Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH KEPERAWATAN JIWA

PELAYANAN KEPERAWATAN JIWA PADA SITUASI BENCANA

Dosen Pengampu :

Disusun Oleh :

KELOMPOK 2

Adi Krisna

Anggita Devi

Dewi Kusumatuti

Irfan Soni

Miftakhul Vivi

PRODI S1 KEPERAWATAN

UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

UNGARAN

TA. 2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Proses bencana alam seringkali tidak terduga. Bencana alam memakan jiwa yang
jumlahnya tidak sedikit, sehingga banyak yang tidak siap dan tanggap dalam
memperkirakan bencana alam yang dating tiba-tiba.
Aspek psikologi erat kaitannya dengan dengan proses kehilangan. Mengingat
dampak psikologis bencana sangat besar dalam arti jumlah mereka yang mengalami
dampak besar namun jumlah profesional kesehatan mental terbatas. Belum lagi proses
penanganan aspek psikologis bencana tidak singkat melainkan merupakan proses yang
relative panjang.
BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI

Bencana diartikan sebagai peristiwa atau serangkaian peristiwa yang mengancam


dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh
faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan
dampak psikologis. Perawat sebagai profesi yang bersifat luwes dan mencakup segala
kondisi, diharapkan tidak hanya terbatas pada pemberian asuhan dirumah sakit saja
melainkan juga dituntut mampu bekerja dalam kondisi siaga tanggap bencana”.(Putra et
al., 2014)

Bencana alam adalah suatu peristiwa atau serangkaian peristiwa yang dapat
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta
benda, dan dampak psikologis”.(Arif Munandar, 2018)

B. JENIS BENCANA
 Bencana Alam (Natural Disaster)
Kejadia-kejadian alamai seperti gempa bumi, gunung Meletus, dan lain-lain.
 Bencana Ulah Manusia (Man-Made Disaster)
Kejadia-kejadian akibat perbuatan manusia seperti, kebaran, ledakan, sabotase,
dan lain-lain.
 Bencana Lokal
Bencana ini memberi dampak pada wilayah sekitarnya yang berdekatan, misalnya
kebakaran, ledakan, kebocoran kimia, dan lainnya.
 Bencana Regional
Jenis bencana ini memberikan dampak atau pengaruh pada area geografis yang
cukup luas dan biasanya disebabkan oleh factor alam.
C. FASE BENCANA
 Fase Pre Impact merupakan tahap awal dari bencana. Seharusnya pada fase inilah
segala sesuatunya dipersiapkan oleh Lembaga atau pemerintah.
 Fase Impact merupakan klimaks bencana. Fase ini terus berlanjut sampai
kerusakan dan bantuan-bantuan yang darurat dilakukan.
 Fase Post Impact merupakan saat dimulainya fase perbaikan dan penyembuhan
dari fase darurat. Secara umum pada fae ini para korban akan mengalami thap
respon fisiologi mulai dari :
o Penolakan (denial)
o Marah (angry)
o Tawar menawar (bargaining)
o Depresi (depression)
o Penerimaan (acceptance)

D. KERENTANAN BENCANA
Kerentanan adalah keadaan atau sifat (perilaku) manusia atau masyarakat yang
menyebabkan ketidakmampuan menghadapi bahaya atau ancaman dari potensi bencana
untuk mencegah, menjinakkan, mencapai kesiapan dan menanggapi dampak bahaya
tertentu”.(Kepera et al., 2018)

Kerentanan terbagi atas :

 Kerentanan Fisik, kerentanan yang dihadapi masyarakat dalam menghadapi ancaman


bahaya tertentu .
 Kerentanan Ekonomi, kemampuan ekonomi induvidu atau msyarakat dalam
mengalokasikan sumber daya untuk pencegahan serta penanggulangan bencana.
 Kerentanan Sosial, kondisi social masyarakat dilihat dari aspek penddikan,
pengetahuan.
 Kerentanan Lingkungan, keadaan masyarakat sekitar tinggal.
E. PARADIGMA PENANGGULANGAN BENCANA
Konsep penanggulangan bencana telah mengalami pergeseran paradigma dari
konfensional yakni anggapan bahwa bencana merupakan kejadian yang tak terelakan dan
korban harus segera mendapatkan pertolongan ke pradigma pendekatan holistic yakni
menampakkan bencana dalam manajerial yang dikenali dari bahaya, kerentanan serta
kemampuan masyarakat.
Pada konsep ini dipersepsikan bahwa bencana merupakan kejadian yang tak dapat
dihindari, namun resiko atau akibat kejadian bencana dapat diminimalisasi dengan
mengurangi kerentanan masyarakat yang ada dilokasi rawan bencana serta meningkatkan
kapasitas masyarakat dalam pencegahan dan penanganan bencana.

F. PENGURANGAN RESIKO BENCANA


1. Pra Bencana
Pada tahap ini dilakukan kegiatan perencanaan penanggulangan bencana,
pengurangan resiko bencana, pencegahan, pemaduan dalam perencanaan
pembangunan, persyaratan analisis resiko bencana, penegakkan rencana tata ruang,
Pendidikan dan pelatihan serta penentuan persyaratan standar teknis penanggulangan
bencana (kesiapsiagaan, peringatan dini dan mitigasi bencana)
2. Tanggap Darurat
Tahapan ini mencakup pengkajian terhadap lokasi, kerusakan dan sumber daya,
penentuan status keadaan darurat, penyelamatan dan evakuasi korban,pemenuhan
kebutuhan dasar, pelayanan psikososial dan kesehatan.
3. Paska Bencana
Tahapan ini mencakup kegiatan rehabilitas (pemukihan daerah bencana, prasarana
dan sarana umum, bantuan perbaikan rumah, social, psikologis, pelayanan kesehatan,
keamanan dan ketertiban) dan rekrontruksi (pembangunan, pembangkitan dan
peningakatan sarana prasarana termasuk fungsi pelayanan kesehatan).
G. PERAN MAHASISWA KEPERAWATAN DALAM TANGGAP BENCANA
Pelayanan keperawatan tidak hanya terbatas diberikan pada instansi pelayanan
kesehatan saja. Tetapi pelayanan keperawatan tersebut juga sangat dibutuhkan dalam
situasi tanggap bencana.

H. JENIS KEGIATAN SIAGA BENCANA MAHASISWA KEPERAWATAN


1. Pengobatan dan Pemulihan Kesehatan Fisik
Bencana alam yang menimpa suatu daerah, selalu akan memakan korban dan
kerusakan, yang mungkin akan menyebabkan isolasi tempat. Hal yang paling urgen
dibutuhkan oleh korban saat itu adalah pengobatan dari tenaga medis. Mahasiswa
keperawatan bias berkolaborasi dengan tenaga perawat atau tenaga kesehatan
professional lainnya atau melakukan pengobatan mandiri lainnya secara cepat dan
menyeluruh.
2. Pemberian Bantuan
Hal yang difokuskan dalam kegiatan ini adalah pemerataan bantuan di tempat
bencana sesuai kebutuhan yang dibutuhkan korban saat itu, sehingga tidak akan
adalagi para korban yang tidak dapat bantuan tersebut dikarenakan bantuan yang
menumpuk atau tidak tepat sasaran.
3. Pemulihan Kesehatan Mental
Para korban suatu bencana biasanya akan mengalami trauma psikologis akibat
kejadian yang menimpanya. Trauma tersebut bisa berupa kesedihan yang mendalam,
ketakutan dan kehilangan berat. Hal yang dibutuhkan dalam penanganan situasi ini
pemulihan kesehatan mental.
 Pada orang dewasa, pemulihannya bisa dilakukan dengan sharing dan
mendengarkan segala keluhan-keluhan yang dihadapinya, kemudian diberikan
sebuah solusi dan diberi semangat hidup.
 Pada anak-anak, cara yang efektif adalah dengan mengembalikan keceriaan
mereka kembali hal ini mengingat sifat lahiriah anak-anak yang berada pada
masa bermain. Sehingga kepercayaan diri mereka akan kembali seperti sedia
kala.
4. Pemberdayaan Masyarakat
Kondisi masyarakat di sekitar daerah yang terkena musibah pasca bencana
biasanya akan terkatung-katung tidak jelas akibat memburuknya keadaan pasca
bencana, akibat kehilangan harta benda yang mereka miliki. Sehingga banyak
diantara mereka yang patah arah dalam menentukan hidup selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Arif Munandar, S. W. (2018). Kesiapsiagaan Perawat Dalam Penatalaksanaan Aspek Psikologis


Akibat Bencana Alam: a Literature Review. Ejournal Umm, 9(2), 72–81.

Kepera, P. A., Raw, K., Jiwa, W. A. T. A. N., Situasi, D., Asi, S., Tinggi, S., … An, W. A. T.
(2018). PELAYANAN KEPERAWATAN JIWA DALAM SITUASI BENCANA. 1–11.

Putra, A., Juwita, R., Risna, R., Alfiandi, R., Arnita, Y., Iqbal, M., & Ervina. (2014). Peran Dan
Kepemimpinan Perawat Dalam Manajemen Bencana Pada Fase Tanggap Darurat. Idea
Nursing Journal, Vol. V1(No. 1), 25–31.

Anda mungkin juga menyukai