Anda di halaman 1dari 16

Asuhan Keperawatan Agregat dalam Komunitas: Populasi Rentan (Penyakit

Mental, Kecacatan, dan populasi terlantar)

kasus 2

Di Susun Oleh

FRENNY HARYANTO 1914201135

RIA NUR FIANA 1914201136

FELITA RAHAYU 1914201137

NATHANIA CHINTIA 1914201138

PUTRA HENRIKO 1914201139

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN TRANSFER
2020/2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Populasi rentan atau populasi beresiko adalah kondisi yang mempengaruhi kondisi
seseorang atau populasi untuk menjadi sakit atau sehat (Kaakinen, Hanson, Birenbaum
dalam Stanhope & Lancaster, 2004). Pandera mengkategorikan faktor resiko kesehatan
antara lain genetik, usia, karakteristik biologi, kesehatan individu, gaya hidup dan
lingkungan. Jika seseorang dikatakan rawan apabila mereka berhadapan dengan penyakit,
bahaya, atau outcome negatif. Faktor pencetusnya berupa genetik, biologi atau psikososial.
Populasi rawan atau rentan merupakan kelompok-kelompok sosial yang memiliki
peningkatan risiko yang relatif atau rawan untuk menerima pelayanan kesehatan. Kenyataan
menunjukan bahwa Indonesia memiliki banyak peraturan perundangundangan yang
mengatur tentang Kelompok Rentan, tetapi tingkat implementasinya sangat beragam.
Sebagian undang-undang sangat lemah pelaksanaannya, sehingga keberadaannya tidak
memberi manfaat bagi masyarakat. Disamping itu, terdapat peraturan perundang-undangan
yang belum sepenuhnya mengakomodasi berbagai hal yang berhubungan dengan kebutuhan
bagi perlindungan kelompok rentan. Keberadaan masyarakat kelompok rentan yang
merupakan mayoritas di negeri ini memerlukan tindakan aktif untuk melindungi hak-hak
dan kepentingan-kepentingan mereka melalui penegakan hukum dan tindakan legislasi
lainnya. Hak asasi orang-orang yang diposisikan sebagai masyarakat kelompok rentan
belum terpenuhi secara maksimal, sehingga membawa konsekuensi bagi kehidupan diri dan
keluarganya, serta secara tidak langsung juga mempunyai dampak bagi masyarakat.

B. Tujuan Penulisan
Penulis bertujuan memberikan asuhan keperawatan komunitas kepada para pekerja seks
dengan masalah penyakit HIV/AIDS
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
Pengertian Kelompok Rentan tidak dirumuskan secara eksplisit dalam peraturan
perundang-undangan, seperti tercantum dalam Pasal 5 ayat (3) Undang-Undang No.39
Tahun 1999 yang menyatakan bahwa setiap orang yang termasuk kelompok masyarakat
yang rentan berhak memperoleh perlakuan dan perlindungan lebih berkenaan dengan
kekhususannya. Dalam penjelasan pasal tersebut disebutkan bahwa yang dimaksud dengan
kelompok masyarakat yang rentan, antara lain, adalah orang lanjut usia, anakanak, fakir
miskin, wanita hamil dan penyandang cacat.

Menurut Departeman Hukum dan Hak Asasi Manusia, kelompok rentan adalah semua
orang yang menghadapi hambatan atau keterbatasan dalam menikmati standar kehidupan
yang layak bagi kemanusiaan dan berlaku umum bagi suatu masyarakat yang
berperadaban. Jadi kelompok rentan dapat didefinisikan sebagai kelompok yang harus
mendapatkan perlindungan dari pemerintah karena kondisi sosial yang sedang mereka
hadapi.

Menurut Undang-undang No.4 tahun 1997 yang dimaksud dengan penyandang cacat
adalah setiap orang yang mempunyai kelainan fisik dan atau mental, yang dapat
mengganggu atau merupakan rintangan dan hambatan baginya untuk melakukan kegiatan
secara selayaknya. Dari sisi pengelompokkannya, maka penyandang cacat dapat
dikelompokkan menjadi 3 (tiga) hal : Penyandang cacat fisik, Penyandang cacat mental,
Penyandang cacat fisik dan mental.

Virus Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah retrovirus yang termasuk dalam
lentivirus. Retrovirus mempunyai kempuan menggunakan RNA dan DNA penjamu untuk
membentuk DNA dan dikenali selama periode inkubasi yang panjang, utamanya
menyebabkan munculnya tanda dan gejala AIDS (Nusalam & Kurniati, 2009)
Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) merupakan salah satu penyakit yang
disebabkan oleh HIV, ditandai dengan adanya kegagalan progresif sistem imun (Irianto,
2014).

B. Etiologi HIV/AIDS
Penyebab kelainan imun pada AIDS adalah suatu agen viral yang disebut HIV dari
kelompok virus yang dikenal denga retrovirus. Retrovirus ditularkan oleh darah melalui
kontak intim dan mempunyaiafinitas yang kuat terhadap limfosit T. Virus HIV menyerang
sel CD4 menjadikannya tempat berkembang biak virus HIV baru dan menyebabkan
kerusakan sel darah putih sehingga tidak dapat digunakan lagi. Ketika seseorang terkena
HIV, virus ini tidak langsung menyebabkan penyakit AIDS tapi memerlukan waktu yang
cukup lama. (Rimbi, 2014)

C. Tanda dan Gejala


Pasien AIDS secara khas punya riwayat gejala dan tanda penyakit. Pada infeksi Human
Immunodeficiency Virus (HIV) primer akut yang lamanya 1–2 minggu pasien akan
merasakan sakit seperti flu. Fase supresi imun simptomatik (3 tahun) pasien akan
mengalami demam, keringat dimalam hari, penurunan berat badan, diare, neuropati,
keletihan ruam kulit, limpanodenopathy, pertambahan kognitif, dan lesi oral. Fase infeksi
Human Immunodeficiency Virus (HIV) menjadi AIDS (bevariasi 1-5 tahun dari pertama
penentuan kondisi AIDS) akan terdapat gejala infeksi opurtunistik, yang paling umum
adalah Pneumocystic Carinii (PCC), Pneumonia interstisial yang disebabkan suatu
protozoa, infeksi lain termasuk meningitis, kandidiasis, cytomegalovirus, mikrobakterial,
atipikal.

Pasien AIDS biasanya menderita infeksi oportunistik dengan gejala tidak spesifik, terutama
demam ringan dan kehilangan berat badan. Infeksi oportunistik ini termasuk infeksi
Mycobacterium avium-intra cellulare dan sitomegalovirus. Citomegalovirus dapat
menyebabkan kolitis dan retinitis sitomegalovirusdapat menyebabkan kebutaan.
Penisiliosis yang disebabkan oleh Penicillium marneffeikini adalah infeksi oportunistik
ketiga paling umum (setelah tuberkulosis dan kriptokokosis) pada orang yang positif HIV
di daerah endemik Asia Tenggara.

D. Klasifikasi dan Transmisi


Dalam HIV/AIDS terdapat klasifikasi dari penyakit tersebut yaitu
 Stadium I: infeksi HIV asimptomatik dan tidak dikategorikan sebagai AIDS
 Stadium II: termasuk manifestasi membran mukosa kecil dan radang saluran
pernafasan atas yang berulang
 Stadium III : termasuk diare kronik yang tidak dapat dijelaskan selama lebih dari
sebulan, infeksi bakteri parah,dan tuberkulosis.
 Stadium IV : termasuk toksoplasmosis otak, kandidiasis esofagus, trakea, bronkus atau
paru-paru, dan sarkoma kaposi. Semua penyakit ini adalah indikator AIDS.

Sedangkan tranmisi peyakit HIV/AIDS ini yaitu dapat menularkan melalui hubungan
seksual, paparan dengna cairan tubuh yang terinfeksi dan tranmisi ibu ke anak. Penularan
melalui hubungan seksual yaitu Transmisi HIV secara seksual terjadi ketika ada kontak
antara sekresi cairan vagina atau cairan preseminal seseorang dengan rektum, alat
kelamin, atau membran mukosa mulut pasangannya. Resiko masuknya HIV dari orang
yang terinfeksi menuju orang yang belum terinfeksi melalui hubungan seks anal lebih
besar daripada risiko hubungan seksual dan seks oral. Seks oral tidak berarti tak berisiko
karena HIV dapat masuk melalui seks oral reseptif maupun insertif. Transmisi HIV
bergantung pada tingkat kemudahan penularan dari pengidap dan kerentanan pasangan
seksual yang belum terinfeksi. Kemudahan penularan bervariasi pada berbagai tahap
penyakit ini dan tidak konstan antar orang. Beban virus plasma yang tidak dapat dideteksi
tidak selalu berarti bahwa beban virus kecil pada air mani atau sekresi alat kelamin. Setiap
10 kali penambahan jumlah RNA HIV plasma darah sebanding dengan 81% peningkatan
laju transmisi HIV. Wanita lebih rentan terhadap infeksi HIV-1 karena perubahan hormon,
ekologi serta fisiologi mikroba vaginal, dan kerentanan yang lebih besar terhadap penyakit
seksual.
E. Komplikasi
o Oral lesi : kandida, herpes simplek, gingivitis, dll
o Neurologik : dimensia kompleks, toxoplasmosis ensefalitis, meningitis, neuropati
o Gastrointestinal : Diare, hepatitis, penyakit anorektal : abses, fistula, ulkus
o Respirasi : pneuminia, influenza, batuk, TBC
o Dermatologik : lesi kulit : herpes simpleks dan zoster, dermatitis  Otitis media,
konjungtivitis

F. Penanggulangan HIV/AIDS
1. Promosi Kesehatan
2. Pencegahan penularan HIV
3. Pengobatan, perawatan dan dukungan
4. Rehabilitasi
BAB III
TINJAUAN KASUS

2. Hasil data yang didapatkan dari Puskesmas Sumber Indah menunjukkan sebagian besar
pekerja seks di sebuah area lokalisasi tidak menggunakan kondom saat bekerja. Setelah
dilakukan wawancara, mereka tidak mengetahui bahaya yang terjadi jika tidak menggunakan
kondom. Petugas Puskesmas Sumber Indah melakukan skrining kesehatan kepada para
pekerja seks ini. Hasil skrining tersebut menunjukkan 35% wanita menderita penyakit
kelamin dan 15% wanita terdeteksi HIV. Selain melakukan skrining, perawat juga melakukan
pengkajian dengan menyebarkan survei angket:
- 95% pekerja seks kurang pengetahuan mengenai program skrining kesehatan yang
diadakan puskesmas untuk para pekerja
- 80% pekerja seks tidak mengetahui bahaya penyakit menular (penyakit kelamin dan
HIV/AIDS)
- 75% pekerja seks tidak mengetahui pentingnya perawatan kesehatan reproduksi
- 98% pekerja seks merasa terintimidasi oleh masyarakat karena pekerjaannya

A. Pengkajian
1. Geografi
 Apakah anda tingal di daerah pegunungan atau pantai?
 Bagaimana keadaan tanah di daerah ini ?
 Berapa luas daerah ini ?
 Ada berapa batas wilayah di daerah ini dan apa saja nama wilayah di masing-
masing batasnya?
2. Demografi
 Berapakah jumlah KK di daerah ini ?
 Berapakah jumlah penduduk di daerah ini ?
 Bagaimana mobilitas penduduk, apakah penduduk jarang di rumah ketika pagi
dan siang hari karena bekerja, sedangkan anak-anak pada sekolah.?
 Apakah daerah ini termasuk daerah yang padat dengan penduduk?
3. Vital Statistik
 Bagaimana status kelahiran di daerah ini?
 Penyakit apa saja yang banyak terjadi di masyarakat khususnya pada wanita usia
dewasa?
 Penyakit apa saja yang banyak terjadi di daerah ini khususnya pada pria usia
dewasa?
 Apakah dalam satu bulan ini sudah terdapat banyak warga yang meninggal?

4. Kelompok etnis
Suku apa yang dianut di masyarakat?
5. Nilai dan Keyakinan
 Apakah ada masjid / mushola atau tempat ibadah lainnya?
 Apakah masyarakat menganut agama yang sama?
 Keyakinan apa yang di anut dalam masyarakat?

Pengkajian komunitas dengan klien HIV


1. Riwayat kesehatan
 Apakah anda pernah merasa sariawan yang sukar sembuh?
 Apakah anda merasakan kelelahan, pembengkakan kelenjar getah bening, nyeri
otot dan hilang nafsu makan?
 Apakah anda merasakan nyeri saat berkemih, keputihan berlebih dan gatal di
daerah genitalia?
 Apakah anda pernah mengalami penyakit infeksi jamur pada mulut dan
tenggorokan, meningitis dan TB?
2. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah di dalam keluarga ada anggota keluarga yang mengalami HIV/AIDS?
3. Makanan yang dikonsumsi
Berapa banyak anda makan dalam sehari?
Apakah anda pernah mengkonsumsi alcohol?
Apakah anda pernah mengkonsumsi kopi? Jika iya, berapa kali dalam sehari?
Apakah anda pernah merokok? Jika iya, berapa kali dalam sehari?
4. Riwayat pengobatan
Pernahkan anda melakukan skrinning kesehatan dari puskemas atau RS terdekat?
Apakah yang dilakukan bila tanda dan gejala HIV/AIDS muncul?
5. Jenis Data
a. Data Subyektif
- Hasil wawancara Puskesmas Sumber Indah menunjukkan sebagaian besar
pekerja seks di sebuah area lokalisasi tidak menggunakan kondom saat
bekerja.
- Hasil wawancara yang lain adalah mereka tidak mengetahui bahaya yang
terjadi jika tidak menggunakan kondom.
b. Data Obyektif
Hasil skrinning kesehatan dari petugas Puskesmas Sumber Indah:
- 35% wanita menderita penyakit kelamin
- 15% wanita terdeteksi HIV
Hasil penyebaran survei angket:
- 95% pekerja seks kurang pengetahuan mengenai program skrining kesehatan
yang diadakan puskesmas untuk para pekerja
- 80% pekerja seks tidak mengetahui bahaya penyakit menular (penyakit
kelamin dan HIV/AIDS)
- 75% pekerja seks tidak mengetahui pentingnya perawatan kesehatan
reproduksi
- 98% pekerja seks merasa terintimidasi oleh masyarakat karena pekerjaannya

Analisa Data
No Data Fokus Masalah Keperawatan
1 Data Subyektif (wawancara): Koping Komunitas Tidak Efektif
- Hasil wawancara Puskesmas Sumber berhubungan dengan
Indah menunjukkan sebagaian besar ketidakadekuatan sumber daya
pekerja seks di sebuah area untuk pemecahan masalah
lokalisasi tidak menggunakan
kondom saat bekerja.
- Hasil wawancara yang lain adalah
mereka tidak mengetahui bahaya
yang terjadi jika tidak menggunakan
kondom.

Data Obyektif :
Hasil skrinning kesehatan dari petugas
Puskesmas Sumber Indah:
- 35% wanita menderita penyakit
kelamin
- 15% wanita terdeteksi HIV
Hasil penyebaran survei angket:
- 95% pekerja seks kurang
pengetahuan mengenai program
skrining kesehatan yang diadakan
puskesmas untuk para pekerja
- 80% pekerja seks tidak mengetahui
bahaya penyakit menular (penyakit
kelamin dan HIV/AIDS)
- 75% pekerja seks tidak mengetahui
pentingnya perawatan kesehatan
reproduksi
- 98% pekerja seks merasa
terintimidasi oleh masyarakat karena
pekerjaannya

2 Data Subyektif (wawancara): Kesiapan Peningkatan Manajemen


- Hasil wawancara Puskesmas Sumber Kesehatan berhubungan dengan
Indah menunjukkan sebagaian besar penyakit HIV/AIDS
pekerja seks di sebuah area
lokalisasi tidak menggunakan
kondom saat bekerja.
- Hasil wawancara yang lain adalah
mereka tidak mengetahui bahaya
yang terjadi jika tidak menggunakan
kondom.

Data Obyektif :
Hasil skrinning kesehatan dari petugas
Puskesmas Sumber Indah:
- 35% wanita menderita penyakit
kelamin
- 15% wanita terdeteksi HIV
Hasil penyebaran survei angket:
- 95% pekerja seks kurang
pengetahuan mengenai program
skrining kesehatan yang diadakan
puskesmas untuk para pekerja
- 80% pekerja seks tidak mengetahui
bahaya penyakit menular (penyakit
kelamin dan HIV/AIDS)
- 75% pekerja seks tidak mengetahui
pentingnya perawatan kesehatan
reproduksi
- 98% pekerja seks merasa
terintimidasi oleh masyarakat karena
pekerjaannya
SKORING PRIORITAS MASALAH PADA KOMUNITAS
Skor:
1 : rendah 3: tinggi
2 : sedang
No Diagnosa Keperawatan 1 2 3 4 5 6 Total
Skor
1 Koping Komunitas Tidak Efektif 1 1 1 2 3 3 11
berhubungan dengan
ketidakadekuatan sumber daya
untuk pemecahan masalah
2 Kesiapan Peningkatan 1 1 1 2 2 2 9
Manajemen Kesehatan
berhubungan dengan penyakit
HIV/AIDS

Ket :
1 : Kesadaran masyarakat terhadap masalah
2 : Motivasi masyarakat untuk menyelesaikan masalah
3 : Kemampuan masyarakat untuk menyelesaikan masalah
4 : Tersedianya fasilitas dimasyarakat
5 : Derajat keparahan masalah
6 : Waktu untuk menyelesaikan masalah

B. Diagnosa Keperawatan
1. Koping Komunitas Tidak Efektif berhubungan dengan ketidakadekuatan sumber daya
untuk pemecahan masalah
2. Kesiapan Peningkatan Manajemen Kesehatan berhubungan dengan penyakit HIV/AIDS

C. Perencanaan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Intervensi (SIKI)
(SDKI) Kriteria Hasil
(SLKI)
1. D.0095 Koping Komunitas L.05089 Status Edukasi Kesehatan
Tidak Efektif berhubungan Koping Komunitas (I.12383)
dengan ketidakadekuatan Observasi
sumber daya untuk Ekspektasi: - Identifikasi
pemecahan masalah Membaik kesiapan dan
kemampuan
Data Subyektif (wawancara): Kriteria Hasil: menerima
- Hasil wawancara 1. Keberdaayaan informasi
Puskesmas Sumber komunitas - Identifikasi faktor-
Indah menunjukkan meningkat faktor yang dapat
sebagaian besar pekerja 2. Pemecahan meningkatkan dan
seks di sebuah area masalah menurunkan
lokalisasi tidak komunitas motivasi perilaku
menggunakan kondom meningkat hidup bersih dan
saat bekerja. 3. Partisipasi sehat
- Hasil wawancara yang masyarakat
lain adalah mereka tidak meningkat Terapeutik
mengetahui bahaya yang 4. Kerentanan - Sediakan materi
terjadi jika tidak komunitas dan media
menggunakan kondom. menurun pendidikan
5. Tingkat kejadian kesehatan
Data Obyektif : penyakit menurun - Jadwalkan
Hasil skrinning kesehatan dari pendidikan
petugas Puskesmas Sumber kesehatan sesuai
Indah: kesepakatan
- 35% wanita menderita - Berikan
penyakit kelamin kesempatan untuk
- 15% wanita terdeteksi bertanya
HIV Edukasi
Hasil penyebaran survei - Jelaskan faktor
angket: risiko yang dapat
- 95% pekerja seks kurang mempengaruhi
pengetahuan mengenai kesehatan
program skrining - Ajarkan strategi
kesehatan yang diadakan yang dapat
puskesmas untuk para digunakan untuk
pekerja meningkatkan
- 80% pekerja seks tidak perilaku hidup
mengetahui bahaya bersih dan sehat.
penyakit menular
(penyakit kelamin dan
HIV/AIDS)
- 75% pekerja seks tidak
mengetahui pentingnya
perawatan kesehatan
reproduksi
- 98% pekerja seks merasa
terintimidasi oleh
masyarakat karena
pekerjaannya

D. Implementasi dan Evaluasi


No. Diagnosa Implementasi Evaluasi Paraf
Keperawatan
1. Koping Komunitas Selasa, 12 Januari 2021 S: TIM
Tidak Efektif Jam : 09.00 WIB - 60% dari 95%
berhubungan dengan - Mengidentifikasi pekerja seks
ketidakadekuatan kesiapan dan mengatakan sudah
sumber daya untuk kemampuan menerima mengerti masalah
pemecahan masalah informasi penyakit HIV/AIDS
Hasil: 95% pekerja seks dan mau mengikuti
kurang pengetahuan program skrinning
mengenai program skrining kesehatan yang
kesehatan yang diadakan diadakan di
puskesmas untuk para Puskesmas Sumber
pekerja 80% pekerja seks Indah
tidak mengetahui bahaya - 75% dari 98%
penyakit menular (penyakit pekerja seks
kelamin dan HIV/AIDS) mengatakan akan
menggunakan
kondom saat bekerja
Jam 10.00 WIB dan mengetahui
Menyediakan materi dan perawatan kesehatan
media pendidikan kesehatan reproduksinya
dan menjelaskan faktor
risiko yang dapat
mempengaruhi kesehatan
Hasil : 70% dari 90% O :
masyarakat dengan beberapa - Pekerja seks di daerah
pekerja seks menghadiri dan Puskesmas Sumber
mengikuti pendidikan Indah terlihat antusias
kesehatan tentang dalam mendengarkan
HIV/AIDS penjelasan pendidikan
kesehatan menstruasi
Jam 13.30 - 40% pekerja seks di
Mengajarkan strategi yang daerah Puskesmas
dapat digunakan untuk Sumber Indah mampu
meningkatkan perilaku menjelaskan kembali
hidup bersih dan sehat. penyebab dan pemicu
Hasil : HIV/AIDS dan strategi
- 60% dari 95% pekerja perilaku hidup sehat
seks mengatakan akan dan bersih
melakukan
pemeriksaan dan A :
pengobatan terkait Koping Komunitas Tidak
penyakit menular Efektif berhubungan
yang dialami dengan ketidakadekuatan
- 75% dari 98% pekerja sumber daya untuk
seks mengatakan akan pemecahan masalah
menggunakan teratasi sebagian
kondom saat bekerja
dan mengetahui P :
perawatan kesehatan Lakukan pemantauan
reproduksinya tentang skrinning
kesehatan para pekerja
seks dan kepatuhan
dalam pemakaian alat
konrasepsi kondom.

Anda mungkin juga menyukai