Skizofrenia (F20)
Oleh :
M.Darman Hadi Prayogo
22361081
Masa KKM: 9 Januari 2022 – 11 Februari 2023
Penguji :
dr. Ni Wayan Dewi Putriny Asih, Sp.KJ
Oleh:
M.Darman Hadi Prayogo
2231081
Masa KKM: 9 Januari 2023 – 11 Februari 2023
Pembimbing :
i
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN.......................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1
BAB II
2.1 Definisi.........................................................................................................................2
2.2 Epidemiologi................................................................................................................2
2.3 Etiologi.........................................................................................................................3
2.5 Gejala Klinis................................................................................................................7
2.5 Klasifikasi Gangguan Kecemasan...............................................................................8
2.7 Pedoman Diagnosis......................................................................................................9
2.7 Penatalaksanaan.........................................................................................................11
BAB III
3.1 Kesimpulan................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronik atau “deteriorating”) yang
luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada primbangan pengaruh genetik, fisik,
dari pikiran dan persepsi, serta oleh afek yang tidak wajar (inappropriate) or tumpul
kemudian.
skizofrenia di Indonesia sebesar 1,8 per 1000 penduduk. Hasil survey awal yang
pasien yang rawat jalan dibawa oleh keluarganya untuk berobat(Pardede et al,
dirawat dirumah. Keluarga adalah orang yang dekat dengan pasien harus
menjadi beban bagi keluarga. Keadaan ini meningkatkan stres dalam keluarga
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
menunjukkan emosi serta gangguan otak yang ditandai dengan pikiran kacau,
Skizofrenia adalah salah satu gangguan jiwa berat yang dapat mempengaruhi
pikiran, perasaan, dan perilaku individu. Skizofrenia adalah bagian dari gangguan
psikosis yang terutama ditandai dengan kehilangan pemahaman terhadap realitas dan
2020).
seimbangan pada dopamin, yaitu salah satu sel kimia dalam otak.
2.2 Epidemiologi
2020). Sumber lain menyebutkan prevalensi skizofrenia sebesar 1% dan insiden (kasus
baru) skizofrenia sebesar 1,5 per 10.000 individu (Pardede, 2020). Riset Kesehatan
2
Dasar pada tahun 2013 menyebutkan prevalensi skizofrenia dan gangguan jiwa berat di
Indonesia yaitu 1,7%o (Pardede et al, 2020). Walaupun skizofenia tidak gangguan
mental lainnya, gangguan jiwa ini menyebabkan gangguan fungsi individu, seperti
akademik, pekerjaan, dan fungsi sehari-hari yang lain dalam taraf berat. Secara umum
skizofrenia mempunyai onset usia remaja hingga dewasa muda. Onset usia pada pria
berkisar antara usia 18-25 tahun sedangkan pada wanita pada usia 25-35 tahun. Onset
yang jarang dapat terjadi pada usia dini (early onset schizophrenia) dan pada usia lanjut
di atas 40 tahun (late onset schizophrenia). Early onset schizophrenia (EOS) didiagnosis
pada usia sebelum 18 tahun. Insiden EOS ini tercatat 3,17 per 100.000 person years.
Skizofrenia onset lambat lebih banyak terdiagnosis pada wanita daripada pria.
Skizofrenia lebih banyak terjadi pada pria dibandingkan wanita dengan perbandingan
1,4:1. Pasien dengan skizofrenia memiliki angka mortalitas dari semua penyebab
sebesar 2,6 kali lipat dibandingkan dengan populasi tanpa skizofrenia (Pardede et al,
2020)
2.3 Etiologi
adalah infeksi prenatal (first hit) dimana dengan Zen "rentan" tertentu akan
menyebabkan inflamasi dan terjadi perubahan neurobiologis dan proses tersebut akan
berlaniut apabila pada masa dewasa seseorang terpapar faktor-faktor seperti trauma,
stressor sosial, dan aktivitas inflamasi (secondary hit) sehingga akan menginduksi
3
penurunan myelinisasi, dan banyak aktivitas reseptor lainnya yang akan berujung pada
dan perjalanan penyakit. Interaksi antara genetik dan lingkungan sangat berperan dalam
1. Genetik
dijelaskan di atas, munculnya gejala klinis pada skizofrenia seperti gejala positif
tertentu, maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa interaksi kompleks antara
4
Faktor prenatal dan perinatal yang berhubungan dengan skizofrenia tampak pada
table.
Infeksi diperkirakan berperan pada munculnya respon imun dari ibu yang
otak dalam kandungan. Transfer respon imun dari ibu ke janin menyebabkan
gangguan pada sawar darah otak dan masuknya antibodi yang memiliki reaksi
silang dengan protein sistem saraf pusat. Proses tersebut menyebabkan gangguan
pada perkembangan sistem saraf pusat janin. Infeksi pada awal masa kanak juga
otak bayi dan kanak untuk menimbulkan kerentanan munculnya skizofrenia dan
5
sawar darah otak yang menyebabkan gangguan struktural pada otak sehingga
memunculkan gejala gangguan jiwa termasuk skizofrenia. Salah satu bukti yang
mendukung bahwa proses inflamasi ini berperan dalam skizofrenia dapat tampak
pada efek tidak langsung antipsikosis yang memiliki efek antiinflamasi sehingga
2,8 untuk menderita psikosis, tergantung dari faktor risiko lain seperti riwayat
menimbulkan gejala psikosis pada pasien dengan atau tapa skizofrenia (Pardede
et al., 2020)
4. Neurokimiawi
(a) Dopamin
6
Skizofrenia merupakan salah satu bagian dari gangguan psikosis.
2020).
(b) Glutamat
7
Ikatan glutamat dan reseptor NMDA pada interneuron GABAergik di
aktivasi normal proyeksi neuron GABAergik pada globus pallidus. Hal ini
Sebagai salah satu fitur gejala pada skizofrenia, gejala negatif juga
8
munculnya gejala positif, gejala negatif pada skizofrenia juga diakibatkan
(c) Serotonin
pencitraan hingga sat ini masih belum dapat menunjukkan bukti yang
sebagai metabolit utama 5-HT juga tidak konsisten pada pasien denga
9
penyebab skizofrenia masih disematkan pada interaksinya pada sistem
regulasi kognitif yang seringkali terganggu pada skizofrenia. Hingga sat ini
mash belum jelas peran sistem kolinergik sebagai proses primer munculnya
10
skizofrenia atau merupakan proses sekunder dalam perjalanan penyakit ini
2.4 Patofisiologi
tempat untuk meneruskan maupun menerima pesan dari sambungan sel yang lain.
Sambungan sel tersebut melepaskan zat kimia yang disebut neurotransmitters yang
membawa pesan dari ujung sambungan sel yang satu ke sambungan sel yang lain. Di
dalam otak yang terserang skizofrenia, terdapat kerusakan atau kesalahan pada system
dengan jelas apa yang dialami penderita skizofrenia dengan membandingkan otak
dengan telepon. Pada orang normal, system switch pada otak bekerja dengan normal.
Sinyal sinyal persepsi yang datang kembali dikirim sempurna tanpa ada gangguan
sesuai saat itu. Pada otak klien skizofrenia, sinyal-sinyal yang dikirim mengalami
gangguan sehingga tidak berhasil mencapai sambungan yang dituju (Firdaus, 2021).
11
Skizofrenia terbentuk secara bertahap dimana keluarga maupun klien tidak
menyadari ada sesuatu yang terdapat di otaknya dalam kurun waktu yang lama.
Kerusakan yang perlahan lahan ini yang akhirnya menjadi skizofrenia yang
tersembunyi dan berbahaya. Gejala yang timbul secara perlahan lahan ini bisa saja
menjadi skizofrenia akut. Periode skizofrenia akut adalah gangguan yang singkat dan
kuat, yang meliputi halusinasi, penyesatan pikiran (delusi), dan kegagalan berpikir
(Firdaus, 2021).
Kadang kala skizofrenia menyerang tiba tiba. Perubahan perilaku yang sangat
dramatis terjadi dalam bebrapa hari atau minggu. Serangan yang mendadak selalu
memicu terjadinya periode akut secara cepat. Beberapa penderita penderita mengalami
selama seumur hidup, tapi banyak juga yang kembali hidup secra normal dalam
depresi yang hebat, dan tidak dapat berfungsi layaknya orang normal dalam
yang disebut skizofrenia kronis. Klien menjadi buas, kehilangan karakter sebagai
manusia dalam kehidupan sosial, tidak memiliki motifasi sama sekali, depresi, dan
12
Hal yang sama dijelaskan oleh Kaplan & Sadock (2007)
penderita skizofrenia akan mengalami gangguan dalam kognitif, emosional,
pikiran negatif yang muncul pada klien skizofrenia dapat memicu timbulnya tekanan
mental yang akan berakibat pada timbulnya kecemasan, depresi atau bahkan dorongan
2.6 Klasifikasi
Gejala yaitu mengalami waham primer, disertai adanya waham sekunder dan
lahanatau sub akut dan sering menimbuulkan hal ini pada masa remaja atau usia
15-25 tahun. Gejala ini yang sering ditumbulkan yaitu gejala gangguan proses
seperti anak-anak.
Pertama kali timbul pada usia 15-30 tahun dan biasanya akan menjadi akut serta
13
Pada penderita skizofrenia tak terinci ini mengakibatkan kerusakan otak gangguan
mempunyai perubahan perilaku, seperti perilaku agisitas dan agresif atau di sebut
risiko kekambuhan psikotik ketika gejala-gejala ini bertahan dalam fase kronis
Keadaan skizofernia dengan gejala primernya, tetapi tidak jelas adanya gejala-
gejala sekunder. Keadaan ini timbul sesudah beberapa kali serangan skizofernia.
Skizofernia simplek menyerang pada usia pubertas, gejala yang ditimbulkan yaitu
berfikir.
Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua
gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas) :
14
1. - “thought echo” = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam
kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun
- “thought insertion or withdrawal” = isi pikiran yang asing dari luar masuk ke dalam
pikirannya (insertion) atau isi pikirannya di ambil keluar oleh sesuatu dari luar
- “thought broadcasting” = isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau
umum mengetahuinya;
3. Halusinasi auditorik :
- Suara halusinasi yang berkomentas secara terus menerus terhadap perilaku pasien,
atau
15
- Jenis suara helusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh
4. Waham-waham menetap jenis lainya, yang menurut budaya setempat dianggap tidak
wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan agama atau politik
tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di atas manusia biasa (misalnya mampu
mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan mahluk asing dari dunia lain).
Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas :
5. Halusinasi yang menetap dari panca-indra apa saja, apabila disertai baik oleh waham
yang mengambang maupun yang setengah berbantuk tanpa kandungan afektif yang
jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (over-valued ideas) yang menetap, atau
6. Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan (interpolation), yang
8. Gejala-gejala “negatif”, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan respons
emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan
diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa
semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika;
Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu
satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik prodromal);
Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu
16
behaviour), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak
berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self absorbed attitude), dan
2.8 Penatalaksanaan
menatalaksana pasien skizofrenia dengan efek samping yang tidak berbeda secara
Edukasi kepada pasien mengenai cara mencegah timbulnya gejala, lama pengobatan,
jadwal meminum obat, efek samping obat dan bahaya putus obat, 3) Mengedukasi
anggota keluarga yang lain bagaimana cara manajemen stress dengan menggunakan
media poster, 4) Menunjuk adik kandung pasien sebagai PMO pasien sekaligus
orphenadrine) pada sepertiga Klien atau lebih. Sedasi atau sensasi perasaan yang datar
atau tertekan juga menyebabkan distress. Rasa lelah, baik secara psikologis maupun
yang mengenai tungkai (akathisia), sulit dipahami tetapi berespon terhadap penyekat
ditemukan seperti rangsangan atau ansietas yang berlebihan atau sulit tidur (Maylani
et al, 2018)
2.9 Prognosis
Prognosis skizofrenia dapat dilihat berdasarkan faktor berikut, yaitu: usia onset
penyakit, sifat munculnya onset, ada atau tidaknya faktor prepitasi, riwayat sosial,
riwayat seksual, riwayat pekerjaan, bentuk gejala yang dialami penderita, status
pernikahan, riwayat keluarga, ada tidaknya gangguan neurologis atau trauma, riwayat
remisi dan relaps, serta sistem pendukung yang didapatkan oleh penderita (Widyarti et
al, 2020)
18
Orang dengan skizofrenia hanya sekitar 10% hingga 20% memiliki prognosis
yang baik. Lebih dari 50% pasien memiliki prognosis yang buruk, rawat inap
berulang, eksaserbasi gejala, episode gangguan mood, dan upaya bunuh diri (Landra
et al, 2022)
mempengaruhi kualitas hidupnya, karena terjadi defisit atensi, memori dan reasoning,
maupun penurunan performa kerja, skill, sampai menghambat fase recovery. Alat
untuk menilai kemampuan kognitif yang sudah terukur validasinya adalah The
Schizophrenia Cognition Rating Scale (SCoRS), dimana SCoRS merupakan alat ukur
berbasis wawancara yang terdiri dari 20 item penilaian dan membutuhkan waktu
hanya 15 menit untuk melengkapinya dan telah diuji memiliki validitas yang baik
19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
20
21
skizofrenia digolongkan
dalam tiga
8kategori : positif, negative
dan disorganisasi, dan
beberapa simtom yang tidak
9cukup sesuai untuk
digolongkan kedalam
ketiga kategori tersebut.
Setiadi
10 menggolongkan etiologi
skizofrenia ke dalam dua
pendekatan, yaitu
11 somatogenesis dan
psikogenesis.
21
22
12 Penanganan bagi
penderita skizofrenia
beragam baik
menggunakan obat-
13 obatan, maupun
psikososial, tidak ada
pendekatan penanganan
tunggal yang
14 memenuhi semua
kebutuhan orang yang
menderita skizofrenia,
konseptual terapi.
15 Perawatan kontemporer
cenderung menyeluruh,
menggabungkan antara
22
23
16 pendekatan
psikofarmakologis dan
psikososial
17 Skozofrenia adalah salah
satu gangguan mental yang
disebut psikosis, pasien
18 psikotik tidak dapat
mengenali atau tidak
memiliki kontak dengan
realitas yang
19 ditandai dengan gangguan
utama dalam pikiran emosi,
bizzare, dan mengalami
20 waham dan halusinasi.
Simtom klinis utama
23
24
skizofrenia digolongkan
dalam tiga
21 kategori : positif, negative
dan disorganisasi, dan
beberapa simtom yang tidak
22 cukup sesuai untuk
digolongkan kedalam
ketiga kategori tersebut.
Setiadi
23 menggolongkan etiologi
skizofrenia ke dalam dua
pendekatan, yaitu
24 somatogenesis dan
psikogenesis.
24
25
25 Penanganan bagi
penderita skizofrenia
beragam baik
menggunakan obat-
26 obatan, maupun
psikososial, tidak ada
pendekatan penanganan
tunggal yang
27 memenuhi semua
kebutuhan orang yang
menderita skizofrenia,
konseptual terapi.
28 Perawatan kontemporer
cenderung menyeluruh,
menggabungkan antara
25
26
29 pendekatan
psikofarmakologis dan
psikososial
30 Skozofrenia adalah salah
satu gangguan mental yang
disebut psikosis, pasien
31 psikotik tidak dapat
mengenali atau tidak
memiliki kontak dengan
realitas yang
32 ditandai dengan gangguan
utama dalam pikiran emosi,
bizzare, dan mengalami
33 waham dan halusinasi.
Simtom klinis utama
26
27
skizofrenia digolongkan
dalam tiga
34 kategori : positif, negative
dan disorganisasi, dan
beberapa simtom yang tidak
35 cukup sesuai untuk
digolongkan kedalam
ketiga kategori tersebut.
Setiadi
36 menggolongkan etiologi
skizofrenia ke dalam dua
pendekatan, yaitu
37 somatogenesis dan
psikogenesis.
27
28
38 Penanganan bagi
penderita skizofrenia
beragam baik
menggunakan obat-
39 obatan, maupun
psikososial, tidak ada
pendekatan penanganan
tunggal yang
40 memenuhi semua
kebutuhan orang yang
menderita skizofrenia,
konseptual terapi.
41 Perawatan kontemporer
cenderung menyeluruh,
menggabungkan antara
28
29
42 pendekatan
psikofarmakologis dan
psikososial
Skozofrenia adalah salah satu gangguan mental yang disebut psikosis, pasien psikotik
tidak dapat mengenali atau tidak memiliki kontak dengan realitas yang ditandai dengan
gangguan utama dalam pikiran emosi, bizzare, dan mengalami waham dan halusinasi.
Simtom klinis utama skizofrenia digolongkan dalam tiga kategori: positif, negative dan
disorganisasi, dan beberapa simtom yang tidak cukup sesuai untuk digolongkan kedalam
maupun psikososial, tidak ada pendekatan penanganan tunggal yang memenuhi semua
psikososial.
29
DAFTAR PUSTAKA
Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III (PPDGJ III). 2004.
Pardede, J. A., Harjuliska, H., & Ramadia, A. (2021). Self-Efficacy dan Peran Keluarga
Zuraida, Z. (2018). Konsep Diri Penderita Skizofrenia Setelah Rehabilitasi. Jurnal Psikologi
Pardede, J. A., Siringo-ringo, L. M., Hulu, T. J., & Miranda, A. (2021). Edukasi Kepatuhan
Pardede, J. A., Siregar, L. M., & Hulu, E. P. (2020). Efektivitas Behaviour Therapy Terhadap
Risiko Perilaku Kekerasan Pada Pasien Skizofrenia Di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr.
Pitayanti, A., & Hartono, A. (2020). Sosialisasi Penyakit Skizofrenia Dalam Rangka
Yudhantara, D. S., & Istiqomah, R. (2018). Sinopsis skizofrenia. Universitas Brawijaya Press.
267-275).
UNIVERSITAS AIRLANGGA).
Panjaitan, A. P., & Septa, T. (2018). Diagnosis Dini Depresi Pasca Skizofrenia. JIMKI:
Widyarti, E. P., Limantara, S., & Khatimah, H. (2020). Gambaran faktor prognosis pada
pasien skizofrenia di rumah sakit jiwa sambang lihum. Homeostasis, 2(3), 509-518.
Indah Sari, D., Mayasari, D., & Graharti, R. (2019). Skizofrenia Paranoid pada Laki-laki Usia
31