Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

Transkultural dalam Praktek keperawatan


Dosen pembimbing:Sukmawati, S. Kep. Ns. M. Pd

Disusun oleh:
Nama:Fisahtul mutmainnah
Nim : P00620221012

POLTEKKES KEMENKES MATARAM


TAHUN AJARAN 2020/2021

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Swt. Yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga dapat menyelesaikan tugas yang berjudul “transkultural dalam praktek keperawatan’ini
tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata kuliah
Antropologi. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang transkultural
di kehidupan sehari-hari bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Terlebih dahulu, saya mengucapkan terima kasih kepada selaku Dosen Antropologi yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang
studi yang kami tekuni ini.

Penulis

Fisahtul mutmainnah
DAFTAR ISI

JUDUL................................................................................................................................

KATA PENGANTAR.............................................................................................................

DAFTAR ISI..........................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang…………………………...........................................................................


1.2 Rumusan masalah…………………………......................................................................
1.3 Tujuan penulisan…………………………........................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

a. Pengertian Transkultural..........................................................................................
b. Karakteristik Budaya...............................................................................................
c. Budaya Kesehatan Keluarga Di Indonesia...............................................................

BAB III PENUTUP

2.1 Kesimpulan.............................................................................................................

2.2 Saran.......................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang
hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Pemeliharaan kesehatan adalah upaya penaggulangan
dan pencegahan gangguan kesehatan yang memerlukan pemeriksaan, pengobatan dan/atau
perawatan termasuk kehamilan dan persalinan. Pendidikan kesehatan adalah proses membantu
sesorang, dengan bertindak secara sendiri-sendiri ataupun secara kolektif, untuk membuat
keputusan berdasarkan pengetahuan mengenai hal-hal yang mempengaruhi kesehatan pribadinya
dan orang lain. Definisi yang bahkan lebih sederhana diajukan oleh Green dan para koleganya yang
menulis bahwa pendidikan kesehatan adalah kombinasi pengalaman belajar yang dirancang untuk
mempermudah adaptasi sukarela terhadap perilaku yang kondusif bagi kesehatan. Menjadi seorang
tenaga kesehatan (perawat) bukanlah hal yang mudah. Seorang perawat harus siap fisik maupun
mental, karena tugas seorang perawat sangatlah berat. Di Indonesia ini jumlah perawat memang
tidak sedikit, tetapi untuk di pelosok daerah masih banyak masyarakat yang belum paham akan arti
dari profesi tenaga medis. Perawat yang siap mengabdi di kawasan pedesaan, artinya ia juga harus
siap dengan konsekuensi yang akan terjadi. Tak mudah mengubah pola pikir ataupun kebiasaan
masyarakat. Apalagi, masalah proses pertolongan atau penyembuhan. Kehadiran tenaga medis
dengan spesialisasi melayani masyarakat di beberapa daerah terpencil merupakan hal yang baru
dan tidak mudah untuk beradaptasi dengan budaya dan kebiasaan masyarakat. Pembangunan
kesehatan yang cenderung urban-based harus terus diimbangi dengan upaya-upaya pelayanan
kesehatan yang bersifat rujukan, bersifat luar gedung maupun yang bersifat satelit pelayanan.
Dengan demikian, pembangunan kesehatan dapat menjangkau kantong-kantong penduduk risiko
tinggi yang merupakan penyumbang terbesar kejadian sakit dan kematian. Kelompok-kelompok
penduduk inilah yang sesungguhnya lebih membutuhkan pertolongan karena selain lebih rentan
terhadap penyakit, kemampuan membayar mereka jauh lebih sedikit.

1.2 Rumusan Masalah

1.Bagaimanakah pengertian transkultural dalam praktek keperawatan?

2 .Bagaimana Karakteristik transkultural dalam praktik keperawatan?

3.Bagaimana budaya kesehatan keluarga di Indonesia dalam praktek keperawatan?


1.4 Tujuan
1.Menjelaskan bagaimana pengertian transkultural dalam praktek keperawatan.
2.Menjelaskan bagaimana karakteristik transkultural dalam praktik keperawatan.
3.Menjelaskan bagaimana asuhan keperawatan transcultural dalam praktik keperawatan.
4.Menjelaskan bagaimana pengaruh budaya kesehatan keluarga dalam praktek
Keperawatan.
BAB II
Tinjauan pustaka

A. Pengertian Transkultural
Keperawatan transkultural adalah ilmu dengan kiat yang humanis yang difokuskan pada
perilaku individu/kelompok serta proses untuk mempertahankan atau meningkatkan
perilaku sehat atau sakit secara fisik dan psikokultural sesuai latar belakang budaya.
Sedangkan menurut Leinenger (1978), keperawatan transkultural adalah suatu
pelayanan keperawatan yang berfokus pada analisa dan studi perbandingan tentang
perbedaan budaya. Tujuan dari transkultural nursing adalah untuk mengidentifikasi,
menguji, mengerti dan menggunakan:

 Norma

 Pemahaman

 Keperawatan

 Transcultural

Dalam Meningkatkan Kebudayaan spesifik dalam asuhan keperawatan. Asumsinya


adalah berdasarkan teori caring, caring adalah esensi dari, membedakan, mendominasi
serta mempersatukan tindakan keperawatan. Perilaku caring diberikan kepada manusia
sejak lahir hingga meninggal dunia. Human caring merupakan fenomena universal
dimana,ekspresi, struktur polanya bervariasi diantara kultur satu tempat dengan
tempat lainnya.
Konsep dan Prinsip dalam Asuhan Keperawatan Transkultural.
Konsep dalam keperawatan transkultural adalah :
1.)Budaya; Norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok yang dipelajari, dibagi
serta memberi petunjuk dalam berfikir, bertindak dan mengambil keputusan.
2.)Nilai budaya; Keinginan individu atau tindakan yang lebih diinginkan atau suatu
tindakan yang dipertahankan pada suatu waktu tertentu dan melandasi tindakan dan
keputusan.
3.) Perbedaan budaya dalam asuhan keperawatan; Merupakan bentuk yang optimal
dalam pemberian asuhan keperawatan.
4.)Etnosentris; Budaya-budaya yang dimiliki oleh orang lain adalah persepsi yang dimiliki
individu menganggap budayanya adalah yang terbaik.
5.) Etnis; Berkaitan dengan manusia ras tertentu atau kelompok budaya yang
digolongkan menurut cirri-ciri dan kebiasaan yang lazim.
6.) Ras; Perbedaan macam-macam manusia didasarkan pada mendiskreditkan asal
muasal manusia. Jenis ras umum dikenal kaukasoid, negroid,mongoloid.
7.) Etnografi/Ilmu Budaya;
Pendekatan Metodologi Pada penelitianEtnografi Memungkinkan perawat untuk
mengembangkan kesadaran yang tinggi pada pemberdayaan budaya setiap individu.
8) Care; Fenomena yang berhubungan dengan bimbingan bantuan, dukungan perilaku
pada:Individu,Keluarga Dan Kelompok Dengan Adanya Kejadian Untuk Memenuhi
kebutuhan baik actual maupun potensial untuk meningkatkan kondisi dan kualitas
kehidupan manusia 9) Caring; Tindakan langsung yang diarahkan untuk membimbing,
mendukung dan mengarahkan individu, keluarga atau kelompok pada keadaan yang
nyata atau antisipasi kebutuhan untuk meningkatkan kondisi kehidupan manusia 10)
Culture care; Kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai, kepercayaan dan pola
ekspresi digunakan untuk membimbing, mendukung atau member kesempatan
individu, keluarga atau kelompok untuk mempertahankan kesehatan, sehat dan
berkembang bertahan hidup dalam keterbatasan dan mencapai kematian dengan
damai.

B. Karakteristik Budaya

Konsep Budaya dalam Praktik Keperawatan Perawat perlu memahami budaya untuk
mengembangkan sains dan pohon keilmuan yang humanis sehingga tercipta praktik
keperawatan pada kultur yang spesifik dan universal. Kultur yang spesifik adalah kultur
dengan nilai-nilai norma spesifik yang tidak dimiliki kelompok lain, seperti bahasa.
Sedangkan kultur yang universal adalah nilai atau norma yang diyakini dan dilakukan
hampir oleh semua kultur, seperti budaya olahraga membuat badan sehat dan bugar.
Dalam melaksanakan praktik keperawatan yang bersifat humanis, perawat perlu
memahami landasan teori dan praktik keperawatan yang berdasarkan budaya (Kozzier
dan Erb, 2010). Budaya memiliki dua komponen, yaitu nyata (mudah dilihat) dan
tersembunyi (kurang terlihat). Diantara dua komponen budaya tersebut, yang paling
sering menjadi penggerak terbesar di balik praktik nyata seseorang adalah sistem nilai
kepercayaan tersembunyi. Sebagai contoh, meskipun seorang yang beragama mudah
dikenali dengan benda-benda yang dikenakannya (rambut yang tidak dipotong,
menggunakan sisir kayu, janggut, ikat kepala, pakaian dalam dari bahan katun, gelang
besi, dan pisau pendek), perawat tidak dapat menilai arti dan kepercayaan berhubungan
dengan benda-benda tersebut tanpa penilaian lebih lanjut. Benda-benda tersebut
menggambarkan kesetiaan mereka terhadap filosofi Sikhism, dan memindahkan benda-
benda tersebut tanpa izin dari individu tersebut atau keluarganya merupakan tindakan
yang melanggar kesucian dan menghina identitas agama mereka. Di lain pihak, seorang
wanita muda Arab memakai kerudung bukan karena kepercayaannya, melainkan karena
norma budaya mereka. Di dalam konsep budaya yang berhubungan dengan praktik
keperawatan, terdapat beberapa definisi istilah yang penting diketahui oleh perawat,
yaitu: 1. Subkultur Kelompok budaya yang besar seringkali terdiri dari beberapa
kelompok subkultur atau subsistem. Subkultur biasanya tersusun dari sekelompok orang
atau Komunitas dengan karakteristik tertentu yang masih bertalian dengan budaya
kelompok besar Aspek Budaya yang Mempengaruhi Kesehatan.aspek budaya yang
dapat mempengaruhi kesehatan antara lain:
1. Pengaruh tradisi Ada beberapa tradisi di dalam masyarakat yang dapat berpengaruh
negatif terhadap kesehatan masyarakat, seperti tradisi tarak setelah melahirkan.
2. Sikap fatalistis Fatalistis adalah sikap seseorang yang dianggap sangat putus asa
dalam segala hal. Orang yang memiliki paham dan sikap seperti ini cenderung dikuasai
nasib dan tidak bisa mengubahnya. Contoh: Beberapa anggota masyarakat di kalangan
kelompok tertentu yang beragama Islam percaya bahwa anak adalah titipan Tuhan, dan
sakit atau mati adalah takdir, sehingga masyarakat kurang berusaha untuk segera
mencari pertolongan pengobatan bagi anaknya yang sakit.
3. Sikap ethnosentris Sikap yang memandang kebudayaan sendiri yang paling baik jika
dibandingkan dengan kebudayaan pihak lain.
4. Pengaruh perasaan bangga pada statusnya Contoh: Dalam upaya perbaikan gizi, di
suatu daerah pedesaan tertentu, menolak untuk makan daun singkong, walaupun
mereka tahu kandungan vitaminnya tinggi. Setelah diselidiki ternyata masyarakat
beranggapan daun singkong hanya pantas untuk makanan kambing, dan mereka
menolaknya karena status mereka tidak dapat disamakan dengan kambing.

Pelayanan kompetenSecara budaya adalah Kemampuan perawat Menghilangkan


perbedaan dalam pelayanan, bekerja sama dengan budaya yang berbeda, serta membuat klien dan
keluarganya mencapai pelayanan yang penuh arti dan suportif. Pelayanan kompeten secara budaya
membutuhkan pengetahuan khusus, keterampilan, dan sikap dalam menyampaikan bentuk
pelayanan yang sama secara budaya.

Leininger sunrise model merupakan pengembangan dari model konseptual asuhan


keperawatan transkultural. Bagian atas dari sunrise model menjelaskan perkembangan
pengetahuan tentang budaya, manusia dan sistem asuhan. Jika ini digunakan secara
tepat dapat mencegah syock budaya. Level ini sama dengan fase pengkajian dan
diagnosa dari proses keperawatan. Pengetahuan tentang budaya dilakukan sebelum
mengidentifikasi hal-hal yang spesifik dari klien yang difokuskan pada proses
keperawatan. Pertama kali mengumpulkan informasi dan pemahaman pasien mengenai
struktur sosial dan pandangan dunia. Informasi lain yang dibutuhkan yaitu bahasa dan
lingkungan klien teknologi, agama, filosopi,Kekeluargaan, struktur sosial, nilai-nilai
budaya dan keyakinan, holistik, sistem hukum, ekonomi dan pendidikan.
1. Faktor teknologi Teknologi kesehatan adalah sarana yang memungkinkan individu
untuk memilih atau mendapat penawaran untuk menyelesaikan masalah dalam
pelayanan kesehatan. Berkaitan dengan pemanfaatan teknologi kesehatan, maka
perawat perlu mengkaji persepsi individu tentang penggunaan dan pemanfaatan
teknologi untuk mengatasi permasalahan kesehatan saat ini, alasan mencari pelayanan
kesehatan, persepsi sehat sakit , kebiasaan berobat atau mengatasi masalah kesehatan.
2. Faktor keagamaan dan falsafah hidup Agama adalah sauatu system symbol yang
mengakibatkan pandangan dan motivasi yang realistis bagi para pemeluknya. Agama
memberikan motivasi kuat sekali untuk menempatkan kebenarannya diatas segalanya
bahkan diatas kehidupannya sendiri. Faktor agama yang perlu dikaji perawat seperti:
agama yang dianut, kebiasaan agama yang berdampak positif terhadap kesehatan,
berihtiar untuk sembuh tanpa mengenal putus asa, mempunyai konsep diri yang utuh.
3. Faktor social dan keterikatan keluarga Faktor social dan kekeluargaan yang perlu
dikaji oleh perawat: nama lengkap dan nama panggilan dalam keluarga, umur atau
tempat dan tanggal lahir, jenis kelamin, status, tipe keluarga, penggambilan keputusan
dalam angota keluarga, hubungan klien dengan kepala keluarga, kebiasaan rutin yang
dilakukan keluarga. 4. Faktor nilai budaya dan gaya hidup Nilai adalah konsepsi-konsepsi
abstrak didalam diri manusia mengenai apa yang diangap baik dan buruk. Hal-hal yang
perlu dikaji berhubungan dengan nilai-nilai budaya dan gaya hidup adalah posisi dan
jabatan, bahasa yang digunakan, kebiasaan membersihkan diri, kebiasaan makan,
pantangan makan
Berkaitan dengan kondisi sakit, sarana hiburan yang dimanfaatkan dan persepsi sakit
berkaitan dengan aktivitas sehari-hari.
5. Faktor peraturan dan kebijakan Peraturan dan kebijakan yang berlaku adalah segala
sesuatu yang mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan keperawatan
transkultural. Misalnya: peraturan dan kebijakan yang berkaitan dengan jam
berkunjung, jumlah anggota keluarga yang menunggu.
6. Faktor ekonomi Klien yang dirawat dapat memanfaatkan sumber-sumber material
yang dimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh. Sumber ekonomi yang ada
pada umumnya dimanfaatkan klien antara lain asuransi, biaya kantor, tabungan. Faktor
ekonomi yang harus dikaji oleh perawat antara lain seperti pekerjaan klien, sumber
biaya pengobatan.
7. Faktor pendidikan Latar belakang pendidikan individu adalah pengalaman individu
dalam menempuh jalur pendidikan formal tertinggi saat ini.

 Transkultural
Lintas budaya, budaya yang satu mempengaruhi budaya yang lain
Mengapa perlu mempelajari transkultural nursing ? ?
- Semua asuhan keperawatan bersifat lintas budaya.......................................
- Perawat punya kompetensi budaya berdiskusi dengan klien dan tidak
Menyebabkan konflik...........
- Kompetensi perawat ?? pengetahuan, sikap, ketrampilan
Tujuan penggunaan keperawatan transkultural adalah untuk mengembangkan sains dan
Pohon keilmuan yang humanis sehingga tercipta praktik keperawatan pada kultur yang
Spesifik dan universal. Kultur yang spesifik adalah kultur nilai-nilai norma
Spesifik yang tidak dimiliki oleh kelompok lain, seperti bahasa. Sedangkan kultur yang
Universal adalah nilai atau norma yang diyakini dan dilakukan hampir oleh semua kultur
Seperti budaya berolahraga membuat badan sehat, bugar; budaya minum teh dapat
Membuat tubuh sehat.
Dalam melaksanakan praktik keperawatan yang bersifat humanis, perawat perlu
Memahami landasan teori dan praktik keperawatan yang berdasarkan budaya. Budaya
Yang telah menjadi kebiasaan tersebut diterapkan dalam asuhan keperawatan
Transkultural, melalui 3 strategi utama: intervensi, yaitu mempertahankan, bernegosiasi
Dan merestrukturisasi budaya.

 Kompetensi Perawat Dalam Transcultural Nursing:

Standar kompetensi perawat berbasis budaya yaitu: keadilan sosial, pemikiran kritis,
pengetahuan tentang lintas budaya, praktik lintas budaya, sistem kesehatan, advokasi
pasien, pelatihan dan pendidikan, komunikasi dan kepemimpinan lintas budaya.
C. Budaya Kesehatan Keluarga Di Indonesia

Hubungan antara budaya dan kesehatan sangatlah erat hubungannya, sebagai salah satu contoh
suatu masyarakat desa yang sederhana dapat bertahan dengan cara pengobatan tertentu sesuai
dengan tradisi mereka. Kebudayaan atau kultur dapat membentuk kebiasaan dan respons terhadap
kesehatan dan penyakit dalam segala masyarakat tanpa memandang tingkatannya. Karena itulah
penting bagi tenaga kesehatan untuk tidak hanya mempromosikan kesehatan, tapi juga membuat
mereka mengerti tentang proses terjadinya suatu penyakit dan bagaimana meluruskan keyakinan
atau budaya yang dianut hubungannya dengan kesehatan. Pemberi pelayanan kesehatan khususnya
kita perawat yang menyadari benar bahwa secara kultural individu, keluarga, dan masyarakat
memiliki karakteristik yang unik dan dalam proses pemberian asuhan keperawatan akan membawa
karakteristik tersebut.

Perawat perlu mengkaji latar belakang pendidikan meliputi tingkat pendidikan, jenis pendidikan,
serta kemampuan belajar secara aktif, mandiri tentang pengalaman sakitnya sehingga tidak terulang
kembali. Setelah mengidentifikasi perbedaan dan universal budaya ,dapat disusun diagnosa
keperawatan berdasarkan harapan yang tidak sesuai dengan budaya pasien.

Selanjutnya perencanaan dan implementasi dibuat berdasarkan kebutuhan klien dan kesesuaian
budaya. Ada tiga tindakan dalam perawatan budaya yaitu:

1.Cultural Care Preservation/ maintenance

Tindakan keperawatan berfokus pada memberikan dorongan, membantu, mempasilitasi untuk


memulihkan pasien dari sakit atau kecacatan atau kematian.

2.Cultural Care Accommodation/Negotiation Perawat berupaya untuk mempasilitasi membantu


atau mendukung tindakan-tindakan dengan cara bernegosiasi dengan pasien untuk beradaftasi
dengan pola-pola asuhan yang bermanfaat atau yang sesuai dengan sasaran atau tujuan kesehatan.

3.Cultural Care Repatterning/ Restructuring. Tindakan profesional yang bertujuan membantu klien
merubah arti kesehatan atau pola hidup yang lebih sehat dengan tetap menghargai nilainilai budaya
klien. Sunrise model tidak sampai pada tahap evaluasi.

Di dalam masyarakat sederhana, kebiasaan Hidup dan adat istiadat dibentuk untuk
mempertahankan hidup diri sendiri, dan kelangsungan hidup suku mereka yang sering tidak sejalan
dengan aspek kesehatan. Di sisi lain ada kebudayaan yang sejalan dengan aspek kesehatan. Dalam
arti kebudayaan yang berlaku tersebut tidak bertentangan bahkan saling mendukung dengan aspek
kesehatan. Dalam hal ini petugas kesehatan harus mendukung kebudayaan tersebut. Tetapi kadang
kala rasionalisasinya tidak tepat sehingga peran petugas kesehatan adalah meluruskan anggapan
tersebut. B. Saran Beragamnya budaya yang ada di sekeliling kita, sebagai tenaga kesehatan
khususnya perawat harus bisa memahami budaya yang begitu beragam sehingga tidak terjadi
bentrokan dalam pemahaman budaya dengan aspek kesehatan saat ini. Itulah tuntutan nyata yang
harus dapat kita atasi di era yang serba kompleks.
BAB III

PENUTUP

2.1 Kesimpulan

Keperawatan transkultural adalah ilmu dengan kiat yang humanis yang difokuskan pada perilaku
individu/kelompok serta proses untuk mempertahankan atau meningkatkan perilaku sehat atau
sakit secara fisik dan psikokultural sesuai latar belakang budaya.

2.2 Saran

Makalah ini disusun untuk memudahkan proses belajar mengajar,baik sebagai materi bimbingan
maupun sebagai materi ajar pada mata kuliah Antropologi.setelah mengetahui tentang Transkultural
budaya, karakteristik budaya,dan budaya ksehatan keluarga dalam praktek keperawatan dengan
baik dan benar.
DAFTAR PUSTAKA

Effendy, Ferry. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori Dan Praktik Dalam Keperawatan.
Jakarta. Salemba Medika Setiadi, Elly M, dkk. 2006. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta : Kencan
Sudarma, Momon. 2008. Sosiologi untuk Kesehatan. Jakarta : Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai