Anda di halaman 1dari 11

TINJAUAN STUDI

CROSS SECTIONAL

DISUSUN OLEH :

1. SHOFIA AJI HIDAYATILA 300002174100


2. RUDDY LAUGA 300002174100
3. DEFI 30000217410014

SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS DIPONEGORO MAGISTER
EPIDEMIOLOGI
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatnya sehingga
makalah tentang Desain Studi penelitian Cross Sectional ini dapat tersusun hingga
selesai .
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin


masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Penyusun,
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Studi epidemiologi yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara


penyakit dengan paparan dengan cara mengamati penyakit, masalah atau dampak
dan faktor penyebab pada waktu yang bersamaan. Oleh karena itu penelitian ini
juga dikenal sdengan studi prevalensi. Misalnya, studi untuk mengetahui
hubungan antara merokok,diet, lingkungan kimia terhadap kanker dengan tujuan
untuk memperoleh informasi prevalensi kanker abad 19 dan 20. Peneltian ini
sangat berguna terutama sebagai studi awal pengembangan hipotesis dalam
rangka penemuan faktor risiko yang berhubungan erat dengan karekteristik
masing-masing individu, sehingga hasil penelitian ini bermanfaat untuk
perencanaan program pelayanan kesehatan ke depan.
Kelebihan penelitian Desain Cross setional selain mudah dan murah untuk
dilakukan juga tidak ada unsur pemaksaan bagi subyek sebagai kasus atau kontrol
terhadap faktor risiko atau dampaknya sehingga tidak ad subyek yang kehilangan
kesempatan untuk diamati dalam studi ini. Kelemahan studi ini adalah memiliki
validitas inferensi yang lemah dan kurang mewakili populasi,oleh karena itu
desain penelitian initidak tepat bila digunakan untuk menganalisis hubungan
kausal antara faktor risiko dan penyakit.Tetapi aparah ahli ada juga yang
menyatakn studi ini dapat membuktikan hubungan kausal,bila analisis dialkukan
secara cermat dengan menggunakan analisis multivariat.
Beberapa penelitian epidemiologi yang menggunakan desain cross sectional,
diantaranya Nizar (2002), Susanto HS ( 2009), Nizar dalam studinya mengenai
Beberapa faktor yang berhubungan dengan kesembuhan penderita Tuberkulosis
paru BTA Positif dikabupaten Bogor 2000, Secara signifikan faktor pendidikan
petugas terhadap kesembuhan penderita TB BTA Positif dengn OR = 3.54 dan
peran PMO terhadapat kesembuhan dengan nilai odd Rasio sebesar 3.33. ( nizar
2002)

B. Tujuan

1. Untuk Mengetahui Defini desain penelitian Cross sectional


2. Untuk mengetahui Kelebihan dan kelemahan desain penelitian Coss
setional
3. Untuk Mengetahui,Bagaiman menentukan apakah studi Cross Sectional
telah dilakukan dengan Benar
BAB II
PEMBAHASAN

A. Desain Penelitian Cross Sectional

Cross sectional adalah suatu penelitian non-eksperimental untuk


mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan
cara pendekatan observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat yang
bersama (Notoatmodjo,2010)
Studi Cross sectional juga dikenal dengan Studi potong Lintang yaitu
rancangan studi epidemiologi yang mempelanjari hubungan penyakit dan paparan
( Faktor Penelitian) dengan cara mengamati status paparan dan penyakit serentak
pada individu-individu dan populasi tunggal pada suatu saat atau perode.
Penelitian cross sectional adalah sesuatu penelitian dimana variabel-
variabel yang termasuk faktor resiko dan variabel-variabel yang termasuk efek
diobservasi sekaligus pada waktu yang sama. Oleh karena itu, rancangan (desain)
penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Dari skema di atas dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah penelitian cross
sectional dalah sebagai berikut (Notoatmodjo, 2002):
a. Mengidentifikasi variabel-variabel penelitian dan mengidentifikasi faktor
resiko dan faktor efek.
b. Menetapkan subjek penelitian.
c. Melakukan observasi atau pengukuran variabel-variabel yang merupakan
faktor resiko dan efek sekaligus berdasarkan status keadaan variabel pada
saat itu (pengumpulan data).
d. Melakukan analisis korelasi dengan cara membandingkan proporsi antar
kelompok-kelompok hasil observasi (pengukuran).
Dalam studi cross-sectional, peneliti mengukur hasil dan eksposur dalam
peserta penelitian pada saat yang sama. Tidak seperti dalam studi kasus kontrol
(peserta yang dipilih berdasarkan status hasil) atau studi kohort (peserta yang
dipilih berdasarkan status paparan), peserta dalam studi cross-sectional hanya
dipilih berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi yang ditetapkan untuk penelitian .
Setelah peserta dipilih untuk penelitian, peneliti mengikuti penelitian untuk
menilai paparan dan hasilnya. Setelah masuk ke dalam penelitian, para peserta
diukur untuk hasil dan paparan pada saat yang sama. Peneliti dapat mempelajari
hubungan antara variabel-variabel ini. Juga mungkin bahwa penyidik akan
merekrut peserta penelitian dan memeriksa hasil pada populasi ini. Peneliti juga
dapat memperkirakan prevalensi hasil pada mereka yang disurvei.

Ciri-ciri penelitian cross sesctional menurut Budiarto (2004) yaitu


sebagai berikut:
a. Pengumpulan data dilakukan pada satu saat atau satu periode tertentu dan
pengamatan subjek studi hanya dilakukan satu kali selama satu penelitian.
b. Perhitungan perkiraan besarnya sampel tanpa memperhatikan kelompok
yang terpajan atau tidak.
c. Pengumpulan data dapat diarahkan sesuai dengan kriteria subjek studi.
Misalnya hubungan antara Cerebral Blood Flow pada perokok, bekas
perokok dan bukan perokok.
d. Tidak terdapat kelompok kontrol dan tidak terdapat hipotesis spesifik.
e. Hubungan sebab akibat hanya berupa perkiraan yang dapat digunakan
sebagai hipotesis dalam penelitian analitik atau eksperimental.

Ciri khasnya adalah jumlah total sampel (n) bersifat fixed dipilih secara
random dari suatu populasi dan kemudian tiap subjek diklarifikasikan menurut
status paparan dan penyakit. Dari hasil penelitian disajikan dalam tabel berikut :
Penyakit Total
Ya Tidak
Terpapar Ya a b n1
Terpapar Tidak c d n2
Total m1 m2 n

Karena hanya total ukuran sampel n yang ditentukan terlebih dahulu sebelum
adanya penelitian, maka frekuensi a, b, c, dan d mengikuti distribusi multinominal
dengan ukuran sampel n dan probabilitas pa, pb, pc, dan pd dengan pa + pb + pc +
pd = 1.

B. Kelebihan dan Kelemahan Studi Cross Sectional

Adapun kekuatan dan kelemahan menggunakan desain studi cross-sectional,


berikut adalah beberapa kelebihan dan kekurangan yaitu :

Kekuatan penelitian cross sectional yang dikutip dari Sayogo (2009) adalah
sebagai berikut:
a. Studi cross sectional memungkinkan penggunaan populasi dari masyarakat
umum, tidak hanya para pasien yang mencari pengobatan, hingga
generalisasinya cukup memadai
b. Relatif murah dan hasilnya cepat dapat diperoleh
c. Mudah untuk dilakukan
d. Tidak memaksa subjek untuk mengalami faktor yang diperkirakan bersifat
merugikan kesehtan (faktor resiko) dan tidak ada subjek yang kehilangan
terapi yang diperkirakan bermanfaat.
e. Dapat dipakai untuk meneliti banyak variabel sekaligus
f. Jarang terancam loss to follow-up (drop out)
g. Dapat dimasukkan ke dalam tahapan pertama suatu penelitian kohort atau
eksperimen, tanpa atau dengan sedikit sekali menambah biaya
h. Dapat dipakai sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya yang bersifat
lebih konklusif
i. Membangun hipotesis dari hasil analisis

Kekurangan
Kelemahan penelitian cross sectional yang dikutip dari Sayogo (2009)
adalah sebagai berikut:
a. Sulit untuk menentukan sebab akibat karena pengambilan data risiko dan
efek dilakukan pada saat yang bersamaan (temporal relationship tidak
jelas)
b. Studi prevalens lebih banyak menjaring subyek yang mempunyai masa
sakit yang panjang daripada yang mempunyai masa sakit yang pendek,
karena inidividu yang cepat sembuh atau cepat meninggal mempunyai
kesempatan yang lebih kecil untuk terjaring dalam studi
c. Dibutuhkan jumlah subjek yang cukup banyak, terutama bila variabel yang
dipelajari banyak
d. Memiliki validitas inferensi yang lemah dan kurang mewakili sejumlah
populasi yang akurat, oleh karena itu penelitian ini tidak tepat bila
digunakan untuk menganalisis hubungan kausal paparan dan penyakit
e. Sulit untu menentukan sebab dan akibat karena pengambilan data risiko
dan efek dilakukan pada saat yang bersamaan..
f. Tidak menggambarkan perjalanan penyakit, insidensi maupun prognosis
g. Tidak praktis untuk meneliti kasus yang jarang
h. Tidak menggambarkan perjalanan penyakit
C. Contoh Penelitian Cross Sectional

HIV dan pekerja seks laki-laki (Shinde et al., 2009) Para penulis
mempresentasikan analisis cross-sectional untuk menilai prevalensi HIV dan
perilaku berisiko pada pekerja seks laki-laki. Mereka juga mengevaluasi
hubungan antara HIV dan faktor sosiodemografi. Data dikumpulkan oleh
kuesioner yang dikelola pewawancara (untuk data sosiodemografi dan perilaku),
evaluasi klinis untuk infeksi menular seksual (IMS), dan evaluasi serologis untuk
IMS (termasuk HIV).

Penulis melaporkan bahwa prevalensi HIV pada pekerja seks pria adalah 33%.
Mereka juga menemukan bahwa pria transgender berjenis kelamin laki-laki secara
bermakna lebih mungkin terinfeksi HIV dibandingkan dengan laki-laki (rasio
odds [OR]: 3,5, 95% interval kepercayaan: 1,0, 11,7). Demikian pula, mereka juga
menemukan bahwa prevalensi HIV lebih tinggi di antara mereka yang bekerja
seks adalah pekerjaan utama dibandingkan dengan mereka yang pekerjaan
seksnya bukan pekerjaan utama (40% vs 7%, P = 0,02).

D.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai