Abstract: Kesiapsiagaan adalah proses manajemen bencana, yang merupakan salah satu elemen
penting dari kegiatan pencegahan pengurangan resiko bencana. Banyaknya korban dan kerugian
besar pada bencana banjir menggambarkan kurangnya pengetahuan yang dimiliki seseorang dan
sikap yang dilakukan sebagai upaya anstisipasi dan pengurangan resiko bencana. Tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui pengaruh pengetahuan dan sikap tentang resiko bencana banjir
terhadap kesiapsiagaan kepala keluarga dalam menghadapi bencana banjir di kelurahan Gunung
Lingai kecamatan Sungai Pinang kota Samarinda. Populasi dalam penelitian ini adalah perwakilan
rumah tangga yang berada didaerah rawan banjir. Teknik pengambilan sampel menggunakan simple
random sampling, dan teknik pengambilan data adalah dengan pengisian kuesioner, wawancara dan
observasi. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Teori yang
digunakan mengacu pada kesiapsiagaan dari LIPI-UNESCO (2006) yang terdiri dari empat
parameter yakni pengetahuan dan sikap, sistem peringatan bencana, rencana tanggap darurat dan
mobilisasi sumber daya. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan kepala keluarga yang
merupakan bagian dari masyarakat sehingga dapat meningkatkan kesadaran akan pentingnya
pengetahuan dan kesiapsiagaan tentang bencana banjir. Kedepannya penelitian ini juga dapat
digunakan oleh pemerintah kota Samarinda dan memberikan pandangan bagi instansi yang
berkepentingan dalam upaya pengembangan pendidikan bencana terutama dalam meningkatkan
pengetahuan dan kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi banjir.
Keywords: Kesiapsiagaan, Banjir, Gunung Lingai
(Aryono, 2011). Banyaknya korban dan penentuan sampel dengan populasi 1.390
kerugian besar pada bencana tersebut kepala keluarga di kelurahan Gunung Lingai
menggambarkan kurangnya pemahaman adalah 283 kepala keluarga. Dalam banyak
tentang karakterisitik bahaya, sikap atau kesempatan, kepala keluarga bertindak sebagai
perilaku yang mengakibatkan penurunan perwakilan rumah tangga. Apabila kepala
sumber daya alam, kurangnya informasi keluarga tidak berada di tempat, maka dapat
peringatan dini yang mengakibatkan diwakili oleh anggota keluarga lain yang
ketidaksiapan, dan ketidakberdayaan atau dianggap mampu memberikan informasi
ketidakmampuan dalam menghadapi bencana (LIPI-UNECO, 2006).
(Bakornas, 2007). Teknik pengumpulan data berdasarkan
Masyarakat harus berperan serta untuk data primer dan data sekunder. Data primer
bersiap sedia menghadapi ancaman banjir diperoleh melalui observasi dan kuesioner,
dengan persiapan dini, serta pengetahuan yang data sekunder diperoleh melalui tinjauan
cukup untuk menghadapi bencana banjir. pustaka dan dokumentasi. Analisis data
Kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana penelitian adalah dengan menggunakan
banjir akan membantu masyarakat dalam metode deskriptif campuran (Mixed Method)
membentuk dan merencanakan tindakan apa memadukan pendekatan kualitatif dan
saja yang perlu dilakukan ketika banjir. kuantitatif. Mixed Method sebuah metodologi
Kesuksesan dalam penanganan dan yang memberikan petunjuk cara pengumpulan
evakuasi/pengungsian ketika banjir sangat data dan menganalisis data, serta perpaduan
bergantung dari kesiapsiagaan masyarakat dan pendekatan kualitatif dan kuantitatif melalui
perseorangan itu sendiri. Kualitas beberapa fase proses penelitian (Sugiyono,
terganggunya aspek kehidupan masyarakat 2013).
sangatlah bergantung kepada besar kecilnya Analisis deskriptif pada penelitian ini
ancaman bencana tersebut, juga dipengaruhi menggunakan prosentase dan analisis statistik
oleh kapasitas masyarakat yang ada serta dengan regresi linier.
kerentanan (Daryono, 2010). Adapun tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Variabel Pengetahuan
pengaruh pengetahuan dan sikap terhadap Data yang diperoleh dari hasil tes dan skor
kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi angket yang telah diisi oleh responden
bencana banjir di kelurahan Gunung Lingai kemudian dihitung frekuensi jawaban yang
kecamatan Sungai Pinang kota Samarinda. benar setiap responden. Selanjutnya dilakukan
analisis persentase dengan rumus seperti
METODE PENELITIAN dikemukakan Sudjana (2001) berikut :
Penelitian ini merupakan bentuk (1)
penelitian studi kasus, dengan mengambil
sampel warga perumahan Griya Mukti
Klasifikasi presentase yaitu menggunakan
kelurahan Gunung Lingai kecamatan Sungai
tabel 1 Kriteria Pengetahuan berikut :
Pinang kota Samarinda. Studi kasus adalah
Tabel 1 Kriteria Tingkat Variabel
penelitian tentang status subjek penelitian
No Interval Kriteria
yang berkenaan dengan suatu fase spesifik
atau khas dari keseluruhan personalitas, 1 25,00 - 43,7 Sangat Rendah
2 43,76 - 62,50 Rendah
dengan subjek penelitian dapat saja individu,
3 62,51 - 81,25 Tinggi
kelompok, lembaga, maupun masyarakat
4 81,26 - 100 Sangat Tinggi
(Nazir, 1983).
Sampel adalah bagian dari jumlah dan Sumber : Analisis Data Penelitian
karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut (Sugiyono, 2013). Teknik Variabel Sikap
pengambilan sampel dalam penelitian ini Analisis persentase untuk variabel ini dihitung
menggunakan bantuan tabel penentuan sampel berdasrarkan persamaan 1. Selanjutnya
(Isaac dan Michael dalam Sugiyono, 2013). diklasifikasikan berdasarkan tabel 2 berikut :
Jumlah sampel yang diperoleh dari tabel
Variabel Kesiapsiagaan
Analisis indeks digunakan untuk mengukur
tingkat kesiapsiagaan kepala keluarga
menghadapi bencana banjir. Indeks tingkat
kesiapsiagaan dapat dilihat pada tabel 3.
daya dengan nilai 62,5 dan sistem peringatan drainase, tanggul maupun saluran air lainnya
bencana dengan nilai 47,5 dengan kondisi siap pada selang waktu tertentu. Dampak banjir
dan hampir siap. yang bersifat nyata dan terukur secara
Berdasarkan Tabel 7 tingkat ekonomi antaralain kerusakan bangunan,
kesiapsiagaan rumah tangga dalam infrastruktur, hasil pertanian/peternakan,
menghadapi banjir dapat dilihat pada diagram keterlambatan pasaokan barang-barang
batang berikut: kebutuhan pokok dan sebagainya. Sedangkan
dampak lainnya adalah timbulnya korban luka-
luka maupun korban jiwa serta rusaknya
lingkungan. Tingginya curah hujan biasanya
menjadi salahsatu faktor penyebab terjadinya
banjir di daerah perkotaan. Sama halnya banjir
yang terjadi di perumahan Griya Mukti
kelurahan Gunung Lingai pada 9 Juni 2019
dan terjadi lagi pada 22 Mei 2020. Curah
hujan pada saat itu mencapai 363,1 milimeter
yang termasuk dalam kategori sangat tinggi.
Oleh karena itu, sangat penting bagi
masyarakat untuk mewaspadai banjir dengan
Gambar 3 Diagram batang tingkat meningkatkan kesiapsiagaan rumah tangga
kesiapsiagaan dalam mengantisipasi bencana khususnya di
daerah rawan banjir.
Analisis Regresi Linear Berganda Pengetahuan yang dimiliki
Berdasarkan hasil regresi dengan mempengaruhi sikap dan kepedulian
menggunakan program SPSS, maka masyarakat untuk siap dan siaga dalam
didapatkan koefisien regresi yang dapat dilihat mengantisipasi bencana, terutama bagi mereka
pada tabel : yang bertempat tinggal di daerah yang rentan
Tabel 8 Hasil koefisien regresi linear berganda terhadap bencana alam (Indawati, 2015).
Coefficientsa Kepala keluarga yang memiliki kategori
Unstandardize Standar pengetahuan tinggi yaitu sebanyak 129 orang
d Coefficients dized (45,6%) dan kategori pengetahuan sangat
Std. tinggi yaitu sebanyak 154 orang (54,4%).
Model B Error Beta t Sig. Sedangkan kepala keluarga yang memiliki
(Constant) - kategori sikap yang baik yaitu sebanyak 221
.11
-2.601 1.638 1.58 orang (78,1%) dan kategori sikap yang sangat
3
8 baik yaitu sebanyak 62 orang (21,9%).
Pengetahua 7.51 .00 Notoatmojo (2007) mengemukakan
.411 .055 .379
n 0 0 bahwasanya peningkatan pengetahuan yang
Sikap 6.82 .00 dimiliki oleh seorang individu akan memilki
.296 .043 .345
9 0 korelasi dengan peningkatan perilaku dari
a. Dependent Variable: Kesiapsiagaan individu tersebut. Pengetahuan dan sikap serta
kesiapsiagaan yang dimiliki oleh masyarakat
Berdasarkan pada tabe 8 maka khususnya di perumahan Bengkuring
didapatkan persamaan regresi linier berganda kelurahan Sempaja Timur diperoleh dari
sebagai berikut: pengalaman mengalami bencana banjir hampir
Y = -2,601 + 0,411 X1 + 0,296 X2 + error setiap tahun. Pengalaman tersebut memberikan
pengetahuan tentang bencana banjir yang
Banjir sebagai salah satu bencana melanda dan akan mempengaruhi sikap dan
alam adalah peristiwa meluapnya air yang kepedualian masyarakat untuk siap siaga
menggenangi permukaan tanah, dengan mengantisipasi banjir. Berdasarkan penelitian
ketinggian melebihi batas normal (BNPB, yang dilakukan menunjukan bahwa
2012). Banjir umumnya terjadi pada saat aliran kesiapsiagaan rumah tangga dalam
air melebihi volume air yang yang dapat menghadapi banjir dengan nilai 65,7. Hal ini
ditampung dalam sungai, danau, rawa, menunjukan bahwa secara umum mereka
adalah 62,5 dan 47,5. Nilai indeks mobilisasi non tradisional meskipun skala kecil di
sumberdaya yang berada pada kategori hampir lingkungan tempat tinggal mereka.
siap menjadi indikasi kurang atau rendahnya
kapasitas kepala keluarga dalam PENUTUP
menggerakkan sumberdaya mereka pada saat Berdasarkan hasil analisis dan
dan setelah banjir terjadi. Hal ini disebabkan pembahasan, secara umum dapat disimpulkan
kurangnya keterampilan mereka dalam hal bahwa tingkat kesiapsiagaan rumah tangga di
pertolongan pertama, kesiapsiagaan, evakuasi kelurahan Gunung Lingai Kecamatan Sungai
korban dan pengolahan air bersih. Tindakan Pinang kota Samarinda dalam mengantispasi
kesiapsiagaan yang dilakukan oleh warga bencana banjir sudah baik. Hal ini
bukan berasal dari pelatihan atau menunjukkan bahwa tingkat kesiapsiagaan
pemberitahuan dari pemerintah melainkan rumah tangga dalam menghadapi banjir
pengalaman mereka yang telah lama sebagian besar ditentukan oleh pengetahuan
mengalami bencana banjir (Novian, 2018). dan sikap mereka terkait dengan bencana alam
Kalaupun ada pelatihan terkait, maka hanya tersebut. Indeks gabungan dari empat
diikuti oleh sebagian kecil warga saja. parameter mencapai 65,7. Angka ini dalam
Keberadaan tabungan dan asuransi sebagai klasifikasi indeks kesiapsiagaan termasuk
bagian dari sumberdaya keluarga juga belum, kategori siap. Namun demikian, komponen
minat, akses ataupun informasi terkait atau parameter mobilisasi sumberdaya dan
keduanya yang masih terbatas untuk kalangan sistem peringatan bencana harus mendapat
tertentu. Namun demikian, kebiasaan tolong – perhatian serius dari semua stakeholder
menolong antar sesama keluarga sangat baik terutama pada saat pra bencana melalui ragam
menjadi penutup celah kurangnya sumberdaya pendekatan. Diantaranya adalah pembaharuan
keluarga yang lain. Sebagian besar individu berbagai kebijakan daerah terkait bencana
/rumah tangga mengaku mempunyai kerabat alam, perbaikan akses, dan informasi terkait
atau teman yang siap membantu apabila terjadi mobilisasi sumberdaya dan pemanfaatan
banjir. Hal ini akan mengurangi beban dan teknologi informasi dalam kegiatan
resiko terkait banjir yang yang kerap terjadi pengembangan sistem peringatan bencana.
didaerah ini, namun tetap perlu didukung Selain itu, perlu pengintegrasian kesiapsiagaan
dengan upaya perbaikan terhadap faktor lain bencana ke dalam kurikulum pendidikan
seperti sistem peringatan bencana. formal, mulai dari tingkat pendidikan dasar,
Indikator kesiapsiagaan adalah menengah hingga perguruan tinggi sebagai
bagaimana sistem peringatan dini yang ada di upaya untuk menciptakan generasi melek
masyarakat, terutama di daerah yang memiliki bencana (disaster literacy).
kerentanan bencana banjir. Sistem peringatan
meliputi tanda peringatan dan distribusi DAFTAR PUSTAKA
informasi jika terjadi bencana (Dodon, 2013). [1] Arikunto, Suharsimi (2010). Prosedur
Sistem peringatan bencana yang kurang siap Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
menggambarkan rendahnya pengetahuan dan Jakarta. Rineka Cipta.
ketersediaan teknologi terkini yang terkait [2] Aryono, D.P. (2011). The Silent Disaster
dengan sistem ini. Gambaran mengenai sistem Bencana dan Korban Massal. CV.
peringatan bencana di kelurahan Gunung Sagung Seto. Jakarta.
Lingai menunjukkan bahwa penting untuk [3] Badan Nasional Penanggulangan Bencana
segera melakukan sosialisasi, fasilitasi, dan (2012). Peraturan Kepala BNPB
pelatihan oleh pemerintah mengenai sistem No.02 Tahun 2012 Tentang
peringatan bencana, terutama pada masa Pedoman Umum Pengkajian Risiko
sebelum banjir terjadi. Menurut Susanto Bencana. Jakarta.
(2006) dalam kondisi bencana, tidak mudah [4] Badan Penanggulangan Bencana Daerah
untuk menerapkan berbagai kebijakan yang Kota Samarinda (2012). Peta
terkait dengan kesiapsiagaan. Oleh sebab itu, Kawasan Rawan Bencana Banjir
pada kondisi aman perlu dilakukan berbagai Dan Tanah Longsor Kota Samarinda.
upaya pencegahan, termasuk membangun dan [5] Bakornas PB (2007). Pengenalan
mengembangkan sistem peringatan bencana Karakteristik Bencana dan Upaya
Mitigasinya di Indonesia. Jakarta :