Segala puji bagi Allah Swt., Tuhan seluruh alam, atas rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaika Laporan Pendahuluan Kebutuhan Dasar Manusia Sosia
Budaya. Saya berterimakasih kepada Ibu Dian Puspita Sari S.Kep,M.Kep selaku dosen
pembimbing dalam keperawatan yang telah memberikan tugas ini kepada saya.
Saya sangat berharap Laporan Pendahuluan ini dapat berguna dalam rangkan
menambah wawasan serta pengetahuan kita pada kebutuhan dasar manusia. Saya juga
menyadari sepenuhnya bahwa didalam Laporan Pendahuluan ini terdapat kekurangan dan
jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saya berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah kami buat dimasa yang akan datang, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga Laporan Pendahuluan sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya sendiri
maupun orang yang membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan
kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan dimasa depan.
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................... 1
BAB I PEMBAHASAN
2
BAB I
PEMBAHASAN
Perawat harus menyadari bahwa, mskipun individu berasal dari sebuah kelompok tertentu
yang menganut kepercayaan, nilai, dan pengalaman yang sama, sering kali terdapat terdapat banyak
keragaman intra-kelompok. Perbedaan utama dalam kelompok dapat disebabkan oleh faktor seperti
usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status sosioekonomi, dan daerah asal di negara asal (pedesaan
atau perkotaan). Faktor tersebut memengaruhi keyakinan klien mengenai sehat-sakit, praktik, perilaku
mencari bantuan, dan harapan perawat.
Sosialisasi adalah proses dibesarkan dalam sebuah budaya dan mendapatkan karakteristik kelompok
tersebut. Pendidikan baik sekolah dasar, sekolah menengah, sekolah tinggi, atau keperawatan adalah
bentuk sosialisasi. Untuk banyak orang yang telah bersosialisasi dalam batasan budaya tradisional
atau budaya non-modern (biasanya dikaitkan dengan dunia timur atau negara dunia ketiga atau
keempat), orang “Amerika” modern atau dunia barat, budaya dunia pertama menjadi identitas budaya
kedua. Mereka yang berimigrasi ke negara ini, secera legal maupun ilegal, dari dunia timur atau non-
modern mungkin merasa bahwa sosialisasi ke dalam budaya amerika merupakan proses yang sangat
sulit dan membutuhkan upaya yang sangat keras. Seiring waktu, banyak orang mengalami
bikulturalisme dan tidak menganut budaya lama. Selain itu, banyak orang yang telah tersosialisasi
dengan budaya yang memakai sumber layanan kesehatan tradisional dapat tetap memilih
menggunakan tipe layanan ini bahkan saat berada di tatanan budaya yang menyediakan sumber
layanan kesehatan modern.
3
1.3 Keperawatan asuhan budaya
Peka-budaya menyiratkan bahwa perawat memiliki beberapa pengetahuan dasar dan sikap
konstruktif terhadap tradisi kesehatan yang terobservasi di antara kelompok budaya yang
berbeda yang ditemukan di tatanan tempat praktik mereka.
Tepat-budaya menyiratkan bahwa perawat menerapkan latar belakang pengetahuan dasar
yang harus dimiliki guna memberikan layanan kesehatan terbaik kepada klien tertentu.
Kompeten secara budaya menyiratkan bahwa perawat memahami dan memberikan
perhatian erhadap konteks total situasi klien dan menggunakan kombinasi kompleks
pengetahuan, sikap, dan keterampilan dalam pemberian asuhan.
Semua fase proses keperawatan dipengaruhi oleh nilai, kepercayaan, dan perilaku budaya
klien dan perawat. Ketika budaya klien dan budaya perawat menyatu dalam hubungan perawat-klien,
tercipta lingkungan budaya yang unik yang dapat memperbaiki atau memperburuk hasil klien.
Kesadraan diri terhadap bias pribadi memampukan perawat mengembangkan perilaku modifikasi atau
(apabila mereka tidak dapat melakukannya) keluar dari situasi yang mengganggu pemberian
perawatan. Perawat dapat lebih menyadari budaya mereka sendiri melalui klarifikasi nilai. Perawat
juga harus mempertimbangkan nilai budaya yang dominan ditatanan layanan kesehatan, karena nilai
tersebut juga dapat memengaruhi hasil klien. Buku yang ditulis perawat yang dapat membantu
mengembangkan pengetahuan budaya tercantum dalam kotak.
Asuhan budaya melekat pada perkembangan praktik keperawatan untuk memenuhi ketentuan
standar CLAS. Konflik yang tidak terhitung dalam arena pemberian layanan kesehatan diperkirakan
akibat kesalahpahaman budaya. Meskipun banyak dari kesalahpahaman ini berhubungan dengan
situasi universal , seperti kesalahpaham bahasa verbal dan nonverbal, kesepakatan kesopanan,
rangkaian interaksi, fase interaksi, objektivitas, dan lain sebagainya, banyak kesalahpahaman budaya
bersifat unik terhadap pemberian asuhan keperawatan. Asuhan budaya sangat penting dan menurut
perawat mampu mengkaji dan menafsirkan keyakinan praktik kesehatan serta kebutuhan budaya klien
tertentu. Asuhan budaya mengubah perspektif pemberian asuhan keperawatan karena memungkinkan
perawat memahami, dari perspektif budaya, manifestasi keyakinan dan praktik layanan kesehatan
klien tersebut.
Subbudaya
Kelompok budaya besar seringkali mempunyai sub-kelompok atau subsistem budaya.
Subbudaya biasanya terdiri atas orang-orang yang memiliki identitas yang berbeda dan
masih terkait dengan sebuah kelompok budaya besar. Kelompok subbudaya umumnya
memiliki asal etnik, pekerjaan, atau karakteristik fisik yang sama dengan kelompok budaya
besar. Contoh subkelompok budaya adalah kelompok pekerjaan (mis.,perawat), kelompok
4
sosial (mis., kaum feminis), dan kelompok etnik(mis., cajuns, yang merupakan keturunan
prancis akadian—penduduk nova scotia kanada, new burns-wick, dan pulau price edward
pada abad ke-17).
Bikultural
Bikultural dipakai untuk menjelaskan seseorang yang melintasi dua budaya, gaya hidup, dan
aturan nilai (giger & davidhizar, 1999). Sebagai contoh, seorang pemudayang ayahnya adalah
cherokee dan ibunya adalah orang eropa amerikat dapat menghormati warisan cherokee
tradisioanalnya sementara juga dipengaruhi oleh nila-nilai budaya ibunya.
Keragaman
Keragaman adalah tanda atau status perbedaan. Banyak faktor yang dipertimbangkan
menjadi penyebab keragaman: ras, jenis kelamin, orientasi seksual, budaya, etnisitas, starus
sosioekonomi, prestasi pendidikan, pertalian agama, dan sebagainya. Oleh karena itu,
keragaman terjadi tidak hanya antara kelompok budaya.
Akulturasi
Sementara menjadi partisipan dalam budaya yang dominan, seorang anggota kelompok
budaya yang tidak dominan selalu diidentifikasi sebagai anggota dari budaya asal mereka.
Orang yang berimigrasi ke amerika serikat dari negara manapun akan di hubungkan dengan
negara asal.
Model tradisi SEHAT dijumpai pada konsep sehat yang holistik dan menjelaskan apa yang dilakukan
seseorang dari sudut padang tradisional untuk memelihara, melindungi, dan memulihkan kesehatan.
Bayangkan sehat sebagai fenomena berlipat tiga yang kompleks dan saling terkait, yaitu, keseimbang
antara aspek diri seseorang tubuh, pikiran, dan jiwa.
Tubuh mencakup semua aspek fisik, seperti warisan genetik, kimia tubuh, jenis kelamin,
usia, nutrisi, dan kondisi fisik.
Pikiran mencakup proses kognitif, seperti gagasan, ingatan, dan pengetahuan tentang proses
emosi seperti perasaan, pertahanan, dan harga diri.
Aspek spiritual mencakup praktik dan ajaran spritual yang dipelajari baik positif maupun
negatif, mimpi, simbol, cerita;kekuatan pelindung; dan kekuatan metafisik atau inti.
Aspek ini selalu berubah, tetapi bagian masih benar-benar saling terkait dan juga terkait dengan
konteks diri individu yang bersangkutan. Konteks tersebut mencakup keluarga, budaya, kerja,
komunitas, riwayat, dan lingkungan seseorang (spector, 2000).
Andrews dan boyle (2002) menjelaskan tiga pandangan mengenai kepercayaan kesehatan
magis-religius, ilmiah, dan holistik. Pada pandangan kepercayaan kesehatan magis-religius, sehat dan
sakit di kendalikan oleh kekuatan supranatural. Klien dapat memercayai bahwa akit adalah akibat
“berbuat jahat” atau menentang kehendak Tuhan. Kesembuhan juga dipandang bergantungan pada
kehendak Tuhan. Klien dapat membuat penyertaan seperti “apabila ini adalah kehendak Tuhan, saya
akan pulih” atau “apa salah saya hingga dihukum dengan kanker ?” beberapa budaya memercayai
bahwa sihir dapat menyebabkan sakit. Dukun atau tukang sihir dapat membaca mantra atau mengutuk
5
klien. Beberapa orang memandang sakit sebagai kerasukan roh jahat. Meskipun kepercayaan ini tidak
didukung oleh bukti empiris, klien yang percaya bahwa hal tersebut dapat menyebabkan sakit dapat
saja terbukti menjadi sakit sebagai akibatnya. Sakit semacam itu dapat membutuhkan pengobatan
magis selain pengobatan ilmiah.sebagai contoh, seorang pria yang mengalami distres lambung, sakit
kepala, dan hipertensi setelah diberi tahu ia terkena guna-guna hanya dapat pulih apabila guna-guna
tersebut dihilangkan oleh dukun.
Kepercayaan kesehatan ilmiah atau biomedis didasarkan pada keyakinan bahwa hidup dan
proses hidup dikendalikan oleh proses fisik dan biokimia yang dapat dimanipulasi oleh manusia
(andrews & boyle, 2002). Klien dengan pandangan seperti ini memercayai bahwa sakit disebabkan
oleh kuman, virus, bakteri, atau kerusakan tubuh manusia. Klien ini akan ,engharapkan pil, atau
pengobatan pembedahan untuk menyembuhkan masalah kesehatan.
Kepercayaan kesehatan holistik menganggap bahwa kekuatan alam harus dipelihara tetap
seimbang atau selaras. Hidup manusia adalah salah satu aspek alam yang harus dipertahankan selaras
dengan aspek alam lainnya. Ketika kesimbangan atau keselarasan alam tergangguan, timbul sakit.
Roda pengobatan adalah simbol kuno yang dipakai oleh orang amerika asli di amerika utara dan
selatan untuk menunjukkan banyak konsep. Untuk sehat dan sejahterah, roda pengobatan
mengajarkan empat aspek sifat individu : fisik, mental, emosional, dan spiritual. Keempat dimensi
tersebut harus eimbang agar kita tetap sehat. Roda pengobatan juga dapat digunakan untuk
menunjukkan hubungan individu dengan lingkungan sebagai sebuah dimensi sejahtera.
Komunikasi dan budaya berhubungan erat. Melalui komunikasi, budaya diwariskan dari satu geberasi
ke generasi berikutnya, dan pengetahuan tentang budaya diwariskan dalam kelompok dan ke luar
kelompok. Berkomunikasi dengan klien dari berbgai etnik dan latar belakang budaya sangat penting
agar dapat memberikan asuhan keperawatan yang kompeten sesuai budaya. Terdapat variasi budaya
baik dalam komunikasi verbal maupun nonverbal.
Komunikasi verbal
Perbedaan budaya yang paling jelas terlihat adalah dalam komunikasi verbal : perbendaharaan
kata, struktur tata bahasa, kualitas pengucapan, intonasi, irama, kecepatan, pelafalan, dan
diam.
Komunikasi nonverbal
Untuk berkomunikasi secara efektif dengan klien yang berbeda budaya, perawat perlu
menyadari dua aspek perilaku komunikasi nonverbal : apa arti perilaku nonverbal bagi klien
dan apa arti perilaku nonverbal tertentu dalam budaya klien. Sebelum memberikan arti pada
perilaku nonverbal, perawat harus mempertibangkan kemungkinan bahwa perilaku tersebut
mungkin mempunyai arti yang berbeda bagi klien dan keluarganya.
Ketika perawat memberikan asuhan kepada klien dari latar belakang yang berbeda, mereka harus
waspada dan sensitif terhadap keunikan warisan budaya dan tradisi kesehatan mereka sendiri dan
kemudian terhadap latar belakang sosio-kultural klien. Mereka harus mengkaji dan mendengarkan
dengan cermat terhadap praktik dan keyakinan tentang kesehatan dan penyakit. Proses keprawatan
memberdayakan perawat untuk memberikan asuhan yang bersifat individual dan dapat diterima untuk
memberikan asuhan yang sensitif secara kultural.
6
a. Pengkajian
Perawat harus memulai pengkajian dengan menentukan warisan budaya kultural klien,latar
belakang organisasi sosial, dan keterampilan bahasa. Klien harus ditanya mengenai penyebab
penyakit atau masalah. Perawat kemudian harus menentukan apakah klien ini menggunakan
ramuan di rumahnya untuk mengatasi gejala dan apakah tersedia dukungan sosial.
Pertanyaan pengkajian keperawatan
b. Pengkajian komunitas
7
Ketika klien mendapat perawatan di perawatan primer,perawatan restoratif,atau lingkungan di
komunitas,proses pengkajian transkultural berawal dari saat klien meniggalkan lingkungan
institusi perawatan.
Proses Tindakan
Pengkajian
Konsistensi warisan budaya Melakukan pengkajian konsistensi warisan
budaya pada diri sendiri dan klien.
8
Perawat harus memberikan perawatan yang sensitif dan kompeten secara kultural di komunitas. Satu
cara dimana berkembang sensitivitas dan penghargaan terhadap komunitas tertentu adalah ketika
perawat keluar dan menyaksikan kehidupan sehari-hari dari komunitas tersebut. Kotak di atas
menyajikan berbagai faktor organisasi sosial yang mungkin ingin digali perawat sebagai cara untuk
mendapatkan kesadaran ini. “jawaban” dari berbagai area yang timbul secara umum ditemukan di
perpustakaan atau melalui wawancara dengan orang dalam komunitas tersebut. Pendekatan kedua
untuk aktivitas ini adalah untuk berbicara di tempat ibadah komunitas, organisasi sosial, dan layanan
yang berkaitan dengan kesehatan yang tersedia. Jika memungkinkan, perawat dapat mengunjungi
pemberi perawatan kesehatan atau klinik perawatan kesehatan,gereja atau pusat komunitas yang
berfungsi sebagai kelompok target, atau pertokoan dan farmasi untuk mengamati perbedaan dalam
makanan dan ramuan yang dijual bebas. Jika mungkin, perawat harus makan makanan di restoran
yang berada di komunitas tersebut.
c. Riwayat Biokultural
Identifikasi risiko kesehatan klien yang berhubungan dengan riwayat sosial budaya dan
biologis pada waktu masuk. Beberapa risiko kesehatan disebabkan oleh konteks ekologi
budaya. Sebagai contoh, imigran yang berasal dari daerah yang dekat dengan Sungai Nil
berisiko terserang parasit yang banyak ditemukan di daerah tersebut. Imigran dari Dunia
Ketiga dengan kondisi sanitasi yang buruk dan ketersediaan air yang kurang berisiko
terinfeksi seperti hepatitis. Beberapa kelainan genetik juga berhubungan dengan kelompok
etnik tertentu, seperti Tay-Sachs pada orang Yahudi Ashkenazi dan hipertensi maligna pada
orang Amerika Afrika. Intoleransi laktosa sering ditemukan pada orang Asia, Afrika dan
Hispanic(USDHHS, Office of Minority Health, n.d).
d. Diagnosa keperawatan
Pengkajian memberdayakan perawat untuk mengelompokkan data yang relevan dan
mengembangkan diagnosa keperawatan potensial dan aktual yang berhubungan dengan
kebutuhan kultural dan etnik klien. Selain itu, diagnosa keperawatan harus menyatakan
penyebab yang mungkin. Identifikasi terhadap penyebab yang mungkin. Identifikasi terhadap
penyebab masalah lebih jauh mengindividualisasikan rencana asuhan keperawatan dan
mendorong pemilihan intervensi yang sesuai.
1. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
dalam bahasa
2. Gangguan interaksi sosial berhubungan dengan disorientasi sosiokultural
3. Ketidakpatuhan dalam pengobatan berhubungan dengan kepercayaan yang
diyakini
e. Perencaan
Ketika menetapkan tujuan dan hasil yang diharapkan dari perawatan dan merencanakan
intervensi spesifik, perawat sekali lagi mempertimbangkan variabel kultural karena variabel
ini berkaitan dengan klien. Keluarga besar harus dilibatkan dalam perawatan, misalnya jika
keluarga merupakan kelompok pendukung terkuat klien. Praktik dan keyakinan kultural,
seperti penggunaan doa khusus dan jimat, dapat diterapkan ke dalam terapi (Berg &
Berg,1989). Warisan budaya kultural klien, tingkat pendidikan, dan keterampilan berbahasa
harus dipertimbangkan ketika merencanakan aktivitas penyuluhan. Untuk menghindari
kebingungan, kesalahpahaman, atau konflik kultural, penjelasan aspek asuhan yang biasanya
9
tidak ditanyakan oleh klien yang menyesuaikan diri mungkin perlu bagi klien yang tidak
berbicara dalam bahasa perawat atau bagi mereka yang dapat menyesuaikan diri (desantis,
thomas,1990). perawat mungkin harus mengubah cara berinteraksi untuk menghindari
perlawanan klien dengan sikap berbeda yang ditujukan dengan etiket dan interaksi
sosial.misalnya, klien yang ramah dan sadar mengenai tubuhnya mungkin membutuhkan
persiapan psikologis sebelum suatu prosedur atau pemeriksaan yang biasanya dipandang
rutin.
1. Mempertahankan budaya yang dimiliki klien bila budaya klien tidak bertentangan dengan
kesehatan
2. Mengakomodasi budaya klien bila budaya klien kurang menguntungkan kesehatan
3. Merubah budaya klien bila budaya yang dimiliki klien bertentangan dengan kesehatan.
f. Implementasi
Perawat dapat mengetahui perawatan seperti apa yang dianggap klien sesuai dengan
menanyakan tentang harapan mereka. Hal ini harus dilakukan dalam segala kasus,bahkan
ketika asuhan keperawatan tidak dimodifikasi. Karena perawat dan klien menerima banyak
aspek dari kultur mereka, pertanyaan harus jelas, dan penjelasan harus eksplisit.
Mendiskusikan variabel kultural dengan klien dan keluarganya selama langkah perencanaan
membantuperawat mengimplementasikan keyakinan dan praktik kesehatan pribadi sehingga
intervensi dapat diindividualisasikan.
d. Evaluasi
perawat mengavaluasi hasil asuhan keperawatan dengan menetukan sejauh mana tujuan dan
hasil yang diharapkan dari perawatan telah terpenuhi. Evaluais berlanjut sepanjang proses
keperawatan dan harus mencakup umpan balikdari klien dan keluarganya. Evaluasi dri baik
yang bersifat pribadi atau profesional penting sejalan dengan perawat meningkatkan
keterampilan untuk interaksi dengan klien dari latar belakang kultur yang berbeda. Agar dapat
membantu memenuhi kebutuhan dan tujuan perawatan kesehatan klien, perawat harus
mempertimbangkan pertanyaan berikut :
1. Apakah perawat terbuka untuk memahami cara dimana nilai klien berbeda dari nilai yang
dianutnya.
2. Sudahkah perawat memberikan perhatian yang cukup untuk berkomunikasi dengan klien
dengan keterampilan dalam bahasa perawat yang terbatas ?
3. Apakah keluarga klien dan komunitas dilibatkan dalam proses keperawatan?
4. Apakah keyakinan dan praktik klien terintegrasi ke dalam terapi keperawatan ?
5. Apakah hubungan terapeutik perawat dengan klien didasarkan pada penghargaan pada klien,
tidak peduli tentang perbedaan kultural ?
Perawat harus mengevaluasi sikap mereka yang ditujukan dalam memberikan asuhan
keperawatan transkultural. Beberapa perawat mungkin berkeyakinan bahwa mereka harus
memperlakukan semua klien sama dan bersikap wajar. Namun demikian, sikap ini tidak berhasil
untuk mengenali bahwa terdapat perbedaan kultural dan bahwa tidak ada satu pun perilaku
manusia yang wajar. Perawat tidak dapat bertindak sama dengan semua klien dan tetap berharap
untuk memberikan perawatan yang efektif, bersifat individual, dan holistik. Kadang, perawat
yang tidak berpengalaman sangat waspada diri terhadap perbedaan kultural dan sangat takut untuk
membuat kesalahan sehingga mereka menggali proses keperawatan dengan tidak mengajukan
begitu banyak pertanyaan sehingga tampak sepertinya mereka membongkar kehidupan klien.
10
Proses evaluasi diri dapat membantu perawat menjadi lebih nyaman ketika memberi perawatan
pada klien dari latar belakang budaya yang berbeda.
PENGKAJIAN
11
Pertanyaan:
1. Berapa lama anda atau orang tua anda tinggal di daerah ini?
2. Apa latar belakang etnik atau asal leluhur anda?
3. Seberapa kuat budaya mempengaruhi anda?
4. Dimana ibu anda lahir?
5. Dimana ayah anda lahir?
7. Faktor Biokultural
Pertanyaan:
1. Apa penyebab masalah anda?
2. Bagaimana masalah mempengaruhi anda atau bagaimana masalah itu
mempengaruhi kehidupan anda dan keluarga anda?
3. Bagaimana anda mengatasi masalah tersebut di rumah?
8. Organisasi sosial
Pertanyaan:
1. Siapa yang tinggal di rumah anda?
2. Siapa yang anda anggap sebagai anggota keluarga anda?
3. Dimana anggota keluarga anda yang lain tinggal?
DIAGNOSA KEPERAWATAN
12
3. Ketidakpatuhan dalam pengobatan berhubungan dengan kepercayaan yang
diyakini
PERENCANAAN
DX TUJUAN INTERFENSI RASIONAL PARAF
PERENCANAAN ( INTERFENSI )
13
Gangguan TU :
komunikasi Pola komunikasi Minta bantuan Agar klien
verbal b.d akan teratasi dari keluarga dapat
kurangnya dengan klien yang mengetahui
pengetahuan memberikan paham akan dan
dalam bahasa penjelasan dalam bahasa yang menjalankan
bahasa yang bisa digunakan apa yang
dipahami oleh tenaga diintruksikan
klien kesehatan dan oleh tenaga
TK : klien itu sendiri kesehatan
Kelemahan dalam Cari perawat
bahasa bisa diatasi yang dapat
dalam 1X24 jam berkomunikasi
dengan meminta dalam bahasa
bantuan kepada yang sama
keluarga klien atau dengan klien
tenaga kesehatan
Gangguan TU :
interaksi sosial Kurangnya trust Dorong klien Agar proses
b.d kurangnya klien kepada agar mau keperawatan
interaksi sosial tenaga kesehatan mengungkapka bisa
terpenuhi
bisa diatasi dengan n apa yang ia
melakukan rasakan kepada
pendekatan perawat
TK : Ajak klien
Mengurangi rasa untuk
takut klien bisa membicarakan
teratasi dalam hal-hal tentang
2X24 jam dengan kehidupan
meminta klien sehari-hari
mengungkapkan
apa yang dirasakan
Ketidakpatuhan TU : Jelaskan
dalam Kepercayaan klien pengobatan Agar klien
pengobatan b.d bisa diatasi dengan yang akan kooperatif
kepercayaan memberikan dilakukan menjalankan
yang diyakini pemahaman secara jelas pengobatan
tentang
pengobatan
Gunakkan
TK : pihak ketiga
Pemahaman klien dari keluarga
akan pengobatan klien dalam
bisa diatasi dalam membujuk
2X24 jam dengan klien untuk
14
menjelaskan akan mau menjalani
pengobatan dan pengobatan
bujukan
TINDAKAN (IMPLEMENTASI)
IMPLEMENTASI
DX WAKTU TINDAKAN PARAF
Gangguan 03 April Implementasi :
komunikasi 2017 08.00- 1. Memberikan
verbal b.d 09.00 penjelasan kepada
kurangnya
klien yang
pengetahuan
pada bahasa didampingi oleh
keluarga klien yang
paham dengan
bahasa indonesia
dan bisa
menerjamahkannya
kedalam bahasa
Kalimantan
Respon :
1. Klien sedikit demi
sedikit bisa
memahami apa yang
diucapkan oleh
perawat
Implementasi:
09.00-10.00 2. Meminta bantuan
kepada tenaga
kesehatan lain yang
bisa berbicara dan
memahami bahasa
klien
Respon:
2. Klien lebih cepat
memahami apa yang
disampaikan oleh
15
tenaga kesehatan itu
Gangguan 03 April Implementasi :
interakasi sosial 2017 14.00- 1. Melakukan
b.d kurangnya 15.00 pendekatan kepada
interaksi sosial
klien
Respon :
1. Klien sudah sedikit
lebih tenang ketika
berinteraksi dengan
tenaga kesehatan
Implementasi:
2. Memancing klien
16.00-17.00 agar membicarakan
kesehariannya
Respon:
2. Klien sudah mulai
mau membicarakan
hal-hal yang kecil
Ketidakpatuhan 03 April Implementasi :
dalam 2017 18.30- 1. Mencoba
pengobatan b.d 19.15 memberikan
kepercayaan pengobatan yang
yang diyakini sudah dipahami oleh
klien
Respon :
1. Klien sudah mau
menjalani
pengobatannya
Implementasi:
19.30-20.00 2. Meminta bantuan
dari pihak keluarga
untuk membujuk
klien agar mau
menjalani
pengobatan
Respon:
2. Klien mulai mau
mendengarkan
16
nasihat dari pihak
keluarga
DAFTAR PUSTAKA
17
Potter. Perry (2011), Buku Ajar Fundamental Keperawatan (Fundamental Of
Nursing) Vol. 1 Edisi 7, Penerbit EGC.
18