Anda di halaman 1dari 36

Tugas : Klinik PK 13

Nama : Wiwiek Maya Prima


Kelas : Reguler B / 2016

BAB I
RESUME JURNAL

A. Judul Artikel
Hubungan Antara Hipertensi Dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner pada Pasien
Yang Berobat di Rumah Sakit Umum Pusat Prof. Dr. R. D. Kandou Manado.

B. Kata Kunci
Hipertensi, PJK.

C. Nama Peneliti
Windy G. Amisi, Jeini E Nelwan, Febi K Kolibu.

D. Tempat dan Waktu Penelitian


Di Intalasi CVBC dan klinik interna umum RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado.

E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa hubungan antara hipertensi
dengan kejadian PJK, untuk mengetahui besar resiko terjadinya PJK pada penderita
hipertensi di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado.

F. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancangan case control
study populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh pasien rawat jalan yang berkunjung di
instalasi rawat CVBC dan klinik interna umum RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado.
Sampel penelitian penelitian ini terdiri dari kasus dan kontrol. Responden yang termasuk
dalam Kasus ialah pasien rawat jalan yang berobat di Intalasi CVBC RSUP Prof. Dr. R.
D. Kandou Manado yang telah terdiagnosa PJK oleh dokter spesialis jantung berdasarkan
manifestasi klinik dan pemeriksaan Elektrokardiografi (EKG) yang diperoleh dari catatan
rekam medis responden. Kontrol ialah pasien rawat jalan yang berobat di klinik interna
umum RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado yang tidak terdiagnosa PJK berdasarkan
manifestasi klinik dan pemeriksaan Elektrokardiografi (EKG) yang diperoleh dari catatan
rekam medis responden. Dengan memenuhi kriteria inklusi: bersedia menjadi responden
dengan menandatangani informend consent, berobat maksimal 6 bulan dengan harapan
responden masih bisa mengigat kebiasaan dan kejadian yang di alami. dan eksklusi :
memiliki gangguan dalam berkomunikasi, menderita gangguan kejiwaan.
Instrument dalam penelitian ini mengunakan kuesioner yang berisi tentan
karakteristik responden dan variabel penelitian. Penelitian ini telah melalui tahap etik
oleh komite etik RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado dan telah dinyatakan bebas
masalah etik.
Analisis data penelitian dilakukan dengan analisis univariate dan bivariat pada
analisi univariat digunakan untuk mengelompokan karakteristik responden. Analisis
bivariat yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara hipertensi dengan PJK
menggunakan Chi Square.

G. Hasil Penelitian
Hasil penelitian menunjukan bahwa kelompok kasus dengan kategori umur
≥45tahun 46 (92,0%), kelompok kontrol kategori umur ≥ 45 tahun 46 (92,0%), jenis
kelamin kelompok kasus laki-laki 43 (86,0%), kelompok kontrol laki-laki 32 (64%),
kelompok kasus tingkat pendidikan SMA 29 (58,0%), kelompok kontrol tingkat
pendidikan SMA 23 (46,0%) kelompok kasus kategori pensiunan 23 (46,0%), kelompok
kontrol kategori tidak bekerja atau IRT 18 (36,0%), kelompok kasus yang menderita
hipertensi 32 responden (60,0%), sedangkan pada kelompok kontrol yang menderita
hipertensi sebanyak 20 responden (40,0%). Hasil uji statistik diperoleh nilai p= 0,028
(p<0,05) dan nilai OR= 2,667 (95% CI = 1,188-5,985). Hal ini menunjukan bahwa
hipertensi berhubungan dengan kejadian PJK dimana responden yang menderita
hipertensi lebih beresiko 2,667 kali menderita PJK dari pada yang tidak menderita
hipertensi.
BAB II
ANALISIS JURNAL

A. Rumusan PICO
1. Pertanyaan Klinis
Adakah hubungan antara hipertensi dengan kejadian penyakit jantung koroner ?

2. Penegakan PICO
a. Problem / Population
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa hubungan antara hipertensi
dengan kejadian PJK, untuk mengetahui besar resiko terjadinya PJK pada
penderita hipertensi di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Jenis penelitian ini
merupakan penelitian observasional dengan rancangan case control study.
Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh pasien rawat jalan yang berkunjung di
instalasi rawat CVBC dan klinik interna umum RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou
Manado. Sampel penelitian penelitian ini terdiri dari kasus dan kontrol. Teknik
pengambilan sampel dengan metode purposive sampling. Responden yang
termasuk dalam kasus ialah pasien rawat jalan yang berobat di Intalasi CVBC
RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado yang telah terdiagnosa PJK oleh dokter
spesialis jantung berdasarkan manifestasi klinik dan pemeriksaan
Elektrokardiografi (EKG) yang diperoleh dari catatan rekam medis responden.
Kontrol ialah pasien rawat jalan yang berobat di klinik interna umum RSUP Prof.
Dr. R. D. Kandou Manado yang tidak terdiagnosa PJK berdasarkan manifestasi
klinik dan pemeriksaan Elektrokardiografi (EKG) yang diperoleh dari catatan
rekam medis responden. Dengan memenuhi kriteria inklusi: bersedia menjadi
responden dengan menandatangani informend consent, berobat maksimal 6 bulan
dengan harapan responden masih bisa mengigat kebiasaan dan kejadian yang di
alami. dan eksklusi : memiliki gangguan dalam berkomunikasi, menderita
gangguan kejiwaan.
b. Intervention
Pada penelitian ini, peneliti menjelaskan prosedur penelitian kepada
responden dan jika responden bersedia menjadi subjek penelitian maka responden
menandatangani informend consent. Selanjutnya peneliti memberikan kuesioner
yang berisi tentang karakteristik responden dan variabel penelitian yaitu tentang
riwayat hipertensi.

c. Comparation
Ditemukan jurnal pembanding tentang hipertensi terhadap penyakit jantung
koroner yang berjudul Pengaruh Lama Hipertensi Terhadap Penyakit Jantung
Koroner di Poliklinik Kardiologi RSUP. Dr. Mohammad Hoesin Palembang 2012
dimana dalam jurnal menyatakan bahwa tujuan penelitian adalah untuk
mengetahui pengaruh lama hipertensi terhadap PJK di Poliklinik Kardiologi
RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang. Penelitian ini merupakan penelitian
observasional analitik dengan desain cross sectional. Sampel penelitian adalah
107 dari 13.396 pasien penyakit jantung hipertensi di Poliklinik Kardiologi RSUP
Dr. Mohammad Hoesin Palembang tahun 2012. Hasil penelitian menunjukkan
proporsi PJK sebesar 44,9%. Penderita PJK paling banyak adalah laki-laki
(72,9%) dan kelompok usia 45–64 tahun (75,0%). Penderita PJK paling sering
dijumpai dengan keluhan nyeri dada (43,8%) dan lama hipertensi 11–15 tahun
(47,9%). Sebagian besar pasien menderita hipertensi derajat 1 (47,9%).
Kebanyakan pasien memiliki kadar total kolesterol (41,7%), kolesterol LDL
(29,2%), kolesterol HDL (41,7%), trigliserida (43,8%), dan gula darah sewaktu
(81,3%) yang normal. Hasil analisis menggunakan uji Chi-square menunjukkan
ada hubungan antara lama hipertensi dengan PJK (p=0,028) dan lama hipertensi
11–15 tahun berisiko 2,957 kali menderita PJK dibandingkan lama hipertensi 1–
10 tahun. Terdapat pengaruh lama hipertensi terhadap PJK, semakin lama
hipertensi maka semakin tinggi risiko terjadinya PJK.
d. Outcome
Hasil penelitian menunjukan bahwa kelompok kasus dengan kategori umur
≥45tahun 46 (92,0%), kelompok kontrol kategori umur ≥ 45 tahun 46 (92,0%),
jenis kelamin kelompok kasus laki-laki 43 (86,0%), kelompok kontrol laki-laki 32
(64%), kelompok kasus tingkat pendidikan SMA 29 (58,0%), kelompok kontrol
tingkat pendidikan SMA 23 (46,0%) kelompok kasus kategori pensiunan 23
(46,0%), kelompok kontrol kategori tidak bekerja atau IRT 18 (36,0%), kelompok
kasus yang menderita hipertensi 32 responden (60,0%), sedangkan pada
kelompok kontrol yang menderita hipertensi sebanyak 20 responden (40,0%).
Hasil uji statistik diperoleh nilai p= 0,028 (p<0,05) dan nilai OR= 2,667 (95% CI
= 1,188-5,985). Hal ini menunjukan bahwa hipertensi berhubungan dengan
kejadian PJK dimana responden yang menderita hipertensi lebih beresiko 2,667
kali menderita PJK dari pada yang tidak menderita hipertensi,

3. Strategi Pencarian Database


Penelusuran artikel pada rumusan masalah ini melalui penelusuran elektronik
google scholar, dengan memasukan kata kunci Hipertensi, PJK, Hasilnya ditemukan
4 jurnal yang relevan kemudian artikel-artikel yang ditemukan diseleksi dengan
pengkajian abstrak. Hasilnya didapatkan artikel yang sesuai kriteria yang diharapkan
yaitu berjudul “Hubungan Antara Hipertensi dengan Kejadian Penyakit Jantung
Koroner pada Pasien Yang Berobat di Rumah Sakit Umum Pusat Prof. Dr. R. D.
Kandou Manado”.

B. Kelebihan dan Kekurangan Jurnal


1. Kelebihan Jurnal
a. Hasil yang didapat dari penelitian merupakan kenyataan yang ada dilapangan
terkait dengan faktor resiko penyebab penyakit jantung koroner.
b. Penelitian ini berfungsi untuk mengetahui adanya hubungan hipertensi terhadap
kejadian penyakit jantung koroner.
c. Dari segi pembahasan mudah di pahami serta mudah diakses.
d. Terdapatnya tabel yang menjelaskan hasil uji statistic sehingga mempermudah
pembaca dalam memahami hasil hitung di dalam penelitian
e. Sudah ditampilkannya tanggal akses jurnal secara online pada daftar pustaka.

2. Kekurangan Jurnal
a. Tidak dijelaskan secara detail terkait instrumen penelitian yang digunakan.

C. Implikasi Keperawatan
Isi jurnal dapat dijadikan acuan bagi perawat-perawat Indonesia untuk diterapkan
dalam pengelolaan dan penangan pasien dengan penyakit jantung koroner. Selain itu
perawat dapat menjalankan peran sebagai edukator dengan cara melakukan penyuluhan
tentang hipertensi yang berhubungan dengan kejadian penyakit jantung koroner dengan
cara memberikan penyuluhan atau promosi kesehatan secara langsung agar kejadian
penyakit jantung koroner dapat berkurang diantaranya menjelaskan faktor penyebab
terjadinya penyakit jantung koroner.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa adanya hubungan
antara hipertensi dengan kejadian PJK dan penderita hipertensi lebih beresiko 2,667
kali menderita PJK dibanding responden yang tidak menderita hipertensi.

B. Saran
Dengan adanya jurnal ini diharapkan perlu adanya tindakan pencegahan
kejadian PJK melalui pengendalian tekanan darah masyarakat melalui meningkatkan
pengetahuan melalui penyuluhan bahaya dari hipertensi dan juga melakukan deteksi
dini terhadap penderita hipertensi. Bagi penderita hipertensi dapat lebih meningkatkan
pola hidup sehat agar dapat terhindar dari PJK. Diharapkan adanya penelitian lebih
lanjut tentang faktor-faktor resiko lain selain hipertensi dengan kejadian PJK sehingga
bisa memperoleh hasil yang lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Amisi, Windy G., Jeini E Nelwan, Febi K Kolibu. 2018. Hubungan Antara Hipertensi
dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner pada Pasien Yang Berobat di Rumah
Sakit Umum Pusat Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sam Ratulangi. Jurnal KESMAS, Volume 7 Nomor 4. Diakses tanggal 10
April 2020. https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/kesmas/article/view/23124/22819

Novriyanti, Ira Dwi, Ferry Usnizar, Irwan. 2012. Pengaruh Lama Hipertensi Terhadap
Penyakit Jantung Koroner di Poliklinik Kardiologi RSUP. Dr. Mohammad Hoesin
Palembang 2012. Fakultas Kedokteran, Universitas Sriwijaya. Jurnal Kedokteran Dan
Kesehatan, Volume 1, No. 1, Oktober 2014: 55-60. Diakses tanggal 10 April 2020.
https://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jkk/article/view/2568/1391
Jurnal KESMAS, Volume 7 Nomor 4

HUBUNGAN ANTARA HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN PENYAKIT JANTUNG


KORONER PADA PASIEN YANG BEROBAT DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT Prof. Dr. R.
D. KANDOU MANADO
Windy G. Amisi*, Jeini E Nelwan*, Febi K Kolibu*

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

ABSTRAK
PJK adalah penyakit yang di sebabkan adanya plak yang menumpuk di dalam arteri koroner yang mensuplai
oksigen ke otot jantung. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa hubungan antara hipertensi dengan
kejadian PJK, untuk mengetahui besar resiko terjadinya PJK pada penderita hipertensi di RSUP Prof. Dr. R. D.
Kandou Manado. Jenis penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancangan case control study.
Teknik pengambilan sampel dengan metode purposive sampling. Analisis data yang digunakan chi Square. Hasil
penelitian menunjukan bahwa kelompok kasus dengan kategori umur ≥45tahun 46 (92,0%), kelompok kontrol
kategori umur ≥ 45 tahun 46 (92,0%), jenis kelamin kelompok kasus laki-laki 43 (86,0%), kelompok kontrol laki-laki
32 (64%), kelompok kasus tingkat pendidikan SMA 29 (58,0%), kelompok kontrol tingkat pendidikan SMA 23
(46,0%) kelompok kasus kategori pensiunan 23 (46,0%), kelompok kontrol kategori tidak bekerja atau IRT 18
(36,0%), kelompok kasus yang menderita hipertensi 32 responden (60,0%), sedangkan pada kelompok kontrol yang
menderita hipertensi sebanyak 20 responden (40,0%). Hasil uji statistik diperoleh nilai p= 0,028 (p<0,05) dan nilai
OR= 2,667 (95% CI = 1,188-5,985). Hal ini menunjukan bahwa hipertensi berhubungan dengan kejadian PJK
dimana responden yang menderita hipertensi lebih beresiko 2,667 kali menderita PJK dari pada yang tidak
menderita hipertensi.

Kata kunci: Hipertensi, PJK.

ABSTRACT
Coronary arterial disease is a disease caused by plaques which is accumulate in coronary arterial that supplying
oxygen to the cardiac muscle. The disease is a part of cardiovasculary disease which is a disorder of heart and
blood vessels including stroke, rheumatic heart disease, and other conditions. The purpose of this study was to
analyze the relationship between hypertension and cardiovasculary arterial disease, to determire the risk of CAD to
hypertension patents in RSUP Prof D. R. Kandou Manado. This type of research in an observational study with case
control study. Sampling technique was using purposive sampling method. The analysis of the data used is chi
square. The result showed that the group case with age categories of ≥45 years old was 46 (92,0%), group control
categories of age ≥45 years old was 46 (92,0%), gender group case of male was 43 (86,0%), the control group case
of male 32 (64,0%), group case of senior high school was 29(58,0%), group control of senior high school was 23
(46,0%), category case of retired people was 23 (46,0%), control group wits unemployment or housewife category
was 18 (36,0%), group case wits hypertension was 32 respondents (60,0%), whereas in the group control wits
hypertensive was 20 respondents (40,0%).the result of statistics test obtained P = 0,028 (P<0,05) and OR = 2,667
(95% CL = 1,188-5,985). These result shows that hypertension is associated to CAD whi is dhe respondent wits
hypertension has 2,667 times risk from CAD than those who do not suffering suffer from hypertension.

Keywords: hypertension, coronary heart disease.

PENDAHULUAN beralihnya penyebab kematian yang semula di


Pola penyakit di Indonesia saat ini mengalami dominasi oleh penyakit infeksi yang tetap
transisi epidemiologi, yaitu suatu keadaan yang menjadi masalah kesehatan, bergeser ke PTM
menunjukkan terjadinya perubahan pada pola yang menjadi masalah kesehatan baru.
penyakit dan kematin yang ditandai dengan Kemudian penyakit menular yang sudah lama

Hubungan Antara Hipertensi Dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner Pada Pasien
Yang Berobat Di Rumah Sakit Umum Pusat Prof. Dr. R. D. Kandou Manado
Jurnal KESMAS, Volume 7 Nomor 4

hilang muncul kembali, serta munculnya prevalensi PJK sebanyak 11.892 orang (0,7%).
penyakit menular baru. Secara global PTM Data tersebut juga menunjukkan bahwa
penyebab kematian nomor satu setiap tahunnya Prevalensi PJK di kota Manado sebesar 0,5%.
yaitu penyakit kardiovaskuler. Penyakit Dari hasil penelitian sebelumnya
kardiovaskuler adalah penyakit yang disebabkan menunjukkan bahwa faktor resiko dari PJK
oleh gangguan fungsi jantung dan pemuluh dapat di bagi dua, yaitu yang pertama adalah
darah, seperti PJK, penyakit gagal jantung atau faktor resiko yang dapat diubah yaitu hipertensi,
payah jantung, hipertensi dan stroke. Survei dislipidemia, merokok, obesitas, diabetes
sampel registration system (SRS) pada tahun melitus, aktifitas fisik, stress, dan yang kedua
2014 menujukan PJK di Indonesia menjadi faktor resiko yang tidak dapat diubah yaitu
penyebab kematian tertinggi pada semua umur umur, jenis kelamin dan genetik. Hipertensi
setelah stroke. Jumlahnya mencapai 12,9% merupakan salah satu faktor risiko utama yang
(SRS, 2014). dapat diubah. Hasil penelitian ini juga
Data World Health Organization (WHO) menunjukkan bahwa penderita hipertensi lebih
tahun 2016 yang menyebutkan bahwa 56 juta beresiko 5x menderita PJK di banding dengan
kematian diseluruh dunia, 38 juta diantaranya yang tidak hipertensi (Farahdika, 2015; Abdul,
disebabkan oleh PTM dan proporsi penyebab 2014).
utama kematian PTM pada tahun 2016 itu Rumah Sakit Umum Pusat Prof. Dr. R. D.
diantaranya: penyakit kardiovaskular (37%), Kandou Manado, merupakan rumah sakit
kanker (27%), penyakit pernapasan (8%) dan terbesar di Sulawesi Utara. Rumah sakit ini
diabetes (4%). Selanjutnya, WHO juga merupakan pusat rujukan pasien PJK. Hal ini
melaporkan bahwa kematian karena penyakit didukung fasilitas kesehatan yang memadai
kardiovaskular tersebut 7,4 juta disebabkan oleh karena memiliki ruang instalasi Cardio-Vascular
PJK (PJK) dan sebesar 6,7 juta orang and Brain Center (CVBC). Penelitian dari
disebabkan oleh stroke (WHO, 2016). Nelwan (2017) menunjukkan bahwa jumlah
Menurut Riset kesehatan dasar (Riskesdas) pasien yang datang berkunjung di instalasi.
berdasarkan diagnosis dokter, prevalensi PJK di
Indonesia tahun 2013 sebesar 0,5% atau METODE PENELITIAN
diperkirakan sekitar 883.447 orang. Penderita Penelitian ini merupakan penelitian
terbanyak terdapat di Propinsi Jawa Timur observasional dengan rancangan case control
sebanyak 337.127 orang (1,3%). Di Sulawesi study populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh
Utara sendiri berdasarkan diagnosis dokter, pasien rawat jalan yang berkunjung di instalasi

Hubungan Antara Hipertensi Dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner Pada Pasien
Yang Berobat Di Rumah Sakit Umum Pusat Prof. Dr. R. D. Kandou Manado
Jurnal KESMAS, Volume 7 Nomor 4

rawat CVBC dan klinik interna umum RSUP karakteristik responden. Analisis bivariat yang
Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Sampel digunakan untuk mengetahui hubungan antara
penelitian penelitian ini terdiri dari kasus dan hipertensi dengan PJK menggunakan Chi
kontrol. Responden yang termasuk dalam Kasus Square.
ialah pasien rawat jalan yang berobat di Intalasi
CVBC RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado HASIL DAN PEMBAHASAN
yang telah terdiagnosa PJK oleh dokter spesialis Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan
jantung berdasarkan manifestasi klinik dan Umur.
pemeriksaan Elektrokardiografi (EKG) yang
diperoleh dari catatan rekam medis responden. Umur Kasus Kontrol
n % n %
Kontrol ialah pasien rawat jalan yang berobat di
<45 tahun 4 8,0 4 8,0
klinik interna umum RSUP Prof. Dr. R. D. ≥45 tahun 46 92,0 46 92,0
Kandou Manado yang tidak terdiagnosa PJK Jumlah 50 100 50 100

berdasarkan manifestasi klinik dan pemeriksaan


Tabel 1 menunjukan bahwa pada kelompok
Elektrokardiografi (EKG) yang diperoleh dari
kasus lebih banyak pada kategori umur ≥45
catatan rekam medis responden. Dengan
tahun 46 responden (92,0%) dan pada kelompok
memenuhi kriteria inklusi: bersedia menjadi
kontrol lebih banyak pada kategori umur ≥45
responden dengan menandatangani informend
tahun 46 responden (92,0%).
consent, berobat maksimal 6 bulan dengan
harapan responden masih bisa mengigat
Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan
kebiasaan dan kejadian yang di alami. dan
Jenis
eksklusi : memiliki gangguan dalam
Jenis Kelamin Kasus Kontrol
berkomunikasi, menderita gangguan kejiwaan.
n % n %
Instrument dalam penelitian ini mengunakan Laki- laki 4 86,0 32 64,0
kuesioner yang berisi tentan karakteristik Perempuan 7 14,0 18 36,0
Jumlah 50 100 50 100
responden dan variabel penelitian. Penelitian ini
telah melalui tahap etik oleh komite etik RSUP Tabel 2 menunjukan bahwa pada kelompok
Prof. Dr. R. D. Kandou Manado dan telah kasus lebih banyak berjenis kelamin laki-laki
dinyatakan bebas masalah etik. dengan jumlah 43 responden (86,0%) dan untuk
Analisis data penelitian dilakukan dengan kelompok kontrol lebih banyak berjenis kelamin
analisis univariate dan bivariat pada analisi Laki-laki dengan jumlah 32 responden (64,0%).
univariat digunakan untuk mengelompokan

Hubungan Antara Hipertensi Dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner Pada Pasien
Yang Berobat Di Rumah Sakit Umum Pusat Prof. Dr. R. D. Kandou Manado
Jurnal KESMAS, Volume 7 Nomor 4

Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan Tabel 5. Hubungan Antara Hipertensi Dengan


Pendidikan Terakhir PJK

Pendidikan Kasus Kontrol PJK


Hasil Uji Chi
Terakhir Kasu Kontrol
Square
n % n % Hiperte s
Tidak sekolah 1 2,0 3 6,0 nsi N % n % P OR CI
SD 0 0 0 0 95
SMP 8 16,0 15 28,0 %
SMA 29 58,0 23 46,0 Ya 3 60, 2 40, 0,0 2,6 1,1
PT 12 24,0 9 18,0 Tidak 2 0 0 0 28 67 88 -
1 36, 3 60, 5,9
Jumlah 50 100 50 100 8 0 0 0 85
Jumlah 5 100 5 100
Tabel 3. menunjukan bahwa kelompok kasus 0 0
terbanyak pada tingkat pendidikan SMA dengan
Berdasarkan tabel 5 terlihat bahwa pada
jumlah 29 responden (58,0%), sedangkan untuk
kelompok kasus yang menderita hipertensi
kelompok kontrol ada pada tingkat pendidikan
sebanyak 32 responden (60,0%) sedangkan pada
SMA dengan jumlah 23 responden (46,0%).
kelompok kontrol yang menderita hipertensi
sebanyak 20 responden (40,0%). Hasil uji
Tabel 4. Distribusi Responden Berdasarkan
statistik diperoleh nilai p= 0,028 (p<0,05) dan
Pekerjaan
nilai OR= 2,667 (95% CI = 1,188-5,985). Hal ini
Pekerjaan Kasus Kontrol
n % n % menunjukan bahwa hipertensi berhubungan
Tidak Bekerja/ 5 10,0 18 36,0 dengan kejadian PJK dimana responden yang
IRT
Pensiunan 23 46,0 8 16,0 menderita hipertensi lebih beresiko 2,667 kali
PNS/TNI/POLRI 8 16,0 2 4,0 menderita PJK dari pada yang tidak menderita
Swasta/Wiraswasta 4 8,0 12 24,0
Lainnya 10 20,0 10 20,0 hipertensi.
Jumlah 50 100 50 100 Berdasarkan data yang ditemukan pada
kelompok kasus berdasarkan umur terbanyak
Tabel 4 menunjukan bahwa pada kelompok
pada kelompok umur ≥45 tahun, berjenis
kasus responden terbanyak ada pada kategori
kelamin laki-laki, berpendidikan SMA dan
pensiunan sebanyak 23 responden (46,0%) dan
pekerjaan pensiunan. Penelitian
untuk kelompok kontrol terbanyak ada pada
Nelwan (2017) tentang Dimodifikasi
kategori tidak bekerja atau ibu rumah tangga
Faktor Risiko untuk Penyakit Jantung Koroner
dengan jumlah 18 responden (36,0%).
(PJK) di Kelompok Etnis Minahasa Kota
Manado. Dengan hasil penelitian, responden

Hubungan Antara Hipertensi Dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner Pada Pasien
Yang Berobat Di Rumah Sakit Umum Pusat Prof. Dr. R. D. Kandou Manado
Jurnal KESMAS, Volume 7 Nomor 4

yang menderita hipertensi 5,70 kali lebih monopause, karena wanita mempunyai hormon
beresiko menderita PJK. estrogen yang bersifat protektif, namun setelah
Novrianty dkk (2012) tentang pengaruh lama wanita mengalami menopause insidensi PJK
hipertensi terhadap PJK di Poliklinik Kardiologi meningkat dan memiliki resiko yang sama
RSUP. Dr Mohammad Hoesin Palembang. dengan laki – laki. Berdasarkan penlitian yang
Dengan hasil penelitian, kasus PJK paling dilakukan oleh Hariadi dan Ali (2008)
banyak terjadi pada kelompok usia 45-64 tahun didapatkan angka kejadian laki – laki lebih
(75,0%). Hal ini menunjukkan bahwa insiden tinggi dibanding perempuan, yaitu 64,7%
PJK meningkat setelah usia 45 tahun. Penelitian berbanding 35,3%. Angka morbiditas atau
selanjutnya yang dilakukan oleh Fang, Shaw dan mortalitas PJK meningkat menurut faktor umur,
keenam di Amerika Serikat tahun 2011 yang simtomatologi klinis dapat terlihat secara dini
mendapatkan tingginya kejadian PJK pada pada tingkat dua dekade usia namun kasus PJK
kelompok usia 45-64 tahun. Hasil penelitian meningkat secara lambat laun pada usia 30
oleh Siregar. di RS Dr. Pirngadi Medan tahun sampai 50 tahun. Kira-kira 55% Korban
2009 juga melapor sebagia besar penderita PJK serangan jantung berusia 65 tahun atau lebih dan
berusia di atas 55 tahun (78,6%). Hal ini sesuai mereka yang meninggal adalah empat dari lima
dengan teori yang menyatakan bahwa sebelum orang berusia 65 tahun ke atas, walaupun terjadi
usia 40 tahun, jarang timbul penyakit serius perbaikan diit dan pengurangan faktor-faktor
sedangkan dari usia 40 hingga 60 tahun, insiden resiko lain dapat merubah kecenderungan pada
infark miokard meningkat lima kali lipat. Usia para orang tua dimasa mendatang, kebanyakan
merupakan faktor rsiko PJK dimana orang yang berada dalam resiko pada masa kini
penambahan usia akan meningkat resiko merupakan refleksi dari pemeliharaan kesehatan
terjadinnya PJK. Semakin tua usia maka yang buruk pada masa lalu (Siregar 2009).
semakin besar timbulnya plak yang menempel di Hasil penelitian ini menunjukkan adanya
dinding dan menyebabkan gangguan aliran hubungan antara hipertensi dengan kejadian PJK
darah yang melewatinnya. dimana responden yang menderita hipertensi
Penelitian Farahdika (2015) menujukan tidak lebih berisiko 2,6 kali menderita PJK dari pada
ada hubungan antara jenis kelamin dengan yang tidak menderita hipertensi. Hasil penelitian
kejadian PJK. Hal tersebut sejalan dengan teori ini selaras dengan penelitian Fadika (2015)
dari Lewis dkk (2007) yang mengatakan bahwa tentang faktor resiko yang berhubungan dengan
morbiditas akibat PJK pada laki-laki lebih besar PJK pada usia dewasa di RS Umum Daerah kota
dari pada wanita sebelum wanita mengalami Semarang menunjukan bahwa adanya

Hubungan Antara Hipertensi Dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner Pada Pasien
Yang Berobat Di Rumah Sakit Umum Pusat Prof. Dr. R. D. Kandou Manado
Jurnal KESMAS, Volume 7 Nomor 4

Hubungan antara hipertensi dengan PJK hal metode penelitian, dan juga grade/derajat
tersebut menunjukan bahwa responden ataupun jangka waktu penyakit hipertensi yang
hipertensi beresiko 5,091 menderita PJK diderita oleh masing – masing responden.
dibanding responden yang tidak hipertensi.
Penelitian Soeharto (2012) yang mengatakan KESIMPULAN
bahwa hipertensi memberi gejala lebih lanjut Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan
untuk suatu organ seperti strok dan juga PJK. bahwa:
Selanjutnya, Yusnidar (2007) yang menyatkan 1. Adanya hubungan antara hipertensi dengan
bahwa ada hubungan yang bermakna antara kejadian PJK
hipertensi dengan PJK. Berdasarkan hasil 2. Penderita hipertensi lebih beresiko 2,667
penelitian Zahrawardani (2013) tentang analisis kali menderita PJK dibanding responden
faktor resiko kejadian penyakit jantung koroner yang tidak menderita hipertensi.
di RSUP Dr. Kariadi Semarang. ada hubunga
yang bermakna antara hipertensi dengan SARAN
kejadian PJK. Hasil uji statistik diperoleh nilai p 1. Perlu adanya tindakan pencegahan kejadian
= 0,002 (p<0,05). PJK melalui pengendalian tekanan darah
Tekanan darah yang tinggi secara terus masyarakat melalui meningkatkan
menerus menyebabkan kerusakan sistem pengetahuan melalui penyuluhan bahaya
pembuluh darah arteri dengan perlahan –lahan. dari hipertensi dan juga melakukan deteksi
Arteri tersebut mengalami pengerasan yang dini terhadap penderita hipertensi.
disebabkan oleh endapan lemak pada dinding, 2. Bagi penderita hipertensi dapat lebih
sehingga menyempitka lumen yang terdapat di meningkatkan pola hidup sehat agar dapat
dalam pembulu darah menyebabkan terjadinya terhindar dari PJK.
PJK. Peningkatan tekanan darah sistemik akibat 3. Diharapkan adanya penelitian lebih lanjut
hipertensi meningkatkan resistensi terhadap tentang faktor-faktor resiko lain selain
pemompaan darah dari vertikel kiri, sehingga hipertensi dengan kejadian PJK sehingg
beban kerja jantung bertambah (Marliani 2013). bisa memperoleh hasil yang lebih baik lagi.
hubungan antara hipertensi dengan PJK begitu
juga dengan penelitian dari sulistyo pada tahun DAFTAR PUSTAKA
2012 mengatakan tidak terdapt hubungan Abdul, 2014. Penyakit kardiovaskuler. (online)
https:/books.google.co.id/books.penyakitka+
hipertensi terhadap PJK. perbedaan hasil dengan
kardiovaskuler diakses 24 april 2018 jam
penelitian lain disebabkan karena perbedaan 14.00 wita

Hubungan Antara Hipertensi Dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner Pada Pasien
Yang Berobat Di Rumah Sakit Umum Pusat Prof. Dr. R. D. Kandou Manado
Jurnal KESMAS, Volume 7 Nomor 4

Farahdika, Amelia 2015. Faktor resiko yang Novriyanti, Usnisar, Irwan 2012. pengaruh lama
berhubungan dengan penyakit hipertensi terhadap penyakit jantung koroner
jantung koroner pada usia dewasa madya ht di poliklinik kardiologi RSUP Dr.
tp://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujph di Mohammad Hoesin Palembang.
akses 22 juni 2018 jam 18.00 wita https://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jkk/artic
le/download/2568/1391
Fadika (2015) tentang faktor resiko yang
berhubungan dengan PJK pada usia dewasa Riset Kesehatan Dasar (Rikesdas) 2013.
di RS Umum Daerah kota Pedoman Pewawancara Petugas
Semarang(online)http://journal.unnes.ac.id/sj Pengumpulan Data. Jakarta : Badan
u/index.php/ujph di akses 25 juni 2018 jam Litbangkes, Depkes RI 2013.
21.00 wita
Soeharto. I. 2012. Penyakit Jantung Koroner
Herman, Syukri, Efride 2015 hubungan faktor dan Serangan Jantung. Jakarta: Gramedia
dengan kejadian penyakit jantung koroner di Pustaka.
Rs Dr. M. Djamil Padang. (online)
http://jurnal.fk.unand.ac.id. Di akses 15 Sulistyo A, Ririn N. Faktor risiko kejadian PJK
september 2018 jam 20.00 pada kelompok muda (tesis). Surabaya:
Universitas Muhamadiyah Ponogoro; 2012.
Hariadi 2009. Pengaruh lama hipertensi dengan
kejadian PJK. (online) World Health Organization, WHO 2016.
https://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jkk/artic Cardiovascular diseases.
le/download/2568/1391 di akses 10 www.who.int/mediacentre/factsheds/fs317/en
september 2018 jam 14.00 . Diakses pada 23 mei 2018.

Lewis,at al, (2011) medical surgical nursing Yusnidar 2007. Faktor faktor yang berpengaruh
assessment and management of clinical terhadap kejadian PJK pada wanita usia >
problems. Seven edution. Volum 2. 45 tahun, tesis, PPS Magister epidemiologi
Mosbysevier. UNDIP, Semarang,
http://eprints.undip.ac.id/17769/1/YUSNIDA
Marliani. 2013. Hipertensi. Jakarta: PT. R.pdf. diakses tanggal 28 Mei 2011
Gramedia.
Zahrawadani D 2013. Analisi faktor resiko
Nelwan, E.J., Widjajanto, E., Andarini, S. and kejadian penyakit jantung koroner di RSUP
Djati, M.S., 2017. Modified Risk Factors for Dr Kariadi Semarang. jl Wonodri No 2A,
Coronary Heart Disease (CHD) in Minahasa Semarang, jawa Tengah.
Ethnic Group From Manado City Indonesia.
The Journal of Experimental Life Science,
6(2), pp.88-94.

Hubungan Antara Hipertensi Dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner Pada Pasien
Yang Berobat Di Rumah Sakit Umum Pusat Prof. Dr. R. D. Kandou Manado
JURNAL KEDOKTERAN DAN KESEHATAN, VOLUME 1, NO. 1, OKTOBER 2014: 55-60

Pengaruh Lama Hipertensi Terhadap Penyakit Jantung Koroner di Poliklinik


Kardiologi RSUP. Dr. Mohammad Hoesin Palembang 2012

Ira Dwi Novriyanti1, Ferry Usnizar2, Irwan3

1. Program Studi Pendidikan Dokter Umum


2. Bagian Penyakit DalamFakultas Kedokteran, Universitas Sriwijaya
3. Bagian Anatomi Fakultas Kedokteran, Universitas Sriwijaya
Jl. dr. Moh. Ali Komplek RSMH Palembang Madang Sekip, Palembang, 30126, Indonesia

Email: sensei_1124@yahoo.co.id

Abstrak
Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyebab kematian utama di dunia. Menurut World Health Organization
(WHO) tahun 2008, diperkirakan 7,3 juta penduduk dunia meninggal akibat PJK. Angka kematian akibat PJK di
Indonesia juga terus meningkat dari tahun ke tahun. Hipertensi merupakan faktor risiko penting terjadinya PJK. Deteksi
dini dan perawatan hipertensi yang efektif dapat menurunkan angka kematian. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh lama hipertensi terhadap PJK di Poliklinik Kardiologi RSUP Dr. Mohammad Hoesin
Palembang.Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain cross sectional. Sampel penelitian
adalah 107 dari 13.396 pasien penyakit jantung hipertensi di Poliklinik Kardiologi RSUP Dr. Mohammad Hoesin
Palembang tahun 2012. Hasil penelitian menunjukkan proporsi PJKsebesar 44,9%. Penderita PJK paling banyak adalah
laki-laki (72,9%) dan kelompok usia 45–64 tahun (75,0%). Penderita PJK paling sering dijumpai dengan keluhan nyeri
dada (43,8%) dan lama hipertensi 11–15 tahun (47,9%). Sebagian besar pasien menderita hipertensi derajat 1 (47,9%).
Kebanyakan pasien memiliki kadar total kolesterol (41,7%), kolesterol LDL (29,2%), kolesterol HDL (41,7%),
trigliserida (43,8%), dan gula darah sewaktu (81,3%) yang normal. Hasil analisis menggunakan uji Chi-square
menunjukkan ada hubungan antara lama hipertensi dengan PJK (p=0,028) dan lama hipertensi 11–15 tahun berisiko
2,957 kali menderita PJK dibandingkan lama hipertensi 1–10 tahun.Terdapat pengaruh lama hipertensi terhadap PJK,
semakin lama hipertensi maka semakin tinggi risiko terjadinya PJK.

Kata kunci: Pengaruh, Lama hipertensi, Penyakit jantung koroner

Abstract
Coronary heart disease (CHD) is the main cause of mortality in the world. According to WHO in 2008, it was estimated
that 7.3 million people worldwide died by CHD. The mortality rate in Indonesia also keep rising from year to year.
Hypertension is an important risk factor for developing CHD. Early detection and effective treatment of hypertension
may reduce mortality rate. The purpose of this research is to determine the effects of hypertension duration on CHD in
Cardiology Polyclinic at RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang. This research was an analytic observational study
with cross sectional design. Research samples were107 of 13.396 patients with hypertensive heart disease in Cardiology
Polyclinic at RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang 2012. Research result showed proportion of CHD was 44.9%.
Most of CHD patients were male (72.9%) and 45–65 years old age group (75.0%). CHD patients most commonly
presented with complaint of chest pain (43.8%) and hypertension duration of 11–15 years (47.9%). Most of them
suffered from grade 1 hypertension (47.9%). Normal cholesterol total (41.7%), LDL cholesterol (29.2%), HDL
cholesterol (41.7%), triglycerid (43.8%) and random blood sugar (81.3%) were dominant. Analysis result using Chi-
square test showed a relationship between hypertension duration and CHD (p=0.028) and hypertension duration of 11–
15 years had 2.957 times the risk of suffering from CHD than hypertension duration of 1–10 years.There was effects of
hypertension duration on CHD, the longer hypertension, the higher the risk of developing CHD.

Keywords: Effects, Hypertension duration, Coronary heart disease

55
56 JURNAL KEDOKTERAN DAN KESEHATAN, VOLUME 1, NO. 1, OKTOBER 2014: 55-60

1. Pendahuluan Angka kematian akibat PJK di Indonesia meningkat dari


tahun ke tahun. Data Survei Kesehatan Rumah Tangga
Penyakit jantung koroner (PJK) dikenal sebagai penyebab (SKRT) tahun 1996 menunjukkan angka kematian akibat
utama kematian di seluruh dunia. Menurut World Health PJK pada tahun 1975 (5,9%), tahun 1981 (9,1%), tahun
Organization (WHO) tahun 2008, diperkirakan 17,3 juta 1986 (16,0%), dan tahun 1995 (19,0%). Sedangkan pada
atau sekitar 30% penduduk dunia meninggal akibat tahun 2001 angka tersebut meningkat menjadi 26,4%
penyakit jantung dan 7,3 juta diantaranyadisebabkan berdasarkan Survei Kesehatan Nasional (Surkesnas).
PJK. Lebih dari 80% kematian akibat PJK terjadi di Pada tahun 2005, PJK menempati peringkat kelima
negara berkembang. Penyakit ini menyebabkan kematian sebagai penyebab kematian terbanyak di Indonesia. Di
lebih tinggi dibandingkan penyakit lainnya seperti stroke, RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang, pada tahun
penyakit jantung kongestif, penyakit jantung rematik, 2006 angka kejadian penyakit jantung koroner sebesar
dan lain-lain1. 5,15% dan pada tahun 2008 meningkat menjadi 18,5%6.

PJK adalah penyakit yang disebabkan penumpukan plak Berdasarkan fakta kurangnya pengetahuan masyarakat
pada arteri koroner yang menyebabkan aliran darah ke mengenai hipertensi serta dampak yang ditimbulkan,
miokardium terbatas2.Penyebab PJK yang paling umum dan tingginya angka kematian akibat PJK, peneliti
adalah aterosklerosis. Aterosklerosis ditandai dengan merasa perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui
pembentukan plak aterosklerotik akibat disfungsi endotel pengaruh lama hipertensi terhadap penyakit jantung
yang menjadi sasaran terjadinya fisur, perdarahan dan koroner di Poliklinik Kardiologi RSUP Dr. Mohammad
trombosis. Keadaan ini dapat mengacaukan keseimbangan Hoesin Palembang 2012.
antara suplai dan kebutuhan oksigen sehingga mencetuskan
iskemia atau infark miokard3. 2. Metode Penelitian
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya
Penelitian ini merupakan penelitian observasional
PJK. Faktor risiko PJK terbagi menjadi dua, yaitu yang
analitik dengan desain cross sectional.Populasi pada
bersifat nonmodifiable seperti usia, jenis kelamin, dan
penelitian iniadalah semuapenderita penyakit jantung
riwayat keluarga, serta yang bersifat modiafiable seperti
hipertensi yang terdata dalam rekam medis di Poliklinik
hipertensi, dislipidemia, merokok, diabetes melitus,
Kardiologi RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang
obesitas, dan inaktifitas fisik. Insidensi PJK pada
dari 1 Januari 2012–31Desember 2012. Sampel
penderita hipertensi adalah lebih dari lima kali daripada
penelitian dihitung berdasarkan rumus besar sampel dan
yang normotensi4.
menghasilkan 107 sampel dari total populasi.Teknik
Menurut JNC 7 tahun 2003, hipertensi didefinisikan pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive
sebagai peningkatan tekanan darah sistolik ≥140 mmHg sampling.
dan tekanan darah diastolik ≥90 mmHg. Hipertensi
Penelitian ini menggunakan program SPSS 21.0 untuk
meningkatkan resistensi ventrikel kiri sehingga beban melakukan pengolahan dan analisis data. Analisis univariat
kerja jantung bertambah. Perjalanan penyakit hipertensi digunakan untuk mengetahui distribusi frekuensi dan
sangat perlahan, kondisi yang kronis dapat mengakibatkan presentase masing-masing variabel penelitian, meliputi
kematian karena payah jantung dan PJK. Deteksi dini dan usia, jenis kelamin, keluhan utama, lama hipertensi,
perawatan hipertensi yang efektif dapat menurunkan tekanan darah, profil lipid, dan gula darah sewaktu
angka kecacatan dan kematian5. penderita penyakit jantung koroner. Analisis bivariat
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Balitbangkes digunakan untuk mengetahui pengaruh lama hipertensi
tahun 2007 menunjukkan prevalensi hipertensi di Indonesia terhadap penyakit jantung koroner. Uji statistik yang
mencapai 31,7% dari total penduduk dewasa, tetapi hanya digunakan adalah uji Chi-square.
23,9% saja dari populasi ini yang mengetahui dirinya
menderita hipertensi dan menerima pengobatan. Kini, 3. Hasil
hipertensi menjadi penyebab nomor tiga kematian di
Indonesia. Pada penelitian mengenai pengaruh lama hipertensi terhadap
penyakit jantung koroner di Poliklinik Kardiologi RSUP
PJK menimbulkan berbagai komplikasi yang dapat Dr. Mohammad Hoesin 2012, peneliti mendapatkan 107
menyebabkan kematian. Disritmia merupakan komplikasi pasien penyakit jantung hipertensi dari data rekam
tersering pada PJK. Disfungsi ventrikel kiri akibat PJK medis yang telah diseleksi melalui kriteria inklusi dan
menyebabkan gagal jantung kongestif dan syok kardiogenik. eksklusi.Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan pasien
PJK juga dapat menyebabkan disfungsi otot papilaris, yang mengalami PJKsebanyak48 orang (44,9%) dan
defek septum ventrikel, ruptur jantung, aneurisme ventrikel, pasien yang tidak mengalami PJK sebanyak 59 orang
tromboembolisme, dan perikarditis5. (55,1%). Proporsi penderita PJK dapat dilihat pada
gambar 1.
JURNAL KEDOKTERAN DAN KESEHATAN, VOLUME 1, NO. 1, OKTOBER 2014: 55-60 57

Keluhan utama yang paling banyak dialami oleh pasien


adalah nyeri dada, yaitu sebanyak 21 orang (43,8%).
Keluhan seperti sesak nafas dialami oleh 9 orang (18,8%),
palpitasi 2 orang (4,2%), dan sakit kepala 7 orang
44,9%
(14,6%). Keluhan lain seperti lemas, nyeri ulu hati, sulit
55,1% tidur, dll. dialami oleh 9 orang (18,8%). Keluhan utama
selain nyeri dada pada penelitian ini presentasenya
cukup tinggi karena subjek adalah penderita penyakit
jantung hipertensi.
PJK Tidak PJK

50.0% 43,8%
Gambar1. Proporsi Penderita PJK di Poliklinik
40.0%
Kardiologi RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang 2012
30.0%
18,8% 18,8%
Distribusi usia penderita PJK dalam penelitian ini dibagi 20.0% 14,6%
menjadi empat kelompok usia berdasarkan Centers for 10.0% 4,2%
Disease Control (CDC) 2010. Kelompok usia yang 0.0%
menderita PJK tertinggi terdapat pada kelompok usia Nyeri Sesak Palpitasi Sakit Keluhan
45–64 tahun, yaitu sebanyak 36 orang (75,0%), dada nafas kepala lain
sedangkan kelompok usia 25–44 tahun 1 orang (2,1%),
65–74 tahun 9 orang (18,8%), dan >75 tahun 2 orang
(4,2%). Gambar 4. Distribusi Penderita PJK Berdasarkan
Keluhan Utama

80.0%
75,0%
Distribusi lama hipertensi penderita PJK dalam penelitian ini
70.0% menggunakan rumus Sturges. Dari hasil penelitian,
60.0%
didapatkan penderita PJK dengan lama hipertensi 11–15
50.0%
40.0% tahun sebanyak 23 orang (47,9%), sedangkan kategori
30.0% 18,8%
lama hipertensi 1–5 tahun 11 orang (22,9%) dan 6–10
20.0% tahun 14 orang (29,2%). Grafik 4. menunjukkan bahwa
10.0% 2,1% 4,2% semakin lama hipertensi maka semakin tinggi angka
0.0% kejadian PJK.
25-44 tahun 45-64 tahun 65-74 tahun ≥75 tahun

60.0%
Gambar 2. Distribusi Penderita PJK Berdasarkan 47,9%
Kelompok Usia Menurut CDC 2010 50.0%
40.0%
29,2%
30.0% 22,9%
Berdasarkan jenis kelamin, penderita PJK didominasi
laki-laki dengan rasio antara laki-laki dan perempuan 20.0%
sebesar 2,7 : 1, yaitu sebanyak 35 orang (72,9%) pada 10.0%
laki-laki dan 13 orang (27,1%) pada perempuan. Hasil 0.0%
penelitian dapat dilihat pada gambar 3. 1-5 tahun 6-10 tahun 11-15 tahun

80.0% 72,9% Gambar 5. Distribusi Penderita PJK Berdasarkan


70.0% Kategori Lama Hipertensi Menggunakan Rumus Sturges
60.0%
50.0%
40.0% Karakteristik klinis penderita PJK dalam penelitian ini
27,1%
30.0% meliputi tekanan darah, profil lipid, dan gula darah
20.0% sewaktu.Dari hasil penelitian, hanya 4 orang (8,3%)
10.0% yang memiliki tekanan darah normal, sedangkan sisanya
0.0% didominasi oleh hipertensi derajat 1, yaitu sebanyak 23
Laki-laki Perempuan orang (47,9%), hipertensi derajat 2 sebanyak 13 orang
(27,1%), dan prahipertensi sebanyak 8 orang (16,7%).
Gambar 3. Distribusi Penderita PJK Berdasarkan Jenis Dominasi ini terjadi akibat hipertensi tidak terkontrol.
Kelamin Hasil penelitian dapat dilihat pada gambar 6.
58 JURNAL KEDOKTERAN DAN KESEHATAN, VOLUME 1, NO. 1, OKTOBER 2014: 55-60

Berdasarkan data mengenai kolesterol HDL, didapatkan


60.0%
47,9% sebanyak 14 orang (29,2%) memiliki kadar HDL yang
50.0%
rendah, 20 orang (41,7%) memiliki kadar HDL yang
40.0% normal, dan 14 orang (29,2%) memiliki kadar HDL
27,1%
30.0% yang tinggi. Hasil penelitian dapat dilihat pada gambar
16,7% 9.
20.0%
8,3%
10.0%
0.0%
Normal Prahipertensi Hipertensi Hipertensi 50.0%
41,7%
derajat 1 derajat 2
40.0%
29,2% 29,2%
30.0%
Gambar 6. Distribusi Penderita PJK Berdasarkan
Klasifikasi Tekanan Darah Menurut JNC 7 2003 20.0%

10.0%
Distribusi profil lipid penderita PJK dalam penelitian ini 0.0%
berdasarkan klasifikasi NCEP-ATP III 2004 yang terdiri Rendah Normal Tinggi
dari total kolesterol, kolesterol LDL, kolesterol HDL,
dan trigliserida. Pada gambar 7., dapat dilihat subjek
yang memiliki total kolesterol normal sebanyak 20 Gambar 9. Distribusi Penderita PJK Berdasarkan
Klasifikasi Kolesterol HDL Menurut NCEP-ATP III 2004
orang (41,7%), total kolesterol agak tinggi sebanyak 16
orang (33,3%), dan total kolesterol tinggi sebanyak 12
orang (25,0%). Pada gambar 10., didapatkan penderita PJK sebagian
besar memiliki kadar trigliserida yang normal, yaitu
sebanyak 21 orang (43,8%). Penderita PJK dengan
50.0% 41,7% kadar trigliserida yang agak tinggi sebanyak 5 orang
40.0% 33,3%
(10,4%), kadar trigliserida yang tinggi 20 orang
(41,7%), dan kadar trigliserida yang sangat tinggi 2
30.0% 25,0%
orang (4,2%). Profil lipid penderita PJK dalam
20.0% penelitian ini sebagian besar memiliki kadar yang
normal. Hal ini menunjukkan bahwa dislipidemia bukan
10.0%
faktor utama terjadinya PJK.
0.0%
Normal Agak tinggi Tinggi
50.0% 43,8%
41,7%
Gambar 7. Distribusi Penderita PJK Berdasarkan 40.0%
Klasifikasi Total Kolesterol Menurut NCEP-ATP III 2004 30.0%

20.0%
Dari hasil penelitian, didapatkan klasifikasikolesterol LDL 10,4%
yang paling dominan adalah normal, yaitu sebanyak 14 10.0% 4,2%
orang (29,2%), sedangkan agak tinggi dan tinggi 0.0%
masing-masing 11 orang (22,9%), dan sangat tinggi 12 Normal Agak tinggi Tinggi Sangat tinggi
orang (25,0%).

Gambar 10. Distribusi Penderita PJK Berdasarkan


35.0% 29,2% Klasifikasi Trigliserida Menurut NCEP-ATP III 2004
30.0% 25,0%
22,9% 22,9%
25.0%
Pada penelitian ini, nilai rujukan yang digunakan untuk
20.0%
gula darah sewaktu berdasarkan WHO 1994 dan
15.0%
laboratorium RSUP Dr. Mohammad Hoesin. Pada gambar
10.0%
dapat diketahui sebagian besar subjek memiliki kadar
5.0%
gula darah normal, yaitu sebanyak 39 orang (81,3%).
0.0%
Hanya 9 orang (18,8%) yang memiliki kadar gula darah
Normal Agak tinggi Tinggi Sangat tinggi
tinggi. Pasien dengan kadar gula tinggi dalam status
memiliki riwayat DM dan/atau diikuti kriteria klasik
Gambar 8. Distribusi Penderita PJK Berdasarkan DM berupa poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan
Klasifikasi Kolesterol LDL Menurut NCEP-ATP III 2004 berat badan tanpa sebab yang jelas.
JURNAL KEDOKTERAN DAN KESEHATAN, VOLUME 1, NO. 1, OKTOBER 2014: 55-60 59

sampel, sedangkan pasien penyakit jantung hipertensi


100.0% yang tidak mengalami PJK sebesar 55,1%.
81,3%
80.0%
Dari hasil penelitian, kasus PJK paling banyak terjadi
60.0% pada kelompok usia 45–64 tahun (75,0%). Hal ini
40.0% menunjukkan bahwa insiden PJK meningkat setelah
18,8% usia 45 tahun. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang
20.0%
dilakukan oleh Fang, Shaw dan Keenan di Amerika
0.0% Serikat tahun 2011 yang mendapatkan tingginya
Normal Tinggi kejadian PJK pada kelompok usia 45–64 tahun. Hasil
penelitian oleh Siregar dkk. di RS Dr. Pirngadi Medan
tahun 2009 juga melaporkan sebagian besar penderita
Gambar 11. Distribusi Penderita PJK Berdasarkan PJK berusia di atas 55 tahun (78,6%). Hal ini sesuai
Klasifikasi Gula Darah Sewaktu Menurut WHO 1994 dengan teori yang menyatakan bahwa sebelum usia 40
tahun, jarang timbul penyakit serius, sedangkan dari
usia 40 hingga 60 tahun, insiden infark miokard
Analisis bivariat untuk menemukan pengaruh lama meningkat lima kali lipat5.
hipertensi terhadap penyakit jantung koronerdi
Poliklinik Kardiologi RSUP Dr. Mohammad Hoesin Pada variabel jenis kelamin, rasio penderita PJK pada
Palembang 2012 dilakukan dengan uji statistik. Uji statistik laki-laki lebih dari dua kali lipat daripada perempuan,
yang digunakan adalah uji Chi-square menggunakan SPSS yaitu 2,7 : 1. Hal ini nampaknya disebabkan pengaruh
21.0. Berdasarkan hasil analisis, tidak ada nilai expected esterogen yang meningkatkan imunitas wanita5. Berdasarkan
yang kurang dari lima sehingga penelitian ini layak penelitian yang dilakukan oleh Hariadi dan Ali (2008),
untuk diuji dengan Chi-square. Hasil dari uji Chi- didapatkan angka kejadian laki-laki lebih tinggi
square ini dapat dilihat pada tabel 1. dibandingkan perempuan, yaitu 64,7% berbanding
35,3%. Hal ini berbeda dengan hasil penelitian Siregar
Tabel 1. Pengaruh Lama Hipertensi Terhadap Penyakit dkk. (2009) yang mengatakan bahwa penderita PJK
Jantung Koroner di Poliklinik Kardiologi RSUP Dr. didominasi perempuan, yaitu sebesar 64,3%. Perbedaan
Mohammad Hoesin Palembang 2012
ini mungkin disebabkan perbedaan karakteristik penderita
Penyakit Jantung
dan pola hidup subjek.
Lama
Koroner
Hiperten Total O Berdasarkan data mengenai keluhan utama, keluhan
Tidak p IK95%
si PJK R yang paling banyak dirasakan pasien PJK adalah nyeri
PJK
(Tahun) dada, yaitu sebanyak 21 orang (43,8%). Sebesar 18,8%
N % n % n %
11 – 15 23 62,2 14 37,8 37 100 penderita PJK mengeluhkan sesak nafas, sedangkan
1,296
6 – 10 14 38,9 22 61,1 36 100 sisanya datang dengan keluhan palpitasi, sakit kepala,
0,028 2,957 –
1–5 11 32,4 23 67,6 34 100 lemas, nyeri ulu hati, sulit tidur, dll. Hasil ini sesuai
6,747
Total 48 44,9 59 55,1 107 100 dengan penelitian Yanti (2009) yang menyatakan,
proporsi tertinggi penderita PJK berdasarkan keluhan
utama adalah nyeri dada (85,01%). Hasil ini juga sesuai
Analisis data di atas menunjukkan adanya hubungan
dengan penelitian Sarumpaet di RSUP H. Adam Malik
bermakna secara statistik antara lama hipertensi dengan
Medan tahun 2009 yang menyatakan nyeri dada adalah
penyakit jantung koroner (p=0,028). Dari estimasi
gejala yang paling banyak dikeluhkan oleh pasien PJK,
faktor risiko antara lama hipertensi dengan kejadian
yaitu sebesar 69,3%. Keluhan utama selain nyeri dada
penyakit jantung koroner didapatkan OR sebesar 2,957
pada penelitian ini memiliki presentase yang cukup
dengan IK95% sebesar 1,296–6,747. Berdasarkan hasil
tinggi karena subjek yang diteliti adalah pasien penyakit
analisis tersebut, dapat disimpulkan bahwa terdapat
jantung hipertensi.
pengaruh lama hipertensi terhadap penyakit jantung
koroner di Poliklinik Kardiologi RSUP Dr. Mohammad Lama hipertensi pada penelitian ini menunjukkan faktor
Hoesin Palembang 2012. risiko terjadinya PJK. Kategori lama hipertensi 11–15
tahun mendominasi sebesar 47,9% dibandingkan kategori
4. Pembahasan lama hipertensi 1–5 tahun (22,9%) dan 6–10 tahun
(29,2%). Hal ini menunjukkan bahwa semakin lama
Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan salah satu
hipertensi maka semakin tinggi risiko terjadinya PJK.
penyakit jantung yang insidensinya terus meningkat
setiap tahun. Proporsi PJK pada pasien penyakit jantung Pada penelitian ini, sebanyak 23 orang (47,9%)
hipertensi di Poliklinik Kardiologi RSUP Dr. Mohammad penderita PJK mengalami hipertensi derajat 1, hanya 4
Hoesin Palembang 2012 sebesar 44,9% dari total 107 orang (8,3%) yang memiliki tekanan darah normal.
Dominasi ini terjadi akibat hipertensi tidak terkontrol.
60 JURNAL KEDOKTERAN DAN KESEHATAN, VOLUME 1, NO. 1, OKTOBER 2014: 55-60

Hasil ini sesuai dengan penelitian oleh Sarumpaet maka semakin tinggi risiko terjadinya penyakit jantung
(2009) yang menyatakan sebagian besar penderita PJK koroner.
memiliki faktor risiko hipertensi, yaitu sebesar 67,4%.
Hasil ini juga sesuai dengan penelitian Nasution (2012) 5. Kesimpulan
yang mendapatkan proporsi tertinggi pasien PJK
berdasarkan tekanan darah adalah hipertensi derajat 1, Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, terdapat
yaitu sebesar 51%. Hal ini menujukkan risikomeningkat pengaruh lama hipertensi terhadap penyakit jantung
secara progresif dengan naiknya tekanan darah.Pada koroner (PJK), yaitu semakin lama hipertensi maka semakin
penelitian Framingham, insidensi PJK dengan tekanan tinggi risiko terjadinya PJK (p=0,028 OR=2,957). Proporsi
darah melebihi 160/95 adalah lebih dari lima kali penderita penyakit jantung hipertensi yang mengalami
daripada normotensif (tekanan darah 140/90 atau PJK sebesar 44,9%. Sebagian besar PJK terdapat pada
kurang).Sebaliknya, penurunan terapeutik tekanan darah kelompok usia 45–64 tahun (75,0%) dan laki-laki
dapat mengurangi risiko aterosklerosis, menurunkan (72,9%). Keluhan utama yang paling sering dirasakan
insidensi PJK, dan mencegah komplikasi penderita PJK adalah nyeri dada (43,8%). Penderita PJK
paling sering dijumpai dengan lama hipertensi 11–15
Berdasarkan profil lipid, secara keseluruhan dapat tahun (47,9%). Sebagian besar penderita PJK mengalami
dilihat bahwa sebagian besar penderita PJK memiliki hipertensi derajat 1 (47,9%). Kebanyakan penderita PJK
kadar total kolesterol, kolesterol LDL, kolesterol HDL, memiliki kadar total kolesterol (41,7%), kolesterol LDL
dan trigliserida yang normal, dengan presentase (29,2%), kolesterol HDL (41,7%), trigliserida (43,8%),
berturut-turut sebesar 41,7%, 29,2%, 41,7%, dan 43,8%. dan gula darah sewaktu (81,3%) yang normal.
Hasil ini sesuai dengan penelitian Yanti (2009) yang
mendapatkan sebagian besar penderita PJK memiliki Daftar Acuan
profil lipid yang normal. Namun, hasil ini tidak sesuai
dengan penelitian di King Edward Medical Univesity 1. World Health Organization. 2008. About
Lahore yang menyatakan sebanyak 86% pasien Cardiovascular Diseases.
memiliki kadar trigliserida yang abnormal dan 26% (http://www.who.int/cardiovascular_diseases/about
pasien memiliki kadar kolesterol total yang normal. Begitu _cvd/en/, Diakses 10 Juli 2013).
pula hasil studi Atherosclerosis Risk in Communities 2. American Heart Association. 2013. Coronary
(ARIC) menunjukkan peningkatan risiko PJK sebesar Artery Disease – The ABCs of CAD.
59% pada pasien dengan kadar kolesterol LDL yang (http://www.heart.org/HEARTORG/Conditions/Mo
tinggi. Perbedaan ini mungkin disebabkan adanya re/MyHeartandStrokeNews/Coronary-Artery-
perbedaan jenis makanan yang dikonsumsi, gaya hidup, Disease---The-ABCs-of-
dan tingkat ekonomi sehingga timbulnya perbedaan CAD_UCM_436416_Article.jsp, Diakses 10 Juli
karakteristik subjek yang diteliti. 2013)
3. Braunwald E. 2008. Ischemic Heart Disease.
Berdasarkan data penelitian, sebagian besar penderita
Dalam: Fauci A.S, Braunwald E, Kasper D.L,
PJK memiliki kadar gula darah sewaktu yang normal
Hauser S.L, Longo D.L, Jameson J.L, Loscalzo J.
(81,3%). Hasil ini tidak jauh berbeda dengan penelitian
(Editor). Harrison’s Principles of Internal Medicine
yang dilakukan Butarbutar (2002) yang mendapatkan
17th Edition (halaman 1514-1527). McGraw-Hill,
sebanyak 89,7% penderita PJK memiliki kadar gula
United States of America.
darah yang normal, sedangkan hanya 10,3% dari
4. Libby P. 2008. The Pathogenesis, Prevention, and
keseluruhan penderita memiliki kadar gula darah diatas
Treatment of Atherosclerosis. Dalam: Fauci A.S,
normal. Hasil ini juga sejalan dengan penelitian yang
Braunwald E, Kasper D.L, Hauser S.L, Longo D.L,
dilakukan Yanti (2009) yang menyatakan sebanyak
Jameson J.L, Loscalzo J. (Editor). Harrison’s Principles
87,2% pasien memiliki gula darah normal.
of Internal Medicine 17th Edition (halaman 1501-
Analisis data menggunakan uji Chi-square menunjukkan 1509). McGraw-Hill, United States of America.
ada hubungan bermakna antara lama hipertensi dengan 5. Brown C.T. 2006. Penyakit Aterosklerotik Koroner.
penyakit jantung koroner (p=0,028). Dari estimasi faktor Dalam: Price S.A, Wilson L.M. (Editor). Patofisiologi:
risiko antara lama hipertensi dengan penyakit jantung Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Volume 1
koroner didapatkan OR sebesar 2,957 dengan IK95% Edisi 6 (halaman 576-609). EGC, Jakarta,
sebesar 1,296–6,747. Hal ini menunjukkan bahwa subjek Indonesia.
dengan lama hipertensi 11–15 tahun berisiko 2,957 kali 6. Desforando R.A. 2013. Karakteristik Penderita
menderita penyakit jantung koroner dibandingkan subjek Penyakit Jantung Koroner yang Menjalani
dengan lama hipertensi 1–10 tahun. Berdasarkan analisis Kateterisasi di Bagian Penyakit Dalam Divisi
tersebut, terdapat pengaruh lama hipertensi terhadap Kardiologi Rumah Sakit Dr. Mohammad Hoesin
penyakit jantung koroner, semakin lama hipertensi Palembang Periode 1 Januari–31 Oktober 2012.
Skripsi pada Jurusan Pendidikan Dokter Umum
Universitas Sriwijaya yang tidak dipublikasikan.
78

HUBUNGAN ANTARA HIPERTENSI, POLA MAKANDAN OBESITAS DENGAN


PENYAKIT JANTUNG KORONER DI POLI KLINIK JANTUNG
RUMAH SAKIT UMUM BAHTEREMAS KENDARI

Titi Saparina
Titisaparina.stikesmw@gmail.com
Ilmu Kesehatan Masyarakat STIKES Mandala Waluya

ABSTRAK

Berdasarkan studi pendahuluan di RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara pada


Tahun 2014 di temukan bahwa jumlah penderita Penyakit JAntung Koroner sebanyak 49
kasus kemudian meningkat pada tahun 2015 sebanyak 182 kasus dan tahun 2016 menjadi 361
kasus. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan Hipertensi, Pola Makan dan
Obesitas dngan kejadian Penyakit Jantung Koroner di Poliklinik Jantung RSU Bahteramas
Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017.Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian
Kuantitatif dengan pendekatan crossectional study. Populasi dalam penelitian ini adalah
semua pasien yang berkunjung di Poliklinik Jantung Rumah Sakit Umum Bahteramas bulan
Januari – Maret tahun 2017. Sampel adalah 68 responden. Uji statistik yang di gunakan adalah
chi square.Hasil penelitian menunjukan variabel yang berhubungan dengan Penyakit Jantung
Koroner adalah Hipertensi (X 2 hitung = 10.678 > X 2 tabel = 3.841), Pola Makan (X 2 hitung =
8.327 > X 2 tabel = 3.841), Obesitas (X 2 hitung = 9.744 > X 2 tabel = 3.841).Kesimulan dari
penelitian ini adalah ada hubungan yang sedang antara Hipertensi, Pola Makan dan Obesitas
terhadap kejadian Penyakit Jantung Koroner Disarankan agar pihak Rumah Sakit senantiasa
komitmen dalam melakukan pengobatan terhadap Penyakit Jantung Koroner, dan bagi dinas
kesehatan di harapkan melakukan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat.
Kata Kunci : PJK, Hipertensi, Pola Makan, BLUD RSU BAHTERAMAS

Jurnal MediLab Mandala Waluya Kendari Vol.3 No.1, Juli 2019


79

PENDAHULUAN berjumlah 408 Tahun 2015 berjumlah 1924


dan tahun 2015 berjumlah 3682 kunjungan
Penyakit Jantung Koroner (PJK), pasien.
merupakan salah satu penyakit Hasil laporan Rekam Medik RSU
kardiovaskuler yang paling umum terjadi (43 bahteramas kendari jumlah kunjungan pasien
% dari total penyakit kardiovaskuler) dan rawat jalan pada poliklinik jantung yaitu
menyebabkan kematian tertinggi secara pada tahun 2014 berjumlah 408 Tahun 2015
global. Angka kematian akibat PJK di dunia berjumlah 1924 dan tahun 2015 berjumlah
sebanyak 7,4 juta dan terus mengalami 3682 kunjungan pasien.
peningkatan (WHO, 2012). Provinsi Sulawesi Tenggara
Berdasarkan data dari Riskesdas prevalensi penyakit jantung koroner tiga
2007, prevalensi PJK di Indonesia sebesar tahun terakhir semakin meningkat yakni
7,2% (berdasarkan wawancara gejala) dan tahun 2015 sebesar 757 kasus dan tahun 2016
0,9% (berdasarkan wawancara diagnosis sebesar 772 kasus (Dinkes. Provinsi
dokter), sementara itu data dari Riskesdas SULTRA, 2017).
tahun 2013 terjadi penurunan yaitu menjadi Berdasarkan observasi awal yang
1,5% (berdasarkan wawancara gejala) dan dilakukan di Rumah Sakit Umum
0,5% (berdasarkan diagnosis dokter). Bahteramas yang merupakan Rumah Sakit
Provinsi DI. Aceh berada di peringkat Rujukan di Provinsi SULTRA terjadi
pertama dengan prevalensi sebesar 12,3% peningkatan angka proporsi penyakit jantung
dan Lampung berada di peringkat terakhir dari tahun 2014 hingga 2016. Proporsi kasus
dengan prevalensi sebesar 4,3%, sementara PJK pada tahun 2014 adalah sebesar 49 kasus
Jawa Tengah berada di peringkat ke-8 tahun 2015 sebesar 182 kasus dan tahun
dengan prevalensi sebesar 8,4% (Farahdika 2016 menjadi 361 kasus (Data Rekam Medik
et al, 2015). RSU. Bahteramas Kendari, 2017).
Provinsi Sulawesi Tenggara Hasil laporan Rekam Medik RSU
prevalensi penyakit jantung koroner dua bahteramas kendari jumlah kunjungan pasien
tahun terakhir semakin meningkat yakni rawat jalan pada poliklinik jantung yaitu
tahun 2015 sebesar 757 kasus dan tahun 2016 pada tahun 2014 berjumlah 408 Tahun 2015
sebesar 772 kasus (Dinkes. Provinsi berjumlah 1924 dan tahun 2015 berjumlah
SULTRA, 2017). 3682 kunjungan pasien.
Berdasarkan observasi awal yang Perubahan gaya hidup seperti pola
dilakukan di Rumah Sakit Umum makan yang menjurus ke sajian siap santap
Bahteramas yang merupakan Rumah Sakit yang tidak sehat dan tidak seimbang karena
Rujukan di Provinsi SULTRA terjadi mengandung kalori, lemak, protein, dan
peningkatan angka proporsi penyakit jantung garam tinggin dan rendah serat pangan di
dari tahun 2014 hingga 2016. Proporsi kasus sinyalir menjadi faktor risiko meningkatnya
PJK pada tahun 2014 adalah sebesar 49 kasus prevalensi penyakit jantung koroner
tahun 2015 sebesar 182 kasus dan tahun (zuraida, 2015).
2016 menjadi 361 kasus (Data Rekam Medik Obesitas adalah merupakan kunci
RSU. Bahteramas Kendari, 2017). penting dari terjadinya peningkatan kejadian
Hasil laporan Rekam Medik RSU penyakit jantung koroner (PJK). Peningkatan
bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara berat badan dengan indeks masa tubuh lebih
jumlah kunjungan pasien rawat jalan pada dari 30 kg/m2 meningkatkan risiko PJK 4
poliklinik jantung yaitu pada tahun 2014

Jurnal MediLab Mandala Waluya Kendari Vol.3 No.1, Juli 2019


80

kali lipat, baik pada laki-laki ataupun wanita memengaruhi terjadinya penyakit ini.
(Aryana, 2011). Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik
Peningkatan kasus PJK dari tahun untuk melakukan penelitian tentang
ketahun memberikan sinyal bahwa masalah “Hubungan antar Hipertensi, Pola Makan dan
ini perlu mendapat perhatian sebagai upaya Obesitas dengan Penyakit Jantung Koroner di
untuk mencegah peningkatan kasus PJK. Poli Klinik Jantung Rumah Sakit Umum
Olehnya dibutuhkan determinan yang Bahteramas Kendari”.

METODE PENELITIAN Januari – Maret tahun 2017. Sampel


Jenis penelitian ini adalah penelitian Berjumlah 68 responden adapun teknik
kuantitatif dengan menggunakan pendekatan Penarikan sampel menggunakan metode
cross sectional yang bertujuan untuk Random sampling yaitu dengan mengambil
mengetahui Hubungan hipertensi, pola sampel dengan memberikan kesempatan
makan dan obesitas terhadap Penyakit yang sama kepada semua anggota poulasi
Jantung Koroner di Poli Klinik Jantung untuk di tetapkan sebagi anggota sampel.
Rumah Sakit Umum Bahteramas. Populasi Analisis bivariat dilakukan untuk melihat
dalam penelitian ini adalah semua pasien hubungan masing-masing variabel
yang berkunjung di Poliklinik Jantung Independent dan variabel Dependen dengan
Rumah Sakit Umum Bahteramas bulan menggunakan uji Chi-Square (X
HASIL DAN PEMBAHASAN

1. HASIL PENELITIAN

a) Hubungan Hipertensi dengan Kejadian PJK di Poliklinik Jantung RSU.


Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara

Tabel 1. Hubungan Hipertensi dengan Kejadian PJK di Poliklinik Jantung


RSU.Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara

Kejadian PJK
Tidak Total Nilai Statistik
Hipertensi Menderita
Menderita
n % n % n %
Hipertensi 30 44.1 9 13.2 39 57.4 X2 Hitung = 10.678
X2 Tabel = 3.841
Tidak Hipertensi 10 14.7 19 27.9 29 42.6 Phi = 0.426
Total 40 58.8 28 41.2 68 100
Sumber: Data Primer

Jurnal MediLab Mandala Waluya Kendari Vol.3 No.1, Juli 2019


81

Tabel 1 menunjukan bahwa hasil 3.841. Karena nilai X2 hitung (10.678) > X2
analisis hubungan hipertensi dengan Penyakit Tabel (3.841) maka H0 ditolak yang berarti
Jantung Koroner, diperoleh dari 68 ada hubungan antara hipertensi dengan
responden terdapat 30 (44.1%) responden kejadian Penyakit Jantung Koroner di
yang hipertensi dan menderita PJK, Poliklinik Pantung RSU. Bahteramas
selanjutnya terdapat 9 (13.2%) responden Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017.
yang hipertensi tetapi tidak menderita PJK. Selanjtnya Hasil uji koefisien Phi = 0.426
Kemudian terdapat 10 (14.7%) responden menunjukan bahwa hipertensi mempunyai
yang tidak hipertensi tetapi menderita PJK hubungan yang sedang terhadap kejadian
selanjutnya terdapat 19 (27.9%) responden Penyakit Jantung Koroner. Artinya
yang tidak hipertensi dan tidak menderita Hipertensi merupakan salah satu faktor yang
PJK. berhubungan dengan kejadian Penyakit
Hasil uji statistik menunjukan bahwa Jantung Koroner.
nilai X2 hitung = 10.678 dan X2 Tabel =
b) Hubungan Pola Makan dengan Kejadian PJK di Poliklinik Jantung RSU.
Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara
Tabel 2. Hubungan Pola Makan dengan Kejadian PJK di Poliklinik Jantung
RSU. Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017

Kejadian PJK
Tidak Nilai Statistik
Pola Makan Menderita Total
Menderita
n % n % n % 2
Tidak Baik 37 54.4 17 25.0 54 79.4 X2 Hitung = 8.327
X Tabel = 3.841
Baik 3 4.4 11 16.2 14 20.6
Phi = 0.387
Total 40 58.8 28 41.2 68 100
Sumber: Data Primer

Tabel 2 menunjukan bahwa hasil menderita PJK.Hasil uji statistik menunjukan


analisis hubungan Pola Makan dengan bahwa nilai X2 hitung = 8.327 dan X2 Tabel
Penyakit Jantung Koroner, diperoleh dari 68= 3.841. Karena nilai X2 hitung
responden terdapat 37 (54.4%) responden (8.327) > X2 Tabel (3.841) maka H0
yang Pola makannya Tidak baik dan ditolak yang berarti ada Hubungan antara
menderita PJK, selanjutnya terdapat 17 Pola Makan dengan kejadian Penyakit
(25.0%) responden yang Pola makannya Jantung Koroner di Poliklinik Jantung RSU.
Tidak baik tetapi tidak menderita PJK. Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara
Kemudian terdapat 3 (4.4%) responden yang Tahun 2017. Selanjutnya Hasil uji koefisien
Pola makannya baik tetapi menderita PJK Phi = 0.387 menunjukan bahwa hipertensi
selanjutnya terdapat 11 (16.2%) responden mempunyai hubungan yang sedang terhadap
yang Pola makannya baik dan tidak kejadian Penyakit Jantung Koroner. Artinya
Jurnal MediLab Mandala Waluya Kendari Vol.3 No.1, Juli 2019
82

pola makan merupakan salah satu faktor


yang berhubungan dengan kejadian Penyakit
Jantung Koroner

c) Hubungan Obesitas dengan Kejadian PJK di Poliklinik Jantung RSU.


Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara.
Tabel 3. Hubungan Obesitas dengan kejadian PJK di Poliklinik Jantun RSU.
Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara.

Kejadian PJK
Tidak Nilai Statistik
Obesitas Menderita Total
Menderita
n % n % n %
Obesitas 34 50.0 13 19.1 47 69.1 X2 Hitung = 9.744
X2 Tabel = 3.841
Tidak Obesitas 6 8.8 15 22.1 21 30.9
Phi = 0.411
Total 40 58.8 28 41.2 68 100
Sumber : Data Primer

Tabel 3 menunjukan bahwa hasil Tabel = 3.841. Karena nilai X2 hitung


analisis hubungan Pola Makan dengan (9.744) > X2 Tabel (3.841) maka H0
Penyakit Jantung Koroner, diperoleh dari ditolak yang berarti ada hubungan antara
68 responden terdapat 34 (50.0%) obesitas dengan kejadian Penyakit Jantung
responden yang obesitas dan menderita Koroner di Poliklinik Jantung RSU.
PJK, selanjutnya terdapat 13 (19.1%) Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara.
responden yang obesitas tetapi tidak Selanjutnya Hasil uji koefisien Phi = 0.411
menderita PJK. Kemudian terdapat 6 menunjukan bahwa obesitas mempunyai
(8.8%) responden yang tidak obesitas tetapi hubungan yang sedang terhadap kejadian
menderita PJK selanjutnya terdapat 15 Penyakit Jantung Koroner. Artinya obesitas
(22.1%) responden yang tidak obesitas dan merupakan salah satu faktor yang
tidak menderita PJK. berhubungan dengan kejadian Penyakit
Hasil uji statistik menunjukan Jantung Koroner.
bahwa nilai X2 hitung = 9.744 dan X2
2. PEMBAHASAN darah dalam pembuluh darah arteri secara
a. Hubungan Hipertensi dengan Kejadian terus-menerus lebih dari satu periode. Hal ini
PJK di Poliklinik Jantung RSU. terjadi bila arteriole-arteriole kontriksi.
Bahteramas Provinsi Sulawesi Kontriksi arteriole membuat darah sulit
Tenggara. mengalir dan meningkatkan tekanan
Hipertensi atau tekanan darah tinggi melawan dinding arteri. Hipertensi
adalah suatu peningkatan abnormal tekanan menambah beban kerja jantung dan arteri

Jurnal MediLab Mandala Waluya Kendari Vol.3 No.1, Juli 2019


83

yang bila berlanjut dapat menimbulkan mempengaruhi terjadinya PJK antara lain:
kerusakan jantung dan pembuluh darah hipertensi, obesitas merokok, diabetes, stres,
Hasil penelitian menunjukan bahwa perilaku dan kebiasaan lainnya, kolesterol,
yang terkena Hipertensi tetapi tidak jenis kelamin, umur, dan ras. Lebih lanjut,
menderita PJK sebanyak 10 responden Shinta Mustira (2015) bahwa berdasarkan uji
(34.5). hal ini di sebabkan oleh pola makan chi-square didapat nilai ⍴= 0.001, dengan
yang tidak baik yang dapat memicu demikian terdapat hubungan antara hipertensi
terjadinya Penyakit Jantung Koroner selain dengan kejadian Penyakit Jantung Koroner.
itu berat badan dan umur pasien juga dapat
memicu terjadinya PJK. Meskipun pasien b. Hubungan Pola Makan dengan
tidak menderita Hipertensi tetapi pasien Kejadian PJK di Poliklinik Jantung
dapat terkena PJK karena pasien memiliki RSU. Bahteramas Provinsi Sulawesi
berat badan yang berlebih atau biasa dikenal Tenggara.
dengan obesitas, hal ini dapat memicu Pola makan tinggi lemak dapat
terjdinya PJK karena kelebihan lemak dalam meningkatkan risiko terjadinya PJK sebagai
darah dapat menyebabkan arterosklerosis. mana teori yang menyatakan bahwa
Selanjutnya ada 9 responden (23.1%) yang meskipun zat lemak (lipid) merupakan
mempunyai riwayat hipertensi tetapi tidak komponen integral dari tubuh kita, kadar
menderiata Penyakit Jantung Koroner, hal ini lemak darah (terutama kolesterol dan
berhubungan dengan kepatuhan pasien untuk trigeserida) yang tinggi meningkatkan risiko
minum obat anti Hipertensi sesuai dengan ateroklerosis dan Penyakit Jantung Koroner.
petunjuk dokter sehingga penyakit hipertensi Keadaan ini juga dikaitkan dengan
yang diderita dapat di kendalikan sehingga peningkatan sekitar 20% risiko Penyakit
tidak terjadi komplikasi. Jantung Koroner.
Hasil uji statistik menunjukan Hasil penelitian menunjukan bahwa
bahwa nilai X 2 hitung = 10.678 dan X 2 Tabel responden yang memiliki pola makan baik
= 3.841. Karena nilai X 2 hitung (10.678) > tetapi menderita Penyakit Jantung Koroner
X 2 Tabel (3.841) maka H0 ditolak yang sebanyak 3 responden (21.4%). Hal ini
berarti ada hubungan antara hipertensi disebabkan karena responden memiliki
dengan kejadian Penyakit Jantung Koroner di tekanan darah yang tinggi dan sebagian
Poliklinik Pantung RSU. Bahteramas responden memiliki riwayat keluarga yang
Provinsi Sulawesi Tenggara. Selanjtnya Hasil menderita Penyakit Jantung Koroner.
uji koefisien Phi = 0.426 menunjukan bahwa Sedangkan responden yang memiliki pola
hipertensi mempunyai hubungan yang makan tidak baik tetapi tidak menderita PJK
sedang terhadap kejadian Penyakit Jantung sebanyak 17 responden (31.5%). Hal ini
Koroner diebabkan karena responden melakukan
Hasil penelitian yang sama aktifitas fisik seperti olahraga ringan atau
dikemukakan oleh Bahri Anwar (2010), senam. Beraktifitas fisik secara rutin dapat
bahwa faktor-faktor yang dapat menurunkan resiko PJK dengan cara
Jurnal MediLab Mandala Waluya Kendari Vol.3 No.1, Juli 2019
84

meningkatkan kesehatan jantung dan dibutuhkan waktu yang lama bagi para
pembuluh darah. peneliti untuk menentukan apakah obesitas
Hasil uji statistik menunjukan itu faktor risiko jantung yang berdiri sendiri,
pada saat ini para pakar telah setuju bahwa
bahwa nilai X 2 hitung = 8.327 dan X 2
kelebihan berat badan meningkatkan risiko
Tabel = 3.841 . karena nilai X 2 hitung penyakit jantung terlepas dari faktor-faktor
(8.327) > X 2 Tabel (3.841) maka H0 risiko lain di atas, semua bentuk obesitas
ditolak yang berarti Ada Hubungan antara adalah buruk bagi kesehatan.
Pola Makan dengan kejadian Penyakit Hasil penelitian menunjukan bahwa
Jantung Koroner di Poliklinik Jantung obesitas berkaitan dengan PJK hal ini
disebabkan karena obesitas berkaitan dengan
RSU. Bahteramas Provinsi Sulawesi
kadar kolesterol pada dinding arteri akan
Tenggara. Selanjutnya Hasil uji koefisien meningkatkan risiko terjadinya ateroklerosis
Phi = 0.387 menunjukan bahwa hipertensi sehingga akan menimbulkan Penyakit
mempunyai hubungan yang sedang Jantung Koroner. Kelebihan berat badan
terhadap kejadian Penyakit Jantung dapat memaksa jantung bekerja lebih keras.
Koroner. Adanya beban ekstra bagi jantung itu,
Hasil penelitian menunjukan ditambah adanya kecendrungan terjadinya
pengerasan pembuluh darah arteri koroner,
bahwa makanan yang mengandung
cenderung mendorong terjadinya Penyakit
kolesterol seperrti daging, pokea, dan Jantung Koroner. Obesitas sering didapat
makanan siap saji lainnya dapat bersama-sama dengan DM, Hipertensi dan
meningkatkan kadar kolesterol dalam tubuh hipertrigliserdemi. Risiko PJK akan jelas
dan berpengaruh pada aterosklerosis meningkat bila Berat Badan (BB) mulai
sehingga meningkatkan resiko terjadinya melebihi 20% dari BB ideal, pendrita yang
Penyakit Jantung Koroner. Hasil penelitian gemuk dengan kadar kolesterol yang tinggi
dapat menurunkan kadar kolesterolnya
ini sejalan dengan penelitian yang
dengan mengurangi BB melalui diet.
dilakukan sebelumnya oleh Erna (2013) Hasil penelitian menunjukan bahwa
dari penelitian tersebut dapat dibuktikan responden yang terkena obesitas tetapi tidak
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi menderita PJK sebanyak 13 responden (27.7
terjadinya PJK salah satunya adalah pola %) hal ini disebakan karena responden sering
makan. melakukan kunjungan ke poli jantung untuk
c. Hubungan Obesitas dengan Kejadian melakukan pemeriksaan atau rekam jantung
PJK di Poliklinik Jantung RSU. sebagai langkah awal pencegahan Penyakit
Bahteramas Provinsi Sulawesi Jantung Koroner. Sedangkan responden yang
Tenggara. tidak terkena obesitas tetapi menderita PJK
Obesitas sangat erat kaitannya sebanyak 6 respondn (28.6%) hal ini
dengan PJK sebagaimana teori yang disebabkan karena responden memiliki
menjelaskan bahwa obesitas dan kegemukan riwayat hipertensi dan memiliki pola makan
sangat terkait dengan tekanan darah tinggi, yang tidak baik hal ini dapat memici
kadar kolesterol yang tidak menyehatkan, terjadinya Penyakit Jantung Koroner, hal lain
kurang olahraga dan diabetes, maka yang dapat memicu terjadinya PJK yaitu
Jurnal MediLab Mandala Waluya Kendari Vol.3 No.1, Juli 2019
85

umur pasien dimana umur berkaitan langsung Phi = 0.411 menunjukan bahwa obesitas
dengan elastisitas pembuluh darah, dimana mempunyai hubungan yang sedang terhadap
semakin bertambah umur seseorang maka kejadian Penyakit Jantung Koroner
semakin menurun tingkat elastisitas Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara.
pembuluh darah. Hal ini dapat memicu
terjadinya Penyakit Jantung Koroner. Hasil penelitian ini sejalan dengan
hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan
Hasil uji statistik menunjukan bahwa oleh Mawi (2004) yang menyatakan bahwa
nilai X hitung = 9.744 dan X 2 Tabel = 3.841
2 ada hubungan antara obesitas dengan
. karena nilai X 2 hitung (9.744) > X 2 Tabel kejadian Penyakt Jantung Koroner denan
(3.841) maka H0 ditolak yang berarti Ada nilai (p=0.001) Prevalensi PJK semakin
hubungan antara Obesitas dengan kejadian meningkat dengan meningkatnya IMT,
Penyakit Jantung Koroner di Poliklinik overweight dan obesitas berhubungan dengan
Jantung RSU. Selanjutnya Hasil uji koefisien meningkatnya prevalensi PJK.
KESIMPULAN DAN SARAN Sulawesi Tenggara. Ada hubungan sedang
Adapun kesimpulan pada penelitian antara obesitas dengan kejadian Penyakit
ini adalah Ada hubungan sedang antara Jantung Koroner di Poliklinik Jantung RSU
hipertensi dengan kejadian Penyakit Jantung Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara.
Koroner di Poliklinik Jantung RSU Dan saran yang dapat diberikan adalah Agar
Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara. pihak rumah sakit senantiasa berkomitmen
Ada hubungan sedang antara pola makan dalam melakukan pengobatan dan bagi Dinas
dengan kejadian Penyakit Jantung Koroner di kesehatan beserta jajarannya agar melakukan
Poliklinik Jantung RSU Bahteramas Provinsi pencegahan PJK, khususnya melalui
penyuluhan kesehatan bagi masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA Bustan. 2017. Epidemiologi penyakit tidak


Aisyah R. Hubungan konsumsi makanan menular. Jakarta: Rineka cipta
cepat saji dengan kejadian penyakit Davidson C. 2002 .Seri Kesehatan
jantung koroner pada pasien rawat Bimbingan Dokter Pada Penyakit
jalan di RSUD dr.Moewardi Diakses Jantung Koroner. Jakarta : Dian
pada tanggal 20 juli 2017 Rakya
Anwar B. 2010 Faktor Risiko Penyakit Erna N. 2013 Faktor-Faktor yang
Jantung Koroner Diakses pada Mempengaruhi Kejadian Penyakit
tanggal 20 juli 2017 JAntung Koroner
Aryana 2011 Korelasi Antara Obesitas Faradika A. dkk.2015. faktor resiko yang
Sentral Dengan Adiponektin Pada berhubungan dengan penyakit jantung
Lansia Dengan Penyakit Jantung koroner pada usia dewasa madya (41-
Koroner, Diakses pada tanggal 1 mei 60 tahun). Diakses pada tanggal 23
2017 januari 2017
Barasi M 2007. At a Glance ilmu gizi Hawari D. 2004. Penyakit jantung koroner
.Erlangga dimensi psiko religi. Jakarta :FKUI

Jurnal MediLab Mandala Waluya Kendari Vol.3 No.1, Juli 2019


86

Irianto ,koes 2015.memahami berbagai


macam penyakit. Bandung : alfabeta.
Hlm 438-43
Kemenkes RI 2013. Situasi kesehatan
jantung.
Mawi M. 2004 .Indeks Masa Tubuh Sebagi
Determinan Penyakit Jantung
Koroner Pada Orang Dewasa Berusia
Diatas 35 tahun. Diakses pada tanggal
20 juni 2017
Mustiara S. 2015. Hubungan hipertensi dan
kebiasaan merokok denagn kejadian
penyakit jantung koroner di RSU
Bahteramas Kendari
Naga S. 2012 buku panduan lengkap ilmu
penyakit dalam. Jogjakarta: DIVA
Press.
Notoatmomodjo S. 2012 metodologi
penelitian kesehatan. Jakarta :rineka
cipta
Ramandika E. 2012 Hubungan Faktor Risiko
Mayor Penyakit Jantung Koroner
Dengan Skor Pembuluh Darah
Koroner Dari Hasil Angiografi
Koroner Di Rsup Dr. Kariadi
Semarang. Diakses pada tanggal 1
mei 2017
Santoso D. 2010. Membonsai Hipertensi.
Surabaya: jarring pena
Septianggi N. dkk. 2013 Hubungan Asupan
Lemak dan Asupan Kolesterol
Dengan Kadar Kolesterol Total Pada
Penderita Jantung Koroner Rawat
Jalan Di Rsud Tugurejo Semarang.
Diakses pada tanggal 1 mei 2017
Khasanah, Nur 2012.waspada beragam
penyakit degenerative akibat pola
makan. Jakarta :Laksana
Tara E dkk. Terapi hipertensi . Jakarta :restu
agung & tara media

Jurnal MediLab Mandala Waluya Kendari Vol.3 No.1, Juli 2019


87

Jurnal MediLab Mandala Waluya Kendari Vol.3 No.1, Juli 2019


http://jurnal.fk.unand.ac.id 535

Artikel Penelitian

Insidens Riwayat Hipertensi dan Diabetes Melitus pada


Pasien Penyakit Jantung Koroner di RS. Dr. M. Djamil Padang

1 2 3
Putri Yuriandini Yulsam , Fadil Oenzil , Efrida

Abstrak
Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan salah satu penyakit non-infeksi yang menjadi sorotan dunia. Hal ini
terkait dengan adanya perubahan gaya hidup seiring dengan perkembangan zaman. WHO pada tahun 2008
memperkirakan 17,3 juta jiwa meninggal akibat penyakit kardiovaskular, 7,3 juta jiwa diakibatkan oleh PJK dan 6,2 juta
akibat strok. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran insidens riwayat hipertensi dan diabetes melitus
pada pasien PJK di RS. Dr. M. Djamil Padang. Ini merupakan penelitian deskriptif dengan rancangan potong lintang
yang dilakukan di Bagian Rekam Medik RS. Dr. M. Djamil Padang yang berlangsung dari Februari 2012 sampai Maret
2013. Populasi penelitian sebanyak 184 rekam medik, tetapi yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sebanyak
124 sampel Pengolahan data dilakukan secara manual dan ditampilkan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Hasil
penelitian menunjukkan distribusi frekuensi pasien PJK berdasarkan usia yaitu kelompok usia 51-56 tahun sebesar
30,64% dan sebagian besar adalah laki-laki (75%). Prevalensi riwayat hipertensi pada pasien PJK didapatkan sebesar
46,77%, sedangkan riwayat diabetes melitus sebesar 10,48%.
Kata kunci: penyakit jantung koroner, hipertensi, diabetes mellitus

Abstract
Coronary heart disease (CHD) is one of the non-infectious disease that become the world spotlight. It is
associated with a change in lifestyle paralel to the era development. WHO in 2008 estimated that 17,3 million people
died from cardiovascular disease, 7,3 million attributable to CHD, and 6,2 million died due to stroke. The objective of
this study was to describe the incident history of hypertension and diabetes mellitus in patient with CHD in Dr. M.
Djamil Hospital Padang. This was a descriptive study with cross sectional design which carried out in Medical Record
of Dr. M. Djamil Hospital Padang from February 2012 until March 2013. The population in this study were 184 medical
record, but the samples had the inclusion and exclusion criteria were 124 medical record. All data were processed and
analysed by manually and then the data shown by frequency distribution table. The result showed the highest
distribution of CHD patient based on age is in the age group of 51-56 years, and majority were male (75%). The
prevalence of hipertension history in CHD patient is 46.77% while a history of diabetes mellitus is 10,48%.
Keyword: coronary heart disease, hypertension, diabetes mellitus.

Affiliasi penulis: 1. Pendidikan Dokter FK UNAND (Fakultas zaman. World Health Organization (WHO) pada tahun
Kedokteran Universitas Andalas Padang), 2. Bagian Biokimia FK
2008 memperkirakan 17,3 juta jiwa meninggal akibat
UNAND, 3. Bagian Patologi Kliniki FK UNAND.
Korespondensi: Putri Yuriandini Yulsam, E-mail : penyakit kardiovaskular, 7,3 juta jiwa diakibatkan oleh
1
putriyuriandini@gmail.com, Telp: 081261620386 penyakit jantung koroner dan 6,2 juta akibat strok.
Meningkatnya kematian akibat penyakit jantung
PENDAHULUAN koroner disebabkan oleh banyaknya faktor risiko yang
Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan berpengaruh akibat perubahan gaya hidup. Faktor
salah satu penyakit non-infeksi yang menjadi sorotan risiko tersebut terdiri atas faktor risiko yang dapat
dunia. Hal ini terkait dengan adanya perubahan gaya dimodifikasi dan yang tidak dapat dimodifikasi. Faktor
hidup seiring dengan kemajuan dan perkembangan risiko yang dapat dimodifikasi berupa diet, obesitas,

Jurnal Kesehatan Andalas. 2015; 4(2)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 536

dislipidemia, hipertensi, kurangnya aktivitas fisik, cardiac centre RSUP. DR. Wahidin Sudirohusodo
diabetes dan merokok. Faktor yang tidak dapat didapatkan bahwa pasien PJK memiliki riwayat
dimodifikasi berupa usia, jenis kelamin dan riwayat diabetes melitus sebesar 28,8%, riwayat hipertensi
2,3
keluarga. sebesar 63,6%, riwayat obesitas sebesar 10,6% dan
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa riwayat dislipidemia sebesar 73,5%. Usia terbanyak
hanya sekitar 3% kasus penyakit jantung koroner pada kelompok 56-65 tahun yaitu 34,1%, sedangkan
mengenai penderita usia dibawah 40 tahun. Sekitar berdasarkan jenis kelamin didapatkan pada laki-laki
11
85%-90% pasien yang mendapatkan penyakit jantung sebesar 75% dan perempuan sebesar 25%.
koroner pada usia dewasa muda memiliki salah satu
dari empat faktor risiko yang lazim terdapat pada METODE
4
penyakit jantung koroner, terutama merokok. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif
Hipertensi juga dikenal sebagai faktor risiko PJK yang dengan rancangan potong lintang. Penelitian ini
dapat dimodifikasi. Hipertensi merupakan faktor yang dilakukan di Bagian Rekam Medik RS. Dr. M. Djamil
berperan dalam menimbulkan infark miokard, strok, Padang yang berlangsung dari Februari 2012 sampai
gagal jantung, gagal ginjal dan retinopati. Hipertensi Maret 2013. Populasi penelitian ini adalah seluruh
dapat meningkatkan resistensi terhadap pemompaan pasien PJK rawat inap di Bagian Jantung RS. Dr. M.
darah dari ventrikel kiri dan menimbulkan dilatasi Djamil Padang yang tercatat sebanyak 184 rekam
jantung. Apabila proses aterosklerosis yang terus medik, sedangkan sampel yang digunakan merupakan
berlanjut seiring bertambahnya usia terus terjadi, seluruh populasi penelitian yang memenuhi kriteria
maka penyediaan oksigen miokardium akan inklusi dan eksklusi yaitu sebanyak 124 sampel.
berkurang, sedangkan kebutuhannya bertambah Variabel antara lain PJK, usia, jenis kelamin, riwayat
akibat hipertrofi ventrikel dan peningkatan beban kerja hipertensi, riwayat diabetes melitus. Data diambil
jantung yang akhirnya dapat menimbulkan angina atau langsung dari rekam medik RS. Dr. M. Djamil Padang,
5
infark miokard. Sekitar satu juta orang di dunia lalu pengolahan data dilakukan secara manual dan
diketahui menderita hipertensi. Di Amerika Serikat, ditampilkan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.
sekitar satu dari tiga orang diketahui memiliki tekanan
6
darah tinggi. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan HASIL
Dasar (Riskesdas) Balitbangkes tahun 2007
Tabel 1. Distribusi frekuensi pasien penyakit jantung
menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi di Indonesia
koroner berdasarkan usia
secara nasional mencapai 31,7%, sedangkan di
7
propinsi Sumatera Barat mencapai 31,2%. Usia (tahun) f (%)

Diabetes dan hiperlipidemia juga merupakan 39-44 5 4,03

faktor risiko yang penting pada penderita usia dewasa 45-50 16 12,90
51-56 38 30,64
muda, karena kedua faktor risiko tersebut merupakan
57-62 26 20,96
faktor yang berperan dalam proses terjadinya
63-68 22 17,74
8,9
patogenesis penyakit jantung koroner. Kadar
69-74 12 9,67
kolesterol dan lipid lain dalam darah yang tinggi pada 75-80 4 3,22
diabetes menyebabkan pasien lebih mudah untuk 81-86 1 0,80
mengalami aterosklerosis dan PJK daripada orang Total 124 100
8
normal. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) Balitbangkes tahun 2007, didapatkan Tabel 1 menunjukkan frekuensi terbanyak
bahwa prevalensi diabetes melitus secara nasional pasien PJK berada pada kelompok usia 51-56 tahun,
yaitu 1,1%, sedangkan di propinsi Sumatera Barat yaitu sebanyak 38 kasus (30,64%) dan frekuensi
7,10
yaitu 1,2%. Menurut hasil penelitian Abidin pada paling sedikit berada pada kelompok usia 81-86 tahun,
tahun 2008 di Cardiovascular Care Unit (CVCU) yaitu sebanyak 1 kasus (0,80%).

Jurnal Kesehatan Andalas. 2015; 4(2)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 537

Tabel 2. Distribusi frekuensi pasien penyakit jantung kelompok usia 51-56 tahun yaitu sebanyak 38 kasus
koroner berdasarkan jenis kelamin (30,64%). Insidens terjadinya penyakit jantung koroner
Jenis Kelamin F (%) meningkat seiring bertambahnya usia, sesuai dengan
Laki-laki 93 75 hasil penelitian pada tahun 2008 di Cardiovascular
Perempuan 31 25 Care Unit (CVCU) RSUP. DR. Wahidin Sudirohusodo,
Total 124 100 didapatkan bahwa insidens terjadinya penyakit jantung
koroner meningkat pada kelompok usia 56-65 tahun
11
Tabel 2 menunjukkan bahwa frekuensi yaitu sebanyak 45 kasus (34,1%). Berdasarkan hasil
terbanyak pasien PJK yang dijadikan sebagai sampel penelitian Novriadi pada tahun 2011 di poliklinik
penelitian berada pada kelompok jenis kelamin laki- jantung RSPAD Gatot Subroto pada Oktober 2010,
laki, yaitu sebanyak 93 kasus (75%). Sedangkan pada didapatkan bahwa insidens terjadinya penyakit jantung
pasien PJK berjenis kelamin perempuan sebanyak 31 koroner meningkat pada kelompok usia ≥40-60 tahun
12
kasus (25%). yaitu sebanyak 46 kasus (88,5%).
Penyakit jantung koroner menjadi masalah
Tabel 3. Distribusi frekuensi pasien penyakit jantung pada usia lanjut karena adanya kerentanan terhadap
koroner berdasarkan riwayat hipertensi terjadinya proses aterosklerosis koroner yang

Riwayat Hipertensi F (%) meningkat seiring bertambahnya usia, dimana


Ada riwayat hipertensi 58 46,77 insidens infark miokard meningkat lima kali lipat pada
5
Tidak ada riwayat hipertensi 66 53,22 usia 40-60 tahun.
Total 124 100 Berdasarkan jenis kelamin, insidens penyakit
jantung koroner meningkat pada pasien yang berjenis
Data pada Tabel 3 menunjukkan bahwa kelamin laki-laki, yaitu sebanyak 93 kasus (75%).
frekuensi pasien PJK yang dijadikan sebagai sampel Pada perempuan, frekuensi distribusi penyakit jantung
penelitian memiliki riwayat hipertensi sebanyak 58 koroner terjadi sebanyak 31 kasus (25%). Pada
kasus (46,77%) dan pasien PJK yang tidak memiliki penyakit jantung koroner berdasarkan jenis kelamin
riwayat hipertensi sebanyak 66 kasus (53,22%). didapatkan bahwa proporsi laki-laki lebih besar (75%)
12
dibandingkan perempuan (25%). Hormon seperti
Tabel 4. Distribusi frekuensi pasien penyakit jantung estrogen diduga berperan penting dengan
koroner berdasarkan riwayat diabetes melitus memberikan efek perlindungan pada perempuan
Riwayat diabetes melitus f (%) sehingga perempuan lebih kebal terhadap penyakit ini
Ada riwayat diabetes 13 10,48 sampai setelah usia menopause, kemudian sama
Melitus 5
rentannya seperti laki-laki.
Tidak ada riwayat 111 89,51
Sebanyak 46,77% pasien penyakit jantung
diabetes melitus
koroner memiliki riwayat hipertensi. Berdasarkan
Total 124 100
literatur menyatakan bahwa riwayat hipertensi
berpengaruh terhadap terjadinya penyakit jantung
Tabel 4 menunjukkan frekuensi pasien PJK
koroner, yaitu dengan meningkatnya resistensi
yang dijadikan sebagai sampel penelitian memiliki
terhadap pemompaan darah dari ventrikel kiri, yang
riwayat diabetes melitus sebanyak 13 kasus (10,48%)
lama kelamaan dapat menyebabkan dilatasi dan
dan pasien PJK yang tidak memiliki riwayat diabetes
payah jantung sebagai akibat dari kompensasi yang
melitus sebanyak 111 kasus (89,51%).
berlebihan. Bila proses aterosklerosis yang terus
terjadi seiring bertambahnya usia terus berlanjut,
PEMBAHASAN
maka penyediaan oksigen miokardium akan
Berdasarkan hasil penelitian ini, secara
berkurang, sedangkan kebutuhan oksigen miokardium
persentase didapatkan usia terbanyak penderita
bertambah sebagai akibat dari hipertrofi ventrikel dan
penyakit jantung koroner yang dirawat di bagian
peningkatan beban kerja jantung sehingga akhirnya
jantung RS. Dr. M. Djamil Padang adalah pada

Jurnal Kesehatan Andalas. 2015; 4(2)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 538

5
dapat menyebabkan angina atau infark miokard. Hasil bimbingan, nasehat dan bantuannya dalam
penelitian Abidin tahun 2008, didapatkan bahwa penyelesaian penelitian ini.
sebanyak 84 kasus (63,6%) pada pasien penyakit
jantung koroner diketahui memiliki riwayat hipertensi, DAFTAR PUSTAKA
sedangkan pada 48 kasus (36,4%) pada pasien 1. World Health Organization. Cardiovascular disease
penyakit jantung koroner diketahui tidak memiliki (CVDs). 2012 (diunduh 12 Februari 2012).
11
riwayat hipertensi. Tersedia dari: URL: HYPERLINK http://www.who.
Berdasarkan riwayat diabetes melitus, pada int/mediacentre/factsheets/fs317/en/index.html.
penelitian ini didapatkan bahwa pada pasien penyakit 2. Nawi Ng, Stendlund H, Bonita R, Hakimi M, Wall
jantung koroner sebanyak 13 kasus (10,48%) S, Weinehall L. Preventable risk factors for
diketahui memiliki riwayat diabetes melitus. noncommunicable disease in rural Indonesia:
Berdasarkan literatur menyatakan bahwa diabetes prevalence study using WHO STEPS approach.
melitus merupakan faktor risiko mayor pada terjadinya Bull World Health Organ. 2005; 84(4):305.
PJK, yaitu dengan menginduksi terjadinya 3. Septiani S. Kapita selekta epidemiologi penyakit
hiperkolesterolemia dan meningkatkan kemungkinan tidak menular. Jakarta: Fakultas Kedokteran UIN
5
timbulnya aterosklerosis. Hiperglikemia akibat Syarif Hidayatullah; 2010.
diabetes melitus menyebabkan terjadinya disfungsi 4. Khot UN, Khot MB, Bajzer CT, Sapp SK, Ohman
endotel yang merupakan langkah awal terjadinya EM, Brener SJ, et al. Prevalence of conventional
13
aterosklerosis dan dapat berujung menjadi PJK. risk factors in patients with coronary heart disease.
Hasil penelitian yang dilakukan Abidin pada tahun Journal of American Medical Association. 2003;
2008, yaitu didapatkan bahwa hanya sebanyak 38 290(7):899.
kasus (28,8%) yang memiliki riwayat DM, sedangkan 5. Brown CT. Penyakit aterosklerotik koroner. Dalam:
sisanya yaitu 94 kasus (71,2%) tidak memiliki riwayat Price SA, Wilson LM, editor (penyunting).
11
diabetes melitus. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses
Berbeda dengan hasil penelitian Elly di RSUD. Penyakit Volume 1. Edisi ke-6. Jakarta: EGC;
DR. M. Yunus Bengkulu pada tahun 2010, didapatkan 2005. hlm. 578-86.
bahwa dari 366 kasus, yang memiliki riwayat diabetes 6. Martin J. Hypertension guidelines: revisiting the jnc
melitus sebanyak 195 kasus (53,3%), sedangkan yang vii recommendation. The Journal of Landcaster
tidak memiliki riwayat diabetes melitus sebanyak 171 General Hospital. 2008; 3(3):91.
kasus (46,7%). Pada hasil penelitian tersebut 7. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2007.
dinyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
antara riwayat diabetes melitus dengan kejadian Departemen Kesehatan, Republik Indonesia. 2008.
14
penyakit jantung koroner. 8. Guyton, Hall. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi
ke-11. Jakarta: EGC; 2007.
KESIMPULAN 9. Botham KM, Mayes PA. Pengangkutan dan
Insidens riwayat hipertensi pada pasien penyimpanan lipid. Dalam: Murray RK, Granner
penyakit jantung koroner yang didapatkan yaitu DK, Rodwell VW, editor (penyunting). Biokimia
sebanyak 58 kasus (46,77%). Harper. Edisi ke-27. Jakarta: EGC; 2009. hlm.
Insidens riwayat diabetes melitus pada pasien 225-9.
penyakit jantung koroner yang didapatkan yaitu 10. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Provinsi
sebanyak 13 kasus (10,48%). Sumatera Barat Tahun 2007. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan. Departemen

UCAPAN TERIMA KASIH Kesehatan, Republik Indonesia. 2009.


11. Abidin Z. Faktor risiko penyakit jantung koroner
Ucapan terima kasih kepada Prof. dr. Fadil
pada pasien rawat inap cardiovascular care unit
Oenzil, PhD. SpGK dan dr. Efrida, SpPK., M.Kes atas
cardiac centre RSUP DR. Wahidin Sudirohusodo

Jurnal Kesehatan Andalas. 2015; 4(2)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 539

Makassar Periode Januari-Juli 2008. Makassar: 13. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M,
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin; Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III
2008. Edisi ke-5. Jakarta: Interna Publishing; 2009. hlm
12. Novriadi A. Hubungan antara riwayat diabetes 1937.
melitus, usia, dan jenis kelamin dengan insidensi 14. Elly N, Septriani. Hubungan antara diabetes
terjadinya penyakit jantung koroner di poli jantung melitus dengan kejadian penyakit jantung koroner
RSPAD Gatot Subroto pada bulan Oktober 2010. pada pasien di poliklinik jantung RSUD DR. M.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Yunus Bengkulu tahun 2010. Bengkulu: Akademi
Pembangunan Nasional; 2011. Kesehatan Sapta Bakti; 2010.

Jurnal Kesehatan Andalas. 2015; 4(2)

Anda mungkin juga menyukai