Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH FARMAKOLOGI KEPERAWATAN

“DAMPAK OBAT TERHADAP SYSTEM TUBUH KARDIOVASKULAR”

DOSEN PENGAMPU: Ns. ERNALINDA ROSYA, S.Kep., M.Kep.

ANGGOTA

Nawadier Syarief 20220303054

Syifani Anggraeni 20220303057

Nazwa Salsabilla N 20220303050

Ahmad Nur Riskiyanto 20220303093

Sarbaeni 20220303105

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ESA UNGGUL

2022/202S3
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT yang memberikan kelimpahan nikmat dan
rahmat nya sehingga kita dapat menyelesaikan tugas bidang matakuliah farmakologi dengan
topik pembahasan “dampak obat terhadap system tubuh”

Tidak lupa juga kami haturkan kepada semua pihak yang telah turut memberikan kontribusi
dalam penyusunan karya ilmiah ini. Terutama ibu Ns. ERNALINDA ROSYA , S.Kep.,
M.Kep. selaku dosen pengampu dan juga pada teman sejawat yang turut serta berkontribusi
dalam penyusunan tugas analisis farmakologi.

Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dalam penulisan,
penyusunan, dan tata Bahasa penyampaian. Oleh karena itu kami dengan senang hati dan
berlapang dada menerima bentuk apapun masukan yang bersifat membangun.

Kami harap semoga kariyya ilmiah yang kami susun dapat memberikan manfaat dan
inspirasi bagi pembaca.

Penyusun,

Jakarta, 30 Juni 2023

Kelompok
3

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................4
1.3 Tujuan Penulisan.........................................................................................................4
BAB II........................................................................................................................................5
TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................................................5
2.1 Menguraikan fisiologi dan sistem tubuh kardiovaskular.............................................5
1. Perkembangan Sistem Kardiovaskuler........................................................................5
2.2 Menjelaskan pengertian obat-obat untuk sistem kardiovaskular...............................13
2.3 Menganalisis jenis-jenis penyakit..............................................................................14
2.4 Mekanisme kerja obat pada sistem tubuh kardiovaskular.........................................15
2.5 Asuhan keperawatan pada pasien yang mendapatkan terapi obat-obat untuk sistem
tubuh kardiovaskular............................................................................................................20
BAB III.....................................................................................................................................23
PENUTUP................................................................................................................................23
3.1 KESIMPULAN.........................................................................................................23
3.2 SARAN......................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................24

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam mata pelajaran farmakologi keperawatan, penting untuk memahami
dampak obat terhadap sistem tubuh kardiovaskular. Sistem kardiovaskular
merupakan sistem vital yang terdiri dari jantung, pembuluh darah, dan darah. Obat-
obatan dapat memiliki efek langsung maupun tidak langsung terhadap sistem ini,
seperti menurunkan tekanan darah, mengatur irama jantung, menghambat
pembekuan darah, dan mempengaruhi aliran darah ke organ-organ. Para perawat
perlu memahami dampak ini agar dapat memberikan obat dengan aman dan
memantau respons tubuh pasien.
Dalam prodi keperawatan, mata pelajaran farmakologi keperawatan
memainkan peran penting dalam mempelajari dampak obat terhadap sistem tubuh
kardiovaskular. Contohnya, obat antihipertensi digunakan untuk menurunkan
tekanan darah tinggi, obat antiaritmia mengatur irama jantung yang tidak normal.
Pengetahuan ini membantu perawat dalam memberikan obat dengan tepat dan
memantau respons tubuh pasien terhadap terapi obat.
Pemahaman yang baik tentang dampak obat terhadap sistem tubuh
kardiovaskular sangat penting bagi perawat. Hal ini memungkinkan mereka untuk
mengamati efek samping atau interaksi obat yang dapat mempengaruhi kesehatan
kardiovaskular pasien.

1.2 Rumusan Masalah


1. Menguraikan fisiologi dan sistem tubuh kardiovaskular
2. Menjelaskan pengertian obat-obat untuk sistem kardiovaskular
3. Menganalisis jenis-jenis penyakit kardiovaskular
4. Mekanisme kerja obat pada sistem tubuh kardiovaskular
5. Asuhan keperawatan pada pasien yang mendapatkan terapi obat-obat untuk
sistem tubuh kardiovaskular

1.3 Tujuan Penulisan


Tugas ini untuk memenuhi tugas mata kuliah farmakologi keperawatan.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Menguraikan fisiologi dan sistem tubuh kardiovaskular
Sistem kardiovaskuler merupakan organ sirkulsi darah yang terdiri dari
jantung, komponen darah dan pembuluh darah yang berfungsi memberikan dan
mengalirkan suplai oksigen dan nutrisi keseluruh jaringan tubuh yang di perlukan
dalam proses metabolisme tubuh. Sistem kardivaskuler memerlukan banyak
mekanisme yang bervariasi agar fungsi regulasinya dapat merespons aktivitas tubuh,
salah satunya adalah meningkatkan aktivitas suplai darah agar aktivitas jaringan
dapat terpenuhi. Pada keadaan berat, aliran darah tersebut, lebih banyak di arahkan
pada organ-organ vital seperti jantung dan otak yang berfungsi memlihara dan
mempertahankan sistem sirkulasi itu sendiri.

1. Perkembangan Sistem Kardiovaskuler


Sistem kardiovaskuler mulai berfungsi pada usia 3 minggu kehamilan. Dalam
sistem kardiovaskuler terdapat pembuluh darah terbesar yang di sebut Angioblast.
Angioblast ini timbul dari :
a. Mesoderm : splanknikus & chorionic
b. Merengkim : yolk sac dan tali pusat
c. Dan dapat juga menimbulkan pembuluh darah dan darah
Dalam awal perkembangannya yaitu pada minggu ketiga, tabung jantung
mulai berkembang di splanknikus yaitu antara bagian pericardial dan IEC dan atap
katup uning telur sekunder(kardiogenik area). Tabung jantung pasangkan

6
membujur endotel berlapis saluran. Tabung-tabung membentuk untuk menjadi
jantung primordial. Jantung tubular bergabung dalam pembuluh darah di dalam
embrio yang menghubungkan tangkai, karian dan yolk sac membentuk sistem
kardivaskuler purba. Pada janin, proses peredaran darah melalui plasenta.

1. Anatomi dan Fisiologi Kardiovaskuler


Jantung berbentuk seperti pir/kerucut seperti piramida terbalik dengan apeks
(superior-posterior:C-II) berada di bawah dan basis ( anterior-inferior ICS – V)
berada di atas. Pada basis jantung terdapat aorta, batang nadi paru, pembuluh balik
atas dan bawah dan pembuluh balik. Jantung sebagai pusat sistem kardiovaskuler
terletak di sebelah rongga dada (cavum thoraks) sebelah kiri yang terlindung oleh
costae tepatnya pada mediastinum. Untuk mengetahui denyutan jantung, kita dapat
memeriksa dibawah papilla mamae 2 jari setelahnya. Berat pada orang dewasa
sekitar 250-350 gram. Hubungan jantung dengan alat sekitarnya yaitu:
a. Dinding depan berhubungan dengan sternum dan kartilago kostalis
setinggi kosta III-I.
b. Samping berhubungan dengan paru dan fasies mediastilais.
c. Atas setinggi torakal IV dan servikal II berhubungan dengan aorta
pulmonalis, brongkus dekstra dan bronkus sinistra.
d. Belakang alat-alat mediastinum posterior, esophagus, aorta
desendes, vena azigos, dan kolumna vetebrata torakalis.
e. Bagian bawah berhubungan dengan diafragma.

Jantung difiksasi pada tempatnya agar tidak mudah berpindah tempat.


Penyokong jantung utama adalah paru yang menekan jantung dari samping,
diafragma menyokong dari bawah, pembuluh darah yang keluar masuk dari
jantung sehingga jantung tidak mudah berpindah. Factor yang mempengaruhi
kedudukan jantung adalah:

a. Umur: Pada usia lanjut, alat-alat dalam rongga toraks termasuk


jantung agak turun kebawah
b. Bentuk rongga dada: Perubahan bentuk tora yang menetap (TBC)
menahun batas jantung menurun sehingga pada asma toraks melebar
dan membulat

7
c. Letak diafragma: Jika terjadi penekanan diafragma keatas akan
mendorong bagian bawah jantung ke atas
d. Perubahan posisi tubuh: proyeksi jantung normal di pengaruhi oleh
posisi tubuh.

 Otot jantung terdiri atas 3 lapisan yaitu :


a) Luar/pericardium Berfungsi sebagai pelindung jantung atau
merupakan kantong pembungkus jantung yang terletak di
mediastinum minus dan di belakang korpus sterni dan rawan iga II-
IV yang terdiri dari 2 lapisan fibrosa dan serosa yaitu lapisan
parietal dan viseral. Diantara dua lapisan jantung ini terdapat lender
sebagai pelican untuk menjaga agar gesekan pericardium tidak
mengganggu jantung.
b) Tengah/ miokardium Lapisan otot jantung yang menerima darah dari
arteri koronaria. Susunan miokardium yaitu:
i. Otot atria: Sangat tipis dan kurang teratur, disusun oleh dua
lapisan. Lapisan dalam mencakup serabut-serabut berbentuk
lingkaran dan lapisan luar mencakup kedua atria.
ii. Otot ventrikuler: membentuk bilik jantung dimulai dari cincin
antrioventikuler sampai ke apeks jantung.
iii. Otot atrioventrikuler: Dinding pemisah antara serambi dan
bilik( atrium dan ventrikel).
c) Dalam / Endokardium Dinding dalam atrium yang diliputi oleh
membrane yang mengilat yang terdiri dari jaringan endotel atau
selaput lender endokardium kecuali aurikula dan bagian depan sinus
vena kava.

 Bagian- bagian dari jantung:


a. Basis kordis: bagian jantung sebelah atas yang berhubungan dengan
pembuluh darah besar dan dibnetuk oleh atrium sinistra dan
sebagian oleh atrium dekstra.
b. Apeks kordis : bagian bawah jantung berbentuk puncak kerucut
tumpul.

8
 Permukaan jantung (fascies kordis) yaitu:
a. Fascies sternokostalis: permukaan menghadap kedepan berbatasan
dengan dinding depan toraks, dibentuk oleh atrium dekstra, ventrikel
dekstra dan sedikit ventrikel sinistra.
b. Fascies dorsalis: permukaan jantung menghadap kebelakang
berbentuk segiempat berbatas dengan mediastinum posterior,
dibentuk oleh dinding atrium sinistra, sebgain atrium sinistra dan
sebgain kecil dinding ventrikel sinistra.
c. Fascies diafragmatika: permukaan bagian bawah jantung yang
bebatas dengan stentrum tindinium diafragma dibentuk oleh dinding
ventrikel sinistra dan sebagian kecil ventrikel dekstra.

 Tepi jantung( margo kordis) yaitu:


a. Margo dekstra: bagian jantung tepi kanan membentang mulai dari
vena kava superior sampai ke apeks kordis
b. Margo sinistra: bagian ujung jantung sebelah tepi membentang dari
bawah muara vena pulmonalis sinistra inferior sampai ke apeks
kordis.

 Alur permukaan jantung


a. Sulkus atrioventrikularis: Mengelilingi batas bawah basis kordis
b. Sulkus langitudinalis anterior: dari celah arteri pulmonalis dengan
aurikula sinistra berjalan kebawah menuju apeks kordis.
c. Sulkus langitudinals posterior: dari sulkus koronaria sebelah kanan
muara vena cava inferior menuju apeks kordis.

 Ruang-ruang jantung
Jantung terdiri dari empat ruang yaitu:
1. Atrium dekstra: Terdiri dari rongga utama dan aurikula di luar, bagian
dalamnya membentuk suatu rigi atau Krista terminalis.

a. Muara atrium kanan terdiri dari:

9
1. Vena cava superior
2. Vena cava inferior
3. Sinus koronarius
4. Osteum atrioventrikuler dekstra
b. Sisa fetal atrium kanan: fossa ovalis dan annulus ovalis
c. Ventrikel dekstra: berhubungan dengan atrium kanan melalui
osteum atrioventrikel dekstrum dan dengan traktus pulmonalis
melalui osteum pulmonalis. Dinding ventrikel kanan jauh lebih
tebal dari atrium kanan terdiri dari:
a. Valvula triskuspidal
b. Valvula pulmonalis
2. Atrium sinistra: Terdiri dari rongga utama dan aurikula
3. Ventrikel sinistra: Berhubungan dengan atrium sinistra melalui
osteum atrioventrikuler sinistra dan dengan aorta melalui osteum
aorta terdiri dari:
a. Valvula mitralis
b. Valvula semilunaris aorta

 Peredaran darah jantung


Vena kava superior dan vena kava inferior mengalirkan darah ke
atrium dekstra yang datang dari seluruh tubuh. Arteri pulmonalis membawa
darah dari ventrikel dekstra masuk ke paru-paru(pulmo). Antara ventrikel
sinistra dan arteri pulmonalis terdapat katup vlavula semilunaris arteri
pulmonalis. Vena pulmonalis membawa darah dari paru-paru masuk ke
atrium sinitra. Aorta (pembuluh darah terbesar) membawa darah dari
ventrikel sinistra dan aorta terdapat sebuah katup valvulasemilunaris aorta.
Peredaran darah jantung terdiri dari 3 yaitu:
 Arteri koronaria kanan: berasal dari sinus anterior aorta berjalan
kedepan antara trunkus pulmonalis dan aurikula memberikan cabang-
cabangke atrium dekstra dan ventrikel kanan.
 Arteri koronaria kiri: lebih besar dari arteri koronaria dekstra

10
 Aliran vena jantung: sebagian darah dari dinding jantung mengalir ke
atrium kanan melalui sinus koronarius yang terletak dibagian
belakang sulkus atrioventrikularis merupakan lanjutan dari vena.

2. Fisiologi Jantung
c. Fungsi umum otot jantung yaitu:
1. Sifat ritmisitas/otomatis: secara potensial berkontraksi tanpa adanya
rangsangan dari luar.
2. Mengikuti hukum gagal atau tuntas: impuls dilepas mencapai ambang
rangsang otot jantung maka seluruh jantung akan berkontraksi
maksimal.
4. Tidak dapat berkontraksi tetanik.
5. Kekuatan kontraksi dipengaruhi panjang awal otot.

 Metabolisme otot jantung


Seperti otot kerangka, otot jantung juga menggunakan energy kimia
untuk berkontraksi. Energy terutama berasal dari metabolism asam lemak
dalam jumlah yang lebih kecil dari metabolisme zat gizi terutama laktat dan
glukosa. Proses metabolism jantung adalah aerobic yang membutuhkan
oksigen.

 Pengaruh ion pada jantung


1. Pengaruh ion kalium : kelebihan ion kalium pada CES menyebabkan
jantung dilatasi, lemah dan frekuensi lambat.
2. Pengaruh ion kalsium: kelebihan ion kalsium menyebabkan jantung
berkontraksi spastis.
3. Pengaruh ion natrium: menekan fungsi jantung.

 Elektrofisiologi Sel Otot jantung


Aktifitas listrik jantung merupakan akibat perubahan permeabilitas
membrane sel. Seluruh proses aktifitas listrik jantung dinamakan potensial
aksi yang disebabkan oleh rangsangan listrik, kimia, mekanika, dan termis.
Lima fase aksi potensial yaitu:

11
1. Fase istirahat: Bagian dalam bermuatan negative(polarisasi) dan
bagian luar bermuatan positif.
2. Fase depolarisasi(cepat): Disebabkan meningkatnya
permeabilitas membrane terhadap natrium sehingga natrium
mengalir dari luar ke dalam.
3. Fase polarisasi parsial: Setelah depolarisasi terdapat sedikit
perubahan akibat masuknya kalsium ke dalam sel, sehingga
muatan positih dalam sel menjadi berkurang.
4. Fase plato(keadaan stabil): Fase depolarisasi diikiuti keadaan
stabil agak lama sesuai masa refraktor absolute miokard.
5. Fase repolarisasi(cepat): Kalsium dan natrium berangsur-angsur
tidak mengalir dan permeabilitas terhadap kalium sangat
meningkat.

 Sistem konduksi jantung


Sistem konduksi jantung meliputi:
1. SA node: Tumpukan jaringan neuromuscular yang kecil berada di
dalam dinding atrium kanan di ujung Krista terminalis.
2. AV node: Susunannya sama dengan SA node berada di dalam septum
atrium dekat muara sinus koronari.
3. Bundle atrioventrikuler: dari bundle AV berjalan ke arah depan pada
tepi posterior dan tepi bawah pars membranasea septum
interventrikulare.
4. Serabut penghubung terminal(purkinje): Anyaman yang berada pada
endokardium menyebar pada kedua ventrikel.

 Siklus jantung
Empat pompa yang terpisah yaitu: dua pompa primer atrium dan dua
pompa tenaga ventrikel. Periode akhir kontraksi jantung sampai kontraksi
berikutnya disebut siklus jantung.

 Fungsi jantung sebagai pompa


Lima fungsi jantung sebagai pompa yaitu:

12
1. Fungsi atrium sebagai pompa
2. Fungsi ventrikel sebagai pompa
3. Periode ejeksi
4. Diastole
5. Periode relaksasi isometric

Dua cara dasar pengaturan kerja pemompaan jantung


1. Autoregulasi intrinsic pemompaan akibat perubahan volume darah yang
mengalir ke jantung.
2. Reflex mengawasi kecepatan dan kekuatan kontraksi jantung melalui
saraf otonom

 Curah jantung
Normal, jumlah darah yang dipompakan ventrikel kiri dan kanan sama
besarnya. Jumlah darah yang dipompakan ventrikel selama satu menit
disebut curah jantung (cardiac output).
Faktor-faktor utama yang mempengaruhi otot jantung:
1. Beban awal
2. Kontraktilitas
3. Beban akhir
4. Frekuensi jantung

Periode pekerjaan jantung yaitu:


1. Periode systole
2. Periode diastole
3. Periode istirahat

 Bunyi jantung
Tahapan bunyi jantung:
1. Bunyi pertama: lup
2. Bunyi kedua : Dup
3. Bunyi ketiga: lemah dan rendah 1/3 jalan diastolic individu muda

13
4. Bunyi keempat: kadang-kadang dapat didengar segera sebelum bunyi
pertama

3. Anatomi sistem pembuluh darah


Pembuluh darah adalah prasarana jalan bagi aliran darah keseluruh tubuh. Aliran
darah dalam tubuh terdiri dari:
1. Aliran darah koroner
2. Aliran darah portal
3. Aliran darah pulmonal
4. Aliran darah sistemik

 Sistem pembuluhan limfe


Sistem pembuluh limfe merupakan suatu jalan tambahan tempat cairan dapat
mengalir dari ruang interstitial ke dalam darah.pembuluh limfa dapat
mengangkut protein dan zat partikel besar, keluar ruang jaringan yang tidak
dikeluarkan dengan absorbs secara langsung kedalam kapiler darah.

2.2 Menjelaskan pengertian obat-obat untuk sistem kardiovaskular


1. Antiplatelet ( Aspirin )
Antiplatelet adalah obat pengencer darah yang juga berfungsi sebagai
obat jantung koroner yang dapat membantu mengurangi risiko serangan
jantung. Antiplatelet bekerja dengan cara mengencerkan darah dan mencegah
pembekuan darah. Contoh obat pengencer darah antiplatelet adalah aspirin,
clopidogrel, ticagrelor, dan prasugrel.
2. Pladogrel
Obat ini juga tergolong ke dalam antiplatelet yang mampu mencegah
penggumpalan darah. Pladogrel mengandung bahan aktif clopidogrel.
Bahan aktif clopidogrel mampu mencegah pelekatan keping darah dan
penyumbatan alirah darah sehingga darah tetap mengalir dengan lancar.
3. Vasodilator ( Nitrat )
Vasodilator adalah golongan obat yang digunakan untuk melebarkan
pembuluh darah. Golongan obat ini dapat digunakan untuk mengatasi
tekanan darah tinggi (hipertensi), gagal jantung, dan angina.

14
Vasodilator bekerja dengan cara merelaksasi otot pembuluh darah. Jika
pembuluh darah melebar, aliran darah pun menjadi lebih lancar sehingga
beban kerja jantung dalam memompa darah dapat berkurang.

4. Lidocaine
Bentuk sediaan: Suntik
Merek dagang: Lidocaine Compositum, Lidocaine HCL, Lidocaine HCL
Monohydrate, Lidocaine Hydrochloride, Kifacaine, Lidox 2%, Lignovell
Untuk mengetahui dosis dan informasi lebih lanjut mengenai obat ini, silakan
buka laman obat lidocaine.
5. Furosemide
Furosemide merupakan obat untuk hipertensi yang termasuk dalam
golongan obat diuretik. Obat jenis ini bekerja dengan cara membuang
kelebihan air dan kadar natrium dalam tubuh, sehingga jumlah cairan dan
garam yang mengalir dalam pembuluh darah dapat menurun.

2.3 Menganalisis jenis-jenis penyakit


1. Penyakit Jantung Koroner: Ini adalah kondisi di mana pembuluh darah
yang memasok darah ke jantung (pembuluh darah koroner) mengalami
penyempitan atau penyumbatan. Hal ini dapat menyebabkan nyeri dada
(angina), serangan jantung, atau gagal jantung.
2. Stroke: Stroke terjadi ketika aliran darah ke bagian otak terganggu, biasanya
karena pembuluh darah yang tersumbat atau pecah. Ini dapat menyebabkan
kerusakan otak yang serius dan berpotensi mengancam jiwa, serta dapat
mempengaruhi kemampuan berbicara, gerakan, dan fungsi otak lainnya.
3. Gagal Jantung: Gagal jantung adalah kondisi di mana jantung tidak mampu
memompa darah dengan efisiensi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan
tubuh. Hal ini dapat menyebabkan kelelahan, sesak napas, pembengkakan
kaki dan pergelangan kaki, dan penumpukan cairan di paru-paru.
4. Aritmia: Aritmia adalah gangguan irama jantung yang dapat menyebabkan
detak jantung yang terlalu cepat, terlalu lambat, atau tidak teratur. Beberapa
aritmia tidak berbahaya, tetapi beberapa jenis aritmia dapat menyebabkan
komplikasi serius, seperti gagal jantung atau stroke.

15
5. Hipertensi: Juga dikenal sebagai tekanan darah tinggi, hipertensi adalah
kondisi di mana tekanan darah dalam arteri meningkat. Jika tidak
dikendalikan, hipertensi dapat merusak pembuluh darah dan meningkatkan
risiko terjadinya penyakit jantung koroner, stroke, dan gagal jantung.

2.4 Mekanisme kerja obat pada sistem tubuh kardiovaskular


1. Mekanisme kerja obat antiplatelet
Obat antiplatelet bekerja dengan menghambat atau mengurangi
penggumpalan darah yang disebabkan oleh agregasi platelet atau
penggumpalan platelet. Mekanisme kerja obat antiplatelet bervariasi
tergantung pada jenis obat yang digunakan. Berikut adalah beberapa
mekanisme umum dari obat antiplatelet:
Aspirin: Aspirin adalah obat antiplatelet yang paling umum
digunakan. Aspirin bekerja dengan menghambat enzim siklooksigenase
(COX) dalam platelet, yang berperan dalam produksi prostaglandin dan
tromboksan. Tromboksan adalah zat yang merangsang penggumpalan platelet
dan penyempitan pembuluh darah. Dengan menghambat produksi
tromboksan, aspirin mengurangi kemampuan platelet untuk saling menempel
dan membentuk gumpalan darah.
 Farmakokinetik: Aspirin diserap dengan cepat dari saluran
pencernaan setelah penggunaan oral. Setelah diserap, aspirin diubah
menjadi asam salisilat di dalam tubuh. Dalam dosis rendah, setengah
hayat asam salisilat adalah sekitar 3-6 jam.
 Farmakodinamik: Aspirin bekerja dengan menghambat enzim COX
(siklooksigenase), yang mengurangi produksi tromboksan A2, sebuah
mediator yang merangsang agregasi platelet dan
penyempitan pembuluh darah.
2. Mekanisme kerja obat pladogrel
Farmakokinetik pladogrel (clopidogrel) mencakup bagaimana obat
tersebut diserap, didistribusikan, metabolisme, dan diekskresikan oleh tubuh.
Berikut adalah informasi umum mengenai farmakokinetik pladogrel:
 Penyerapan: Pladogrel diserap dengan baik setelah pemberian melalui
mulut (oral). Setelah dikonsumsi, obat ini mengalami proses

16
metabolisasi sebelum mencapai sirkulasi sistemik. Metabolisme awal
terjadi di hati melalui enzim sitokrom P450 (CYP) menjadi bentuk
aktifnya.
 Metabolisme: Pladogrel mengalami proses metabolisme hebat di hati.
Dalam hati, obat ini diubah menjadi bentuk aktif yang dikenal sebagai
metabolit aktif (active metabolite). Metabolit aktif ini bertanggung
jawab untuk efek antiplatelet pladogrel.

 Distribusi: Setelah metabolisme di hati, metabolit aktif pladogrel


didistribusikan ke jaringan tubuh melalui aliran darah. Pladogrel dan
metabolit aktifnya terikat pada protein plasma dalam jumlah yang
cukup tinggi.
 Eliminasi: Pladogrel dan metabolit aktifnya diekskresikan terutama
melalui urin dan sebagian kecil melalui feses. Proses eliminasi obat
ini relatif lambat, dengan waktu paruh eliminasi yang berkisar antara
6 hingga 8 jam.

Farmakodinamik pladogrel melibatkan interaksi obat dengan target


biologis dalam tubuh dan efeknya pada fungsi platelet. Berikut adalah
informasi umum mengenai farmakodinamik pladogrel:
 Mekanisme Antiplatelet: Pladogrel bekerja sebagai obat antiplatelet
dengan menghambat agregasi platelet dan mencegah pembentukan
gumpalan darah yang berpotensi menyumbat pembuluh darah. Ini
dicapai melalui penghambatan reseptor ADP pada permukaan
platelet, yang mengurangi aktivasi dan agregasi platelet.
 Efek Pada Fungsi Platelet: Pladogrel mengurangi kemampuan platelet
untuk saling menempel dan membentuk gumpalan darah. Ini
mengurangi risiko pembentukan gumpalan darah yang berlebihan dan
mencegah penyakit kardiovaskular seperti serangan jantung dan
stroke.
 Onset dan Durasi Efek: Efek antiplatelet pladogrel dimulai beberapa
jam setelah pemberian dan mencapai puncaknya dalam beberapa hari.

17
Efek antiplatelet dapat bertahan hingga 7-10 hari, karena platelet yang
baru dihasilkan akan menggantikan yang telah terpengaruh oleh obat.
3. Mekanisme kerja obat vasolidator
Vasodilator adalah jenis obat yang bekerja dengan memperluas atau
melebarkan pembuluh darah, yang mengakibatkan penurunan tekanan darah
dan peningkatan aliran darah ke jaringan-jaringan tubuh. Farmakokinetik dan
farmakodinamik obat vasodilator dapat bervariasi tergantung pada jenis obat
yang digunakan. Berikut adalah contoh umum farmakokinetik dan
farmakodinamik dari beberapa vasodilator:

Nitrat:
 Farmakokinetik: Nitrat dapat diambil melalui mulut, diserap melalui
saluran pencernaan, dan kemudian mencapai aliran darah. Nitrat
dapat diberikan secara sublingual, oral, atau melalui jalur
transdermal. Beberapa nitrat juga tersedia dalam bentuk aerosol yang
dapat dihirup. Nitrat dapat memiliki waktu paruh yang singkat
(beberapa menit hingga beberapa jam), tergantung pada bentuk dan
dosisnya.
 Farmakodinamik: Nitrat bekerja dengan menghasilkan oksida nitrat
(NO) di dalam tubuh. NO menyebabkan relaksasi otot polos
pembuluh darah, khususnya di arteri, sehingga mengakibatkan
pelebaran pembuluh darah (vasodilatasi) dan penurunan resistensi
vaskular perifer. Ini mengurangi beban kerja jantung dan
penurunan tekanan darah.
4. Mekanisme kerja obat lidocaine
Lidocaine adalah obat yang termasuk dalam kelas anestesi lokal.
Mekanisme kerja lidocaine berkaitan dengan kemampuannya untuk
menghambat konduksi sinyal saraf di sekitar area yang diaplikasikan. Berikut
adalah mekanisme kerja lidocaine:

 Penghambatan Natrium Channel:


Lidocaine bekerja dengan menghambat saluran natrium pada membran sel
saraf. Saat terjadi stimulasi atau sinyal listrik pada saraf, saluran natrium

18
terbuka, dan natrium masuk ke dalam sel. Hal ini menyebabkan depolarisasi
membran sel saraf yang memicu terjadinya konduksi sinyal. Lidocaine
mengikat dan memblokir saluran natrium, mencegah aliran natrium ke dalam
sel dan menghambat depolarisasi membran saraf. Akibatnya, konduksi sinyal
saraf terhambat, sehingga sensasi nyeri atau rangsangan tidak dapat
dihantarkan secara efektif.
 Efek Lokal:
Lidocaine bekerja secara lokal pada daerah yang diaplikasikan. Ketika
lidocaine dioleskan atau disuntikkan pada kulit atau jaringan yang terkena, ia
menembus membran sel dan menyebar ke dalam jaringan di sekitarnya.
Lidocaine kemudian bekerja di dalam jaringan untuk menghambat konduksi
sinyal saraf di area tersebut, mengurangi rasa nyeri, dan memberikan efek
anestesi lokal.
Dalam aplikasi klinis, lidocaine sering digunakan sebagai anestesi lokal
untuk tindakan bedah kecil, prosedur invasif, atau untuk meredakan rasa sakit
pada kulit, jaringan, atau mukosa. Lidocaine juga dapat digunakan dalam
bentuk larutan untuk anestesi infiltrasi, blok saraf, dan anestesi regional.
Penting untuk dicatat bahwa penggunaan lidocaine harus sesuai dengan
petunjuk dokter atau petugas medis yang berkualifikasi, dan dosis yang tepat
harus disesuaikan dengan kondisi pasien.

Farmakokinetik Lidocaine:
 Absorpsi: Lidocaine dapat diberikan melalui berbagai metode,
termasuk pemberian topikal, injeksi subkutan, dan injeksi intravena.
Absorpsi lidocaine tergantung pada metode pemberian dan area
aplikasi. Misalnya, lidocaine topikal umumnya memiliki absorpsi
lokal yang terbatas, sedangkan lidocaine yang diinjeksikan memiliki
absorpsi sistemik yang lebih cepat.
 Distribusi: Lidocaine memiliki kemampuan penetrasi yang baik ke
dalam jaringan, termasuk kulit, otot, dan membran mukosa. Lidocaine
juga dapat menembus membran sel saraf untuk mencapai situs
kerjanya.

19
 Metabolisme: Lidocaine mengalami metabolisme yang signifikan di
hati melalui enzim sitokrom P450, terutama CYP1A2 dan CYP3A4.
Metabolit utama lidocaine adalah monoetilglisin-xilidida (MEGX)
dan glikonida lidocaine.
 Eliminasi: Lidocaine diekskresikan terutama melalui ginjal dalam
bentuk metabolit yang diekskresikan dalam urin. Setelah dosis
tunggal, eliminasi lidocaine biasanya memiliki waktu paruh yang
relatif pendek, sekitar 1-2 jam.

Farmakodinamik Lidocaine:
 Mekanisme Aksi: Lidocaine bekerja dengan menghambat saluran
natrium voltase-dependen pada membran sel saraf. Dengan
menghambat aliran natrium ke dalam sel saraf, lidocaine menghambat
depolarisasi membran saraf yang diperlukan untuk konduksi sinyal
saraf. Akibatnya, lidocaine menghasilkan efek anestesi lokal dan
mengurangi sensasi nyeri.
 Durasi Efek: Efek anestesi lidocaine tergantung pada dosis dan waktu
pemberian. Biasanya, lidocaine topikal memiliki durasi kerja yang
lebih pendek dibandingkan dengan lidocaine yang diinjeksikan.
Dalam aplikasi klinis, lidocaine biasanya digunakan untuk anestesi
lokal atau sebagai analgesik pada prosedur bedah kecil, tindakan
invasif, atau meredakan rasa sakit pada kulit, jaringan, atau mukosa.
5. Mekanisme kerja obat furosemide
Mekanisme kerja furosemide mengarah pada peningkatan produksi urine
yang signifikan, mengurangi volume darah dan cairan dalam tubuh, dan
menurunkan tekanan darah. Oleh karena itu, furosemide sering digunakan
dalam pengobatan tekanan darah tinggi (hipertensi), edema (penumpukan
cairan dalam jaringan), gagal jantung, gagal ginjal, dan kondisi medis lainnya
yang melibatkan retensi cairan. Penting untuk menggunakan furosemide
sesuai dengan petunjuk dan dosis yang ditentukan oleh dokter, serta

20
memantau elektrolit dan fungsi ginjal secara teratur selama
penggunaan obat ini.

Farmakokinetik Furosemide:
 Absorpsi: Furosemide biasanya diberikan melalui jalur oral, tetapi
juga tersedia dalam bentuk injeksi intravena untuk penggunaan
segera. Setelah pemberian oral, furosemide cepat diserap dari saluran
pencernaan.
 Distribusi: Furosemide tersebar luas ke dalam jaringan tubuh,
termasuk ginjal, hati, paru-paru, dan otot. Furosemide juga dapat
menembus sawar darah-otak dalam jumlah kecil.
 Metabolisme: Furosemide mengalami sedikit metabolisme di hati,
dan sebagian besar dikeluarkan dalam bentuk obat yang tidak berubah
melalui ginjal.
 Eliminasi: Furosemide diekskresikan terutama melalui ginjal. Karena
furosemide adalah diuretik kuat, obat ini menyebabkan peningkatan
ekskresi air dan elektrolit melalui urin.

Farmakodinamik Furosemide:

 Mekanisme Aksi: Furosemide adalah diuretik loop, yang berarti obat


ini bekerja dengan menghambat reabsorpsi natrium, kalium, dan
klorida di bagian lingkungan naik dari tubulus ginjal. Furosemide
bekerja dengan menghambat pompa Na-K-Cl di asensia lingkungan
naik tubulus ginjal, mengakibatkan peningkatan ekskresi natrium,
kalium, dan klorida melalui urin. Hal ini menyebabkan diuresis
(peningkatan produksi urin) dan ekskresi lebih banyak air dari tubuh.
 Efek Diuretik: Karena sifat diuretiknya, furosemide digunakan untuk
mengobati kondisi seperti edema (akumulasi cairan berlebihan dalam
tubuh), gagal jantung, hipertensi, dan gangguan ginjal tertentu.

21
2.5 Asuhan keperawatan pada pasien yang mendapatkan terapi obat-obat untuk
sistem tubuh kardiovaskular
1. Asuhan Keperawatan Obat Antiplatelet
a. Monitor tanda-tanda perdarahan seperti perdarahan gusi, mimisan,
perdarahan kulit, atau urine berwarna gelap.
b. Pantau jumlah trombosit secara teratur melalui pemeriksaan
laboratorium.
c. Edukasi pasien tentang pentingnya mematuhi jadwal minum obat
secara teratur dan tidak menghentikan pengobatan tanpa persetujuan
dokter.
d. Ajarkan pasien tentang tanda-tanda perdarahan yang perlu segera
dilaporkan kepada tenaga medis.

2. Asuhan Keperawatan Obat pladogrel


a. Pemantauan Tanda Vital: Perawat perlu secara teratur memantau
tekanan darah, denyut nadi, dan suhu pasien. Pladogrel dapat
mempengaruhi pembekuan darah, oleh karena itu penting untuk
memantau tanda-tanda perdarahan atau pembekuan yang tidak
normal.

b. Pengawasan Perdarahan: Perawat harus mengamati adanya


perdarahan yang tidak normal pada pasien yang menggunakan
Pladogrel. Perdarahan dapat terjadi dalam bentuk perdarahan dari
luka atau cedera kecil, mimisan yang berkepanjangan, atau
perdarahan yang tidak biasa dari gusi atau saluran pencernaan. Jika
perdarahan tidak terkontrol, perlu segera melaporkannya kepada
dokter.

c. Edukasi Pasien: Memberikan edukasi kepada pasien tentang


penggunaan obat Pladogrel sangat penting. Perawat harus
menjelaskan pentingnya konsistensi dalam penggunaan obat dan
mengingatkan pasien untuk tidak menghentikan pengobatan tanpa
persetujuan dokter. Pasien juga perlu diberitahu tentang tanda-tanda

22
perdarahan yang tidak normal atau efek samping lainnya yang
perlu dilaporkan.

3. Asuhan Keperawatan Obat Vasodilator


a. Pantau tekanan darah pasien secara teratur.
b. Monitor tanda-tanda efek samping seperti sakit kepala, pusing, atau
hipotensi.
c. Edukasi pasien tentang tujuan penggunaan vasodilator dan manfaat
yang diharapkan.
d. Diskusikan dengan pasien tentang pentingnya melaporkan tanda-
tanda yang tidak biasa, seperti kemerahan pada kulit, sesak napas,
atau nyeri dada.

4. Asuhan Keperawatan Obat Lidocaine


a. Pantau irama jantung pasien menggunakan monitor jantung.
b. Monitor tanda-tanda alergi atau reaksi sistemik seperti ruam, sesak
napas, atau penurunan tekanan darah.
c. Jelaskan kepada pasien tentang prosedur pemberian lidocaine dan
manfaatnya dalam mengurangi nyeri atau aritmia.
d. Sediakan kenyamanan dan dukungan bagi pasien selama prosedur
yang melibatkan lidocaine.

5. Asuhan Keperawatan Obat Furosemide


a. Pantau tekanan darah, elektrolit (terutama kadar kalium), dan fungsi
ginjal pasien secara teratur.
b. Edukasi pasien tentang pentingnya mengikuti diet rendah garam saat
menggunakan furosemide.
c. Diskusikan dengan pasien tentang tanda-tanda efek samping yang
mungkin terkait dengan furosemide, seperti peningkatan frekuensi
buang air kecil atau kelemahan otot.
d. Jelaskan kepada pasien bahwa furosemide dapat menyebabkan
kehilangan cairan yang signifikan, oleh karena itu, penting untuk
minum air yang cukup dan melaporkan tanda-tanda dehidrasi
kepada tenaga medis.

23
BAB III

PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Dalam mata pelajaran farmakologi keperawatan, penting bagi mahasiswa
keperawatan untuk memahami dampak obat terhadap sistem tubuh kardiovaskular.
Obat-obatan memiliki efek yang bervariasi terhadap jantung, pembuluh darah, dan
aliran darah ke organ-organ. Pengetahuan ini membantu perawat dalam memberikan
obat dengan tepat, memantau respons tubuh pasien, dan mengurangi risiko efek
samping yang berpotensi merugikan pasien.

3.2 SARAN
Pelajarilah dengan seksama materi farmakologi keperawatan terkait dampak
obat terhadap sistem kardiovaskular. Pahami mekanisme kerja obat-obatan yang
umum digunakan dalam pengobatan penyakit kardiovaskular, serta efek samping yang
mungkin terjadi. Ini akan membantu Anda dalam memberikan perawatan yang aman
dan efektif kepada pasien.
Selalu lakukan pengkajian terhadap pasien sebelum memberikan obat,
terutama dalam hal riwayat penyakit kardiovaskular. Perhatikan tanda-tanda dan
gejala yang menunjukkan adanya perubahan pada sistem kardiovaskular. Jika terdapat
kekhawatiran atau perubahan yang signifikan, segera hubungi tim medis atau tenaga
medis yang lebih berpengalaman.
Perbarui pengetahuan Anda secara teratur mengenai obat-obatan yang
digunakan dalam pengobatan penyakit kardiovaskular. Tetap up-to-date dengan
informasi terkini tentang obat baru, perubahan dosis, dan perkembangan terapi.

24
Berpartisipasilah dalam program pengembangan profesional untuk menjaga
keterampilan dan pengetahuan farmakologi keperawatan Anda tetap terkini

DAFTAR PUSTAKA

Riza Fikriana. Sistem Kardiovaskuler. In: Sistem Kardiovaskuler. ; 2018:130.


Hussaana A. Obat Kardiovaskuler. Farmakol Ter FK UNISSULA DAN Univ Wijaya Kusuma
Surabaya. Published online 2017:1-56.

25

Anda mungkin juga menyukai