Anda di halaman 1dari 11

HALAMAN PENGESAHAN

Artikel berjudul :
GAMBARAN KOPING INDIVIDU PARA PEKERJA KORBAN
PHK SELAMA MASA PANDEMI COVID-19 DI KABUPATEN
SEMARANG

Oleh :
MIFTAKHUL VIVI BAROKAH
NIM 010117A058
Program Studi S1 Keperawatan

Telah disetujui dan disahkan oleh Pembimbing Skripsi Program Studi S1


Keperawatan, Fakultas Kesehatan, Universitas Ngudi Waluyo

Tim Penguji
Ketua/Pembimbing Utama

Ns. Zumratul Choirriyah, S. Kep., M. Kep


NIDN 0611067101
GAMBARAN KOPING INDIVIDU PARA KORBAN PHK PADA MASA
PANDEMI COVID-19 DI KABUPATEN SEMARANG

Ns. Zumrotul Choirriyah, S. Kep., M.Kep., Miftakhul Vivi Barokah, S1


Keperawatan, Universitas Ngudi Waluyo
Email : zumrotulnwu@gmail.com , mifta.vivi7@gmail.com

Abstrak

Latar Belakang : Salah satu dari dampak covid-19 adalah para pekerja yang terkena
PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) yaitu satu peristiwa yang menjadi sumber stress
yang mempengaruhi emosi seseorang. PHK mempengaruhi kualitas hidup individu
dari dimensi kesehatan psikologis Koping merupakan suatu proses kognitif dan
tingkah laku bertujuan untuk mengurangi perasaan tertekan yang muncul ketika
menghadapi situasi stress. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
gambaran koping individu para pekerja korban phk pada masa pandemic covid-19 di
Kabupaten Semarang.
Metode : Desain pada penelitian ini adalah deskriptif dengan metode kuantitatif.
Teknik pengambilan sampel dengan purposive sampling dengan total sampling 33
responden. Instrumen yang digunakan yaitu kuesioner karakteristik dan keusioner
mekanisme koping. Analisa data menggunakan teknik deskriptif dengan analisa
univariate.
Hasil : hasil penelitian ini sebagian besar responden memiliki koping yang baik yaitu
30 responden (91%) yang termasuk dalam kategori koping adaptif. Sebagian kecil
responden memiliki koping yang kurang baik yaitu 3 responden (9%) yang termasuk
dalam kategori koping maladaptive.
Simpulan : Terdapat gambaran mengenai koping individu para pekerja korban phk di
kategorikan adaptif sebanyak 30 responden (91%) dan dikategorikan maladaptive
sebanyak 3 responden (9%).
Saran : Tersedia konseling khusus di setisp layanan kesehatan untuk masalah koping
individu.

Kata Kunci : PHK, Koping Individu, Pandemi Covid-19

PENDAHULUAN

Di awal tahun 2020, merebaknya virus jenis baru yaitu Coronavirus baru
(SARS-Cov-2) menggemparkan dunia.Penyakit tersebut dinamakan Coronavirus
Disease 2019 (Covid-19). Asal virus diketahui dari Wuhan, Cina. Ditemukan pada
akhir Desember 2019. Sejauh ini, 65 negara telah dipastikan terinfeksi virus
tersebut. (Data WHO, 1 Maret 2020) (PDPI, 2020).

Selain menyasar sektor kesehatan, dampak pandemi virus corona juga


melanda perekonomian. Terutama keamanan kerja dan penghasilan masyarakat
Indonesia. Peneliti dari Ngadi, lembaga penelitian sumber daya manusia Akademi
Ilmu Pengetahuan Indonesia, menyebutkan sekitar 15,6% angkatan kerja / pegawai
dipecat (PHK). Hal tersebut berdasarkan hasil survei online terhadap 2160
responden sejak 24 April hingga 2 Mei 2020.

Dapat dikatakan bahwa bekerja merupakan suatu kebutuhan yang harus


dipenuhi oleh seorang individu, karena melalui pekerjaan seseorang dapat
memperoleh hal-hal yang berharga dalam hidupnya, seperti status dan gengsi,
penghasilan, kesempatan untuk mengekspresikan diri, kesempatan untuk
mengembangkan kemampuannya, dan untuk membangun. hubungan yang baik
dengan mereka. Peluang. Personalia-Personalia dalam lingkup pekerjaannya. Dari
sudut pandang pentingnya makna pekerjaan bagi seseorang, dapat dikatakan bahwa
pengangguran atau PHK merupakan peristiwa yang menimbulkan stres yang akan
mempengaruhi emosi seseorang, karena kehilangan pekerjaan membuat individu
tidak lagi memiliki kesempatan untuk mengekspresikan diri. dan kehilangan
kesempatan untuk mengembangkan kemampuan mereka.
Adanya PHK yang merupakan dampak dari Covid-19 ini mempengaruhi
kualitas hidup individu dari dimensi kesehatan psikologis seperti, konsentrasi dan
pemikiran yaitu bagaimana seseorang dalam menghatapi pembelajaran, ingatan
konsentrasi serta kemampuan individu untuk membuat suatu keputusan. Ini
berpengaruh pada kecepatan dan kejelasan individu dalam memberikan pendapat
serta dapat berkonsentrasi terhadap hal-hal yang dilakukan, harga diri yang mengarah
pada apa yang individu rasakan terhadap diri mereka sendiri. Ini berfokus dengan
perasaan individu dari kemampuan diri, hasil yang dicapai, kepuasan dengan diri,
keberartian, berharga dan kendali diri, perasaan positif dan negative suatu keadaan
dalam diri seseorang sebagai suatu akibat dari yang dialami individu ataupun
persepsinya. Maka dari itu diperlukannya koping individu seseorang baik yang baik
ataupun buruk.
Koping merupakan suatu proses kognitif dan perilaku yang bertujuan untuk
mengurangi perasaan stres dalam menghadapi stres (Rubbyana, 2012). Mutoharoh
(2010) mengartikan respon sebagai upaya untuk mengatur, memenuhi kebutuhan
dan mengatasi tantangan, ancaman, merugikan, merugikan, atau bermanfaat bagi
seseorang. Koping merupakan suatu mekanisme untuk mengatasi perubahan atau
beban yang dihadapi tubuh, beban ini menimbulkan respon tubuh yang tidak
spesifik yaitu stres. Jika mekanisme koping ini berhasil maka seseorang akan
mampu beradaptasi dengan perubahan atau beban tersebut (Ahyar, 2010)

METODE
Desain pada penelitian ini adalah deskriptif dengan metode kuantitatif. Teknik
pengambilan sampel dengan purposive sampling dengan total sampling 33 responden.
Instrumen yang digunakan yaitu kuesioner karakteristik dan keusioner mekanisme
koping. Analisa data menggunakan teknik deskriptif dengan analisa univariate..
Penelitian ini dilaksanakan dengan tahapan mengumpulkan materi penelitian,
pembuatan proposal penelitian, mengurus perijinan penelitian, melakukan survei dan
wawancara pada responden untuk pengisian kuesioner, engolah dan manganalisis
data, membuat laporan penelitian. Kisi-kisi instrument :
Indikator Favorable Unfavorable Total
Koping yang berfokus pada 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 1 10
masalah 10
Koping yang focus pada
emosi 11, 12, 13, 14, 15, 19 9
16, 17, 18
Total 17 2 19

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik
Karakteristik Frekuensi Presentase
Jenis Kelamin
Laki-laki 21 63,6 %
Perempuan 12 36,4 %
Usia
Remaja Akhir (17-25) 13 39,4 %
Dewasa Awal (26-35) 4 12,1 %
Dewasa Akhir (36-45) 8 24,3 %
Lansia Awal (46-55) 7 21,2 %
Lansia Akhir (56-65) 1 3%
Agama
Islam 32 97%
Khatolik 1 3%
Pendidikan
Dasar (SD/SMP) 7 21,3%
Menengah (SMA/SMK) 26 78,8%

Tabel 1. menunjukkan bahwa responden pada penelitian ini berdasarkan


karkteristik jenis kelamin sebagian besar berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 21
responden dengan presentase 63,6 %. Berdasarkan karakteristik usia sebagian besar
dalam kategori remaja akhir yaitu 13 responden dengan presentase 39,4%.
Bedasarkan karakteriktik agama sebagian besar beragam islam dengan presentase 32
responden dengan presentase 97%. Berdasarkan karakteristik pendidikan sebagian
besar memiliki tingkat pendidikan tingkat menengah yaitu sebanyak 26 responden
78,8%.
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Gambaran Koping Individu
Koping Individu Frekuensi Presentase
Adaptif 27 81,8 %
Maladaptif 6 18,2%
Total 33 100%

Tabel 2. menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki koping


adaptif yaitu 27 responden dengan presentasi 81,8%.

Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan gambaran koping individu pekerja korban PHK

pada masa pandemi covid-19 di Kabupaten Semarang. Sebagian besar respendon

yaitu sebanyak 27 responden (81,8%) yang termasuk dalam kategori koping adaptif.

Sebagian kecil responden yaitu sebanyak 6 responden (18,2%) yang termasuk dalam

kategori koping maladaptive.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Yunitha ( 2017), menunjukkan bahwa

responden dengan koping adaptif cenderung lebih banyak yaitu 39 responden (97,5

%) sedangkan responden dengan koping maladaptif cenderung lebih sedikit yaitu 1

responden (2,5%).

Menurut Kelliat (dalam Ramadhani, 2014), mekanisme koping ada dua, yaitu

koping adaptif dan maladaptif. Mekanisme koping adaptif adalah suatu usaha yang
dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah akibat adanya stresor atau tekanan

yang bersifat positif, rasional dan konstruktif. Sementara, mekanisme koping

maladaptif suatu usaha yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah akibat

adanya stresor atau tekanan yang bersifat negatif, merugikan, destruktif dan tidak

dapat menyelesaikan masalah secara tuntas.

Dalam penelitian ini terdapat adanya gambaran bahwa laki-laki dan


perempuan sama-sama memiliki koping individu yang baik atau adaptif. Dan untuk
koping indu maladaptive cenderung lebih banyak pada jenis kelamin laki-laki.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Yunitha (2017), yang menemukan bahwa
sebagian besar responden baik laki-laki dan perempuan memiliki koping individu
yang baik dalam mengatasi masalah yang sedang dihadapi. Menurut Penelitian
Jennifer (2008), ditemukan bahwa laki-laki maupun wanita menggunakan kedua
bentuk koping yaitu problem-solving focused coping dan emotionfocused coping
secara bersama-sama, namun wanita lebih cenderung berorientasi pada emosi,
sedangkan laki-laki berorientasi pada mengatasi masalah.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Yunitha (2017) dengan hasil

penelitian bahwa pada usia remaja akhir (17-25 tahun), dewasa awal (26-35 tahun),

dewasa akhir (36-45 tahun), lansia awal (46-55 tahun), dan lansia akhir (56-65 tahun)

lebih banyak memiliki koping adaptif dimana responden mayoritas dapat mengontrol

emosi dan memandang masalah dengan baik.

Sejalan juga dengan penelitian yang dilakukan (Mulyana &

Mustikasari, 2013) dengan hasil penelitian, ternyata anak usia remaja dengan usia 16

tahun lebih banyak menggunakan mekanisme koping adaptif atau mekanisme koping
konstruktif, dimana hasil ini menunjukkan bahwa taha perkembangan remaja

mayoritas dapat mengontrol emosi dan memandang masalah dengan baik.

Dalam penelitian ini didapatkan hasil bahwa pada responden dengan

tingkat pendidikan tingkat menengah cenderung lebih memiliki koping individu yang

adaptif tetapi pada responden dengan tingkat pendidikan dasar juga ada yang

memiliki koping individu adaptif. Sedangkan untuk koping individu maladaptive juga

terjadi pada responden dengan tingkat pendidikan dasar dan tingkat pendidikan

menengah.

Hal ini karena pola pikir responden dengan status pendidikan lebih tinggi
biasanya lebih mudah beradaptasi dengan lingkungan. Akan memudahkan responden
untuk mengatur dirinya dengan baik sehinggan berdampak ke mekanisme kopingnya
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Yunitha (2017), yang menemukan bahwa
sebanyak 51% responden memiliki koping individu yang baik dalam mengatasi
masalah yang sedang dihadapi, responden yang menggunakan mekanisme koping
konstuktif ada sebanyak 39 responden, yang terbagi atas yaitu dengan status
pendidikan SD sebanyak 6 responden, status pendidikan SMP sebanyak 16
responden, dan status pendidikan SMA sebanyak 17 responden. Sedangkan
responden yang menggunakan mekanisme koping destruktif ada sebanyak 1
responden, yang terbagi atas yaitu dengan status pendidikan SD tidak menggunakan
mekanisme koping destruktif, status pendidikan SMP dengan jumlah 1 responden,
dan status pendidikan SMA tidak menggunakan mekanisme koping destruktif.

SIMPULAN (PENUTUP)
Hasil penelitian menunjukkan gambaran koping individu pekerja korban PHK

pada masa pandemi covid-19 di Kabupaten Semarang. Sebagian besar respendon


memiliki koping adaptif yaitu sebanyak 27 responden (81,8). Sebagian kecil

responden memiliki koping individu maladaptive yaitu sebanyak 6 responden

(18,2%). Dengan adanya penelitian ini diharapkan untuk pelayanan kesehatan atau

puskesmas setempat, dapat dilakukan analisa koping individu kepada para warganya

khususnya yang menjadi korban PHK. Untuk korban PHK dapat memotivasi diri

dengan berfikir positif sehingga dapat mencari jalan keluar dari masalah yang sdang

dihadapi.

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur alhamdulillah saya panjatkan kepada Allah SWT, atas segala
rahmat dan karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan Skripsi ini yang
berjudul “GAMBARAN KOPING INDIVIDU PARA PEKERJA KORBAN PHK
SELAMA MASA PANDEMI COVID-19 DI KABUPATEN SEMARANG”. Saya
menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak mungkin akan terwujud apabila tidak
ada bantuan dari berbagai pihak, melalui kesempatan ini izinkan saya menyampaikan
ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada dosen pembimbing, dosen
penguji, kaprodi, dekan fakultas, orang tua, saudara, teman-teman yang telah
membantu dan berkontribusi dalam memberikan semangat dan motivasi dalam
perjalanan penyusunan tugas akhir ini.

DAFTAR PUSTAKA
Amin, M. Al and Juniati, D. (2017) ‘Klasifikasi Kelompok Umur Manusia
Berdasarkan Analisis Dimensi Fraktal Box Counting Dari Citra Wajah
Dengan Deteksi Tepi Canny’, Jurnal Ilmiah Matematika, 2(6), pp. 1–10.

Henani, T. R. P. (2018) ‘Pengaruh Beban Kerja dan Lingkungan Kerja Terhadap


Kinerja Karyawan’, Jurnal of Materials Processing Technology, 1(1), pp. 1–
8.
Ika, P. (2020) ‘Buruh Terkena PHK Karena Corona’, pp. 1–3.

Izzati, F. F. (2011) ‘Kerentanan Buruh dalam Pandemi Covid-19’, Journal of


Communication, 35(4), pp. 417–425.

Juaningsih, I. N. (2020) ‘Analisa Kebijakan PHK Bagi Para Pekerja Pada Masa
Pandemi Covid-19 di Indonesia’, Buletin Hukum dan Keadilan, 4(1189–196).

Lilik Ma’rifatul Azizah, Imam Zainuri, A. A. (2016) Buku Ajar Keperawatan


Kesehatan Jiwa.

Mandila, Y. P. Y. (2017) ‘Skripsi gambaran mekanisme koping warga binaan remaja


di lapas kelas iia maros dan lapas kelas i makassar’.

Ngadi, Ruth Meilianna, Y. A. P. (2020) ‘Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap PHK


dan Pendapatan Pekerja di Indonesia’, Jurnal Kependudukan Indonesia, 2902,
p. 43.

Pratiwi, Y. (2017) ‘Gambaran Mekanisme Koping Warga Binaan Remaja Di Lapas


Kelas IIA Maros Dan Lapas Kelas I Makassar’.

Puspita, M. I. (2015) ‘Peran Serikat Pekerja Dalam Pemutusan Hubungan Kerja


Sepihak di Hotel Bali Hyatt’.

Ramadhani, P. I. (2020) ‘15 Persen Buruh Terkena PHK Karena Corona dan 3,8
Persen Tak Terima Pesangon’, pp. 1–3.

Reni, R. (2012) Gambaran Stres dan Strategi Koping Mahasiswa Program Reguler
2009 FIK UI Saat Melaksanakan Praktik Klinik PKD II. Available at:
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20311641-S43350-Gambaran stres.pdf.

Ridwan, A. (2016) ‘Locus of Control dan Reliensi Pada PEkerja Yang Mengalami
Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)’, 1, pp. 5138–5144.

Rosyid, H. F. (2015) ‘Pemutusan Hubungan Kerja: Masihkah Mencemaskan?’,


Buletin Psikologi, 11(2), pp. 95–106. doi: 10.22146/bpsi.7463.

Yuliana (2020) ‘Wellness and Healthy Magazine’, Parque de los afectos. Jovenes que
cuentan, 2(Febuary), pp. 124–137.

Anda mungkin juga menyukai