Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

KONSEP DAN APLIKASI KEPERAWATAN

TRANSTRUKTURAL PADA PENYAKIT KRONIK

Kelompok 5:

1. Lidia Sambonu 12114201190144


2. Ratna Yuley
3. Merna Leasiwal 12114201190182
4. Mtresya Souhoka 12114201190185
5. Nensi Mahakena 12114201190193
6. Nofalya Huwae 12114201190199
7. Norita Rometna 12114201190200
8. Priska De fretes 12114201190215

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA MALUKU

FAKULTAS KESEHATAN

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

AMBON 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Karena atas kasih dan
karunia-Nya, kami kelompok 5 dapat dapat enyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Konsep
dan Aplikasi Keperawatan Transtruktural dalam Berbagai Masalah Kesehatan padaPenyakit
Kronik” dengan tepat waktu.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata pelajaran Psikososial dan Budaya
Dalam Keperawatan. Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang konsep dan
aplikasi keperawatan transtruktural apa saja yang termasuk dalam berbagai masalah penyakit
kesehatan khusunya pada penyakit kronik.

Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu Feby Manuhuttu selaku dosen pengajar yang
memberikan tugas ini kepada kami. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak
yang telah membantu dan membimbing kami dalam pembuatan makalah ini,

Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh sebab itu, saran dan
kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini,

Ambon, 05 agustus 2021

Kelompok 5

DAFTAR ISI
COVER

KATA PENGANTAR

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar belakang
B. Tujuan

BAB II : PEMBAHASAN

A. Perspektif Transkultural dalam Keperawatan


B. Aplikasi transkultural pada masalah penyakit kronik

BAB III : PENUTUP


A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Dalam menjalankan tugas sebagai perawat, banyak perubahan-perubahan yang
ada baik di lingkungan maupun klien. Perawat harus menghadapi berbagai perubahan di
era globalisasi ini termasuk segi pelayanan kesehatannya. Perpindahan penduduk
menuntut perawat agar dapat menyesuaikan diri dengan budayanya dan sesuai dengan
teori-teori yang dipelajari.
Setiap manusia memiliki kebudayaannya masing-masing yang saling berbeda.
Kebudayaan ini sangat berpengaruh dalam tindakan keperawatan yang dibahas dalam
transkultural keperwatan. Keperawatan transcultural didefinisikan oleh Leininger (2002)
sebagai penelitian perbandingan budaya untuk memahami persamaan (budaya universal)
dan perbedaan (budaya tertentu) di antara kelompok manusia.
Perawat dalam memberikan tindakan keperawatan diharapkan menggunakan
transkultural keperawatan untuk mengatasi perbedaan budaya antara klien maupun
menyesuaikan pola aktivitas sehari-hari klien yang dipengaruhi budayanya dengan
tindakan keperawatan.
Dalam teori ini transcultural nursing didefinisikan sebagai area yang luas dalam
keperawatan yang fokusnya dalam komparatif studi dan analisis perbedaan kultur dan
subkultur dengan menghargai perilaku caring, nursing care, dan nilai sehat sakit,
kepercayaan dan pola tingkah laku dengan tujuan perkembangan ilmu dan humanistik
body of knowledge untuk kultur yang universal dalam keperawatan. Dalam hal ini
diharapkan adanya kesadaran terhadap perbedaan kultur berarti perawat yang profesional
memiliki pengetahuan dan praktik berdasarkan kultur secara konsep perencanaan dalam
praktik keperawatan.
Leininger mengembangkan teorinya dari perbedaan kultur dan universal
berdasarkan kepercayaan bahwa masyarakat dengan perbedaan kultur dapat menjadi
sumber informasi dan menentukan jenis perawatan yang diinginkan, karena kultur adalah
pola kehidupan masyarakat yang berpengaruh terhadap keputusan dan tindakan. Cultur
care adalah teori yang holistik karena meletakan di dalamnya ukuran dari totalitas
kehidupan manusia dan berada selamanya, termasuk sosial struktur, pandangan dunia,
nilai kultural, ekspresi bahasa, dan etnik serta sistem profesional.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui perspektif Transkultural dalam Keperawatan. Antara lain:
1) Keperawatan Transkultural dan globalisasi dalam pelayanan kesehatan
2) Konsep dan Prinsip dalam Asuhan Keperawatan Transkultural
3) Pengkajian dan Instrumennya dalam Asuhan keperawatan Budaya
2. Untuk mengetahui konsep dan aplikasi transkultural pada masalah penyakit kronik

BAB II
PEMBAHASAN

A. Perspektif Transkultural dalam Keperawatan


1. Keperawatan Transkultural dan globalisasi dalam pelayanan kesehatan
Office of Minority Health (OMH) (n.d) menggambarkan budaya sebagai ide-ide,
komunikasi, tindakan, kebiasaan, kepercayaan, nilai-nilai, adat istiadat dari kelompok ras,
etnik, agama, atau sosial. Budaya meliputi segala aspek kehidupan di dalam manusia.
Budaya menunjukkan cara pandang seseorang dalam mengambil keputusan.
Keperawatan transkultural didefinisikan oleh Leininger (2002) sebagai penelitian
perbandingan budaya untuk memahami persamaan (budaya universal) dan perbedaan
(budaya tertentu) di antara kelompok manusia. Tujuan keperawatan transkultural adalah
bentuk pelayanan yang sama secara budaya atau pelayanan yang sesuai pada nilai
kehidupan individu dan arti yang sebenarnya. Mengetahui nilai-nilai pelayanan budaya
klien, arti, kepercayaan, dan praktiknya sebagai hubungan antara perawat dan pelayanan
kesehatan mewajibkan perawat untuk menerima aturan pelajar atau teman sekerja dengan
klien dan keluarganya dalam bentuk karakteristik arti dan keuntungan dalam pelayanan
(Leininger, 2002).
Kompetensi budaya adalah proses perkembangan kesadaran budaya, pengetahuan,
keterampilan, pertemuan, dan keinginan. Perawat harus bisa mengintrospeksi tentang
latar belakang dirinya. Perawat juga harus memiliki pengetahuan yang merupakan
perbandingan antar kelompok. Keterampilan budaya termasuk pengkajian social maupun
budaya yang mempengaruhi pengobatan dan perawatan klien. Pertemuan sebagai Media
pembelajaran. Keinginan sebagai motivasi dan komitmen pelayanan.
Konflik budaya juga dapat muncul dalam proses keperawatan. Konflik budaya
yang muncul dapat berupa etnosentrisme, pemikiran bahwa cara hidup yang dianut lebih
baik dibandingkan dengan budaya lain. Hal ini menyebabkan adanya pilihan untuk
mengabaikan budaya dan menggunakkan nili-nili dan gaya hidup mereka sebagai
petunjuk dalam berhubungan dengan klien dan menafsirkan tingkah laku mereka.
Globalisasi menyebabkan tuntutan asuhan keperawatan semakin besar.
Perpindahan penduduk dan pergeseran tuntutan keperawatan dapat terjadi. Perawat yang
tidak mampu menyesuaikan asuhan keperawatan terhadap kondisi yang ada akan
menyebabkan penurunan kualitas pada pelayanan keperawatan. Oleh karena itu, hal ini
menyebabkan dibutuhkannnya peningkatan terhadap profesi keperawatan. Peningkatan
pengetahuan, koordinasi antar profesi atau tenaga kerja kesehatan lain sangat diperlukan.
Perawat harus lebih aktif dalam menghadapi globalisasi terutama dalam pelayanan
kesehatan.
2. Konsep dan Prinsip dalam Asuhan Keperawatan Transkultural
Jika pemahaman mengenai latar belakang etnik, budaya, dan agama yang
berbeda antar klien baik, maka akan dapat meningkatkan pemberian asuhan
keeperawatan secara efektif. Kozier (2004) menjelaskan beberapa konsep yang
berhubungan dengan asuhan keperawatan transkultural ini. Diantaranya:
1) Subkultur
Sebuah subkultur biasanya terdiri dari orang-orang yang mempunyai suatu
identitas yang berbeda. Namun masih dihubungkan dengan suatu kelompok yang
lebih besar.
2) Enkultural
Enkultural digunakan untuk mendeskripsikan orang yang menggabungkan
(persilangan) dua budaya, gaya hidup, dan nilai-nilai (Giger & Davidhizar, 1999).
3) Keanekaragaman
Keanekaragaman menunjuk pada fakta atau status yang menjadikan perbedaan.
Diantaranya, ras, jenis kelamin, orientasi seksual, etnik kebudayaan, status ekonomi-
sosial, tingkat pendidikan, dan lain-lain.
4) Akulturasi
Proses akulturasi terjadi saat seseorang beradaptasi dengan ciri budaya lain.
Anggota dari sebuah kelompok budaya yang tidak dominan seringnya terpaksa
belajar kebudayaan baru untuk bertahan. Hal ini juga dapat didefinisikan sebagai
perubahan pola kebudayaan terhadap masyarakat dominannya (Spector, 2000).
5) Asimilasi
Asimilasi merupakan proses seorang individu berkembang identitas
kebudayaannya. Asimilasi berarti menjadi seperti anggota dari kebudayaan yang
dominan. Beberapa aspeknya, seperti tingkah laku, kewarganegaraan, ciri
perkawinan, dan sebagainya. Di sini,seseorang atau kelompok kehilangan beberapa
kebudayaan aslinya untuk kemudian membentuk kebudayaan baru bersama dengan
yang lain. Hal ini ditujukan untuk membentuk interaksi yang baik.

Ada beberapa faktor kebudayaan yang menjadi pertimbangan toleransi,


diantaranya:
1) Ras
Ras merupakan klasifikasi orang-orang yang dibagi berdasarkan karakteristik
biologis, tanda keturunan (genetik) dan corak. Orang dengan ras yang sama,
umumnya mempunyai banyak persamaan karakter. Namun, penting untuk diketahui
bahwa tidak semua orang dengan ras yang sama memiliki kebudayaan yang sama
pula.
2) Prasangka
Prasangka merupakan sebuah kepercayaan negatif atau kecenderungan yang
menyamaratakan pada satu kelompok dan hal tersebut akan menuntut pada dakwaan.
Hal ini terjadi karena orang yang berprasangka tidak mengetahui penuh budaya orang
yang diprasangkai atau orang tersebut membuat penyamarataan pandangan
berdasarkan pengalamannya dengan seorang individu dari kelompok tersebut
terhadap semua anggota kelompok itu.
3) Stereotipe
Stereotipe adalah menyamakan seluruh anggota dari sebuah kebudayaan atau
kelompok etnik bahwa mereka semua mirip/ sama. Stereotipe mungkin berdasarkan
penyamaan yang ditemukan pada penelitian atau mungkin tidak berhubungan dengan
kenyataan. Di sini, perawat harus tahu bahwa tidak semua orang dari kelompok
tertentu memiliki kepercayaan kesehatan yang sama, praktik dan nilai yang sama
pula.
4) Diskriminasi
Diskriminasi merupakan pembedaan perlakuan individu atau kelompok
berdasarkan kategori, seperti ras, etnik, jenis kelamin, dan kelas sosial. Terjadi jika
seseorang bertindak merugikan atau menyangkal hak pokok individu lain atau lebih.
5) Culture Shock
Culture shock adalah suatu guncangan atau ketidaknyamanan yang terjadi sebagai
respons atas pergantian/ perpindahan dari satu kebudayaan ke kebudayaan lain. Ini
terjadi jika seseorang pindah dari satu lokasi geografi ke lokasi lain atau berimigrasi
ke negara baru.
3. Pengkajian dan Instrumennya dalam Asuhan keperawatan Budaya
Penting bagi perawat untuk memahami bahwa klien mempunyai wawasan
pandangan dan interprestasi mengenai penyakit dan kesehatan yang berbeda, berdasarkan
keyakinan sosial-budaya dan agama klien sehingga terjalin hubungan baik. Hubungan ini
akan meningkatkan pemberian asuhan keperawatan yang aman dan efektif secara budaya.
Karena terdapat rentang yang luas tentang keyakinan dan praktik kesehatan yang
berlatar belakang etnik, budaya, sosial dan agama dari individu, keluarga atau komunitas.
Klien dapat mengantisipasi saat mengalami suatu penyakit dengan pendekatan modern
ataupun pendekatan tradisional, dapat juga menggunakan kedua pendekatan tersebut.
Hubungan dan komunikasi transkultular terjadi ketika setiap individu berusaha
untuk memahami sudut pandang orang lain melalui budayanya. Setelah mencapai
kultular, perawat harus mempertimbangkan faktor- faktor budaya klien sepanjang proses
keperawatan.
Heritage Consistency adalah melihat akulturasi sebagai suatu kontinum. Dengan
menggunakan teori ini, dikaji tingkat diamana masyarakat menjadi bagian dari kultur
dominan dan tradisional.
 Budaya, menggambarkan sifat non-fisik, seperti nilai, keyakinan, sikap atau adat
istiadat yang disepakati oleh kelompok masyarakat dan diwariskan dari satu generasi
ke generasi berikutnya.
 Etnisitas, rasa identitas diri yang berkaitan dengan kelompok sosial dan warisan
budaya.
 Religi, keyakinan dalam suatu kekuatan sifat ketuhanan atau diluar kekuatan manusia
yang harus dipatuhi dan diibadatkan sebagai pencipta dan pengatur alam semesta
(Abramsom, 1980).

Keyakinan Tradisional Tentang Kesehatan Penyakit


Keyakinan kesehatan tradisional tentang penyebab dari suatu penyakit dapat
sangat berbeda dengan model epidemiologi orang barat sehingga penting untuk
memahami epidemiologi tradisional, atau penyebab penyakit di dalam sistem keyakinan.
Dalam model epidemiologi orang barat, penyebab suatu penyakit mungkin stress dan
maladaptasi, virus, bakteri atau karsinogen. Pada model epidemiologi tradisional,
terdapat perbedaan yang sangat menonjol tentang agens penyebab, termasuk kekosongan
jiwa, mantra, mata setan dan guna-guna yang dapat disebabkan oleh orang-orang yang
memiliki kemampuan untuk membuat orang lain sakit. Orang yang percaya dengan
kekuatan ini harus dihindari, termasuk iri, benci atau cemburu.

Praktik Tradisional
Pengobatan rakyat terus ada, sejalan dengan tekanan yang harus meningkat dari
pengobatan modern yang telah diturunkan dari sekolah kedokteran dan generasi
sebelumnya. Praktik rakyat dahulu hanya memiliki bagian yang telah diabaikan oleh
sistem keyakinan perawatan kesehatan modern.

Berikut ini adalah keragaman dari pengobatan rakyat tradisional (Yoder, 1972).
1. Pengobatan Rakyat Alamiah
Pengobatan rakyat alamiah adalah salah satu penggunaan lingkungan alamiah dan
menggunakan herbal, tumbuhan, mineral dan substansi hewan untuk mencegah dan
mengatasi penyakit. Umumnya pengobatan ini ditemukan pada ramuan tradisional
tradisional dan obat-obatan rumah tangga. Aspek umum dari penggunaan herbal
adalah pengetahan bahwa segala yang terdapat di alam merupakan sumber terapi.
Secara umum, tradisi pengobatan rakyat yang menggambarkan tahun dimana herbal
itu dipetik; cara herbal itu dikeringkan; dan metode; jumlah; dan frekuensi
penggunaan,
2. Pengobatan Rakyat Magisoreligius
Salah satu contoh dari pengobatan ini adalah bentuk penyembuhan keagamaan
tidak resmi. Dalam praktik ini lues, jimat, air suci, dukun dan manipulasi fisik
digunakan dalam upaya penyembuhan penyakit.

Faktor Kultular dan Proses Keperawatan


1. Pengkajian Komunitas
Perawat harus memberikan perawatan yang sensitif dan kompeten secara
kultular di komunitas.
2. Diagnosa Keperawatan
Mengelompokkan data yang relevan dan mengembangkan diagnose
keperawatan aktual dan potensial yang berhubungan dengan kebutuhan kultular
dan etnik klien.
3. Perencanaan
Perawat sekali lagi mempertimbangkan variable kultular yang berkaitan
klien yang melibatkan keluarga besar dalam proses perawatan.
4. Implementasi
Perawat mengetahui perawatan seperti apa yang dianggap klien sesuai
dengan mereka dan melibatkan keluarga tentang harapan mereka.
5. Evaluasi
Mengevaluasi hasil asuhan keperawatan dengan menentukan sejauh mana
tujuan dan hasil yang diharapkan dari perawatan telah terpenuhi.

B. Aplikasi transkultural pada masalah penyakit kronik


Penyakit kronik adalah penyakit yang timbul bukan secara tiba-tiba, melainkan
akumulasi dari sesuatu penyakit hingga akhirnya menyebabkan penyakit itu sendiri.
(Kalbe medical portal) Penyakit kronik ditandai banyak penyebab. Contoh penyakit
kronis adalah diabetes, penyakit jantung, asma, hipertensi dan masih banyak lainnya. Ada
hubungan antara penyakit kronis dengan depresi. Depresi adalah kondisi kronis yang
mempengaruhi pikiran seseorang, perasaan dan perilaku sehingga sulit untuk mengatasi
peristiwa kehidupan sehari-hari. (Andres Otero-Forero, Queensland Transcultural Mental Health
Centre).
Seseorang yang menderita depresi memiliki kemungkinan lebih tinggi menderita
penyakit kronis seperti diabetes, penyakit jantung atau asma. Penyebab depresi itu sendiri
kompleks, terkait dengan lingkungan interaksi seseorang maupun kepribadiaannya
sendiri. Beberapa faktor penyebab umum adalah:
 Factor herediter
 Factor isolasi atau kesepian
 Konflik keluarga
 Stress
 Trauma
 Pengganguran
 Kesulitan penyelesaian
 Nyeri
Berbagai jenis depresi memerlukan cara yang berbeda dalam jenis
pengobatannya. Untuk depresi ringan, dapat dianjurkan untuk melakukan kegiatan-
kegiatan tertentu. Dalam kasus depresi parah, dianjurkan untuk mengkonsumsi obat dan
psikoterapi. Salah satu pendekatan yang muncul menjadi lebih umum untuk segala
bentuk depresi adalah manajemen diri. Manajemen diri mengacu pada strategi orang
menggunakan untuk berurusan dengan kondisi mereka. Dimana seseorang melibatkan
tindakan, sikap atau tujuan dalam mengambil atau membuat keputusan untuk
mempertahankan dan meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan.
Pengobatan terhadap penyakit kronik yang telah dilakukan di masyarakat saat ini
amat beragam. Tidak dapat dipungkiri bahwa system pengobatan tradisional juga
merupakan sub unsur kebudayaan masyarakat sederhana yang telah dijadikan sebagai
salah satu cara pengobatan. Pengobatan inilah yang juga menjadi aplikasi dari
transkultural dalam mengobati suatu penyakit kronik. Pengobatan tradisional ini
dilakukan berdasarkan budaya yang telah diwariskan turun-temurun.
Beberapa contohnya adalah sebagai berikut:
1. Masyarakat negeri Pangean lebih memilih menggunakan ramuan dukun untuk
menyembuhkan penyakit TBC, yaitu daun waru yang diremas dan airnya dimasak
sebanyak setengah gelas.
2. Masyarakat di Papua percaya bahwa penyakit malaria dapat disembuhkan dengan
cara minta ampun kepada penguasa hutan lalu memetik daun untuk dibuat ramuan
untuk diminum dan dioleskan ke seluruh tubuh.
3. Masyarakat Jawa memakan pisang emas bersamaan dengan kutu kepala (Jawa: tuma)
tiga kali sehari untuk pengobatan penyakit kuning.
Pengobatan tradisional yang sering dipakai berupa pemanfaatan bahan-bahan herbal.
Herba sambiloto menjadi sebuah contoh yang khasiatnya dipercaya oleh masyarakat
dapat mengobati penyakit-penyakit kronik, seperti hepatitis, radang paru (pneumonia),
radang saluran nafas (bronchitis), radang ginjal (pielonefritis), radang telinga tengah
(OMA), radang usus buntu, kencing nanah (gonore), kencing manis (diabetes melitus).
Daun lidah budaya dan tanaman pare juga dijadikan sebagai pengobatan herbal.
Tumbuhan tersebut berkhasiat menyebuhkan diabetes melitus.
Tidak hanya di Indonesia, di luar negeri pun masih ada negara yang meyakini bahwa
pengobatan medis bukan satu-satunya cara mengobati penyakit kronik. Misalnya, di
Afrika, penduduk Afrika masih memiliki keyakinan tradisional tentang kesehatan dan
penyakit. Mereka menganggap bahwa obat-obatan tradisional sudah cukup untuk
mengganti produk yang akan dibeli, bahkan mereka menggunakan dukun sebagai
penyembuh tradisional. Hal seperti ini juga terjadi di Amerika, Eropa, dan Asia.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Keperawatan transkultural didefinisikan oleh Leininger (2002) sebagai penelitian
perbandingan budaya untuk memahami persamaan (budaya universal) dan perbedaan
(budaya tertentu) di antara kelompok manusia. Tujuan keperawatan transkultural adalah
bentuk pelayanan yang sama secara budaya atau pelayanan yang sesuai pada nilai
kehidupan individu dan arti yang sebenarnya. Penyakit kronik adalah penyakit yang
timbul bukan secara tiba-tiba, melainkan akumulasi dari sesuatu penyakit hingga
akhirnya menyebabkan penyakit itu sendiri. (Kalbe medical portal) Penyakit kronik
ditandai banyak penyebab. Contoh penyakit kronis adalah diabetes, penyakit jantung,
asma, hipertensi dan masih banyak lainnya.
Aplikasi dari transkultural dalam mengobati suatu penyakit kronik. Pengobatan
tradisional ini dilakukan berdasarkan budaya yang telah diwariskan turun-temurun.
Beberapa contohnya adalah sebagai berikut:
1. Masyarakat negeri Pangean lebih memilih menggunakan ramuan dukun untuk
menyembuhkan penyakit TBC, yaitu daun waru yang diremas dan airnya dimasak
sebanyak setengah gelas.
2. Masyarakat di Papua percaya bahwa penyakit malaria dapat disembuhkan dengan
cara minta ampun kepada penguasa hutan lalu memetik daun untuk dibuat ramuan
untuk diminum dan dioleskan ke seluruh tubuh.
3. Masyarakat Jawa memakan pisang emas bersamaan dengan kutu kepala (Jawa: tuma)
tiga kali sehari untuk pengobatan penyakit kuning.
B. Saran
Bagi para perawat diharapkan agar lebih memahami budaya-budaya yang dimiliki
oleh para pasien agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam komunikasi atau melakukan
tindakan pada pasien.

DAFTAR PUSTAKA

Afifah, Efy. Ringkasan Materi : Unit 2 Keragaman budaya dan perspektif transkultural
dalam keperawatan. Diambil dari http://repository...
Forero,Andres Otero. (2008). Pendekatan Transcultural Menghormati Pikiran & Tubuh.
http://www...
Foster, G.M. & Anderson, B.G (2006). Antropologi Kesehatan. Terjemahan Priyanti PS
& Meutia F.H.S.Jakarta:UI Press.
Giger, J. N. & Davidhizar. (1995). Transcultural Nursing: Assessment and Intervention.
St. Louis: Mosby.
Informasi Diabetes. Diambil dari http://www...
Kozier, B., Erb, G., Berman, A. J., & Snyder. (2004). Fundamentals of Nursing:
Concepts, Process, and Practice. 7th Ed. New Jersey: Pearson Education,Inc.
Novieastari, Enie. Culture and Health Problems. Diambil dari http://www...
Potter, P.A. & Perry, A.G. (2009). Fundamental Keperawatan. Edisi 7. Buku I hal.175-
199. Terjemahan Penerbit Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai