Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

DESAIN STUDI PENELITIAN KUANTITATIF


(CROSS-SECTIONAL)

Diajukan untuk memenuhi salah Satu Tugas Ujian Tengah Semester 1


Mata Kuliah Metodologi Penelitian

Disusun oleh :
Ns. Rozi Buana, S.Kep

SEKOLAH TINGGI LIMU KESEHATAN


JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI
PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan hidayah-Nya

makalah yang berjudul “Desain Studi Penelitian Kuantitatif (Cross-sectional)” dapat

diselesaikan tepat pada waktunya.

Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan arahan

dalam proses pembuatan makalah ini.

Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu saya

mengharapkan adanya kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini. Saya berharap

makalah ini dapat memberikan manfaat dan mampu menjawab tujuan pembelajaran.

Bogor, November 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii

DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................4

A. Latar Belakang................................................................................................................4

B. Tujuan Penulisan............................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................5

A. Penelitian Cross Sectional..............................................................................................5

B. Tujuan Dan Manfaat Penelitian Cross sectional.............................................................5

C. Ciri Penelitian Cross Sectional.......................................................................................7

D. Kelebihan dan Kelemahan Penelitian Cross sectional...................................................8

BAB III PENUTUP..................................................................................................................11

A. Kesimpulan...................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................12
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penelitian kedokteran dan penelitian epidemiologi dapat dilakukan dengan mengikuti

proses perjalanan penyakit secara prospektif atau secara retrospektif untuk mencari hubungan

sebab akibat Disamping itu, penelitian kedokteran juga dapat dilakukan tanpa mengikuti

perjalanan penyakit, tetapi dilakukan pengamatan sesaat atau dalam suatu periode tertentu

dan setiap subjek studi hanya dilakukan satu kali pengamatan selama penelitian.

Pengamatan demikian seolah-olah merupakan suatu penampang melintang dan

disebut penelitian cross sectional diantaranya adalah penelitian eksploratif, penelitian

deskriptif, dan dalam hal hal tertentu, penelitian analitik.

Pada umumnya, penelitian cross sectional disebut juga studi prevalensi dengan tujuan

mengadakan deskripsi subjek studi seperti pada penelitian deskriptip murni atau mengadakan

penelusuran seperti pada penelitian eksploratif. Dalam hal-hal tertentu, penelitian dengan

pendekatan cross sectional dapat digunakan untuk penelitian analitik.

B. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah ini, yaitu untuk memahami desain studi penelitian

kuantitatif eksperimental
BAB II

PEMBAHASAN

A. Penelitian Cross Sectional


Survey cross sectional ialah suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi

antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan

data sekaligus pada suatu saat (point time approach). Artinya, tiap subjek penelitian hanya

diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel

subjek pada saat pemeriksaan. Hal ini tidak berarti bahwa semua subjek penelitian diamati

pada waktu yang sama. Desain ini dapat mengetahui dengan jelas mana yang jadi pemajan

dan outcome, serta jelas kaitannya hubungan sebab akibatnya

Penelitian crosssectional ini, peneliti hanya mengobservasi fenomena pada satu titik

waktu tertentu. Penelitian yang bersifat eksploratif, deskriptif, ataupun eksplanatif, penelitian

cross-sectional mampu menjelaskan hubungan satu variabel dengan variabel lain pada

populasi yang diteliti, menguji keberlakuan suatu model atau rumusan hipotesis serta tingkat

perbedaan di antara kelompok sampling pada satu titik waktu tertentu. Namun penelitian

cross-sectional tidak memiliki kemampuan untuk menjelaskan dinamika perubahan kondisi

atau hubungan dari populasi yang diamatinya dalam periode waktu yang berbeda, serta

variabel dinamis yang mempengaruhinya

B. Tujuan Dan Manfaat Penelitian Cross sectional

Secara garis besar apat dikatakan bahwa penelitian cross sectional dilakukan dengan

tujuan sebagai berikut :

1. Tujuan utama penelitan cross sectional adalah untuk mencari prevalensi satu atau

beberapa penyakit tertentu yang terdapat di masyarakat seperti pada studi deskriptif,
tetapi pada keadaan tertentu, studi cross sectional dapat juga digunakan untuk

memperkirakan insidensi, misalnya penyakit dengan bekas yang permanen seperti

variola. Dengan menemukan prevalensi bekas yang ditinggalkan oleh variola dapat

diperkirakan bahwa pada masa lalu terjadi peningkatan insiden penyakit tersebut,

tetapi cara ini tidak dapat digunakan bila bekas yang ditinggalkan penyakit akan

hilang dalam waktu tertentu dan penemuan insidensi dengan studi cross sectional

hasilnya akan bias. Misalnya varicella, walaupun menggialkan bekas, tetapi pada

suatu waktu bekas tersebut akan hilang dan pencarian insidensi penyakit tersebut

hanya dapat dilakukan seperti wawancara

2. Memperkirakan adanya hubungan sebab-akibat pada penyakit-penyakit dengan

perubahan yang jelas, misalnya, hubungan golongan darah (ABO) dengan ulkus

gaster dan duodenum. Dan penelitian tersebut ditemukan bahwa ulkus gaster dan

duodeni banyak terdapat pada orang dengan golongan darah A.

3. Penelitian cross sectional dapat digunakan untuk menghitung besarnya risiko

kelompok, risiko relatif, dan risiko atribut. Misalnya, suatu survei yang dilakukan di

suatu desa untuk mengetahui prevalensi diare pada anak-anak. Dan penelitian tersebut

ditemukan bahwa sebagian anak-anak yang menggunakan kolam sebagai sarana air

minum menderita diare dan sebagian lagi tidak. Demikian pula anak-anak yang tidak

menggunakan kolam sebagai sarana air minum sebagian menderita diare dan sebagian

tidak. Dan ternuan tersebut dapat dihitung besarnya risiko diare pada anak-anak yang

menggunakan kolam dan risiko diane bagi yang tidak menggunakan air kolam. Dan

hasil perhitungan risiko tiap kelompok dapat dihitung risiko relatif dengan

membandingkan besarnya nisiko tiap kelompok dan dapat dihitung pula risiko atribut

serta diuji secara statistik. Dengan cara demikian penelitian cross sectional seolah-

olah menjadi penelitian prospektif. Penelitian ini tidak menjamin komparabilitas


kelompok yang dibandingkan dan hasilnya mempunyai potensi untuk menimbulkan

bias. Untuk penelitian epidemiologis dan penelitian operasional, penelitian cross

sectional sudah cukup memadai untuk mengadakan perbaikan program pelayanan

kesehatan. Seperti rancangan penelitian yang lain, rancangan penelitian cross

sectional memiliki beberapa keuntungan dan kerugian.

C. Ciri Penelitian Cross Sectional


1. Sesuai dengan istilahnya, pengumpulan data dilakukan pada satu saat atau satu

periode tertentu dan pengamatan subjek studi hanya dilakukan satu kali selama satu

penelitian.

2. Penghitungan perkiraan besarnya sampel tanpa memperhatikan kelompok yang

terpajan atau tidak. Pada penelitian di rumah sakit, besarnya sampel tidak dihitung,

tetapi ditentukan berdasarkan periode tertentu.

3. Pengumpulan data dapat diarahkan sesuai dengan kriteria subjek studi. Misalnya,

hubungan antara Cerebral blood flow pada perokok, bekas perokok dan bukan

perokok. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan cross sectional. Pada penelitian

ini dikumpulkan sebanyak 268 orang secara sukarela dan dibagi menjadi 3 kelompok,

yaitu kelompok perokok, bekas perokok, dan bukan perokok. Komparabilitas ketiga

kelompok dibagi berdasarkan umur. Kemudian diperiksa aliran darah otak dan

hasilnya dibandingkan. Cara pengambilan dan besarnya sampel tidak

dipermasalahkan.

4. Tidak terdapat kelompok kontrol dan tidak terdapat hipotesis spesifik.

5. Hubungan sebab akibat hanya berupa perkiraan yang dapat digunakan sebagai

hipotesis dalam penelitian analitik atau eksperirnental.


D. Kelebihan dan Kelemahan Penelitian Cross sectional

Kelebihan

Penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional mempunyai beberapa

keuntungan sebagai berikut.

1. Penelitian cross sectional dapat digunakan untuk memperkirakan adanya hubungan

sebab-akibat dan penghitungan risiko relatif dengan cara yang cepat dan biaya yang

relatif kecil dibandingkan dengan penelitian prospektif.

2. Data yang terdapat di rumah sakit dapat digunakan.

3. Dapat digunakan unruk membandingkan besarnya risiko kelornpok yang terpajan oleh

faktor yang dianggap sebagai penyebab terjadinya penyakit dengan kelompok yang

tidak terpajan dan hasilnya digunakan untuk memberikan informasi kepada

masyarakat serta berguna untuk rnenyusun perencanaan pelayanan kesehatan yang

dibutuhkan masyarakat.

Kelemahan

Di samping keuntungan yang telah disebutkan, penelitian cross sectional tidak luput

dari kerugian. Kerugiannya adalah sebagai berikut.

1. Penelitian ini tidak dapat digunakan untuk memantau perubahan yang terjadi dengan

berjalannya waktu karena pengamatan pada subjek studi hanya dilakukan satu kali

selama penelitian.

2. Penelitian cross sectional dengan tujuan analisis sulir untuk menentukan

komparabilitas kedua kelompok yang dibandingkan karena tidak díketahui apakah

insidensi terjadi sebelum atau sesudah terpajan.

3. Sulit untuk mengadakan ekstrapolasi pada populasi yang lebih besar.

4. Penelinian cross sectional tidak dirancang untuk penelitian analitik.


5. Penelitian cross sectional tidak dapat digunakan untuk menentukan hubungan sebab

akibat pada perubahan biokimia dan fisiologi karena antara sebab dan akibat dapat

saling mempengaruhi.

Misalnya, pada suatu survei ditemukan bahwa orang-orang dengan hipertensi mempunyai

kadar kolesterol yang tinggi maka dalam hal ini tidak dapat diketahui secara pasti apakah

tingginya kadar kolesterol merupakan faktor penyebab timbulnya hipertensi atau setelah

hipertensi keimidian diikuti dengan tingginya kadar kolesterol.

Bila tingginya kadar kolesterol mendahului timbulnya hipertensi dapat diasumsikan

bahwa tingginya kolesterol merupakan faktor penyebab timbulnya hipertensi, tetapi bila

terjadi sebaliknya tidak dapat dikatakan bahwa kolesterol merupakan faktor penyebab

timbulnya hipertensi. Untuk membedakan kedua hal tersebut sangat sulit, bahkan tidak

mungkin dilakukan karena penentuan hipertensi dan tingginya kadar kolesterol dilakukan

pada saat bersamaan.

Contoh lain adalah pada penelitian cross sectional ditemukan kadar kolesterol yang tinggi

pada penderita penyakit jantung koroner. Dalarn hal ini belum dapat dikatakan bahwa

tingginya kadar kolesterol merupakan faktor penyebab terjadinya penyakit jantung koroner.

Untuk mengetahui apakah tingginya kadar kolesterol merupakan risiko terjadinya penyakit

jantung koroner harus dilakukan penelitian analitik.

Selain itu, elemahan penelitian ini terletak pada:

1. Sulit untuk mengadakan ekstrapolasi

2. Kemungkinan terdapat subjek studi yang terlalu sedikit dalam salah satu kelompok.

3. Kriteria perokok, bekas perokok, dan bukan perokok tidak dijelaskan secara rinci.

Contoh lain ialah penelitian tentang hubungan anemia dengan kelahiran bayi prematur.

Pengumpulan data dilakukan berdasarkan rekam medis di rumah sakit terhadap semua ibu ibu

yang melahirkan selama periode 1 tahun. Data yang diperoleh dibagi menjadi kelompok
anemia dan tidak anemia. Dan kelompok anemia dicatat jumlah kelahiran prematur, demikian

pula dengan kelompok tidak anemia. Selanjutnya, dihitung risiko masing-masing kelompok,

risiko relatif dan dibandingkan dengan uji statistik chi-kuadrar. Penelitian ini seolah-olah

dilakukan secara prospektif.


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penelitian cross-sectional adalah penelitian yang dilakukan pada satu waktu dan satu

kali, tidak ada follow up, untuk mencari hubungan antara variabel independen (faktor resiko)

dengan variabel dependen (efek). Beberapa tujuannya adalah, mencari prevalensi serta

indisensi satu atau beberapa penyakit tertentu yang terdapat di masyarakat, Memperkirakan

adanya hubungan sebab akibat pada penyakit-penyakit tertentu dengan perubahan yang jelas,

Menghitung besarnya resiko tiap kelompok, resiko relatif, dan resiko atribut.
DAFTAR PUSTAKA

Budiarto, E. Metodologi Penelitian Kedokteran. Jakarta: EGC, 2004.

Notoatmojo. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002.

Nurdini, Alis. “Cross Sectional Vs Longitudinal: Pilihan Rancangan waktu dalam


Penelitian Perumahan Pemukiman” Surabaya, 2006.

Sayogo, Savitri. Studi Cross Sectional Atau Potong Lintang, UNDIP, 2009.

Anda mungkin juga menyukai