Anda di halaman 1dari 105

GAMBARAN KOPING INDIVIDU PARA PEKERJA KORBAN PHK PADA

MASA COVID-19 DI KABUPATEN SEMARANG

Oleh
MIFTAKHUL VIVI BAROKAH
NIM. 010117A058

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
2021

i
GAMBARAN KOPING INDIVIDU PARA PEKERJA KORBAN PHK PADA
MASA COVID-19 DI KABUPATEN SEMARANG

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Oleh
MIFTAKHUL VIVI BAROKAH
NIM. 010117A058

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
2021

i
HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi berjudul :
GAMBARAN KOPING INDIVIDU PARA PEKERJA KORBAN PHK PADA
MASA PANDEMI COVID-19 DI KABUPATEN SEMARANG

Oleh :
MIFTAKHUL VIVI BAROKAH
NIM 010117A058

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing dan telah


diperkenankan untuk diujikan

Ungaran, 29 Januari 2021

Pembimbing Utama

Ns. Zumrotul Choirriyah, S. Kep., M. Kep


NIDN: 0611067101

ii
HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi berjudul :
GAMBARAN KOPING INDIVIDU PARA PEKERJA KORBAN PHK PADA
MASA PANDEMI COVID-19 DI KABUPATEN SEMARANG

Oleh :
MIFTAKHUL VIVI BAROKAH
NIM 010117A058

Telah dipertahankan di depan Tim Penguji Skripsi Program Studi S1 Keperawatan,


Fakultas Kesehatan, Universitas Ngudi Waluyo pada :
Hari :
Tanggal :
Tim Penguji
Ketua/Pembimbing Utama

Ns. Zumratul Choirriyah, S. Kep., M. Kep


NIDN 0611067101

Anggota/Penguji I Anggota/Penguji II
Ns.

Ns. Imron Rosyidi, S.Kep., M.Kep Natalia Devi Oktarina, S.Kep., M.Kep., Sp. Kep. Anak
NIDN. 0606127804 NIDN.0624128601
Melalui,
Ketua Program Studi Dekan Fakultas Kesehatan

Ns. Umi Aniroh, S.Kep., M.Kep Rosalina, S.Kp., M.Kes


NIDN. 0614087402 NIDN. 0621127102

iii
iv
HALAMAN KESEDIAAN PUBLIKASI

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama : Miftakhul Vivi Barokah
NIM : 010117A058
Mahasiswa : Program Studi S1 Keperawatan Fakultas Kesehatan Universitas
Ngudi Waluyo

Menyatakan memberi kewenangan kepada Universitas Ngudi Waluyo untuk


menyimpan, mengalihkan media/format, merawat, serta mempublikasikan Skripsi
saya yang berjudul “Gambara Koping Individu Para Korban PHK Pada Masa
Covid-19 di Kabupaten Semarang” untuk kepentingan akademik.

Ungaran, 13 Febuari 2021


Yang membuat pernyataan,

Miftakhul Vivi Barokah

v
Universitas Ngudi Waluyo
Program Studi S1 Keperawatan, Fakultas Kesehatan
Skripsi, Januari 2021
Miftakhul Vivi Barokah
NIM 010117A058

GAMBARAN KOPING INDIVIDU PARA PEKERJA KORBAN PHK PADA


MASA PANDEMI COVID-19 DI KABUPATEN SEMARANG

ABSTRAK

Latar Belakang : Salah satu dari dampak covid-19 adalah para pekerja yang terkena
PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) yaitu satu peristiwa yang menjadi sumber stress
yang mempengaruhi emosi seseorang. PHK mempengaruhi kualitas hidup individu
dari dimensi kesehatan psikologis Koping merupakan suatu proses kognitif dan
tingkah laku bertujuan untuk mengurangi perasaan tertekan yang muncul ketika
menghadapi situasi stress. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
gambaran koping individu para pekerja korban phk pada masa pandemic covid-19 di
Kabupaten Semarang.
Metode : Desain pada penelitian ini adalah deskriptif dengan metode kuantitatif.
Teknik pengambilan sampel dengan purposive sampling dengan total sampling 33
responden. Instrumen yang digunakan yaitu kuesioner karakteristik dan keusioner
mekanisme koping. Analisa data menggunakan teknik deskriptif dengan analisa
univariate.
Hasil : hasil penelitian ini sebagian besar responden memiliki koping yang baik
yaitu 30 responden (91%) yang termasuk dalam kategori koping adaptif. Sebagian
kecil responden memiliki koping yang kurang baik yaitu 3 responden (9%) yang
termasuk dalam kategori koping maladaptive.
Simpulan : Terdapat gambaran mengenai koping individu para pekerja korban phk
di kategorikan adaptif sebanyak 30 responden (91%) dan dikategorikan maladaptive
sebanyak 3 responden (9%).
Saran : Tersedia konseling khusus di setisp layanan kesehatan untuk masalah
koping individu.

Kata Kunci : PHK, Koping Individu, Pandemi Covid-19

vi
Universitas Ngudi Waluyo 
S1 Nursing Program, Faculty of Health 
Final Project, January 2021 
Miftakhul Vivi Barokah 
NIM 010117A058 

THE DESCRIPTION OF INDIVIDUAL COPING ON WORKERS AS


VICTIM OF LAYOFFS DURING THE COVID-19 PANDEMIC
PERIOD IN SEMARANG REGENCY 

ABSTRACT

Background: One of the impacts of covid-19 is layoffs which is an event that is a


source of stress that affects a person's emotions. Coping is a cognitive and
behavioral process that aims to reduce feelings of pressure that arise when facing
stressful situations. The purpose of this study is to determine the description of the
individual coping on workers who as victim of layoffs during the Covid-19
pandemic in Semarang Regency. 
Methods: The design in this study is descriptive with quantitative methods. The
sampling technique used purposive sampling with total samples 33 respondents. The
instruments used the characteristics questionnaire and the coping mechanism
questionnaire. Data analysis used descriptive techniques with univariate analysis. 
Results: The results of this study show most of the respondents have good coping as
many as 30 respondents (91%) and are included in the adaptive coping category. A
small proportion of respondents have poor coping as many as 3 respondents (9%)
and included in the maladaptive coping category. 
Conclusion: There is a description of the individual coping on workers as victims
of layoffs in the adaptive category as many as 30 respondents (91%) and 3
respondents (9%) in the maladaptive category. 
Suggestion : There is specific counseling available in each health service for
individual coping problems

Keywords: Layoffs, Individual Coping, Covid-19 Pandemic

vii
PRAKATA

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur alhamdulillah saya panjatkan kepada Allah SWT, atas segala

rahmat dan karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan Skripsi ini yang

berjudul “GAMBARAN KOPING INDIVIDU PARA PEKERJA KORBAN

PHK PADA MASA PANDEMI COVID-19 DI KABUPATEN SEMARANG”.

Saya menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak mungkin akan terwujud apabila

tidak ada bantuan dari berbagai pihak, melalui kesempatan ini izinkan saya

menyampaikan ucapan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Subyantoro, M. Hum. selaku Rektor Universitas Ngudi Waluyo

2. Ibu Rosalina, S. Kep., M. Kes. selaku Dekan Fakultas Kesehatan Universitas

Ngudi Waluyo

3. Ns. Umi Aniroh, S. Kep., M. Kep. selaku Ketua Prodi Keperawatan Universitas

Ngudi Waluyo

4. Ns. Zumratul Choirriyah, S. Kep., M. Kep. selaku Pembimbing yang telah

banyak maluangkan waktu, pikiran, memberikan arahan serta motivasi dalam

penyusunan skripsi ini.

5. Seluruh dosen, staf, karyawan dan karyawati di Fakultas Kesehatan Universitas

Ngudi Waluyo atas segala ilmu dan pengarahan yang telah diberikan kepada

saya.

6. Orang tua saya tercinta Bapak Sujiman dan Ibu Sri Hartatik serta kakak-kakakku

Tintin Umi Rosidah dan Muhammad Arief Faqhrudin dan keluarga besar Bapak

viii
Sujiman lainnya yang senantiasa mendoakan dan selalu memberrikan semangat,

do’a dan material selama ini. Terimakasih atas kasih sayang dan cintanya yang

selalu diberikan kepada saya.

7. Kepada Choerul Fikri Hamdani yang sudah memberikan kontribusi, dukungan,

semangat dan motivasi yang selalu diberikan kepada saya.

8. Kepada Merlina Kusumaningtyas, Anis Fiyatul Nur Azizah, Eka Novita

Hidayaningtyas dan seluruh teman-peman PSIK A angkatan 2017 yang telah

memberikan dukungan dan motivasi.

9. Kepada tujuh laki-laki baik BTS (Bangtan Sonyeondan) yaitu Kim Namjoon,

Kim Seokin, Min Yoongi, Jung Ho Seok, Park Jimin, Kim Taehyung, Jeon

Jungkook, yang telah banyak memberikan semangat dan motivasi dengan lagu-

lagunya tentang impian, perjalnan hidup dan mencintai diri sendiri yang sudah

menemani dalam perjalanan studi saya hingga tugas akhir ini.

Saya menyadari bahwa dalam penyusunan ini masih banyak kekurangan,

sehingga kritik dan saran sangat saya harapkan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat

bagi pembaca, Aamiin.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Ungaran, 30 Januari 2021

Penulis

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN..................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN...................................................................... iii

PERNYATAAN ORISINILITAS................................................................ iv

HALAMAN KESEDIAAN PUBLIKASI................................................... v

ABSTRAK................................................................................................... vi

ABSTRACT................................................................................................. vii

PRAKATA................................................................................................... viii

DAFTAR ISI................................................................................................ x

DAFTAR TABEL ....................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN................................................................................ xiv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang........................................................................... 1

B. Rumusan Masalah...................................................................... 7

C. Tujuan Penelitian....................................................................... 7

D. Manfaat Penelitian..................................................................... 7

BAB II TINJUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori............................................................................ 9

1. Koping.................................................................................. 9

2. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)..................................... 32

x
3. Corona Virus Disease 2019 (Covid-19)............................... 37

B. Kerangka Teori.......................................................................... 46

C. Kerangka Konsep....................................................................... 47

D. Keterangan Empiris.................................................................... 47

BAB III METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian........................................................................ 48

B. Lokasi Penelitian........................................................................ 48

C. Subyek Penelitian....................................................................... 48

D. Definisi Operasional.................................................................. 50

E. Pengumpulan Data..................................................................... 50

F. Pengolahan Data........................................................................ 53

G. Analisa Data............................................................................... 55

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian........................................... 56

B. Hasil Penelitian.......................................................................... 56

C. Pembahasan................................................................................ 58

D. Keterbatasan Penelitian.............................................................. 65

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan................................................................................ 66

B. Saran........................................................................................... 66

DAFTAR PUSTAKA

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional.................................................................. 50

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik............................................ 57

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Koping Individu....................................... 58

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Model Transaksional Stress dan Adaptasi............................ 16

Gambar 2.2 Model Stress dan Adaptasi Stuart ....................................... 17

Gambar 2.3 Transactional model of Stress and Coping Glanz ............... 20

Gambar 2.4 Kerangka Teori Koping Individu ........................................ 46

Gambar 2.5 Kerangka Konsep................................................................. 47

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Studi Pendahuluan

Lampiran 2. Surat Ijin Penelitian

Lampiran 3. Surat Balasan Kelurahan Langensari

Lampiran 4. Surat Balasan Kecamatan Ungaran Barat

Lampiran 5. Informen Concent

Lampiran 6. Kuesioner

Lampiran 7. Tabulasi Data Penelitian

Lampiran 8. Hasil Penelitian

Lampiran 9. Dokumentasi

Lampiran 10. Lembar Konsultasi

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di awal tahun 2020, merebaknya virus jenis baru yaitu Coronavirus

baru (SARS-Cov-2) menggemparkan dunia.Penyakit tersebut dinamakan

Coronavirus Disease 2019 (Covid-19). Asal virus diketahui dari Wuhan,

Cina. Ditemukan pada akhir Desember 2019. Sejauh ini, 65 negara telah

dipastikan terinfeksi virus tersebut. (Data WHO, 1 Maret 2020) (PDPI,

2020)

Pertama, tidak mungkin untuk menentukan apakah penyebaran virus

ini dapat menyebar dari orang ke orang. Seiring berjalannya waktu, jumlah

kasus terus bertambah. Selain itu, ada 15 tenaga medis yang tertular salah

satu pasien. Salah satu pasien diduga kasus "super komunikator" (Channel

News Asia, 2020). Akhirnya dipastikan bahwa penyebaran pneumonia dapat

menyebar dari orang ke orang (Realman, 2020). Selama ini virus ini

menyebar dengan cepat, masih misterius, dan penelitiannya masih terus

dilakukan.

Selain menyasar sektor kesehatan, dampak pandemi virus corona juga

melanda perekonomian. Terutama keamanan kerja dan penghasilan

masyarakat Indonesia. Peneliti dari Ngadi, lembaga penelitian sumber daya

manusia Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia, menyebutkan sekitar 15,6%

1
2

angkatan kerja / pegawai dipecat (PHK). Hal tersebut berdasarkan hasil

survei online terhadap 2160 responden sejak 24 April hingga 2 Mei 2020

Sementara itu, dari sektor ketenagakerjaan, hingga 29,3% pemutusan

hubungan kerja terjadi di sektor konstruksi dan konstruksi. Diikuti oleh

perdagangan, restoran dan akomodasi dengan 28,9%. Kemudian 28,6%

berasal dari sektor pertambangan dan pertambangan. Sebagai rujukan, data

Kementerian Ketenagakerjaan per 20 April 2020 tercatat sebanyak 2.084.593

pekerja dari 116.370 perusahaan diberhentikan dan terkena dampak PHK.

Hal ini terjadi karena banyak perusahaan yang mengurangi produksi atau

bahkan menghentikan produksinya. Dipaksa memecat karyawan selama

pandemi corona (Ika, 2020)

Selama penyebaran virus Corona (Covid-19), perusahaan melakukan

pemutusan hubungan kerja (PHK) karena berbagai alasan. Pertama,

permintaan pasar yang lemah, termasuk akibat kebijakan pembatasan sosial

skala besar (PSBB). Kedua adalah bantuan keuangan terbatas. Ketiga,

keterbatasan arus kas, terutama pembayaran gaji, yang merupakan

komponen biaya perusahaan tertinggi (Ika, 2020)

Dapat dikatakan bahwa bekerja merupakan suatu kebutuhan yang

harus dipenuhi oleh seorang individu, karena melalui pekerjaan seseorang

dapat memperoleh hal-hal yang berharga dalam hidupnya, seperti status dan

gengsi, penghasilan, kesempatan untuk mengekspresikan diri, kesempatan

untuk mengembangkan kemampuannya, dan untuk membangun. hubungan

yang baik dengan mereka. Peluang. Personalia-Personalia dalam lingkup


3

pekerjaannya. Dari sudut pandang pentingnya makna pekerjaan bagi

seseorang, dapat dikatakan bahwa pengangguran atau PHK merupakan

peristiwa yang menimbulkan stres yang akan mempengaruhi emosi

seseorang, karena kehilangan pekerjaan membuat individu tidak lagi

memiliki kesempatan untuk mengekspresikan diri. dan kehilangan

kesempatan untuk mengembangkan kemampuan mereka.

Pemutusan hubungan kerja adalah pemutusan hubungan kerja karena

beberapa alasan yang berujung pada pemutusan hak dan kewajiban antara

pekerja dan pemberi kerja. Ketika mendengar istilah PHK, biasanya kita

teringat akan pemecatan sepihak dari pemberi kerja karena kesalahan

pekerja. Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003, pemberhentian

atau pemberhentian diartikan sebagai pemutusan hubungan kerja karena

beberapa alasan. Pemutusan hubungan kerja adalah pemutusan hubungan

kerja karena beberapa alasan yang berujung pada pemutusan hak dan

kewajiban antara pekerja dan pemberi kerja. Ketika mendengar istilah PHK,

biasanya kita teringat akan pemecatan sepihak dari pemberi kerja karena

kesalahan pekerja. Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003,

pemberhentian atau pemberhentian diartikan sebagai pemutusan hubungan

kerja karena beberapa alasan.

Manulang (dalam Zulhartati, 2010) meyakini bahwa istilah

“pemutusan hubungan kerja” memiliki beberapa arti, Yang pertama

“pemutusan hubungan kerja” berarti pemutusan hubungan kerja terjadi

karena kontrak kerja yang telah disepakati selesai atau habis. Pemutusan
4

kontrak, jika tidak ada kesepakatan antara karyawan dan manajemen,

karyawan harus mengundurkan diri. Kedua, pemecatan, yaitu pemutusan

hubungan kerja karena pelanggaran disiplin khusus karyawan. Misalnya,

karyawan melakukan kesalahan, seperti meminum alkohol atau

mengonsumsi obat psikotropika, mengonsumsi narkoba, melakukan tindak

pidana, dan merusak peralatan kerja milik pabrik. Kegita, PHK, adalah

pemecatan karena perusahaan menggunakan mesin teknologi baru untuk

pengembangannya, seperti robot industri dalam proses produksinya, dan alat

berat yang dapat dioperasikan oleh satu atau dua orang untuk menggantikan

banyak pekerja. Ini berdampak pada pengurangan tenaga kerja. Keempat,

PHK, yaitu pemutusan hubungan kerja terkait masalah ekonomi (seperti

resesi ekonomi, masalah pasar), sehingga perusahaan tidak dapat

memberikan upah kepada karyawannya .

Pemutusan hubungan kerja dapat menjadi momok bagi setiap

pekerja / pekerja karena mereka dan keluarganya terancam keberadaannya

dan menanggung akibat pemutusan hubungan kerja. Mengingat faktanya,

mencari pekerjaan ternyata tidak semudah yang dibayangkan. Dengan

persaingan yang semakin ketat, tenaga kerja yang bertambah, dan

lingkungan usaha yang terus berubah, wajar jika para pekerja selalu khawatir

dengan ancaman pemecatan (Abdul Khakim, 2014).

Adanya PHK yang merupakan dampak dari Covid-19 ini

mempengaruhi kualitas hidup individu dari dimensi kesehatan psikologis

seperti, konsentrasi dan pemikiran yaitu bagaimana seseorang dalam


5

menghatapi pembelajaran, ingatan konsentrasi serta kemampuan individu

untuk membuat suatu keputusan. Ini berpengaruh pada kecepatan dan

kejelasan individu dalam memberikan pendapat serta dapat berkonsentrasi

terhadap hal-hal yang dilakukan, harga diri yang mengarah pada apa yang

individu rasakan terhadap diri mereka sendiri. Ini berfokus dengan perasaan

individu dari kemampuan diri, hasil yang dicapai, kepuasan dengan diri,

keberartian, berharga dan kendali diri, perasaan positif dan negative suatu

keadaan dalam diri seseorang sebagai suatu akibat dari yang dialami individu

ataupun persepsinya. Maka dari itu diperlukannya koping individu seseorang

baik yang baik ataupun buruk.

Koping merupakan suatu proses kognitif dan perilaku yang bertujuan

untuk mengurangi perasaan stres dalam menghadapi stres (Rubbyana, 2012).

Mutoharoh (2010) mengartikan respon sebagai upaya untuk mengatur,

memenuhi kebutuhan dan mengatasi tantangan, ancaman, merugikan,

merugikan, atau bermanfaat bagi seseorang.

Koping merupakan suatu mekanisme untuk mengatasi perubahan atau

beban yang dihadapi tubuh, beban ini menimbulkan respon tubuh yang tidak

spesifik yaitu stres. Jika mekanisme koping ini berhasil maka seseorang akan

mampu beradaptasi dengan perubahan atau beban tersebut (Ahyar, 2010)

Mekanisme koping didefinisikan sebagai proses tertentu, disertai

dengan perubahan terus menerus dalam domain kognitif dan / atau perilaku

untuk mengontrol kebutuhan dan tekanan eksternal atau internal, kebutuhan

dan tekanan ini diharapkan membebani dan melebihi kemampuan individu


6

untuk beradaptasi. Respons sangat multi-dimensi dan fleksibel bagi individu,

terutama ketika menghadapi situasi yang mengarahkan mereka untuk

mengambil tindakan untuk mengatasi dan memodifikasi strategi yang tepat

(Aldwin et al., 2010).

Berdasarkan hasil wawancara dari 7 responden terkait koping individu

pasca PHK di dapatkan hasil 7 dari 7 responden ber jenis kelamin laki-laki

dan berusia antara 25 – 55 tahun, 2 dari 7 responden berusia 25 tahun atau

dewasa awal memiliki koping negative dalam penyelesaian masalah, koping

negatifnya yaitu tidak ada usaha untuk mencari pekerjaan atau membuka

usaha kecil-kecilan, rutinitasnya hanya nongkrong daan kadang mabuk-

mabukan, kadang saat diajak biacara cenderung mudah marah 5 dari 7

responden berusia antara 38 – 55 tahun atau dewasa akhir sampai lansia

memiliki koping positif dalam penyelesaian masalah. Koping positifnya yaitu

mencari-cari pekerjaan baru sambil menunggu panggilan kerja juga membuka

usaha kecil-kecilan dan ada juga yang ikut kerja part time saat-saat tertentu

Berdasarkan fenomena yang ada sekarang dan studi pendahuluan yang

telah di lakukan, salah satu dari dampak covid-19 adalah para pekerja yang

terkena PHK (Pemutusan Hubungan Kerja), dan menjadi stressor tersendiri

terlebih jika korban PHK sudah berkeluarga karena beban tanggung jawabnya

semakin besar, untuk menghidupi keluarganya. Fokus permasalahan dalam

penelitian ini adalah tentang “Gambaran Koping Individu Pasca PHK Pada

Masa Covid-19”
7

B. Rumusan Masalah

Pertanyaan penelitian yang ingin diangkat berdasarkan latar belakang

dan permasalahan yang telah dipaparkan adalah “Bagaimanakah gambaran

koping individu para pekerja korban PHK pasca covid-19 di Kabupaten

Semarang

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian ini adalah untuk mengetahui koping individu pekerja

korban PHK dampak covid-19 di Kabupaten Semarang.

2. Tujuan Khusus

Mengetahui gambaran koping individu para pekerja korban PHK

dampak covid-19

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Secara teoretis, penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat

bagi ilmu keperawatan jiwa, terlebih kepada perawat dalam melaksanakan

asuhan keperawatan.
8

2. Manfaat Praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan bermanfaat, antara lain untuk:

a. Manfaat bagi para tenaga kerja yang terkena PHK. Hasil penelitian ini

diharapkan dapat membantu para tenaga kerja yang terkena PHK

dalam memahami pengelolaan diri atas statusnya yang belum bekerja.

b. Bagi peneliti selanjutnya. Diharapkan akan tertarik meneliti fenomena

PHK, khususnya yang berkaitan dengan perencanaan karier para

tenaga kerja yang terkena PHK.

c. Bagi pelayanan kesehatan khususnya puskesmas setempat dapat

mengidentifikasi koping individu para korban PHK agar membantu

dalam penyelesaian masalah yang sedang dihadapi


BAB II

TINJUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Koping

a. Pengertian

Menurut Kozier (dalam Lilik Ma’rifatul Azizah, Imam Zainuri,

2016) Koping adalah upaya individu berupa pikiran dan tindakan

dalam mengatasi situasi yang dirasakan menekan, menantang, atau

mengancam. Koping merupakan strategi penyesuaian diri dalam

mengatasi ancaman untuk keseimbangan diri yang merupakan suatu

proses. Koping adalah aktifitas kognisi dalam bentuk penilaian kognisi

terhadap kejadian dan reaksi, kemudian menetapkan respon-respon

yang didasarkan pada proses penilaian tersebut.

Folkman dan Lazarus (dalam Lilik Ma’rifatul Azizah, Imam

Zainuri, 2016) mendefinisikan koping sebagai usaha kognitif dan

perilaku secara konstan dalam upaya mengatasi tuntutan internal dan

atau eksternal khusus yang melelahkan atau melebihi sumber individu.

Koping berorientasi pada proses, yang berarti bahwa koping berfokus

pada apa yang sebenarnya dipikirkan dan dilakukan seseorang dalam

situasi stress, dan berubah seiring berkembangnya situasi stress.

Koping juga dapat digambarkan sebagai perubahan kognitif dan

perlaku secara konsisten dalam upaya mengatasi tuntutan internal dan

9
10

eksternal berhubungan dengan masalah dan situasi, atau

menghadapinya. Stuart dan Sundeen (dalam Lilik Ma’rifatul Azizah,

Imam Zainuri, 2016) menyatakan bahwa koping merupakan usaha

yang dilakukan terhadap masalah, sehingga menghasilkan keringanan,

penghargaan dan keseimbangan. Koping merupakan cara menangani

perasaan tidak nyaman seperti kecemasan, takut, sedih dan perasaan

bersalah karena berkaitan dengan situasi yang menimbulkan ancaman

bagi individu.

Jadi dapat disimpulkan bahwa koping adalah proses yang

dilalui oleh individu dalam menyelesaikan situasi yang mengancam

dirinya baik fisik maupun psikologik. Respon koping sangat berbeda

antar individu dan sering berhubungan dengan persepsi individu dari

kejadian yang penuh stres. Usaha koping sangat bervariasi dan pada

dasarnya tidak selalu mengarah pada solusi suatu masalah.

b. Strategi Koping

Lazarus dan Folkman (dalam Lilik Ma’rifatul Azizah, Imam

Zainuri, 2016) dan Sarafino (dalam, Hasjanah, 2012) mengemukakan

bahwa proses strategi koping ada 2 (dua), yaitu :

1) Problem Focused Coping, yaitu usaha untuk melakukan sesuatu

yang berguna dengan tindakan langsung dan konstruktif, stress

dipandang sebagai suatu masalah yang harus diselesaikan dengan

strategi problem solving untuk menurunkan atau menghilangkan

sumber stress.
11

2) Emotional Focused Coping, menekankan pada konsekuensi

emosional dari kejadian yang menimbulkan stress, meskipun cara

ini belum tentu dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi

Pada dasarnya strategi ini mengacu pada perubahan dalam

persepsi individu tentang situasi yang menimbulkan stress. Strategi

koping dikelompokan menjadi delapan menurut Folkman dan Lazarus,

Kozier, Glanz (dalam Lilik Ma’rifatul Azizah, Imam Zainuri, 2016):

1) Confrontative Coping

Individu berpegang teguh pada pendiriannya dan memperjuangkan

apa yang diinginkannya, menggambarkan usaha-usaha agresif

untuk mengubah situasi, dan mengambil resiko dalam situasi

stress.

2) Planful Problem Solving

Usaha memikirkan rencana tindakan untuk memecahkan situasi,

dan usaha problem solving yang sengaja untuk mengubah situasi.

3) Seeking Social Support

Usaha individu mencari kenyamanan dan nasehat dari orang lain

untuk mengatasi masalah melalui informasi seperti berbicara pada

seseorang untuk mengetahui lebih banyak tentang situasi,

dukungan nyata dan emosional untuk menerima simpati dan

pengertian dari orang lain.


12

4) Self Control

Usaha individu untuk menabahkan hati dan tidak membiarkan

perasaan terlihat dengan usaha mengontrol perasaan dan

tindakannya.

5) Distancing

Usaha individu untuk melepaskan diri dengan menciptakan

pandangan positif dan menenggelamkan diri dalam kegiatan dan

aktifitas untuk melepaskan pikiran dari permasalahan yang

dihadapi.

6) Positive Reappraisal

Usaha individu untuk menciptakan arti positif dengan

memfokuskan pada pertumbuhan pribadi dengan mengubah

pemikiran diri secara positif dan mengandung nilai religious.

7) Accepting Responbility

Individu mengakui bahwa diri sendiri yang mengakibatkan

masalah dan mencoba belajar dari pengalaman. Bentuk koping ini

menekankan aspek pengenalan peran diri dalam suatu masalah

dengan melakukan hal yang benar.

8) Escape Avoidance

Individu berharap situasi akan berlalu dan bagaimanapun akan

berakhir dengan menunjukan usaha tingkah laku untuk melarikan

diri dari masalah atau menghindar secara nyata dari situasi stress
13

melalui obat-obatan, minuman keras, merokok, atau makan

berlebihan

c. Faktor yang Mempengaruhi

Faktor yang mempengaruhi pemilihan strategi koping stress individu

yaitu:

1) Kesehatan Fisik

Kesehatan merupakan hal yang penting, karena dalam usaha

mengatasi stres individu dituntut untuk dapat mengerahkan tenaga

yang cukup besar.

2) Keyakinan atau Pandangan Positif

Keyakinan menjadi sumber daya psikologis yang sangat penting,

seperti keyakinan akan nasib (eksternal focusof control) yang

mengarahkan individu pada penilaian ketidakberdayaan

(helplessness) yang akan menurunkan kemampuan strategi koping

tipe problem-solving focused coping.

3) Keterampilan Memecahkan Masalah

Keterampilan ini meliputi kemampuan untuk mencari informasi,

menganalisa situasi, mengidentifikasi masalah dengan tujuan untuk

menghasilkan alternatif tindakan, kemudian mempertimbangkan

alternatif tersebut sehubungan dengan hasil yang ingin dicapai dan

pada akhirnya melaksanakan rencana dengan melakukan suatu

tindakan yang tepat.


14

4) Keterampilan Sosial

Kemampuan untuk berkomunikasi dan bertingkah laku dengan

cara-cara yang sesuai dengan nilai-nilai sosial yang berlaku di

masyarakat mampu mempenagruhi pemilihan koping individu.

5) Dukungan Sosial

Meliputi pemenuhan kebutuhan informasi dan emosional yang

diberikan orang tua, anggota keluarga lain, teman dan lingkungan

masyarakat .

6) Kemampuan Ekonomi

Meliputi sumber daya berupa uang, barang atau layanan yang dapat

dibeli. Penelitian Jennifer (2008) menemukan bahwa status sosial

ekonomi yang rendah akan menampilkan koping yang kurang

aktif, kurang realistis dan menolak.

7) Jenis Kelamin

Menurut Penelitian Jennifer (2008), ditemukan bahwa laki-laki

maupun wanita menggunakan kedua bentuk koping yaitu problem-

solving focused coping dan emotionfocused coping secara

bersama-sama, namun wanita lebih cenderung berorientasi pada

emosi, sedangkan laki-laki berorientasi pada mengatasi masalah.

d. Sumber Koping

Sumber koping dalam memilih untuk menetapkan apa yang

dapat dilakukan menurut Lazarus dan Folkman (dalam Lilik Ma’rifatul

Azizah, Imam Zainuri, 2016) ada lima sumber koping yang dapat
15

membantu individu beradaptasi dengan stresor yaitu ekonomi,

keterampilan, teknik pertahanan, dukungan sosial dan motivasi.

Kemampuan menyelesaikan masalah termasuk kemampuan untuk

mencari informasi, identifikasi masalah, mempertimbangkan alternatif

dan melaksanakan rencana. Social Skill memudahkan penyelesaian

masalah ternasuk orang lain, meningkatkan kemungkinan memperoleh

kerjasama dan dukungan dari orang lain. Aset materi mengacu kepada

keuangan, pada kenyataanya sumber keuangan meingkatkan pilihan

koping sesorang dalam banyak situasi stres. Pengetahuan dan

intelegensia adalah sumber koping yang lainnya yang memberikan

individu untuk melihat cara lain untuk mengatasi stres.

e. Model Transaksional Stress dan Adaptasi Coping

Model transaksional stress and adaptive coping adalah suatu

kerangka kerja untuk mengevaluasi proses dari koping untuk

mengatasi peristiwa stress. Pengalaman stress ditafsirkan sebagai

transaksi orang dan lingkungan, di mana dampak dari stressor

eksternal, dimediasi oleh penilaian orang terhadap stressor dan

sumberdaya psikologis, sosial, dan budaya dimilikinya, menurut

Lazarus and Folkman (dalam Lilik Ma’rifatul Azizah, Imam Zainuri,

2016) . Ketika dihadapkan dengan stressor, seseorang mengevaluasi

potensi ancaman atau bahaya, serta kemampuannya untuk mengubah

situasi dan mengelola reaksi emosi negatif. Upaya koping aktual

ditujukan untuk pengelolaan masalah atau manajemen koping dan


16

regulasi emosional, menimbulkan hasil dari proses koping (misalnya

kesejahteraan psikologis, status fungsional, dan perilaku sehat).

Berikut model transaksional stress dan adaptasi coping :

Model Koping

Confrontatif
Coping
Seeking Sosial
Support
Person Planfull Problem
Evironment Event Solving
Relationship Appraisals Self-Control
Distancing
Primary Positive
Evironment
Appraisals Reappraisal
Irrelevant Escape/Advoiden

Begin
Positive Harm Loss
Secondary
Relationship Stressfull Treat
Appraisals
Challenge

Gambar 2.1 Model Transaksional Stress dan Adaptasi


Transactional Model of Stress and Adaptive Coping Lazarus and Folkman
(dalam Lilik Ma’rifatul Azizah, Imam Zainuri, 2016)

Model transaksional stress and adaptive coping dikembangkan

oleh Stuart and Sundeen (dalam Lilik Ma’rifatul Azizah, Imam

Zainuri, 2016) dalam teorinya tentang stress dan adaptasi, yaitu

membahas hubungan antara factor predisposisi (factor penyebab),

stressor precipitasi (factor pencetus), penilaian pertama terhadap

stressor, penilaian kedua terhadap sumber (penggalian koping), serta

mekanisme penyesuaian terhadap keadaan sehat dan sakit.


17

FAKTOR PRESDIPOSISI
Biologis Psikologis Sosiokultural

FAKTOR PRESIPITASI
Sifat Sumber Waktu Jumlah

PENILAIAN TERHADAP STRESSOR


Kognitif Afektif Fisiologis Perilaku Sosial

SUMBER KOPING
Kemampuan Personal Dukungan Sosial Aset Ekonomi Motivasi

MEKANISME KOPING

Konstruktif Destruktif

RESPON KOPING KONTINU


Respon Adaptif Respon Maladaptif
DIAGNOSA KEPERAWATAN

Gambar 2.2 Model Stress dan Adaptasi Stuart


(dalam Lilik Ma’rifatul Azizah, Imam Zainuri, 2016)

Faktor predisposisi adalah merupakan faktor penyebab atau

faktor risiko yang mempengaruhi kemampuan sumber-sumber dalam

mengatasi stress.Faktor risiko ini mencakup biologic, psikologik dan

sosiobudaya, seperti genetic, Intelegensi, kepribadian, pola asuh, usia,

gender, suku bangsa. Faktor precipitasi adalah faktor pencetus


18

timbulnya stressor, menjadi stimulus yang mengancam individu,

sehingga memerlukan energy besar dalam menghadapi stressor.

Faktor presipitasi ini dapat berupa sifat alamiah stressor,

keaslian stressor, waktu terjadinya dan jumlah stressor. Penilaian

primer terhadap stressor adalah Suatu evaluasi tingkat kemaknaan

stressor bagi seseorang dimana stressor mempunyai arti, intensitas dan

kepentingannya.Penilaian terhadap stressor ini meliputi respon

kognitif, afektif, fisiologis, perilaku dan sosial.

Penilaian sekunder terhadap sumber coping adalah jika stressor

bermakna bagi individu, akan berupaya mencari sumber-sumber yang

dimiliki dan strategi untuk mengatasi masalah yang ada. Sumber-

sumber koping yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah

kemampuan ekonomi, skill yang dimiliki, mekanisme pertahanan ego

yang biasa digunakan, dorongan/support keluarga, teman dan

masyarakat, daya pendorong/motivasi dan pengalaman menghadapi

stressor sebelumnya. Sumber koping juga termasuk kekuatan identitas

ego, komitmen untuk jaringan sosial, stabilitas kultural, suatu sistem

yang stabil dari nilai dan keyakinan, orientasi pencegahan kesehatan

dan genetik atau kekuatan konstisusional menurut Stuart dan Sundeen

(dalam Lilik Ma’rifatul Azizah, Imam Zainuri, 2016)

Mekanisme coping adalah setiap upaya yang diarahkan untuk

penyelesaian masalah secara langsung maupun dengan pertahanan.

Ada 2 macam responmekanisme koping yaitu konstruktif dan


19

destruktif. Mekanisme coping dalam teori model stress adaptasi Stuart

(dalam Lilik Ma’rifatul Azizah, Imam Zainuri, 2016) ini bersifat

kontinum, dinamis, bisa berpindah dari satu kondisi ke kondisi lainnya,

dan tidak berhenti pada satu titik, tergantung factor yang

mempengaruhinya.

Menurut Kelliat (dalam Ramadhani, 2014), mekanisme koping

ada dua, yaitu koping adaptif dan maladaptif. Mekanisme koping

adaptif adalah suatu usaha yang dilakukan individu dalam

menyelesaikan masalah akibat adanya stresor atau tekanan yang

bersifat positif, rasional dan konstruktif. Sementara, mekanisme

koping maladaptif suatu usaha yang dilakukan individu dalam

menyelesaikan masalah akibat adanya stresor atau tekanan yang

bersifat negatif, merugikan, destruktif dan tidak dapat menyelesaikan

masalah secara tuntas.

Glanz (dalam Lilik Ma’rifatul Azizah, Imam Zainuri, 2016)

mengembangkan model konseptual stress dan adaptasi dengan

menekankan bahwa pengalaman stress ditafsirkan sebagai transaksi

individu dan lingkungan yang dikenal dengan Model Transaksional

Stress dan Coping.


20

Mediating Proceses Outcomes

Primary Appraisal
Perceived Susceptibility Adaptation
Coping Effort
Perceived Severity Emotional well-being
Problem Management
Motivational Relevance Functional Status
Emotional Regulation
Causal Focus Health Behaviors

Stressor
Meaning-Base Coping
Possitive Reappraisal
Revised Goals
Secondary Appraisal Spiritual Beliefes
Perceived Control Over Outcomes Positive Events
Perceived Control Over Emotion
Self-efficacy

Moderators

Dispositional Coping Style


Sosial Support

Gambar 2.3 Transactional model of Stress and Coping Glanz


(dalam Lilik Ma’rifatul Azizah, Imam Zainuri, 2016)

Konseptual model stress dan coping ini menjelaskan suatu

hubungan dalam mengatasi peristiwa stress yang dianggap sebagai

transaksi antara individu dengan lingkungan, di mana dampak dari

stressor dimediasi oleh penilaian orang terhadap stressor dan

sumberdaya psikologis, sosial, dan budaya dimilikinya dalam upaya

menyelesaikan masalah.

1) Primary Appraisal

Primary appraisal atau penilaian pertama terhadap stressor

adalah suatu evaluasi tingkat kemaknaan stressor bagi seseorang

dimana stressor mempunyai arti, intensitas dan kepentingannya.


21

Dasar penilaian pertama ini adalah persepsi seseorang tentang

kerentanan terhadap ancaman penyebab stress, dan persepsi

tentang keparahan dari ancaman tersebut. Apabila suatu peristiwa

menjadi tidak relevan atau positif apabila tidak perpengaruh negatif

terhadap kesejahteraan kita, begitu juga stressor akan menjadi

suatu ancaman apabila dinilai sebagai tekanan. Penilaian pertama

lainnya juga melibatkan motivasi yang relevan dan fokus penyebab

stressor. Ketika stressor yang dinilai sebagai memiliki dampak

yang besar pada tujuan seseorang atau masalah motivasi yang

terkait sangat besar, orang tersebut akan mengalami kecemasan dan

situasi spesifik distress. Ini terutama berhubungan dengan

kesehatan fisik seseorang atau kesejahteraan seseorang menurut

Glanz (dalam Lilik Ma’rifatul Azizah, Imam Zainuri, 2016).

Menurut Leventhal and Brissette (dalam Lilik Ma’rifatul

Azizah, Imam Zainuri, 2016), dalam tahap interpretasi terdapat

proses representasi dari ancaman. Proses representasi ini terdiri

dari identity, cause, timeline, consequences, dan controllability.

Domain identity melibatkan nilai atau kepercayaan seseorang akan

ancaman kesehatan atau perjalanan penyakit yang akan dihadapi.

Domain cause adalah faktor individu atau lingkungan yang

menyebabkan seseorang mengalami ancaman kesehatan,

sedangkan domain timeline adalah waktu saat ancaman itu datang

atau lama penyakit itu akan berlangsung. Domain keempat adalah


22

consequences mengacu pada beberapa hal yang akan terjadi karena

penyakit yang dialami, dan domain controllability adalah beberapa

hal yang dapat menjadi solusi atau penanganan penyakit yang

diderita menurut Cameron (dalam Lilik Ma’rifatul Azizah, Imam

Zainuri, 2016).

Serangkaian representasi kognitif dari suatu stimulus

masalah akan memberikan arti dari masalah tersebut, dan

menyebabkan seseorang mengembangkan serta

mempertimbangkan strategi koping yang sesuai untuk masalah

tersebut.

2) Secondary Appraisal

Secondary appraisal merupakan ketetapan seseorang dalam

mengatasi masalah dengan menggunakan sumber daya dan pilihan.

Berbeda dengan penilaian utama yang berfokus pada fitur dari

situasi stres, penilaian sekunder kearah apa yang bisa dilakukan

tentang situasi. Secondary appraisal sebagai penilaian kemampuan

untuk mengubah situasi (misalnya pengendalian yang dirasakan

terhadap ancaman), kemampuan yang dirasakan untuk mengelola

suatu reaksi emosional seseorang terhadap ancaman (misalnya,

pengendalian atas perasaan), dan harapan tentang efektivitas

sumber daya seseorang dalam mengatasi masalah (misalnya,

keyakinan terhadap kemampuan diri).


23

Keyakinan lanjut usia bahwa ia mampu menyelesaikan

permasalahannya dapat meningkatkan perilaku kesehatan. Lazarus

dan Folkman (dalam Lilik Ma’rifatul Azizah, Imam Zainuri, 2016),

mengemukakan bahwa keyakinan diri (self efficacy) adalah faktor

yang kuat dalam menengahi respon stress. Self efficacy adalah

pertimbangan pendapat seseorang mengenai kemampuannya untuk

melakukan serangkaian tindakan yang diperlukan untuk mencapai

tujuan. Peran self efficacy sangat besar dalam mempertahankan dan

meningkatkan motivasi seseorang, keadaan afektif dan tindakan

seseorang berdasarkan tujuan yang ingin dicapai.

Bandura (dalam Lilik Ma’rifatul Azizah, Imam Zainuri,

2016), mengemukakan bahwa self efficacy merupakan mekanisme

pengaktifan seseorang dalam menggabungkan kemampuan

cognitive dan sosialnya pada saat melaksanakan tugas tertentu.

Keyakinan yang kuat akan kemampuan yang dimiliki, menentukan

usaha seseorang dalam mengerjakan tugas-tugasnya. Keyakinan

yang kuat tentang efektifitas kemampuan menentukan coping

behavior seseorang. Dengan alasan ini, bagaimana seseorang

berperilaku dapat diprediksi melalui keyakinan yang dipegang dan

menentukan ketrampilan yang dimiliki seseorang.

Stuart and Sundeen (dalam Lilik Ma’rifatul Azizah, Imam

Zainuri, 2016), mengemukakan jika stressor bermakna bagi

individu, maka akan berupaya mencari sumber-sumber dari luar


24

yang dimiliki, seperti kemampuan sosial ekonomi, waktu dan

dukungan sosial yang didapat. Dukungan sosial merupakan

ketersediaan sumber daya yang memberikan kenyamanan fisik dan

psikologis yang didapat lewat pengetahuan bahwa individu

tersebut dicintai, diperhatikan, dihargai oleh orang lain dan ia juga

merupakan anggota dalam suatu kelompok yang berdasarkan

kepentingan bersama.

Dukungan tersebut memberi akses positif bagi kondisi

emosional individu atau kelompok yang menerima dukungan sosial

tersebut. Salah satu komponen penting dari masa tua yang sukses

dan kesehatan mental adalah adanya sistem pendukung yang

efektif. Sumber pendukung utama adalah anggota keluarga, seperti

pasangan, anak-anak, saudara kandung atau cucu. Namun struktur

keluarga akan mengalami perubahan jika ada anggota yang

meninggal dunia, pindah ke daerah lain atau menjadi sakit. Oleh

karena itu kelompok pendukung lain sangat penting. Beberapa dari

kelompok ini adalah tetangga, teman dekat, kolega sebelumnya

dari tempat kerja atau organisasi dan anggota lansia di tempat

ibadah , Stanley dan Beare (dalam Lilik Ma’rifatul Azizah, Imam

Zainuri, 2016)

Keluarga sebagai bagian dari suatu komunitas masyarakat,

merupakan lingkaran spesial terdekat dan merupakan sumber

utama dari dukungan sosial yang dimiliki lansia. Keluarga


25

merupakan tempat tinggal utama bagi lansia untuk mendapatkan

dukungan moral maupun material dan mendapat perawatan

sepenuhnya.

Jason and Schulz (dalam Lilik Ma’rifatul Azizah, Imam

Zainuri, 2016), dalam penelitiannya menyatakan bahwa dukungan

sosial sebagai indirect effects di saat krisis, sehingga dapat

menurunkan perasaan stres seseorang ataupun mampu menjadikan

masalah tersebut menjadi lebih kecil, lebih terkontrol, dan

menyelesaikan masalah kecil sebelum menjadi masalah yang lebih

besar. Sementara berdasarkan the buffering effects atau interactive

effects, dukungan sosial dapat menghilangkan efek negatif dari

stres dengan mempengaruhi pemahaman, kualitas, dan kuantitas

dari sumber stres tersebut. Secara lebih spesifik, dukungan sosial

yang adekuat terbukti berhubungan dengan menurunnya mortalitas,

lebih mudah sembuh dari sakit, dan di kalangan kaum tua, fungsi

kognitif, fisik dan kesehatan emosi meningkat.

3) Upaya mengatasi masalah (Coping effort)

Upaya mengatasi masalah menurut model transaksional ,

efek emosional dan fungsional dari penilaian primer dan penilaian

sekunder dimediasi oleh strategi koping aktual Lazarus dan

Folkman (dalam Lilik Ma’rifatul Azizah, Imam Zainuri, 2016).

Upaya mengatasi masalah ada dua dimensi: (1) Manajemen

masalah, atau problem-focused coping, yaitu strategi diarahkan


26

untuk mengubah situasi stress secara aktif mencari penyelesaian

masalah untuk menghilangkan kondisi atau situasi yang

menimbulkan stress. Ketika stressor dinilai sebagai terkendali dan

seseorang memiliki keyakinan yang menguntungkan tentang

keberhasilan diri, maka ia akan cenderung menggunakan strategi

ini, seperti koping aktif, perencanaan pemecahan masalah, mencari

informasi dan dukungan sosial.

Upaya koping yang kedua adalah regulasi emosional, atau

emosional focused coping sebagai upaya diarahkan untuk

mengubah cara orang berpikir atau merasa tentang situasi stres,

yang dilakukan seseorang ketika stressor dianggap sangat

mengancam dan tidak terkendali, sehingga seseorang lebih

cenderung mnggunakan strategi koping melepaskan diri. Individu

melibatkan usaha-usaha untuk mengatur emosinya dalam rangka

menyesuaikan diri dengan dampak yang ditimbulkan oleh kondisi

yang penuh tekanan. Strategi ini termasuk self control, distancing,

positive reappraisal, accepting responsibility, dan escape, Folkman

(dalam Lilik Ma’rifatul Azizah, Imam Zainuri, 2016)

f. Mekanisme Koping

Setiap Individu pada kondisi stress, ia akan menggunakan

berbagai cara untuk mengatasinya dengan upaya yang diarahkan untuk

penyelesaian masalah secara langsung maupun dengan pertahanan.


27

Ada 2 macam upaya dalam menyelesaikan masalah (mekanisme

koping) yang sering dipergunakan, yaitu:

1) Koping Pemecahan Masalah (Problem Solving/Task Oriented)

Individu menggunakan kemampuannya secara realitis

untuk penjajagan situasi stress dan kebutuhan-kebutuhan untuk

meningkatkan keyakinan diri dan kemampuan menghadapi dan

memecahkan masalah.

Penyelesaian masalah berorientasi pada tugas seperti:

a) Kompromi

Cara konstruktif yang digunakan individu dengan melakukan

pendekatan negosiasi atau musyawarah (win-win solution)

b) Menarik diri Penyelesaian masalah sementara dengan menarik

diri secara fisik atau psikologis.Reaksi fisik seperti

menghindari sumber stressor, misalnya menjauhi polusi,

sumber infeksi, dan lain - lain. Reaksi psikologis individu

menunjukkan perilaku apatis, tidak berminat, disertai rasa

takut.

c) Perilaku menyerang (Fight) Reaksi yang ditampilkan individu

dalam menghadapi masalah dengan menyerang konstruktif,

yaitu tehnik asertif seperti mengatakan terus terang

ketidaksukaan terhadap perilaku yang tidak menyenangkan.

Strategi koping (Pemecahan masalah) untuk mengatasi

stress yang bisa digunakan seperti berikut:


28

a) Bicarakan dengan orang lain yg dapat memberi ketenangan.

b) Menganggap semua masalah dapat diselesaikan.

c) Mengekspresikan perasaan secara kuat.

d) Mencari tahu lebih banyak tentang situasi

e) Memikirkan kekuatan dan kelemahan pribadi untuk mengatasi

stress.

f) Mengerjakan sesuatu/alternative tindakan.

g) Berhubungan dengan kekuatan supernatural.

h) Latihan penanganan stress; meditasi, pernafasan dll.

i) Belajar dari pengalaman yang lalu dan tidak mengulangi

kesalahan.

Mekanisme penyelesaian masalah (koping) menurut

Bell, Rasmun (dalam Lilik Ma’rifatul Azizah, Imam Zainuri,

2016), ada 2 metode yaitu:

a) Jangka Panjang, cara ini konstruktif :

1) Berbicara dengan orang lain (curhat) dengan teman,

keluarga, atau profesi tentang masalah yang dihadapi

2) Mencoba mencari informasi lebih banyak tentang masalah

yang dihadapi

3) Menghubungkan situasi atau masalah yang dihadapi dengan

kekuatan supra natural.

4) Melakukan kegiatan ibadah yang teratur.

5) Melakukan latihan fisik untuk mengurangi ketegangan


29

6) Membuat berbagai alaternatif kegiatan untuk mengurangi

situasi

7) Belajar dari kegagalan masa lalu. Tidak ada kegagalan

kedua kali.

b) Jangka Pendek: cukup efektif tetapi sifatnya sementara:

1) Menggunakan alcohol atau obat

2) Melamun atau fantasi

3) Mencoba melihat aspek humor dari situasi yang tidak

menyenangkan

4) Tidak ragu dan merasa yakin bahwa semua akan kembali

stabil

5) Banyak tidur

6) Banyak merokok

7) Menangis

8) Beralih pada aktifitas yang dapat melupakan masalah

Koping keluarga dalam menghadapi masalah menurut Mc.

Cubbin, Stuart and Sundeen (dalam Lilik Ma’rifatul Azizah, Imam

Zainuri, 2016) adalah:

a) Mencari dukungan sosial seperti minta bantuan keluarga,

tetangga, teman, atau keluarga jauh

b) Reframing, yaitu mengkaji ulang kejadian masa lalu agar lebih

dapat menangani dan menerima kejadian.


30

c) Mencari dukungan spiritual, berdoa, menemui pemuka

agama, atau aktif dalam pertemuan ibadah.

d) Menggerakkan keluarga untuk mencari dan menerima bantuan

e) Penilaian secara pasif terhadap peristiwa yang dialami, seperti

menonton TV, atau diam saja.

2) Mekanisme Pertahanan Ego (Deffance Mechanism)

Macam-macam mekanisme pertahanan jiwa :

a) Represi

Menekan keinginan, pikiran, perasaan yang tidak

menyenangkan ke alam tidak sadar dan sengaja dilupakan.

b) Reaksi Formasi

Tingkah laku yang berlawanan dengan perasaan yang

mendasari tingkah laku tersebut.

c) Kompensasi

Tingkah laku menggantikan kekurangan dengan kelebihan

yang lain.

d) Rasionalisasi

Alasan/tingkah laku yang dapat diterima sebagai hasil

pemikiran vang logis, bukan karena tidak disadari.

e) Restitusi

Tingkah laku mengurangi rasa bersalah dengan tingkah laku

pengganti.
31

f) Displacement

Memindahkan perasaan emosional pada objek pengganti yang

tidak bisa diterima norma.

g) Proyeksi

Memproyeksikan keinginan., perasaan diri terhadap

ketidakberdayaan. pada orang lain/ objek lain untuk

mengingkari.

h) Simbolisasi

Menggunakan obyek untuk mewakili ide/emosi yang

menyakitkan untuk diekspresikan

i) Regresi

Kemunduran tingkah laku, pikiran, perasaan pada tingkat

perkembangan sebelumnya.

j) Denial

Mengingkari perasaan, pikiran dan fakta yang tidak dapat

ditoleransi.

k) Sublimasi

Memindahkan perasaan dan tingkah laku yang tidak

menyenangkan pada tujuan yang dapat diterima oleh norma.

l) Konversi

Pemindahan stress mental pada fisik.


32

m) Fantasi

Harapan atau keinginan seolah-olah terpenuhi yang diciptakan

sendiri.

2. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)

a. Pengertian

(Puspita, 2015) Secara yuridis, berdasarkan Pasal 1 angka 25

UU Ketenagakerjaan, PHK adalah pengakhiran hubungan kerja karena

suatu hal tertentu yang mengakibatkan berakhirnya hak dan kewajiban

antara pekerja/buruh dan pengusaha. Manulang mengemukakan bahwa

istilah PHK dapat dimaknai oleh beberapa pengertian, antara lain :

1) Termination, yaitu putusnya hubungan kerja karena telah

selesainya atau berakhirnya kontrak kerja yang telah disepakati.

2) Dismissal, yaitu putusnya hubungan kerja karena karyawan

melakukan tindakan pelanggaran disiplin yang sebelumnya telah

ditetapkan.

3) Redundancy, yaitu pelaksanaan PHK karena perusahaan

melakukan pengembangan dengan menggunakan mesin

berteknologi baru.

4) Retrenchment, yaitu pelaksanaan PHK yang terjadi dengan

dikaitkan permasalahan ekonomi yang muncul.


33

b. Jenis PHK

1) PHK oleh Majikan atau Pengusaha

Pengusaha dapat melakukan PHK terhadap pekerja atau

buruh apabila melakukan kesalahan berat sebagaimana yang

tertulis di dalam Pasal 158 UU Ketenagakerjaan. Namun, Pasal

tersebut sudah tidak berlaku lagi karena dalam putusan Mahkamah

Konstitusi nomor 012/PUU-1/2003 dinyatakan mencabut ketentuan

yang ada di dalam Pasal 158 UU Ketenagakerjaan tersebut.

Pencabutan pasal tersebut dilakukan karena melalui

pertimbangannya Pasal tersebut telah bertentangan dengan UUD

1945 dalam Pasal 27 ayat (1) yang menyatakan bahwa seluruh

warganegara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan

pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu

tanpa terkecuali.(Puspita, 2015)

Hal inilah yang menjadi pertimbangan Mahkamah

Konstitusi, karena adanya hak lebih yang dimiliki oleh pengusaha

dengan dapat melakukan PHK secara sepihak atas dasar melakukan

kesalahan berat dan tidak berlaku sebaliknya kepada pekerja.

Sehingga berdasarkan ketentuan tersebut, diperlukan adanya

penetapan dari lembaga yang berwenang terlebih dahulu terhadap

perbuatan yang dilakukan oleh pekerja terkait melakukan

kesalahan berat.
34

2) PHK oleh Pekerja atau Buruh

Terdapat beberapa pengaturan terkait PHK oleh pekerja

atau buruh yang diatur di dalam UU Ketenagakerjaan. Berdasarkan

Pasal 162 ayat (2), pekerja/buruh berhak mengajukan pengunduran

diri atas kemauan sendiri selama tugas dan fungsinya tidak

mewakili kepentingan pengusaha secara langsung. Pasal 163 ayat

(1) juga mengatur bahwa apabila pekerja/buruh tidak bersedia

melanjutkan hubungan kerja yang disebabkan adanya perubahan

status, penggabungan, peleburan, atau perubahan kepemilikan

perusahaan. Selain itu sebagaimana dicantumkan dalam Pasal 169

ayat (1) pekerja/buruh berhak mengajukan permohonannya kepada

lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial apabila

pengusaha melakukan perbuatan sebagai berikut :

a) Menganiaya, menghina secara kasar atau mengancam

pekerja/buruh

b) Membujuk dan/atau menyuruh pekerja/buruh untuk melakukan

perbuatan yang bertentangan dengan peraturan perundang-

undangan

c) Tidak membayar upah tepat pada waktu yang telah ditentukan

selama 3 (tiga) bulan berturut-turut atau lebih

d) Tidak melakukan kewajiban yang telah dijanjikan kepada

pekerja/buruh
35

e) Memerintahkan pekerja/buruh untuk melaksanakan pekerjaan

diluar yang diperjanjikan

f) Memberikan pekerjaan yang membahayakan jiwa,

keselamatan, kesehatan, dan kesusilaan pekerja/buruh

sedangkan pekerjaan tersebut tidak dicantumkan pada

perjanjian kerja.

3) PHK Demi Hukum

PHK demi hukum terjadi karena alasan berakhirnya jangka

waktu kerja yang telah disepakati habis atau apabila pekerja/buruh

meninggal dunia. Berdasarkan ketentuan Pasal 61 ayat (1) UU

Ketenagakerjaan, suatu perjanjian kerja berakhir apabila :

a) Pekerja meninggal dunia

b) Berakhirnya jangka waktu perjanjian kerja

c) Adanya putusan pengadilan dan/atau putusan atau penetapan

lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial yang

telah mempunyai kekuatan hukum tetap

d) Adanya keadaan atau kejadian tertentu yang dicantumkan

dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian

kerja bersama yang dapat menyebabkan berakhirnya

pemutusan hubungan kerja.

Adapun PHK demi hukum ini dapat dilakukan dengan

beberapa alasan sesuai dengan ketentuan Pasal 154 UU

Ketenagakerjaan, antara lain:


36

a) Pekerja/buruh masih dalam masa percobaan kerja, bilamana

telah dipersyaratkan secara tertulis sebelumnya

b) Pekerja/buruh mengajukan permintaan pengunduran diri,

secara tertulis atas kemauan sendiri tanpa ada indikasi adanya

tekanan/intimidasi dari pengusaha, berakhirnya hubungan kerja

sesuai dengan perjanjian kerja waktu tertentu untuk pertama

kali

c) Pekerja/buruh mencapai usia pensiun sesuai dengan ketetapan

dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, perjanjian kerja

bersama, atau peraturan perundang-undangan

d) Pekerja/buruh meninggal dunia.

(Juaningsih, 2020) Kebijakan yang diatur dalam PP No. 21

Tahun 2020 tentang PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar)

dengan tujuan untuk memutus rantai penyebaran Covid-19.

Kebijakan tersebut, membuat beberapa perusahaan mengambil

langkah untuk mengurangi kerugian akibat Covid-19. Salah satu

langkah yang diambil oleh beberapa perusahaan di Indonesia yaitu

harus melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) pada para

karyawan yang bekerja di perusahaan tersebut. Hal ini sejalan

dengan Pasal 164 dan 165 Undang-Undang No. 13 Tahun 2003

tentang Ketenagakerjaan yang kurang lebih frasanya menyatakan

bahwa suatu perusahaan berhak memutus hubungan kerja terhadap

pekerja apabila suatu perusahaan mengalami kerugian.


37

Berdasarkan data yang dilansir dari Kementrian

Ketenagakerjaan, terdapat 2,8 juta pekerja yang terkena dampak

langsung akibat Covid-19. Mereka terdiri dari 1,7 juta pekerja

formal dirumahkan dan 749,4 ribu di-PHK (Ketenagakerjaan).

Pandemi COVID-19 yang terjadi di Indonesia

menyebabkan pemerintah menerapkan kebijakan Pembatasan

Sosial Berskala Besar (PSBB) di beberapa daerah. Kebijakan

tersebut mengubah aktivitas sosial ekonomi masyarakat seperti

transportasi terbatas, pusat perbelanjaan, tempat rekreasi dan

hiburan ditutup. Keadaan ini berdampak luas terhadap kondisi

sosial ekonomi masyarakat termasuk keberlangsungan pekerjaan

dan penurunan pendapatan pekerja. Pada fase awal International

Labour Organization (ILO) memperkirakan bahwa sekitar 25 juta

pekerjaan di dunia dapat hilang disebabkan oleh pandemi COVID-

19 (ILO, 2020a). Selanjutnya pada kuartal kedua tahun 2020 ILO

memprediksi jam kerja seluruh pekerja akan menurun 10,5 persen

atau setara dengan 305 juta pekerja penuh waktu dengan asumsi

jam kerja penuh waktu adalah 48 jam perminggu (ILO, 2020c).

3. Corona Virus Disease 2019 (Covid-19)

a. Pengertian

Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit

menular yang disebabkan oleh virus korona yang baru ditemukan.

Virus COVID-19 menyebar terutama melalui tetesan air liur atau


38

cairan dari hidung saat orang yang terinfeksi batuk atau bersin, jadi

harus mempraktikkan etika pernapasan (misalnya, dengan batuk ke

siku yang tertekuk) (WHO Coronavirus Desease (COVID-19), 2020).

b. Patogonesis dan Patofisiologis

Kebanyakan Coronavirus menginfeksi hewan dan bersirkulas

di hewan. Coronavirus menyebabkan sejumlah besar penyakit hewan

dan kemampuannya menyebabkan penyakit berat pada hewan seperti,

babi, sapi, kuda, kucing dan ayam. Coronavirs disebut dengan zoonotic

yaitu virus yang di transmisikan dari hewan ke manusia. Banyak

hewan liar yang membawa pathogen dan bertindak dengan vector

untuk penyakit menular tertentu. Kelelawar, tikus bamboo, unta dan

musang merupakan host yang bisa ditemukan untuk Coronavirus.

Coronavirus pada kelelawar merupakan smber utama untuk kejadian

Severe Acute Respiratory syndrome (SARS) dan middle East

Respiratory Syndrom (MERS) (PDPI, 2020)

Penularan COVID-19 terjadi melalui droplet yang dapat

menginfeksi manusia dengan masuknya droplet yang mengandung

virus SARS-Cov-2 ke dalam tubuh melalui hidung, mulut, dan mata

(Kepmenkes RI. No. HK. 01.07/Menkes/382/2020). Virus COVID-19

menyebar terutama melalui tetesan air liur atau cairan dari hidung saat

orang yang terinfeksi batuk atau bersin, jadi harus mempraktikkan

etika pernapasan (misalnya, dengan batuk ke siku yang tertekuk)

(WHO Coronavirus Desease (COVID-19), 2020).


39

Ada dua cara transmisi penularan COVID-19 yaitu melalui airborne

dan droplet. Airborne dapat menular pada jarak > 1 meter, bertahan

lama di udara, dan terjadi ketika terjadi tindakan yang menghasilkan

aerosol (aerosol adalah partikel yang memiliki ukuran diameter

dibawah 1 mikron, dan melayang-layang di udara. Sedangkan droplet

dapat menular pada jarak < 1 meter, tidak bertahan lama di udara, dan

bisa menempel di pakaian atau benda di sekitar penderita pada saat

batuk atau bersin

c. Manisfestasi Klinis

Infeksi COVID-19 dapat menimbulkan gejala ringan, sedang

atau berat. Gejala klinis utama yang muncul yaitu demam (suhu

>380C), batuk dan kesulitan bernapas. Selain itu dapat disertai dengan

sesak memberat, fatigue, mialgia, gejala gastrointestinal seperti diare

dan gejala saluran napas lain. Setengah dari pasien timbul sesak dalam

satu minggu. Pada kasus berat perburukan secara cepat dan progresif,

seperti ARDS, syok septik, asidosis metabolik yang sulit dikoreksi dan

perdarahan atau disfungsi sistem koagulasi dalam beberapa hari. Pada

beberapa pasien, gejala yang muncul ringan, bahkan tidak disertai

dengan demam. Kebanyakan pasien memiliki prognosis baik, dengan

sebagian kecil dalam kondisi kritis bahkan meninggal. Berikut sindrom

klinis yang dapat muncul jika terinfeksi. (PDPI, 2020). Berikut

sindrom klinis yang dapat muncul jika terinfeksi. (PDPI, 2020) :


40

1) Tidak Berkomplikasi

Kondisi ini merupakan kondisi teringan. Gejala yang

muncul berupa gejala yang tidak spesifik. Gejala utama tetap

muncul seperti demam, batuk, dapat disertai dengan nyeri

tenggorok, kongesti hidung, malaise, sakit kepala, dan nyeri otot.

Perlu diperhatikan bahwa pada pasien dengan lanjut usia dan

pasien immunocompromises presentasi gejala menjadi tidak khas

atau atipikal. Selain itu, pada beberapa kasus ditemui tidak disertai

dengan demam dan gejala relative ringan. Pada kondisi ini pasien

tidak memiliki gejala komplikasi diantaranya dehidrasi, sepsis atau

napas pendek.

2) Pneumonia Ringan

Gejala utama dapat muncul seperti demam, batuk, dan

sesak. Namun tidak ada tanda pneumonia berat. Pada anak-anak

dengan pneumonia tidak berat ditandai dengan batuk atau susah

bernapas.

3) Pneumonia Berat. Pada Pasien Dewasa

Gejala yang muncul diantaranya demam atau curiga infeksi

saluran napas. Tanda yang muncul yaitu takipnea (frekuensi napas:

> 30x/menit), distress pernapasan berat atau saturasi oksigen

pasien <90% udara luar.


41

d. Penegakan Diagnosis

Pada anamnesis gejala yang dapat ditemukan yaitu, tiga gejala

utama: demam, batuk kering (sebagian kecil berdahak) dan sulit

bernapas atau sesak.

1) Pasien dalam pengawasan atau kasus suspek / possible

a) Seseorang yang mengalami:

(1) Demam (≥380C) atau riwayat demam

(2) Batuk atau pilek atau nyeri tenggorokan

(3) Pneumonia ringan sampai berat berdasarkan klinis dan/atau

gambaran radiologis. (pada pasien immunocompromised

presentasi kemungkinan atipikal) DAN disertai minimal

satu kondisi sebagai berikut :

(a) Memiliki riwayat perjalanan ke Tiongkok atau wilayah/

negara yang terjangkit dalam 14 hari sebelum timbul

gejala

(b) Petugas kesehatan yang sakit dengan gejala sama

setelah merawat pasien infeksi saluran pernapasan akut

(ISPA) berat yang tidak diketahui penyebab / etiologi

penyakitnya, tanpa memperhatikan riwayat bepergian

atau tempat tinggal.

2) Pasien infeksi pernapasan akut dengan tingkat keparahan ringan

sampai berat dan salah satu berikut dalam 14 hari sebelum onset

gejala:
42

a) Kontak erat dengan pasien kasus terkonfirmasi atau probable

COVID-19

b) Riwayat kontak dengan hewan penular (jika hewan sudah

teridentifikasi)

c) bekerja atau mengunjungi fasilitas layanan kesehatan dengan

kasus terkonfirmasi atau probable infeksi COVID-19 di

Tiongkok atau wilayah/negara yang terjangkit.

d) Memiliki riwayat perjalanan ke Wuhan dan memiliki demam

(suhu ≥380C) atau riwayat demam.

3) Orang Dalam Pemantauan

Seseorang yang mengalami gejala demam atau riwayat

demam tanpa pneumonia yang memiliki riwayat perjalanan ke

Tiongkok atau wilayah/negara yang terjangkit, dan tidak memiliki

satu atau lebih riwayat paparan diantaranya:

a) Riwayat kontak erat dengan kasus konfirmasi COVID-19

b) Bekerja atau mengunjungi fasilitas kesehatan yang

berhubungan dengan pasien konfirmasi COVID-19 di

Tiongkok atau wilayah/negara yang terjangkit (sesuai dengan

perkembangan penyakit)

c) Memiliki riwayat kontak dengan hewan penular (jika hewan

penular sudah teridentifikasi) di Tiongkok atau wilayah/negara

yang terjangkit (sesuai dengan perkembangan penyakit


43

4) Kasus Probable

Pasien dalam pengawasan yang diperiksakan untuk

COVID-19 tetapi inkonklusif atau tidak dapat disimpulkan atau

seseorang dengan hasil konfirmasi positif pan-coronavirus atau

beta coronavirus.29,30

5) Kasus Terkonfirmasi

Seseorang yang secara laboratorium terkonfirmasi COVID-19.

e. Pemeriksaan Penunjang (PDPI, 2020)

1) Pemeriksaan radiologi: foto toraks, CT-scan toraks, USG toraks.

Pada pencitraan dapat menunjukkan: opasitas bilateral, konsolidasi

subsegmental, lobar atau kolaps paru atau nodul, tampilan

groundglass.

2) Pemeriksaan spesimen saluran napas atas dan bawah

a) Saluran napas atas dengan swab tenggorok(nasofaring dan

orofaring)

b) Saluran napas bawah (sputum, bilasan bronkus, BAL, bila

menggunakan endotrakeal tube dapat berupa aspirat

endotrakeal

3) Bronkoskopi

4) Pungsi pleura sesuai kondisi

5) Pemeriksaan kimia darah

6) Biakan mikroorganisme dan uji kepekaan dari bahan saluran napas

(sputum, bilasan bronkus, cairan pleura) dan darah26,27 Kultur


44

darah untuk bakteri dilakukan, idealnya sebelum terapi antibiotik.

Namun, jangan menunda terapi antibiotik dengan menunggu hasil

kultur darah)26

7) Pemeriksaan feses dan urin (untuk investasigasi kemungkinan

penularan).

f. Penatalaksanaan

1) Isolasi pada semua kasus Sesuai dengan gejala klinis yang muncul,

baik ringan maupun sedang.

2) Implementasi pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI)

3) Serial foto toraks untuk menilai perkembangan penyakit

4) Suplementasi oksigen

5) Pemberian terapi oksigen segera kepada pasien dengan, distress

napas, hipoksemia atau syok. Terapi oksigen pertama sekitar

5L/menit dengan target SpO2 ≥90% pada pasien tidak hamil dan ≥

92-95% pada pasien hamil

6) Kenali kegagalan napas hipoksemia berat

7) Terapi cairan

8) Terapi cairan konservatif diberikan jika tidak ada bukti syok Pasien

dengan SARI harus diperhatikan dalam terapi cairannya, karena

jika pemberian cairan terlalu agresif dapat memperberat kondisi

distress napas atau oksigenasi. Monitoring keseimbangan cairan

dan elektrolit
45

9) Pemberian antibiotik empiris

10) Terapi simptomatik

11) Terapi simptomatik diberikan seperti antipiretik, obat batuk dan

lainnya jika memang diperlukan.

12) Pemberian kortikosteroid sistemik tidak rutin diberikan pada

tatalaksana pneumonia viral atau ARDS selain ada indikasi lain.

13) Observasi ketat

14) Pahami komorbid pasien


46

B. Kerangka Teori

COVID-19

Dampak Covid-19 :
Pemutusan - Sektor kesehatan
Hubungan Kerja - Sektor Ekonomi Kualitas Hidup
(PHK) Dampak - Sektor Ketenagakerjaan
Covid-19 - Sektor Sosial, dll.

Strategi Koping :

- Confrontative Coping
- Planful Problem Solving Faktor yang
- Seeking Social Support Mempengaruhi :
- Self Control - Usia
- Distancing - Jenis Kelamin
- Positive Reappraisal
- Accepting Responbility Adaptif
- Escape Avoidance
Koping Individu

Maldaptif
Keterangan :

: Variabel yang diteliti

: Variabel yang tidak diteliti

Gambar 2.4 Kerangka Teori Koping Individu


(Yunitha Pratiwi Yuli Mandila, 2017)
47

C. Kerangka Konsep

Variabel

Koping Individu

Gambar 2.5 Kerangka Konsep

D. Keterangan Empiris

Dalam penelitian ini yang berjudul “Gambaran Koping Individu Para

Pekerja Korban PHK Pada Masa Pandemi Covid-19 di Kabupaten Semarang”

diharapkan peneliti dapat mengetahui gambaran koping individu para pekerja

korban PHK berdasarkan usia dan jenis kelamin.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan

desain survei deskriptif. Investigasi deskriptif menurut Nursalam (2016)

bertujuan untuk mendeskripsikan peristiwa-peristiwa penting yang sedang

terjadi

B. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di salah satu desa di Kabupaten Semarang, yaitu

Desa Langensari, Kecamatan Ungaran Barat, Kabupaten Semarang.

C. Subyek Penelitian

1. Populasi

Populasi adalah suatu bidang yang luas, meliputi: objek / topik,

dengan jumlah dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan diambil kesimpulannya (Sugiyono, 2016).Populasi

dalam penelitian ini adalah masyarakat pekerja yang mengalami

pemutusan hubungan kerja (PHK) di Desa Langensari, Kecamatan

Ungaran Barat, Kabupaten Semarang dengan jumlah populasi sebanyak 50

orang

48
49

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi (Sugiyono, 2016). Dalam penelitian ini menggunakan teknik

sampling Purposive Sampling. Purposive Sampling merupakan teknik

pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu yang telah dibuat

oleh peneliti, berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah

diketahui sebelumnya. Sampel dalam penelitian ini adalah semua pekerja

yang mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK) di Desa Langensari,

Kecamatan Ungaran Barat, Kabupaten Semarang 33 responden dengan

perhitungan sebagai berikut :

N
n=
1+ ne ²

50
n=
1+50( 0,1)²

n=33,3333333

n=33 responden

a. Kriteria Inklusi

- Tinggal di wilayah RW 05 Desa Langensari, Kecamatan Ungaran

Barat, Kabupaten Semarang

- Sudah pernah terkena PHK

- Bersedia menjadi responden penelitian dengan mengisi lembar

persetujuan/informen consent
50

b. Kriteria Eksklusi

- Responden yang tidak dalam keadaan sakit fisik dan kejiwaan

D. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional


Variabel Definisi Cara Ukur Hasil Ukur Skala Data

Koping Upaya individu Kuesioner Adaptif > 57 Nominal


Individu berupa pikiran berisi 19
dan tindakan pertanyaan , Maladaptif <
dalam mengatasi dengan pilihan 57
situasi yang jawaban
dirasakan Sangat Setuju
menekan, (SS), Setuju
menantang, atau (S), Tidak
mengancam. Setuju (TS),
Sangat Tidak
Koping Setuju (STS)
merupakan dengan Skala
strategi Likert untuk
penyesuaian diri pertanyaan
dalam mengatasi nomor 2 – 18
ancaman untuk skornya SS (4),
keseimbangan S (3), TS (2),
diri yang STS (1) dan
merupakan suatu untuk nomor 1
proses. dan 19 skornya
SS (1), S (2),
TS (3), STS
(4)

E. Pengumpulan Data

1. Proses Pengumpulan Data

Peneliti memilih responden, kemudian peneliti memberikan informed

consent pada responden beserta penjelasan mengenai manfaat dan tujuan


51

penelitian. Selanjutnya, peneliti menyebarkan kuesioner kepada responden

dan mengumpulkan kembali kuesioner yang telah diisi.

2. Instrumen Penelitian

Prosedur pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

menggunakan kuesioner yaitu daftar pernyataan yang dibuat untuk

memperoleh data dalam penelitian. Kuesioner yang digunakan sudah

pernah digunakan pada penelitian sebelumnya, dan sudah dilakukan uji

validitas dan reabilitasnya dengan nilai Cronbach’s alpha 0,841. Kuesioner

ini terdiri dari 19 pernyataan. Dimana pertanyaan positif memiliki skor,

jika Sangat Setuju (SS) akan diberi nilai 4, jika Setuju (S) akan diberi nilai

3, dan jika Tidak Setuju (TS) akan diberi 2 dan jika Sangat Tidak Setuju

(STS) akan diberi nilai 1, dan pertanyaan negatif memiliki skor, jika

Sangat Setuju (SS) akan diberi nilai 1, jika Setuju (S) akan diberi nilai 2,

dan jika Tidak Setuju (TS) akan diberi 3 dan jika Sangat Tidak Setuju

(STS) akan diberi nilai 4. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan 4

instrumen.

a. Kuesioner A

Berisi pengumpulan data demografi yang berhubungan dengan

karakteristik responden meliputi nama, usia, jenis kelamin, status

pendidikan, agama, pekerjaan sebelumnya kuesioner ini disusun oleh

peneliti.

b. Kuesioner B
52

Untuk mengukur mekanisme koping individu dengan kriteria hasil SS

(Sangat Setuju), S (Setuju), TS (Tidak Setuju), STS (Sangat Tidak

Setuju)

3. Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan tahapan :

a. Mengumpulkan materi penelitian

b. Pembuatan proposal penelitian

c. Mengurus perijinan penelitian

d. Melakukan survei dan wawancara pada responden untuk pengisian

kuesioner

e. Mengolah dan manganalisis data

f. Membuat laporan penelitian

4. Etika Penelitian

Masalah etika penelitian keperawatan merupakan masalah yang sangat

penting dalam penelitian, mengingat penelitian keperawatan berhubungan

langsung dengan manusia, maka segi etika penelitian harus di perhatikan.

Masalah etika yang harus diperhatikan antara lain adalah sebagai berikut :

(Hidayat, 2011).

a. Informed Consent (Persetujuan)

Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti

dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan.

Informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan

dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden.


53

Tujuan informed consent adalah agar subjek mengerti maksud dan

tujuan penelitian, mengetahui dampaknya. Jika responden tidak

bersedia, maka peneliti harus menghormati hak pasien.

b. Anonimity (Tanpa Nama)

Masalah etika keperawatan adalah masalah yang memberikan jaminan

dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan

atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya

menuliskan kode atau inisial nama pada lembar pengumpulan data atau

hasil penelitian yang akan disajikan.

c. Confidentiality (Kerahasiaan)

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan

kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah

lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin

kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan

dilaporkan pada hasil riset.

F. Pengolahan Data

Pengolahan data pada dasarnya merupakan suatu proses untuk memperoleh

data atau ringkasan berdasarkan suatu kelompok data mentah. Data yang telah

dikumpulkan kemudian diproses dengan pengolahan data yang meliputi :

1. Editing
54

Data yang telah didapatkan di proses melalui tahap tabulasi data dari

jumlah uesioner yang terkumpul sebanyak 33 kuesioner yang semuanya

dapat diolah datanya.

2. Koding

Didalam daftar pertanyaan telah disediakan kolom khusus disebelah kanan

pertanyaan yang digunakan untuk memudahkan pengolahan data yaitu

memberikan kode berupa angka pada pertanyaan.

3. Skoring Data

Diberikan skor sesuai jawaban responden sebagai berikut :

a. Koping Individu

1) Untuk pertanyaan nomor 2 – 18 :

SS : Sangat Setuju skor 4

S : Setuju skor 3

TS : Tidak Setuju skor 2

STS : Sangat Tidak Setuju Skor 1

1) Untuk nomor 1 dan 19

SS : Sangat Setuju Skor 1

S : Setuju Skor 2

TS : Tidak Setuju Skor 3

STS : Sangat Tidak Setuju Skor 4

4. Entri Data
55

Memasukkan data melalui pengolahan computer

5. Tabulasi Data

Membuat tabel-tabel data sesuai dengan tujuan penelitian atau sesuai

dengan yang di inginkan oleh peneliti dan memudahkan peneliti untuk

melakukan Analisa data

G. Analisa Data

Analisa data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah menggunakan

skala likert dan langkah analisa nya menggunakan analisis univariat. Analisis

univariat merupakan analisis yang digunakan untuk menganalisis satu variabel

saja. Analisis ini digunakan karena penelitian ini hanya mencari gambaran dari

suatu variabel tungggal. dengan rumus analisa univariat dapat dihitung dengan

rumus (Arikunto (2013):

F Keterangan :
P= × 100 %
N
P : Jumlah Presentase
F : Jumlah semua responden
N : Jumlah Sampel
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

Kelurahan Langensari merupakan salah satu kelurahan yang ada di

Kecamatan Ungaran Barat, Kabupaten Semarang. Kelurahan Langensari

tepatnya berada di Jl. Kertanegara, Kaliaang Dua, Langensari, Kec. Ungaran

Bar., Semarang, Jawa Tengah 60253. Langensari terkenal dengan pasar

ikannya.alasan peneliti mengambil lokasi penelitian tersebut karena sebagian

besar penduduk di Langensari bekerja sebagai karyawan swasta, dan

berdasarkan data yang di dapat banyak penduduk yang menjadi korban PHK.

Karakteristik responden dalam penelitian di daerah tersebut yaitu

kebanyakan responden bekerja sebagai karyawan swasta di pabrik dan pernah

terkena PHK akibat adanya pandemic covid-19 ini.

B. Hasil Penelitian

Bab IV dalam penelitian ini akan disajikan hasil penelitian terkait

Gambaran Koping Individu Para Pekerja Korban PHK Pada Masa Covid-19 di

Kabupaten Semarang dengan jumlah sampel sebanyak 33 responden.

56
57

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Karakteristik Responden


Karakteristik Frekuensi   Presentase
Jenis Kelamin
Laki-laki 21 63,6 %
Perempuan 12 36,4 %
Usia
Remaja Akhir (17-25) 13 39,4 %
Dewasa Awal (26-35) 4 12,1 %
Dewasa Akhir (36-45) 8 24,3 %
Lansia Awal (46-55) 7 21,2 %
Lansia Akhir (56-65) 1 3%
Agama
Islam 32 97%
Khatolik 1 3%
Pendidikan
Dasar (SD/SMP) 7 21,3%
Menengah (SMA/SMK) 26 78,8%

Tabel 4.1 menunjukkan bahwa responden pada penelitian ini

berdasarkan karkteristik jenis kelamin sebagian besar berjenis kelamin laki-

laki yaitu sebanyak 21 responden dengan presentase 63,6 %. Berdasarkan

karakteristik usia sebagian besar dalam kategori remaja akhir yaitu 13

responden dengan presentase 39,4%. Bedasarkan karakteriktik agama

sebagian besar beragam islam dengan presentase 32 responden dengan

presentase 97%. Berdasarkan karakteristik pendidikan sebagian besar

memiliki tingkat pendidikan tingkat menengah yaitu sebanyak 26 responden

78,8%

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Gambaran Koping Individu


Koping Individu   Frekuensi   Presentase
Adaptif 27 81,8 %
Maladaptif 6 18,2%
58

Total   33   100%

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki

koping adaptif yaitu 27 responden dengan presentasi 81,8%.

C. Pembahasan

Hasil penelitian menunjukkan gambaran koping individu pekerja

korban PHK pada masa pandemi covid-19 di Kabupaten Semarang. Sebagian

besar respendon yaitu sebanyak 27 responden (81,8%) yang termasuk dalam

kategori koping adaptif. Sebagian kecil responden yaitu sebanyak 6 responden

(18,2%) yang termasuk dalam kategori koping maladaptive.

Penelitian ini dibuktikan langsung dengan kuesioner koping individu.

Untuk pernyataan positif, responden yang menyatakan bahwa “Saya berusaha

dan berjuang untuk sesuatu yang yang saya inginkan” yang menjawab sangat

setuju (SS) sebanyak 21 responden (63,6%) yang menjawab setuju (SS)

sebanyak 11 responden (33,3%) yang menjawab tidak setuju (TS) sebanyak 1

responden (3%). Responden yang menyatakan bahwa “Saya berdiskusi

dengan orang lain untuk memahami keadaan” yang menjawab sangat setuju

(SS) 7 responden (21,2%) yang menjawab setuju (S) sebanyak 23 responden

(69,7%) yang menjawab tidak setuju (TS) sebanyak 1 (3%) yang menjawab

sangat tidak setuju (STS) sebanyak 2 responden (6,1%).

Responden yang menyatakan bahwa “Saya menerima pengertian dan

pemahaman dari orang lain” yang menjawab sangat setuju (SS) sebanyak 14

responden (42,2%) yang menjawab setuju (S) sebanyak 17 responden (51,5%)


59

yang menjawab tidak setuju (TS) sebanyak 2 responden (6,1%). Responden

yang menyatakan bahwa “Saya mencari pertolongan pada orang yang lebih

berpengalaman dalam mengatasi masalah” yang menjawab sangat setuju (SS)

sebanyak 13 responden (39,4%) yang menjawab setuju (S) sebanyak 18

responden (54,5%) yang menjawab tidak setuju (TS) sebanyak 2 responden

(6,1%). Responden yang menyatakan bahwa “Saya mencari saran dan nasehat

kepada keluarga” yang menjawab sangat setuju (SS) sebanyak 16 responden

(48,5%) yang menjawab setuju (S) sebanyak 16 responden (48,5%) yang

menjawab tidak setuju sebanyak 1 responden (3%).

Responden yang menyatakan bahwa “Saya mencari saran dan nasehat

kepada teman yang saya hormati” yang menjawab sangat setuju (SS) sebanyak

2 responden (6,1%) yang menjawab setuju (S) sebanyak 26 responden

(78,8%) yang menjawab tidak setuju (TS) sebanyak 4 responden (12,1%)

sangat tidak setuju (STS) sebanyak 1 responden (3%). Responden yang

menyatakan bahwa “Saya membuat rencana dan melaksanakannya” yang

menjawab sangat setuju (SS) sebanyak 7 responden (21,2%) yang menjawab

setuju (S) sebanyak 25 responden (75,8%) yang menjawab sangat tidak setuju

(STS) sebanyak 1 responden (3%). Responden yang menyatakan “Saya belajar

dari pengalaman masa lalu” yang menjawab sangat setuju (SS) sebanyak 15

responden (45,5%) yang menjawab setuju (S) sebanyak 17 responden (51,5%)

yang menjawab sangat tidak setuju (STS) sebanyak 1 respoden (3%).

Responden yang menyatakan bahwa “Saya memilh beberapa solusi

yang berbeda untuk masalah yang saya alami” yang menjawab sangat setuju
60

(SS) sebanyak 8 responden (24,2%) yang menjawab setuju (S) sebanyak 21

responden (63,6%) yang menjawab tidak setuju (TS) sebanyak 4 responden

(12,1%). Responden yang menyatakan bahwa “Saya berusaha untuk tidak

putus asa” yang menjawab sangat setuju (SS) sebanyak 17 responden (51,5%)

yang menjawab setuju (S) sebanyak 15 responden (45,5%) yang menjawab

tidak setuju (TS) sebanyak 1 responden (3%).

Responden yang menyatakan bahwa “Saya mencoba untuk tidak

tergesa-gesa dalam mengambil keputusan” yang menjawab sangat setuju (SS)

sebanyak 15 responden (45,5%) yang menjawab setuju (S) sebanyak 17

responden (51,5%) yang menjawab tidak setuju (TS) sebanyak 1 responden

(3%). Responden yang menyatakan bahwa “Saya memikirkan apa yang harus

saya katakana atau lakukan” yang menjawab sangat setuju (SS) sebanyak 15

responden (45,5%) yang menjawab setuju (S) sebanyak 17 responden (51,5%)

yang menjawab tidak setuju (TS) sebanyak 1 responden (3%).

Responden yang menyatakan bahwa “Saya berusaha melihat sisi baik

dari setiap hal” yang menjawab sangat setuju (SS) sebanyak 13 responden

(39,4%) yang menjawab setuju (S) sebanyak 18 responden (54,5%) yang

menjawab tidak setuju (TS) sebanyak 2 responden (6,1%). Responden yang

menyatakan bahwa “Saya berusaha supaya masalah tersebut tidak

mengganggu pikiran saya” yang menjawab sangat setuju (SS) seabanyak 8

responden (24,2%) yang menjawab setuju (S) sebanyak 24 responden (72,7%)

yang menjawab sangat tidak setuju (STS) sebanyak 1 responden (3%).

Responden yang menyatakan bahwa “Saya selalu berdoa” yang menjawab


61

sangat setuju (SS) sebanyak 21 (63,6%) yang menjawab setuju (S) 12

(36,4%).

Responden yang menyatakan bahwa “Saya meminta maaf atas

kesalahan yang saya lakukan” yang menjawab sangat setuju (SS) sebanyak 15

responden (45,5%) yang menjawab sebanyak 17 responden (51,5%) yang

menjawab tidak setuju (TS) sebanyak 1 responden (3%). Responden yang

menyatakan bahwa “Saya lebih banyak tidur dari biasanya” yang menjawab

sangat setuju (SS) sebanyak 1 responden (3%) yang menjawab setuju (S)

sebanyak 11 responden (33,3%) yang menjawab tidak sutuju (TS) sebanyak

16 responden (48,5%) yang menjawab sangat tidak setuju (STS) sebanyak 5

responden (15,2%).

Untuk pernyataan negative, responden yang menyatakan bahwa “Saya

mengekspresikan kemarahan saya terhadap situasi yang menyebabkan

masalah yang terjadi pada saya” yang memnjawab sangat setuju (SS)

sebanyak 2 responden (6,1%) yang menjawab setuju (S) sebanyak 4

responden (12,1%) yang menjawab tidak setuju (TS) sebanyak 19 responden

(57,6%) yang menjawab sangat tidak setuju (STS) sebanyak 8 responden

(24,2%). Responden yang menyatakan bahwa “Saya menyalahkan orang lain

atas kondisi saya saat ini” yang menjawab setuju (S) sebanyak 2 responden

(6,1%) yang menjawab tidak setuju (TS) sebanyak 13 responden (39,4%) yang

menjawab sangat tidak setuju (STS) sebanyak 18 responden (54,5%).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Yunitha ( 2017), menunjukkan

bahwa responden dengan koping adaptif cenderung lebih banyak yaitu 39


62

responden (97,5 %) sedangkan responden dengan koping maladaptif

cenderung lebih sedikit yaitu 1 responden (2,5%).

Menurut Kelliat (dalam Ramadhani, 2014), mekanisme koping ada

dua, yaitu koping adaptif dan maladaptif. Mekanisme koping adaptif adalah

suatu usaha yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah akibat

adanya stresor atau tekanan yang bersifat positif, rasional dan konstruktif.

Sementara, mekanisme koping maladaptif suatu usaha yang dilakukan

individu dalam menyelesaikan masalah akibat adanya stresor atau tekanan

yang bersifat negatif, merugikan, destruktif dan tidak dapat menyelesaikan

masalah secara tuntas.

Dalam penelitian ini terdapat adanya gambaran bahwa laki-laki dan

perempuan sama-sama memiliki koping individu yang baik atau adaptif. Dan

untuk koping indu maladaptive cenderung lebih banyak pada jenis kelamin

laki-laki. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Yunitha (2017), yang

menemukan bahwa sebagian besar responden baik laki-laki dan perempuan

memiliki koping individu yang baik dalam mengatasi masalah yang sedang

dihadapi. Menurut Penelitian Jennifer (2008), ditemukan bahwa laki-laki

maupun wanita menggunakan kedua bentuk koping yaitu problem-solving

focused coping dan emotionfocused coping secara bersama-sama, namun

wanita lebih cenderung berorientasi pada emosi, sedangkan laki-laki

berorientasi pada mengatasi masalah.

Pada penelitian ini lebih banyak responden dengan usia remaja akhir

(17-25 tahun) memiliki koping individu adaptif yang dipengaruhi oleh faktor
63

usia yang memang masih muda, lalu dipengaruhi oleh tingkat pendidikan

dimana rata-rata pendidikan responden pada usia remaja akhir (17-25 tahun)

yaitu tingkat pendidikan menengah (SMA/SMK/MA) sehingga dapat

menyelesaikan dan menghadapi masalah yang ada dengan baik. Dan

responden dengan usia dewasa awal hingga lansia awal memiliki koping

individu maladaptif yang dipengaruhi oleh usia , juga tingkat pendidikan juga

pekerjaan maka dari itu responden tidak dapat mengontrol emosi dan tidak

bisa memandang masalah dengan baik.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Yunitha (2017) dengan hasil

penelitian bahwa pada usia remaja akhir (17-25 tahun), dewasa awal (26-35

tahun), dewasa akhir (36-45 tahun), lansia awal (46-55 tahun), dan lansia akhir

(56-65 tahun) lebih banyak memiliki koping adaptif dimana responden

mayoritas dapat mengontrol emosi dan memandang masalah dengan baik.

Sejalan juga dengan penelitian yang dilakukan (Mulyana &

Mustikasari, 2013) dengan hasil penelitian, ternyata anak usia remaja dengan

usia 16 tahun lebih banyak menggunakan mekanisme koping adaptif atau

mekanisme koping konstruktif, dimana hasil ini menunjukkan bahwa taha

perkembangan remaja mayoritas dapat mengontrol emosi dan memandang

masalah dengan baik.

Dalam penelitian ini didapatkan hasil bahwa pada responden dengan

tingkat pendidikan tingkat menengah cenderung lebih memiliki koping

individu yang adaptif tetapi pada responden dengan tingkat pendidikan dasar

juga ada yang memiliki koping individu adaptif. Sedangkan untuk koping
64

individu maladaptive juga terjadi pada responden dengan tingkat pendidikan

dasar dan tingkat pendidikan menengah.

Hal ini karena pola pikir responden dengan status pendidikan lebih

tinggi biasanya lebih mudah beradaptasi dengan lingkungan. Akan

memudahkan responden untuk mengatur dirinya dengan baik sehinggan

berdampak ke mekanisme kopingnya Penelitian ini sejalan dengan penelitian

Yunitha (2017), yang menemukan bahwa sebanyak 51% responden memiliki

koping individu yang baik dalam mengatasi masalah yang sedang dihadapi,

responden yang menggunakan mekanisme koping konstuktif ada sebanyak 39

responden, yang terbagi atas yaitu dengan status pendidikan SD sebanyak 6

responden, status pendidikan SMP sebanyak 16 responden, dan status

pendidikan SMA sebanyak 17 responden. Sedangkan responden yang

menggunakan mekanisme koping destruktif ada sebanyak 1 responden, yang

terbagi atas yaitu dengan status pendidikan SD tidak menggunakan

mekanisme koping destruktif, status pendidikan SMP dengan jumlah 1

responden, dan status pendidikan SMA tidak menggunakan mekanisme

koping destruktif

D. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan peneliti dalam penelitian ini ada beberapa faktor yang

mempengaruhi koping individu korban PHK, diantaranya yaitu faktor

lingungan, beban keluarga dan jenis pekerjaan, dan peneliti hanya membatasi
65

pada tingkat usia dan jenis kelamin saja. Peneliti tidak memperhatikan lama

PHK yang dialami responden, yang mungkin dapat mempengaruhi koping

individu
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Hasil penelitian menunjukkan gambaran koping individu pekerja

korban PHK pada masa pandemi covid-19 di Kabupaten Semarang. Sebagian

besar respendon memiliki koping adaptif yaitu sebanyak 27 responden (81,8).

Sebagian kecil responden memiliki koping individu maladaptive yaitu

sebanyak 6 responden (18,2%)

B. Saran

1. Untuk pelayanan kesehatan atau puskesmas setempat, dapat dilakukan

analisa koping individu kepada para warganya khususnya yang menjadi

korban PHK.

2. Untuk korban PHK dapat memotivasi diri dengan berfikir positif sehingga

dapat mencari jalan keluar dari masalah yang sdang dihadapi.

66
DAFTAR PUSTAKA

Amin, M. Al and Juniati, D. (2017) ‘Klasifikasi Kelompok Umur Manusia


Berdasarkan Analisis Dimensi Fraktal Box Counting Dari Citra Wajah
Dengan Deteksi Tepi Canny’, Jurnal Ilmiah Matematika, 2(6), pp. 1–10.

Henani, T. R. P. (2018) ‘Pengaruh Beban Kerja dan Lingkungan Kerja Terhadap


Kinerja Karyawan’, Jurnal of Materials Processing Technology, 1(1), pp.
1–8.

Ika, P. (2020) ‘Buruh Terkena PHK Karena Corona’, pp. 1–3.

Izzati, F. F. (2011) ‘Kerentanan Buruh dalam Pandemi Covid-19’, Journal of


Communication, 35(4), pp. 417–425.

Juaningsih, I. N. (2020) ‘Analisa Kebijakan PHK Bagi Para Pekerja Pada Masa
Pandemi Covid-19 di Indonesia’, Buletin Hukum dan Keadilan, 4(1189–
196).

Lilik Ma’rifatul Azizah, Imam Zainuri, A. A. (2016) Buku Ajar Keperawatan


Kesehatan Jiwa.

Mandila, Y. P. Y. (2017) ‘Skripsi gambaran mekanisme koping warga binaan


remaja di lapas kelas iia maros dan lapas kelas i makassar’.

Ngadi, Ruth Meilianna, Y. A. P. (2020) ‘Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap


PHK dan Pendapatan Pekerja di Indonesia’, Jurnal Kependudukan
Indonesia, 2902, p. 43.

Pratiwi, Y. (2017) ‘Gambaran Mekanisme Koping Warga Binaan Remaja Di


Lapas Kelas IIA Maros Dan Lapas Kelas I Makassar’.

Puspita, M. I. (2015) ‘Peran Serikat Pekerja Dalam Pemutusan Hubungan Kerja


Sepihak di Hotel Bali Hyatt’.

Ramadhani, P. I. (2020) ‘15 Persen Buruh Terkena PHK Karena Corona dan 3,8
Persen Tak Terima Pesangon’, pp. 1–3.

Reni, R. (2012) Gambaran Stres dan Strategi Koping Mahasiswa Program


Reguler 2009 FIK UI Saat Melaksanakan Praktik Klinik PKD II.
Available at: http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20311641-S43350-
Gambaran stres.pdf.

Ridwan, A. (2016) ‘Locus of Control dan Reliensi Pada PEkerja Yang Mengalami
Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)’, 1, pp. 5138–5144.
Rosyid, H. F. (2015) ‘Pemutusan Hubungan Kerja: Masihkah Mencemaskan?’,
Buletin Psikologi, 11(2), pp. 95–106. doi: 10.22146/bpsi.7463.

Yuliana (2020) ‘Wellness and Healthy Magazine’, Parque de los afectos. Jovenes
que cuentan, 2(Febuary), pp. 124–137.
INFORMED CONSENT

Dalam rangka menyelesaikan tugas akhir penelitian (skripsi) sebagai salah

satu kegiatan dalam rangka memperoleh gelar Sarjana/ Strata 1 (S1), saya :

Nama : Miftakhul Vivi Barokah

NIM : 010117A058

Prodi : S1 Keperawatan, Fakultas Kesehatan

Perguruan Tinggi : Universitas Ngudi Waluyo

Memohon bantuan bapak/ibu sekalian untuk mengisi kuesioner penelitian

saya yang berjudul “Gambaran Koping Individu Korban PHK Pada Masa

Pandemi Covid19” Saya mengharapkan bapak/ibu bersedia untuk turut

berpartisipasi dengan memberikan tanggapan/jawaban sebaik-baiknya dan sejujur-

jujurnya dari pertanyaan yang diberikan. Pertanyaan/jawaban bersifat bebas dan

tanpa paksaan. Saya akan menjamin kerahasiaan pendapat dan identitas bapak/ibu.

Atas kebaikan, kesediaan dan kerjasama bapak/ibu semua saya ucapkan

banyak terima kasih. Semoga Allah SWT memberikan kita nikmat hidup yang

berlimpah.

Responden Peneliti

(…………………) Miftakhul Vivi Barokah


KUESIONER

Kuesioner A

Nama :

Usia :

Jenis Kelamin :

Agama :

Pendidikan :

Pekerjaan Sebelum :

Pekerjaan Sekarang :

Kuesioner B

1. Mekanisme Koping Individu

No PERNYATAAN
SS S TS STS
Koping Yang Berfokus Pada Masalah

1. Saya mengekspresikan kemarahan saya


kepada situai yang menyebabkan masalah
yang terjadi pada saya

2. Saya berusaha dan berjuang untuk sesuatu


yang saya inginkan

3. Saya berdiskusi dengan orang lain untuk


memahami keadaan

4. Saya menerima pengertian dan pemahaman


dari orang lain

5. Saya mencari pertolongan pada orang yang


lebih berpengalaman dalam mengatasi
masalah

6. Saya mencari saran dan nasehat kepada


keluarga
7. Saya mencari saran dan nasehat kepada
teman yang saya Hormati

8. Saya membuat rencana dan melaksanakannya

9. Saya belajar dari pengalaman masa lalu

10. Saya memilih beberapa solusi yang berbeda


untuk masalah yang saya alami

Koping Yang Berfokus Pada Emosi

11. Saya berusaha untuk tidak putus asa

12. Saya mencoba untuk tidak tergesa-gesa


dalam mengambil keputusan

13. Saya memikirkan apa yang harus saya


katakan atau lakukan

14. Saya berusaha melihat sisi baik dari setiap


hal

15. Saya berusaha supaya masalah tersebut tidak


mengganggu pikiran saya

16. Saya selalu berdoa

17. Saya meminta maaf atas kesalahan yang saya


lakukan

18. Saya lebih banyak tidur dari biasanya

19. Saya menyalahkan orang lain atas kondisi


saya saat ini
TABEL MEKANISME KOPING PEKERJA KORBAN PHK PADA MASA PANDEMI COVID-19
DI LANGENSARI KABUPATEN SEMARANG

Koping Berfokus Pada Tota


Jen
Koping Berfokus Pada Emosi Kategori
N Nam Usi
Masalah l
.
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
o a a
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kel
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 Tn. Y 40 L 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 4 4 2 4 65 Adaptif
2 Ny. E 39 P 3 4 3 4 4 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 1 4 62 Adaptif
3 Tn. I 46 L 3 4 3 4 4 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 1 4 62 Adaptif
4 Ny. R 22 P 3 4 1 3 3 4 2 3 4 3 4 3 4 4 4 4 3 2 4 62 Adaptif
5 Tn. D 21 L 2 4 3 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 3 3 3 3 2 4 64 Adaptif
6 Tn. R 22 L 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 72 Adaptif
7 Tn. A 21 L 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 55 Maladaptif
8 Ny. A 21 P 1 4 3 4 3 4 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 2 4 65 Adaptif
9 Tn. E 21 L 3 4 4 4 3 4 3 4 4 3 4 4 4 3 3 4 4 3 4 69 Adaptif
10 Tn. A 22 L 3 4 3 4 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 68 Adaptif
11 Tn. I 23 L 3 4 3 3 4 4 3 3 4 2 4 4 4 3 4 4 4 2 3 65 Adaptif
12 Tn. U 42 L 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 2 4 72 Adaptif
13 Ny. K 23 P 3 4 3 3 4 4 2 3 4 4 3 4 4 4 3 4 4 3 2 65 Adaptif
14 Ny. S 48 P 4 2 1 2 2 3 1 1 1 2 3 4 3 4 3 4 3 1 3 47 Maladaptif
15 Ny. S 53 P 3 3 4 4 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 2 3 60 Adaptif
16 Tn. T 50 L 2 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 2 4 69 Adaptif
17 Ny. S 50 P 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 56 Maladaptif
18 Tn. D 30 L 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 56 Maladaptif
19 Ny. P 29 P 4 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 2 4 60 Adaptif
20 Ny. R 42 P 3 4 3 2 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 2 3 59 Adaptif
21 Tn. E 45 L 1 3 2 3 3 3 2 4 3 2 2 2 2 2 1 3 2 3 4 47 Maladaptif
22 Ny. A 35 P 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 59 Adaptif
23 Ny. S 58 P 3 3 3 3 4 4 3 3 4 3 4 4 3 3 3 4 4 3 3 64 Adaptif
24 Ny. B 23 P 3 4 3 3 3 4 3 3 4 3 3 4 3 4 3 4 4 1 3 62 Adaptif
Tn.
38 L 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 57
25 W Adaptif
26 Tn. S 23 L 3 4 3 4 3 3 3 3 4 3 4 3 3 4 3 4 3 2 4 63 Adaptif
27 Tn. D 54 L 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 4 4 2 4 61 Adaptif
28 Tn. C 28 L 4 4 3 3 3 4 3 4 3 3 4 3 3 3 3 4 3 2 4 63 Adaptif
29 Tn. Z 41 L 3 4 3 4 4 4 3 4 4 3 3 4 4 2 3 4 4 3 3 66 Adaptif
30 Ny. L 41 P 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 56 Maladaptif
31 Tn. I 21 L 3 4 4 3 4 4 3 3 4 2 4 3 3 4 3 3 3 1 3 61 Adaptif
32 Tn. L 21 L 2 3 3 3 3 3 4 4 4 3 4 3 4 3 3 3 3 4 3 62 Adaptif
33 Tn. J 49 L 4 4 3 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 72 Adaptif
Pekerjaan
Jenis
No Nama Usia Agama Pendidikan Sebelu
Kelamin Sekarang
m
1 Tn. Y Laki-laki 40 Islam SMA Swasta Swasta
2 Ny. E Perempuan 39 Islam SMA Swasta Tidak Bekerja
3 Tn. I Laki-laki 46 Islam SMP Swasta Wirausaha
4 Ny. R Perempuan 22 Islam SMA Swasta Tidak Bekerja
5 Tn. D Laki-laki 21 Islam SMA Swasta Wirausaha
6 Tn. R Laki-laki 22 Islam SMA Swasta Tidak Bekerja
7 Tn. A Laki-laki 21 Islam SMA Swasta Tidak Bekerja
8 Ny. A Perempuan 21 Islam SMA Swasta Swasta
9 Tn. E Laki-laki 21 Islam SMA Swasta Tidak Bekerja
10 Tn. A Laki-laki 22 Islam SMA Swasta Swasta
11 Tn. I Laki-laki 23 Islam SMA Swasta Tidak Bekerja
12 Tn. U Laki-laki 42 Islam SMA Swasta Serabutan
13 Ny. K Perempuan 23 Islam SMA Swasta Wirausaha
14 Ny. S Perempuan 48 Islam SMP Swasta Tidak Bekerja
15 Ny. S Perempuan 53 Islam SMP Swasta Serabutan
16 Tn. T Laki-laki 50 Islam SMA Swasta Swasta
17 Ny. S Perempuan 50 Islam SMA Swasta Tidak Bekerja
18 Tn. D Laki-laki 30 Islam SMA Swasta Wirausaha
19 Ny. P Perempuan 29 Islam SMA Swasta Wirausaha
20 Ny. R Perempuan 42 Islam SMA Swasta Wirausaha
21 Tn. E Laki-laki 45 Islam SMA Swasta Tidak Bekerja
22 Ny. A Perempuan 35 Islam SMA Swasta Wirausaha
23 Ny. S Perempuan 58 Islam SD Swasta Tidak Bekerja
24 Ny. B Perempuan 23 Islam SMP Swasta Wirausaha
25 Tn. W Laki-laki 38 Islam SMA Swasta Swasta
26 Tn. S Laki-laki 23 Islam SMA Swasta Tidak Bekerja
27 Tn. D Laki-laki 54 Katholik SMA Swasta Tidak Bekerja
28 Tn. C Laki-laki 28 Islam SMA Swasta Tidak Bekerja
29 Tn. Z Laki-laki 41 Islam SMA Swasta Serabutan
30 Ny. L Perempuan 41 Islam SD Swasta Swasta
31 Tn. I Laki-laki 21 Islam SMA Swasta Swasta
32 Tn. L Laki-laki 21 Islam SMA Swasta Tidak Bekerja
33 Tn. J Laki-laki 49 Islam SMP Swasta Swasta
Statistics
Total Skor Kategori
Jenis Koping Koping
Usia Kelamin Pendidikan Individu Individu
N Valid 33 33 33 33 33
Missing 0 0 0 0 0
Mean 2.39 1.45 2.73 62.00 1.1818
Median 2.00 1.00 3.00 62.00 1.0000
Mode 1 1 3 62 1.00
Std. Deviation 1.321 .506 .574 6.010 .39167
Variance 1.746 .256 .330 36.125 .153
Range 4 1 2 25 1.00
Minimum 1 1 1 47 1.00
Maximum 5 2 3 72 2.00
Sum 79 48 90 2046 39.00

Usia
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Remaja Akhir (17-25 13 39.4 39.4 39.4
Tahun)
Dewasa Awal (26-35 4 12.1 12.1 51.5
Tahun)
Dewasa Akhir (36-45 7 21.2 21.2 72.7
Tahun)
Lansia Awal (46-55 8 24.2 24.2 97.0
Tahun)
Lansia Akhir (56-65 1 3.0 3.0 100.0
Tahun)
Total 33 100.0 100.0
Jenis Kelamin
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Laki-laki 18 54.5 54.5 54.5
Perempuan 15 45.5 45.5 100.0
Total 33 100.0 100.0

Pendidikan
Frequen Cumulative
cy Percent Valid Percent Percent
Valid Dasar 7 21.3 21.3 21.3
(SD/MI,SMP/MTs)
Menengah 26 78.8 78.8 100.0
(SMA/SMK/MA)
Tinggi (D1,D3,S1,S2,S3) 0 0 0 100.0
Total 33 100.0 100.0

Total Skor Koping Individu


Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid 47 2 6.1 6.1 6.1
55 1 3.0 3.0 9.1
56 3 9.1 9.1 18.2
57 1 3.0 3.0 21.2
59 2 6.1 6.1 27.3
60 2 6.1 6.1 33.3
61 2 6.1 6.1 39.4
62 5 15.2 15.2 54.5
63 2 6.1 6.1 60.6
64 2 6.1 6.1 66.7
65 4 12.1 12.1 78.8
66 1 3.0 3.0 81.8
68 1 3.0 3.0 84.8
69 2 6.1 6.1 90.9
72 3 9.1 9.1 100.0
Total 33 100.0 100.0
Kategori Koping Individu
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Adaptif 27 81.8 81.8 81.8
Maladaptif 6 18.2 18.2 100.0
Total 33 100.0 100.0

X1.1
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid SS 2 6.1 6.1 6.1
S 4 12.1 12.1 18.2
TS 19 57.6 57.6 75.8
STS 8 24.2 24.2 100.0
Total 33 100.0 100.0

X1.2
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid TS 1 3.0 3.0 3.0
S 11 33.3 33.3 36.4
SS 21 63.6 63.6 100.0
Total 33 100.0 100.0

X1.3
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid STS 2 6.1 6.1 6.1
TS 1 3.0 3.0 9.1
S 23 69.7 69.7 78.8
SS 7 21.2 21.2 100.0
Total 33 100.0 100.0
X1.4
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid TS 2 6.1 6.1 6.1
S 17 51.5 51.5 57.6
SS 14 42.4 42.4 100.0
Total 33 100.0 100.0

X1.5
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid TS 2 6.1 6.1 6.1
S 18 54.5 54.5 60.6
SS 13 39.4 39.4 100.0
Total 33 100.0 100.0

X1.6
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid TS 1 3.0 3.0 3.0
S 16 48.5 48.5 51.5
SS 16 48.5 48.5 100.0
Total 33 100.0 100.0

X1.7
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid STS 1 3.0 3.0 3.0
TS 4 12.1 12.1 15.2
S 26 78.8 78.8 93.9
SS 2 6.1 6.1 100.0
Total 33 100.0 100.0
X1.8
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid STS 1 3.0 3.0 3.0
S 25 75.8 75.8 78.8
SS 7 21.2 21.2 100.0
Total 33 100.0 100.0

X1.9
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid STS 1 3.0 3.0 3.0
S 17 51.5 51.5 54.5
SS 15 45.5 45.5 100.0
Total 33 100.0 100.0

X1.10
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid TS 4 12.1 12.1 12.1
S 21 63.6 63.6 75.8
SS 8 24.2 24.2 100.0
Total 33 100.0 100.0

X1.11
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid TS 1 3.0 3.0 3.0
S 15 45.5 45.5 48.5
SS 17 51.5 51.5 100.0
Total 33 100.0 100.0
X1.12
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid TS 1 3.0 3.0 3.0
S 17 51.5 51.5 54.5
SS 15 45.5 45.5 100.0
Total 33 100.0 100.0

X1.13
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid TS 1 3.0 3.0 3.0
S 17 51.5 51.5 54.5
SS 15 45.5 45.5 100.0
Total 33 100.0 100.0

X1.14
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid TS 2 6.1 6.1 6.1
S 18 54.5 54.5 60.6
SS 13 39.4 39.4 100.0
Total 33 100.0 100.0

X1.15
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid STS 1 3.0 3.0 3.0
S 24 72.7 72.7 75.8
SS 8 24.2 24.2 100.0
Total 33 100.0 100.0
X1.16
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid S 12 36.4 36.4 36.4
SS 21 63.6 63.6 100.0
Total 33 100.0 100.0

X1.17
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid TS 1 3.0 3.0 3.0
S 17 51.5 51.5 54.5
SS 15 45.5 45.5 100.0
Total 33 100.0 100.0

X1.18
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid STS 5 15.2 15.2 15.2
TS 16 48.5 48.5 63.6
S 11 33.3 33.3 97.0
SS 1 3.0 3.0 100.0
Total 33 100.0 100.0

X1.19
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid S 2 6.1 6.1 6.1
TS 13 39.4 39.4 45.5
STS 18 54.5 54.5 100.0
Total 33 100.0 100.0
DOKUMENTASI
LEMBAR KONSULTASI

Nama : Miftakhul Vivi Barokah

NIM : 010117A058

Program Studi : S1 Keperawatan

Pembimbing : Ns. Zumrotul Choirriyah, S. Kep., M. Kep.

N PARAF
Hari/Tanggal Topik Konsultasi Masukan/Catatan
O Pembimbing
Tidak disarankan
Minggu, Peminatan Topik
1 menggunakan fenomena
6 Sept 2020 Skripsi
curhatan pribadi
Mencari tentang fenomena
Selasa,
2 Fenomena Skripsi yang diminati
15 Sept 2020
Diberi referensi judul oleh
Rabu,
3 Judul Skripsi dosbing
23 Sept 2020

Memperbaiki tata cara


Rabu, penulisan, studi
4 BAB I
21 Okt 2020 pendahuluan dan rumusan
masalah
Memperbaiki rumusan
Senin,
5 BAB I masalah
7 Nov 2020
Lanjut BAB II
Selasa,
6 BAB I
24 Nov 2020
Memperbaiki tata cara
Minggu,
7 BAB II penulisan lanjut BAB III
10 Jan 2021
Memperbaiki kerangka
Selasa, BAB III dan
8 konsep dan Instrumen
12 Jan 2021 Instrumen
Memperbaiki DO dan
Kamis, BAB III dan
9 lanjut penelitian
14 Jan 2021 Instrumen

Revisi hasil dan


Senin,
10. BAB IV dan V pembahasan
25 Jan 2021
Memperbaiki tatanan dan
Kamis, BAB I, II, III, IV
11 melengkapi yang belum
28 Jan 2021 dan V
lengkap
Melengkapi abstrak dan
Jum’at, BAB I, II, III, IV
12 lembar persetujuan dll
29 Jan 2021 dan V
Melengkapi kekurangan
Sabtu,
13. Abstrak lampiran dan abstrak
30 Jan 2021
Bahasa inggrin

Anda mungkin juga menyukai