Anda di halaman 1dari 25

TERAPI

OKSIGEN
Ravi Hamsyah Hidayat, S.Ked

Pembimbing
dr. Ibnu Umar, Sp.An, KIC
PENDAHULUAN

Oksigen dapat dikatakan sebagai obat yang paling banyak digunakan


secara umum dalam anestesi dan perawatan akut di rumah sakit.

Penggunaan oksigen secara luas pada pasien dengan keadaan sakit


akut didasarkan oleh terapi oksigen yang dapat mencegah terjadinya
hipoksia selular merupakan prioritas tertinggi dalam penanganan
darurat.
Dalam penggunannya oksigen umumnya digunakan dalam tiga kondisi:
peri-operatif, perawatan kritis, dan resusitasi. Dalam penelitian
terbaru didaptkan terdapat hubungan antara terapi oksigen dan
keluaran pasien dalam situasi tersebut.
DEFINISI

Terapi oksigen adalah pemberian oksigen


pada pasien dengan konsentrasi lebih besar
daripada konsentrasi oksigen di udara
atmosfer yaitu lebih dari 21% yang diberikan
sesuai dengan indikasi pasien.
TUJUAN TERAPI

Tujuan utama pemberian terapi oksigen adalah


untuk mengobati atau mencegah hipoksemia,
sehingga dengan mencegah hipoksia jaringan
yang mungkin terjadi yang dapat
mengakibatkan cedera jaringan atau bahkan
kematian sel.
INDIKASI UMUM TERAPI

Curiga pasien infark


PaO2 <60 mmHg /
Saturasi O2 <90% mengalami miokard, edema
saat pasien bernapas hipoksia
berdasarkan paru, cedera paru
dan beristirahat.
Pada neonates: pemeriksaan akut, fibrosis paru,
PaO2 oksigen <50 fisik dan riwayat
medis inhalasi CO atau
mmHg / Saturasi O2
<88%. keracunan sianida,
dan ARDS.
INDIKASI UMUM TERAPI

pasien luka bakar,


Diberikan selama keganasan, infeksi
periode perioperatif. berat, trauma, kejang
Hal in karena selama demam, dan lainnya
anestesi umum dapat yang menyebabkan
mengakibatkan peningkatan
penurunan tekanan kebutuhan jaringan
parsial oksigen. terhadap oksigen.
INDIKASI JANGKA PENDEK

01. 02.
Pneumonia Emboli Pulmonal

Gangguan
Kardiovaskular

03.
INDIKASI JANGKA PANJANG

01. 02.
Penyakit Paru
PPOK
Interstitial

03.
Hipertensi
Pulmonal

04. 05.
Kista Fibrosis Cardiac Failure
KONTRAINDIKASI

Keracunan paraquat dan dengan inhalasi asam atau cedera paru-


Pasien tidak memiliki hipoksia kronis dan memiliki keterbatasan jalan
paru sebelumnya, terapi oksigen harus diberikan dengan hati-hati.
napas yang berat dengan keluhan dispneu dengan PaO2 60 mmHg.
ALAT SUPLEMENTASI O2

Nasal Cannula

● 1-6 L/Min
● FiO2 24-40%
● Hindari pemakaian >6 L/Min karena dapat mengakibatkan
mukosa kering dan ggn. Pola tidur
● Pasien dapat berbicara dan makan sambal menerima O2
● Mudah terlepas dan tidak efektif pada pasien kelainan
septum atau polip
ALAT SUPLEMENTASI O2

Sungkup Muka Sederhana (Simple Mask)

● 5-10 L/Min
● FiO2 35-55%
● Indikasi untuk kebutuhan jumlah sedang
● Dapat ditambahkan pelembab jika mukosa hidung kering
● Sulit untuk makan dan pada beberapa pasien mengalami
sesak
ALAT SUPLEMENTASI O2

Sungkup Muka dengan Reservoir


Rebreathing

● 8-12 L/Min
● FiO2 60-80%
ALAT SUPLEMENTASI O2

Sungkup Muka dengan Reservoir


Non-Rebreathing

● 10-15 L/Min
● FiO2 80-95%
● Berguna untuk hipoksia berat dengan ventilasi baik
ALAT SUPLEMENTASI O2
Makser Venturi

● Biru = 24% pada 2 LPM


● Kuning= 35% pada 8 LPM
● Putih = 28% pada 4 LPM
● Hijau = 60% pada 15 LPM
● Orange = 31% pada 6 LPM
PROSEDUR TERAPI

1
Tentukan
2
Pilih sistem yang
3
Tentukan
4 Pantau
status akan digunakan konsentrasi keberhasilan
oksigenasi untuk oksigen yang terapi oksigen
pasien dengan memberikan dikehendaki: dengan
pemeriksaan terapi oksigen. rendah (di bawah pemeriksaan fisik
klinis, analisa 35%), sedang (35 pada sistem
gas darah dan sampai dengan respirasi dan
oksimetri. 60%) atau tinggi kardiovaskuler.
(>60%).
PROSEDUR TERAPI

5 6 7
Lakukan Apabila Selalu
pemeriksaan dianggap perhatikan
analisa gas perlu maka terjadinya efek
darah secara dapat samping dari
periodik dilakukan terapi oksigen
dengan selang perubahan yang diberikan
waktu minimal terhadap cara
30 menit. pemberian
terapi oksigen.
EVALUASI
Melihat respon pasien terhadap terapi
oksigen
Evaluasi teknik pemberian terapi oksigen secara berkala Evaluasi efek samping terapi oksigen secara berkala

Bernafas tanpa alat bantu, Posisi alat benar dan Efek samping yang
RR normal (15-24x/ menit), tidak berpindah, tidak mungkin terjadi yaitu
SpO2 mencapai target ada kebocoran sistem toksisitas oksigen,
biasanya ≥ 90% sesuai aliran oksigen, depresi napas, nyeri
kondisi pasien, keadaan kecepatan aliran substernal, gangguan
umum stabil dan hasil sesuai dengan susunan saraf pusat dan
analisis gas darah normal. kebutuhan pasien, dan gangguan mata.
perhatikan jalan
napas tidak
tersumbat oleh
kotoran.
EFEK SAMPING

01. 02.
Depresi Napas Keracunan O2
Pada penderita PPOK Bila pemberian oksigen
dengan hipoksia terapi diatas 60% dalam jangka
oksigen dianjurkan denga lama dapat menimbulkan
aliran rendah dan kongesti paru, penebalan
intermitten alveoli, edema, dan
atelektasis

03. 04.
Nyeri Substernal Parastesia
KESIMPULAN

● Terapi oksigen merupakan pemberian oksigen dengan konsentrasi oksigen


lebih besar daripada konsentrasi oksigen di udara udara ruangan
● Tujuan utama pemberian terapi oksigen adalah untuk mengobati atau
mencegah hipoksemia.
● Terdapat beberapa alat untuk suplementasi oksigen pada pasien, yaitu: nasal
canula, simple mask, non-rebreathing mask, dan venturi mask yang
penggunaannya disesuikan juga dengan kebutuhan pasien
● Walaupun oksigen merupakan salah satu obat yang aman, namun tetap dapat
memiliki beberapa efek samping pada system pernafasan, susunan saraf, dan
mata pada bayi premature.
THANKS!
ANY QUESTIONS?

CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo, including


icons by Flaticon, and infographics & images by Freepik
PERTANYAAN

Indikasi pemberian oksigen pada berdasarkan oksimetri?

Terapi oksigen pertama yang diberikan di igd untuk pasien


sesak napas?

Apa saja yang harus di monitor pada pasien dengan


hipoksemia?

Indikasi pemberian oksigen jika tidak ada oksimetri?


• Hipoksemia – kekurangan o2 dalam darah
• Hipoksia – kekurangan 02 dalam organ
• Hiperkarbi – peningkatan co2 dalam darah
• PaO2 – O2 arteri
• PAO2 – O2 alveolus
• FiO2 – fraksi inspirasi O2
• Terapi oksigen – oksigen sudah dimurnikan, sedangkan di ruangan terdapat zat lain, o2 di udara 21%
• Didasari pemeriksaan fisik dan pemeriksaan lab dan penunjang lain
• SpO2 – target 92%
• Saat SpO2 O2 normal, PaO2 – normal 90 – 110 mmHg
• Saat PaO2 sangat tinggi terjadi toksisitas O2, jika terjadi pada pasien premature dapat terjadi ggn
penglihatan
• 1 atm = 760 mmHg, 1 kPa = 7,5 mmHg, 1 bar = 0,987 atm, 1 cmH2O = 0.7355 mmHg
• 1 siklus napas = 1 inspirasi : 2 ekspirasi, napas normal 12x/mnt, 5 detik 1 siklus = 2 detik ins, 3 detik eks
• Pemakaian oksigen manusia 3%, masuk 21% keluar 18%, pada rjp tetap berguna
• pemakaian alat harus sesuai dengan aturan flow O2 karena dapat CO2 terhisap lg oleh pasien
• pada kanul peningkatan 1 lpm menaikkan 3% FiO2
• keberhasilan dilihat dari keadaan klinis pasien seperti bisa berbicara normal dan tidak sesak lg
• Proses difusi: pressure, dinding alveolus, luas permukaan

Anda mungkin juga menyukai