Anda di halaman 1dari 66

Kelayakan Pembiayaan

Sub Sektor Industri APlikasi


Ekonomi Kreatif
Buku Aspek

2017

Indonesia
Ekonomi
Kreatif
Badan
B u k u A s p e k K e l a y a k a n P e m b i a y aa n E k o n o m i K r e a t i f / S u b s e k t o r I n d u s t r i A p l i k a s i 2017
Buku
Aspek Kelayakan
Pembiayaan
Ekonomi Kreatif

Sub Sektor
INDUSTRI Aplikasi
2017

Badan
Ekonomi
Kreatif
Indonesia
kata pengantar
Pengembangan industri kreatif khususnya sub sektor aplikasi memegang
peranan penting dalam peningkatan perekonomian nasional khususnya di era
digital saat ini. Pengembangan sektor aplikasi masih memiliki hambatan untuk
tumbuh pesat dalam pembiayaan ataupun pengembangan usaha. Pelaku industri
aplikasi mengalami kesulitan untuk mendapatkan kredit dikarenakan tidak adanya
jaminan dalam pemberian kredit untuk modal kerja dan investasi. Pemberian
2 kredit modal kerja dari perbankan diberikan pada perusahaan aplikasi yang telah
beroperasi lama serta telah memiliki klien ternama. Sementara itu disisi lain,
Buku Aspek Kelayakan Pembiayaan Ekonomi Kreatif / BEKRAF

perbankan membutuhkan penyaluran dana kredit untuk pembiayaan industri yang


potensial. Keterbatasan informasi sebagai rujukan perbankan dalam menyediakan
pembiayaan bagi industri kreatif sektor aplikasi membutuhkan model/aspek
kelayakan pembiayaan industri kreatif sektor aplikasi sebagai lending model yang
berisikan informasi mengenai aspek pemasaran, produksi/operasional, keuangan
serta dampak sektor ini terhadap perekonomian.
Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang bersedia membantu
dan bekerja sama serta memberikan informasi dan masukan selama pelaksanaan
kajian, yaitu:
1. BEKRAF yang telah memberikan kesempatan kepada IBS untuk melakukan
penelitian untuk sub sektor aplikasi
2. Bapak Riyanto Gozali dari Perdana Consulting, Ibu Jessica dari Bukalapak dan
Bapak Dirgantoro Tarmidzi dari STI Indonesia yang telah meluangkan waktu
berharganya untuk beberapa kali berdiskusi dengan tim peneliti IBS
3. Lembaga Pemerintah OJK, BI, serta lembaga-lembaga maupun individu
lainnya yang telah memberikan informasi mengenai data dan informasi yang
diperlukan

Besar harapan kami, bahwa buku ini dapat melengkapi informasi tentang aspek
kelayakan pembiayaan komoditas bagi perbankan dan sekaligus memperluas
replikasi pembiayaan terhadap Industri Kreatif pada sektor aplikasi.

Jakarta, Desember 2017

Tim Penulis

Badan
Ekonomi
Kreatif
Sumber: 123RF.com/Stock-Photos Indonesia
SAMBUTAN DEPUTI AKSES PERMODALAN

Salah satu target capaian dari Deputi Akses Permodalan, Badan Ekonomi
Kreatif adalah penyaluran modal bagi pelaku ekonomi kreatif, baik yang bersumber
dari perbankan dalam bentuk kredit atau pembiayaan maupun dari lembaga non
perbankan yang berupa investasi/penyertaan dan hibah. Untuk merealisasikan target
tersebut, Deputi Akses Permodalan melakukan pendekatan supply and demand
dalam melaksanakan berbagai kegiatannya. Supply dalam hal ini adalah pemilik dana
(bank atau lembaga keuangan) sedangkan demand adalah pelaku ekonomi kreatif
yang membutuhkan sumber permodalan. Pada sisi supply, Deputi Akses Permodalan 3
melakukan edukasi, pengenalan, networking dengan pemilik dana mengenai nature

Buku Aspek Kelayakan Pembiayaan Ekonomi Kreatif / BEKRAF


business dari 16 sub sektor ekonomi kreatif, sementara pada sisi demand, Deputi Akses
Permodalan berupaya memberikan edukasi, pengenalan dan networking kepada pelaku
ekonomi kreatif mengenai cara-cara dan syarat mengakses sumber permodalan di bank
maupun lembaga keuangan non bank.Termasuk diantaranya dengan investor individual.
Berdasarkan observasi yang dilakukan pada ekosistem ekonomi kreatif, salah satu
kendala yang dihadapi oleh pelaku ekonomi kreatif dalam mengembangkan usahanya
adalah sulitnya mengakses sumber permodalan. Kesulitan yang sering dihadapi oleh
pelaku ekonomi kreatif dalam memperoleh pembiayaan antara lain disebabkan oleh
ketidakpahaman pemilik dana terhadap nature business dan kelayakan usaha di sektor
ekonomi kreatif. Beberapa kendala lain seperti ketidakcukupan jaminan, pelaku terkena
BI checking, pendapatan pelaku ekonomi kreatif tidak stabil dan lain-lain.
Untuk menjembatani ketidakpahaman lembaga keuangan terhadap nature business
dan kelayakan usaha ekonomi kreatif, Deputi Akses Permodalan bekerja sama dengan
Indonesia Banking School (IBS) berinisiatif untuk membuat Buku Aspek Kelayakan
Usaha di beberapa sub sektor ekonomi kreatif sehingga dapat menjadi pedoman awal
bagi perbankan dan lembaga keuangan untuk menyalurkan permodalannya. Tentunya
penyaluran modal ini tetap akan didahului dengan analisa kelayakan usaha secara
komprehensif dan bersifat individual.
Kami sadar bahwa upaya kami untuk memberikan gambaran komprehensif terkait
kelayakan pembiayaan yang dijelaskan dalam buku ini masih jauh dari sempurna. Kami
sangat mengharapkan masukan dan kritikan dalam proses penyempurnaan buku ini.
Tidak semua sub sektor dalam ekonomi kreatif dapat dibiayai oleh kredit atau investasi,
mengingat unsur bisnis dan kemampuan pengembalian usahanya tidak sesuai dengan
skema pinjaman atau investasi.
Semoga buku ini dapat membantu kedua belah pihak (supply and demand) untuk
dapat saling memahami, sehingga penyaluran modal untuk mengembangkan ekonomi
kreatif dapat lebih lancar.

Salam Kreatif

Fadjar Hutomo
KATA PENGANTAR 2

DAFTAR ISI 4
4
1. PENDAHULUAN 6
Buku Aspek Kelayakan Pembiayaan Ekonomi Kreatif / BEKRAF

1.1. Latar belakang 8


1.2. Tujuan, Ruang Lingkup dan Metode Penelitian 8
1.2.1 Tujuan 8
1.2.2 Ruang lingkup 9
1.2.3 Metode Penelitian 9

2. PROFIL USAHA DAN Aspek Kelayakan PEMBIAYAAN 10


2.1 Profil Usaha 12
2.2. Aspek Kelayakan Pembiayaan 13

3. ASPEK PASAR DAN PEMASARAN 16


3.1. Aspek Pasar 18
3.1.1. Permintaan 18
3.1.2 Penawaran 21
3.1.3 Analisis Persaingan dan Peluang Pasar 22
3.2 Aspek Pemasaran 23
3.2.1 Harga 23
3.2.2 Jalur Pemasaran Produk 24
3.2.3 Kendala Pemasaran 25

4. ASPEK PRODUKSI 26
4.1. Lokasi Usaha 28
4.2. Fasilitas Produksi dan Peralatan 29
4.3. Bahan Baku 30
4.4. Tenaga Kerja 30

Sumber: 123RF.com/Stock-Photos
daftar isi

4.5. Teknologi 30
4.6. Proses Produksi 31
4.6.1. Praproduksi 32
4.6.2. Produksi 34 5
4.6.3. Pascaproduksi 35

Buku Aspek Kelayakan Pembiayaan Ekonomi Kreatif / BEKRAF


4.7. Kendala Produksi 36
4.8. Karakteristik Owner dan Manajemen 37

5. ASPEK KEUANGAN 38
5.1. Aspek Kelayakan Usaha 40
5.2. Asumsi dan Parameter untuk Analisis Keuangan 41
5.3. Komponen Biaya Investasi dan Biaya Operasional 42
5.4. Kebutuhan Dana Untuk Investasi dan Operasional 43
5.5. Proyeksi Produksi dan Pendapatan 44
5.6. Proyeksi Laba (Rugi) dan Break Event Point 45
5.7. Proyeksi Arus Kas dan Kelayakan Proyek 45
5.8. Analisis Kelayakan Proyek 46

6. ASPEK SOSIAL EKONOMI DAN DAMPAK LINGKUNGAN 48


6.1. Aspek Sosial Ekonomi 50
6.2. Dampak Lingkungan 53

7. PENUTUP 54
7.1. Kesimpulan 56
7.2. Saran 58

LAMPIRAN 60
Sumber: wideinfo.org
Buku Aspek Kelayakan Pembiayaan Ekonomi Kreatif / BEKRAF

6
Buku Aspek Kelayakan Pembiayaan Ekonomi Kreatif / BEKRAF
7

pendahuluan
01
1.1 Latar belakang
Perkembangan dunia usaha yang mengarah kepada penggunaan sistem informasi berbasis
sistem internet saat ini sudah memasuki Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Hal
ini sesuai dengan perkembangan penggunaan internet yang pesat di Indonesia seperti
dilansir wearesocial.com yang mengatakan pada akhir tahun 2017 diprediksi sekitar
40% dari total populasi penduduk indonesia menggunakan internet. Penggunaan sistem
informasi internet aplikasi tersebut tidak hanya untuk memasarkan produk usaha, tetapi
juga menunjang operasional/kegiatan usaha mereka seperti pengaturan procurement
ataupun distribusi produk.

Di awal tahun 2017 ini, Kemenkominfo merilis data bahwa nilai transaksi online
di Indonesia selama tahun 2016 mencapai angka US$ 4,89 miliar, atau sekitar Rp. 68
8 triliun. Besarnya potensi berdasarkan nilai transaksi online maupun nilai sistem aplikasi
penunjang operasional perusahaan yang secara nyata sulit diperoleh kepastiannya.
Buku Aspek Kelayakan Pembiayaan Ekonomi Kreatif / BEKRAF

Namun besarnya potensi ini mengalami kendala karena keterbatasan pembiayaan sektor
ini yang relatif besar dalam infrastruktur teknologi serta sumber daya manusia yang
terbatas. Akses pembiayaan pelaku industri aplikasi dalam perbankan hanya terbatas
pada pemberian kredit modal kerja, itupun hanya dapat diberikan pada pelaku industri
aplikasi yang telah berdiri lama dan memiliki track record klien yang besar. Sementara
disisi lain perbankan kurang mendapatkan informasi mengenai komoditas sistem aplikasi
dikarenakan karakteristik produk yang intangible serta mengandung kekayaan intelektual
dari pembuat.

Berdasarkan hal tersebut, dalam rangka menyediakan rujukan bagi perbankan untuk
meningkatkan pembiayaan terhadap industri aplikasi serta menyediakan informasi dan
pengetahuan bagi industri aplikasi yang bermaksud mengembangkan usahanya, maka
dibutuhkan model/Aspek Kelayakan pembiayaan (lending model) untuk industri aplikasi.

1.2 Tujuan, Ruang Lingkup, dan Metode Penelitian


1.2.1 Tujuan
Tujuan kajian atau penelitian prakelayakan ini adalah sebagai berikut:
1. Menyediakan rujukan bagi perbankan dalam rangka meningkatkan realisasi kredit
untuk usaha kecil menengah, khususnya bagi pengembangan usaha aplikasi.
2. Menyediakan informasi dan pengetahuan untuk pengembangan usaha kecil di sektor
usaha aplikasi baik mengenai aspek pemasaran, keuangan, produksi, dan aspek sosial
serta dampak lingkungan.
1.2.2 Ruang Lingkup
Ruang lingkup dalam kajian Aspek Kelayakan pembiayaan pada industri usaha aplikasi
berdasarkan atas hal-hal berikut:
1. Usaha aplikasi digital yang dimaksud adalah usaha aplikasi yang sedang berkembang
serta membutuhkan bantuan pembiayaan khususnya dari sektor perbankan dalam
pemberian modal kerja.
2. Usaha aplikasi digital termasuk dalam usaha pengembangan sistem digital aplikasi
berdasarkan pesanan serta usaha sistem digital aplikasi yang berbasis cloud.
3. Penerapan produksi sistem aplikasi digital yang berlaku sama untuk kedua jenis usaha
seperti yang dijelaskan sebelumnya.
4. Pengembangan usaha digital aplikasi ini tidak bertentangan dengan peraturan/undang-
undang seperti peraturan perbankan mengenai kredit usaha dan undang-undang
teknologi informasi.
9
Kajian prakelayakan ini akan mencakup aspek-aspek kelayakan dalam usaha sistem digital

Buku Aspek Kelayakan Pembiayaan Ekonomi Kreatif / BEKRAF


aplikasi bila ditinjau dari aspek-aspek berikut:
1. Aspek pemasaran yang mencakup dari aspek permintaan industri aplikasi berdasarkan
konsumen individual dan konsumen korporasi serta pemetaan aspek penawaran dari
industri aplikasi serta persaingan dan kendala pemasaran yang dialami pelaku industri
aplikasi.
2. Aspek produksi mencakup peran teknologi dan sumber daya manusia dalam
memproduksi sistem aplikasi.
3. Aspek keuangan yang mencakup kebutuhan biaya investasi dan kelayakan keuangannya
ditinjau dari kriteria kelayakan yang lazim, misalnya ukuran Net Present Value (NPV),
Internal Rate of Return (IRR), Benefit Cost Ratio (BCR) dan Pay-back Period serta sampai
seberapa jauh tingkat ukuran kelayakan usaha industri sistem aplikasi ini bila dianalisa
kepekaannya.
4. Kajian ini juga akan menyajikan informasi tentang aspek sosial ekonomi sebagai dampak
dari pelaksanaan ini apabila sebagian dari biayanya didukung oleh kredit bank, antara
lain terhadap penyerapan tenaga kerja, keterkaitan usaha, terhadap kemungkinan
peningkatan devisa ataupun pengeluaran devisa.
5. Kajian ini juga akan menyajikan informasi tentang kemungkinan pengaruh industri
aplikasi terhadap lingkungan.

1.2.3 Metode Penelitian


Kajian prakelayakan usaha digital aplikasi ini menggunakan data primer yang berasal
dari para pengusaha dibidang usaha aplikasi melalui kuesioner dan interview disertai
data sekunder yang mendukung dari instansi terkait maupun pelaku industri. Penentuan
sumber data primer dan sekunder dilakukan dengan metode penelitian survei dengan
responden yang dipilih.
Profil usaha

pembiayaan
Kelayakan
dan Aspek
02
Buku Aspek Kelayakan Pembiayaan Ekonomi Kreatif / BEKRAF

10
Buku Aspek Kelayakan Pembiayaan Ekonomi Kreatif / BEKRAF
11

Sumber: welova.com
2.1 Profil Usaha
Usaha pengembangan sistem digital/aplikasi berkembangan sangat pesat seiring
peningkatan pengunaan internet dikalangan pelaku industri maupun masyarakat.
Cakupan usaha ini sangat luas berkaitan dengan industri-industri pada aspek
teknologi serta sumber daya manusia yang didukung oleh inovasi bisnis mumpuni.

Pengusaha kecil yang menggeluti industri sektor aplikasi ini digolongkan atas tiga
kelompok, yaitu yang bergerak dalam bidang usaha aplikasi berdasarkan pesanan,
usaha aplikasi Commerciall Off The Shelf (COTS), dan usaha aplikasi berbasis Cloud.
Adapun karakteristik dari tiga kelompok pelaku usaha bidang aplikasi dapat dilihat
12 pada Tabel 2.1.
Buku Aspek Kelayakan Pembiayaan Ekonomi Kreatif / BEKRAF

Tabel 2.1. Perbandingan Kelompok Usaha Aplikasi


No Item/Profil Usaha Aplikasi Pesanan Aplikasi COTS Aplikasi Cloud
1. Jenis produk aplikasi Sistem operasional Paket aplikasi yang Sistem terbuka
perusahaan sudah jadi (COTS) menghubungkan
berdasarkan pembeli dan
pesanan penjual atau
sistem yang
dapat digunakan
pembeli sesuai
dengan kebutuhannya.
2. Bentuk usaha Berbadan hukum Berbadan hukum Berbadan
hukum/individu
3. Konsumen Perusahaan Perusahaan/individu Perusahaan/individu
4. Intensitas produksi Berdasarkan pesanan Berdasarkan pesanan Keaktifan pengguna
dan keaktifan aplikasi
pengguna aplikasi
5. Regulasi Dapat di regulasi Tidak ada regulasi Regulasi hanya
di tataran Governance
6. Maintenance Bebas Maintenance Tidak ada
(tergantung pemesan) 12-20% dari harga
7. Permodalan Pribadi & Kredit Modal Pribadi, Angel Investor/
Kerja Perbankan Crowdfunding, Pribadi, Modal Ventura
Modal Ventura,
Kredit Investasi
Perbankan
8. Potensi di Indonesia Potensi cukup besar Potensi besar untuk Potensi Besar
berdasarkan network berkembang
perusahaan dan pasar di sektor UMKM
yang berkembang Contoh produknya
adalah Zahir
Sumber : Hasil Survei, Juni 2017
2.2. Aspek Kelayakan Pembiayaan
Pada Aspek Kelayakan pembiayaan ini, akan dibahas semua kelompok usaha aplikasi
sebagai berikut:

A. Aspek Kelayakan pembiayaan kelompok usaha aplikasi sistem


pesanan.

Keterlibatan perbankan dalam pengembangan industri aplikasi ini terbatas pada


kelompok usaha aplikasi sistem pesanan yang telah berjalan sedikitnya 3 tahun dan
telah memiliki track record keuangan yang sehat, serta memilki kotrak kerja yang 13
memilki klien yang reputable. Kontrak kerja tersebut akan diverifikasi dan dilakukan

Buku Aspek Kelayakan Pembiayaan Ekonomi Kreatif / BEKRAF


melalui Bank Indonesia (BI) checking untuk menghindari kontrak fiktif.

Bank telah memberikan kredit modal kerja untuk kelompok usaha aplikasi, dengan
plafon UMKM yang berkisar Rp. 10 s/d Rp. 300 juta dengan tingkat bunga yang
diberlakukan bagi usaha kecil berkisar antara 18 s/d 19% pertahun. Kredit modal
kerja akan diberikan dengan nilai sebesar 90% x nilai kontrak x 70% (nilai maksimal
pemberian kredit bank) = 63%, sehingga perusahaan aplikasi ini memperoleh kredit
modal kerja sebesar 63% dari nilai kontrak. Hal ini sesuai dengan persyaratan
mengenai keharusan bagi debitur untuk menyertakan dana sendiri, merupakan
persyaratan yang bersifat longgar, karena ada bank yang tidak mengharuskan hal ini,
walaupun demikian untuk kajian Aspek Kelayakan pinjaman ini dalam pelaksanaan
analisis finansialnya diberlakukan struktur biaya 65% merupakan kredit bank
dan 35% merupakan dana sendiri. Salah satu perusahaan aplikasi yang pernah
mendapatkan pembiayaan dari bank adalah perusahaan Perdana Consulting.

Ketentuan mengenai angsuran kredit ditentukan grace periode dan ada juga yang
tidak memberikan masa grace periode. Masa grace periode tersebut tidak lebih dari
1 (satu) tahun, untuk kedua jenis kredit investasi maupun kredit modal kerja. Untuk
jenis kredit investasi masa pengembalian harus tidak lebih dari 5(lima) tahun dan
untuk jenis kredit modal kerja tidak lebih dari setahun sekalipun demikian bila
terjadi kesulitan dalam pengembalian, melalui konsultasi dengan banknya debitur
dimungkinkan untuk dapat memperpanjang pengembalian kredit modal kerjanya.
Pada umumnya perusahaan aplikasi berbasis pesanan telah melunasi termin
kreditnya pada tahun ketiga dan keempat.

14
Buku Aspek Kelayakan Pembiayaan Ekonomi Kreatif / BEKRAF

Sumber: onelogin.com

B. Aspek Kelayakan pembiayaan kelompok usaha aplikasi sistem


berbasis COTS.

Pembiayaan kelompok usaha COTS dapat dilakukan dengan pembiayaan investasi


dari perbankan sejauh usaha tersebut telah berjalan dan menghasilkan keuntungan
selama periode yang ditentukan bank. Salah satu contoh usaha aplikasi COTS yang
sudah dibiayai perbankan melalui pembiayaan investasi adalah Zahir.

C. Aspek Kelayakan pembiayaan kelompok usaha aplikasi sistem


berbasis cloud.

Berdasarkan survei yang dilakukan, pada umumnya pelaku usaha di bidang ini
melakukan pembiayaan baik investasi ataupun modal kerjanya melalui dana pribadi
pendiri ataupun melalui angel investor. Khusus pembiayaan melalui dana pribadi
bergantung pada kemampuan keuangan pendiri usaha tersebut.

Pemberian modal kerja ataupun pembiayaan investasi dibidang usaha aplikasi yang
diberikan oleh angel investor ini tidak bersifat seperti perbankan yang menerapkan
pengembalian disertai bunga pinjaman. Pihak angel investor menekankan kepada
kemajuan/progress dari usaha aplikasi tersebut yang bisa dilihat dari peningkatan
pengguna sistem serta transaksi yang dilakukan. Sebagai jaminan dari pelaksanaan
usaha ini, angel investor umumnya diberikan saham dari pelaku usaha aplikasi
berdasarkan atas penyertaan modalnya dalam usaha. Hal ini membuat pelaku usaha
aplikasi tidak terbebani oleh pengembalian pokok dan bunga pinjaman.
Selain angel investor pembiayaan aplikasi berbasis cloud dapat dibiayai oleh modal
ventura seperti Mandiri Capital Ventura yang telah memberikan pembiayaan
kepada lima perusahaan aplikasi diantaranya jurnal.id. Adapun persyaratan untuk
pembiayaan modal ventura bagi industri aplikasi yaitu sudah memiliki HAKI dengan
berbadan hukum serta memiliki produk yang sudah ada, setelah dievaluasi dengan
produk sejenis.

Kesuksesan start up aplikasi tidak hanya didorong oleh angel investor. Di beberapa
negara maju seperti Singapura dan Amerika Serikat, peran pemerintah yang
menerapkan regulasi bagi pelaku sektor keuangan untuk menyisihkan dananya
ataupun dana corporate social responbility (CSR) bagi start up digital aplikasi. 15
Keterlibatan pemerintah melalui regulasi tersebut dijembatani oleh institusi

Buku Aspek Kelayakan Pembiayaan Ekonomi Kreatif / BEKRAF


pendidikan negeri dalam menyediakan prasarana dan fasilitas penunjang bagi pelaku
start up aplikasi tersebut.

Sinergi antara angel investor, pemerintah dan institusi pendidikan telah dilakukan
oleh pemerintah Singapura bekerjasama dengan National University of Singapore
didukung oleh perusahaan-perusahaan terkemuka mendirikan incubator bisnis
aplikasi dengan dibimbing oleh praktisi-praktisi di bidangnya.

Sumber: 123RF.com/Stock-Photos
dan Pemasaran
ASPEK Pasar
03
Buku Aspek Kelayakan Pembiayaan Ekonomi Kreatif / BEKRAF

16
Buku Aspek Kelayakan Pembiayaan Ekonomi Kreatif / BEKRAF
17

Sumber: 123RF.com/Stock-Photos
Aspek pemasaran dapat menentukan keberhasilan suatu perusahaan aplikasi
yaitu sebesar 60% sedangkan 40%-nya terdapat pada pada produksi. Pengeluaran
terbesar perusahaan aplikasi selain berbasis pesanan ada di aspek pemasaran.

3.1. Aspek Pasar


Pada aspek pasar akan dibahas tentang permintaan dan penawaran.
18

3.1.1. Permintaan
Buku Aspek Kelayakan Pembiayaan Ekonomi Kreatif / BEKRAF

Bisnis start up digital di Indonesia diprediksikan oleh lembaga riset CHGR akan
bertumbuh 6,5 kali lipat di tahun 2020. Estimasinya akan ada 13.000 usaha rintisan
yang berjalan di tahun tersebut. Saat ini (masih menurut lembaga riset yang
sama) angka bisnis start up di Indonesia telah mencapai 2.000 dan termasuk yang
tertinggi di kawasan regional. Pertumbuhan ini didorong oleh banyak hal, mulai dari
transformasi digital di publik, arus investasi, hingga dukungan pemerintah.

Transformasi digital di Indonesia sendiri trennya terus meningkat. Dari catatan


IDC, tahun ini terjadi peningkatan 8,3% dibandingkan tahun sebelumnya. Nilainya
diperkirakan mencapai Rp214,4 triliun, dan industri start up (ditulis sebagai UMKM
dalam riset) berkontribusi sekitar 13% dari nilai total. Transformasi hampir bisa
dikatakan masif di semua lini bidang, lihat saja mulai dari pendidikan, finansial,
ekonomi, kesehatan hingga pertanian sudah mulai tersentuh oleh penerapan
teknologi terpadu.

Di awal tahun 2017 ini, Menkominfo merilis data bahwa nilai transaksi online di
Indonesia selama tahun 2016 mencapai angka US$ 4,89 miliar, atau sekitar Rp. 68
triliun. Angka tersebut tentu merupakan angka perkiraan, sebab adalah pekerjaan
yang sulit menghitung setiap transaksi online di Indonesia. Namun angka US$ 4,89
miliar yang diperoleh selama 2016 tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan dengan
nominal transaksi pada tahun 2015 yang sebesar US$ 3,56 miliar. Hal tersebut
mendorong perkembangan pemasaran secara online sehingga permintaan untuk
sistem aplikasi yang terintegrasi secara online meningkat pesat. Permintaan ini
timbul dari 2 (dua) jenis konsumen yaitu konsumen korporasi dan konsumen
individu dimana masing-masing memiliki karakteristik permintaan yang berbeda.
A. Permintaan Konsumen Korporasi

Konsumen korporasi (perusahaan) cenderung meminta sistem aplikasi yang


membantu operasional perusahaannya. Sistem yang terintegrasi ini menghubungkan
perusahaan dengan konsumen, supplier dan distributor produknya serta internal
operasional perusahaan seperti sumber daya manusia, keuangan, dan produksi.

Sistem aplikasi berbasis cloud membentuk Customer Relationship Management


Sistem berbasis online sehingga update data konsumen dapat terus dipantau
oleh perusahaan secara 24 jam. Banyak industri berbasis produk dan jasa telah 19
menggunakan sistem ini seperti industri perbankan, rental kendaraan, maskapai

Buku Aspek Kelayakan Pembiayaan Ekonomi Kreatif / BEKRAF


penerbangan, serta industri lainnya yang memiliki basis konsumen sangat banyak.
Sistem aplikasi berbasis cloud ini terkadang dapat dibeli dalam sistem pembelian
online dengan pembayaran via kartu kredit berdasarkan penggunaannya. Sistem
aplikasi ini terkadang bersifat fleksibel sehingga dapat dimodifikasi oleh pembeli.
Kelebihan sistem ini menarik para pengguna korporasi karena biaya yang dikeluarkan
sebanding dengan pemanfaatan sistem tersebut.

Sistem aplikasi berdasarkan pesanan seperti aplikasi pembelian barang


(procurement), menghubungkan perusahaan dengan supplier/pemasoknya
khususnya yang memiliki supplier yang sangat besar jumlahnya. Keuntungan dari
sistem aplikasi ini lebih ter-update-nya data kebutuhan bahan baku perusahaan
dan supplier-nya dapat langsung memantaunya. Sistem ini telah diaplikasikan oleh
berbagai industri seperti industri consumer goods, supermarket/department store,
perusahaan BUMN/BUMD dan industri dengan banyak pemasok lainnya. Selain
itu sistem aplikasi ini mencegah adanya praktek korupsi berupa mark up nilai
pembelian karena dapat langsung dipantau oleh pihak-pihak terkait.

Sistem aplikasi pesanan ini dibuat berdasarkan jenis industri serta divisinya seperti
sistem aplikasi perbankan yang dibangun oleh konsultan eksternal sistem perbankan
dengan sistem aplikasi yang terintegrasi antar divisi ataupun sistem sendiri. Aplikasi
seperti ini tentunya terjamin pelaksanaannya sehingga dapat dipertimbangkan
kemudahan dari segi pembiayaannya.
B. Permintaan Konsumen Peorangan (Individu)

Peningkatan penggunaan internet membuat individu-individu dalam masyarakat


mencoba untuk menjalankan bisnis pribadi atau hanya ingin menjual barang/jasanya
secara sewaktu-waktu. Pembuatan website/situs online dilakukan oleh individu yang
ingin menjalankan bisnisnya dalam waktu relatif lama atau berkali-kali. Namun
pelaku bisnis tersebut terkadang tidak dapat memiliki kemampuan membuat
sistem aplikasi bisnis berbasis web. Hal ini menjadi permintaan bagi penyedia jasa
20 pembuatan sistem aplikasi tersebut. Sistem aplikasi yang sesuai untuk konsumen
individu adalah sistem aplikasi berbasis cloud karena lebih efisien dalam pembelian
Buku Aspek Kelayakan Pembiayaan Ekonomi Kreatif / BEKRAF

dan bisa disesuaikan dengan kebutuhan konsumen individu.

Peningkatan individu yang ingin menjual produknya secara berkala atau mencari
kebutuhan secara online meningkat secara pesat. Salah satu contohnya adalah situs
penguna www.olx.co.id serta bukalapak.com yang memiliki 23 juta pengguna aktif
setiap bulannya untuk menjual dan membeli produk kebutuhannnya.

Sumber: Fotosearch.com/Photos-Images
Sumber: microsoft.com 21

3.1.2 Penawaran

Buku Aspek Kelayakan Pembiayaan Ekonomi Kreatif / BEKRAF


Penawaran industri kreatif bidang aplikasi tidaklah terlepas dari perkembangan
start up di Indonesia yang bisa dikatakan cukup pesat menggembirakan. Setiap tahun
bahkan setiap bulan banyak founder-founder (pemilik) start up baru bermunculan.
Menurut dailysocial.net, sekarang ini terdapat setidaknya lebih dari 1500 start up
lokal yang ada di Indonesia.

Start up di Indonesia digolongkan dalam tiga kelompok yaitu start up pencipta


game, start up aplikasi edukasi serta start up perdagangan seperti e-commerce dan
informasi. Selanjutnya menurut dailysocial.net start up game dan aplikasi edukasi
punya pasar yang potensial dan terbuka di Indonesia. Hal ini dikarenakan proses
pembuatan game dan aplikasi edukasi relatif mudah. Sedangkan start up perdagangan
lebih membutuhkan permodalan sistem yang relatif lebih mahal.

Di Indonesia sekarang ini telah banyak berdiri komunitas founder-founder start


up. Seperti Bandung Digital Valley (bandungdigitalvalley.com), Jogja Digital Valley
(jogjadigitalvalley.com), Ikitas (www.ikitas.com) Inkubator Bisnis di Semarang, Stasion
(stasion.org) wadah bagi start up lokal kota Malang, dan masih banyak lagi yang
lainnya. Dengan adanya komunitas ini tentunya akan memudahkan para founder
untuk saling sharing, membimbing bahkan untuk menjaring investor. Para founder
dapat pula mengikuti kompetisi yang diadakan oleh beberapa perusahaan seperti
Telkom untuk menjadi investor mereka.

Organisasi yang bergerak di bidang aplikasi pun telah dibentuk yaitu Aspiluki
(Asosiasi Perangkat Lunak Telematika Indonesia) dengan anggota mendekati
ratusan perusahaan dan terus meningkat seiring dengan tingginya pertumbuhan
perusahaan aplikasi di Indonesia.

Masih banyaknya perusahaan pembuat aplikasi serta individu-individu profesional


pembuat aplikasi yang jumlahnya terus meningkat membuat jumlah penawaran di
sektor ini bertambah sehingga menghasilkan persaingan yang kompetitif.
3.1.3 Analisis Persaingan dan Peluang Pasar
Peta persaingan pada industri kreatif aplikasi ini tidak terlepas dari 2 (dua) jenis
pasar yang tersedia yaitu pasar korporasi dan pasar individu dimana persaingan
tersebut memiliki karakteristik persaingan yang berbeda pula.

Persaingan aplikasi sistem berdasarkan pesanan tercermin dalam persaingan pada


tender proyek pembuatan sistem aplikasi yang dilakukan perusahaan baik swasta
maupun pemerintah. Persaingan dalam korporasi ditentukan oleh pengalaman dalam
menangani klien korporasi dari perusahaan pembuat aplikasi. Semakin banyak dan
terkenal klien korporasi yang berhasil ditangani maka perusahaan pembuat aplikasi
22 tersebut akan relatif lebih mudah dalam memenangkan persaingan.
Buku Aspek Kelayakan Pembiayaan Ekonomi Kreatif / BEKRAF

Persaingan dalam pasar konsumen individual/private seperti persaingan dalam


menyediakan layanan individual dan mediasi informasi antara penjual dan pembeli
individu semakin cukup kompetitif seiring tumbuhnya kemudahan berbisnis secara
online.

Pertumbuhan penyedia layanan berbasis online seperti Gojek, Grab, dan Uber
dalam bidang transportasi menimbulkan persaingan ketat antara mereka. Namun
persaingan dapat dimenangkan dengan melakukan inovasi pelayanan seperti Gojek
yang tidak hanya penyedia layanan transportasi namun juga merambah ke mediator
dan penyedia transportasi bagi layanan pembersihan rumah, pijat kesehatan,
delivery food paket dan layanan lainnya yang terus dikembangkan.

Pesatnya pertumbuhan aplikasi berbasis cloud seperti layanan www.olx.com,


www.kaskus.com, www.bukalapak.com, www.blibli.com dan banyak perusahaan dot.com
lainnya menyebabkan perusahaan ini harus berebut pasar yang cenderung sama.
Inovasi dalam pelayanan serta fitur-fitur aplikasi lebih dinamis dilakukan dalam
industri aplikasi ini dibandingkan aplikasi penyedia sistem bagi perusahaan yang
cenderung lebih customize pada kebutuhan klien penguna aplikasi.

Pencapaian nilai transaksi online di Indonesia selama tahun 2016 mencapai angka
US$ 4,89 miliar, atau sekitar Rp. 68 triliun. Angka tersebut tentu merupakan angka
perkiraan, sebab adalah pekerjaan yang sulit menghitung setiap transaksi online di
Indonesia. Namun angka US$ 4,89 miliar yang diperoleh selama 2016 tersebut jauh
lebih tinggi dibandingkan dengan nominal transaksi pada tahun 2015 yang sebesar
US$ 3,56 miliar.
Hal ini menunjukkan masih sangat terbukanya peluang pasar nasional untuk
industri aplikasi. Sedangkan peluang internasional dapat dilakukan oleh perusahaan
pembuat aplikasi dengan membuat website yang terhubung dengan website industri
ataupun website bidang terkait di luar negeri.

3.2 Aspek Pemasaran


3.2.1 Harga
Harga untuk produk sistem aplikasi bergantung pada 2 (dua) jenis karakter produk/ 23
pasar yaitu produk aplikasi berdasarkan pesanan yang cenderung untuk konsumen

Buku Aspek Kelayakan Pembiayaan Ekonomi Kreatif / BEKRAF


korporasi dan produk aplikasi berbasis cloud.

Harga produk aplikasi pesanan untuk operasional perusahaan sangat bergantung


pada beberapa faktor dibawah ini:
1. Besarnya/banyaknya user atau pemakai aplikasi tersebut
2. Besarnya variasi produk, model distribusi, variasi bahan baku, bundling promo
dll
3. Perlu tidaknya maintenance/pemeliharaan sistem dari perusahaan pembuat
aplikasi.

Semakin banyaknya pemakai aplikasi, variasi dalam operasi perusahaan serta


maintenance sistem yang kontinu menyebabkan harga semakin mahal.

Harga produk aplikasi berbasis COTS ditentukan oleh perusahaan pembuat


aplikasi berdasar fitur-fitur pada sistem aplikasinya dibandingkan dengan produk
aplikasi sejenis. Selain itu, kemudahan penggunaan sistem aplikasi COTS juga
mempengaruhi nilai jual dari sistem aplikasi tersebut.

Harga produk aplikasi berbasis cloud bergantung kepada banyaknya pengguna baik
sebagai penjual ataupun pembeli serta banyaknya iklan dari sponsorship atau iklan
berbayar dalam website tersebut. Penjual dapat dikenakan harga berupa biaya iklan
dari lama tayang di website tersebut ataupun penempatannya. Pembeli umumnya
tidak dikenakan harga (biaya yang harus dibayarkan) agar lebih banyak pembeli
yang lebih banyak mengakses aplikasi ini dan dapat meningkatkan minat pembeli
menaruh iklan serta iklan sponsorship dalam website tersebut. Selain itu harga
aplikasi berbasis cloud bervariasi sesuai kebutuhan dari pembeli sehingga harga
yang dibayarkan sesuai manfaatnya seperti Gadjian.com yang menerapkan harga
penggunaan sistem SDM sesuai jumlah karyawan yang dimiliki pembisnis baik
individu/perorangan.
24
Buku Aspek Kelayakan Pembiayaan Ekonomi Kreatif / BEKRAF

Sumber: Fotosearch.com/Photos-Images

3.2.2 Jalur Pemasaran Produk


Penjualan produk aplikasi dibedakan atas penjualan berdasarkan 2 (dua) bentuk
pasar konsumennya seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Jalur pemasaran
produk berdasarkan pesanan umumnya dilakukan sendiri oleh perusahaan pembuat
aplikasi dengan membuat website lengkap yang menyediakan informasi mengenai
sistem aplikasi lengkap dengan fitur-fiturnya serta penyesuaian untuk kliennya.
Website tersebut dapat dipasang pada website asosiasi industri/bidang usaha dari
klien perusahaan. Selain itu perusahaan pembuat aplikasi berbasis pesanan dapat
memasarkan produk aplikasinya secara personal selling melalui jaringan/network dari
top manajemen perusahaan.

Jalur pemasaran produk aplikasi yang berbasis cloud dilakukan oleh pembuat aplikasi
dengan melakukan promosi pengunaan aplikasi secara gratis ataupun menetapkan
harga diskon periode tertentu. Promosi produk aplikasi ini dapat dilakukan melalui
media sosial melalui akun pembuat aplikasi ataupun melalui advertising pada media
umum seperti iklan pada TV ataupun media cetak.
3.2.3 Kendala Pemasaran
Beberapa kendala pemasaran yang dihadapi oleh industri aplikasi adalah sebagai
berikut:
1. Akses pengunaan internet yang masih terbatas secara jangkauan ataupun
kecepatannya.

Hal ini berdampak pada keterbatasan pengembangan produk aplikasi yang


membutuhkan data dan jaringan yang kompleks bagi perusahaan pembuat aplikasi
operasional perusahaan. Sementara dari sisi konsumen pengguna khususnya sistem
aplikasi yang memediasi penjual-pembeli berdampak pada intensitas dan jumlah
pengguna yang perkembangannya terhambat.

2. Kurangnya tenaga ahli programmer dalam membuat aplikasi yang berlaku pada 25
kedua jenis pelaku industri aplikasi.

Buku Aspek Kelayakan Pembiayaan Ekonomi Kreatif / BEKRAF


Berpindahnya tenaga ahli programmer dari suatu perusahaan aplikasi ke perusahaan
aplikasinya dengan penawaran kompensasi yang meningkat membuat perusahaan
harus dapat mempertahankan tenaga ahlinya untuk dapat mengembangkan produk
aplikasi lebih baik dari pesaing. Disisi lain, terkadang klien perusahaan mempercayai
produk aplikasi tersebut berdasarkan tenaga ahlinya bukan berdasarkan atas
perusahaan pembuat aplikasi saja.

Sumber: marketingland.com
Sumber: 123RF.com/Stock-Photos
Buku Aspek Kelayakan Pembiayaan Ekonomi Kreatif / BEKRAF

26
Buku Aspek Kelayakan Pembiayaan Ekonomi Kreatif / BEKRAF
27

ASPEK produksi
04
4.1 Lokasi Usaha
Lokasi usaha industri kreatif aplikasi sebagian besar berada di daerah perkotaan
dan menempati daerah gedung perkantoran. Hal ini dikarenakan kebutuhan yang
tinggi akan penggunanan internet karena daerah perkotaan mempunyai sinyal yang
lebih bagus. Penempatan gedung perkantoran digunakan untuk proses produksi
industri aplikasi, keperluan surat menyurat, serta legalitas pendirian usaha.

Pada umumnya konsep ruang usaha industri kreatif aplikasi mempunyai konsep
modern. Penataan ruang dalam kegiatan usaha diatur secara detail, ditata secara
apik dan dibuat nyaman karena industri ini erat kaitannya dengan pembaharuan
28 ide dan inovasi usaha. Bahkan, setiap ruangan pada salah satu pelaku usaha aplikasi
selalu terdapat kata-kata motivasi. Pemisahan ruangan diatur sesuai dengan unit
Buku Aspek Kelayakan Pembiayaan Ekonomi Kreatif / BEKRAF

kerja masing-masing. Gambar-gambar ruang usaha pada salah satu pelaku usaha
industri kreatif aplikasi dapat dilihat pada lampiran.

Sumber: 123RF.com/stock-photos
4.2. Fasilitas Produksi dan Peralatan
Fasilitas produksi dan peralatan yang diperlukan dalam industri kreatif aplikasi
adalah

Tabel 3.1 Fasilitas Produksi dan Peralatan


No. NAMA ALAT FUNGSI
I Fasilitas Produksi
1. Bangunan (sewa) Sebagai tempat proses produksi
2 Meja Sebagai meja kerja, meeting dan menjamu tamu 29
3 Kursi Sebagai bagian dari meja kerja, meeting dan

Buku Aspek Kelayakan Pembiayaan Ekonomi Kreatif / BEKRAF


menjamu tamu
4 Lemari Menyimpan dokumen
II Peralatan
1. Komputer/Laptop Sebagai alat (hardware) yang digunakan untuk
mengolah data menurut prosedur tertentu (yang
telah ditentukan) sehingga mempermudah
pekerjaan
2. Software Piranti lunak yang digunakan untuk
mengidentifikasi dan menyiapkan aplikasi
program
3 Jaringan Internet/server Menghubungkan berbagai jaringan yang tidak
saling bergantung pada satu sama lain sedemikian
rupa sehingga masing-masing jaringan tersebut
dapat saling berkomunikasi.
Sumber : Tim Aplikasi, 2017
4.3. Bahan Baku
Dalam industri aplikasi bahan baku produksi adalah berupa ide dan software. Pada
umumnya internal perusahaan menyuplai bahan baku untuk menghasilkan produk
utama, akan tetapi ada juga perusahaan aplikasi yang mendapat suplai bahan baku
dari pihak ketiga. Bahan baku diberikan secara langsung sesuai spesifikasi yang
dibutuhkan oleh perusahaan.

30
Buku Aspek Kelayakan Pembiayaan Ekonomi Kreatif / BEKRAF

4.4. Tenaga Kerja


Pada umumya tenaga kerja sektor aplikasi mempunyai latar belakang pendidikan di
sektor teknologi informasi. Hal ini diperlukan untuk menunjang keberlangsungan
perusahaan yang fokus pada bidang aplikasi. Latar belakang bidang pendidikan
lainnya yang dibutuhkan perusahaan aplikasi adalah pemasaran, keuangan, atau
akuntansi.

4.5. Teknologi
Industri kreatif aplikasi sarat dengan pemakaian teknologi. Pemakaian komputer
atau laptop dengan menggunakan software terbaru yang mendukung pengembangan
produk yang dihasilkan. Sebagian besar teknologi yang milik sendiri. Salah satu
industri aplikasi yang bergerak di bidang e-procurement memakai teknologi standar
yang disupport oleh Microsoft. Teknologi ini dibeli dari prinsipal. Sedangkan salah
satu perusahaan aplikasi layanan jual-beli daring (online) dengan model bisnis
customer-to-customer (C2C) menggunakan teknologi milik sendiri dalam pembuatan
produk.
4.6. Proses Produksi
Proses produksi yang akan dibahas merupakan aspek produksi dari perusahaan
aplikasi berbasis pesanan. Proses produksi akan dibagi menjadi beberapa tahapan
meliputi praproduksi, produksi dan pascaproduksi. Lokasi pembuatan produk
aplikasi ini di wilayah Indonesia. Secara umum proses produksi industri aplikasi
dapat terlihat seperti pada gambar 4.1.

31

Buku Aspek Kelayakan Pembiayaan Ekonomi Kreatif / BEKRAF

Gambar 4.1. Proses Produksi Industri Aplikasi


4.6.1. Praproduksi
Berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada perusahaan Perdana Consulting dan
Bukalapak bahan baku utamanya adalah berupa ide, sumber daya manusia sebagian
besar disuplai oleh internal perusahaan. Namun ada juga bahan baku yang disuplai
oleh pihak ketiga yang biasanya diberikan kepada perusahaan secara langsung sesuai
pesanan. Perdana Consulting mengeluarkan biaya dalam penyediaan bahan baku
meliputi biaya pembelian server dan license program pada proyek dengan jangka
waktu 5 tahun sebesar Rp20.15 milyar atau 14,5% dari modal yang dibutuhkan.

Dalam proses praproduksi ada beberapa tahapan yang dilalui. Berdasarkan Gambar
32 4.1 di atas tahapan tersebut meliputi tahapan 0 sampai dengan 8, dengan penjelasan
sebagai berikut:
Buku Aspek Kelayakan Pembiayaan Ekonomi Kreatif / BEKRAF

a. Tahap 0 yaitu pemilihan ide / proyek

b. Tahap 1 yaitu mengidentifikasi tujuan proyek (ide awal)


Pemilihan tujuan dan mengukur efektivitasnya digunakan untuk mengetahui
apakah proyek akan berhasil. Selain itu, pada tahap ini juga diputuskan siapa
penanggung jawab utama, pihak-pihak yang terkait atau terdampak oleh proyek,
memodifikasi tujuan serta bagaimana membangun komunikasi yang efektif
dengan para pihak.

c. Tahap 2 yaitu mengidentifikasi prasarana proyek


Pada tahapan ini digunakan untuk membangun link antara proyek dan rencana
strategis lainnya sehingga dapat diketahui mengapa proyek ini dikehendaki.
Pengidentifikasian prosedur dan standar instalasi juga diperlukan untuk
mengetahui standar apakah yang diikuti dan bagaimana life cycle software. Tahap
ini juga membutuhkan pengidentifikasian anggota tim yang terlibat dalam
struktur organisasi, sehingga seseorang menempati posisi yang sesuai dengan
bidang atau keahlian yang dimiliki.

d. Tahap 3 yaitu menganalisis karakteristik proyek


Tahapan ini akan menganalisis cara-cara mencapai keberhasilan proyek dengan
membedakan proyek sebagai tujuan atau produk. Menganalisis karakteristik
proyek yang lain termasuk pertimbangan kualitas dibutuhkan agar diketahui
perbedaan mendasar proyek yang dilakukan. Mengidentifikasi risiko proyek
juga dilakukan untuk mengantisipasi kesalahan dan dapat menghentikan dampak
buruk jika terjadi kesalahan. Hal-hal lain yang diperlukan pada tahap ketiga
yaitu mempertimbangkan persyaratan pengguna terkait implementasi, memilih
metodologi pengembangan dan pendekatan siklus hidup seperti penggunaan
protitipe, incremental atau waterfall, yang terakhir meninjau estimasi sumber daya
secara keseluruhan sehingga diketahui apakah semua ini meningkatkan biayanya.
e. Tahap 4 yaitu mengidentifikasi produk dan tahapan produksi
Pada tahapan ini akan mengidentifikasi dan menggambarkan produk dari suatu
proyek, apakah merupakan produk yang deliverable atau intermediate. Dalam
pengidentifikasian produk diperlukan pula dokumen generic product flows untuk
mengetahui apakah perlu produk lain untuk keluar terlebih dahulu sebelum
produk utama dibuat. Diagram Alir Produk juga dibutuhkan untuk menunjukkan
urutan produk harus diselesaikan dan mendefinisikan metode kerja. Tahapan
ini juga membutuhkan pengenalan contoh produk dengan membuat struktur
rincian proyek dan diagram Aliran Proyek. Pembuatan jaringan aktivitas ideal
untuk identifikasi aktivitas yang dibutuhkan untuk menciptakan setiap produk.
33

f. Tahap 5 yaitu memperkirakan usaha untuk setiap kegiatan produksi

Buku Aspek Kelayakan Pembiayaan Ekonomi Kreatif / BEKRAF


Pada tahap ini akan di estimasi dari tingkat bawah sampai atas, seperti
memperkirakan usaha staf yang dibutuhkan dan membedakan dengan hati-hati
antara usaha dan waktu yang telah berlalu. Upaya/usaha adalah jumlah jam kerja
(atau hari kerja) diperlukan untuk menyelesaikan tugas dan waktu yang berlalu
adalah waktu antara awal dan akhir tugas. Hal-hal lain yang diperlukan dalam
tahapan ini adalah merevisi rencana untuk menciptakan kegiatan yang dapat
dikendalikan, memecah aktivitas yang sangat lama menjadi serangkaian kegiatan
yang lebih kecil karena kita tidak bisa menilai status dalam aktivitas yang panjang,
mengumpulkan aktivitas yang sangat singkat (membuat daftar periksa)

g. Tahap 6 yaitu mengidentifikasi risiko setiap kegiatan produksi


Hal-hal yang dilakukan dalam tahap 6 adalah yang pertama mengidentifikasi
dan mengukur risiko untuk mengantisipasi kerusakan jika terjadi risiko (ukuran
dalam waktu hilang atau uang), kemungkinan terjadi risiko, identifikasi asumsi:
kebutuhan klien sudah jelas. Kedua, merencanakan pengukuran pengurangan
dan kontinjensi risiko, meliputi pengurangan risiko yaitu aktivitas untuk
menghentikan risiko yang terjadi, kontingensi yaitu tindakan jika risiko memang
terjadi, seperti staf kontrak. Ketiga, menyesuaikan keseluruhan rencana dan
memperkirakan kegiatan yang mempertimbangkan risiko seperti menambahkan
aktivitas baru yang mengurangi risiko yang terkait dengan kegiatan lainnya
misalnya pelatihan, percobaan percontohan dan pengumpulan informasi.

h. Tahap 7 yaitu mengalokasikan sumber daya


Mengidentifikasi dan mengalokasikan sumber daya untuk kegiatan misalnya
jumlah kebutuhan staf untuk setiap kegiatan. Selain itu diperlukan perevisian
rencana dan perkiraan jumlah kendala sumber daya seperti lebih dari satu tugas
ditugaskan ke staf ternyata staf tidak tersedia sampai tugas utamanya selesai dan
kegiatan non-proyek.
i. Tahap 8 yaitu me-review/ mempublikasi rencana
Hal yang dilakukan pertama adalah meninjau aspek kualitas rencana proyek,
seperti setiap tugas harus memiliki kriteria kualitas, pemeriksaan mutu harus
dilakukan. Kedua, mendokumentasikan rencana dan memperoleh persetujuan
maka dibutuhkan dokumentasi yang tepat dan kesepakatan semua pihak.

Perusahaan aplikasi berbasis pesanan sudah dapat mengajukan pembiayaan


34 ke bank pada tahap ke 4. Hal ini dikarenakan pada tahap tersebut perusahaan
sudah mempunyai klien dan mengetahui kebutuhan dana. Akan tetapi,
Buku Aspek Kelayakan Pembiayaan Ekonomi Kreatif / BEKRAF

perbankan tetap akan meminta jaminan berupa asset tetap perusahaan. Tidak
ada risiko yang muncul untuk perusahaan aplikasi berbasis pesanan karena
produk sudah pasti akan dibeli dan mendapatkan dana. Selain perbankan,
proses praproduksi ini juga dapat menarik investor misalnya angel investor
khususnya bagi perusahaan start up. Kemungkinan perusahaan tersebut
mendapatkan pembiayaan dari perbankan sangatlah kecil karena tidak ada
jaminan berapa lama perusahaan tersebut akan bertahan terlebih lagi akan
menghasilkan profit.

4.6.2. Produksi
Tahapan produksi berdasarkan Gambar 4.1 adalah tahapan yang meliputi tahap
9 dan 10, yaitu menjalankan rencana dan perencanaan level rendah. Hal-hal yang
dilakukan dalam proses produksi pembuatan aplikasi adalah tim produksi atau
dapat juga pelaku peran yaitu dilibatkan sesuai dengan kebutuhan perusahaan.
Produk dihasilkan dengan cara melakukan pemrograman. Salah satu contoh
proses produksi adalah proses produksi e-procurement yang dilakukan oleh
Perdana Consulting dimana produk yang dihasilkan membutuhkan waktu produksi
yang lama. Hal ini dikarenakan produk-produk tersebut mulai direncanakan hingga
produk siap dipasarkan sehingga memakan waktu sekitar dua hingga tiga tahun.
Metode cash tempo digunakan untuk pembayaran kepada pihak yang terlibat
dalam pembuatan produk-produk e-procurement yaitu sekitar bulan kedua dari
produk diselesaikan. Produk utama ini dihasilkan karena adanya angel investor
(pemodal) sekaligus menjadi pelanggan produk tersebut. Biaya yang digunakan
pada saat proses ini meliputi biaya operasional sebesar Rp 113.691.885.284 atau
sebesar 81,9% dari kebutuhan modal.

Berbeda dengan produk-produk e-procurement, produk-produk yang dihasilkan


oleh salah satu perusahaan aplikasi layanan jual beli daring (online) dengan model
bisnis customer-to-customer (C2C) mempunyai waktu produksi relatif singkat.
Produk-produk tersebut mulai direncanakan sampai dengan siap dipasarkan 35
paling lama hanya memakan waktu satu bulan saja dengan produk utamanya

Buku Aspek Kelayakan Pembiayaan Ekonomi Kreatif / BEKRAF


adalah premium fitur.

Critical point pada industri aplikasi khususnya COTS dan cloud terjadi pada
saat tahapan produksi selesai tetapi sebelum pasca produksi khususnya untuk
perusahaan inovator atau start up dan tidak berlaku pada perusahaan aplikasi
berbasis pesanan. Contoh yang dapat dilihat adalah ketika Go-Jek mendapat
pembiyaan dari Northstar setelah proses produksi selesai.

4.6.3. Pascaproduksi
Apabila produk selesai dibuat maka akan ditinjau secara keselurahan seluruh
tahapan-tahapan produksi yang sudah dilakukan. Hal ini sebagai dasar perencanaan
pembuatan produk selanjutnya. Hasil akhir produk aplikasi pada umumnya
didistribusikan oleh perusahaan itu sendiri secara langsung atau melalui pihak lain
misalnya menggunakan Facebook ataupun Google. Teknologi internet digunakan
dalam mendistribusikan produk ke pengguna. Dalam penditribusian produk
aplikasi tidak ada tambahan biaya apabila dilakukan oleh perusahaan itu sendiri.
Namun demikian, Perdana Consulting tetap membutuhkan biaya untuk promosi
sebesar Rp 5 milyar atau sebesar 3.6% dari total kebutuhan modal selama lima
tahun. Pada tahap pascaproduksi ini harus dipastikan menghasilkan profit kecuali
angel investor memberikan uang berlebih (cash burn) sehingga semua pengeluaran
dapat tertutupi.
4.7. Kendala Produksi
Salah satu perusahaan aplikasi berbasis pesanan penghasil produk-produk
e-procurement yaitu Perdana Consulting mempunyai skala perusahaan besar
dengan jangkauan pemasaran produk secara nasional. Nilai produksi terbesar
yang pernah dilakukan perusahaan ini sebesar Rp. 6.3 Milyar dan nilai terkecil
produksi senilai Rp. 650 juta. Produk-produk e-procurement ini dihasilkan sesuai
dengan tren yang berkembang dan relatif lama mampu bertahan di pasaran. Masa
hidup masih panjang dan dapat dikembangkan selama peraturan pemerintah
tentang pengadaan barang dan Jasa tidak berubah secara drastis. Kendala produksi
perusahaan ini adalah teknologi, sumber daya manusia (SDM) dan keuangan.

36 Bukalapak sebagai salah satu perusahaan aplikasi layanan jual beli online
(e-commerce) juga mempunyai jangkauan pemasaran nasional. Nilai terbesar
Buku Aspek Kelayakan Pembiayaan Ekonomi Kreatif / BEKRAF

produksi perusahaan ini adalah dengan bergabungnya 1,4 juta pelapak yang
menghasilkan transaksi senilai Rp50 M per hari. Bergabungnya 100 ribu pelapak
di awal perusahaan berdiri menjadi nilai terkecil dari produksi perusahaan ini.
Perusahaan ini juga sudah mempunyai pelanggan tetap untuk produk premium-
nya yaitu pelapak mendapatkan fasilitas di halaman utama dari website bukalapak.

Sumber: freepik.com
4.8. Karakteristik Owner dan Manajemen
Baik perusahaan bukalapak.com maupun Perdana Consulting memiliki bentuk
kepemilikan perusahaan yaitu kerjasama. Apabila pemilik tidak terlibat secara
langsung dalam manajemen perusahaan, maka manajemen diserahkan kepada
pemegang saham aktif lainnya. Perusahaan melakukan kerjasama dengan investor
untuk menghasilkan produknya. Kompensasi akan dibayarkan kepada pihak terkait
dalam menghasilkan produk setelah produk dihasilkan.

37

Buku Aspek Kelayakan Pembiayaan Ekonomi Kreatif / BEKRAF

Sumber: freepik.com
Sumber: 123RF.com/stock-photos
Buku Aspek Kelayakan Pembiayaan Ekonomi Kreatif / BEKRAF

38
Buku Aspek Kelayakan Pembiayaan Ekonomi Kreatif / BEKRAF
39

ASPEK Keuangan
05
5.1. Aspek Kelayakan Usaha
Aspek keuangan ini terbatas pada data keuangan perusahaan aplikasi berbasis
pesanan dikarenakan perusahaan aplikasi berbasis COTS dan cloud tidak
memberikan data keuangan perusahaannya. Pendapatan perusahaan berbasis
aplikasi cloud menyewakan space dalam web application mereka untuk penjual
barang mengiklankan barang dan jasanya dan pembeli yang berminat dapat
melakukan transaksi pembelian via web application tanpa harus perlu bertemu
langsung dengan penjualnya. Perusahaan ini juga membuka akun bagi para
penjual untuk menampung hasil penjualannya dan penjual dapat mengakses
kapan pun hasil penjualan diterima. Perusahaan memperoleh fee atas space yang
40 disewakannya tersebut.
Buku Aspek Kelayakan Pembiayaan Ekonomi Kreatif / BEKRAF

Perusahaan aplikasi berbasis COTS memperoleh pendapatan dari hasil penjualan


sistem aplikasi tersebut serta pengembangan berdasarkan permintaan konsumen.
Sedangkan perusahaan aplikasi berbasis pesanan memperoleh pendapatan dari
nilai kontrak pembuatan aplikasi tersebut dengan konsumen serta mendapat
fee dari maintenance transaksi konsumen dengan klien konsumen. Adapun
penjelasan berikut ini merupakan rincian dari aspek keuangan dari perusahaan
aplikasi berbasis pesanan.

Sumber: mercurynews.com
5.2. Asumsi dan Parameter untuk Analisis Keuangan
Untuk keperluan analisis keuangan dibawah ini ditabulasikan asumsi dasar dan
parameter yang dipergunakan dalam menentukan kelayakan, break event point dan
produktivitas perusahaan. Sebagai perusahaan jasa maka sebagian besar investasi
dan beban operasional pada TI (teknologi informasi) dan sumber daya manusia.

41

Buku Aspek Kelayakan Pembiayaan Ekonomi Kreatif / BEKRAF


Tabel 4.1. Kelayakan Bisnis
No Asumsi Satuan Jumlah/ Nilai Penjelasan
1 Durasi proyek Tahun 5
2 Jumlah hari kerja / bulan Hari 30
3 Jumlah bulan kerja / tahun Bulan 12
4 Sumber daya Manusia
a. Manajemen
1) Board of Director Pegawai 2 Non Shift
2) Board of Management Pegawai 4 Non Shift
b. Non Manajemen
1) Operators Pegawai 48 Shift 8 jam
2) Non Operators Pegawai 8 Non Shift
5 Biaya Sumber daya
Manusia (termasuk
tunjangan, THR dll.)
a. Manajemen Rp Jt /peg/bln 20 Average
b. Non Manajemen Rp Jt /peg/bln 7 Average
6 Depresiasi Fixed Asset
a. Sewa gedung Bulan 60
b. Mesin kantor Bulan 36
c. Kendaraan kantor Bulan 60
d. Alat kantor Bulan 36
7 Jumlah Transaksi Jual-Beli / hari 94.000
5.3. Komponen Biaya Investasi dan Biaya
Operasional
Biaya terbagi dua yang pertama biaya investasi (capital expenditure) yang meliputi
biaya perijinan, biaya renovasi gedung, pengadaan IT, application sistem dan yang
kedua adalah biaya operasional (yang meliputi biaya SDM, biaya sewa, biaya
depresiasi, biaya jaringan, biaya pemeliharaan dan perbaikan).

42 (1) Biaya investasi (Capital Expenditure)


Biaya investasi meliputi komponen sebagai berikut:
Buku Aspek Kelayakan Pembiayaan Ekonomi Kreatif / BEKRAF

Tabel 4.2. Biaya Investasi


No Investasi Nilai (Rp)
1 Sistem Aplikasi 15.000.000.000
2 Jaringan 3.000.000.000
3 Perijinan 500.000.000
4 Peralatan + Furniture kantor 800.000.000
5 Mesin kantor 400.000.000
6 Kendaraan kantor (2 mobil + 3 sm) 450.000.000
Total 20.150.000.000

Biaya investasi (capital expenditure) untuk pengembangan sistem aplikasi tidak


diperhitungkan dengan asumsi tahun ke 6 akan dikeluarkan beban sebesar
Rp15.000.000.000 untuk pengembangan aplikasi.
(2) Biaya operasional (Operating Expenditure)
Biaya operasional meliputi enam komponen sebagaimana tercantum
dalam tabel dibawah ini

Tabel 4.3. Biaya Operasional


No Beban Operasional (5 tahun) Nilai
1 Biaya SDM 28.676.885.284
2 Biaya Jaringan 33.000.000.000
3 Biaya Sewa 50.000.000.000
43
4 Biaya Promosi & Marketing 5.000.000.000

Buku Aspek Kelayakan Pembiayaan Ekonomi Kreatif / BEKRAF


5 Biaya Pemeliharaan & Perbaikan 2.015.000.000
Total 118.691.885.284

Biaya operasional diasumsikan dengan inflasi 6% per tahun selama 5 tahun.

5.4. Kebutuhan Dana Untuk Investasi dan


Operasional
Untuk membiayai kegiatan investasi (capital expenditure) dan kegiatan operasional
(operating expenditure), perusahaan berbasis aplikasi ini pada umumnya masih
mengandalkan sumber dana dari sisi ekuitas (investor) daripada dana pinjaman
bank (debt). Total sumber dana yang dibutuhkan mencapai Rp138.841.885.284
selama 5 tahun.

Tabel 4.4. Kebutuhan Sumber Dana


Total (Rp)
Capital Expenditure 20.150.000.000,-
Operating Expenditure 118.691.885.284,- (5 tahun)
Total 138.841.885.284,-
5.5. Proyeksi Produksi dan Pendapatan
Produk perusahaan berbasis aplikasi adalah sistem layanan yang dinikmati oleh
kedua client tersebut ketika mereka bertransaksi. Pendapatan diperoleh dari biaya
space bagi penjual yang menawarkan barang/jasa melalui situs milik perusahaan
tersebut.

Tabel 4.5. Proyeksi Pendapatan


No Perhitungan Tahun Ke
0 1 2 3 4 5
44 1 Jumlah Seller 15.000 17.000 19.000 21.000 22.000
2 Jml Tras/Sell/Y 1.825 1.825 1.825 1.825 1.825
Buku Aspek Kelayakan Pembiayaan Ekonomi Kreatif / BEKRAF

3 Jml Transaksi 27.375.000 31.025.000 34.675.000 38.325.000 40.150.000


4 Fee Transaksi 1.000 1.100 1.200 1.200 1.200
5 Jumlah Pend 27.375.000.000 34.127.500.000 41.610.000.000 45.990.000.000 48.180.000.000

Jumlah penjual (seller) meningkat dari 15.000 seller akhir tahun pertama menjadi
22.000 seller akhir tahun kelima dengan perkiraan rata-rata transaksi per seller
per tahun 1.825 transaksi dan fee transaksi Rp1.000 maka total pendapatan akhir
tahun ke 5 adalah Rp48.180.000.000 atau kumulatif Rp197.282.500,000.

Sumber: hitsss.com
5.6. Proyeksi Laba (Rugi) dan Break Event Point
Berikut ini adalah proyeksi laba atau rugi serta Break Event Point (BEP):

Tabel 4.6. Proyeksi Laba (Rugi) dan Break Event Point

45

Buku Aspek Kelayakan Pembiayaan Ekonomi Kreatif / BEKRAF


5.7. Proyeksi Arus Kas dan Kelayakan Proyek
Berikut ini adalah proyeksi arus kas dan kelayakan proyek:

Tabel 4.7. Proyeksi Arus Kas dan Kelayakan Proyek


5.8. Analisis Kelayakan Proyek
Berikut ini adalah analisis kelayakan proyek

Tabel 4.8. Analisis Kelayakan Proyek Metode NPV

Net Present Value pada discount rate 15% adalah Rp 27.826.767.446,-


46
Buku Aspek Kelayakan Pembiayaan Ekonomi Kreatif / BEKRAF

Tabel 4.9. Analisis Kelayakan Proyek Metode IRR

IRR atau discount rate pada NPV = 0 adalah 50,695%


Menggunakan Payback Period diperoleh payback periode pada 2.0688

Sumber: wideinfo.org
47

Buku Aspek Kelayakan Pembiayaan Ekonomi Kreatif / BEKRAF


Sumber: ph.olobahataahu.info

Tabel 4.10. Analisis Kelayakan Proyek Metode Payback Period

Sedangkan menggunakan Present Value Index diperoleh PVI sebesar 2.381

Tabel 4.11. Analisis Kelayakan Proyek Metode Present Value Indekx

Break Event Point terjadi pada tahun ke 2.0688 tahun yaitu pada kuartir pertama
tahun ke 2.
DAMPAK LINGKUNGAN
EKONOMI DAN
ASPEK SOSIAL,
O6
Buku Aspek Kelayakan Pembiayaan Ekonomi Kreatif / BEKRAF

48
Buku Aspek Kelayakan Pembiayaan Ekonomi Kreatif / BEKRAF
49

Sumber: freepik.com
6.1. Aspek Sosial Ekonomi
a. Dampak Industri bagi Masyarakat

Perkembangan industri kreatif terutama industri aplikasi banyak memberi dampak


terhadap aspek sosial ekonomi masyarakat, baik dari sisi masyarakat pengguna jasa
maupun dari sisi industri pengembang tersebut. Berdasarkan masyarakat pengguna,
dampak sosial yang paling terasa menurut responden yang kami teliti adalah
kemudahan bertransaksi melalui e-commerce yang berkembang seperti pada gambar
6.1. Keberadaan industri memberi dampak positif dan sangat berkontribusi pada
pendapatan masyarakat khususnya pelaku e-commerce.

50
Buku Aspek Kelayakan Pembiayaan Ekonomi Kreatif / BEKRAF

Gambar 6.1. Pendapatan E-commerce di Indonesia

Berbagai contoh seperti Bukalapak, MyBlueBird, Traveloka, Gojek, menurut


pendapat masyarakat sangatlah membantu dan menginspirasi untuk memasarkan
produk mereka dengan akses yang mudah dijangkau konsumen maupun calon
konsumen yang ada.

Keberadaan industri sektor aplikasi menyumbang dalam mengurangi angka


pengangguran seperti pada Februari 2017 lalu, data pengangguran tercatat 5,33%
atau 7,01 juta orang. Bila dibandingkan Februari 2016 lalu mencapai 5,50%, maka
data pengangguran terbuka Februari 2017 mengalami penurunan 0,17 persen atau
10.000 orang. Dimana sektor informal termasuk industri sektor aplikasi masih
menjadi primadona dalam menyumbang penurunan angka pengangguran. Pada
Februari 2017, 58,35 persen penduduk bekerja pada kegiatan informal. Persentase
ini naik 0,07 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2016. (bisniskeuangan.
kompas.com)
b. Penyerapan Tenaga Kerja pada Industri

Dengan dukungan kemajuan teknologi, maka industri aplikasi terbukti secara


signifikan meningkatkan penyerapan tenaga kerja. Dari responden pelaku usaha
industri aplikasi, didapatkan data bahwa penyerapan sumber daya manusia terlihat
dari jumlah tenaga kerja yang diserap untuk satu perusahaan saja yang secara formal
bekerja terdapat sekitar 139 orang. Dari jumlah tersebut keseluruhannya adalah
tenaga kerja lokal. Tabel 6.1 berikut adalah salah satu contoh penyerapan tenaga
kerja pada industri yang menjadi responden.

Tabel 6.1. Penyerapan Tenaga Kerja Di Industri 51


No. Uraian Jumlah Keterangan diisi tingkat

Buku Aspek Kelayakan Pembiayaan Ekonomi Kreatif / BEKRAF


pendidikan atau jenis pelatihan
1. Jumlah tenaga kerja keseluruhan 139 S2/S1/D3/SMA
2. Tingkat pendidikan tenaga kerja 2 SMA
4 D3
121 S1
10 S2
3. Jumlah tenaga kerja yang sudah 134
mengikuti pendidikan dan
/atau pelatihan
4. Jumlah tenaga kerja yang sudah 75 certified consultant
memiliki sertifikat kompetensi

Ditinjau dari banyaknya SDM yang dilibatkan pada berbagai level pekerjaan dan
jenjang pendidikan, maka industri ini harus diperhitungkan sebagai alternatif utama
bagi pengembangan SDM dari hulu ke hilir. Keterampilan ataupun keahlian yang
dibutuhkan bermacam-macam, mulai dari yang membutuhkan pendidikan formal
hingga pendidikan khusus dan keterampilan yang beragam.

Peningkatan yang pesat dalam industri aplikasi, otomatis juga membutuhkan banyak
SDM. Jika satu perusahaan saja dapat menyerap hingga 700 orang (seperti salah
satu responden dari perusahaan besar), maka bisa disimpulkan bahwa penyerapan
tenaga kerja di industri aplikasi baik yang terampil maupun tidak terampil cukup
tinggi.
c. Pertumbuhan Keterkaitan Usaha

Pertumbuhan industri aplikasi yang sangat signifikan berpotensi menciptakan,


menumbuhkan, serta memelihara usaha–usaha yang ada kaitannya dengan
penjualan secara online. Beberapa bidang industri lain sangat terpengaruh
oleh keberadaan industri ini. Berbagai industri yang paling terkena dampak
perkembangan aplikasi adalah industri transportasi, makanan minuman, pelatihan,
perangkat, telekomunikasi.

Tabel berikut adalah salah satu contoh penyerapan keahlian yang terkait dengan
industri yang tentu saja akan melibatkan industri lain sebagai penyedia keahlian
yang dibutuhkan.

52
Tabel 6.2. Penyerapan Keahlian Di Industri
Buku Aspek Kelayakan Pembiayaan Ekonomi Kreatif / BEKRAF

No. Jenis ketrampilan Kompetensi yang dibutuhkan


1. Programming Java, HTML, .Net
2. Komunikasi Verbal Kemampuan berbicara dan presentasi
3. Menulis Dokumentasi dan Laporan Kegiatan Kemampuan Bahasa Indonesia dan Inggris,
kemampuan menulis terstruktur
4. Konsultan SAP Software SAP

d. Peluang Ekspor
Karakter produk aplikasi yang mudah didistribusikan via online sangatlah
dipengaruhi oleh penggunaan internet dalam pendistribusian ataupun penggunaan
produk tersebut. Adapun penggunaan internet yang tercermin pada gambar
dibawah ini menggambarkan besarnya potensi pasar bagi pelaku industri aplikasi
khususnya di wilayah Asia Tenggara yang masih terbuka luas.

Gambar 6. 2. Penggunaan internet di Asia Tenggara


Peluang ekspor Indonesia dengan adanya dukungan industri sangatlah terbuka
luas. Hal ini dapat dilihat dari berbagai industri yang sangat terpengaruh oleh
keberadaan aplikasi yaitu transportasi, makanan, minuman, pelatihan, perangkat,
telekomunikasi. Dengan semakin terbukanya akses informasi dan kemudahan
bertransaksi melalui aplikasi online, maka peluang terciptanya pasar ekspor
semakin terbuka. Berbagai produk yang berasal dari produsen lokal dengan
mudah dijangkau oleh pembeli luar negeri sehingga pada akhirnya akan
mendongkrak ekspor produk ke luar negeri.
53
e. Peningkatan Pendapatan Asli Daerah

Buku Aspek Kelayakan Pembiayaan Ekonomi Kreatif / BEKRAF


Keunikan kerajinan tangan, serta produk-produk lokal lain yang dipasarkan
melalui aplikasi, akan mendorong pertumbuhan produk dari berbagai daerah
di Indonesia. Hal ini akan berdampak pada peningkatan pendapatan asli daerah.
Berbagai produk lokal yang ditawarkan melalui aplikasi yang ada, terbukti
meningkat pesat. Dengan demikian maka peluang daerah untuk memperoleh
tambahan pendapatan dari berbabai produk asli daerah akan semakin baik.

6.2. Dampak Lingkungan


Industri aplikasi merupakan media bagi industri lain untuk memasarkan produk
mereka. Dari sisi masyarakat pengguna aplikasi maupun dari sisi usaha aplikasi,
secara umum tidak terdapat dampak negatif bagi lingkungan. Berdasarkan hasil
wawancara yang dilakukan, dampak lingkungan dari keberadaan industri aplikasi
lebih pada dampak positif seperti pengurangan kemacetan dan pengurangan
pemakaian bahan bakar kendaraan. Hal ini disebabkan dengan adanya aplikasi
online, maka masyarakat yang akan berbelanja barang tidak lagi perlu keluar rumah
sehingga cukup menghemat bahan bakar dan tidak menimbulkan kemacetan.
Sumber: freepik.com
Buku Aspek Kelayakan Pembiayaan Ekonomi Kreatif / BEKRAF

54
Buku Aspek Kelayakan Pembiayaan Ekonomi Kreatif / BEKRAF
55

Penutup
07
7.1 Kesimpulan
Hasil kajian ini memperlihatkan bahwa potensi pengembangan usaha sistem aplikasi
ini sangatlah besar berkaitan dengan peningkatan penggunaan internet sebagai media
bisnis di seluruh dunia. Permintaan pasar baik dari pasar domestik maupun luar negeri
terbuka lebar dikarenakan karakter produk usaha aplikasi ini yang mudah di delivery
kepada konsumennya.

Kajian terhadap aspek teknologi dan produksi menunjukkan bahwa secara teknologi
membutuhkan teknologi informasi dan komputerisasi yang mumpuni untuk berhasil
dalam usaha aplikasi ini. Selain itu faktor sumber daya manusia sebagai faktor utama
penggerak dari teknologi dan produksi ini masihlah sangat terbatas secara kuantitas
maupun kualitasnya, sehingga terkadang menjadi kendala bagi pengembangan sistem
dalam mencari sumber daya manusia yang tepat. Inovasi usaha disertai keahlian teknis
56 sistem komputerisasi penunjang sangatlah penting dalam usaha aplikasi ini.
Buku Aspek Kelayakan Pembiayaan Ekonomi Kreatif / BEKRAF

Secara keuangan, sektor usaha aplikasi ini lebih banyak bergantung pembiayaannya
secara pribadi/individu pendiri usaha serta pada angel investor. Pemberian kredit
modal kerja telah diberikan pada usaha aplikasi berbasis pesanan yang produknya
berupa sistem operasional perusahaan dengan konsumen korporasi dengan kriteria
telah berdiri lebih dari tiga tahun serta memiliki track record keuangan yang sesuai
menurut bank pemberi modal kerja. Prinsip keuangan yang tepat untuk pembiayaan
perusahaan aplikasi selain pesanan adalah venture capital, crowd funding serta bank
syariah menggunakan pembiayaan dengan akad musyarakah untuk pembiayaan modal
kerja, akad murabahah untuk pembiayaan investasi dan qard untuk modal kerja bagi
perusahaan berbasis cloud.

Usaha aplikasi ini memberikan dampak terhadap aspek sosial ekonomi dengan
membuka banyak sektor lapangan kerja serta membuka akses pemasaran bagi bisnis-
bisnis pemula maupun individu. Pergeseran bisnis tradisional menjadi bisnis online
merupakan bukti dari dampak aspek sosial dan ekonomi yang ditimbulkan dari usaha
aplikasi. Sedangkan dari aspek lingkungan, usaha aplikasi ini membantu mengurangi
kemacetan dengan mengurangi jumlah pembeli yang tadinya mengeluarkan kendaraan
untuk berbelanja cukup dari rumah mereka untuk melakukan transaksi secara online
dan menunggu pesanannya dikirim.

Adapun kunci sukses perusahaan aplikasi sebagai berikut:


a. Memperbesar kapasitas penjualan
b. Mencapai market outreach contoh sederhananya adalah Samsung unggul dibanyak
negara tapi tidak dapat masuk ke China dan Jepang
c. Kemasan/packaging seperti fitur produk harus menarik, harus ada branding
(meskipun mengeluarkan banyak dana untuk konsultan dan kegiatan marketing)
d. Mengontrol distribusi. Khusus perusahan aplikasi berbasis Cloud harus lebih
memperhatikan security (keamanan dalam bertransaksi secara online) dan time to
market (waktu yang tepat untuk meluncurkan produk sesuai kebutuhan pasar)
sehingga perlu inovasi berkelanjutan.
Secara umum pemetaan pembiayaan perusahaan aplikasi dapat dilihat pada Tabel
7.1 berikut:

Tabel 7.1 Pemetaan Pembiayaan Perusahaan Aplikasi


No Kriteria Aplikasi Pesanan Aplikasi COTS Aplikasi Cloud
1. Revenue Berdasarkan Berdasarkan Berdasarkan biaya
kontrak kerja penjualan dan penggunaan dari
modifikasi fitur pengguna aplikasi
sesuai kebutuhan dan iklan berbayar
2. Critical point Tidak ada Pascaproduksi Pascaproduksi
khususnya aspek khususnya aspek
promosi promosi 57
3. Mitigasi risiko Tidak ada risiko a. Mempertahankan Investor bersedia

Buku Aspek Kelayakan Pembiayaan Ekonomi Kreatif / BEKRAF


kualitas dan inovasi untuk memberikan
serta pelayanan uang berlebih (cash
kepada pelanggan burn) sehingga
b. Menerapakan semua pengeluaran
strategi salah satu dapat tertutupi
contohnya word
of mouth
4. Key success a. Memperbesar a. Memperbesar a. Memperbesar
factor kapasitas penjualan kapasitas penjualan kapasitas
b. Mencapai market b. Mencapai market penjualan
outreach outreach b. Mencapai market
c. Fitur sesuai dengan c. Fitur produk harus outreach
kebutuhan konsumen menarik, harus c. Fitur produk
ada branding harus menarik,
d. Mengontrol harus ada branding
distribusi d. Mengontrol
distribusi, khususnya
pada security dan
time to market
5. Kelayakan Layak di biayai oleh Layak di biayai oleh Layak di biayai
pembiayaan pembiayaan pribadi pembiayaan pribadi oleh pembiayaan
dan kredit modal dan perbankan pribadi dan angel
kerja perbankan syariah dengan akad investor, perbankan
musyarakah dan syariah dengan
murabahah, akad qard
crowd funding,
modal ventura
7.2 Saran
7.2.1 Saran bagi Pemerintah
Pengembangan usaha aplikasi perlu didukung oleh regulasi pemerintah melalui
penerapan regulasi penyaluran dana corporate social responbility (CSR) dari
sektor industri lain bagi pelaku usaha aplikasi. Hal ini pun didukung oleh institusi
pendidikan sebagai penyedia fasilitas/sarana serta tenaga ahli maupun praktisi.
Negara Singapura dan USA telah menerapkan hal tersebut dan menghasilkan
kawasan Silicon Valley di Amerika serta National University of Singapore yang
telah memiliki fasilitas dan sarana pendukung usaha aplikasi yang dibiayai oleh
sektor swasta dan pemerintah melalui regulasi pemerintah.

58 Usaha di bidang aplikasi saat ini sudah dibiayai perbankan terutama kepada yang
berbasis pesanan. Untuk usaha aplikasi yang berbasis COTS mengandung risiko
Buku Aspek Kelayakan Pembiayaan Ekonomi Kreatif / BEKRAF

lebih tinggi dibandingkan aplikasi berdasarkan pesanan, namun potensi pasarnya


jauh lebih besar. Oleh karena itu Otoritas Jasa Keuangan (OJK) diharapkan
membuat ketentuan mengenai pembiayaan yang lebih fleksibel melalui skema
keuangan syariah, bagi usaha tersebut di atas yang termasuk ke dalam kategori
UMKM. Regulasi yang fleksibel ini sebagai langkah awal dapat diterapkan pada
perbankan syariah dengan mengembangkan akad-akad seperti musyarakah,
murabahah dan qard yang mensyaratkan tanpa adanya jaminan.

Untuk skema konvensional, usaha aplikasi yang masih dalam skala mikro atau
kecil, sebaiknya bisa dimasukkan ke dalam skema Kredit Usaha Rakyat (KUR)
agar dapat berkembang.

Sumber: venturebeat.com
59

Buku Aspek Kelayakan Pembiayaan Ekonomi Kreatif / BEKRAF


Sumber: glassdoor.com

7.2.2 Saran bagi Perbankan


Peran perbankan diharapkan tidak hanya melalui pembiayaan modal kerja saja
tetapi juga kredit investasi bagi usaha aplikasi dengan mempertimbangkan track
record pemilik usaha minimal tiga tahun memiliki profit dengan pemberian
pinjaman bunga lunak sehingga dapat mendorong para start up untuk berkembang.
Perbankan juga sebaiknya bekerja sama dengan Asosiasi Industri Aplikasi
mengadakan pelatihan pembuatan laporan keuangan yang dapat diterima atau
sesuai standar pengajuan kredit perbankan.

Sebagai langkah awal, perbankan dapat mendukung industri aplikasi khususnya


berbasis cloud dengan memfasilitasi kegiatan transaksi keuangan dalam penggunaan
dalam sistem aplikasi tersebut. Salah contoh pada bank CIMB Niaga yang telah
memfasilitasi transaksi keuangan seperti cash management, payroll dan payment
di PT. Gojek Indonesia. Hal ini berdampak positif pada bank tersebut dengan
semakin besarnya kegiatan transaksi yang terjadi sehingga ada kemungkinan di
masa yang akan datang, bank akan memberikan pembiayaan pada perusahaan
aplikasi berbasis cloud.

7.2.3 Saran bagi Pelaku Industri Aplikasi


Pelaku industri aplikasi sebaiknya menyusun perencanaan keuangan yang baik
sejak usaha aplikasi dimulai serta melakukan pencatatan keuangan secara
berkelanjutan agar dapat diajukan sebagai pembiayaan kredit modal kerja bagi
pelaku industri aplikasi.
Lampiran

60
Buku Aspek Kelayakan Pembiayaan Ekonomi Kreatif / BEKRAF

Ruang Divisi Enginer


Sumber: komunitas.bukalapak.com

Ruang Divisi Marketing


Sumber: komunitas.bukalapak.com
61

Buku Aspek Kelayakan Pembiayaan Ekonomi Kreatif / BEKRAF


Ruang Divisi Customer Support
Sumber: komunitas.bukalapak.com

Main Hall
Sumber: komunitas.bukalapak.com
Lampiran

62
Buku Aspek Kelayakan Pembiayaan Ekonomi Kreatif / BEKRAF

Ruang Divisi Marketing


Sumber: komunitas.bukalapak.com

Ruang Meeting
Sumber: Facebook Bayu Syerli
63

Buku Aspek Kelayakan Pembiayaan Ekonomi Kreatif / BEKRAF


Ruang Meeting Utama Kantor Bukalapak
Sumber: Facebook Bayu Syerli

Ruang Meeting Utama Kantor Perdana Consulting


Sumber:Tim Aplikasi
daftar Reverensi
Wawancara dengan Bapak Riyanto Gozali CEO Perdana Consulting
Wawancara dengan Bapak Dirgantoro Tardmizi CEO Secure Technology Indonesia
Wawancara dengan jajaran manajemen www.bukalapak.com
Wawancara dengan Bapak Yudy Yunardy, konsultan sistem aplikasi perbankan dan industry

64 Wawancara dengan Bapak Ronald Waas, Komisioner Gojek.


Hasil diskusi ILUNI FEBUI dalam diskusi “Meet The Tech-onomist” pada 17 November 2017
Buku Aspek Kelayakan Pembiayaan Ekonomi Kreatif / BEKRAF

https://wearesocial/.com/special-reports/digital-southeast-asia-2017
https://www.slideshare.net/mobile/economySEA/economy-sea-by-google-and-temasek
http://www/slideshare.net/akashsaini8/1-2-project-management?from_m_app=android
Sumber foto cover: www.freepik.com/photos-images
Kelayakan Pembiayaan
Sub Sektor Industri APlikasi
Ekonomi Kreatif
Buku Aspek

2017

Indonesia
Ekonomi
Kreatif
Badan
B u k u A s p e k K e l a y a k a n P e m b i a y aa n E k o n o m i K r e a t i f / S u b s e k t o r I n d u s t r i A p l i k a s i 2017

Anda mungkin juga menyukai