1
LEMBAR PENGESAHAN
PO715241211024
Dengan Judul:
Heart Failure”
Tanggal 05 September – 01 Oktober 2022 di Pusat Jantung Terpadu RSUP Dr. Wahidin
Sudirohusodo telah Preceptor dan Clinical Educator.
Mengetahui,
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas berkat
rahmat dan karunia-Nya saya masih diberi kesempatan untuk menyusun laporan
hanturkan kepada Nabi Muhammad SAW. Laporan kasus ini merupakan salah
satu dari tugas praktek klinik di PJT RSUP. dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar
Selain itu juga laporan kasus ini bertujuan memberikan informasi mengenani
kekurangan, oleh sebab itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
dengan selesainya laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman
yang membutuhkan.
Penulis
3
DAFTAR ISI
4
BAB I
PENDAHULUAN
kematian nomor satu setiap tahunnya. Di Indonesia penyakit jantung dan pembuluh
darah merupakan salah satu masalah kesehatan utama dan penyakit ini menjadi
penyebab nomor satu kematian di dunia dengan diperkirakan akan terus meningkat
jantung. Gagal jantung dapat dialami oleh setiap orang dari berbagai usia, missal
neonatus dengan gagal jantung congenital atau orang dewasa dengan penyakit jantung
arterosklerosis, usia pertengahan dan usia tua sering pula mengalami kegagalan jantung.
Masalah yang sering muncul pada penderita gagal jantung adalah berkurangnya pasokan
oksigen ke jaringan sehingga tubuh mengalami kelemahan dalam aktivitas (Kurmani &
Squire, 2017).
gagal jantung yang disebabkan oleh infark miokard sebagai bentuk perkembangan yang
cepat dari nekrosis otot jantung yang disebabkan oleh tidak seimbangan antara
kebutuhan oksigen dan suplai oksigen. Gangguan fungsi jantung pada gagal jantung
dapat berupa gangguan fungsi diastolik atau sistolik, gangguan irama jantung, beban
volume berlebihan (preload) dan beban tekanan (afterload) (Terhoch et al., 2018).
penanganan yang tepat agar kondisi penderita tidak semakin memburuk, dengan
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Anatomi Jantung
sirkulasi yang terjadi pada tubuh manusia, sirkulasi yang baik dapat di lihat
dari komponen di dalamnya dalam konndisi yang baik besar jantung pada
dan di atas diafragma serta dikelilingi oleh paru kanan dan kiri (Yudha,
2017) . Secara dari struktur jantung terdiri dari garis yang biasa di sebut
lurik otot, pola ultra strukturnya juga mirip dengan otot lurik, sehingga
2013).
6
Gambar 2.1 Anatomi Jantung
Sumber : Sobotta, 2018
disebut dengan basis kordis, letak jantung didalam rongga dada sebelah
antara kosta V dan VI dua jari dipapila mamae. Pada tempat ini teraba
adanya denyut jantung yang disebut iktus kordis. Ukurannya lebih kurang
apabila terdapat konntraksi maka impuls akan dihantarkan dari sel ke sel
a. Lapisan Jantung
7
dalam rongga mediastinum (Yudha, 2017)
yaitu:
epikardium).
8
yang berfungsi sebagai pelumas agar tidak terjadinya gesekan
kontraksi jantung.
endotel.
b. Ruang Jantung
menjadi dua yaitu atrium kanan kiri, serta ventrikel kiri dan kanan.
1) Atrium
9
Atrium kanan berfungsi sebagai penampungan (reservoir) darah
melalui vena kava superior, vena kava inferior, serta sinus koronarius
darah de-oksigen dari tubuh melalui vena kava superior (kepala dan
tubuh bagian atas) dan inferior vena kava (kaki dan dada lebih
kanan
Atrium kiri menerima darah yang kaya oksigen dari kedua paru
kiri menerima darah beroksigen dari paru paru melalui vena paru-
2) Ventrikel
10
ventrikel dengan darah. Setelah ventrikel penuh, mereka kontrak.
paru.
seluruh tubuh.
c. Katup-katup Jantung
11
Gambar 2.4 Proyeksi Katup Jantung
Sumber: Sobotta, 2018
1) Katup Atrioventrikuler
12
Gambar 2.5 Katup Jantung
Sumber : Sobotta, 2018
2) Katup Semilunaris
d. Pesyarafan Jantung
13
perubahan pada denyut jantung, yang dapat mempertinggi ketelitian
menyebabkan vasodilatasi).
14
Gambar 2.6 Persarafan Jantung
dan mencapai RR. Cardiaci vervicales superior dari inferior RR. cardiaci
thoracici dari pleksus kardiakus, di mana mereka diubah dari hingga 500
oleh karena itu tidak terlihat dengan mata telanjang dalam pembedahan.
15
memungkinkan kelompok anterior superfisial yang terletak di aorta
2. Fisiologi Jantung
untuk memberikan sari-sari makanan dan seluruh tubuh hingga sel terjadi
metabolism. Pembuluh arteri dan vena berfungsi sebagai pipa yaitu bertugas
mendasar pada arteri dan vena terdapat pada susunan histoanatomi yang
Pemisahan ini sangat penting karena separuh jantung kanan menerima dan
(kontraksi dan pengosongan isi) dan juga periode diastol (relaksasi dan
pengisian jantung).
16
Atrium dan ventrikel mengalami siklus sistol dan diastol
Jantung. Peredaran jantung itu terdiri dari peredaran darah besar dan
juga peredaran darah kecil. Darah yang kembali dari sirkulasi sistemik
(dari seluruh tubuh) masuk ke atrium kanan melalui vena besar yang
dikenal sebagai vena kava. Darah yang masuk ke atrium kanan berasal
dari jaringan tubuh, telah diambil O2-nya dan ditambahi dengan CO2.
ke dalam
17
3) Fase polarisasi parsial setelah depolarisasi terdapat sedikit perubahan
tapi merupakan sistem sirkuit yang cukup kompleks yang terdiri dari sel
menjalarkan impuls.1,2 Hal ini terdiri dari nodus sinoatrial (nodus SA),
18
Gambar 2.7 Komponen system konduksi jantung
Sumber : Sobotta, 2018
elektris. Untuk menjamin rangsang ritmik dan sinkron, serta kontraksi otot
spontan.
Impuls jantung biasanya dimulai dan berasal dari nodus sinoatrialis (SA).
Nodus SA ini disebut sbagai pemacu alami dari jantung. Nodus SA terletak
di dinding posterior atrium kanan dekat muara vena kava superior (Yudha,
2017).
19
Gambar 2.8 Sistem konduksi jantung
Sumber : Sobotta, 2018
ka AV Node, Berkas His, Cabang Berkas Kiri dan Kanan, Serabut Purkinje
dan akhirnya sampai ke otot ventrikel jantung. Arus listrik yang menjalar
dari SA Node ke Berkas His membentuk Interval PR dan arus listrik dari
normal Interval tidak lebih dari 5 kotak kecil (kk), dan Kompleks QRS
1. Definisi
kondisi gagal jantung yang ditandai dengan adanya perburukan tanda dan
dengan sesak napas yang makin memberat, edema tungkai, ortopnea, ronki
20
basah halus, rontgen dada biasanya normal (Purwowiyoto, 2018). ADHF
dapat berupa serangan baru tanpa kelainan jantung sebelumnya, atau dapat
yang telah dialami sebelumnya. ADHF muncul bila cardiac output tidak
2. Etiologi
terjadi kerusakan atau hilangnya otot jantung, iskemik akut dan kronik,
adalah pasien dengan riwayat Heart Failure (HF) . Penyakit jantung koroner
jantung pada 70% dari pasien gagal jantung. Penyakit katup sekitar 10% dan
21
gangguan penghantaran kalsium didalam sarkomer, atau di dalam sistesis
3. Patofisiologi
(akibat penumpukan asam laktat) (Reeves et al., 2017). Letak suatu infark
miokardium akan menentukan sisi jantung yang pertama kali terkena setelah
22
Ventrikel kiri yang melemah akan menyebabkan darah kembali
ke atrium, lalu ke sirkulasi paru, ventrikel kanan dan atrium kanan, maka
jelaslah bahwa gagal jantung kiri akhirnya akan menyebabkan gagal jantung
kanan. Pada kenyataanya, penyebab utama gagal jantung kanan adalah gagal
jantung kiri. Karena tidak dipompa secara optimum keluar dari sisi kanan
jantung, maka darah mulai terkumpul di sistem vena perifer. Hasil akhirnya
tekanan darah serta perburukan siklus gagal jantung (Antohi et al., 2019).
4. Gambaran Klinis
et al., 2018).
dengan batuk dan nafas pendek. Meningkatnya tekanan vena sistemik dapat
dimanifestasikan secara luas karena darah tidak dapat mencapai jaringan dan
Beberapa efek yang biasanya timbul akibat perfusi rendah adalah pusing,
23
konfusi, kelelahan,tidak toleran terhadap latihan dan panas, ektremitas
(Hamada-Harimura et al.,
2018):
C. Assessment Fisioterapi
1. Elektrokardiogram (EKG)
24
EKG adalah tes yang sangat mendasar namun sangat membantu dalam
evaluasi penyakit arteri koroner. Ini mengukur aktivitas listrik dalam sistem
konduksi jantung dan diukur dengan 10 sadapan yang menempel pada kulit
jantung.
jantung, ritme, dan aksis. Setelah itu, informasi mengenai proses patologis
akut dan kronis dapat diperoleh. Pada sindrom koroner akut, seseorang dapat
merosot menjadi aritmia,itu juga bisa dilihat. Dalam kondisi kronis, EKG
2. Echocardiografi
dilakukan dalam pengaturan akut dan kronis dan rawat inap dan rawat jalan.
Dalam kondisi akut, itu bisa memberi tahu tentang gerakan dinding,
regurgitasi dan stenosis katup, 11 lesi infektif atau autoimun, dan ukuran
ruang. Dalam kondis kronis, dapat dilakukan untuk melihat informasi yang
sama yang disebutkan di atas dan juga respons terhadap terapi medis yang
3. Chest X-ray
25
(AP) dilakukan pada pasien rawat inap dalam posisi berbaring. Analisis yang
tepat dari prosedur ini akan memberikan informasi yang berguna terkait
kondisi jantung, paru-paru dan pembuluh darah (Shahjehan & Bhutta (2022).
4. Killip
NYHA merupakan salah satu alat ukur yang berfungsi untuk menilai
beraktivitas fisik. Pasien dalam kondisi nyaman saat istirahat, tetapi jika
memicu keluhan.
Kelas IV : Pasien dengan penyakit jantung keluhan akan timbul bahkan saat
26
D. Tinajauan Tentang Intervensi Fisioterapi
tubuh, pikiran, dan jiwa; itu juga telah digunakan oleh penari dan
27
ajarkan kepada pasien kami - kontrol napas, lalu fungsi.
intermiten
28
kardiovaskular dan paru. Terutama, tujuan mobilisasi adalah untuk
stimulus latihan.
29
latihan adalah memaksimalkan fungsi di semua langkah jalur
panjang.
manfaat akutnya sama dengan resep olahraga untuk efek aerobik jangka
adaptasi jangka panjang pada orang sehat telah ditentukan dan secara
dengan intensitas detak jantung 40% -85% dari cadangan detak jantung
lebih besar pada orang dengan kondisi kronis ringan. Efek latihan
terpengaruh, _VE dan laktat darah menurun setelah pelatihan. Selain itu,
30
latihan otot pernafasan dapat meredakan sesak napas pada orang sehat
implikasi klinis.
2) Ventilasi alveolar
4) Tingkat pernapasan
6) Keluaran jantung
7) Volume langkah
8) Denyut jantung
9) Tekanan darah
10) Produk tekanan detak jantung (RPP; produk detak jantung dan TD
sistolik) Pada orang sehat dan orang dengan penyakit jantung, RPP
(_VCO2).
31
Umumnya, SV meningkat secara tidak proporsional lebih
dicapai dengan latihan tambahan. Pada wanita muda yang cukup aktif,
telah dilaporkan lebih besar pada posisi tegak daripada posisi terlentang
32
Frank-Starling menjadi CO selama latihan. Pasien dengan gangguan
latihan intens akut, dan ini telah terbukti bergantung pada posisi.
b. Efek Muskuloskeletal
terbukti memiliki manfaat umum dan lokal dalam hal efek akut dan
merupakan target penting dari resep latihan pada populasi pasien ini,
tindakan pencegahan yang efektif untuk atrofi otot saat pasien telentang.
c. Efek Endokrin
33
mempertahankan kecepatan kerja olahraga tertentu. Peningkatan
sistem aktivasi retikuler dan priming dari berbagai sistem organ yang
e. Efek Metabolik
relevansi klinis yang cukup besar karena fungsi ini sangat penting untuk
f. Efek Imunologikal
kekebalan tubuh. Bahkan satu kali olahraga ringan memiliki efek positif
34
pada kekebalan. Apakah ada efek ketergantungan dosis tidak diketahui.
Juga tidak diketahui apakah ada efek kumulatif dari latihan yang kurang
intens dalam waktu singkat, seperti untuk pasien yang sakit parah atau
g. Efek Psikologi
3. Body Positioning
35
sangat kuat pada pengangkutan oksigen sehingga harus dibuat alasan
pengobatan.
orang berusia 45 tahun yang sehat dan dalam posisi duduk tegak
36
disebabkan oleh berat jantung, tekanan perut, dan efusi pleura,
efeknya yang ditentukan oleh posisi spesifik pasien.13 Efek posisi ini
37
kerja pernapasan. Meskipun orang yang sehat dapat menyesuaikan
mengambil posisi ini untuk waktu yang lama tanpa secara tidak sadar
yang lebih muda, tekanan oksigen arteri pada orang tua terutama
duduk referensi.
intraabdominal.
38
di bawahnya. Hal ini menghasilkan ekskursi yang lebih besar selama
39
penggunaan posisi tengkurap untuk meningkatkan oksigenasi arteri
pleura yang lebih seragam dan kompresi paru yang lebih sedikit oleh
40
fisiologis posisi tengkurap dalam penatalaksanaan cedera paru akut
41
ke daerah dependen (ekstremitas) dan sebaliknya untuk
sistem limfatik.
yang bergantung
42
BAB III
A. Data Medis
Vital Sign
Pernapasan : 66x/menit
Suhu : 36,5 0C
B. Identitas Pasien
Nama : Ny. RA
Usia : 61 Tahun
Pekerjaan : IRT
C. History Taking
43
memiliki riwayat sesak napas dan memberat
tidak ada.
D. Inspeksi / Obseravsi
Infus dan O2
1. Palpasi
2. Auskultasi
Hasil : negative
44
Interpretasi : tidak ada bising jantung abnormal 3.
3. Pemeriksaan Motorik
Hasil : Terlampir
5. Pemeriksaan Lab
Hasil : 5
Interpretasi : Berat
45
8. Score KILLIP
Hasil : I
Interpretasi : Tidak terdapat gagal jantung (tidak terdapat ronchi maupun S3)
Hasil : II
Interpretasi : Pasien dengan penyakit jantung dengan limitasi ringan aktivitas fisik.
Hasil : 35
Hasil : 15
Hasil : 5
Hasil : 25
46
Interpretasi : Moderately Abnormal LV systolic function.
Hasil : Terlampir
Hasil : Terlampir
. - Dilatatio aoartae
F. Diagnosa Fisioterapi
Gangguan aktivitas fungsional berupa transfer position akibat Nyeri Dada Dan
G. Problematik Fisioterapi
47
IRT
48
BAB IV
49
Exercise
1. Breathing Exercise
‐ Posisi pasien : bersandar pada bed dengan posisi 30-45 derajat - Posisi
2. Body Positioning
duduk di
50
samping bed, duduk ke berdiri, berjalan
Dosis : intensitas 40% - 85% dari HRmax (HRmax = 220- usia), durasi 20 – 40
1. Edukasi
2. Home Program
dan terapi latihan juga dapat pasien lakukan di rumah dengan didampingi
oleh keluarga
E. Evaluasi
51
BAB V
PEMBAHASAN
1. Anamnesis
oleh pasien melalui tanya jawab, pada saat melakukan anamnesis seorang
membawa kita menempuh setengah jalan kea rah diagbosis yang tepat.
yang tidak teratur, karena denyut yang lebih cepat atau lebih lambat atau
palpitasi.
52
Dyspnea (sesak nafas) adalah sensasi kurang nyaman saat bernafas
Orthopnea adalah dispnea yang terjadi saat pasien berbaring dan membaik
dengan berapa bantal pasien jadi merasa lebih nyaman atau apakah pasien
sampai harus tidur setengah duduk. Orthopnea sering terjadi pada gagal
terjadi 1-2 jam setelah pasien tertidur. PND sering terjadi pada gagal
jantung kiri atau mitral stenosis. Edema adalah akumulasi cairan secara
saat pasien dirujuk untuk terapi fisik, dia mungkin telah menemui satu atau
atau telah diberi resep obat-obatan oral atau hirup dengan pengurangan
53
gejala yang bervariasi atau tidak memuaskan. Pasien cenderung
2. History Taking
terapi fisik.
jalan? Banyak pasien rawat inap memiliki catatan medis terperinci yang
tersedia untuk ditinjau oleh terapis. Ini mengurangi jumlah informasi yang
dibutuhkan ahli terapi fisik dari pasien selama wawancara. Jika informasi
dalam bagan kurang, atau jika individu tersebut adalah pasien rawat jalan
dengan hanya rujukan pengobatan dan sedikit atau tidak ada catatan medis
yang tersedia, ahli terapi fisik harus mendapatkan riwayat yang lebih rinci.
54
penyakit pasien, tingkat kesadaran, dan kemampuan untuk memberikan
a. Riwayat merokok
kanker paru dan COPD. Merokok secara teratur mariyuana lebih merusak
b. Sejarah keluarga
c. Sejarah Pekerjaan
datang untuk terapi fisik dengan sedikit atau tanpa informasi medis.
Permukaan bagian dalam paru paru berukuran 50 hingga 100 m3 dan terus-
55
konstruksi, pekerja galangan kapal, pemipaan pipa, dan pekerja industri
Plak pleura jinak dapat ditemukan pada pleura diafragma dan secara
bilateral antara rusuk ke-6 dan ke-10 pada dinding dada anterolateral atau
selama minggu kerja tetapi hilang pada akhir pekan (atau hari libur kerja
kayu, formalin, deterjen enzim, etanolamina (dalam cat semprot dan fluks
solder), nikel, dan logam keras (misalnya tungsten karbida). Pekerja yang
penyakit paru obstruktif. Pada tahap awal, kondisi ini bisa dibalik, tetapi
56
obstruktif kronis yang tidak dapat disembuhkan.
pneumonitis hipersensitif.
d. Perawatan sebelumnya
fisik untuk kondisi ini atau kondisi lainnya? Jenis perawatan apa yang
modalitas pengobatan apa yang telah digunakan, yang mana yang diyakini
dengan mengulangi apa yang dia yakini. menjadi terapi yang tidak efektif.
3. Inspeksi/Observasi
prolaps katup mitral, gangguan katup aorta pada sindroma Marfan dan
57
sebagainya) atau menjadi akibat dari adanya kelainan jantung akibat
terjadi pada kelainan jantung, misalnya ASD (Atrial Septal Defect) atau
pulsus gerakan apeks menyentuh dinding dada saat sistolik pada sela iga 5
jantung iktus kordis dapat tampak bergeser dari posisi normal. Disamping
itu pada inspeksi dapat dilaporkan ada tidaknya jaringan parut paska
operasi jantung
4. Palpasi
Dengan palpasi kita mencari iktus kordis (bila tidak terlihat pada
dengan cara : meletakkan permukaan palmar telapak tangan atau bagian 1/3
58
distal jari II, II dan IV atau dengan meletakkan sisi medial tangan, terutama
pada palpasi untuk meraba thrill. Identifikasi BJ1 dan BJ2 pada iktus kordis
dilakukan dengan memberikan tekanan ringan pada iktus. Bila iktus tidak
miring ke kiri (posisi left lateral decubitus) dan kembali lakukan palpasi.
Jika iktus tetap belum teraba, mintalah pasien untuk inspirasi dan ekspirasi
ujung jari.
kavum thorax lebar atau bila iktus tersembunyi di belakang kosta. Pada
keadaan normal hanya impuls dari apeks yang dapat diraba. Pada keadaan
patologis tertentu, impuls yang paling nyata bukan berasal dari apeks,
59
a. Lokasi : dinilai aspek vertikal (biasanya pada sela iga 5 atau 4) dan
atau diafragma kiri letak tinggi. Iktus bergeser ke lateral pada gagal
b. Diameter : pada posisi supinasi, diameter impuls apeks kurang dari 2.5
cm dan tidak melebihi 1 sela iga, sedikit lebih lebar pada posisi left
ventrikel kiri.
tereksitasi atau setelah aktifitas fisik berat, tapi durasi impuls tidak
pada stenosis aorta) atau peningkatan volume ventrikel kiri (misal pada
apeks adalah 2/3 durasi sistole atau sedikit kurang, tapi tidak berlanjut
Gerakan dari ventrikel kanan biasanya tak teraba, kecuali pada hipertrofi
60
ventrikel kanan, dimana ventrikel kanan akan menyentuh dinding dada
Bising jantung dengan gradasi 3-4 biasanya dapat teraba sebagai thrill.
Sensasi yang terasa adalah seperti meraba leher kucing. Bila pada palpasi
terdengar bising jantung derajat 3-4, kembali lakukan palpasi pada lokasi
bising jantung yang keras dan kasar seperti yang terjadi pada stenosis aorta,
mitral.
5. Perkusi
pembe-saran jantung. Perkusi batas kiri redam jantung (LBCD - left border
of cardiac dullness) dilakukan dari lateral ke medial dimulai dari sela iga 5,
dilakukan dengan perkusi bagian lateral kanan dari sternum. Pada keadaan
61
normal RBCD akan berada di medial batas dalam sternum. Kepekakan
Pada wanita, kesulitan akan terjadi dengan mammae yang besar, dalam hal
6. Auskultas
aliran cepat saat katup semiluner mulai terbuka. Pada keadaan normal
terdengar tunggal.
62
b. BJ2 : disebabkan karena getaran menutupnya katup semilunaris aorta
c. BJ3 : disebabkan karena getaran cepat dari aliran darah saat pengisian
cepat (rapid filling phase) dari ventrikel. Hanya terdengar pada anak-
di daerah apeks.
jantung 2 akan terdengar terpisah pada anak anak dan dewasa muda. Pada
orang tua. Jika bunyi jantung 2 terdengar terpisah pada orang dewasa ini
63
menunjukkan adanya hipertensi pulmonal atau RBBB. Bunyi jantung 2
stenosis pulmonal.
kelainan anatomis atau aliran darah yang dalam keadaan normal tidak
stenosis/ menyempit.
masa lebih lama. Jadi perbedaan antara bunyi dan bising terutama
kanan di dekat sternum, sepanjang tepi kiri sternum dari sela iga II sampai
bunyi jantung dengan nada tinggi seperti BJ1 dan BJ2, bising dari
64
mangkuk stetoskop (bell) yang diletakkan dengan tekanan ringan lebih
sensitif untuk suara-suara dengan nada rendah seperti BJ3 dan BJ4 serta
bising pada stenosis mitral. Letakkan bagian mangkuk stetostop pada apeks
7. Skala Borg
sampai dengan 10. Skala BORG digunakan untuk mengukur sesak napas
sama. Indikasi nilai pada skala yang digunakan adalah besarnya perasaan
otot maka semakin besar nilai BORG yang digunakan. Skala ini dapat
meningkat (laju deyut jantung), juga ada korelasi yang tinggi untuk
akumulasi laktat dan suhu tubuh, keringat sampai dengan kelelahan otot.
dilakukan secara menaksir secara wajar baik dari denyut jantung selama
kerja fisik.
65
Korelasi antara nilai Skala BORG dengan laju denyut jantung adalah
diketahui dengan cara mengalikan nilai ordinal dari Skala BORG dengan
nilai 10, seperti contoh jika nilai seorang pekerja terhadap kelelahan yang
dirasa (Skala BORG) adalah 12, lalu untuk menghitung laju denyut jantung
merupakan suatu perkiraan awal saja, pada faktanya laju denyut jantung
keluhan yang dirasakan operator pada otot yang bekerja atau otot yang
kerja yang dirasakan, karena semakin besar beban kerja maka semakin
terfokus pada otot yang diteliti, karena pada saat pekerjaan berlangsung
banyak otot yang bekerja ataupun perasaan sakit yang bukan berasal dari
otot yang akan diteliti. Penilaian tingkat keluhan dilakukan secara jujur,
tanpa berfikir untuk menjadi yang terbaik antara individu lain atau
66
B. Pembahasan Intervensi Fisioterapi
nyeri dada pada pasien dengan kondisi post operasi jantung. Breathing
besar pada posisi tegak daripada posisi terlentang pada atlet ketahanan,
selama latihan. Pasien dengan gangguan aliran balik vena dan kontraktilitas
Volume plasma meningkat dengan latihan intens akut, dan ini telah terbukti
tegak dengan olahraga, ahli terapi fisik dapat secara langsung membantu
67
menormalkan keseimbangan cairan dan hemodinamik pada pasien yang
3. Body Positioning
besar selama respirasi dan kontribusi yang lebih besar pada ventilasi paru-
paru tersebut dan pertukaran gas secara keseluruhan. FRC dalam posisi
dan FVC berkurang sama di kiri dan kanan berbaring, tanpa efek diferensial
dari berbaring samping pada kapasitas difusi dan volume penutupan. Efek
68
DAFTAR PUSTAKA
Alkhusari, A., Handayani, M., Saputra, M. A. S., & Rhomadhon, M. (2020). Analisis
Medika, 5(2).
Antohi, E. L., Ambrosy, A. P., Collins, S. P., Ahmed, A., Iliescu, V. A., Cotter, G.,
Pang, P. S., Butler, J., & Chioncel, O. (2019). Therapeutic advances in the
https://doi.org/10.1097/MJT.0000000000000919
Arrigo, M., Jessup, M., Mullens, W., Reza, N., Shah, A. M., Sliwa, K., & Mebazaa, A.
https://doi.org/10.1038/s41572-020-0151-7
Ashe, M. C., & Khan, K. M. (2004). Exercise prescription. The Journal of the American
https://doi.org/10.5435/00124635-200401000-0000
Dahn, R., & Walker, S. (2018). New Medications in the Treatment of Acute
https://doi.org/10.1177/0018578717750096
Dickstein K, Cohen SA, Filippatos G, McMurray JJV, Ponikowski P, Atar D et al. ESC
Guidelines for the diagnosis and treatment of acute and chronic heart failure
2008. European Journal of Heart Failure [serial on the internet]. 2008 Aug
http://eurjhf.oxfordjournals.org/content/10/10/933.full.pdf #page=
1&view=FitH
69
Groenewegen, A., Rutten, F. H., Mosterd, A., & Hoes, A. W. (2020). Epidemiology of
https://doi.org/10.1002/ejhf.1858.
Kurmani, S., & Squire, I. (2017). Acute Heart Failure: Definition, Classification and
https://doi.org/10.1007/s11897-017-0351-y
Lumi, A. P., Joseph, V. F. F., & Polii, N. C. I. (2021). Rehabilitasi Jantung pada Pasien
https://doi.org/10.35790/jbm.v13i3.33448
Reeves, G. R., Whellan, D. J., O’Connor, C. M., Duncan, P., Eggebeen, J. D., Morgan,
T. M., Hewston, L. A., Pastva, A., Patel, M. J., & Kitzman, D. W. (2017). A
Saroinsong, L., Jim, E. L., & Rampengan, S. H. (2021). Diagnosis dan Tatalaksana
https://doi.org/10.35790/ecl.v9i1.31857
Shahjehan, R. D., & Bhutta, B. (2022). Coronary Artery Disease. In national library of
medicine. https://www.statpearls.com/.
Takada, S., Kondo, T., Yasunaga, M., Watanabe, S., Kinoshita, H., Fukuhara, S., &
70
acute decompensated heart failure: A retrospective cohort study: Early
Rehabilitation and Acute Heart Failure. American Heart Journal, 230, 44–
53. https://doi.org/10.1016/j.ahj.2020.09.009
V. M. C., Chizzola, P. R., Oliveira, M. T., Lage, S. H. G., Bocchi, E. A., &
1–16. https://doi.org/10.1371/journal.pntd.0006207
71
LAMPIRAN
0 Tidak ada
1 Sangat ringan
2 Ringan
3 Sedang
4 Sedikit berat
5 Berat
72
7 Sangat berat
10 Sangat-sangat berat
3. Lampiran 3 METs
METs Interpretasi
4 Naik tangga
2-5 Berkebun
1,3 Nonton TV
2,3 Belajar
73
5. Lampiran 5 HRS-A
74
Kelompok Gejala
Ketegangan a. Lesu
b. Tidur tidak tenang
c. Gemetar
d. Gelisah
e. Mudah terkejut
f. Mudah menangis
75
6. Lampiran 6 NYHA
7.
Lampiran 7 KILLIP
76
8. Lampiran 8 ECHO
9. Lampiran 9 EKG
77
10.
Lampiran 10 Radiologi
78
11. Lampiran 11 Skala Morse
79
80
13. Lampiran 13 PGFD
75
Ulnardeviator 5 5
radialdeviator 5 5
Hip Flexor 5 5
Ekstensor 5 5
Knee Flexor 5 5
Ekstensor 5 5
Ankle Dorsi fleksor 5 5
Plantar flexor 5 5
Inversion 5 5
Evension 5 5
220 – 61 = 159
76