Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN INTENSIF PADA PASIEN PRE OPERASI CRANEATOMY


DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH R.A. KARDINAH TEGAL

Disusun Oleh:
Nama : Farah Fildzah rosadi
NIM : 180106013

Mengetahui,
Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

(...................................................) (...................................................)

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS HARAPANBANGSA
2021
A. Konsep penyakit
1. Definisi
Asidosis respiratori adalah gangguan klinis dimana PH kurang dari 7,35 dan tekanan
parsial karbondioksida arteri (PaCO2) lebih besar dari 42 mmHg. Kondisi ini terjadi
akibat tidak adekuatnya eksresi CO2 dengan tidak adekuatnya ventilasi sehingga
mengakibatkan kenaikan kadar CO2 plasma (Smeltzer, 2001).
Ketika eksaserbasi terjadi peningkatan gas trapping yang dapat menyebabkan
peningkatan volume udara residu. Keadaan tersebut akan semakin menurunkan aliran
udara pernapasan dan gangguan pada pertukaran gas di dalam paru sehingga dapat
menimbulkan hipoksemia. Tekanan parsial karbondioksida (PaCO2) akan semakin
meningkat (hiperkapnia) akibat peningkatan retensi CO2 Keadaan ini dapat
mengakibatkan terjadinya asidosis respiratorik yaitu penurunan pH akibat peningkatan
PaCO2 (Warsi dkk, 2013).
Keadaan asidosis ini akan mempengaruhi fungsi sel tubuh karena hampir semua
aktivitas enzim dipengaruhi oleh pH darah. Untuk mempertahankan keseimbangan
asam basa maka terjadi peningkatan bikarbonat (HCO3-) sebagai kompensasi terhadap
asidosis respiratorik (Guyton dkk, 2008). Perubahan nilai PaO2, PaCO2, pH, SO2 serta
HCO3- dapat diketahui dengan analisis gas darah. Faktor apapun dapat menurunkan
kecepatan ventilasi paru juga meingkatkan PCO2, cairan ekstrasel. Hal ini menyebabkan
peningkatan HCO3 dan konsentrasi H+, sehingga menimbulkan asidosis. Karena asidosis
disebabkan oleh gangguan respirasi maka disebut asidosis respiratori (Pediatri, 2002).
2. Etiologi
a. Hambatan Pada Pusat Pernafasan Di Medula Oblongata.
1) Obat-obatan : kelebihan dosis opiate, sedative, anestetik (akut).
2) Terapi oksigen pada hiperkapnea kronik.
3) Henti jantung (akut).
4) Apnea saat tidur.
b. Gangguan Otot-Otot Pernafasan Dan Dinding Dada.
1) Penyakit neuromuscular : Miastenia gravis, poliomyelitis, sclerosis lateral
amiotropik.
2) Deformitas rongga dada : Kifoskoliosis.
3) Obesitas yang berlebihan.
4) Cedera dinding dada seperti patah tulag-tulang iga.
c. Gangguan Pertukaran Gas.
1) PPOM (emfisema dan bronchitis).
2) Tahap akhir penyakit paru intrinsic yang difus.
3) Pneumonia atau asma yang berat.
4) Edema paru akut.
5) Pneumotorak.
d. Obstruksi Saluran Nafas Atas Yang Akut.
a) Aspirasi benda asing atau muntah.
b) Laringospasme atau edema laring, bronkopasme berat.
e. Hipofentilasi Dihubungkan Dengan Penurunan Fungsi Pusat Pernafasan Seperti
Trauma Kepala, Sedasi Berlebihan, Anesthesia Umum, Alkalosis Metabolic.
3. Tanda dan Gejala
Gejala pertama berupa sakit kepala dan rasa mengantuk. Jika keadaannya
memburuk, rasa mengantuk akan berlanjut menjadi stupor (penurunan kesadaran) dan
koma. Stupor dan koma dapat terjadi dalam beberapa saat jika pernafasan terhenti
atau jika pernafasan sangat terganggu; atau setelah berjam-jam jika pernafasan tidak
terlalu terganggu. Ginjal berusaha untuk mengkompensasi asidosis dengan menahan
bikarbonat, namun proses ini memerlukan waktu beberapa jam bahkan beberapa hari.
Biasanya diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan pH darah dan
pengukuran karbondioksida dari darah arter (Horne, M. 2010).
Timbul akibat dari peningkatan nilai PaCO2 (hiperkapnea). Tanda yang muncul
antara lain nyeri kepala, fatigue, letargi, dizziness, dan takipnea (Suomantri, 2009)
PaCO2 meningkat, PaO2 menurun, pH arteri meningkat/menurun, Takikardia, Bunyi
napas tambahan, Dispnea (Bararah & Jauhar, 2013). Sedangkan dalam Saputra, (2017)
tanda gejala asidosis respiratorik sesuai klasifikasi dibagi menjadi 3 yaitu :
a. Tanpa kompensasi : Asidosis respiratorik (pH menurun, PaCO2 meningkat, HCO3
normal)
b. Kompensasi sebagian : Asidosis respiratorik (pH menurun, PaCO2 meningkat, HCO3
meningkat)
c. Kompensasi penuh : Asidosis respiratorik (pH <7,40, PaCO2 meningkat, HCO3
meningkat)
4. Manifestasi klinis
Tanda-Tanda Klinis Berubah-Ubah Pada Asidosis Respiratorik Akut Dan Kronis Yaitu:
a.  Hiperkapnea mendadak (kenaikan PaCO2) dapat menyebabkan peningkatan
frekuensi nadi dan pernafasan, peningkatan tekanan darah, kusust piker, dan
perasaan penat pada kepala.
b. Peningkatan  akut pada  PaCO2  hingga mencapai 60  mmHg  atau
lebih  mengakibatkan : somnolen, kekacauan mental, stupor, dan akhirnya koma,
juga menyebabkan sindrom metabolic otak, yang dapat timbul asteriksis  (flapping
tremor) dan mioklonus (kedutan otot).
c. Retensi  O2 menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah otak, maka kongesti
pembuluh darah otak yang terkena menyebabkan peningkatan  tekanan intra
cranial dan dapat bermanifestasi sebagai papilladema  (pembengkakan dikus
optikus yang terlihat pada pemeriksaan dengan  optalmoskop).
d. Hiperkalemia  dapat terjadi sebagai akibat konsentrasi hydrogen memperburuk
mekanisme kompensatori dan berpindah kedalam sel, sehingga menyebabkan
kalsium keluar dari sel.
5. Klasifikasi
a. Asidosis Respiratori Akut
Terjadi jika komponen ginjal belum berjalan dan HCO3- masih dalam
keadaan normal. Seperti pada edema pulmonal akut, aspirasi benda asing,
atelektasis, pneumutorak, syndrome tidur apnea, pemberian oksigen pada pasien
hiperkapnea kronis (kelebihan CO2 dalam darah), ARSP.
b. Asidosis Respiratorik Kronis
Jika kompensasi ginjal telah berjalan dan HCO3- telah meningkat. Terjadi
pada penyakit pulmunari seperti emfisema kronis dan bronchitis, apnea tidur
obstruktif.
6. Patofisiologi
Asidosis Respiratorik adalah keasaman darah yang berlebihan karena penumpukan
karbondioksida dalam darah sebagai akibat dari fungsi paru-paruyang buruk atau
pernafasan yang lambat. Kecepatan dan kedalaman pernafasan mengendalikan jumlah
karbondioksida dalam darah. Dalam keadaan normal, jika terkumpul karbondioksida,
pH darah akan turun dan darah menjadi asam. Tingginya kadar karbondioksida dalam
darah merangsang otak yang mengatur pernafasan, sehingga pernafasan menjadi lebih
cepat dan lebih dalam.Asidosis respiratorik terjadi jika paru-paru tidak dapat
mengeluarkan karbondioksida secara adekuat. Hal ini dapat terjadi pada penyakit-
penyakit berat yang mempengaruhi paru-paru. Asidosis respiratorik dapat juga terjadi
bila penyakit-penyakit dari saraf atau otot dada menyebabkan gangguan terhadap
mekanisme pernafasan Horne & Swearingen (2010).
Penaikan produksi CO2 yang disertai dengan penurunan ventilasi alveolus
menyebabkan retensi CO2 (hiperkapnia) dan terjadi asidosis respiratorik atau gagal
napas. Dengan demikian penyempitan saluran napas akan menyebabkan hal – hal
seperti gangguan ventilasi seperti hipoventilasi, Ketidakseimbangan ventilasi perfusi di
mana distribusi ventilasi tidak setara dengan sirkulasi darah paru dan gangguan difusi
gas di peringkat alveoli. Ketiga faktor di atas akan menyebabkan hipoksemia,
hiperkapnia, dan asidosis respiratorik pada tingkat yang seterusnya (Alatas, H., et al.,
2005 dalam ).
Penurunan kadar oksigen dalam proses metabolisme ini menyebabkan terjadinya
proses glikolisis anerobik sehingga menimbulkan produk sampingan berupa asam laktat
dan piruvat sehingga terjadi peningkatan asam organik tubuh yang berakibat
menurunnya pH darah sehingga terjadi asidosis respiratorik (Masruroh, 2016).
7. Pemeriksaan diagnostic

Untuk mendiagnosis asidosis, dokter akan menanyakan gejala yang dialami pasien,
obat-obatan yang sedang digunakan, serta riwayat kesehatan pasien dan keluarganya.
Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik secara menyeluruh pada pasien
serta dilakukan tes penunjang untuk memastikan diagnosis, menentukan tingkat
keparahan asidosis, dan mengetahui penyebab yang mendasarinya. Tes yang dapat
dilakukan adalah:

a. Tes darah, untuk menilai fungsi metabolik secara komprehensif termasuk fungsi
ginjal, kadar gula, dan elektrolit.
b. Analisa gas darah arteri, untuk mengukur kadar oksigen, karbon dioksida, dan PH
dalam darah.
c. Rontgen dada, untuk mendeteksi cedera atau gangguan lain di paru-paru.
d. Tes fungsi paru, untuk mengetahui kondisi dan fungsi paru dan saluran
pernapasan.
e. Tes urine, untuk mendeteksi keberadaan badan keton dan kadar asam yang
dibuang melalui urine.
8. Komplikasi
Jika tidak diobati, asidosis berpotensi menyebabkan komplikasi berupa:
a. Gagal ginjal
b. Osteoporosis
c. Gangguan otot
d. Gangguan sistem endokrin
e. Batu ginjal
f. Keterlambatan dalam pertumbuhan
9. Penatalaksanaan
Pengobatan asidosis respiratorik bertujuan untuk meningkatkan fungsi dari paru-
paru. Obat-obatan untuk memperbaiki pernafasan bisa diberikan kepada penderita
penyakit paru-paru seperti asma dan emfisema. Pada penderita yang mengalami
gangguan pernafasan yang berat, mungkin perlu diberikan pernafasan buatan dengan
bantuan ventilator mekanik (Hawfield & DuBose, 2010). Berdasarkan penelitian yang
dilakukan Pratista & Defrin, (2018) pasien yang sangat sulit bernapas yang disertai
dengan hiperkapni dan asidosis respiratorik memerlukan ventilator untuk membantu
pernapasan. Tujuannya adalah meningkatkan PaO2 dan menurunkan PaCO2. Pasien
dengan ventilator dapat mengalami agitasi maka perlu diberikan obat penenang seperti
lorazepam, midazolam, morfin atau fentanil. Indikasi pemasangan ventilasi mekanik
adalah pertukaran gas yang memburuk. Pemasangan ventilasi mekanik penting
dilakukan pada pasien pneumonia atau TB yang mengalami hipoksemia dan hiperkarbia
berat. Karena pengobatan dengan antibiotika untuk mengatasi infeksi paru
memerlukan waktu untuk memperbaiki keadaan pertukaran gasnya.
Kelainan yang mengancam nyawa pada asidosis respiratorik bukan karena
asidosisnya tetapi karena hipoksemia, oleh karena itu terapi utama adalah terapi
oksigen dan mengatasi penyebab primer pernafasaan (hipoventilasi) untuk
memperbaiki ventilasi paru. Atasi penyebab seperti kelainan paru, keracunan narkotik,
keracunan salisilat (IDAI, 2012). Berdasarkan penelitian yang dilakukan Setyawan, dkk,
(2017) pemberian oksigen dengan Bag and Mask 10 lpm mencegah hipoksemia dan
perbaikan asidosis pada klien edema paru akut.
Pertimbangan Keperawatan Nusring Interventions Classification (NIC) manajemen
asam basa (asidosisi repiratorik) :

a. Pertahankan kepatenan jalan napas


b. Pertahankan bersihan jalan nafas (misalnya: melakukan suksion, memasang atau
mempertahankan alat bantu nafas, fisioterapi dada, dan batuk serta nafas dalam)
dengan tepat
c. Monitor pola nafas
d. Jaga kepatenan akses IV
e. Dapatkan order specimen untuk analisis laboratorium keseimbangan asam bassa
f. Monitor kemungkinan penyebab terjadinya asam karbonat dan asidosis respiratorik.
g. Berikan terapi oksigen yang tepat
h. Sediakan dukungan ventilator mekanik yang sesuai
i. Tingkatkan ventilasi dan peningkatan level PaCO2 dengan tepat
j. Intruksikan pasien dan keluarga pada tindakan-tindakan sesuai prosedur untuk
merawat asidosis repiratorik (Gloria, et al. 2016)
B. Pathway
C. Focus Pengkajian
1. Teliti Riwayat Klinis Dari Perjalanan Penyakit Yang Dapat Mengakibatkan Asidosis
Respiratorik.
2. Teliti Tanda Dan Gejala Klinis Yang Mengarah Pada Asidosis Respiratorik Antara Lain :
a. Aktivitas/Istirahat.
1) Gejala : Kelelahan.
2) Tanda : Kelemahan umum, ataksia, kehilangan koordinasi (kronis)
b. Sirkulasi.
1) Tanda :
1) Hipotensi.
2) Nadi kuat, warna kemerah mudaan, kulit hangat berkenaan dengan
hipoventolasi menunjukan vasodilatasi (asidosis berat).
3) Takikardia, disritmia.
4) Diaforesis, pucat, dan sianosis (tahap lanjut dari hipoksia).
c. Ketidakseimbangan Asam Basa.
1) Peningkatan PaCO2.
2) PO2 normal atau menurun.
3) Peningkatan kalsium serum.
4) Penurunan natrium klorida.
d. Makanan/Cairan.
Gejala : Mual/muntah.
e. Neurosensori.
1) Gejala :
a) Perasaan penuh pada kepala (akut, bekenaan dengan vasodilatasi).
b) Sakit kepala dangkal, pusing, gangguan pengelihatan.
2) Tanda
a) Kacau mental, ketakutan, agitasi, gelisah, sombolen, kome (akut).
b) Tremor, penurunan reflek.
f. Pernafasan.
1) Gejala :
a) Dispnea dengan pengerahan tenaga.
2) Tanda
a) Peningkatan upaya pernafasan dengan parnafasan cuping hidung/menguap.
b) Penurunan frekuensi pernafasan.
c) Krekels, mengi, stridor.
3. Periksa Hasil Pemeriksaan Laboratorium Untuk Elektrolit Dan Data Lainnya Yang
Mengarah Kepada Proses Penyakit Yang Berkaitan Dengan Asidosis Respiratorik.
D. Penentuan masalah kesehatan
1. Perubahan pada nafas sehubungan dengan tidak efektifnya jalan nafas.
2. Gangguan pemenuhan oksigenasi sehubungan dengan gangguan perfusi jaringan.
3. Potensial terjadinya peningkatan intracranial sehubungan dengan vasodelatasi
pembuluh darah otak.
4. Jalan nafas tidak efektif sehubungan dengan obstruksi saluran nafas.
5. Perubahan pada eliminasi sehubungan dengan kompensasi ginjal terhadap paco2.
6. Mekanisme coping tidak efektif sehubungan dengan peurunan kesadaran
E. Intervensi

Jenis tindakan Intervensi Rasional


Mandiri a. Pantau frekuensi, kedalaman a. Hipoventilasi dan
dan upaya pernafasan. hipoksemia penyerta
Perhatikan hasil nadi oksimetri. menimbulkan distres/gagal
b. Auskultasi bunyi nafas. pernafasan. Penggunaan
c. Kaji terhadap penurunan nadi oksimetri dapat
tingkat kesadaran. mengidentifikasi kelanjutan
d. Pantau frekuensi atau irama hipoksia/ respon terhadap
jantung. terapi sebelum tanda lain
e. Perhatikan warna, suhu dan atau gejala diobservasi.
kelembaban kulit. b. Mengidentifikasi penurunan
f. Dorong atau bantu dengan ventilasi / obstruksi jalan
membalikan, bentuk dan nafas nafas dan kebutuhan /
dalam. Tempatkan pada posisi keefektifan terapi.
semi fowler. Penghisapan c. Tanda status asidotik berat,
perlu. Berikan tambahan jalan yang memerlukan perhatian
nafas sesuai indikasi. segera. Sensorium jernih
dengan perlahan karena ini
memerlukan waktu lama
untuk ion hydrogen bersih
dari CSS.
d. Takikardia terjadi pada
upaya untuk meningkatkan
pemberian O2 ke jaringan.
Disritmia dapat terjadi
karena hipoksia (iskemia
miokardial) dan
ketidakseimbangan
elektrolit.
e. Diaforesis, pucat, kulit,
dingin/lembab berkenaan
dengan hipoksemia.
f. Tindakan ini memperbaiki
ventilasi dan mencegah
obstruksi jalan nafas atau
penurunan difusi/perfusi
alveolar.
Kolaboratif a. Bantu identifikasi / pengobatan a. Rujuk pada daftar factor
penyebab dasar. predisposisi/ pemberat.
b. Pantau/grafik seri GDA, kadar b. Mengevaluasi kebutuhan/
elektrolit serum. keefektifan terapi.
c. Berikan O2 sesuai indikasi c. Mencegah, memperbaiki
dengan masker, kanula antau hipoksemia dan gagal
ventilasi mekanik. Tingkatkan pernafasan.
d. Batasi penggunaan sedative d. Pada adanya hipoventilasi,
hipnotik atau tranquilizer. depresi pernafasan dapat
e. Perhatikan hidrasi (IV/PO) terjadi dengan penggunaan
berikan pelembaban. sedative, dan dapat terjadi
f. Berikan fisioterapi dada, narcosis CO2.
termasuk drainase postural. e. Membantu dalam
g. Bantu dalam alat Bantu pengenceran/ mobilisasi
ventilator mis: IPPB dalam sekresi.
hubungannya dengan f. Membantu dalam
bronkodilator. pembersihan sekresi yang
dapat memperbaiki ventilasi,
memungkinkan kelebihan
CO2 untuk dikeluarkan.
g. Meningkatkan ekspansi paru
dan membuka jalan nafas
untuk memperbaiki ventilasi
yang mencegah gagal nafas.
Pemberian obat a. Nalokson hidrosikda (Narean). a. Bermanfaat dalam
obatan b. Natrium bikarbonat. membangunkan pasien dan
c. Larutan IV dari laktat ringer merangsang fungsi
atau larutan 0,6 M Na Laktat. pernafasan pada adanya
d. Kalium klorida. obat sedasi.
b. Diberikan pada situasi
darurat untuk memperbaiki
asidosis bila PH kurang dari
7,25 dan hiperkalimea
penyerta. Catatan: alkalosis
rebound atau tetani dapat
terjadi.
c. Mungkin bermanfaat dalam
situasi tidak darurat untuk
membantu mengontrol
asidosis, sampai masalah
pernafasan dasar dapat
diperbaiki.
d. Asidosis perpindahan kalium
keluar dari sel dan hydrogen
kedalam sel. Perbaikan
asidosis kemudian dapat
menyebabkan hipokalemia
serum saat kalium masuk
kembali ke sel.
Keseimbangan pun dapat
merusak fungsi
neuromuscular/ pernafasan.

F. Sumber

Hawfield A, DuBose T. 2010. Acid-Base Balance Disorders. eLS. Wake Forest School of
Medicine.

Pediatri, S. 2002. Gambaran Analisa Gas Darahpada Distres Pernapasan. Vol 4. Jurnal Kesehatan

Setyawan, S. Sukartini , T. Kusmiati. 2017. Oksigenasi Dengan Bag And Mask 10 Lpm
Memperbaiki Asidosis Respiratorik. Jurnal Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.
Program Studi S1 Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.
Warsi, A., Ganda, I., Angriani, H. 2013. Gambaran Gas Darah Anak Dengan Kesadaran Menurun.
Vol 3. JST Kesehatan, 188-195.
Capernito, Lynda Juall. 2012. Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis. Edisi 13.
Jakarta . EGC.

Anda mungkin juga menyukai