Anda di halaman 1dari 12

RESUME DAN EVIDENCE BASED PRACTICE PERSIAPAN DAN PERENCANAAN

PENANGANAN BENCANA

Resume Ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Bencana II

Dosen Pengampu : Nunung Liawati, S. Kep., Ners., M. Kep.

Disusun Oleh :
Nurvika Andriyansyah
C1AA20074

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU


KESEHATAN SUKABUMI

2023
RESUME
PERSIAPAN DAN PERENCANAAN PENANGANAN BENCANA

Penyusunan rencana penanggulangan bencana dikoordinasikan oleh:


1. BNPB untuk tingkat nasional;
2. BPBD provinsi untuk tingkat provinsi; dan
3. BPBD kabupaten/kota untuk tingkat kabupaten/kota.

A. PENGENALAN BAHAYA
Indonesia merupakan negara dengan potensi bahaya (hazard potency) yang sangat
tinggi dan beragam baik berupa bencana alam, bencana ulah manusia ataupun kedaruratan
komplek. Beberapa potensi tersebut antara lain adalah gempa bumi, tsunami, letusan
gunung api, banjir, tanah longsor, kekeringan, kebakaran lahan dan hutan, kebakaran
perkotaan dan permukiman, angin badai, wabah penyakit, dan konflik sosial.

B. PEMAHAMAN TENTANG KERENTANAN MASYARAKAT


Kerentanan (vulnerability) adalah keadaan atau sifat/perilaku manusia atau
masyarakat yang menyebabkan ketidakmampuan menghadapi bahaya atau ancaman.
Kerentanan ini dapat berupa:
1. Kerentanan Fisik
Secara fisik bentuk kerentanan yang dimiliki masyarakat berupa daya tahan
menghadapi bahaya tertentu.
2. Kerentanan Ekonomi
Kemampuan ekonomi suatu individu atau masyarakat sangat menentukan tingkat
kerentanan terhadap ancaman bahaya.
3. Kerentanan Sosial
Kondisi sosial masyarakat juga mempengaruhi tingkat kerentanan terhadap ancaman
bahaya.
4. Kerentanan Lingkungan
Lingkungan hidup suatu masyarakat sangat mempengaruhi kerentanan.

C. PENCEGAHAN DAN MITIGASI


Upaya atau kegiatan dalam rangka pencegahan dan mitigasi yang dilakukan,
bertujuan untuk menghindari terjadinya bencana serta mengurangi risiko yang
ditimbulkan oleh bencana. Tindakan mitigasi dilihat dari sifatnya dapat digolongkan
menjadi 2 (dua) bagian, yaitu mitigasi pasif dan mitigasi aktif.
 Mitigasi pasif :
1. Penyusunan peraturan perundang-undangan
2. Pembuatan peta rawan bencana dan pemetaan masalah.
3. Pembuatan pedoman/standar/prosedur
4. Pembuatan brosur/leaflet/poster
5. Penelitian / pengkajian karakteristik bencana
6. Pengkajian / analisis risiko bencana
7. Pembentukan organisasi atau satuan gugus tugas bencana
8. Perkuatan unit-unit sosial dalam masyarakat, seperti forum.
 Mitigasi Aktif
1. Pembuatan dan penempatan tanda-tanda peringatan, bahaya, larangan memasuki
daerah rawan bencana dsb.
2. Pengawasan terhadap pelaksanaan berbagai peraturan tentang penataan ruang, ijin
mendirikan bangunan (IMB), dan peraturan lain yang berkaitan dengan
pencegahan bencana.
3. Pelatihan dasar kebencanaan bagi aparat dan masyarakat.
4. Pemindahan penduduk dari daerah yang rawan bencana ke daerah yang lebih
aman.
5. Penyuluhan dan peningkatan kewaspadaan masyarakat.
6. Perencanaan daerah penampungan sementara dan jalur-jalur evakuasi jika terjadi
bencana.
7. Pembuatan bangunan struktur yang berfungsi untuk mencegah, mengamankan dan
mengurangi dampak yang ditimbulkan oleh bencana, seperti: tanggul, dam,
penahan erosi pantai, bangunan tahan gempa dan sejenisnya.

D. KESIAPSIAGAAN
Kesiapsiagaan dilaksanakan untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya bencana
guna menghindari jatuhnya korban jiwa, kerugian harta benda dan berubahnya tata
kehidupan masyarakat. Upaya kesiapsiagaan dilakukan pada saat bencana mulai
teridentifikasi akan terjadi, kegiatan yang dilakukan antara lain:
1. Pengaktifan pos-pos siaga bencana dengan segenap unsur pendukungnya.
2. Pelatihan siaga / simulasi / gladi / teknis bagi setiap sektor Penanggulangan bencana
(SAR, sosial, kesehatan, prasarana dan pekerjaan umum).

E. TANGGAP DARURAT
Tahap Tanggap Darurat merupakan tahap penindakan atau pengerahan pertolongan
untuk membantu masyarakat yang tertimpa bencana, guna menghindari bertambahnya
korban jiwa.

Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat meliputi:


1. Pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan, kerugian, dan sumber
daya;
2. Penentuan status keadaan darurat bencana;
3. Penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana;
4. Pemenuhan kebutuhan dasar;
5. Perlindungan terhadap kelompok rentan; dan
6. Pemulihan dengan segera prasarana dan sarana vital.

F. TAHAP PEMULIHAN
Tahap pemulihan meliputi tahap rehabilitasi dan rekonstruksi. Upaya yang dilakukan
pada tahap rehabilitasi adalah untuk mengembalikan kondisi daerah yang terkena bencana
yang serba tidak menentu ke kondisi normal yang lebih baik, agar kehidupan dan
penghidupan masyarakat dapat berjalan kembali.

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan meliputi:


1. Perbaikan lingkungan daerah bencana;
2. Perbaikan prasarana dan sarana umum;
3. Pemberian bantuan perbaikan rumah masyarakat;
4. Pemulihan sosial psikologis;
5. Pelayanan kesehatan;
6. Pemulihan sosial, ekonomi, dan budaya;
7. Pemulihan keamanan dan ketertiban ;
8. Pemulihan fungsi pemerintahan; dan
9. Pemulihan fungsi pelayanan publik.

G. TAHAP REKONTRUKSI
Tahap rekonstruksi merupakan tahap untuk membangun kembali sarana dan prasarana
yang rusak akibat bencana secara lebih baik dan sempurna. Oleh sebab itu
pembangunannya harus dilakukan melalui suatu perencanaan yang didahului oleh
pengkajian dari berbagai ahli dan sektor terkait.
1. Pembangunan kembali prasarana dan sarana;
2. Pembangunan kembali sarana sosial masyarakat;
3. Pembangkitan kembali kehidupan sosial budaya masyarakat
4. Penerapan rancang bangun yang tepat dan penggunaan peralatan yang lebih baik dan
tahan bencana;
5. Partisipasi dan peran serta lembaga dan organisasi kemasyarakatan, dunia usaha dan
masyarakat;
6. Peningkatan kondisi sosial, ekonomi, dan budaya;
7. Peningkatan fungsi pelayanan publik; atau
8. Peningkatan pelayanan utama dalam masyarakat.

H. EVIDENCE BASED PRACTIVE


Kulkarni et al, (2011) menyatakan bahwa keluarga pasien mengalami masalah
psikologis akibat dirawatnya anggota keluarga di ICU. Masalah psikologis yang dialami
keluarga yaitu kecemasan saat menunggu anggota keluarga yang dirawat di ruang ICU.
Dalam kondisi ini peran keluarga terhadap pasien menjadi berkurang karena tidak banyak
terlibat dalam perIawatan pasien dan tidak dapat mendampingi pasien di ruang ICU setiap
saat, sehingga keluarga akan mengalami kecemasan.
Keluarga akan merasa aman dan nyaman terhadap perawat karena keluarga percaya
bahwa ada orang yang dianggap lebih tahu dan lebih mampu untuk mengatasi kondisi
pasien yaitu kehadiran dokter dan perawat.
Menurut Penelitian Jek Amidos Pardede,dkk (2020) didapatkan hasil keluarga
mengatakan perilaku caring perawat mayoritas kurang sebesar 51,0%, dengan koping
mayoritas maladaptif sebesar 69,4%, dan kecemasan mayoritas berat sebesar 36,7%
dengan hasil uji spearman rank nilai korelasi koefisien koping r = 0,595 dan kecemasan r
= 0,696 serta nilai signifikan p = 0,000 < 0,05. Pada penelitian ini dapat disimpulkan
bahwa ada hubungan yang signifikan antara perilaku caring perawat dengan koping dan
kecemasan keluarga pada pasien yang dirawat di ruang ICU RSUP H. Adam Malik
Medan.
Menurut Penelitian Buea (2010), yang meneliti tentang tingkat kecemasan keluarga
pasien saat menunggu anggota keluarga dirawat di ruang ICU Rumah Sakit Immanuel
Bandung, didapatkan hasil bahwa dari 30 responden hampir seluruh responden
merasakan cemas berat yang berjumlah 25 responden (83%), sebagian kecil responden
merasakan cemas sedang berjumlah 3 responden (10%) dan sebagian kecil responden
mengalami panik berjumlah 2 responden (7%). Respon kecemasan yang muncul pada
keluarga pada pasien yang menunggu anggota keluarga yang dirawat di ruang ICU
sangat berbeda untuk tiap individu, sesuai dengan pernyataan responden yang
menunjukkan bahwa ada yang merasa sedih, berdebar-debar, dan kesulitan tidur, semua
ini merupakan tanda dari seseorang yang mengalami kecemasan tingkat sedang, tapi ada
juga keluarga yang mengalami tingkat kecemasan berat dengan ditandai bingung,
gelisah, sulit konsentrasi, takut anggota keluarga meninggal atau takut kehilangan
keluarga.
I. EVIDENCE BASED PRACTICE KEPERAWATAN BENCANA
Summary Jurnal
NO. TOPIK PENELITI TAHU METODE POPULASI & HASIL KESIMPULAN
N SAMPEL
1. Pengaruh Mauala Mar’atus 2022 Desain quasi 30 Kader diberikan Apelatihan tanggap Menjadi
Pelatihan Solikhah experi pelatihan bencana terhadap inovasiprogram
Kader 1, M. ment kader kesiapsiagaan bagi kader
Tanggap Agung denga tanggap bencana tanggap bencana
BencanaTerh Krisdiant n pre bencana dengan uji untuk
adap o1Lita and dan diukur Wilcoxon meningkatkan
Kesiapsiagaa Heni postte kesiapsiaga Signed Rank kesipasiagaan
n Bencana Kusuma st an Testmenghasilkan bencana
wardani2 witho bencana nilai p-
ut sebelum valuesebesar
contro dan 0,000 (p < 0,05).da
l setelah pengaruh
group diberikan
pelatihan.
2. Faktor-Faktor Novria Hesti, 2019 Analitik dengan Lubuk Buaya, Ulak Hasil penelitian ini impulan penelitian
yang berhubungan Husna Yetti, desain cross Karang, Air Tawar, diperoleh bahwa ini adalah terdapat
dengan Erwani Erwani sectional dan Padang Pasir, kesiapsiagaan hubungan tingkat
Kesiapsiagaan Teknik Seberang Padang bidan adalah siap pengetahuan, sikap
Bidan dalam proportional dan Pemancungan 47,9 % dan kurang dan pelatihan
Menghadapi random pada bulan Oktober siap 52,1%. Bidan dengan
Bencana Gempa sampling sampai November memiliki sikap kesiapsiagaan
dan Tsunami di 2018 terhadap 48 positif 58,3% dan bencana. Faktor
Puskesmas Kota orang bidan yang negatif 41,7%. yang paling
Padang bekerja di Bidan tidak pernah dominan terhadap
puskesmas mengikuti kesiapsiagaan
pelatihan 54,2% bencana adalah
dan pernah pelatihan.
pelatihan
45,8%. Faktor
yang berhubungan
dengan
kesiapsiagaan
bidan dalam
menghadapi
bencana antara lain
tingkat
pengetahuan
(p=0,001), Sikap
(p=0,017),
pelatihan
(p=0,04).
3. Kesiapsiagaan Rina Sri 20202 Cross Sampel yang di Hasil penelian . Terdapat
Dengan Tingkat Widayanti , Ika sectional ambil 67 responden uji statistic hubugan
Kecemasan Silvitasari pada responden antara
Bencana menunjukkan p kesiapsiagaan
Gunung Merapi value 0,001 dengan
Di Desa (<0,05). tingkat
Surodadi kecemasan
Tarubatang bencana
Selo Boyolali gunung
Merapi di
desa Surodadi

Tarubatang
Selo
Boyolali.

Anda mungkin juga menyukai