DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4
KEMENTRIAN KESEHATAN RI
i
POLTEKKES KEMENKES PONTIANAK
2020
ii
VISI MISI JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PONTIANAK
VISI
MISI
ii
LEMBAR PENGESAHAN
MAKALAH GADAR 1
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGUAN SISTEM
KARDIOVASKULER
Telah mendapat persetujuan dari Dosen Penanggung Jawab mata kuliah Askep
Gadar II.
Telah disetujui pada :
Hari :
Tanggal :
Mengetahui,
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
selesainya makalah yang berjudul “Alat Bantu Pernapasan”. Selama pembuatan
makalah pun kami juga mendapat banyak dukungan dan juga bantuan dari
berbagai pihak, maka dari itu kami haturkan banyak terima kasih kepada :
Penyusun
Kelompok 4
iv
DAFTAR ISI
v
f) PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK.........................................................................25
g) TATALAKSANA FIBRILASI VENTRIKEL............................................................25
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN VENTRIKEL FIBRILASI.............................................27
A. PENGKAJIAN.........................................................................................................27
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN (NANDA)...................................................................29
C. PERENCANAAN KEPERAWATAN (NOC).................................................................29
C. PULSELESS ELECTRICAL ACTIVITY (PEA)....................................................................32
a) DEFINISI........................................................................................................32
b) TATALAKSANA PULSELESS ELECTRICAL ACTIVITY (PEA)................................34
c) DIAGNOSIS PULSELESS ELECTRICAL ACTIVITY (PEA).....................................35
D. GANGGUAN IRAMA JANTUNG (ARRHYTHMIA)........................................................36
a) PENGERTIAN ARITMIA..................................................................................36
b) ETIOLOGI......................................................................................................37
c) PENYEBAB ARITMIA......................................................................................37
d) MANIFESTASI KLINIS.....................................................................................38
e) PATOFISIOLOGI.............................................................................................39
f) PEMERIKSAAN PENUNJANG.........................................................................39
g) PENATALAKSANAAN MEDIS.........................................................................40
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN ARITMIA................................................................41
A. PENGKAJIAN.........................................................................................................41
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI......................................................42
C. CONTOH ARITMIA EKG DENGAN KRITERIANYA....................................................45
E. ASISTOL....................................................................................................................47
a) PENGERTIAN ASISTOL...................................................................................47
b) MACAM-MACAM ASISTOL :..........................................................................48
c) KOMPLIKASI..................................................................................................49
BAB III..........................................................................................................................49
PENUTUP.....................................................................................................................49
A. KESIMPULAN........................................................................................................49
B. SARAN..................................................................................................................49
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................51
vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
1
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. VENTRIKEL TAKIKARDI
a) DEFINISI
b) KLASIFIKASI
2
b. Polimorfik
VT yang memiliki kompleks QRS yang bervariasi (berubah) dan
menunjukkan adanya depolarisasi yang berubah dari beberapa tempat.
Pada umumnya disebabkan oleh infark miokard. Bila VT berlangsung
lebih dari 30 detik disebut sustained dan sebaliknya bila kurang dari 30
detik disebut non sustained (Sudoyo, A.W. et al,2012)
3
atau henti jantung. Arrhytmogenic right ventricular dysplasia
(ARVD) yang terdapat infiltrasi lemak dan jaringan paru pada
miokard ventrikel kanan. Karakteristiknya adalah kompleks
QRS dengan morfologi blok berkas. Tatalaksan jenis VT ini
adalah ICD (implantable cardioverter defibrilator) yang efektif
mencegah kematian jantung mendadak
e) VT ischemia disebabkan oleh penyakit jantung koroner seperti
infark miokard akut (Boru,C.Y. 2011).
c) ETIOLOGI
d) MANIFESTASI KLINIS
4
3) Penurunan nadi yang di sebabkan oleh denyut jantung tidak
memadai
4) Penurunan pernapasan
5) Pusing di sebabkan oksigenasi menurun dalam darah
6) Ketidak sadaran
7) Apnea
8) Nyeri dada (Muttaqin, A. 2012).
e) PATOFISIOLOGI
5
IMA dan kardiomiopati dilatasi yang terbentuk akibat infark
miokard yang berbatasan dengan jaringan sehat menjadi keadaan yang
ideal untuk terbentuknya sirkui reentry. Bila sirkui ini sudah
terbentukmaka eritmia ventrikel reentrant dapat timbul setiap saat dan
menyebabkan kematian mendadak.
PATHWAY
6
f) PEMERIKSAAN PENUNJANG
g) KOMPLIKASI
1) VF (Ventrikel Fibrilasi)
2) Gagal jantung
7
3) Kematian mendadak
4) Terbentuknya trombo-emboli yang dapat menyebabkan stroke dan
gangguan pada pembuluh darah lainnya (Zagoto, R.R. 2012).
h) PENATALAKSANAAN
1. Farmakologi
1) Amiodaron
Amiodaran adalah obat anti-arrhythmic yang mempengaruhi
irama detak jantung. Amiodarone digunakan untuk membantu
menjaga jantung berdetak dengan normal pada orang yang
memiliki gangguan irama jantung tertentu pada bilik
jantungnya (bilik jantung yang lebih kecil yang membiarkan
darah mengalir keluar jantung).
2) Epinephrine
Epinephrine adalah obat yang digunakan untuk penyuntikan
pembuluh darah dalam pengobatan hipersensitivitas akut. Aksi
epinephrine menyerupai pengaruh stimulasi syaraf adrenergic.
3) Lidocaine
Lidocaine adalah anastesi lokal jenis amide dan umumnya
digunakan sebagai anti-arrhythmic yang menggunakan
pengaruhnya pada axon syaraf sodium channels, untuk
mencegah depolarisasi
2. Non farmakologi
1. RJP (resusitasi jantung paru) adalah tindakan yang di lakukan
untuk mengatasi henti nafas dan henti jantung.
2. Disinkronisasi kardioversi/ Defibrilasi, terapi dengan memberikan
aliran listrik ke jantung pasien dengan tujuan koordinasi listrik
jantung dan mekanisme pemompaan di tunjukan dengan
membaiknya cardiak output, perfusi jaringan dan oksigenasi.
8
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN VENTRIKEL TAKIKARDI
A. PENGKAJIAN
a. Identitas
Ventrikel takikardi dapat ditemukan pada pasien segala usia serta
meningkat pada usia > 60 tahun serta paling sering di jumpai pada
pasien dengan IMA (Bakta, I.M, dan Suastika, I.K. 2013)
b. Keluhan Utama
Keluhan utama yang biasa dirasakan oleh pasien ventricular
tachycardia adalah Jantung berdebar - debar. Dalam mendapatkan
anamnesis dari pasien yang kolaps, penting untuk menentukan adakah
kehilangan kesadaran atau tidak (Boru, C.Y., 2011)
c. Riwayat Penyakit
1) Riwayat penyakit sekarang
Pasien yang mengalami ventrikel takikardi akan mengalami palpitasi,
denyut jantung keras, denyut jantung berhenti, pukulan di daerah
dada, dada bergetar, denyut jantung cepat, serta denyut jantung tidak
teratur. Keluhan penyakit dasar seperti payah jantung yang
memburuk, angina pektoris, dan lain-lain (Bakta, I.M, dan Suastika,
I.K. 2014).
2) Riwayat penyakit dahulu
Penderita IMA bisa terserang ventrikel takikardi (Boru, C.Y., 2011).
3) Riwayat penyakit keluarga
Riwayat kematian mendadak di keluarga bisa menunjukkan adanya
sindrom QT panjang atau kardiomiopati turunan (Boru, C.Y., 2011).
4) Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : kelelahan umum
9
2. Sirkulasi : perubahan TD hipertensi atau hipotensi, nadi tidak
teratur, devisit nadi,bunyi jantung irama tidak teratur, bunyi
eksterna.
3. Integritas ego : perasaan gugup, perasaan, terancam, cemas
4. Makanan dan cairan : hilang nafsu makan atau anoreksia
5. Neurosensori : pusing, berdenyut, disorientasi, bingung,
perubahan pupil
5) Pemeriksaan Head To Toe
1. Kepala :
inspeksi : simetris, kulit kepala bersih, tidak ada lesi, penyebaran
rambut rata
Palpasi : tidak terdapat benjolan
2. Wajah
Inspeksi : warna kulit wajah pucat, struktur wajah simetris, tidak
sembab
Palpasi : tidak terdapat benjolan
3. Mata
Inspeksi : kelopak mata simetris, konjungtiva anemis, pupil isokor,
sclera tidak ikterik
Palpasi : tidak terdapat benjolan
4. Hidung
Inspeksi : lubang kanan dan kiri simetris, tidak ada
deformitas, tidak ada secret, tidak ada edema, pernapasan cuping
hidung, tidak terdapat nyeri tekan
Palpasi : tidak ada polip, tidak ada benjolan
5. Telinga
Inspeksi : bentuk telinga kanan dan kiri simetris, telinga bersih,
tidak ada abses
Palpasi : tidak ada benjolan maupun nyeri tekan
6. Rongga mulut
10
Inspeksi : lidah bersih, tidak ada plak, tidak ada stomatitis, gigi
rapi, gusi merah muda, tidak ada abses, bibir simetris, tidak ada
nyeri telan, tidak ada caries dentis
Palpasi : tidak ada benjolan maupun nyeri tekan
7. Leher
Inspeksi : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar limfe,
tidak ada kaku kuduk, tidak ada deviasi
Palpasi : trakea teraba di tengah, tidak ada benjolan
8. Thoraks
9. Abdomen
10.Gebetalia
11.Ekstermitas
6) Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk membantu
menegakkan diagnosis dari ventrikel takikardia adalah:
1. EKG dengan gambaran sebagai berikut:
Site of Origin : satu atau lebih fokus ektopik di ventrikel
Frekuensi : biasanya 140-250 bpm
Irama : biasanya reguler
Gelombang P: tidak ada
Kompleks QRS : bentuk aneh dan ukuran sama, melebar atau
>0,12 detik
Gelombang T : tidak ada
Kejadian : tiga atau lebih PVC yang berjajar dalam satu baris ,
timbul mendadak
11
Troponin T : spesifik untuk kerusakan otot jantung, dapat dideteksi
3-4 jam pasca infark
LDH : dapat dideteksi 24-48 jam pasca infark, mencapai
puncaknya setelah 3-6 hari, normal setelah mencapai 8-14 hari.
3. Chest x-ray : untuk menunjukan pembesaran bayangan jantung
sehubungan dengan disfungsi ventrikel atau katup
4. Drug Screen : menilai adanya keracunan obat digitalis atau
quinidine
5. Elektrolit : peningkatan atau penurunan kalsium kadar kalsium dan/
atau kalsium dapat menyebabkan gangguan irama jantung
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Penurunan curah jantung b/d perubahan frekuensi, irama dan
konduksi elektrikal
2. Pola napas tidak efektif b/d vasokontriksi saluran napas
3. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b/d suplai oksigen ke
jaringan menurun
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
No. Diagnose NOC NIC
12
sebagai berikut : sebagai mana
mestinya
Label NOC:
3. Catat tanda dan
Status Sirkulasi
gejala penurunan
Indicator:
curah jantung
1. Tekanan darah
sistol (5)
2. Tekanan darah 4. Monitor status
distol (5) pernafasan
3. Tekanan nadi (5) terkait
4. Saturasi Oksigen dengan adanya
(5) gejala gagal
5. Sianosis (5) jantung
6. Capilarry refill 5. Monitor sesak
(5) nafas dan
kelelahan
6. Monitor
keseimbangan
7. cairan
8. Evaluasi
perubahan
9. tekanan darah
13
aktifitas pasien
yang tidak
membahayakan
curah jantung atau
11. memprovokasi
serangan jantung
14
dada
Pengaturan
Hemodinamik
1. Monitor curah
jantung, indeks
kardiak dan indeks
kerja stroke
ventikuler yang
sesuai
3. Tinggikan kepala
15
tempat tidur
4. Tinggikan kaki
tempat tidur
5. Berkolaborasi
dengan dokter,
sesuai indikasi.
sebagai berikut :
3. Monitor pola nafas
4. Berikan bantuan
Label NOC :
terapi nafas jika
Status Pernafasan : diperlukan
Ventilasi Indikator :
16
(5) 1. Monitor status
3. Retraksi dinding pernafasan dan
dada (5) oksigenasi
4. Penggunaan otot 2. Posisikan pasien
bantu bernafas untuk
(5) memaksimalkan
5. Pernafasan ventilasi
cuping hidung
(5)
6. Suara nafas 3. Identifikasi
tambahan (5) kebutuhan aktual/
potensial untuk
memasukkan alat
membuka jalan
nafas
4. Lakukan
fisioterapi dada
sebagaimana
mestinya
5. Posisikan untuk
meringankan sesak
nafas
6. Auskultasi suara
nafas, catat area
yang ventilasinya
17
menurun atau tidak
adanya suara
tambahan
7. Edukasi keluarga
klien tentang
keadaan klien
8. Kolaborasi dengan
tim dokter data
pemberian obat
sebagai berikut :
4. Jelaskan tujuan
keperawatan
Label NOC :
18
1. Suhu kulit ujung 6. dengan
kaki dan tangan memberikan
(5) informasi yang
2. Tekanan darah akurat dan
sistolik (5) memperbaiki
3. Tekanan darah setiap
distolik (5) kesalahfahaman
4. Edema Perifer
(5)
5. Muka Pucat (5) 7. Lakukan auskultasi
6. Kelemahan Otot pada jantung
(5)
9. Monitor curah
jantung, indeks
kardiak, dan
indeks kerja stroke
ventrikuler yang
sesuai
19
11. Tinggian kepala
tempat tidur
15. Berkolaborasi
dengan dokter
sesuai dengan
indikasi
20
Manajemen syok
jantung
3. Berikan oksigen
sesuai kebutuhan
4. Monitor adanya
ketidakadekuatan
perfusi arteri
koroner
(perubahan ST
dalam EKG,
peningkatan enzim
jantung) sesuai
kebutuhan
21
5. Tingkatan perfusi
jaringan yang
adekuat ( dengan
resusitasi cairan
dan atau fasopresor
untuk
memepertahankan
tekanan rta rata
arteri (MAP)> 60
mmHg) sesuai
kebutuhan
B. VENTRIKULAR FIBRILLATION
a) PENGERTIAN VENTRIKULAR FIBRATION
22
organ-organ tubuh akan terhenti. Kondisi ini merupakan kondisi darurat
yang harus segera mendapatkan penanganan, karena dapat menimbulkan
kematian hanya dalam waktu beberapa menit.
Fibrilasi ventrikel adalah denyutan ventrikel yang cepat dan tidak
efektif. Pada disritmia inidenyut jantung tidak terdengar dan tidak teraba
dan tidak ada respirasi. Ventrikel vibrilasimerupakan kejadian preterminal.
Vibrilasi ini hampir selalu tampak pada jantung yang sekarat.Fibrilasi ini
adalah aritmia yang paling sering ditemukan pada orang dewasa yang
mengalamikematian mendadak. Pada fibrilasi ventrikel polanya sangat
irregular dan dapat dibedakan dengan disritmia tipelainnya. Karena tidak
ada koordinasi aktifitas jantung, maka dapat terjadi henti jantung
dankematian bila fibrilasi ventrikel tidak dikoreksi.Gambaran EKG
Ventrikel Vibrilasi ada dua macam, yaitu vibrilasi ventrikel kasar yang
memilikirekaman EKG menyentak-nyentak secara pasmodic; dan vibrilasi
ventrikel halus yang rekaman EKGnya berombak halus.Seperti pada asitol,
kehilangan kesadaran terjadi dalam beberapa detik pada kondisi
fibrilasiventrikel. Pasien mengalami pelemahan jantung dan tidak ada
curah jantung. Fibrilasi ventrikeladalah paling umum menyebabkan
kematian tiba-tiba dan fatal apabila resusitasi tidak dilakukandengan
segera.Vibrilasi ventrikel mempunyai karakter sebagai berikut :
a. Irama : Tidak teratur
b. Frekuensi : Lebih dari 350x/menit sehingga tidak dapat dihitung
c. Gelombang P : Tidak ada
d. Interval PR : Tidak ada
e. Gelombang QRS : Lebar dan tidak teratur
23
i) ETIOLOGI
j) PATOFISIOLOGI
24
mungkin sulit dibedakan dengan asistol.Aritmia ini dipertahankan oleh
adanya jalur masuk yang berulang-ulang karena bagian dari otot jantung
mengalami depolarisasi secara konstan. Fibrilasi ventrikel dimulai ketika
daerah pada miokard memiliki bagian refraksi dan bagian konduksi pada
jalur masuk.Adanya kombinasi ini menghasilkan irama sendiri.
Fibrilasi ventrikel terjadi pada situasi klinis yang bervariasi, namun
lebih sering dihubungkan dengan penyakit jantung koroner (PJK) dan
sebagai kondisi terminal.Fibrilasi ventrikel dapat disebabkan oleh iskemia
atau infark miokard akut (merefleksikan instabilitas elektrik yang
disebabkan oleh ketidakseimbangan biokimiawi pada miokard), dan atau
dapat pula disebabkan oleh skar infark yang kronik.Takikardia Ventrikel
monomorfik dan polimorfik dapat memburuk menjadi fibrilasi ventrikel
yang menyebabkan kematian.Namun di luar konteks iskemia miokard
akut, fibrilasi ventrikel lebih jarang terjadi dibandingkan dengan Takikardi
ventrikel sebagai kejadian primer.
Fibrilasi ventrikel kemungkinan merupakan aritmia dasar pada
mayoritas pasien dengan kematian jantung mendadak.Akumulasi kalsium
intraseluler, aktivitas radikal bebas, gangguan metabolik, dan modulasi
autonom memiliki pengaruh yang besar pada perkembangan fibrilasi
ventrikel pada iskemik.Terdapat 3 jenis sel dalam jantung yang berperan
dalam proses impuls normal di dalam jantung, yaitu:
1) Sel perintis (pacemaker cells) Sumber daya listrik jantung.
Nodus sino- atrial (SA) adalah pacemaker jantung.Ia terletak di
atas krista terminalis, dibawah pembukaan vena cava superior di
dalam atrium kanan
2) Sel konduksi listrik Kabel jantung.
Impuls yang dihasilkan oleh nodus SA diantar melalui otot-otot
atrial untuk menyebabkan sinkronisasi kontraksi atrial.Impuls tiba
ke nodus atrioventrikular (AV) yang terletak di septum interatrial
dibawah pembukaan sinus koronaria. Dari sini impuls diantar ke
ventrikel melalui serabut atrioventrikular (His) yang turun ke
25
dalam septum interventrikular. Serabut His terbagi menjadi 2
cabang kanan dan kiri yang menghantar serabut Purkinje untuk
tetap didalam subendokardium dari ventrikel.Posisi serabut
Purkinje menentukan kontraksi ventrikel yang hampir sinkron.
3) Sel miokardium Mesin kontraksi jantung.
Jika sebuah gelombang depolarisasi mencapai sebuah sel jantung,
kalsium akan dilepaskan ke dalam sel sehingga sel tersebut
berkontraksi. Sel jantung memiliki banyak sekali protein
kontraktil, yaitu aktin dan miosin.
Manifestasi klinis dari ventrikel fibrilasi adalah henti nafas dan henti
jantung, dimana pada kondisi ini jantung hanya bergetar saja tidak mampu
berkerja sebagai pompa, berarti terjadi kematian klinis yang dapat
berlanjut menjadi kematian biologis.Penderita biasanya sudah tidak sadar
dan tidak ada respon saat dicek kesadarannya.
Kondisi di mana ruang bawah jantung berdetak terlalu cepat dapat
menyebabkan fibrilasi ventrikel. Tanda-tanda dan gejala awalnya,
meliputi:
1) Nyeri dada
2) Denyut jantung cepat (takikardia)
3) Pusing
4) Mual
5) Sesak napas
6) Hilangnya kesadaran
l) KOMPLIKASI VENTRIKEL FIBRILASI
1. Kerusakan otak
26
2. Kulit terbakar akibat prosedur kejut jantung
m) PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
27
monofasik atau 120-200 Joule gelombang bifasik. Setelah
dilakukan defibrilasi. Segera lakukan kembali RJP sebanyak 5
siklus pada pasien.
2) RJP (30 kompresi dada : 2 ventilasi) dilakukan jika pada pasien
belum dipasang advance airway (ETT). Jika pada pasien telah
terpasang advance airway, berikan venyilasi 8-10 kali/menit sambil
terus melakukan kompresi dada 100 kali/menit.
3) RJP terus dilakukan selama resusitasi, kecuali pada waktu analisis
irama jantung, defibrilasi, dan penilaian sirkulasi. Setelah 5 siklus
RJP, cek irama jantung pasien sesuai monitor (shockable atau tidak
shockable), selanjutnya tatalaksana sesuai temuan.
28
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN VENTRIKEL FIBRILASI
A. PENGKAJIAN
1. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat penyakit sekarang
2) Riwayat penyakit dahulu
Riwayat penyakit terdahulu yang pernah diderita klien, seperti penyakit jantung
rematik, penyakit jantung koroner, hipertensi, dan trauma.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat kesehatan keluarga yang berhubungan dengan penyakit jantung atau
jenis penyakit kardiovaskuler lainnya.
2. Pengkajian: Pola Gordon, NANDA
1) Pola Persepsi Kesehatan
Pasien datang ke rumah sakit dengan kegawat daruratan mengenai penyakit
jantung.Tingkat kesadaran pasien menurun.
2) Pola Nutrisi dan Cairan
Gejala : Hilang nafsu makan, tidak toleran terhadap makanan, mual, muntah,
penurunan berat badan
Tanda : edema, penurunan berat badan,perubahan turgor
3) Pola Eleminasi
4) Pola Aktivitas atau Latihan
Gejala : lemah, lelah, penurunan kesadaran
Tanda : perubahan frekuensi jantung saat beraktivitas
5) Pola Tidur atau Istirahat
Gejala : lemah, lelah, penurunan kesadaran, cemas
Tanda : perubahan frekuensi jantung/TD
6) Pola Kognitif atau Perseptual
Gejala : nyeri dada, cemas
Tanda : kejang, penurunan tingkat kesadaran, sesak, disorientasi, bingung,
kehilangan memori, perubahan pola bicara/kesadaran, pingsan,
koma.gelisah,
29
7) Pola Persepsi Diri
Gejala : cemas, bingung, merasa tidak berday
Tanda : penurunan tingkat kesadaran
8) Pola Peran dan Hubungan
Keluarga menemani pasien atau tidak dapat mempengaruhi status kesehatan
pasien
9) Pola Seksualitas atau Reproduksi
10) Pola Koping atau Toleransi Stres
Gejala : bingung, lelah, lemah, gugup, takut akan kematian
Tanda : Cemas, takut, menolak, gelisah
11) Pola Nilai dan Kepercayaan
Nilai spiritual dan kepercayaan pasien terhadap Tuhan yang tinggi dapat
meningkatkan status kesehatan pasien
3. Pemeriksaan Fisik
Mata : konjungtiva, sclera
Leher : JVP, bising arteri karotis
Paru :- bentuk dada
-pergerakan dada
-asimetris dada
30
Abdomen : acites, bising usus
Vibrilasi ventrikel dapat terjadi pada kondisi iskemia dan infark miokard,
manipulasi kateter pada ventrikel, gangguan karena kontak dengan listrik,
pemanjangan interval QT, atau sebagai irama akhir pada pasien dengan
kegagalan sirkulasi, atau pada kejadian takikardi ventrikel yang
memburuk. Penyebab yang paling umum dari fibrilasi ventrikel adalah
heart attack, akan tetapi fibrilasi ventrikel dapat terjadi ketika jantung tidak
memperoleh oksigen yang cukup, atau orang tersebut memiliki penyakit
jantung yang lain. Fibrilasi ventrikel dapat disebabkan antara lain:
Gangguan jantung struktural, Gangguan jantung nonstructural, Noncardiac
respiratory, Gangguan elektrolit dan asidosis, Neurologik.
31
-Cardiac pump effectiveness
-Circulation status
-Vital sign status
Kriteria hasil:
1. Circulation status
2. Tissue perfusion: cerebral
Kriteria hasil:
32
Memproses informasi
Membuat keputusan dengan benar
1. Pain level
2. Pain control
3. Comfort level
Kriteria hasil:
33
C. PULSELESS ELECTRICAL ACTIVITY (PEA)
a) DEFINISI
34
B. Proses terjadinya cardiac arrest
Kebanyakan korban henti jantung diakibatkan oleh timbulnya aritmia:
fibrilasi ventrikel (VF), takhikardi ventrikel (VT), aktifitas listrik tanpa
nadi (PEA), dan asistol (Diklat Ambulans Gawat Darurat 118, 2010).
a. Fibrilasi ventrikel
Merupakan kasus terbanyak yang sering menimbulkan kematian
mendadak, pada keadaan ini jantung tidak dapat melakukan fungsi
kontraksinya, jantung hanya mampu bergetar saja. Pada kasus ini
tindakan yang harus segera dilakukan adalah CPR dan DC shock
atau defibrilasi.
b. Takhikardi ventrikel
Mekanisme penyebab terjadinyan takhikardi ventrikel biasanya
karena adanya gangguan otomatisasi (pembentukan impuls)
ataupaun akibat adanya gangguan konduksi. Frekuensi nadi yang
cepat akan menyebabkan fase pengisian ventrikel kiri akan
memendek, akibatnya pengisian darah ke ventrikel juga berkurang
sehingga curah jantung akan menurun. VT dengan keadaan
hemodinamik stabil, pemilihan terapi dengan medika mentosa lebih
diutamakan. Pada kasus VTdengan gangguan hemodinamik sampai
terjadi henti jantung (VT tanpa nadi), pemberian terapi defibrilasi
dengan menggunakan DC shock dan CPR adalah pilihan utama.
c. Pulseless Electrical Activity (PEA)
Merupakan keadaan dimana aktifitas listrik jantung tidak
menghasilkan kontraktilitas atau menghasilkan kontraktilitas tetapi
tidak adekuat sehingga tekanan darah tidak dapat diukur dan nadi
tidak teraba. Pada kasus ini CPR adalah tindakan yang harus segera
dilakukan.
d. Asistole
Keadaan ini ditandai dengan tidak terdapatnya aktifitas listrik pada
jantung, dan pada monitor irama yang terbentuk adalah seperti garis
35
lurus. Pada kondisi ini tindakan yang harus segera diambil adalah
CPR.
36
pemberian obat-obatan berupa epinefrin dan vasopressin serta identifikasi
dan penanganan penyebab.
37
D. GANGGUAN IRAMA JANTUNG (ARRHYTHMIA)
a) PENGERTIAN ARITMIA
38
lambat (disebut bradiaritmia - kurang dari 60 per menit). Aritmia bisa juga
terjadi dengan HR yang cepat (disebut tachiaritmia - lebih dari 100 per menit)
q) ETIOLOGI
r) PENYEBAB ARITMIA
39
2. Perubahan struktur jantung, misalnya akibat dari cardiomyopathy
(kematian otot jantung)
3. Arteri jantung yang tersumbat (penyakit arteri koroner)
4. Tekanan darah tinggi
5. Diabetes
6. Kelenjar tiroid terlalu aktif (hipertiroidisme)
7. Merokok
8. Terlalu banyak minum alkohol atau kafein
9. Penyalahgunaan obat
10. Stres
11. Obat-obatan
12. Sengatan listrik
s) MANIFESTASI KLINIS
40
t) PATOFISIOLOGI
u) PEMERIKSAAN PENUNJANG
41
g. Pemeriksaan Obat : Dapat menyebabkan toksisitas obat jantung,
adanya obat jalanan atau dugaan interaksi obat, contoh digitalis,
quinidin.
h. Pemeriksaan Tiroid : Peningkatan atau penurunan kadar tiroid
serum dapat menyebabkan meningkatnya disritmia.
i. Laju Sedimentasi : Peninggian dapat menunjukkan proses
inflamasi akut.
Contoh, endokarditis sebagai faktor pencetus disritmia.
j. GDA/Nadi Oksimetri :
Hipokalsemia dapat menyebabkan/mengeksaserbasi disritmia.
v) PENATALAKSANAAN MEDIS
Terapi medis
Obat-obat antiaritmia dibagi 4 kelas yaitu :
a. Anti aritmia Kelas 1 : sodium channel blocker
Kelas 1 A
a) Quinidine adalah obat yang digunakan dalam terapi
pemeliharaan untuk mencegah berulangnya atrial fibrilasi atau
flutter.
b) Procainamide untuk ventrikel ekstra sistol atrial fibrilasi dan
aritmi yang menyertai anestesi.
c) Dysopiramide untuk SVT akut dan berulang
Kelas 1 B
a) Lignocain untuk aritmia ventrikel akibat iskemia miokard,
ventrikel takikardia.
b) Mexiletine untuk aritmia entrikel dan VT
Kelas 1 C
Flecainide untuk ventrikel ektopik dan takikardi
a. Anti aritmia Kelas 2 (Beta adrenergik blokade)
Atenolol, Metoprolol, Propanolol : indikasi aritmi jantung,
angina pektoris dan hipertensi
42
b. Anti aritmia kelas 3 (Prolong repolarisation)
Amiodarone, indikasi VT, SVT berulang
c. Anti aritmia kelas 4 (calcium channel blocker)
Verapamil, indikasi supraventrikular aritmia
Terapi mekanis
a) Kardioversi : mencakup pemakaian arus listrik untuk
menghentikan disritmia yang memiliki kompleks GRS, biasanya
merupakan prosedur elektif.
b) Defibrilasi : kardioversi asinkronis yang digunakan pada
keadaan gawat darurat.
c) Defibrilator kardioverter implantabel : suatu alat untuk
mendeteksi dan mengakhiri episode takikardi ventrikel yang
mengancam jiwa atau pada pasien yang resiko mengalami
fibrilasi ventrikel.
d) Terapi pacemaker : alat listrik yang mampu menghasilkan
stimulus listrik berulang ke otot jantung untuk mengontrol
frekuensi jantung.
43
b) Sirkulasi : Perubahan TD (hipertensi atau hipotensi); nadi
mungkin tidak teratur, defisit nadi, bunyi jantung
irama tak teratur, bunyi ekstra, denyut menurun, warna kulit dan
kelembaban berubah, missal; pucat sianosis, berkeringat,
edema, haluaran urine menurun bila curah jantung menurun
berat.
c) Integritas Ego : Perasaan gugup, perasaan terancam, cemas,
takut, menolak, marah, gelisah, menangis.
d) Makanan/Cairan : Hilang nafsu makan, anoreksia, tidak toleran
terhadap makanan, mual muntah, perubahan berat badan,
perubahan kelembaban kulit.
e) Neurosensori : Pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi,
bingung, letargi, perubahan pupil.
f) Nyeri/Ketidaknyamanan : Nyeri dada ringan sampai berat,
dapat hilang atau tidak dengan obat antiangina, gelisah.
g) Pernafasan : Penyakit paru kronis, nafas pendek, batuk,
perubahan kecepatan/kedalaman pernafasan, bunyi nafas
tambahan (krekels, ronki, mengi) mungkin ada menunjukkan
komplikasi pernafasan seperti pada gagal jantung kiri (edema
paru) atau fenomena tromboembolitik pulmonal, hemoptisis.
44
Intervensi :
a) Auskultasi nadi apical, kaji frekuensi, irama jantung.
Rasional : Biasanya terjadi takikardi (meskipun pada saat
istirahat) untuk mengkompensasi penurunan kontraktilitas
ventrikel.
b) Catat bunyi jantung.
Rasional : S1 dan S2 mungkin lemah karena menurunnya kerja
pompa. Murmur dapat menunjukkan inkompetensi/stenosis
katup.
c) Palpasi nadi perifer
Rasional : Penurunan curah jantung dapat menunjukkan
menurunnya nadi radial, popliteal, dorsalis, pedis dan posttibial.
Nadi mungkin cepat hilang atau tidak teratur untuk dipalpasi dan
pulse alternan.
d) Pantau TD.
Rasional : Pada GJK dini, sedang atau kronis tekanan darah
dapat meningkat, pada CHF lanjut tubuh tidak mampu lagi
mengkompensasi dan hipotensi tidak dapat normal lagi.
e) Kaji kulit terhadap pucat dan sianosis.
Rasional : Pucat menunjukkan menurunnya perfusi perifer
sekunder terhadap tidak adekuatnya curah jantung, vasokontriksi
dan anemia.
f) Berikan oksigen tambahan dengan kanula nasal/masker dan obat
sesuai indikasi (kolaborasi).
Rasional : Meningkatkan sediaan oksigen untuk kebutuhan
miokard untuk melawan efek hipoksia/iskemia.
45
a) Klien akan berpartisipasi pada aktivitas yang diinginkan.
b) Memenuhi perawatan diri sendiri.
c) Mencapai peningkatan toleransi aktivitas yang dapat diukur,
dibuktikan oleh menurunnya kelemahan dan kelelahan.
Intervensi :
a) Periksa tanda vital sebelum dan segera setelah aktivitas, khususnya
bila klien menggunakan vasodilator, diuretic dan penyekat beta.
Rasional : Hipotensi ortostatik dapat terjadi dengan aktivitas karena
efek obat (vasodilatasi), perpindahan cairan (diuretic) atau
pengaruh fungsi jantung.
b) Catat respons kardiopulmonal terhadap aktivitas, catat takikardi,
disritmia, dipsnea, berkeringat dan pucat.
Rasional : Penurunan/ketidakmampuan miokardium untuk
meningkatkan volume sekuncup selama aktivitas dapat
menyebabkan peningkatan segera frekuensi jantung dan kebutuhan
oksigen juga peningkatan kelelahan dan kelemahan.
c) Evaluasi peningkatan intoleransi aktivitas.
Rasional : Dapat menunjukkan peningkatan dekompensasi jantung
daripada kelebihan aktivitas.
d) Implementasi program rehabilitasi jantung/aktivitas (kolaborsi).
Rasional : Peningkatan bertahap pada aktivitas menghidari kerja
jantung/konsumsi oksigen berlebihan.
46
b) Bunyi nafas bersih/jelas, tanda vital dalam rentang yang dapat
diterima.
c) Berat badan stabil dan tidak ada edema.
d) Menyatakan pemahaman tentang pembatasan cairan individual.
Intervensi :
a) Pantau pengeluaran urine, catat jumlah dan warna saat dimana
diuresis terjadi.
Rasional : Pengeluaran urine mungkin sedikit dan pekat karena
penurunan perfusi ginjal.
b) Pantau/hitung keseimbangan pemasukan dan pengeluaran selama
24 jam.
Rasional : Terapi diuretic dapat disebabkan oleh kehilangan cairan
tiba-tiba/berlebihan (hipovolemia) meskipun edema/asites masih
ada.
c) Pertahankan duduk atau tirah baring dengan posisi semifowler
selam fase akut.
Rasional : Posisi tersebut meningkatkan filtrasi ginjal dan
menurunkan produksi ADH sehingga meningkatkan diuresis.
d) Pantau TD dan CVP (bila ada).
Rasional : Hipertensi dan peningkatan CVP menunjukkan
kelebihan cairan dan dapat menunjukkan terjadinya peningkatan
kngesti paru, gagal jantung.
e) Kaji bising usus, catat keluhan anoreksia, mual, distensi abdomen
dan konstipasi.
Rasional : Kongesti visceral (terjadi pada GGK lanjut) dapat
mengganggu fungsi gaster/intestinal.
47
(Accelerated Idioventrikular)
Ciri-cirinya :
Irama regular
Frekwensi antara 40 - 100 x/menit
Tidak ada gel P
Komplek QRS lebar atau lebih dari normal, RR interval regular
48
(VT Polymorphic)
Ciri-cirinya :
Irama regular irregular
Lainya sama dengan VT.
(ventrikel Fibrilasi/VF)
Ciri-cirinya :
Irama chaotic atau kacau balau
No denyut jantung.
( Sinus Bradikardia)
Ciri-cirinya :
- Irama teratur
- RR interval jaraknya sama dalam 1 lead panjang
- PP interval jaraknya sama dalam 1 lead panjang
- Komplek QRS harus sama dalam 1 lead panjang
- Impuls dari SA node yang ditandai dengan adanya gel P yang
mempunyai bentuk
49
- sama dalam 1 lead panjang.
- Frekwensi (HR) dibawah 60x/menit
- Adanya gel P yang selalu diikuti komplek QRS
- Gel P dan komplek QRS normal dan sama bentuknya dalam satu
lead.
E. ASISTOL
a) PENGERTIAN ASISTOL
w) MACAM-MACAM ASISTOL :
1. Asistol Primer
Asistol primer terjadi ketika fungsi metabolik sel tidak lagi
lengkap dan impuls elektrik tidak dapat dibuat. Dengan iskemia berat,
sel pacemaker tidak dapat mengantarkan ion yang penting untuk
50
mempengaruhi potensial aksi transmembran. Kegagalan alat pacu
jantung implan juga dapat menyebabkan asistol primer.
Oklusi proksimal dari arteri koroner kanan dapat menyebabkan
iskemi atau infark nodus sinoatrial (SA) dan atrioventrikel (AV). Infark
ekstensif dapat menyebabkan blok cabang berkas bilateral.
Degenerasi idiopatik dari nodus SA atau AV juga dapat menyebabkan
blok pada henti sinus dan/atau AV, secara berurutan. Proses ini
berlangsung lambat dan progresif, namun gejala dapat bersifat akut dan
kemudian terjadi asistol. Alat pacu jantung implan biasanya digunakan
untuk kondisi ini.
Ada kala nya kematian asistolik terjadi akibat blok jantung
kongenital, tumor lokal, atau cedera jantung. Asistol dapat terjadi akibat
sambaran petir tidak langsung yang akan mendepolarisasi seluruh
pacemaker jantung. Ritme ini dapat kembali secara spontan atau segera
setelah resusitasi jantung-paru (RJP) dilakukan. Sementara
arus alternating current (AC) dari alat elektronik buatan manusia
biasanya menyebabkan fibrilasi ventrikel.
2. Asistol Sekunder
Kondisi yang sering terjadi antara lain termasuk mati
lemas,tenggelam, stroke, emboliparu masif, hiperkalemia, hipoter
mia, infark miokard yang disertai fibrilasi ventrikel atau takikardi
ventrikel, post-defibrilasi, dan overdosis obat sedasi-hipnotik atau
narkotik yang menyebabkan gagal napas.
Hipotermi merupakan suatu keadaan yang khusus, karena
asistol dapat ditoleransi pada periode yang lebih lama pada situasi
tertentu dan dapat dikembalikan dengan penghangatan kembali
ketika RJP dilakukan.
3. Prognosis
Prognosis tergantung penyebab dari ritme asistolik, waktu
dimulainya intervensi, dan keberhasilan atau gagalnya resusitasi.
Keberhasilan resusitasi terjadi bila hal ini merupakan keadaan
51
sekunder yang dapat dikoreksi secara cepat, misalnya henti
jantung akibat tersedak, dan jika jalan napas dapat dibebaskan dan
pasien teroksigenasi kembali. Adakalanya asistol primer dapat
reversibel jika terjadi akibat kegagalan pacemaker, yang mana
dapat terjadi baik secara intrinsik maupun ekstrinsik, dan hal ini
dikoreksi secara cepat dengan pacu jantung eksternal.
x) KOMPLIKASI
52
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kardiovaskuler terdiri dari dua suku kata yaitu cardiac dan
vaskuler. Cardiac yang berarti jantung dan vaskuler yang berarti pembuluh
darah. Dalam hal ini mencakup sistem sirkulasidarah yang terdiri dari
jantung komponen darah dan pembuluh darah. Dalam mekanisme
pemeliharaan lingkungan internal sirkulasi darah digunakan sebagaisistem
transport oksigen, karbon dioksida, makanan, dan hormon serta obat-
obatan keseluruh jaringan sesuai dengan kebutuhan metabolisme tiap-tiap
sel dalam tubuh.
H. SARAN
Dengan adanya makalah ini diharapkan mahasiswa mampu
memahami dan mengetahui gangguan kardiovaskuler pada dewasa. Serta
dapat dipraktekan dalam lingkup kampus lainya khususya masalah
hipertensi kritik dan saran sangat kami harapkan demi sempurnanya
makalah ini.
53
DAFTAR PUSTAKA
http://www.scribd.com/doc/55255412/Anatomi-FisiologiSistemKardiovaskular/
06/09/2020_11.00
Syaifuddin,H.2002. Anatomi fisiologi berbasis kompetensi untuk keperawatan
dan kebidanan.Jakarta:Penerbi EKG
Syaifuddin,Haji.2006. Anatomi fisiologis mahasiswa keperawatan. Jakarta
Penerbit:EKG
Syaifuddin. 2009. Fisiologi tubuh manusia untuk mahasiswa keperawatan.
Jakarta Penerbit: Salemba Medika.
Muttaqin,Arif.2009. Asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem
kardiovaskuler. . Jakarta. Penerbit: Salemba Medika
http://dokterpost.com/tatalaksana-non-shockable-rhythm/ 03/09/2020_20.12
54