DEPARTEMEN
DISUSUN OLEH :
Nurul chidriyah S A
JOMBANG
2022/2023
LEMBAR PENGESAHAN
Nim : 183210032
Nurul chidriyah S A
Mengetahui:
( ) ( )
Kepala Ruangan
( )
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definisi
Gastroenteritis adalah peradangan akut lapisan lambung dan usus ditandai dengan anoreksia, rasa
mual, nyeri abdomen, dan diare. ( Kamus Besar Dorland Hartanto. 2002)
Gastroenteritis adalah radang lambung dan usus yang memberikan gejala diare atau tanpa
disertai muntah (muntah berak). (Kapita Selekta Kedokteran Edisi 2)
Gastroenteritis didefinisikan sebagai inflamasi membran mukosa lambung dan usus halus yang
ditandai dengan muntah dan diare yang berakibat kehilangan cairan dan elektrolit yang
menimbulkan dehidrasi dan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
(Cecilya L. Bets.2002)
Diare adalah dimana terjadi frekuensi defekasi yang abnormal (lebih dari 3x sehari) serta
perubahan dalam isi (lebih dari 200 gr/hari) dan konsistensi feses cair. (Smeltzer.2001:1093)
Diare adalah buang air besar (defekasi dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair),
kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya 200 gram atau 200 ml/24 jam dapat disertai lendir
atau darah. (Sudoyo.2007:408)
B. Etiologi
1. Faktor Infeksi
2. Infeksi Bakteri: Vibrio, E. Coli, Salmonella, Shigelia Compylobacter, Yersina,
Aeromonas, dsb
3. Infeksi Virus: Eterovirus (Virus ECHO, Coxsackie Poliofelitis), Adenovirus, Rotavirus,
Astrovirus, dll
4. Infeksi Parasit: Cacing (Ascaris, Triguris, Oxyyuris, Strongyloides), Protozoa
(Entamoeba Hstolitica, Glardialambia, Tricomonas Hominis)
5. Faktor Malabsorbsi: Malabsorbsi karbohidrat, lemak, protein
6. Faktor Makanan: Makanan basi, beracun, dan alergi terhadap makanan
7. Faktor Psikologis: Rasa takut dan cemas
8. Imunodefisiensi: Dapat mengakibatkan terjadinya pertumbuhan bakteri
9. Infeksi terhadap orang lain, seperti radang tonsil, bronchitis, dan radang tenggorokan.
10. Patofisiologis
Penyebab gastroenteritis akut adalah masuknya virus (Rotravirus, Andenovirus Enteris, Virus
norwork), bakteri ( Campylobacter, Salmonella, E. Coli, Yersianan), parasit ( Biardia lambia,
Cryptosporodium). Beberapa mikroorganisme pathogen ini menyebabkan infeksi pada sel-sel,
memproduksi enterotoksin atau cytotoksin dimana merusak sel-sel, atau melekat pada dinding
usus pada gastroenteritis akut.
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare adalah gangguan osmotik (makanan tidak
dapat diserap akan menimbulkan tekanan osmotik dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi
pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus, isi rongga usus berlebihan sehingga timbul
diare). Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus, sekresi, air, dan
elektrolit meningkat kemudian terjadi diare.
Gangguan multilitas usus yang mengakibatkan hiperperistaltik dan hipoperistaltik. Akibat dari
diare itu sendiri adalah kehilangan air dan alektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan
asam-basa (Asidosis Metabolik dan Hipokalemia), gangguan gizi (intake kurang, output
berlebihan), hipoglikemia, dan gangguan sirkulasi darah.
Gejala klinis: Diare, muntah, demam, nyeri abdomen, membran mukosa mulut dan bibir kering,
fontanel cekung, kehilangan berat badan, tidak nafsu makan, lemas
C. Patofisiologi
Sebagian besar diare akut disebabkan oleh infeksi. Banyak dampak yang terjadi karena infeksi
saluran cerna antara lain: pengeluaran toksin yang dapat menimbulkan gangguan sekresi dan
reabsorpsi cairan dan elektrolit dengan akibat dehidrasi, gangguan keseimbangan elektrolit dan
gangguan keseimbangan asam basa. Invasi dan destruksi pada sel epitel, penetrasi kelamina
propia serta kerusakan mikrovili yang dapat menimbulkan keadaan meldigesti dan melabsorbsi,
dan apabila tidak mendapatkan penanganan yang adekuat pada akhirnya dapat mengalami invasi
sistemik.
Penyebab gastroenteritis akut adalah virus (rotavirus, adenovirus enteris, virus Norwalk), bakteri
atau toksin (campylobacter, salmonella, escherischia coli, Yersinia dan lainnya), parasit (biardia
lambia, cryptosporidium) beberapa mikroorganisme pathogen ini menyebabkan infeksi pada sel-
sel, memproduksi enterostokin atau sitotoksin dimana merusak sel-sel,atau melekat pada dinding
usus pada gastroenteritis bias melalui fekal oral dari satu penderita ke yang lainnya.
Beberapa kasus ditemui penyebaran pathogen dikarenakan makanan dan minuman yang
terkontaminasi. Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmotic (makanan
yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotic dalam rongga usus meningkat
sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga usus berlebihan
sehingga timbul diare). Selain itu menimbulkan ganguan sekresi akibat toksin didinding usus,
sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare
D. Tanda dan gejala
1. Diare.
2. Muntah
3. Demam
4. Sakit perut
5. Membran mulkosa mulut dan bibir kering
6. Kehilangan berat badan
7. Tidak nafsu makan
8. Badan terasa lemas
E. Komplikasi
a. Dehidrasi
b. Renjatan hipovolemik
c. Kejang
d. Bakterikimia
e. Malnutrisi
f. Hipoglikemia
g. Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa susu.
F. Klasifikasi
Diare biasanya diklasifikasikan berdasarkan ada tidaknya infeksi serta lamanya diare. Diare
berdasarkan akut dan kronisnya, diare akut adalah diare karena infeksi usus yang mendadak
berhenti secra cepat atau maksimal berlangsung selama 2 minggu, namun dapat pula menetap
dan melanjut menjadi diare kronis. Sedangkan diare kronis yaitu diare yang berlangsung selama
2 minggu atau lebih.
Sedangkan ada tidaknya infeksi, dibagi menjadi diare spesifik dan diare non spesifik. Diare
spesifik adalah diare yang disebabkan oleh infeksi bakteri, virus atau parasit. Sedangkan non
spesifik adalah diare yang disebabkan oleh makanan.
Berdasarkan organ yang terkena, diare diklasifikasikan menjadi diare infeksi internal dan diare
parenteral.
Kehilangan cairan 2-5% dari berat badan dengan gambaran klinik turgor kulit kurang elastis,
suara serak klien belum jatuh pada keadaan syok.
3. Dehidrasi Sedang
Kehilangan cairan 5-8% dari berat badan dengan gambaran klinik turgor kulit jelek, suara serak,
presyok, nadi cepat dan dalam.
4. Dehidrasi Berat
Kehilangan cairan 8-10% dari berat badan dengan gambaran klinik seperti tanda-tanda dehidrasi
sedang ditambah dengan kesadaran menurun apatis sampai koma, otot-otot kaku sampai sianosis.
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Tinja
2. Mikroskopis dan makroskopis
3. Ph dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet dinistest bila diduga
terdapat intoleransi gula.
4. Bila diperlukan lakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi
5. Pemeriksaan Darah
6. Ph darah dan cadangan dikali dan elektrolit (natrium, kalium, kalsium, fosfor)
7. Kadar ureum dan kreatmin untuk mengetahui foal dan ginjal
8. Doudenal Intubation
Untuk mengetahui jasad renik atau parasit secara kualitatif dan kuantitatif, terutama dilakukan
pada penderita diare kronis.
Hidayat, AAA dan Uliyah. 2011. Keterampilan Dasar Praktik Klinik. Jakarta: Salemba Medika