler yang sangat khusus dan diliputi oleh simpai
Bowman. Glomerulus yang terdapat dekat pada perbatasan korteks dan medula (“juxtame-
dullary”) lebih besar dari yang terletak perifer.
Gelung glomerulus yang terdiri atas anyaman kapiler tersebut, ditunjang oleh jaringan yang
disebut mesangium, yang terdiri atas matriks dan sel mesangial. Kapiler-kapiler dalam keadaan
normal tampak paten dan lebar.
Jalinan glomerulus merupakan kapiler-kapiler khusus yang berfungsi sebagai penyaring.
Populasi glomerulus ada 2 macam yaitu :
1. Glomerulus korteks yang mempunyai ansa henle yang pendek berada dibagian luar korteks.
2. Glomerulus jukstamedular yang mempunayi ansa henle yang panjang sampai ke bagian
dalam medula
fisiologi

Dengan mengalirnya darah ke dalam kapiler glomerulus, plasma disaring melalui


dinding kapiler glomerulus. Hasil ultrafiltrasi tersebut yang bebas sel, mengandung
semua substansi plasma seperti ektrolit, glukosa, fosfat, ureum, kreatinin, peptida,
protein-protein dengan berat molekul rendah kecuali protein yang berat molekulnya
lebih dari 68.000 (seperti albumin dan globulin).Filtrat dikumpulkan dalam ruang
bowman dan masuk ke dalam tubulus sebelum meningalkan ginjal berupa urin.

Laju filtrasi glomerulus (LFG) atau gromelural filtration rate (GFR) merupakan
penjumlahan seluruh laju filtrasi nefron yang masih berfungsi yang juga disebut
single nefron glomerular filtration rate (SN GFR)
Definisi glomerulonefritis
Glomerulonefritis merupakan penyebab utama terjadinya gagal
ginjal tahap akhir dan tingginya angka morbiditas baik pada anak
maupun pada dewasa.
Terminologi glomerulonefritis yang dipakai disini adalah untuk
menunjukkan bahwa kelainan yang pertama dan utama terjadi
pada glomerulus, bukan pada struktur ginjal yang lain.
Glomerulonefritis merupakan penyakit peradangan ginjal bilateral.
Peradangan dimulai dalam gromleurus dan bermanifestasi sebagai
proteinuria dan atau hematuria.
Glomerulonefritis juga disebut dengan glomerulonefritis akut post
sterptokokus (GNAPS) adalah suatu proses radang non-supuratif yang
mengenai glomeruli, sebagai akibat infeksi kuman streptokokus beta
hemolitikus grup A, tipe nefritogenik di tempat lain. Penyakit ini sering
mengenai anak-anak.

Glomerulonefritis akut (GNA): adalah suatu reaksi imunologis pada ginjal


terhadap bakteri atau virus tertentu.Yang sering terjadi ialah akibat infeksi
kuman streptococcus. Glomerulonefritis merupakan suatu istilah yang dipakai
untuk menjelaskan berbagai ragam penyakit ginjal yang mengalami proliferasi
dan inflamasi glomerulus yang disebabkan oleh suatu mekanisme imunologis.
Sedangkan istilah akut (glomerulonefritis akut) mencerminkan adanya korelasi
klinik selain menunjukkan adanya gambaran etiologi, patogenesis, perjalanan
penyakit dan prognosis.
patofisiologi

Sebenarnya bukan sterptokokus yang menyebabkan kerusakan pada ginjal. Diduga


terdapat suatu antibodi yang ditujukan terhadap suatu antigen khusus yang merupakan
unsur membran plasma sterptokokal spesifik.
Hasil penyelidikan klinis – imunologis dan percobaan pada binatang menunjukkan
adanya kemungkinan proses imunologis sebagai penyebab. Terbentuknya kompleks
antigen-antibodi yang melekat pada membrana basalis glomerulus dan kemudian
merusaknya.
1. Proses auto-imun kuman Streptococcus yang nefritogen dalam tubuh menimbulkan
badan autoimun yang merusak glomerulus.
2. Streptococcus nefritogen dan membran basalis glomerulus mempunyai komponen
antigen yang sama sehingga dibentuk zat anti yang langsung merusak membrana
basalis ginjal.
klasifikasi
 Glomerulonefritis Primer

1. Glomerulonefritis membranoproliferasif

2. Glomerulonefritis membranosa

 Glomerulonefritis Sekunder
Golerulonefritis sekunder yang banyak ditemukan dalam klinik
yaitu glomerulonefritis pasca streptococcus, dimana kuman
penyebab tersering adalah streptococcus beta hemolitikus grup A
yang nefritogenik terutama menyerang anak pada masa awal usia
sekolah.
Etiologi
Sebagian besar (75%) glomerulonefritis akut paska streptokokus timbul
setelah infeksi saluran pernapasan bagian atas, yang disebabkan oleh
kuman Streptokokus beta hemolitikus grup A
Ada beberapa penyebab glomerulonefritis akut, tetapi yang
paling sering ditemukan disebabkan karena infeksi dari streptokokus,
penyebab lain diantaranya:
1. Bakteri : streptokokus grup C, meningococcocus, Sterptoccocus
Viridans, Gonococcus, Leptospira, Mycoplasma Pneumoniae,
Staphylococcus albus, Salmonella typhi dll
2. Virus : hepatitis B, varicella, vaccinia, echovirus, parvovirus,
influenza, parotitis epidemika dl
3. Parasit : malaria dan toksoplasma
Gejala klinis
Gejala klinis yang sering terjadi :
1. Riwayat infeksi pada tenggorokan atau kulit sebelumnya.
2. Terdapat darah pada urin. Darah pada urin dapat bersifat makroskopik dan
mikroskopik
3. Terdapat protein pada urin sehingga urin dapat tampak keruh dan berbusa.
Karena protein keluar melalui urin maka kadar protein di dalam darah
menjadi rendah.
4. Bengkak pada tubuh. Umumnya paling sering terlihat pada daerah kelopak
mata lalu ke wajah dan seluruh tubuh. Bengkak pada tubuh dapat hilang
timbul sehingga sering kali tidak disadari oleh penderita .
5. Tekanan darah meningkat.
6. Buang air kecil yang jarang dan sedikit.
7. Gejala lain seperti demam, mual, muntah, lemas, malas makan, dan pucat
dapat juga ditemukan pada penderita.
komplikasi
1. Oliguria sampai anuria yang dapat berlangsung 2-3 hari.

2. Ensefalopati hipertensi yang merupakan gejala serebrum


karena hipertensi.

3. Gangguan sirkulasi berupa dispne, ortopne, terdapatnya ronki


basah, pembesaran jantung dan meningginya tekanand arah
yang bukan saja disebabkan spasme pembuluh darah,
melainkan juga disebabkan oleh bertambahnya volume
plasma.

4. Anemia yang timbul karena adanya hipervolemia di samping


sintesis eritropoetik yang menurun.
penatalaksanaan
Tidak ada pengobatan yang khusus yang mempengaruhi penyembuhan
kelainan di glomerulus.
1. Istirahat mutlak selama 3-4 minggu..
2. Pemberian penisilin pada fase akut. Pemberian antibiotika ini tidak
mempengaruhi beratnya glomerulonefritis, melainkan mengurangi
menyebarnya infeksi Streptococcus yang mungkin masih ada.
3. Makanan. Pada fase akut diberikan makanan rendah protein (1 g/kgbb/hari)
dan rendah garam (1 g/hari).
4. Pengobatan terhadap hipertensi. Pemberian cairan dikurangi, pemberian
sedativa untuk menenangkan penderita sehingga dapat cukup beristirahat
5. Bila anuria berlangsung lama (5-7 hari), maka ureum harus dikeluarkan dari
dalam darah dengan beberapa cara misalnya dialisis pertonium, hemodialisis,
bilasan lambung dan usus (tindakan ini kurang efektif, tranfusi tukar).
Diagnosis

Diagnosis glomerulonefritis akut pascastreptokok perlu dicurigai


pada pasien dengan gejala klinis berupa hematuria nyata yang
timbul mendadak, sembab dan gagal ginjal akut setelah infeksi
streptokokus. Tanda glomerulonefritis yang khas pada urinalisis,
bukti adanya infeksi streptokokus secara laboratoris dan
rendahnya kadar komplemen C3 mendukung bukti untuk
menegakkan diagnosis.
Glomerulonefritis kronik lain juga menunjukkan gambaran klinis
berupa hematuria makroskopis akut, sembab, hipertensi dan
gagal ginjal. Pada glomerulonefritis akut pascastreptokok
perjalanan penyakitnya cepat membaik (hipertensi, sembab dan
gagal ginjal akan cepat pulih) sindrom nefrotik dan proteinuria
masih lebih jarang terlihat pada glomerulonefritis akut
pascastreptokok dibandingkan pada glomerulonefritis kronik.
Analisa kasus

An. T usia 7 tahun dirawat diruang melati rumah sakit yos sudarso dengan diagnosa Glomerulus
Nefritis Akut. An. T didampingi Oleh orangtua nya. Orangtua mengatakan kaki anak T bengkak
semnjak 3 hari yang lalu.Keadaan umum pasien saat dikaji mengalami sakit ringan, dengan GCS
(Glascow coma scale) : E:4, V:5, M:6 dengan total 15 yaitu kesadaran composmentis, dengan tanda–
tanda vital saat diukur tekanan darah 130/70 mmHg, suhu tubuh 36,70c, nadi 96x/menit, dan
pernapasan 22x/menit.
Pengkajian

1. Identitas pasien

Pengkajian dilakukan oleh perawat Fadilla pada hari sabtu, 25 Mei 2019 jam 09.00 WIB di
Ruang MELATI RS YOS SUDARSO. An. T lahir pada tanggal 07 Januari 2013. Nama orang tua
Tn. Y. L. alamat rumah Lubuk buaya. An. T. dibawah ke RS YOS SUDARSO pada hari Rabu, 22
Mei 2018 jam 14.00. masuk diruang MELATI dengan diagnosa Glomerulus Nefritis Akut.

1) Keluhan utama

Saat dilakukan pengkajian, Orangtua pasien mengatakan bahwa keluhan utama An. T saat ini
adalah bengkak – bengkak muncul diwajah dan kaki, muncul 3 hari sebelum masuk rumah sakit
hingga saat ini masih bengkak – bengkak. Keadaan umum pasien saat dikaji mengalami sakit
ringan, dengan GCS (Glascow coma scale) : E:4, V:5, M:6 dengan total 15 yaitu kesadaran
composmentis, dengan tanda–tanda vital saat diukur tekanan darah 130/70 mmHg, suhu tubuh
36,70c, nadi 96x/menit, dan pernapasan 22x/menit.
3) Riwayat masa lampau

Orangtua pasien mengatakan saat kecil An. T tidak pernah menderita penyakit yang serius, hanya menderita sakit batuk, pilek dan demam biasa saja. An. T tidak pernah dirawat di
rumah sakit, tidak pernah mendapatkan pengobatan khusus, dan tidak pernah mendapatkan tindakan operasi. An. T tidak memiliki riwayat alergi obat, tidak pernah mengalami
kecelakaan dan An. T sudah mendapatkan imunisasi dengan lengkap.

4) Kebutuhan dasar

Orangtua pasien mengatakan bahwa pasien menyukai semua makanan, pasien juga senang dengan masakan dari mama besar, pasien makan menggunakan piring dan sendok dan alat –
alat makan lainnya. Pola makan pasien setiap hari makan 3x, pagi, siang dan malam. Pola tidur pasien baik dan teratur. Kebiasaan pasien sebelum tidur harus mendengar musik, jam
tidur siang mulai dari jam 14.00 siang sampai 16.00 sore dan jam tidur malam mulai dari jam 21.00 malam sampai 05.00 pagi. Personal hygiene pasien baik, mandi 3x sehari pagi,
siang dan malam. Keramas 1x sehari, Sikat gigi 2x sehari pagi dan malam. Gunting kuku 1x seminggu. Aktivitas bermain pasien baik. Eliminasi pasien BAB 1x sehari dan BAK 5x
sehari.

5) Keadaan kesehatan saat ini.

Saat pengkajian mama besar pasien mengatakan saat ini pasien tidak mendapat tindakan operasi. status nutrisi pasien saat ini nafsu makan baik, makan 3x sehari, menghabiskan porsi
makan yang diberikan dan pasien minum ±1500 ml/ hari. Status cairan pasien saat ini pasien memiliki masalah dengan pengeluaran cairan BAK frekuensi menurun selama sakit
dengan warna urine coklat seperti air cucian daging. Obat yang didapat pasien saat ini erythromycin 500mg 3x sehari 1/2 tablet dan captopril 2x sehari 1/2 tablet. Saat ini pasien
dianjurkan oleh dokter untuk membatasi aktivitas dan harus lebih banyak berbaring diatas tempat tidur, makan, minum, BAB, BAK dan aktifitas lainnya dilakukan diatas tempat tidur.
Hasil pemeriksaan laboratorium pasien tanggal 22 mei 2019 darah samar : positif ( + ) 3, prot

ein urin : positif ( + ) 2, eritrosit sediment : 50 – 75 dan tanggal 25 mei 2019 albumin: 3,1 L, BUN: 19,0 mg/dL, kreatinin darah: 0,83 mg/dL, STO: 400 IV/ml. Pasien tidak
mendapatkan tindakan pemeriksaan radiologi.
6) Pemeriksaan fisik

Keadaan umum saat dilakukan pengkajian pasien tampak pucat, saat dilakukan pengukuran tinggi badan pasien
126 cm, berat badan pasien saat ini 25kg, berat badan sebelum sakit 28kg, status gizi pasien saat ini normal. Saat
pemeriksaan dibagian kepala tidak ditemukan keadaan yang abnormal, lingkar kepala pasien saat diukur 53cm,
tidak ada tanda – tanda hidrosefalus, pemeriksaan pada leher tidak ada kaku kuduk, tidak ada pembesaran limfe,
pemeriksaan pada mata konjungtiva anemis, sklera putih, pemeriksaan pada telinga keadaan telinga tampak
bersih, tidak ada gangguan pendengaran, tidak ada serumen, tidak ada nyeri tekan pada telinga, pemeriksaan pada
hidung sekret tidak ada, pemeriksaan pada mulut mukosa mulut lembab, lidah lembab, gigi bersih, pemeriksaan
pada dada, simetris, lingkar dada 63cm, pemeriksaan pada jantung tidak ada bunyi jantung abnormal ( mur –
mur ), pemeriksaan pada paru – paru suara napas vesikuler, pemeriksaan pada abdomen linkar perut 88cm, bising
usus 22x/m, pemeriksaan ektermitas pergerakan sendi bebas, pasien berjalan normal, kekuatan otot normal, tidak
terdapat fraktur, ketrampilan motorik baik, orang tua mengetahui tentang sakit yang diderita oleh pasien dan
berharap pasien bisa sembuh.
N DATA MASALAH ETIOLOGI
O
  DS : Perfusi jaringan renal tidak Hipervolemia
orangtua pasien mengatakan pengeluaran cairan BAK frekuensi menurun efektif
selama sakit dengan warna urine coklat seperti air cucian daging
DO :
1. Tanda – tanda vital saat diukur tekanan darah 130/70 mmHg
Pemeriksaan laboratorium pasien tanggal 25 mei 2019 BUN: 19,0
mg/dL.
2 DS : Kelebihan volume cairan gangguan mekanisme
orangtua pasien mengatakan bahwa keluhan utama An. T saat ini adalah   regulasi
bengkak – bengkak muncul diwajah dan kaki, muncul 3 hari sebelum  
masuk rumah sakit hingga saat ini masih bengkak – bengkak.
DO :
Hasil pemeriksaan laboratorium pasien tanggal 25 mei 2019 albumin: 3,1
L, BUN: 19,0 mg/dL, kreatinin darah: 0,83 mg/dL, STO: 400 IV/ml.
 
NO DX SLKI SIKI
1 Perfusi jaringan renal tidak  Tidak ada deviasi dari kisaran  Kaji adanya edema pada area tergantung pada pasien, Pantau dan
efektif b/d hipervolemia normal aliran darah melalui dokumentasi asupan dan haluaran pasien setiap 2 hingga 4 jam,
pembuluh darah ginjal  ukur tanda – tanda vital,
 Pantau dan dokumentas warna dan karakteristik urine pasien,
 Pantau berat jenis urine, kadar elektrolit serum, BUN, dan kreatinin pasien,
 Observasi pola berkemih pasien,
 Berikan dopamin dosis rendah, sesuai program,
 Jelaskan kepada pasien, anggota keluarga atau pasangan tentang alasan terapi
dan efek yang diharapkan.
2 kelebihan volume cairan b/d  Meningkat keluaran urine  Kaji masukan yang relatif terhadap keluaran serta Ukur dan catat masukan
gangguan mekanisme  Meningkat mukosa keluaran dengan akurat,
regulasi.  Meningkat asupan makanan  Kaji perubahan edema, ukur lingkar abdomen pada umbilikus,
 Membaik TD  Obeservasi edema disekitar mata dan area dependen, ukur tanda – tanda vital,
 Membaik denyut nadi radial  kolaborasi pemberian diuretik bila di indikasikan,
 Membaik BB  Jelaskan kondisi perkemihan pasien kepada pasien dan anggota keluarga atau
pasangan termasuk petunjuk tindakan pencegahan.
Implementasi dan evaluasi keperawatan

DX HR/TGL IMPLEMENTASI EVALUASI

1 25 mei  Jam 09.00mengukur tanda – tanda vital, tekanan darah  Subjektif : orangtua pasien mengatakan ada bengkak
2019 130/70 mmHg, suhu tubuh 36,7oc, nadi 96x/m diwajah dan kaki.
danpernapasan 22x/m.  Objektif : terlihat bengkak pada wajah dan kaki,
 Jam 11.00 memantau, mendokumentasikan warna dan warna urine seperti air cucian daging, tekanan darah
karakteristik urine, warna urine seperti air cucian 130/70 mmHg, suhu tubuh 36,7oc, nadi 96x/m dan
daging pernapasan 22x/m, . Input 1000 cc, output 1150 cc.
 Jam 13.00 memantau, mendokumentasikan asupan  Asessment : masalah belum teratasi.
dan haluaran. Input 1000 cc, output 1150 cc.  Planing : intervensi dilanjutkan
2 25 mei  jam 09.00 mengkaji keadaan umum, pasien tampak  Subjektif : mama besar pasien mengatakan masih ada
2019 pucat. tindakan yang dilakukan pada bengkak di wajah dan kaki.
 jam 09.00 mengkaji lokasi dan luas edema, edema  Objektif : pasien terlihat bengkak pada wajah dan
pada wajah dan kaki. kaki, tekanan darah 130/70 mmHg, suhu tubuh
 Jam 09.00 memonitor indikasi kelebihan cairan, 36,7oc, nadi 96x/m dan pernapasan 22x/m.
terdapat edema pada wajah dan kaki.  Asessment: Masalah belum teratasi.
 Planing : Intervensi dilanjutkan

Anda mungkin juga menyukai