GAGAL NAPAS
Konsep Teori Gagal Napas
1. Definisi
Gagal napas terjadi bilamana pertukaran oksigen terhadap karbondioksida dalam
paru-paru tidak dapat memelihara laju konsumsi oksigen dan pembentukan
karbondioksidadalam sel-sel tubuh. Hal ini mengakibatkan tegangan oksigen arteri
kurang dari 50 mmHg (hipoksemia) dan peningkatan tekanan karbondioksida lebih
besar dari 45 mmHg(hiperkapnia).
Perawat harus membedakan antara gagal napas akut dan eksaserbasi akut gagal
napas kronis. Gagal napas akut adalah gagal napas yang timbul pada pasien yang
parunya normal secara structural maupun fungsional sebelum awitan penyakit
muncul.
Gagal napas akut kronik adalah gagal napas yang terjadi pada pasien dengan
penyakit paru kronik seperti bronchitis kronik, emfisema, dan penyakit paru yang
pada penambang batu bara (penyakit paru hiam). Pasien ini mengalami toleransi
terhadap hipoksia dan hiperkapnia yang memburuk secara bertahap. Setelah gagal
napas akut, paru biasanya akan kembali pada keadaan awalnya. Pada gagal napas
kronis struktur paru mengalami kerusakan yang irreversible.
2. Penyebab
Gagal napas akut dapat disebabkan beberapa keadaan diantaranya mengakibatkan
ventilasi yang tidak adekuat . Pada beberapa contoh paru awalnya normal secara
structural pada tahap awal . Salah satu penyebab yang penting pada ventilasi yang
tidak adekuat adalah obstruksi jalan napas bagian atas.
Depresi sitem saraf pusat juga akan mengakibatkan ventilasi yang tidak adekuat .
Penyakit akut paru dapat mengarah pada gagal napas akut. Dari penyakit tersebut,
pneumonia kemungkinan yang paling umum. Pneumonia biasanya disebabkan oleh
aktivitas bakteri atau virus. Asma bronchial, atelektasis, embolisme paru, dan
edema paru adalah kondisi lain yang menyebabkan gagal napas.
3. Patofisiologi
4. Tanda dan gejala
Tanda
a. Gagal napas total
- Aliran udara di mulut, hidung tidak dpat di dengar / dirasakan
- Pada gerakan napas spontan terlihat retraksi supra klavikukar sela iga
serta tidak ada pengembangan dada pada inspirasi
- Adanya kesulitan inflasi paru dalam usaha memberikan ventilasi
buatan
b. gagal napas parsial
- terdengar suara napas tambahan gargling, snoring dan wheezing
- ada retraksi dada
Gejala
a. Hiperkapnia , terjadi penurunan kesadaran
b. Hipoksemia, takhikardi, gelisah, berkeringat atau sianosis
5. Pemeriksaan diagnostic
a. Hb : dibawah 12 gr%
b. Analisa Gas Darah :
- PH darah dibawah 7.35 dan di atas 7.45
- PaO2 di bawah 80 atau di atas 100 mmHg
- PCO2 di bawah 35 atau diatas 45 mmhg
- BE dibawah -2 atau di atas +2
c. Saturasi o2 kurang dari 90 %
d. Pemeriksaan Rontgen : terdapat gambaran akumulasi cairan / udara
6. Penatalaksanaan
Kelainan ventilasi dengan parenkim paru yang normal :
a. Nilai respirasi , nadi dan tekanan darah pasien
b. Apabila pernapasan dagkal dan nadi tidak teraba , maka lakukan
pembersihan jalan napas, dan kepala di hiperekstnsikan
c. Lakukan tindakan resusitasi denga atau tanpa bantuan ambubag
dan kemudian nilai hasil resusitasi tersebut
d. Apabila jalan napas tetap tidak dapat mengembalikan fungsi
resporasi normal , maka lakukan tindakan trakheostomi
e. Berikan O2 dengan dosis tinggi
f. Nilai fugnsi ventilasi dengan menetapkan PaO2. Bila PaO2 dibawah
50 mmHg maka ada indikasi ventilasi yang kurang baik
g. Nilai kesadaran klien
h. Pemasangan ventilasi mekanik/ventilator sesuai indikasi
- Apnea, yakni tidak adanya pernapasan spontan
- Hipoventilasi yang mana dapat dinilai dari gerak mekanik yang
berkurang atau kecepatan respirasi > 35 kali/menit, volime tidal di bawah 5
cc/ kg berat badan dan PaCO2 yang lebih dari 50 mmHg
- Rendahnya kadar oksigen darah
Parenkim paru yang tidak normal
a. Pengobatan lebih banyak diarahkan pada tindakan konservatif
daripada tindakan intubasi dan ventilator
b. Hiperkapnia yang lama dapat menyebabkan hipersensitif pada pusat
respirasi. Oleh karena itu harus dilakukan penggunaan oksigen dalam
kadar tinggi
c. Pemakaian alat melakanik didasarkan pada indikasi tertentu
-
d. Asidosis respiratorik
e. Fibrilasi ventrikel
f. Ventricular arrest
7. Penatalaksanaan Medis
a. Mengidentifikasi dan mengatasi penyebab
b. Memastikan ventilasi yang adekuat
Kebutuhan ventilasi sangat dibutuhkan pada pasien dengan gagal napas.
Pada awalnya pasien hanya membutuhkan suplemen oksigen. Sejalan
dengan perjalanan penyakit intubasi dan ventilasi mekanis dapat
dilakukan. Konsentrasi oksigen dan indikasi ventilator ditentukan oleh
status atau keadaan dari pasien. Hal ini di pantau dengan gas darah arteri
( pemeriksaan gas darah ). Tujuan dari pemasangan ventilasi mekanik
untuk menaikkan Fi02.
c. Memberikan dukungan sirkulasi
d. Memastikan volume cairan yang adekuat
Hipotensi sistemik dapat terjadi pada ARDS karena hipovolemik sekunder
terhadap kebocoran cairan ke dalam ruang interstitial. Hipovolemik harus
diatasi tanpa menyebabkan kelebihan cairan lebih. Larutan kristaloid
intravena diberikan dengan cermat dan pengawasan terhadap status
paru.
e. Memberikan dukungan nutrisi
Dukungan nutrisi yang adekuat sangat penting dalam mengobati ARDS .
Pasien dengan ARDS membutuhkan 45 kkal/kg sehari untuk memenuhi
kebutuhan normal. Pemberian makan enteral perlu dipertimbangkan.