MAKALAH
RISET KEPERAWATAN
DESAIN PENELITIAN CROSS SECTIONAL
DOSEN MATA KULIAH: Dr. MAHDALENA, S.Pd., M.Kes.
DISUSUN OLEH
KHAIRIL RAHMAN
NIM. P07120118073
Disusun Oleh:
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
tentang “Desain Penelitian Cross Sectional” ini disusun dengan tujuan untuk
melengkapi tugas semester kelima untuk mata kuliah Riset Keperawatan.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, oleh karena itu
dengan segala kerendahan hati kami mohon para pembaca memberikan saran dan
kritikan yang membangun demi perbaikan. Semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat dan pengetahuan bagi pembaca.
Khairil Rahman
ii | R i s e t K e p e r a w a t a n
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................................iii
BAB I......................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................1
C. Tujuan............................................................................................................................2
BAB II.....................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.....................................................................................................................3
A. Definisi Desain Penelitian Cross Sectional..................................................................3
B. Karakteristik Desain Penelitian Cross Sectional.........................................................3
C. Tujuan Dan Manfaat Desain Penelitian Cross Sectional.................................................4
D. Kelebihan dan Kekurangan Desain Desain Penelitian Cross Sectional..........................5
E. Ciri-Ciri Desain Penelitian Cross Sectional.................................................................6
F. Contoh Penelitian Cross Sectional................................................................................7
G. Langkah-Langkah Penelitian Cross Sectional............................................................7
BAB III.................................................................................................................................13
PENUTUP............................................................................................................................13
A. Kesimpulan..................................................................................................................13
B. Saran............................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA
iii | R i s e t K e p e r a w a t a n
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1|Riset Keperawatan
C. Tujuan
Tujuan dari maklah ini adalah mengidentifikasikan definisi, tujuan, krakteristik,
ciri-ciri, contoh, kelebihan dan kekurangan, serta langkah dalam desain penelitian
cross sectional
2|Riset Keperawatan
BAB II
PEMBAHASAN
3|Riset Keperawatan
Kedua, data dikumpulkan dan dianalisis dalam sekali jalan. Maksudnya
adalah peneliti yang menerapkan metode cross-sectional menginput data yang
dikumpulkan untuk diolah dalam sekali jalan. Hubugan antar variabel yang diteliti
bisa memunculkan beragam topik. Untuk lebih memahami, pikirkan tentang
penelitian eksperimental dimana data dikumpulkan dan dianalisis dalam fase-fase
yang urut. Misalnya, survey sebelum eksperimen dilakukan, lalu survey setelah
eksperimen dilakukan lagi, kemudian data baru bisa dianalisis.
Ketiga, data dapat dikuantifikasi. Data kuantitatif lebih akrab digunakan
untuk penelitian cross-sectional. Data tekstual hasil wawancara bias pula
digunakan namun harus dapat dikuantifikasi. Prinsip penggunakan data yang dapat
dikuantifikasi adalah agar dapat diukur secara jelas. Tak heran jika jenis
metodologi ini sering kali dimasukkan dalam desain penelitian kuantitatif.
C. Tujuan Dan Manfaat Desain Penelitian Cross Sectional
1. Tujuan utama penelitan cross sectional adalah untuk mencari prevalensi satu
atau beberapa penyakit tertentu yang terdapat di masyarakat seperti pada
studi deskriptif, tetapi pada keadaan tertentu, studi cross sectional dapat juga
digunakan untuk memperkirakan insidensi, misalnya penyakit dengan bekas
yang permanen seperti variola. Dengan menemukan prevalensi bekas yang
ditinggalkan oleh variola dapat diperkirakan bahwa pada masa lalu terjadi
peningkatan insiden penyakit tersebut, tetapi cara ini tidak dapat digunakan
bila bekas yang ditinggalkan penyakit akan hilang dalam waktu tertentu dan
penemuan insidensi dengan studi cross sectional hasilnya akan bias.
Misalnya varicella, walaupun menggialkan bekas, tetapi pada suatu waktu
bekas tersebut akan hilang dan pencarian insidensi penyakit tersebut hanya
dapat dilakukan seperti wawancara.
2. Memperkirakan adanya hubungan sebab-akibat pada penyakit-penyakit
dengan perubahan yang jelas, misalnya, hubungan golongan darah (ABO)
4|Riset Keperawatan
dengan ulkus gaster dan duodenum. Dan penelitian tersebut ditemukan
bahwa ulkus gaster dan duodeni banyak terdapat pada orang dengan
golongan darah A.
3. Penelitian cross sectional dapat digunakan untuk menghitung besarnya risiko
kelompok, risiko relatif, dan risiko atribut. Misalnya, suatu survei yang
dilakukan di suatu desa untuk mengetahui prevalensi diare pada anak-anak.
Dan penelitian tersebut ditemukan bahwa sebagian anak-anak yang
menggunakan kolam sebagai sarana air minum menderita diare dan sebagian
lagi tidak. Demikian pula anak-anak yang tidak menggunakan kolam sebagai
sarana air minum sebagian menderita diare dan sebagian tidak. Dan ternuan
tersebut dapat dihitung besarnya risiko diare pada anak-anak yang
menggunakan kolam dan risiko diane bagi yang tidak menggunakan air
kolam. Dan hasil perhitungan risiko tiap kelompok dapat dihitung risiko
relatif dengan membandingkan besarnya nisiko tiap kelompok dan dapat
dihitung pula risiko atribut serta diuji secara statistik. Dengan cara demikian
penelitian cross sectional seolah-olah menjadi penelitian prospektif.
Penelitian ini tidak menjamin komparabilitas kelompok yang dibandingkan
dan hasilnya mempunyai potensi untuk menimbulkan bias. Untuk penelitian
epidemiologis dan penelitian operasional, penelitian cross sectional sudah
cukup memadai untuk mengadakan perbaikan program pelayanan kesehatan.
Seperti rancangan penelitian yang lain, rancangan penelitian cross sectional
memiliki beberapa keuntungan dan kerugian.
D. Kelebihan dan Kekurangan Desain Desain Penelitian Cross Sectional
5|Riset Keperawatan
3. Dapat digunakan unruk membandingkan besarnya risiko kelornpok yang
terpajan oleh faktor yang dianggap sebagai penyebab terjadinya penyakit
dengan kelompok yang tidak terpajan dan hasilnya digunakan untuk
memberikan informasi kepada masyarakat serta berguna untuk rnenyusun
perencanaan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan masyarakat.
1. Penelitian ini tidak dapat digunakan untuk memantau perubahan yang terjadi
dengan berjalannya waktu karena pengamatan pada subjek studi hanya
dilakukan satu kali selama penelitian.
2. Penelitian cross sectional dengan tujuan analisis sulir untuk menentukan
komparabilitas kedua kelompok yang dibandingkan karena tidak díketahui
apakah insidensi terjadi sebelum atau sesudah terpajan.
3. Sulit untuk mengadakan ekstrapolasi pada populasi yang lebih besar.
4. Penelinian cross sectional tidak dirancang untuk penelitian analitik.
5. Penelitian cross sectional tidak dapat digunakan untuk menentukan
hubungan sebab akibat pada perubahan biokimia dan fisiologi karena antara
sebab dan akibat dapat saling mempengaruhi.
E. Ciri-Ciri Desain Penelitian Cross Sectional
1. Sesuai dengan istilahnya, pengumpulan data dilakukan pada satu saat atau
satu periode tertentu dan pengamatan subjek studi hanya dilakukan satu kali
selama satu penelitian.
2. Penghitungan perkiraan besarnya sampel tanpa memperhatikan kelompok
yang terpajan atau tidak. Pada penelitian di rumah sakit, besarnya sampel
tidak dihitung, tetapi ditentukan berdasarkan periode tertentu.
6|Riset Keperawatan
3. Pengumpulan data dapat diarahkan sesuai dengan kriteria subjek studi.
Misalnya, hubungan antara Cerebral blood flow pada perokok, bekas
perokok dan bukan perokok. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan
cross sectional. Pada penelitian ini dikumpulkan sebanyak 268 orang secara
sukarela dan dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu kelompok perokok, bekas
perokok, dan bukan perokok. Komparabilitas ketiga kelompok dibagi
berdasarkan umur. Kemudian diperiksa aliran darah otak dan hasilnya
dibandingkan. Cara pengambilan dan besarnya sampel tidak
dipermasalahkan.
4. Tidak terdapat kelompok kontrol dan tidak terdapat hipotesis spesifik.
5. Hubungan sebab akibat hanya berupa perkiraan yang dapat digunakan
sebagai hipotesis dalam penelitian analitik atau eksperirnental.
F. Contoh Penelitian Cross Sectional
7|Riset Keperawatan
Contoh lain adalah pada penelitian cross sectional ditemukan kadar
kolesterol yang tinggi pada penderita penyakit jantung koroner. Dalarn hal ini
belum dapat dikatakan bahwa tingginya kadar kolesterol merupakan faktor
penyebab terjadinya penyakit jantung koroner. Untuk mengetahui apakah
tingginya kadar kolesterol merupakan risiko terjadinya penyakit jantung koroner
harus dilakukan penelitian analitik.
G. Langkah-Langkah Penelitian Cross Sectional
8|Riset Keperawatan
gizi anak yang mendapatkan makanan tambahan dengan status gizi anak yang
tidak mendapat makanan tambahan.
3. Popolasi Studi
Populasi studi pada studi cross sectional dapat berupa masyarakat daerah
tertentu dengan batas administratif atau institusi seperti rumah sakit, sekolah
atau industri, tergantung tempat penelitian dilakukan. Populasi studi dapat
pula berupa kelompok masyarakat dengan cmi rertentu, misalnya wanita
pasangan usia subur di suatu daerah. Populasi pada penelitian di rumah sakit
ditentukan berdasarkan banyaknya penderita (subjek studi) yang dicatat
selama kurun waktu rertentu.
4. Kriteria Subjek Studi
Penentuan kriteria subjek studi pada studi cross sectional sangat penting untuk
menentukan dengan jelas terhadap siapa penelitian ini dilakukan terutama bila
penelitian cross sectional yang digunakan sebagai penelitian analitik untuk
memperkirakan adanya hubungan sebab-akibat atau pengukuran faktor risiko.
Kriteria tersebut dapat berupa umur, tingkat pendidikan, status matrial,
pekerjaan atau kondisi lain yang berkaitan dengan perkiraan faktor risiko
timbulnya suatu penyakit. Misalnya, pada penelitian tentang pemakaian alat
kontrasepsi IUD dengan tromboflebitis harus dijelaskan kriteria pasangan usia
subur dan kritenia pemakai alat kontrasepsi, apakah yang pernah memakai
juga dimasukkan dalam subjek studi atau tidak dan tentukan juga diagnosis
tromboflebitis yang digunakan, dan Lain-lain. Setelah ditentukan kriteria
subjek studi hendaknya diuraikan tentang definisi operasional agar variabel
penelitian yang bersifat abstrak dapat diukur, misalnya untuk mengukur
pengecahuan tentang pemakalan oralit pada diare karena pengetahuan tidak
dapat diukur secara langsung maka pengukuran dilakukan dengan cara
mengajukan beberapa pertanyaan, misalnya, apakah ibu mengetahui arti
diare?, apakah ibu mengetahui tentang oralit?, apakah ibu mengetahui manfaat
oralit?, di mana ibu dapat memperoleh oralit?, sebanyak 10 pertanyaan,
kemudian setiap jawaban diberi angka 1 untuk jawaban yang benar dan nilai 0
9|Riset Keperawatan
untuk jawaban yang salah hingga seluruhnya akan diperoleh nlai dan 0 sampai
dengan 10. Dan hasil ini kemudian direntukan nilainya misalnya 8-10
pertanyaan dijawab dengan benar dikatakan pengetahuannya baik, nilai 6-8
termasuk kategori sedang dan dibawah nilai 6 dikategorikan pengetahuannya
kurang.
5. Cara Pengambilan dan Besarnya Sampel
Cara pengambilan sampel dapat dilakukan dengan random sampling bila
penelitian dilakukan di lapangan atau sampel diambil berdasarkan rekam
medis pada suatu periode tertentu bila penelitian yang dilakukan berbasis
rumah sakit. Penentuan perkiraan besarnya sampel pada penelitian cross
sectional yang bersifat analitis berbasis rurnah sakit dapat dijelaskan dengan
tabel 2 x 2 sebagai berikur.
10 | R i s e t K e p e r a w a t a n
Penelitian tentang hubungan antara anemia dan BBLR berbasis rumah sakit
maka semua ibu harniltrirnester3 yang melahirkan di rumah sakit paJa
perthde tertentu diambil sebagai sampel berdasarkan rekam medis yang adir,
kern udian dibagi menjadi dua kelompok, yaitu ibu-ibu yang anemia sebagai
kelompok audi dan tidak anemia sebagai kelompok kontrol Selanjutnya,
dicamt banyaknya bayi dengan Berat Rada,, Lahir Rendab (BBLR) yang
rerdiiparpada kelompok audi dan kelompok kontrol.
Dan hasil tersebut dihitung besarnya nisiko masing-masin kelompok dan
dihitung risiko re /at f dilaku kan uji stati.ctik dengan chi-kuadrat, dan
ditirrik kesimpulan ada atau tidaknya hubungan antara anemia dengan
BBLR.
Dengan cara ini, besarnya sampel dutentukan dahulu kern udian barre dibagi
menjadi ke/ompok yang terpajan dan kelompok yang tidak terpajan dan
dilakukan pengamatan tentang terjadinya BBLRpada kedua keornpok.
Besarnya sampel dapat dihitung dengan runzus seperti pada penelitian
analitik (lihat rancangan penelitian prospektif atau retrospektif).
6. Menentukan Variabel yang Akan Diukur
Karena tidak mungkin untuk mengumpulkan semua variabel maka harus
dipilih variabel-variabeÍ penting yang berkaitan dengan tujuan penelitian dan
dapat digunakan sebagai indikator. Misalnya pada contoh tentang pola
pemakaian alat kontrasepsi, variabel yang diteliti adalah variabel umur,
paritas, lama pemakaian, pendidikan, pekerjaan, jenis alat kontrasepsi, tempat
pelayanan, pemberi layanan, dan lain-lain.
7. Siapkan Daftar Pertanyaan dan Pemeriksaan
Untuk penyusunan daftar pertanyaan sama seperti pada penelitian deskriptif
dan alat ukur yang akan digunakan, misalnya untuk pengukuran status gizi
anak yang menggunakan pengukuran LLA maka disiapkan meteran yang akan
digunakan. Penelitian yang datanya diambil dan rekam medís di rumah sakit,
hal itu tidak dilakukan. Ini merupakan salah satu kelemahan data sekunder,
11 | R i s e t K e p e r a w a t a n
misalnya, penelitian tentang anemia tidak dapat diketahui cara pengukuran
atau siapa yang melakukan pengukuran Hb.
8. Pengumpulan Data
Pengumpulan data penelitian cross sectional bersifat analitis dilakukan dengan
survei atau rekam medis di rumah sakit sesuai dengan kriteria yang telah
ditentukan. Mìsalnya, penelitian tentang hubungan antara status gizi anak 1-5
tahun dengan cacingan. Pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan
semua anak 1 5 tahun yang terdapat pada lokasi penelitian kemudian
dipisahkan menjadi dua kelompok. yairu anak-anak dengan gizi baik dan
anak-anak dengan gizi kurang. Pada semua anak dilakukan pemeriksaan tinja
untuk mendeteksi cacing kemudian frekuensi cacingan pada anak dengan gizi
baik dan gizi kurang dibandingkan. Untuk penelitian di rumah sakit dengan
rekam medís sebagai sumber data. Misalnya, penelitian dengan cara
mengumpulkan semua ibu-ibu yang melahirkan selama periode tertentu
kemudian dibagi menjadi dua kelompok, yairu kelompok primípara dan
multípara. Selanjurnya, pada kelompok primipara dicatat jumlah preekiamsia,
demikian pula pada kelompok multipara kemudian díbandingkan.
Komparabilitas kedua kelompok didasarkan pada umur, tingkat pendidikan.
dan sosial ekonomi. Penyajian data berupa karaktenistik subjek studi pada
kelompok studi dan kelompok kontrol. Karakteristik dapat berupa umur, jenis
kelainin, pendidikan, pekerjaan atau hal-hal yang berkaitan dengan tujuan
penelitian, misainva jenis alat kontrasepsi yang digunakan.
9. Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan menghitung risiko masing-masing kelompok
risiko relatif, risiko atribut, dan uji statistik sesuai dengan data yang diperoleh.
Laporan hasil penelitian hendaknya dipublikasikan agar peneliti lain dapat
mengadakan evaluasi atau mengadakan penelitian serupa untuk dibandingkan
atau membandingkan dengan hasil penelitian yang pernah dilakukan di tempat
lain.
12 | R i s e t K e p e r a w a t a n
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
13 | R i s e t K e p e r a w a t a n
DAFTAR PUSTAKA
14 | R i s e t K e p e r a w a t a n