Anda di halaman 1dari 11

SATUAN ACARA PENYULUHAN

GASTRITIS
Topik : Gastritis
Sub pokok bahasan : Pencegahan gastritis
Sasaran : Warga Kelurahan Ule RT 17 RW 07
Hari / Tanggal : Selasa, 02 November 2021
Waktu : 10.45- selesai
Tempat : Kelurahan Ule RT/RW 17/07
Penyuluh : Imania Saharani

A. LATAR BELAKANG
Gatritis merupakan inflamasi dari lapisan mukosa dan submukosa gaster atau lambung, keluhan
lainnya adalah mual, muntah, kembung, rasa penuh atau terbakar di perut bagian atas (Andri dkk,
2011). Gastritis adalah suatu peradangan atau pendarahan pada mukosa lambung yang disebabkan
oleh faktor iritasi, infeksi, dan ketidakteraturan dalam pola makan, misalnya telat
makan, makan terlalu banyak, suka mengonsumsi makanan yang berbumbu merangsang, asam, dan
pedas (Suparyanto, 2012). Penderita gastritis penyakit ini sangat menganggu aktifitas sehari-hari.
Pasien akan mengalami keluhan mual, muntah, kembung, rasa penuh atau terbakar di perut bagian
atas.
Berdasarkan penelitian WHO (2012) menyatakan bahwa prevalensi gastritis di Negara
Indonesia dengan jumlah 40,8%. Penyakit gastritis di Indonesia menurut Profil Kesehatan tahun 2011
merupakan kedalam 10 penyakit rawat inap di rumah sakit sejumlah 30.154 pasien (4,9%). Penyebab
gastritis dapat dibedakan atas faktor internal dan eksternal. Faktor internal disebabkan oleh adanya
kondisi yang memicu keluarnya asam lambung yang berlebihan yang membuat tidak nyaman. Faktor
eksternal disebabkan oleh iritasi dan infeksi pada lambung. Faktor resiko yang menyebabkan gastritis
adalah penggunaan obat aspirin atau anti radang non steroid yang tidak sesuai aturan pakai, infeksi
kuman Helicobacter pyilori, kebiasaan yang kurang baik seperti merokok dan minum-minuman
beralkohol, kebiasaan makan tidak teratur, suka mengkonsumsi makanan yang pedas dan asam, serta
mengalami stress (Purnomo, 2009).
Penyakit gastritis apabila tidak ditangani dengan benar maka akan menimbulkan komplikasi
yang diantaranya adalah peptic ulcer, gangguan absorbsi vitamin B12, dan kanker lambung. Pengaruh
penyakit ini akan mempengaruhi kualitas hidup seseorang oleh karena itu perlu adanya
penanganan dan perawatan yang baik setelah terkena penyakit gastritis. Dampak penyakit gastritis
dapat mengganggu status gizi seseorang. Status gizi dapat berupa kurang, baik, atau normal maupun
lebih. Kekurangan salah satu zat gizi dapat menyebabkan timbulnya penyakit defisiensi. Kekurangan
dalam batas marginal dapat menimbulkan gangguan yang sifatnya lebih ringan atau menurunnya
kemampuan fungsional dalam tubuh. Kekurangan vitamin B1 dapat menyebabkan badan mudah lelah,
serta turunnya sisten imun dalam tubuh terhadap infeksi sehingga tubuh mudah terserang suatu
penyakit.
Kepatuhan diet yang dijalankan oleh pasien dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya
adalah faktor pendidikan yang ditempuh oleh pasien. Pasien yang memiliki latar belakang pendidikan
yang berbeda sehingga setiap pasien memiliki beragam sudut pandang, pola berfikir dalam
memutuskan suatu hal dan penerimaan akan terapi diet yang dijalani selama proses penyembuhan.
Pendidikan ini sangat mempengaruhi seseorang dalam menerima suatu informasi tentang gizi atau
pengetahuan gizi, adanya pendidikan gizi ini diharapkan semua orang dapat mengetahui dan
memahami pentingnya makanan yang dikonsumsi memiliki kandungan gizi yang baik sehingga
mampu bersikap dan bertindak sesuai norma-norma gizi yang ada (Supariasa, 2007).

B. TUJUAN

1. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)


Setelah mendapatkan penjelasan tentang gastritis, masyarakat diharapkan dapat memahami
tentang penyakit dan memotivasi keluarga untuk selalu makan

2. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)


Setelah mendapatkan penjelasan tentang masyarakat dapat :
1. Menjelaskan pengertian gastritis.
2. Menjelaskan penyebab gastritis.
3. Menjelaskan gejala gastritis.
4. Menjelaskan komplikasi gastritis.
5. Menjelaskan cara merawat anggota keluarga yang sakit.
6. Menjelaskan pencegahan gastritis secara primer, sekunder dan tersier.

C. MATERI PENYULUHAN
1. Pengertian gastritis.
2. Penyebab gastritis.
3. Gejala gastritis.
4. Komplikasi gastritis.
5. Cara merawat anggota keluarga yang sakit.
6. Pencegahan gastritis secara primer, sekunder dan tersier
D. SASARAN
Warga Kelurahan Ule RT 17 RW 07

E. METODE
1. Ceramah
2. Diskusi

F. MEDIA
1. Micropone
2. Leaflet

G. TUGAS MAHASISWA
1. Imania Saharani : Ketua Kelompok
2. Nurrahma : Penyaji
3. Gina Cahayani : Notulen dan Operator
4. Fitriningsih : Moderator
5. Mutmainah : Seksi Konsumsi
6. Ninuk Taroa Raso : Seksi Perlengkapan
7. Freni Melawati : Observer
8. Irawan : Observer
9. Iga Darmayanti : Observer

H. EVALUASI
1. Masyarakat dapat menjelaskan pengertian gastritis.
2. Masyarakat dapat menyebutkan penyebab gastritis.
3. Masyarakat dapat menjelaskan gejala gastritis.
4. Masyarakat dapat menyebutkan komplikasi gastritis.
5. Masyarakat dapat menjelaskan cara merawat anggota keluarga yang sakit.
6. Masyarakat dapat menyebutkan pengobatan dan pencegahan gastritis.

I. PENGORGANISASIAN & URAIAN TUGAS


1. Protokol / Pembawa acara
Uraian tugas :
a. Membuka acara penyuluhan, memperkenalkan diri dan tim kepada peserta.

b. Mengatur proses dan lama penyuluhan.


c. Menutup acara penyuluhan.
2. Penyuluh / Pengajar
Uraian tugas :
a. Menjelaskan materi penyuluhan dengan jelas dan dengan bahasa yang mudah
dipahami oleh peserta.
b. Memotivasi peserta untuk tetap aktif dan memperhatikan proses penyuluhan.

c. Memotivasi peserta untuk bertanya.


3. Fasilitator
Uraian tugas :
a. Ikut bergabung dan duduk bersama di antara peserta.

b. Mengevaluasi peserta tentang kejelasan materi penyuluhan.

c. Memotivasi peserta untuk bertanya materi yang belum jelas.

d. Menginterupsi penyuluh tentang istilah/hal-hal yang dirasa kurang jelas bagi peserta.
4. Observer
Uraian tugas :
a. Mencatat nama, alamat dan jumlah peserta, serta menempatkan diri sehingga
memungkinkan dapat mengamankan jalannya proses penyuluhan.
b. Mencatat pertanyaan yang diajukan peserta.

c. Mengamati perilaku verbal dan non verbal peserta selama proses penyuluhan.

d. Mengevaluasi hasil penyuluhan denga rencana penyuluhan.

e. Menyampaikan evaluasi langsung kepada penyuluh yang dirasa tidak sesuai dengan rencana
penyuluhan.
J. PROSES PELAKSANAAN

No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan


1 3 menit Pembukaan:
 Memperkenalkan diri  Menyambut salam dan
mendengarkan
 Menjelaskan tujuan dari  Mendengarkan
penyuluhan.
 Melakukan kontrak waktu.  Mendengarkan
 Menyebutkan materi pe-nyuluhan  Mendengarkan
yang akan diberi kan
2 10 menit Pelaksanaan :
 Menjelaskan tentang pengertian  Mendengarkan dan
gastritis memperhatikan
 Memberikan kesempatan pada  Bertanya dan menjawab
warga untuk bertanya pertanyaan yang diajukan
 Menjelaskan tentang  Mendengarkan dan
penyebab gastritis memperhatikan
 Memberikan kesempatan pada  Bertanya dan menjawab
warga untuk bertanya pertanyaan yang diajukan
 Menjelaskan tentang gejala  Mendengarkan dan
dari gastritis memperhatikan.
 Memberikan kesempatan pada  Bertanya dan menjawab
warga untuk bertanya pertanyaan yang diajukan
 Menjelaskan tentang  Mendengarkan dan
komplikasi gastritis. memperhatikan
 Memberikan kesempatan pada  Bertanya dan menjawab
warga untuk bertanya pertanyaan yang diajukan
 Pengobatan dan pencegahan  Mendengarkan dan
gastritis. memperhatikan
 Memberi kesempatan pada  Bertanya dan menjawab
warga bertanya. pertanyaan yang diajukan
3 5 menit Evaluasi :
 Menanyakan pada warga  Menjawab & menjelaskan
tentang materi yang diberikan pertanyaan
dan reinforcement kepada warga
bila dapat menjawab &
menjelaskan kembali
pertanyaan/materi
4 2 menit Teriminasi :
 Mengucapkan terimakasih kepada  Mendengarkan dan
warga membalas salam
 Mengucapkan salam

K. EVALUASI
a. Evaluasi Struktur
1) Peserta hadir di tempat penyuluhan
2) Penyelenggaraan penyuluhan dilakukan di Halaman Rumah Warga
3) Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelumnya tidak ada peserta
penyuluhan yang meninggalkan tempat sebelum penyuluhan selesai
b. Evaluasi Proses
1) Masing-masing mahasiswa bekerja sesuai tugas
2) Peserta antusias terhadap materi penyuluhan serta peserta yang terlihat aktif dalam
penyuluhan 75% dari seluruh jumlah peserta yang hadir
c. Evaluasi Hasil
Peserta mengikuti dan memahami penjelasan yang diberikan oleh penyuluh yaitu sesuai
dengan tujuan khusus, peserta memahami dan dapat menjelaskan kembali tentang:
1) Pengertian gastritis dengan presentase 80%
2) Penyebab dengan presentase 80%
3) Tanda dan gejala gastritis dengan persentase 80%
4) Komplikasi dengan presentase 85%
5) Cara merawat anggota keluarga yang sakit dengan presentase 80%.
6) Pencegahan gastritis secara primer, sekunder dan tersier dengan presentase 80%
MATERI GASTRITIS

A. Pengertian
Gatritis merupakan inflamasi dari lapisan mukosa dan submukosa gaster atau lambung, keluhan
lainnya adalah mual, muntah, kembung, rasa penuh atau terbakar di perut bagian atas (Andri dkk,
2011). Gastritis adalah suatu peradangan atau pendarahan pada mukosa lambung yang disebabkan
oleh faktor iritasi, infeksi, dan ketidakteraturan dalam pola makan, misalnya telat
makan, makan terlalu banyak, suka mengonsumsi makanan yang berbumbu merangsang, asam, dan
pedas (Suparyanto, 2012). Penderita gastritis penyakit ini sangat menganggu aktifitas sehari-hari.
Pasien akan mengalami keluhan mual, muntah, kembung, rasa penuh atau terbakar di perut bagian
atas.

B. Penyebab Gastritis
Penyebab utama gastritis adalah bakteri Helicobacter pylori, virus, atau parasite lainnya juga dapat
menyebakan gastritis. Kontributor gastritis akut adalah meminum alkohol secara berlebihan, infeksi dari
kontaminasi makanan yang dimakan, dan penggunaan kokain.

Menurut (Gomez 2012) penyebab gastritis adalah sebagagi berikut :


a. Infeksi bakteri
b. Sering menggunakan pereda nyeri
c. Konsumsi minuman alkohol yang berlebihan
d. Stres
e. Autoimun

C. Gejala Gastritis

Beberapa gejala gastritis di antaranya:


1) Nyeri ulu hati
2) Mual
3) Muntah
4) Perut terasa penuh
5) Muntah darah
6) Bersendawa

D. Komplikasi gastritis
a. Gastritis akut
Komplikasi yang dapat di timbulkan oleh gastritis akut adalah perdahan saluran cerna bagian atas
(SCBA) berupa haematomesis dan melena, dapat berakhir dengan shok hemoragik. Khusus untuk
perdarahan SCBA, perlu di bedakan dengan tukak peptic. Gambaran klinis yang di perlihatkan hampir
sama. Namun pada tukak peptic penyebab utamanya adalah Helicobacter Pylory, sebesar 100 % pada tukak
duodenum dan 60-90 % pada tukak lambung. Diagnosis pasti dapat di tegakkan dengan endoskopi (Hardi
& Huda Amin, 2015).
Dikatakan gastritis akut ketika peradangan pada lapisan lambung terjadi secara tiba-tiba. Gastritis
akut akan menyebabkan nyeri ulu hati yang hebat, namun hanya bersifat sementara.
b. Gastritis kronis
Peradangan di lapisan lambung terjadi secara perlahan dan dalam waktu yang lama. Nyeri yang
ditimbulkan oleh gastritis kronis merupakan nyeri yang lebih ringan dibandingkan dengan gastritis akut,
namun terjadi dalam waktu yang lebih lama dan muncul lebih sering. Peradangan kronis lapisan lambung
ini dapat menyebabkan perubahan struktur lapisan lambung dan berisiko berkembang menjadi kanker.
Perdarahan saluran cerna bagian atas, ulkus, ferporasi dan anemia karena ganggguan absorpi vitamin
B12 (Hardi & Huda Amin, 2015).

E. Cara merawat anggota keluarga yang sakit


1. Ketika sedang sakit, makanlah makanan yang lembek yang mudah dicerna dan tidak
merangsang asam lambung.
2. Hindari makanan yang merangsang pengeluaran asam lambung, seperti makanan pedas,
makanan yang asam, tinggi serat, zat tepung.
3. Hindari minuman yang merangsang pengeluaran asam lambung seperti teh, kopi, alkohol.
4. Makan secara teratur.
5. Minum obat secara teratur.
6. Hindari stress fisik dan psikologis.

F. Pengobatan dan pencegahan gastritis


1. Pengobatan/Penatalaksanaan
a. Pengobatan pada gastritis meliputi:
1) Antikoagulan: bila ada pendarahan pada lambung
2) Antasida: pada gastritis yang parah, cairan dan elektrolit diberikan intravena untuk
mempertahankan keseimbangan cairan sampai gejala-gejala mereda, untuk gastritis
yang tidak parah diobati dengan antasida dan istirahat.
3) Histonin: Dapat diberikan untuk menghambat pembentukan asam lambung dan
kemudian menurunkan iritasi lambung.
4) Sulcralfate : diberikan untuk melindungi mukosa lambung dengan cara
menyelaputinya, untuk mencegah difusi kembali asam dan pepsin yang menyebabkan
iritasi ( Ikatan Apoteker Indonesia. 2010)
b. Penatalaksanaan pada gastritis secara medis meliputi:
Gastritis akut Diatasi dengan menginstruksikan pasien untuk menghindari alcohol dan
makanan sampai gejala berkurang. Bila pasien mampu makan melalui mulut, diet
mengandung gizi dan ajurkan. Bila gejala menetap, cairan perlu diberikan secara parenteral.
Bila perdarahan terjadi, maka penatalaksanaan adalah serupa dengan prosedur yang dilakukan
untuk hemoragik saluran gastrointestinal atas. Bila gastritis diakibatkan oleh mencerna
makanan yang sangat asam atau alkali, pengobatan terdiri dari pengenceran dan
penetralisasian agen penyebab.
1) Untuk menetralisasi asam, digunakan antasida umum (contohnya: alumunium
hidroksida) untuk menetralisasi alkali, digunakan jus lemon encer atau cuka encer.
2) Bila korosi luas atau berat, 11iagno, dan lafase dihindari karena bahaya perforasi.

2. Pencegahan
a. Pencegahan Primer (Primary Prevention)
Tujuan pencegahan primer adalah mencegah timbulnya faktor resiko dispepsia bagi individu yang
belum ataupun mempunyai faktor resiko dengan melaksanakan pola hidup sehat, promosi
kesehatan (Health Promotion) kepada masyarakat mengenai :
1) Modifikasi pola hidup dimana perlu diberi penjelasan bagaimana mengenali dan menghindari
keadaan yang potensial mencetuskan serangan dispepsia.
2) Menjaga sanitasi lingkungan agar tetap bersih, perbaikan sosioekonomi dan gizi dan
penyediaan air bersih.
3) Khusus untuk bayi, perlu diperhatikan pemberian makanan. Makanan yang diberikan harus
diperhatikan porsinya sesuai dengan umur bayi. Susu yang diberikan juga diperhatikan porsi
pemberiannya.
4) Mengurangi makan makanan yang pedas, asam dan minuman yang beralkohol, kopi serta
merokok.

b. Pencegahan Sekunder (Secondary Prevention)


Pencegahan sekunder dapat dilakukan dengan diagnosis dini dan pengobatan segera (Early
Diagmosis and Prompt Treatment).
1) Diagnosis Dini (Early Diagnosis)
Setiap penderita dispepsia sebaiknya diperiksa dengan cermat. Evaluasi klinik meliputi
anamnese yang teliti, pemeriksaan fisik, laboratorik serta pemeriksaan penunjang yang
diperlukan, misalnya endoskopi atau ultrasonografi. Bila seorang penderita baru datang,
pemeriksaan lengkap dianjurkan bila terdapat keluhan yang berat, muntah-muntah telah
berlangsung lebih dari 4 minggu, penurunan berat badan dan usia lebih dari 40 tahun. Untuk
memastikan penyakitnya, disamping pengamatan fisik perlu dilakukan pemeriksaan yaitu:
 Laboratorium
Pemeriksaan labortorium perlu dilakukan, setidak-tidaknya perlu diperiksa darah,
urine, tinja secara rutin. Dari hasil pemeriksaan darah bila ditemukan lekositosis berarti
ada tanda-tanda infeksi. Pada pemeriksaan tinja, jika cairan tampak cair berlendir atau
banyak mengandung lemak berarti kemungkinan menderita malabsorbsi. Dan pada
pemeriksaan urine, jika ditemukan adanya perubahan warna normal urine maka dapat
disimpulkan terjadi gangguan ginjal. Seorang yang diduga menderita dispepsia tukak,
sebaiknya diperiksa asam lambungnya.
 Radiologis
Pada tukak di lambung akan terlihat gambar yang disebut niche yaitu suatu kawah
dari tukak yang terisi kontras media. Bentuk niche dari tukak yang jinak umumnya
regular, semisirkuler, dasarnya licin. Kanker di lambung secara radiologist akan tampak
massa yang irregular, tidak terlihat peristaltik di daerah kanker, bentuk dari lambung
berubah.
 Endoskopi
Pemeriksaan endoskopi sangat membantu dalam diagnosis. Yang perlu diperhatikan
warna mukosa, lesi, tumor jinak atau ganas. Kelainan di lambung yang sering ditemukan
adalah tanda peradangan tukak yang lokasinya terbanyak di bulbus dan parsdesenden,
tumor jinak dan ganas yang divertikel. Pada endoskopi ditemukan tukak baik di
esophagus, lambung maupun duodenum maka dapat dibuat diagnosis dispepsia tukak.
Sedangkan bila ditemukan tukak tetapi hanya ada peradangan maka dapat dibuat
diagnosis dispepsia bukan tukak.
Pada pemeriksaan ini juga dapat mengidentifikasi ada tidaknya bakteri Helicobacter
pylori, dimana cairan tersebut diambil dan ditumbuhkan dalam media Helicobacter
pylori. Pemeriksaan antibodi terhadap infeksi Helicobacter pylori dikerjakan dengan
metode Passive Haem Aglutination (PHA), dengan cara menempelkan antigen pada
permukaan sel darah merah sehingga terjadi proses aglutinasi yang dapat diamati secara
mikroskopik. Bila di dalam serum sampel terdapat anti Helicobacter pylori maka akan
terjadi aglutinasi dan dinyatakan positif terinfeksi Helicobacter pylori.
 Ultrasonografi (USG)
Ultrasonografi (USG) merupakan saran diagnostik yang tidak invasif, akhir-akhir ini
banyak dimanfaatkan untuk membantu menetukan diagnostik dari suatu penyakit.
Apalagi alat ini tidak menimbulkan efek samping, dapat digunakan setiap saat dan pada
kondisi pasien yang berat pun dapat dimanfaatkan. Pemanfaatan alat USG pada pasien
dispepsia terutama bila dugaan kearah kelainan di traktus biliaris, pankreas, kelainan di
tiroid, bahkan juga ada dugaan tumor di esophagus dan lambung.
2) Pengobatan Segera (Prompt Treatment)
 Diet mempunyai peranan yang sangat penting. Dasar diet tersebut adalah makan sedikit
berulang kali, makanan yang banyak mengandung susu dalam porsi kecil. Jadi makanan
yang dimakan harus lembek, mudah dicerna, tidak merangsang peningkatan dalam
lambung dan kemungkinan dapat menetralisir asam HCL.
 Perbaikan keadaan umum penderita
 Pemasangan infus untuk pemberian cairan, elektrolit dan nutrisi.
 Penjelasan penyakit kepada penderita.
 Golongan obat yang digunakan untuk pengobatan penderita dispepsia adalah antasida,
antikolinergik, sitoprotektif dan lain-lain.
c. Pencegahan Tersier
a. Rehabilitasi mental melalui konseling dengan psikiater, dilakukan bagi penderita gangguan
mental akibat tekanan yang dialami penderita dispepsia terhadap masalah yang dihadapi.
b. Rehabilitasi sosial dan fisik dilakukan bagi pasien yang sudah lama dirawat di rumah sakit
agar tidak mengalami gangguan ketika kembali ke masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai