Anda di halaman 1dari 23

SOSIALISASI MITIGASI BENCANA SEBAGAI UPAYA SIAGA

BENCANA ALAM BAGI MASYARAKAT DI DUSUN SOMPOK,


SRIHARJO, IMOGIRI

PROPOSAL PENELITIAN
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Seminar Proposal
Dosen Pengampu: Amika Wardhana, Ph.D

Disusun Oleh:
Windiari Nurlina Setiawan
16413241012

JURUSAN PENDIDIKAN SOSIOLOGI


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2019
ABSTRAK

Tindakan dalam pengurangan resiko dari dampak bencana pada saat ini belum
sepenuhnya menyeluruh pada masyarakat Indonesia mengingat wilayah di Indonesia
yang rawan terhadap bencana. Maka diperlukan suatu tindakan mitigasi bencana
melalui sosialisasi bagi masyarakat agar masyarakat dapat mendapatkan baik
informasi, pendidikan, pengetahuan mengenai kebencanaan dan upaya
pencegahannya agar lebih siaga dalam menghadapi bencana yang tidak dapat kita
prediksi. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui sosialisasi mitigasi
bencana yang diterima oleh masyarakat di Dusun Sompok dan untuk mengetahui
manfaat yang dirasakan masyarakat dengan adanya sosialisasi mitigasi bencana.
Pendekatan pada penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Lokasi
penelitian yang dipilih yaitu di Dusun Sompok, Sriharjo, Imogiri. Populasi pada
penelitian ini yaitu masyarakat di Dusun Sompok, serta sampel dari penelitian ini
dipilih dengan menggunakan teknik pengambilan sampel purposive sampling. Sumber
data yang digunakan yaitu sumber data primer yang berasal dari wawancara dan
observasi, serta sumber data sekunder baik dari buku, jurnal atau literature yang
terkait dengan topik penelitian. Validitas data dalam penelitian ini menggunakan
teknik triangulasi serta reliabilitas data dapat dilakukan dengan membuat panduan
langkah-langkah dalam penelitian. Teknik analisis data yang digunakan pada
penelitian ini menggunakan teknik analisis Interaktif dari Miles & Huberman melalui
tiga komponen yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat bahwa selama
dua tahun terakhir yaitu tahun 2017 dan tahun 2018 telah terjadi sebanyak 5.442
peristiwa bencana alam yang ada di Indonesia. Data menunjukkan bahwa pada
tahun 2017 terdapat 2.869 peristiwa bencana alam dan tahun 2018 terdapat 2.573
peristiwa bencana alam. Selain itu, tren bencana pada saat ini cenderung
meningkat dari tahun ke tahun, walaupun terjadi penurunan peristiwa bencana
pada tahun 2018, akan tetapi angka peristiwa bencana alam tersebut masih tinggi
dibanding dengan tahun-tahun sebelum tahun 2017. Beberapa bencana yang
melanda wilayah di Indonesia seperti gempa bumi, tsunami, erupsi gunung api,
banjir, longsor, kekeringan, kebakaran hutan dan lahan serta puting beliung.
Selain itu, faktor cuaca ekstrem juga menyebabkan tingginya risiko terhadap
timbulnya berbagai bencana. Peristiwa bencana alam pada tahun 2017 yang
melanda wilayah Yogyakarta yaitu bencana banjir. Bahkan menurut data dari
BNPB bencana banjir merupakan bencana yang paling banyak terjadi sepanjang
tahun 2017. Bencana banjir yang terjadi di Yogyakarta terjadi akibat intensitas
hujan yang tinggi selama tiga hari dan cuaca yang ektrem pada saat itu hingga
salah satu wilayah di Dusun Sompok yang termasuk wilayah yang dilalui arus air
pada saat bencana banjir terjadi. Dengan berbagai macam bencana yang ada,
diperlukan suatu tindakan mitigasi bencana agar masyarakat dapat mencegah atau
meminimalisir dampak dari timbulnya bencana. Upaya tersebut dilakukan
sebagai sikap antisipasi ketika peristiwa bencana datang, baik mengantisipasi
penyelamatan diri, ataupun antisipasi agar dapat melakukan penyelamatan materi.
Selain itu di Dusun Sompok ini merupakan wilayah yang sudah ditetapkan atau
dijadikan sebagai “Desa Tanggap Bencana” oleh BAZNAS.
Bencana merupakan suatu peristiwa yang dapat memberikan dampak
merugikan manusia, materi bahkan lingkungan. Dalam mengantisipasi dampak
yang ditimbulkan perlu dilakukan sosialisasi mitigasi bencana yang diperlukan
sebagai upaya siaga bencana bagi masyarakat yang terkena dampak dari bencana
alam. Dalam proses sosialisasi sendiri merupakan proses bagi individu dalam
berpartisipasi menjadi anggota masyarakat dalam mempelajari norma dan nilai di
masyarakat. Dalam hal ini, individu yang ada di masyarakat akan berpartisipasi
dan berkumpul dalam mempelajari mitigasi bencana sebagai upaya siaga bencana.
Mitigasi merupakan tindakan yang dilakukan untuk mengurangi dampak yang
ditimbulkan dari bencana. Sehingga tindakan mitigasi menekankan pada kegiatan
untuk mengidentifikasi masyarakat pada daerah rawan bencana dan pola perilaku
manusia yang rentan terhadap bencana. Dengan adanya mitigasi bencana tersebut,
maka diharapkan masyarakat dapat memiliki sikap siaga/kesiapsiagaan terhadap
bencana. Kesiapsigaan sendiri merupakan tindakan efektif yang dilakukan
sebelum terjadinya bencana untuk memastikan adanya respons yang efektif
terhadap dampak bahaya, ternasuk dikeluarkannya peringatan dini secara tepat
waktu dan efektif. Selain itu, penelitian ini menggunakan teori reliabilitas. Dalam
teori reliabilitas merupakan suatu bentuk atau sikap yang dilakukan untuk bangkit
kembali, bertahan dalam berbagai situasi atau peristiwa yang traumatic baik dari
faktor eksternal maupun dari faktor internal. Sehingga dalam kaitannya dengan
penelitian ini adalah teori resiliensi melihat bagaimana individu dapat bertahan
dan bangkit kembali dari peristiwa bencana alam dengan adanya tindakan
mitigasi bencana sebagai upaya siaga bencana.
Penelitian mengenai tema yang sama dengan penelitian ini sudah banyak
dilakukan oleh para peneliti lainnya. Dari penelitian yang sudah ada dilakukan,
banyak ditemukan di luar daerah Yogyakarta. Dari ke tiga penelitian relevan
tersebut, keseluruhan penelitian mengkaji mengenai sosialisasi mitigasi bencana
sebagai upaya pengurangan resiko atau dampak dari bencana yang ditimbulkan.
Ketiga penelitian tersebut merupakan penelitian kualitatif. Hasil yang didapat dari
ketiga penelitian relevan tersebut diantaranya rata-rata pemahaman masyarakat
mengenai kebencanaan relatif cukup baik. Akan tetapi masih ada masyarakat
yang belum mengetahui secara pasti daerah mana saja yang termasuk daerah
rawan bencana, walaupun demikian mereka tetap bersedia apabila diminta untuk
berpartisipasi dalam mengatasi bencana melalui sosialisasi. Selain itu, dalam
proses sosialisasi mitigasi bencana pada penelitian relevan ini menggunakan
media yaitu berupa kesenian daerah wayang serta dengan mitigasi yang lainnya
yaitu menggunakan kearifan lokal dari daerah tersebut seperti selametan desa,
istigosah, dan kerja bakti.
Pemaparan dari ketiga penelitian relevan tersebut, masih terdapat beberapa
aspek yang perlu untuk diteliti atau dikaji lebih mendalam pada penelitian
selanjutnya yaitu belum disebutkan secara lebih mendalam mengenai bagaimana
proses sosialisasi yang didapat oleh masyarakat, evaluasi dari setiap kegiatan
sosialisasi yang telah dijalankan untuk melihat sejauh mana keberhasilan dari
proses penyelenggaraan sosialisasi bagi masyarakat atau kebermanfaatan yang
dirasakan oleh masyarakat terutama bagi masyarakat yang sudah mendapatkan
sosialisasi mitigasi bencana, serta belum disertakan tingkat kesadaran masyarakat
setelah mendapatkan sosialisasi mitigasi bencana untuk menghadapi ancaman
bencana. Sehingga pada penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti, peneliti
ingin lebih memperdalam fokus kajian penelitian pada masyarakat di Dusun
Sompok, Sriharjo, Imogiri.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka diperoleh identifikasi masalah sebagai
berikut:
1. Proses sosialisasi yang didapat belum dicantumkan secara lengkap dan kurang
mendalam.
2. Peneliti sebelumnya belum mengkaji mengenai manfaat yang dirasakan dari
sosialisasi mitigasi bencana yang didapat oleh masyarakat.
3. Belum disertakan tingkat kesadaran masyarakat setelah mendapatkan
sosialisasi mitigasi bencana untuk menghadapi ancaman bencana.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas diperlukan batasan masalah. Pembatasan
masalah ini bertujuan agar penelitian terfokus sehingga memperoleh kesimpulan
yang benar serta mendalam pada aspek yang akan diteliti. Maka batasan masalah
pada penelitian ini difokuskan pada sosialisasi mitigasi bencana sebagai upaya
siaga bencana alam pada masyarakat di Dusun Sompok, Sriharjo, Imogiri.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, serta batasan masalah
diatas, peneliti mengajukan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana sosialisasi mitigasi bencana yang diterima oleh masyarakat di
Dusun Sompok?
2. Bagaimana manfaat yang dirasakan masyarakat dengan adanya sosialisasi
mitigasi bencana?
3. Bagaimana tingkat kesadaran masyarakat di Dusun Sompok setelah
mendapatkan sosialisasi mitigasi bencana terhadap ancaman bencana?
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah diatas maka tujuan yang akan dicapai oleh
peneliti dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui sosialisasi mitigasi bencana yang diterima oleh masyarakat
di Dusun Sompok.
2. Untuk mengetahui manfaat yang dirasakan masyarakat dengan adanya
sosialisasi mitigasi bencana.
3. Untuk mengetahui tingkat kesadaran masyarakat di Dusun Sompok setelah
mendapatkan sosialisasi mitigasi bencana terhadap ancaman bencana.
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi penelitian – penelitian
dengan tema mengenai mitigasi bencana yang ada di Indonesia khususnya
sosialisasi mitigasi bencana sebagai upaya siaga bencana alam bagi
masyarakat di Dusun Sompok, Sriharjo, Imogiri. Sehingga dapat memberi
konstribusi dan manfaat bagi ilmu sosiologi dan ilmu sosial pada umumnya,
serta menjadi bahan referensi bagi penelitian selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi peneliti, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah
pengetahuan dan wawasan bagi peneliti untuk dapat dikembangkan lagi
dalam penelitian selanjutnya dan memberikan informasi untuk
mengaplikasikan pengetahuan secara nyata.
b. Bagi mahasiswa, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan
referensi untuk pengembangan penelitian yang terkait.
c. Bagi Civitas Akademika, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat
untuk melengkapi studi mengenai sosialisasi mitigasi bencana sebagai
upaya siaga bencana alam bagi masyarakat di Dusun Sompok, Sriharjo,
Imogiri.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Pustaka
1. Bencana
Menurut Coppola (2007) Kata bencana dalam bahasa Inggris (disaster)
berasal dari bahasa latin yaitu dari akar kata dis (jauh) dan astrum (bintang)
yang berarti jauh dari bintang atau bermakna kejadian yang menyalahkan
kemalangan konfigurasi astrologi (dikutip dari Kusumasari, 2014). Bencana
adalah suatu kejadian alam, buatan manusia, atau perpaduan antaran
keduanya yang terjadi secara tiba-tiba sehingga menimbulkan dampak negatif
yang dahsyat bagi kelangsungan kehidupan (Priambodo, 2009: 22). Sehingga
dengan adanya kejadian tersebut, unsur-unsur yang mempengaruhi harus
dapat melakukan tindakan yang tepat untuk memulihkan kondisi dan keadaan
seperti semula atau menjadikan kondisi lebih baik. Definisi bencana yang
lainnya muncul dari perspektif agama. Neiman menyebutkan bahwa dari sisi
agama Kristen melihat bahwa bencana ‘sebagai petanda kiamat dunia’,
sedangkan dari sisi agama islam bencana dilihat sebagai ‘pembersihan pantai
dari wisatawan setengah telanjang untuk menjadikannya lebih baik’ (dikutip
dari Kusumasari, 2014). Menurut Asian Disaster Reduction Centre (2003)
dan the United Nations (1992) bencana adalah suatu gangguan serius
terhadap fungsi masyarakat yang mengakibatkan kerugian manusia, material,
atau lingkungan yang luas melebihi kemampuan masyarakat yang terkena
dampak dan harus mereka hadapi menggunakan sumberdaya yang ada pada
mereka. Berdasarkan UU No. 24 Tahun 2007 bencana adalah peristiwa atau
rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan
penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau
non-alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbunya korban
jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta-benda dan dampak
psikologis (dikutip dari Wesnawa, 2014:19).
Terjadinya suatu bencana dapat menyebabkan adanya bencana lain pula
atau memberikan dampak potensi timbulnya bencana lain. Misalnya bencana
gempa bumi dapat dikaitkan dengan tsunami, tanah longsor, gunung api
meletus. Bencana dapat dikategorikan menjadi bebebrapa jenis diantaranya:
a. Bencana Alam
Yaitu bencana yang dapat disebabkan oleh adanya perubahan kondisi
alamiah alam semesta. Misalnya bencana aangin topan, badai, puting
beliung, tanah longsor, erosi, sedimantasi, banjir, tsunami, letusan
gunung api, gempa bumi, kekeringan.
b. Bencana Sosial
Yaitu bencana yang dipengaruhi oleh tindakan manusia yang meliputi
konflik sosial antarkelompok atau antar komunitas masyarakat. Misalnya
kelaran, perang, kerusuhan, teror bom.
c. Bencana Kompleks
Yaitu bencana yang diakibatkan dari perpaduan bencana alam dan
bencana sosial dan dapat menimbulkan dampak negatif bagi kelangsungn
hidup. Misalnya kebakaran, kerusakan ekosistem, polusi lingkungan.
Selain itu, setiap bencana dapat dibedakan berdasarkan dari skala bencana
tersebut yaitu:
a. Ringan
Pada skala ini, bencana dapat dikatakan dalam skala atau tingkat bahaya
ringan apabila manusia sebagai korban bencana mengalami cedera dan
bangunan yang rusak dikatakan rusak ringan.
b. Menengah
Skala bencana dapat dikatakan menengah apabila manusia sebagai
korban bencana mengalami luka parah dan kerusakan bangunan sedang.
c. Berat
Skala atau tingkat bahaya bencana dikatakan berat apabila manusia
mengalami cacat permanen serta kerusakan bangunan yang dapat
dikatakan parah.
d. Dahsyat
Jika suatu bencana sudah dikatakan berskala dahsyat, manusia yang
menjadi korban bencana meninggal dunia serta kerusakan bangunan yang
dikatakn hancur.
2. Mitigasi
Menurut King (2007) mitigasi didefiniskan sebagai tindakan yang
diambil sebelum bencana terjadi dengan tujuan untuk mengurangi atau
menghilangkan dampak bencana terhadap masyarakat dan lingkungan. Selain
itu, Federal Emergency Management Agency/Fema (2006) mitigasi sering
juga disebut pencegahan atau pengurangan risiko dan dianggap sebagai
landasan manajemen bencana. Menurut FEMA (2006) kegiatan mitigasi
mengurangi kemungkinan terjadinya kondisi darurat atau mengurangi
dampak kerusakan dari kondisi darurat yang tidak dapat dihindari. Mitigasi
menekankan pada kegiatan untuk mengidentifikasi pada daerah rawan
bencana dan pola perilaku manusia yang rentan terhadap bencana. Sehingga
tujuan dari mitigasi adalah upaya untuk mencegah dampak dari adanya suatu
bencana dengan pembuatan struktur bangunan yang kokoh atau tahan
terhadap bahaya tertentu, serta selain itu mitigasi bencana dapat dilakukan
dari aspek perilaku komunitas yaitu dengan program relokasi pemukiman,
sosialisasi peraturan pencegahan bencana dan pendidikan tentang bencana.
Terdapat dua jenis mitigasi yaitu:
a. Mitigasi Struktural
Yaitu tindakan yang dilakukan untuk mengurangi risiko yang dapat
dilakukan melalui pembangunan atau perubahan lingkungan fisik melalui
penerapan solusi yang dirancang yang mencakup ketahanan konstruksi,
langkah-langkah pengaturan, dan kode pembangunan, relokasi,
modifikasi struktur, konstruksi tempat tinggal masyarakat, konstruksi
pembatas atau sistem pendeteksi, modifikasi fisik, sistem pemulihan, dan
penanggulangan infrastruktur untuk keselamatan hidup.
b. Mitigasi Nonstruktural
Yaitu tindakan yang dilakukan untuk mengurangi kemungkinan atau
konsekuensi risiko melalui modifikasi proses-proses perilaku manusia
atau alam, tanpa membutuhkan penggunaan struktur yang dirancang.
Bisanya dalam mitigasi ini langkah-langkah yang digunakan yaitu
regulasi, program pendidikan, dan kesadaran masyarakat, modifikasi fisik
nonstruktural, modifikasi perilaku, serta pengendalian lingkungan.
3. Kesiapsiagaan
Kesiapsiagaan menurut BNPB (Badan Nasional Penanggulangan
Bencana) merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk
mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang
tepat guna dan berdaya guna. Kesiapsiagaan dapat didefinisikan sebagai
tindakan/respons efektif yang dilakukan sebelum kondisi darurat untuk
menghadapi bencana atau keadaan darurat yang terjadi. Kusumasari (2014:
24-25) menyatakan kesiapsiagaan berkaitan dengan kegiatan dan langkah-
langkah yang diambil sebelum terjadinya bencana untuk memastikan adanya
respons yang efektif terhadap dampak bahaya, ternasuk dikeluarkannya
peringatan dini secara tepat waktu dan efektif. Beberapa upaya penting dalam
kesiapsiagaan dalam berbagai situasi bencana menurut BNPB adalah:
a. Memahami bahaya di sekitar tempat tinggal.
b. Memahami sistem peringatan dini setempat. Mengetahui rute evakuasi dan
rencana pengungsian.
c. Memiliki keterampilan untuk mengevaluasi situasi secara cepat dan
mengambil inisiatif tindakan untuk melindungi diri.
d. Memiliki rencana antisipasi bencana untuk keluarga dan mempraktekkan
rencana tersebut dengan latihan.
e. Mengurangi dampak bahaya melalui latihan mitigasi.
f. Melibatkan diri dengan berpartisipasi dalam pelatihan.
Menurut Drabek & Hoetmar (1991) terdapat beberapa prinsip dasar kesiagaan
yaitu:
a. Kesiapsiagaan merupakan proses yang berkesinambungan
Perencanaan yang dibuat dalam kesiapsiagaan harus selalu up-to-date
serta harus menyesuaikan kondisi dan kebutuhan.
b. Kesiapsiagaan mengurangi ketidaktahuan selama bencana
Kesiapsiagaan dapat meningkatkan kemampuan untuk menghadapi suatu
keridakpastian serta mengantisipasi jika terjadi adanya bencana. Sehingga
tujuannya agar dapat mencoba untuk mengecilkan dampak dari suatu
bencana yang datang terhadap lingkungan sekitar.

c. Kesiapsiagaaan merupakan kegiatan pendidikan


Kesiapsiagaan dapat dilakukan dengan adanya pemberian informasi
melalui sosialisasi kepada masyarakat sehingga masyarakat dapat
mengetahui tindakan apa yang harus dilakukan pada saat bencana
terjaaadi dan pasca bencana terjadi.
d. Kesiapsiagaan didasarkan pada pengetahuan
Pemberian informasi kesiapsiagaan kepada masyarakat harus didasarkan
pada pengetahuan yang akurat, karena kegiatan kesiapsiagaan ini
berkaitan erat dengan nyawa manusia dalam keadaan darurat.
e. Kesiapsiagaan menyebabkan timbulnya tindakan yang tepat
Dalam tindakan kesiapsiagaan memang diharuskan untuk melakukan
tindakan yang cepat karena berkaitan dengan penyelamatan. Akan tetapi,
tindakan yangh cepat saja tidak cukup, harus ada tindakan yang tepat
yang merupakan aspek terpenting dalam upaya penyelamatan.
f. Resistensi terhadap kesipasiagaan bencana diberikan
Adanya kerjasama antara pemerintah dalam melakukan kesiapsiagaan ini
sehingga peran dari pemerintah atau birokrasi dapat berimprovisasi pada
saat menjalani hal tersebut.
g. Perencanaan yang sederhana merupakan sebbuah tujuan yang jelas.
Kesiapsiagaan sederhana memang perlu untuk disiapkan terlebih dahulu,
karena dengan perencanaan yang sederhana dapat mengantisipasi siatuasi
yang dapat berubah secara terus menerus sehingga dapat menjadi out of
date pada waktu lainnya, dan dilakukan seefisien mungkin.
B. Kajian Teori
1. Teori Resiliensi
Istilah resiliensi pertama kali diformulasikan oleh Block dengan istilah
ego-resiliance. Ego-resiliance pada saat itu diartikan sebagai sebuah
kemampuan penysuaian diri bagi individu secara tinggi dan luwes dalam
menghadapi tekanan internal ataupun tekanan eksternal. Menurut Reivich dan
Shatte (2002: 1), resiliensi adalah kapasitas ntuk merespon secara sehat dan
produktif ketika berhadapan dengan kesengsaraan atau trauma, yang
diperlukan untuk mengelola tekanan hidup sehari-hari (dikutip dari Furqon,
2013: 2). Furqon (2013:2) mengartikan resiliensi adalah kemampuan untuk
bangkit kembali dari pengalaman negatif yang mencerminkan kualitas
bawaan individu atau merupakan hasil dari pembelajaran dan pengalaman.
Fatmasarai (2015:14) menyebutkan bahwa resiliensi merupakan bagimana
cara individu bertahan dalam kondisi apapun seperti pada korban kekerasan
rumah tangga, korban bencana alam, seorang ibu dikaruniai anak autis,
anggota polisi yang sedang mengalami kejenuhan pada suatu pekerjaan dan
masih banyak lagi problematika hidup yang harus membutuhkan resiliensi
ini, karena resiliensi sanbat berperan penting untuk membantu menvgurangi
setiap problem-problem yang dialami seseorang tersebut dengan cara
memberikan motivasi positif dari orang-orang terdekat ataupun diri sendiri.
Menurut Reivich. K dan Shatte. A yang dituangkan dalam bukunya “The
Resiliency Factor” menjelaskan resiliensi adalah kemampuan untuk
mengatasi dan beradaptasi terhadap kejadian yang berat atau masalah yang
terjadidalam kehidupan (dikutip dari Ghozali, 2017: 36). Menurut Grotberg
resiliensi adalah kemampuan manusia untuk menghadapi, mengatasi, dan
menjadi kuat atas kesulitan yang dialaminya (dikutip dari Ghozali, 2017: 37).
Sehingga dapat dikatakan bahwa resiliensi merupakan suatu bentuk atau
sikap yang dilakukan untuk bangkit kembali, bertahan dalam berbagai situasi
atau peristiwa yang traumatic baik dari faktor eksternal maupun dari faktor
internal. Sehingga dalam kaitannya dengan penelitian ini adalah teori
resiliensi melihat bagaimana individu dapat bertahan dan bangkit kembali
dari peristiwa bencana alam. Reivich dan Shatte (2002) memaparkan tujuh
aspek dari resiliensi, aspek- aspek tersebut adalah :
1. Pengaturan emosi
Pengaturan emosi dapat diartikan sebagai suatu kemampuan individu
untuk mengatur emosi sehingga tetap tenang meskipun berada dalam
situasi di bawah tekanan
2. Kontrol terhadap impuls
Kontrol terhadap impuls adalah kemampuan individu untuk
mengendalikan impuls atau dorongan-dorongan dalam dirinya, sehingga
kemampuan mengontrol impuls akan membawa kepada kemampuan
berpikir yang jernih dan tepat.
3. Optimisme
Optimisme berarti individu memiliki kepercayaan bahwa dalam segala
sesuatu akan menjadi lebih baik. Individu diharapkan mempunyai
harapan dan kontrol atas kehidupannya.
4. Kemampuan menganalisis masalah
Kemampuan menganalisis masalah pada diri individu dapat dilihat dari
bagaimana individu tersebut dapat mengidentifikasikan secara tepat sebab
atau alasan dari permasalahan yang menimpany atu yang sedang dialami.
5. Empati
Empati merupakan kemampuan individu untuk dapat merasakan
bagaimana perasaan dan emosi orang lain.
6. Efikasi diri
Efikasi diri mewakili kepercayaan individu bahwa individu mampu untuk
mengatasi segala permasalahan disertai dengan keyakinan akan kekuatan
yang dimiliki untuk mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut.
7. Pencapaian
Pencapaian menggambarkan kemampuan individu untuk meningkatkan
aspek-aspek yang positif dalam kehidupannya yang mencakup keberanian
seseorang untuk mengatasi segala ketakutan-ketakutan yang mengancam
dalam kehidupannya
C. Kajian Hasil Penelitian Relevan
1. Penelitian pertama yang relevan dengan penelitian ini adalah “Sosialisasi
Pendidikan Mitigasi Pada Lingkungan Rawan Bencana”. Penelitian ini
dilakukan oleh Dr.Siti Irene Astuti Dwiningrum, Dr. Muhsinatun Siasah,
Dyah Respati S, MSi dan Sujoko. MS dari Universitas Negeri Yogyakarta.
Pada penelitian ini tema yang diangkat yaitu mengenai mitigasi bencana.
Penanganan terhadap resiko bencana belum dilakukan secara optimal,
sehingga perlunya pengetahuan, inovasi, pendidikan untuk membangun
budaya keselamatan dan ketahanan pada semua tingkat/ resiliensi. Pendidikan
melalui integrasi PRB di sekolah baik kurikulumnya maupun budaya
keselamatan sekolah harus disosialiasikan. Penelitian ini bertujuan untuk
memahami bagaimanakah kesadaran guru tentang pendidikan mitigasi
bencana dan pendapat guru tentang sosialisasi pendidikan mitigasi bencana di
daerah rawan bencana. Pendekatan dalam penelitian ini dilakukan dengan
pendekatan deskriptif-kualitatif, penggalian data dengan wawancara dan
kuesioner, serta data dianalisis dengan melakukan kategori dan reduksi data.
Data ditampilkan secara naratif dengan dukungan data kuantitatif yang
dihitung dengan prosentase. Hasil penelitiannya berupa pemahaman guru
tentang kebencanaan relatif cukup baik dinilai dari aspek sensitivitas dalam
merespon bencana, cara merefleksi bencana, kesadaran untuk mengurangi
bencana dan tindakan menghindari yang dilakukan saat terjadi bencana,
pendekatan pengetahuan kebencanaan merupakan modal penting bagi
pendidikan mitigasi bencana relatif sudah dimiliki oleh guru. Hal ini dapat
dinilai dari pendekatan ORID rata-rata guru menyatakan jawaban relatif
sangat sesuai/sesuai dengan pengetahuan yang diperlukan dalam pendidikan
mitigasi bencana, modul pendidikan mitigasi bencana relatif dinilai baik
sebagai sumber untuk melaksanakan sosialisasi pendidikan mitigasi bencana.
Persamaan pada penelitian ini adalah fokus pada sosialisasi mitigasi bencana
pada daerah rawan bencana untuk mengurangi resiko bencana. Sedangkan
untuk perbedaannya pada latar tempat rawan bencana pada penelitian ini di
sekolah serta obyek penelitiannya adalah guru. Sedangkan pada penelitian
yang akan dilakukan peneliti ini pada wilayah perkampung masyarakat, serta
obyek penelitiannya masyarakat di Dusun Sompok.
2. Penelitian kedua yang relevan dengan penelitian ini adalah “Strategi
Komunikasi Sosialisasi Sadar Bencana melalui Kegiatan Kesenian Rakyat”.
Penelitian ini dilakukan oleh Gladys Carissa Da Gama dari Institus Teknologi
dan Bisnis Kalbis, Jakarta. Pendekatan penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Teknik pengumpulan data
pada penelitian ini yaitu dengan wawancara mendalam, observasi serta data
sekunder. Tujuan dari penelitian ini yaitu agar di masa mendatang
kesiapsiagaan pada diri masing-masing individu sudah meningkat dari sisi
pengetahuan hingga penanganan saat atau sebelum bencana terjadi. Hasil
observasi yang didapat yaitu sosialisasi dengan tema sadar bencana yang
dilaksanakan oleh Badan Nasional Bencana (BNPB) memiliki dua kegiatan di
dalamnya yaitu sosialisasi pada anak sekolah dasar dan sosialisasi melalui
kesenian rakyat wayang. Selain itu masyarakat sangat antusias terhadap acara
yang diselenggarakan oleh BNPB terutama pada saat pendalangan bencana
yang dipengaruhi oleh kredibilitas dalam berkomunikasi serta memiliki
pengalaman yang cukup dari dalang sehingga menjadi daya tarik bagi
masyarakat yang datang.
Persamaan penelitian ini dengan adalah pada fokus penanggulangan bencana
bagi masyarakat agar masyarakat dapat lebih siaga dalam menghadapi
bencana. Sedangkan perbedaan penelitian ini adalah pada penelitian ini dalam
memberikan informasi atau sosialisasi penanggulangan bencana digunakan
media komunikasi yaitu dengan menggunakan kesenian rakyat serta media
lain seperti film animasi dan dongeng.
3. Penelitian ketiga yang relevan adalah “Mitigasi Bencana Alam Berbasis
Kearifan Lokal dalam Masyarakat Desa Rawan Bencana”. Penelitian ini
dilakukan oleh Dzulfikar Ghassani dari Departemen Sosiologi, Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Airlangga. Desa Kertowono merupakan
salah satu desa rawan bencana alam di Kabupaten Lumajang. Adanya
bencana alam tanah longsor yang sering terjadi, bencana alam kekeringan
serta masyarakat Desa Kertowono juga mengalami dampak dari erupsi
gunung berapi yang mana gunung berapi tersebut merupakan gunung bromo
dan gunung semeru.Dengan adanya berbagai bencana alam yang melanda
Desa Kertowono, penelitian ini melihat bagaimana tindakan sosial
masyarakat Desa Kertowono dalam proses membentuk hingga melakukan
mitigasi bencana alam berbasis kearifan lokal dalam menghadapi bencana
alam. mitigasi bencana alam berbasis kearifan lokal dalam menghadapi
bencana alam. Penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif dengan
analisis kualitatif. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data
dalam bentuk wawancara mendalam guna memperoleh informasi yang jelas
mengenai fokus permasalahan. Hasil penelitian yang didapat yaitu didapat
beberapa variasi data tentang tindakan sosial melalui proses tindakan sosial
masyarakat Desa Kertowono dalam membentuk hingga melakukan mitigasi
bencana alam berbasis kearifan lokal guna menghadapi bencana alam yaitu
selametan desa, istigosah dan kerja bakti. Masyarakat Desa Kertowono
membentuk dan melakukan hal tersebut karena masyarakat memiliki
pengetahuan dan pengalaman dalam menghadapi bencana alam melalui
proses sosialisasi sekunder sehingga masyarakat Desa Kertowono memiliki
nilai- nilai tradisi yang kuat dalam kearifan lokalnya yang mana merupakan
hasil dari generasi terdahulu mereka yang wajib untuk dilakukan,
dipertahankan dan tidak dapat dihilangkan..
Persamaan penelitian ini yaitu pada kegiatan mitigasi bencana yang sebagai
upaya penyelamatan dalam kehidupan sehari-hari. Perbedaan penelitian ini
yaitu pada penelitian ini mitigasi bencana yang dilakukan oleh masyarakat
berbasis pada kearifan maysrakat setempat di Desa Kertowono.
D. Kerangka/ Alur Penelitian
BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) mencatat selama dua
tahun terakhir Indonesia mengalami peristiwa bencana sebanyak 5.442 peristiwa.
Dengan jumlah total bencana yang banyak seperti itu, dapat dipastikan bahwa
wilayah atau daerah yang mengalami bencana akan berdampak pada kerusakan
yang harus ditanggung. Baik kehilangan nyawa, harta benda maupun kerusakan
lingkungan sekitar. Sehingga sosialisasi mitigasi bencana diperlukan agar
masyarakat dapat mengurangi kemungkinan terjadinya kondisi darurat atau
mengurangi dampak kerusakan dari kondisi darurat yang tidak dapat dihindari.
Sehingga mitigasi bencana tersebut sebagai upaya agar masyarakat lebih siaga
dalam menghadapi adanya bencana jika suatu saat terjadi lagi serta. Dengan
demikian adanya siaga bencana sebagai tindakan/respons efektif yang dilakukan
sebelum kondisi darurat untuk menghadapi bencana atau keadaan darurat yang
terjadi yang dapat meminimalisir resiko terhadap bahaya bencana yang terjadi.

Peristiwa Adanya dampak Sosialisasi


Bencana kerugian (korban jiwa, Mitigasi
Alam materi, lingkungan,
trauma)

Pengurangan Siaga Bencana


dampak bencana

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis/ Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini merupakan jenis
penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk
memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya
perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara holistik, dan dengan
cara mendeskripsikan dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks
khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah
(Moeleong, 2006:6). Adapun alasan penelitian ini menggunakan jenis penelitian
kualitatif karena dalam penelitian ini data yang akan dihasilkan berupa data
deskriptif yang diperoleh dari data-data berupa tulisan, kata-kata dan dokumen
yang berasal dari sumber atau informan yang diteliti dan dapat dipercaya.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian bertempat di Sompok, Sriharjo, Imogiri, Bantul,
Yogyakarta. Pemilihan lokasi ini berdasarkan pertimbangan karena: (i) di Dusun
Sompok termasuk wilayah yang terkena dampak dari bencana banjir pada tahun
2017; (ii) terdapat suatu dusun di Sriharjo yang sudah masuk menjadi desa
tanggap bencana oleh Baznas; (iii) tidak ada atau masih kurang mengenai
penelitian tentang sosialisasi mitigas bencana di Yogyakarta. Waktu penelitian ini
akan dilakukan pada Agustus tahun 2019.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian adalah sekumpulan objek yang mejadi pusat
perhatian yang memiliki informasi serta ingin diketahui oleh peneliti. Sehingga
populasi pada penelitian ini adalah masyarakat yang tinggal di Dusun Sompok.
Sampel penelitian merupakan himpunan bagian dari suatu populasi yang
dianggap mewakili populasi tersebut sehingga informasi apa pun yang dihasilkan
oleh sampel ini bisa dianggap mewakili keseluruhan populasi. Menutut Salim dan
Syahrum (2012:141) sampling adalah untuk menjaring informasi sebanyak-
banyaknya dari berbagai macam sumber, yang bertujuan untuk merinci
kekhususan yang ada dalam ramuan konteks yang unik. Menurut Nugrahani
(2014: 55) Sampel penelitian kualitatif adalah cara yang memaksimalkan
keluasan dan jarak rentang informasi yang diperoleh. Penelitian ini menggunakan
teknik pengambilan sampel yaitu purposive sampling. Purposive Sampling
merupakan sampel yang berdasarkan tujuan yang didasarkan pada pertimbangan-
pertimbangan tertentu. Sehingga sampel penelitian pada penelitian ini memiliki
kriteria meliputi:
1. Berusia 17 tahun ke atas.
2. Mengetahui atau pernah mengikuti sosialisasi mitigas bencana.
3. Berstatus sebagai warga Sompok, Sriharjo, Imogiri.
D. Sumber Data
Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, tindakan,
selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. berkaitan dengan
hal itu pada bagian ini jenis datanya dibagi ke dalam kata-kata dan tindakan,
sumber data tertulis, dan foto (Moleong, 2006: 157). Sumber data dalam
penelitian ini termasuk dalam jenis sumber data primer, karena diperoleh dengan
cara menggali sumber asli secara langsung melalui informan yaitu dari hasil
obervasi dan hasil wawancara yang dilakukan dengan informan yang bersedia
diwawancarai mengenai Sosialisasi Mitigasi Bencana Sebagai Upaya Siaga
Bencana Alam dalam hal ini sumber data primer pada penelitian ini adalah
masyarakat yang tinggal di Sompok. Selain itu sumber data sekunder didapat dari
buku, jurnal atau sumber literature lainnya.
E. Teknik dan/atau Instrumen Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan beberapa teknik, diantaranya:
1. Wawancara mendalam
Wawancara mendalam pada penelitian ini dilakukan agar mendapatkan
informasi mengenai hal-hal yang ingin ditanyakan terkait dengan penelitian
kepada informan yang dipilih. Dengan menggunakan teknik wawancara agar
peneliti lebih mengetahui pemikiran atau persepsi dari informan mengenai
mitigasi bencana. Wawancara yang dilakukan yaitu wawancara secara
langsung (tatap muka) serta dilakukan secara terstruktur yaitu dengan
menggunakan pedoman wawancara.
2. Observasi
Teknik pengamatan memungkinkan peneliti melihat dan mengamati
sendiri, kemudian mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana yang terjadi
pada keadaan sebenarnya (Moeleong, 2006). Dalam penelitian ini, peneliti
mengobservasi keadaan lingkungan masyarakat di Dusun Sompok.
F. Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Validitas merupakan sebuah usaha untuk meningkatkan tingkat kepercayaan
data dalam penelitian sehingga didapat suatu keabsahan/kevalidan dari suatu data.
Validitas dalam penelitian ini menggunakan teknik triangulasi. Menurut
Moeloeng (1990:178) triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data
dengan memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data tersebut untuk keperluan
pengecekan atau pembanding terhadap data yang bersangkutan (Dikutip dari
Nugrahani, 2014:114). Teknik triangulasi terdiri dari empat macam, yaitu sumber,
metode, teori, dan modus/penyidik. Pada penelitian ini, teknik triangulasi data
dilakukan dengan triangulasi sumber. Triangulasi sumber menurut Nugraheni
(2014) yaitu triangulasi yang mengarahkan peneliti untuk mengumpulkan data
dari beragam sumber yang tersedia, karena data yang sejenis akan lebih mantap
kebenarannya apabila digali dari sumber yang berbeda. Triangulasi dengan
sumber berarti membandingkan derajat kepercayaan suatu informasi yang
diperoleh melalui sumber yang berbeda dalam penelitian kualitatif. Dalam
penelitian ini, perbandingan data yang didapatkan dapat dilakukan baik melalui
wawancara maupun observasi dengan para informan. Selain itu realibilitas
instrumen sangat penting dilakukan karena sebagai usaha untuk meminimalkan
adanya error dalam penelitian. Dalam penelitian ini, reliabilitas dapat dilakukan
dengan membuat panduan langkah-langkah dalam penelitian.
G. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini menggunakan teknik
analisis Interaktif dari Miles & Huberman. Dalam tipe analisis ini memiliki tiga
komponen yaitu:
1. Reduksi data
Pada tahap reduksi data, peneliti melakukan pemilihan hingga pemfokusan
semua jenis informasi yang mendukung data penelitian yang didapat oleh
peneliti selama proses penggalian data di lapangan. Proses ini dimulai sejak
peneliti sudah memilih kasus yang akan dikaji dan dilakukan saat penelitian
masih berlangsung. Selain itu reduksi data dapat dilakukan dengan membuat
seperti catatan ingkas dari data yang diperoleh dilapangan. Nugrahani (2014)
dalam hal ini peneliti dapat melakukan coding, mencari dan memusatkan
tema, menentukan batas permasalahan, dan menuliskan catatan peneliti
(memo). Tujuan dari reduksi data untuk menajamkan, menggolongkan,
mengarahkan, memperjelas, dan membuat fokus, data sedemikian rupa
sehingga hasil penyajian data dapat dipahami dengan baik, dan mengarah
pada simpulan yang dapat dipertanggungjawabkan.
2. Penyajian data
Sajian data merupakan suatu rangkaian atau sekumpulan informasi dalam
bentuk deskripsi lengkap yang disusun berdasarkan temuan dalam reduksi
data dan disajikan menggunakan bahasa peneliti yang logis, sistematis
sehingga dapat dipahami dengan mudah serta dapat disampaikan dalam
bentuk narasi dan dilengkapi dengan matriks, gambar, grafik, tabel, skema
dan lain sebagainya agar data yang disajikan untuk proses abalisis data
menjadi lebih jelas dan rinci.
3. Penarikan kesimpulan
Penarikan kesimpulan merupakan suatu cara yang dilakukan untuk penafsiran
terhadap hasil analisis dan interpretasi data. Penarikan kesimpulan dapat
dibuat secara singkat jelas dan lugas agar mudah dipahami. Nugraheni (2014)
simpulan dari penelitian harus sesuai dengan hal-hal berikut:
a. Tema/topik dan judul penelitian
b. Tujuan penelitian
c. Pemecahan permasalahan
d. Data-data dalam penelitian
e. Temuan-temuan dari hasil analisis data dalam penelitian; dan
f. Teori/ilmu yang relevan.
DAFTAR PUSTAKA

BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana). (2017). Tanggap Tangkas


Tangguh Menghadapi Bencana. Tersedia di https://siaga.bnpb.go.id/hkb/po-
content/uploads/documents/Buku_Saku-10Ja 18_FA.pdf. Diakses pada 27 Maret
2019.

Kusumasari, B. (2014). Manajemen Bencana dan Kapabilitas PemerintahLokal.


Yogyakarta: Gava Media.

Nugrahani, F. (2014). Metode Penelitian Kualitatif dalam Penelitian Bahasa.


Tersedia di http://lppm.univetbantara.ac.id/data/materi/Buku.pdf. Diakses pada
28 Maret 2019.

Malihah, E. (2012). Sosialisasi dan Pembentukan Kepribadian. Tersedia di


http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/M_K_D_U/196604251992032-ELLY_
ALIHAH/POKOK_MATERI_SOSIOLOGI%2C_ELLY_M/4._SOSIALISA
I_DAN_PEMBENTUKAN_SKL.pdf. Diakses pada 29 Maret 2019.

Priambodo, A. (2009). Panduan Praktis Menghadapi Bencana. Yogyakarta:


Kanisius.

Salim & Syahrum. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:


Citapustaka Media.

Wesnawa, I.G.A & Christiawan, P.I. (2014). Geografi Bencana. Yogyakarta: Graha
Ilmu.

Wibowo, A. (2015). Strategi Komunikasi Badan Penanggulangan Bencana Aceh


(BPBA) dalam Mensosialisasikan Informasi Bencana kepada Masyarakat.
Skripsi S1. Tidak diterbitkan. Universitas Syiah Kuala.
LAMPIRAN

A. Pedoman Observasi
Dalam observasi yang dilakukan adalah dengan mengamati keadaan
lingkungan di sekitar Dusun Sompok dengan tujuan untuk memperoleh informasi
dan data baik mengenai kondisi fisik maupun non fisik.

.Sosialisasi Mitigasi Bencana Sebagai Upaya Siaga Bencana Alam Bagi


Masyarakat Di Dusun Sompok, Sriharjo, Imogiri

NO. ASPEK YANG DIAMATI KETERANGAN


B. 1. Alamat/lokasi

2. Lingkungan fisik Dusun Sompok

3. Bentuk bangunan rumah warga

4. Lain-lain

Pedoman Wawancara
1. Tujuan:
Untuk memperoleh data tentang sosialisasi mitigasi bencana sebagai upaya
siaga bencana alam bagi masyarakat.
2. Subyek wawancara
a. Identitas diri
1) Nama :
2) Pekerjaan :
3) Alamat :
4) Usia :
5) Pendidikan terakhir :

3. Pertanyaan panduan untuk masyarakat di Dusun Sompok


a. Bagaimana bentuk sosialisasi mitigasi bencana di Dusun Sompok?
b. Sudah berapa kali ikut sosialisasi mitigasi bencana?
c. Sosialisasi mitigasi bencana ini diselenggarakan oleh siapa?
d. Informasi apa saja yang didapat dari adanya sosialisasi mitigasi bencana di
Dusun Sompok?
e. Di Dusun Sompok ini wilayahnya termasuk rawan akan bencana
khususnya bencana banjir, apakah dengan adanya sosialisasi mitigasi
bencana dapat membuat Anda lebih siaga terhadap bencana?
f. Apakah di Dusun Sompok ini terdapat sistem peringatan dini bencana
banjir?
g. Apakah di Dusun Sompok terdapat jalur evakuasi dan lokasi evakuasi jika
terjadi bencana banjir?
h. Manfaat apa saja yang Anda dapat dari sosialisasi mitigasi bencana

Anda mungkin juga menyukai