ARTRITIS REUMATOID
DI SUSUN OLEH:
RIA NUR FIANA (NIM:1914201136)
2019/2020
BAB I
PENDAHULUAN
BAB 1
PENDAHULUAN
1
jiwa kemudian pada bulan Januari sampai bulan April 2015, didapatkan angka
kejadian gangguan jaringan lunak lainnya (reumatik) menempati posisi
keempat dari 10 penyakit terbesar di kota Palembang dengan jumlah penderita
18.260 jiwa.
Puskesmas Basuki Rahmat Palembang merupakan wilayah yang padat
penduduk dimana kasus Artritis Reumatoid sering terjadi pada wilayah
tersebut dengan total kunjungan pasien mencapai 1.000 sampai 2.000 jiwa
pada setiap bulannya. Data dari Puskesmas Basuki Rahmat menunjukkan
bahwa pada tahun 2013 penyakit akut pada system otot dan jaringan pengikat,
tulang sendi serta reumatik termasuk dalam urutan ke-2 dari 10 penyakit
terbesar dengan jumlah penderita sebanyak 3.499 jiwa. Sedangkan pada tahun
2014 terjadi peningkatan jumlah penderita penyakit akut pada system otot dan
jaringan pengikat, tulang sendi serta rematik yaitu sebanyak 3.562 jiwa (Profil
Puskesmas Basuki Rahmat Palembang, 2014).
Dampak dari penyakit rematik adalah terganggunya aktivitas karena
nyeri, tulang menjadi keropos, terjadi perubahan bentuk tulang. Dari 100 jenis
rematik, diketahui Artritis Reumatoid yang dapat menyebabkan kecacatan
yang paling parah pada penderitanya. Asupan makanan yang kurang sehat,
kurangnya berolahraga, stress dan lain sebagainya diketahui sebagai faktor
pencetus terjadinya rematik. Salah satu solusi untuk penyakit ini adalah
dengan menjaga perilaku hidup sehat baik dari aktivitas, seperti rajin
berolahraga, dan memenuhi kebutuhan nutrisi dengan sempurna dengan cara
memenuhi asupan makanan yang bergizi, hal itu dianjurkan untuk mengurangi
kekakuan pada sendi, dan untuk meminimalisirkan bagi yang sudah menderita
penyakit rematik tidak berulang atau mengalami kekambuhan (Purwoastuti,
2009).
BAB III
TINJAUAN TEORI
A. DEFINISI
B. Etiologi
Penyebab utama dari kelainan ini tidak diketahui. Ada beberapa teori
yang dikemukakan mengenai penyebab arthtritis reumatoid, yaitu :
1. Infeksi streptokokus hemolitikus dan streptokokus non hemolitikus
2. Endokrin
3. Autoimun
4. Metabolic
5. Faktor genetik serta faktor pemicu
Pada saat ini, arthtritis reumatoid diduga disebabkan oleh faktor autoimun dan
infeksi. Autoimun ini bereaksi terhadap kolagen tipe II ;
faktor injeksi mungkin disebabkan oleh virus dan organisme mikroplasma atau group
difteriod yang menghasilkan antigen kolagen tipe II dari tulang rawan sendi penderita.
Kelainan yang dapat terjadi pada suatu arthtritis reumatoid yaitu :
1. Kelainan pada daerah artikuler
a. Stadium I (stadium sinovitis)
b. Stadium II (stadium destruksi)
c. Stadium III (stadium deformitas)
2. Kelainan pada jaringan ekstra-artikuler
D. Patofisiologi
Pemahaman mengenai anatonomi normal dan fisiologi persendian diartrodial atau
sinovial merupakan kunci untuk memahami patofisiologi penyakit reumatik. Fungsi
persendian sinovial memilki kisaran gerak tertentu kendati masing-masing orang tidak
mempunyai kisaran gerak yang sama pada sendi-sendi yang dapat digerakkan.
Pada sendi sinovial yang normal, kartilago artikuler membungkus ujung tulang
pada sendi dan menghasilkan permukaan yang licin serta ulet untuk gerakkan.
Membran sinovial melapisi dinding dalam kapsula fibrosa dan mensekresi cairan ke
dalam ruangan antar tulang. Fungsi dari
cairan sinovial ini yaitu sebagai peredam kejut (shock absorber) dan pelumas yang
memungkinkan sendi untuk bergerak secara bebas dalam arah yang tepat.
Sendi merupakan salah satu bagian tubuh yang paling sering terkena inflamasi.
Meskipun memilki keankearagaman mulai dari kelainan yang terbatas pada satu sendi
hingga kelainan multisistem yang sistemik, semua penyakit rematik meliputi inflamasi
dan degenerasi dalam derajat tertentu yang bisa terjadi sekaligus. Inflamasi ini akan
terlihat pada persendian sebagai sinovitis. Pada penyakit rematik inflamatori,
inflamasi adalah proses primer dan degenerasi yang terjadi merupakan proses
sekunder yang timbul akibat pembentukan pannus (proliferasi jaringan sinovial).
Inflamasi tersebut merupakan akibat dari respon imun tersebut.
Sebaliknya, pada penyakit rematik degeneratif dapat terjadi proses inflamasi
yang sekunder sinovitis ini biasanya lebih ringan serta menggambarkan suatu proses
reaktif, dan lebih besar kemungkinannya untuk terlihat pada penyakit lanjut.
Pelepasan proteoglikan tulang rawan yang bebas dari kartilago artikuler yang
mengalami degenerasi dapat berhubungan dengan sinovitis kendati faktor-faktor
imunologi dapat pula terlibat (Smeltzer dan Bare, 2002).
Pada artritis reumatoid, reaksi autoimun terutama terjadi pada jaringan sinovial.
Proses fagositosis menghasilkan enzim-enzim dalam sendi. Enzim-enzim tersebut
akan memecah kolagen sehingga terjadi edema, proliferasi membran sinovial, dan
akhirnya membentuk panus. Panus akan menghancurkan tulang rawan dan
menimbulkan erosi tulang, akibatnya menghilangkan permukaan sendi yang akan
mengganggu gerak sendi. Otot akan turut terkena karena serabut otot akan mengalami
perubahan generatif dengan menghilangnya elastisitas otot dan kekuatan kontraksi
otot (Lukman, 2009)
Faktor Pencetus: Bakteri,
mikroplasma, atau virus
Pemecahan
Terbentuk Kolagen Kekakuan sendi
nodul- nodul
rematoid
ekstrasinoviu
m
Edema, poliferasi Rentang Gerak
membrane sinovial Berkurang
Kerusakan sendi
Progresif
Ndx: Gangguan
Ndx: Kerusakan Citra Tubuh
Mobilitas Fisik Panus
Kartilago Hambatan
dirusak Aliran Darah
Nekrosis Sel
Penurunan
elastisitas dan
kontraksi otot
F. Komplikasi
Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah gastritis dan ulkus
peptik yang merupakan komplikasi utama penggunaan obat anti inflamasi non
steroid (OAINS) atau obat pengubah perjalanan penyakit DMARD (disease
modifying antirheumatoid drugs) yang menjadi faktor penyebab morbiditas dan
mortalitas utama pada artritis rheumatoid. Komplikasi saraf yang terjadi tidak
memberikan gambaran yang jelas, sehingga sukar dibedakan antara akibat lesi
artikular dan lesi neuropatik. Umumnya berhubungan dengan mielopati akibat
ketidakstabilan vertebra servikal dan neuropati iskemik akibat vaskulitis (Mansjoer, 1999).
E. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan penunjang ini tidak banyak berperan dalam diagnosis artirits
reumatoid, pemeriksaan laboratorium mungkin dapat sedikit membantu untuk melihat
prognosis pasien, seperti :
1. Pemeriksaan Laju Endap Darah (LED) akan meningkat
2. Tes faktor reuma biasanya positif pada lebih dari 75% pasien artritis reumatoid
terutama bila masih aktif. Sisanya dapat dijumpai pada pasien lepra, TB paru, sirosis
hepatis, penyakit kolagen dan sarkoidosis
3. Leukosit normal atau meningkat sedikit
4. Trombosit meningkat
5. Kadar albumin serum turun dan globulin
6. Jumlah sel darah merah dan komplemen C4 menurun
7. Protein C-reaktif dan antibodi antinukleus (ANA) biasanya positif
8. Laju sedimentasi eritrosit meningkat menunjukkan inflamasi
9. Tes aglutinasi lateks menunjukkan kadar igG atau igM (faktor mayor dari
rheumatoid) tinggi. Makin tinggi iter, makin berat penyakitnya
10. Pemeriksaan sinar-X dilakukan untuk membantu penegakkan diagnosa dan
memantau perjalanan penyakit. Foto rontgen menunjukkan erosi tulang yang khas
dan penyempitan rongga sendi yang terjadi kemudian dalam perjalanan penyakit
tersebut (Mansjoer, 1999 dan Rosyidi 2013).
F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada pasien dengan Arthtritis Reumatoid yaitu :
1. Langkah pertama dari program penatalaksanaan artritis reumatoid adalah
memberikan pendidikan kesehatan yang cukup tentang penyakit kepada klien,
keluarganya, dan siapa saja yang
BAB III
LAPORAN KASUS
1. PENGKAJIAN
NAMA : Ny. A
UMUR :50tahun
SUKU :Sunda
AGAMA :Islam
ALAMA :Jl. Peta selatan No1 RT/RW: 001/002 kel. Kalideres, kec.
TANGGAL PEMERIKSAAN:02/02/20
2. KELUHAN UTAMA
nyeri kedua lutut kaki, pergelangan dan persendian
3. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Pasien datang sadar menggunakan kursi roda pada tangggal 02/05/20. Dengan keluhan nyeri
sendi di luitut kiri dan kanan sejak SMRS. Sampai sakit saat berjalan. Kelihan pertama kali
dirasakan sejak 2 bulan SMRS. Semakin hari semakin memberat 2 hari SMRS. Nyeri terasa
di pergelangan tangan dan jari-jari tangan dan kiri terutama ibu jari, telunjuk, awalnya
tengah. Terasa kaku di pangkal jari-jari tangan dan pergelangan dan jarinya2 bengkak. Nyeri
dirasakannya menjadi kemerahan dan bengkak sehingga tidak bias berjalan, kemudian pasien
mersakan nyeri di sendi-sendi yang lain seperti leher, Bahu siku, dan pinggang keluhan
membaik pada saat istirahat.
4. Riwayat Pengobatan
Sejak keluhan muncul, pasien sempat memeriksakan diri ke dokter klinik
sebanyak 3 kali. Saat periksa tersebut pasien dicek kadar asam uratnya dan
dinyatakan normal, pasien juga tidak dijelaskan mengenai jenis penyakit yang
dideritanya dan hanya diberikan berbagai macam obat mulai dari obat oral dan
suntik namun pasien mengatakan lupa jenis dan merk obatnya. Ketika obat habis,
pasien memeriksakan kembali keluhannya yang tidak membaik ke dokter lainnya.
Pasien juga membeli obat-obatan sendiri seperti tablet penambah stamina dan
parasetamol. Karena merasa lemas sejak satu hari SMRS, pagi hari SMRS pasien
meminum tablet penambah stamina dan beberapa saat kemudian semakin lemas
karena mengganggap mengonsumsi obat tanpa makan terlebih dahulu.
5. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien sebelumnya tidak pernah mengalami keluhan nyeri sendi dan
bengkak seperti ini. Riwayat hipertensi, penyakit jantung, penyakit ginjal, dan
l disangkal oleh pasien. Sekitar 2 tahun lalu pasien hanya pernah MRS di RS
6. Riwayat Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang pernah mengalami keluhan yang sama.
Riwayat hipertensi, penyakit jantung, penyakit ginja pada keluarga
disangkal oleh pasien
2
7. Riwayat Sosial dan Pribadi
Pasien tidak bekerja sebagai IRT. Pasien hanya dirumah mengurus suami dan kedua anaknya dan
mengurus rumah pasien tidak memiliki kebiasan mengkonsumsi makan kusus karena selalu berganti-
ganti
8. PEMERIKSAAN FISIK (02/05/20)
Status Present
Keadaan Umum
: Sedang
Kesadaran
: Compos Mentis
GCS
: E4V5M6
Tekanan darah
: 120/80 mmHg
Nadi
: 88 x/menit reguler
Respirasi
: 20 x/menit
Temperatur
: 36,5ºC
BB / TB
: 45 kg / 152 cm
BMI
: 19,47 kg/m
Satus Gizi
: Baik
VAS
: 4/10 (nyeri sendi)
Status General
Mata
: anemis (-/-), ikterus (-/-), refleks pupil (+/+) isokor,
edema palpebra (-/-)
THT
: dalam batas normal,
: pembesaran kelenjar limfe (-)
Leher
Thoraks
: simetris
Cor:
Inspeksi : iktus kordis tidak tampak
Palpasi
: iktus kordis tidak teraba
Perkusi
: batas atas jantung ICS II, batas kanan jantung
parasternal
line dekstra, batas kiri jantung
midclavicular line sinistra ICS V
Auskultasi : S1 S2 tunggal, reguler, murmur (-)
Pulmo: Inspeksi
: Simetris saat statis & dinamis, retraksi (-)
Palpasi
: Vokal fremitus N|N
N|N
N|N
Perkusi
: sonor | sonor
sonor | sonor
sonor | sonor
Auskultasi : vesikuler +|+,
Abdomen
Inspeksi
: Distensi (-),
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Palpasi
: Nyeri tekan (-), hepar tidak teraba, lien tidak teraba
Perkusi
: Timpani
Ekstremitas
: Hangat +|+ edema -|-
+|+
-|-
Status Lokalis
Sendi Proximal Interphalangeal (PIP) digiti I, II, III dekstra dan sinistra
Inspeksi
9. Pemeriksaan
penunjang : eritema (-), edema (+), kontraktur(-),nodul rematoid
Palpasi : hangat (+), nyeri tekan (+)
ROM
: terbatas
Sendi Genu Dekstra dan Sinistra
Inspeksi
: eritema (+), edema (+), kontraktur (-)
Palpasi
: hangat (+), nyeri tekan (+), bulging (-), krepitasi (-)
ROM
: terbatas
3.5 PEMERIKSAAN PENUNJANG
3
Pemeriksaan Remarks
WBC 13,31 4,10-11,00 Tinggi
% NEUT 81,8 % 3
47,00-80,00 Tinggi
3
% LYMPH 9,2 % 3 13,00-40,00 Rendah
3
% MONO 6,3 % 2,00-11,00
3
% EOS 1,6 6
% 0,00-5,00
% BASO 0,1 % 0,00-2,00
3
#NEUT 10,89 10 µL 2,50-7,50 Tinggi
#LYMPH 1,23 10 µL 1,00-4,00
#MONO 0,84 10 µL 0,10-1,20
#EOS 0,21 10 µL 0,00-0,50
#BASO 0,02 10 µL 0,00-0,10
RBC 4,69 10 µL 4,00 – 5,20
Hemoglobin 11,1 g/dL 12,00-16,00 Rendah
Hematokrit 38,0 % 36,00-46,00
Platelet 426 10 µL 140,00-440,00
MCV 81,0 fL 80,00-100,00
MCH 23,6 Pg 26,00-34,00
MCHC 29,2 g/dL 31,00-36,00
RDW 11,4 % 11,60-14,80 Rendah
MPV 5,3 fL 6,80-10,00 Tinggi
Kimia Klinik (13 September 2015)
21
Uric acid 2,9 mg/dL 2,00-5,70
Natrium (Na) 132 mmol/L 136-145 Rendah
Kalium (K) 3,08 mmol/L 3,50-5,10 rendah
Urinalisis (13 September 2015)
Hematologi (13 September 2015)
Imunologi (15 September 2015)
Kimia Klinik (15 September 2015)
Foto Thorax AP:
Cor
: kesan membesar
Pulmo
: tak tampak infiltrat/nodul
Sinus pleura kanan kiri tajam
Diaphragma kanan kiri normal
Tulang-tulang tidak tampak kelainan
Kesan : cardiomegaly
Pulmo tak tampak kelainan
Foto Manus Kanan-Kiri AP/Oblique:
Tampak non-union fraktur avulsi processus st
yloideus os ulna kiri
Trabekulasi tulang normal
Celah dan permukaan sendi baik
Tak tampak erosi/destruksi tulang
Tak tampak soft tissue mass/swelling
Kesan : non-union fraktur avulsi processu
s styloideus os ulna kiri
Tulang-tulang manus kanan tak tampak k
elainan
Foto Genu Kanan-Kiri AP/Lateral:
Aligment baik
Tampak osteophyte pada condylus lateral
is et medialis dan eminentia
intercondylaris os tibia kanan-kiri, margo p
osteroinferior os patella kanan-
kiri
Trabekulasi tulang normal
Celah dan permukaan sendi baik
Tak tampak erosi/destruksi tulang
Tampak soft tissue swelling regio genu kan
an-kiri
Kesan : osteoarthritis genu bilateral gra
de I (Kellgren-lawrence)
Soft tissue swelling regio genu kanan-
kiri
Foto Pedis Kanan-Kiri AP/Lateral:
Aligment b2aik
Tak tampak garis fraktur/dislokasi
Trabekulasi tulang normal
Celah dan permukaan sendi baik
Tak tampak erosi/destruksi tulang
Tak tampak soft tissue mass/swelling
Kesan : Tulang-tulang pedis kanan-kiri
tak tampak kelainan
DIAGNOSIS
-
Rheumatoid Arthritis dd SLE
-
Secondary Osteoarthritis Genu D et S
PLANNING
Terapi
IVFD NS 20 tpm
Paracetamol 4x750mg io
Na diclofenac 3x50mg io
Metotrexat 1x7,5mg io
Analisa data
-
33