Anda di halaman 1dari 10

PSIKOSOSIAL

TUGAS KELOMPOK

APLIKASI KEPERAWATAN TRANSKULTURAL BUDAYA JAWA


BARAT

Disusun Oleh :

Elisius Algi Batuah

Putra Hendriko S.M

Rahmawati

Ria Nur Fiana

Rima Febriani

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN KELAS TRANSFER

2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah Subhanahu Wata’ala yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
judul Aplikasi Keperawatan Transkultural Budaya Jawa Barat.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari kesempurnaan baik dari
segi tata cara penulisan maupun bahasa yang digunakan. Oleh karena itu, kami mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Secara keseluruhan,
makalah ini diharapkan dapat membantu mahasiswa, khususnya dalam mata kuliah Psikososial.

Tangerang, 12 Juni 2020

Penyusun
TINJAUAN TEORI

A. Keperawatan Transkultural dan globalisasi dalam pelayanan kesehatan


Budaya dapat didefinisikan sebagai sifat nonfisik, seperti nilai, keyakinan, sikap
dan kebiasaan yang dibagi bersama oleh sekelompok orang dan diwariskan dari satu
generasi ke generasi berikutnya (Spector, 2000). Budaya juga menentukan persepsi
tentang kesehatan, bagaimana informasi perawatan kesehatan diterima, bagaimana hak
dan perlindungan dilaksanakan, apa yang dianggap sebagai masalah kesehatan dan
bagaimana gejala serta kekhawatiran mengenai masalah kesehatan diungkapkan, siapa
yang harus memberikan pengobatan dan bagaiman, serta jenis pengobatan apa yang harus
dilakukan (Kozier, 2010).
Keperawatan transkultural didefinisikan oleh Leininger (2002) sebagai penelitian
perbandingan budaya untuk memahami persamaan (budaya universal) dan perbedaan
(budaya tertentu) di antara kelompok manusia. Tujuan keperawatan transkultural adalah
bentuk pelayanan yang sama secara budaya atau pelayanan yang sesuai pada nilai
kehidupan individu dan arti yang sebenarnya. Mengetahui nilai-nilai pelayanan budaya
klien, arti, kepercayaan, dan praktiknya sebagai hubungan antara perawat dan pelayanan
kesehatan mewajibkan perawat untuk menerima aturan pelajar atau teman sekerja dengan
klien dan keluarganya dalam bentuk karakteristik arti dan keuntungan dalam pelayanan
(Leininger, 2002).
Pelayanan kompeten secara budaya adalah kemampuan perawat menghilangkan
perbedaan dalam pelayanan, bekerja sama dengan budaya yang berbeda, serta membuat
klien dan keluarganya mencapai pelayan yang penuh arti dan suportif. Contohnya,
perawat yang mengetahui tentang kebudayaan kliennya, maka perawat memerlukan
dukungan dalam menyesuaikan keadaan klien. Klien juga membutuhkan informasi,
perundingan, dan permintaan.
Kompetensi budaya adalah proses perkembangan kesadaran budaya, pengetahuan,
keterampilan, pertemuan, dan keinginan. Perawat harus bisa mengintrospeksi tentang
latar belakang dirinya. Perawat juga harus memiliki pengetahuan yang merupakan
perbandingan antar kelompok. Keterampilan budaya termasuk pengkajian social maupun
budaya yang mempengaruhi pengobatan dan perawatan klien. Pertemuan sebagai
mediapembelajaran. Keinginan sebagai motivasi dan komitmen pelayanan.
Konflik budaya juga dapat muncul dalam proses keperawatan. Konflik budaya
yang muncul dapat berupa etnosentrisme, pemikiran bahwa cara hidup yang dianut lebih
baik dibandingkan dengan budaya lain. Hal ini menyebabkan adanya pilihan untuk
mengabaikan budaya dan menggunakkan nili-nili dan gaya hidup mereka sebagai
petunjuk dalam berhubungan dengan klien dan menafsirkan tingkah laku mereka.
Globalisasi menyebabkan tuntutan asuhan keperawatan semakin besar.
Perpindahan penduduk dan pergeseran tuntutan keperawatan dapat terjadi. Perawat yang
tidak mampu menyesuaikan asuhan keperawatan terhadap kondisi yang ada akan
menyebabkan penurunan kualitas pada pelayanan keperawatan. Oleh karena itu, hal ini
menyebabkan dibutuhkannnya peningkatan terhadap profesi keperawatan. Peningkatan
pengetahuan, koordinasi antar profesi atau tenaga kerja kesehatan lain sangat diperlukan.
Perawat harus lebih aktif dalam menghadapi globalisasi terutama dalam pelayanan
kesehatan.

B. Konsep dan Prinsip dalam Asuhan Keperawatan Transkultural


Jika pemahaman mengenai latar belakang etnik, budaya, dan agama yang berbeda antar
klien baik, maka akan dapat meningkatkan pemberian asuhan keeperawatan secara
efektif. Kozier (2004) menjelaskan beberapa konsep yang berhubungan dengan asuhan
keperawatan transkultural ini.
1. Subkultur
Sebuah subkultur biasanya terdiri dari orang-orang yang mempunyai suatu identitas
yang berbeda. Namun masih dihubungkan dengan suatu kelompok yang lebih besar.
2. Enkultural
Enkultural digunakan untuk mendeskripsikan orang yang menggabungkan
(persilangan) dua budaya, gaya hidup, dan nilai-nilai (Giger & Davidhizar, 1999).
3. Keanekaragaman
Keanekaragaman menunjuk pada fakta atau status yang menjadikan perbedaan.
Diantaranya, ras, jenis kelamin, orientasi seksual, etnik kebudayaan, status ekonomi-
sosial, tingkat pendidikan, dan lain-lain.
4. Akulturasi
Proses akulturasi terjadi saat seseorang beradaptasi dengan ciri budaya lain. Anggota
dari sebuah kelompok budaya yang tidak dominan seringnya terpaksa belajar
kebudayaan baru untuk bertahan. Hal ini juga dapat didefinisikan sebagai perubahan
pola kebudayaan terhadap masyarakat dominannya (Spector, 2000).
5. Asimilasi
Asimilasi merupakan proses seorang individu berkembang identitas kebudayaannya.
Asimilasi berarti menjadi seperti anggota dari kebudayaan yang dominan. Beberapa
aspeknya, seperti tingkah laku, kewarganegaraan, ciri perkawinan, dan sebagainya. Di
sini, seseorang atau kelompok kehilangan beberapa kebudayaan aslinya untuk
kemudian membentuk kebudayaan baru bersama dengan yang lain. Hal ini ditujukan
untuk membentuk interaksi yang baik.

Ada beberapa faktor kebudayaan yang menjadi pertimbangan toleransi, diantaranya:

1. Ras
Ras merupakan klasifikasi orang-orang yang dibagi berdasarkan karakteristik
biologis, tanda keturunan (genetik) dan corak. Orang dengan ras yang sama,
umumnya mempunyai banyak persamaan karakter. Namun, penting untuk diketahui
bahwa tidak semua orang dengan ras yang sama memiliki kebudayaan yang sama
pula.
2. Prasangka
Prasangka merupakan sebuah kepercayaan negatif atau kecenderungan yang
menyamaratakan pada satu kelompok dan hal tersebut akan menuntut pada dakwaan.
Hal ini terjadi karena orang yang berprasangka tidak mengetahui penuh budaya orang
yang diprasangkai atau orang tersebut membuat penyamarataan pandangan
berdasarkan pengalamannya dengan seorang individu dari kelompok tersebut
terhadap semua anggota kelompok itu.
3. Stereotipe
Stereotipe adalah menyamakan seluruh anggota dari sebuah kebudayaan atau
kelompok etnik bahwa mereka semua mirip/ sama. Stereotipe mungkin berdasarkan
penyamaan yang ditemukan pada penelitian atau mungkin tidak berhubungan dengan
kenyataan. Di sini, perawat harus tahu bahwa tidak semua orang dari kelompok
tertentu memiliki kepercayaan kesehatan yang sama, praktik dan nilai yang sama
pula.
4. Diskriminasi
Diskriminasi merupakan pembedaan perlakuan individu atau kelompok berdasarkan
kategori, seperti ras, etnik, jenis kelamin, dan kelas sosial. Terjadi jika seseorang
bertindak merugikan atau menyangkal hak pokok individu lain atau lebih.
5. Culture Shock
Culture shock adalah suatu guncangan atau ketidaknyamanan yang terjadi sebagai
respons atas pergantian/ perpindahan dari satu kebudayaan ke kebudayaan lain. Ini
terjadi jika seseorang pindah dari satu lokasi geografi ke lokasi lain atau berimigrasi
ke negara baru.

C. Keperawatan Transkultural Pada Budaya Jawa Barat (Sunda)


Konsep sehat sakit tidak hanya mencakup aspek fisik saja, tetapi juga bersifat sosial
budaya. Istilah lokal yang biasa dipakai oleh masyarakat Jawa Barat (orang sunda) adalah
muriang untuk demam, nyerisirah untuk sakit kepala, yohgoy untuk batuk dan salesma
untuk pilek / flu. Penyebab sakit umumnya karena lingkungan, kecuali batuk juga karena
kuman. Pencegahan sakit umumnya dengan menghindari penyebabnya. Pengobatan sakit
umumnya menggunakan obat yang terdapat di warung obat yang ada di desa tersebut,
sebagian kecil menggunakan obat tradisional. Pengobatan sendiri sifatnya sementara,
yaitu penanggulangan pertama sebelum berobat ke puskesmas atau mantri.
1. Pengertian Sehat Sakit
Menurut orang sunda, orang sehat adalah mereka yang makan terasa enak
walaupun dengan lauk seadanya, dapat tidur nyenyak dan tidak ada yang dikeluhkan,
sedangkan sakit adalah apabila badan terasa sakit, panas atau makan terasa pahit,
kalau anak kecil sakit biasanya rewel, sering menangis, dan serba salah / gelisah.
Dalam bahasa sunda orang sehat disebut cageur, sedangkan orang sakit disebut
gering.
Ada beberapa perbedaan antara sakit ringan dan sakit berat. Orang disebut sakit
ringan apabila masih dapat berjalan kaki, masih dapat bekerja, masih dapat makan
minum dan dapat sembuh dengan minum obat atau obat tradisional yang dibeli di
warung. Orang disebut sakit berat, apabila badan terasa lemas, tidak dapat melakukan
kegiatan sehari-hari, sulit tidur, berat badan menurun, harus berobat ke dokter /
puskesmas, apabila menjalani rawat inap memerlukan biaya mahal.
Konsep sakit ringan dan sakit berat bertitik tolak pada keadaan fisik penderita
melakukan kegiatan sehari – hari , dan sumber pengobatan yang digunakan. Berikut
beberapa contoh sakit dengan penyebab, pencegahan dan pengobatan sendiri. :
a. Sakit Kepala
Keluhan sakit kepala dibedakan antara nyeri kepala (bahasa sunda = rieut atau
nyeri sirah , kepala terasa berputar / pusing / bahasa sunda = Lieur), dan sakit
kepala sebelah / migran (bahasa sunda = rieut jangar). Penyebab sakit kepala
adalah dengan menghindari terkena sinar matahari langsung, dan jangan banyak
pikiran. Pengobatan sendiri, sakit kepala dapat dilakukan dengan obat warung
yaitu paramek atau puyer bintang tujuh nomor 16.
b. Sakit Demam
Keluhan demam (bahasa sunda = muriang atau panas tiris) ditandai dengan badan
terasa pegal-pegal, menggigil, kadang-kadang bibir biru. Penyebab demam adalah
udara kotor, menghisap debu kotor, pergantian cuaca, kondisi badan lemah,
kehujanan, kepanasan cukup lama, dan keletihan. Pencegahan demam adalah
dengan menjaga kebersihan udara yang dihisap, makan teratur, olahraga cukup,
tidur cukup, minum cukup, kalau badan masih panas / berkeringat jangan
langsung mandi, jangan kehujanan dan banyak makan sayuran atau buah.
Pengobatan sendiri demam dapat dilakukan dengan obat tradisional, yaitu
kompres badan dengan tumbukan daun melinjo, daun cabe atau daun singkong,
atau dapat juga dengan obat warung yaitu Paramek atau Puyer bintang tujuh
nomor 16.
c. Keluhan Batuk
Batuk TBC , yaitu batuk yang sampai mengeluarkan darah dari mulut , batuk
biasa (bahasa sunda = fohgoy ) , dan batuk yang terus menerus dengan suaranya
melengking (bahasa sunda = batuk bangkong ) dengan gejala tenggorokan gatal ,
terkadang hidung rapet , dan kepala sakit ) . Penyebab batuk TBC adalah karena
orang tersebut menderita penyakit TBC paru , sedangkan batuk biasa atau batuk
bangkong adalah menghisap debu dari tanah kering yang baru tertimpa hujan ,
alergi salah satu makanan , makanan basi , masuk angin, makan makanan yang
digoreng dengan minyak yang tidak baik , atau tersedak makanan / keselek .
Pencegahan batuk dilakukan dengan menjaga badan agar jangan kedinganan ,
jangan makan makanan basi , tidak kebanyakan minum es , menghindari makanan
yang merangsang tenggorokan , atau menyebabkan alergi . Pengobatan sendiri
batuk dapat dilakukan dengan obat warung misalnya konidin atau oikadryl . Bila
batuk ringan dapt minum obat tradisional yaitu air perasan jeruk nipis dicampur
kecap , daun sirih 5 lembar diseduh dengan air hangat setengah gelas atau rebusan
jahe dengan gula merah.
d. Sakit Pilek
Keluhan pilek ringan ( bahasa sunda = salesma ) , yaitu hidung tersumbat atau
berair , dan pilek berat yaitu pilek yang disertai sakit kepala , demam , badan
terasa pegal dan tenggorokan kering . Penyebab pilek adalah kehujanan
menghisap debu kotor , menghisap asap rokok , menghisap air , pencegahan pilek
adalah jangan kehujanan , kalau badan berkeringat jangan langsung mandi ,
apabila muka terasa panas ( bahasa sunda = singhareab ) , jangan mandi langsung
minum obat , banyak minum air dan istirahat . Pengobatan sendiri , pilek dapat
dilakukan dengan obat warung yaitu mixagrib diminum 3x sehari sampai
keluhannya hilang . Dapat juga digunakan obat tradisional untuk mengurangi
keluhan , misalnya minyak kelapa dioleskan di kanan dan kiri hidung.
e. Sakit Panas
Sakit panas adal`h sakit yang menyebabkan sekujur tubuh seseorang terasa panas
biasanya yang disertai demam ( menggigil ). Untuk mengobatinya , orang sunda
biasa dengan menggunakan labu ( waluh ) yang diparut ( dihaluskan ) , kemudian
dibungkus kain dan di kompreskan ke tubuh orang yang sakit panas tersebut
hingga panasnya turun. Selain itu juga bisa dengan menggunakan kompres air
dingin.
Pengobatan sakit umumnya menggunakan obat yang terdapat di warung . obat
yang ada di desa tertentu, sebagian kecil menggunakan obat tradisional .
Masyarakat melakukan pengobatan sendiri dengan alasan sakit ringan , hemat
biaya dan hemat waktu . Pengobatan sendiri sifatnya sementara , yaitu
penanggulanan pertama sebelum berobat ke puskesmas atau Mantri . Tindakan
Pengobatan sendiri yang sesuai dengan aturan masih rendah karena umumnya
masyarakat membeli obat secara eceran sehingga tidak dapat memaca keterangan
yang tercantum pada setiap kemasan obat.
DAFTAR PUSTAKA

Potter, P.A. & Perry,A.G.(2009). Fundamentals of Nursing: Concepts, Process, and Practice.7th

Ed. St. Louis, MI: Elsevier Mosby.

Kozier, B., Erb, G.,Berman,A.J., & Snyder. (2004).Fundamentals of Nursing: Concepts,

Process, and Practice. 7th Ed. New Jersey: Pearson Education, Inc.

Anda mungkin juga menyukai