OLEH :
201302007
PRODI S1 KEPERAWATAN
2019
i
SKRIPSI
Oleh :
ANUGRAH HANI ARI WIBOWO
NIM. 201302007
ii
iii
iv
HALAMAN PERYATAAN
didalamnya tidak terdapat karya yang pernah diajukan dalam memperoleh gelar
yang diperoleh dari hasil penerbitan baik yang sudah maupun yang belum
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
AGAMA : Islam
Email : anugrahhany@gmail.com
vi
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-
Nya, skripsi ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.Skripsi dengan judul
Pasien Post Operasi Fraktur di IRNA III Orthopedi RSUD dr. Sayidiman
Magetan”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk mencapai gelar
Penulis menyadari dengan sepenuh hati bahwa dalam kegiatan penyusunan skripsi
tidak akan terlaksana sebagaimana yang diharapkan tanpa adanya bantuan dari
berbagai pihak yang telah memberikan banyak bimbingan, arahan dan motivasi
pada penulis. Untuk itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan
2. Mega Arianti Putri, S.Kep., Ns., M.Kep sebagai Ketua Prodi S-1
skripsi ini.
vii
4. RSUD dr. Sayidiman Magetan sebagai lahan penelitian yang telah
5. Keluarga dan teman-teman yang selalu bersama dalam suka dan duka
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu diharapkan
Akhir kata, penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan skripsi ini dari awal sampai akhir.Semoga Allah
Wassalamu‟alaikum Wr.Wb.
viii
Program Studi Keperawatan
Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun 2020
ABSTRAK
Hany
ix
Nursing Departement
Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun 2020
ABSTRACT
Hany
x
LEMBAR PERSEMBAHAN
Saya persembahkan karya sederhana ini, yang saya buat dengan sepenuh
hati, sekuat tenaga dan pikiran untuk orang yang saya kasihi dan saya
memberikan dukungan, motivasi dan do‟a yang tiada hentinya. Saya yakin
bahwa keberhasilan yang saya raih ini tidak lepas dari do‟a-do‟a yang
Untuk bapak Kuswanto. S.Kep., Ns., M.Kes dan ibu Mega Arianti Putri
S.Kep., Ns., M.Kep yang telah memberikan bimbingan dan masukan dalam
Semoga Allah memberikan balasan atas kebaikan yang telah diberikan oleh
bapak/ibu.
yang telah mendidik dan membimbing saya selama ini. Semoga Allah
bahwa kita mampu menjadi perawat yang profesional dan bisa diandalkan
xi
DAFTAR ISI
xii
2.4 Konsep Relaksasi Autogenic ....................................................... 30
2.4.1 Pengertian Relaksasi Autogenic....................................... 30
2.4.2 Manfaat Relaksasi Autogenic .......................................... 31
2.4.3 Pengaruh Relaksasi Terhadap Tubuh .............................. 32
2.4.4 Tahapan Kerja Teknik Relaksasi Autogenik ................... 33
BAB 3.... KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESA PENELITIAN
3.1 Kerangka Konsep ........................................................................ 38
3.2 Hipotesa Penelitian ...................................................................... 39
BAB 4 .......................................................... METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian ......................................................................... 40
4.2 Populasi dan Sampel.................................................................... 40
4.2.1 Populasi ........................................................................... 40
4.2.2 Sampel ............................................................................. 41
4.2.3 Kriteria Sampel ................................................................ 42
4.3 Teknik Sampling ......................................................................... 42
4.4 Kerangka Kerja Penelitian ........................................................... 43
4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel............... 44
4.5.1 Identitas Variabel ............................................................. 44
4.5.2 Definisi Operasional Variabel ......................................... 44
4.6 Instrumen Penelitian .................................................................... 46
4.7 Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................... 46
4.8 Prosedur Pengumpulan Data ....................................................... 46
4.9 Pengolahan Data .......................................................................... 48
4.10 Teknik Analisa Data .................................................................... 49
4.10.1 Analisa Univariat ............................................................. 49
4.10.2 Analisa Bivariat ............................................................... 51
4.11 Etika Penelitian ............................................................................ 52
4.11.1 Prinsip Penelitian ............................................................. 52
BAB 5.................................... HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Gambaran Umum dan Lokasi Penelitian ..................................... 54
5.2 Data Umum ................................................................................. 54
5.2.1 Karateristik Responden ................................................... 54
5.3 Data Khusus ................................................................................. 56
5.3.1 Analisa Data Univariat ............................................................................ 56
5.3.2 Analisa Data Bivariat .............................................................................. 57
5.4 Pembahasan ................................................................................. 59
5.4.1 Tingkat Nyeri Pasien Post Operasi Fraktur Sebelum
Perlakuan Relaksasi Autogenic ........................................ 59
5.4.2 Tingkat Nyeri Pasien Post Operasi Fraktur Setelah
Perlakuan Relaksasi Autogenic ........................................ 61
5.4.3 Pengaruh Teknik Relaksasi Autogenic terhadap
Penurunan Tingkat Nyeri Pada Pasien Post Operasi
Fraktur ............................................................................. 62
xiii
BAB 6 .............................................................................................. PENUTUP
6.1 Kesimpulan .................................................................................. 65
6.2 Saran ............................................................................................ 65
xiv
DAFTAR TABEL
xv
DAFTAR GAMBAR
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
xvii
DAFTAR SINGKATAN
xviii
DAFTAR ISTILAH
xix
Numeric Rating Scale : menilai intensitas atau derajat keparahan
nyeri dan memberi kesempatan kepada
klien untuk mengidentifikasi keparahan
nyeri yang dirasakan
One group pretest-postest design : Penelitian ini dilakukan dengan cara
memberikan pretest (pengamatan awal)
terlebih dahulu sebelum diberikan
intervensi, setelah itu diberikan intervensi
kemudian dilakukan postest (pengamatan
akhir)
Outcome : Hasil yang terjadi setelah pelaksanaan
kegiatan jangka pendek.
Pain manajement : Manajemen nyeri
Purposive Sampling : metode penetapan sampel dengan memilih
beberapa sampel tertentu yang dinilai
sesuai dengan tujuan atau masalah
penelitian dalam sebuah populasi
Respect for Justice an : Prinsip Keadilan dan Keterbukaan
Inclusiveness
Review : Ulasan
Scientific attitude : Sikap ilmiah
Scoring : Pemberian skor
Spinoreticular tract : Jalur naik dalam medulla spinalis
diposisiskan dengan traktus thalamikus
lateral.
Standart operational procedure : Instruksi yang memiliki petunjuk atau
direktif
Tabulating : Penghitungan
Transkutaneus electrical nerve : Metode menurunkan nyeri dengan
stimulation menstimulasi reseptor tidak nyeri (non-
nosiseptor) dalam area yang sama seperti
pada serabut yang menstransmisikan nyeri
Wilcoxon Signed Rank Test / : Uji nonparametris untuk mengukur
Wilcoxon matched pairs signifikasi perbedaan antar 2 kelompok
data berpasanagan berskala ordinal atau
interval tetapi berdistribusi tidak normal.
Visual Analogue Scale : suatu garis lurus yang mewakili intensitas
nyeri dan memiliki alat keterangan verbal
pada setiap ujungnya
Verbal Respon Scale : cara pengukuran nyeri dengan
menanyakan respon klien terhadap nyeri
secara verbal dengan memberikan 5
pilihan yaitu tidak nyeri, nyeri ringan,
nyeri sedang, nyeri berat, dan nyeri luar
biasa yang tidak tertahankan
xx
BAB 1
PENDAHULUAN
Kejadian fraktur di Indonesia sebesar 1,3 juta setiap tahun dengan jumlah
menjadi masalah mencapai urutan ketiga di bawah penyakit jantung koroner dan
pasien jika tidak dilakukan manajemen nyeri dengan baik. Nyeri setelah
pembedahan merupakan hal yang fisiologis, tetapi hal ini merupakan salah satu
keluhan yang paling ditakuti oleh klien setelah pembedahan, sensasi nyeri mulai
terasa sebelum kesadaran klien kembali penuh, dan semakin meningkat seiring
dengan berkurangnya pengaruh anestesi, adapun bentuk nyeri yang dialami oleh
klien pasca pembedahan adalah nyeri akut yang terjadi karena adanya luka insisi
terbesar. Kasus fraktur pada tahun 2008 terjadi di dunia kurang lebih 13 juta
orang, Tahun 2009 terdapat 18 juta orang dan pada tahun 2010 meningkat
menjadi 21 juta orang, Mencatat pada tahun 2012 terdapat 130 juta orang
1
menderita fraktur. Terjadinya fraktur tersebut termasuk didalamnya insiden
Sartika, 2013) tindakan operasi di Indonesia pada tahun 2012 mencapai 1,2 juta
jiwa. Di Indonesia angka kejadian patah tulang atau insiden fraktur cukup tinggi,
delapan juta orang mengalami kejadian fraktur dengan jenis fraktur yang berbeda
dan penyebab yang berbeda. Dari hasil survey tim Depkes RI didapatkan 25%
penderita fraktur yang mengalami kematian, 45% mengalami catat fisik, 15%
mengalami stress spikilogis seperti nyeri dan cemas . (Depkes RI 2013). Menurut
mayor yang mengalami nyeri sedang sampai berat sebanyak 41% pasien
postoperasi sebelum hari pertama 30% pasien pada ke 1, 19% pasien pada hari ke
2, 16% pasien pada hari ke 3 dan 14% pasien pada hari ke 4, 22% hal ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan Sandika et al, (2015) yang menyatakan bahwa
50% pasien post operasi mengalami nyeri hebat dan 10% pasien mengalami nyeri
sedang sampai hebat. Berdasarkan data di RSUD dr. Sayidiman Magetan bulan
Dampak yang serius dapat muncul akibat nyeri yang tidak ditangani, baik
jangka pendek maupun jangka panjang. Apabila nyeri pada pasien post operasi
tertunda, hospitalisasi pasien menjadi lebih lama, tingkat komplikasi yang tinggi
dan membutuhkan lebih banyak biaya. Hal ini karena pasien memfokuskan
2
seluruh perhatiannya pada nyeri yang dirasakan (Smeltzer& Bare, 2008). Selain
yang akan menimbulkan respon fisik dan psikis (Potter, P. A & Perry A. G, 2005).
jawab yang sangat besar, dimana perawat dituntut untuk melaksanakan perannya
utama yang spesifik dalam meningkatkan rasa nyaman bagi pasien yang sedang
nyeri non farmakologis menjadi lebihmurah, mudah, efektif dan tanpa efek yang
dan Relaksasi.Dan salah satu metode relaksasi yang bisa digunakan Teknik
pada tubuh dan pikiran, dengan mengalihkan perhatian pasien kepada relaksasi
yang bersumber dari diri sendiri sehingga dapat membuat pasien tidak focus
merasakan nyeri (Aryanti, N,P, 2007). Teknik relaksasi bertujuan agar individu
dapat mengontrol diri ketika terjadi rasa ketegangan dan stres yang membuat
individu merasa dalam kondisi yang tidak nyaman (Potter, P.A & Perry A. G,
3
2005). Perbandingan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya oleh Nung Ati
Penurunan Skala Nyeri Pada Ibu Post Operasi Sectio Saecarea. Persamaan :
variabel bebas yang diteliti yaitu Terapi Relaksasi Autogenik, variabel terikat
yang diteliti yaitu Penurunan Skala Nyeri. Perbedaan : objek yang diteliti,
Penurunan Tingkat Nyeri Pada Pasien Post Operasi Fraktur di RSUD dr.
Sayidiman Magetan”.
Tingkat Nyeri Pada Pasien Post Operasi Fraktur di RSUD dr. Sayidiman
Magetan?”
4
1.3.2 Tujuan Khusus
Magetan
Magetan.
5
pertimbangan bagi mahasiswa yang akan dan sedang praktek
keperawatan dasar.
4. Bagi Responden
responden dan dapat diterapkan pada responden yang yang telah baru
6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
disertai dengan luka sekitar jaringan lunak, kerusakan otot, rupture tendon,
kerusakan p embuluh darah, dan luka organ-organ tubuh dan ditentukan sesuai
jenis dan luasnya, terjadinya fraktur jika tulang dikenai stress yang lebih besar
dari yang besar dari yang dapat diabsorbsinya (Smeltzer & Bare, 2001). Fraktur
adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya
fraktur terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang dapat
gerakan punter mendadak, dan bahkan kontraksi otot ekstrem (Bruner & Sudarth,
2002). Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang
dan atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Sjamsuhidayat
2.1.2 Etiologi
1. Kekerasan langsung
7
2. Kekerasan tidak langsung
Menurut Long, B,C (1996) penyebab fraktur adalah benturan cidera (jatuh
1. Klasifikasi etiologis
a. Fraktur traumatik
kelainan bawaan) dan dapat terjadi secara spontan atau akibat trauma
ringan.
8
c. Fraktur stress, terjadi karena adanya stress yang kecil dan berulang-
ulang pada daerah tulang yang menopang berat badan. Fraktur stress
2. Klasifikasi klinis
nonumion,infeksi tulang.
3. Klasifikasi radiologis
dislokasi.
c. Menurut ekstensi : fraktur total, fraktur tidak total, fraktur buckle atau
dan impaksi).
9
4. Fraktur terbuka dibagi atas 3 derajat, yaitu :
a. Derajat I :
1) Luka < 1cm. Kerusakan jaringan lunak sedikit, tidak ada tanda luka
remuk.
3) Kontaminasi minimal.
b. Derajat II :
1) Laserasi > 1 cm
4) Kontaminasi sedang.
c. Derajat III :
Menurut Smeltzer & Bare (2005) jenis fraktur yang khusus lain seperti:
1. Greenstick: salah satu sisi tulang patah dan sisi lainnya membengkok.
10
7. Depresif: fraktur dengan fragmen patahan terdorong kedalam (pada tulang
tengkorak)
Osteosarcoma.
distal
2. Nyeri pembengkakan.
3. Terdapat trauma (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian, atau jatuh di
5. Deformitas.
11
6. Kelainan gerak.
rehabilitasi.
1. Reduksi fraktur
dan rotasi anatomis. Reduksi bisa dilakukan secara tertutup, terbuka dan
traksi tergantung pada sifat fraktur namun prinsip yang mendasarinya tetap
sama.
a. Reduksi tertutup
b. Reduksi terbuka
c. Traksi
12
1) Traksi kulit : Buck traction, Russel traction, Dunlop traction
efek traksi.
2. Imobilisasi fraktur
traksi kontinu pin dan teknik gips. Fiksator interna dengan implant logam.
Komplikasi fraktur menurut Brunner & Suddarth (2005) dibagi menjadi 2 yaitu:
1. Komplikasi awal
a. Syok
organ yang sangat vaskuler maka dapat terjadi perdarahan yang sangat
besar sebagai akibat dari trauma khususnya pada fraktur femur dan
fraktur pelvis.
13
b. Emboli lemak
Pada saat terjadi fraktur, globula lemak dapat masuk kedalam darah
karena tekanan sumsum tulang lebih tinggi dari tekanan kapiler dan
c. Compartment Syndrome
koagulopati intravaskular.
2. Komplikasi lambat
14
b. Nekrosis avaskular
darah dan mati. Tulang yang mati mengalami kolaps atau diabsorpsi
1. Fungsinya/ tujuannya,
15
c. Reparatif: memperbaiki luka multiple
klien.
b. Minor Operasi pada sebagian kecil dari tubuh yang mempunyai resiko
antara lain yaitu hipotensi dan hipertensi. Hipotensi didefinisikan sebagai tekanan
darah systole kurang dari 70 mmHg atau turun lebih dari 25% dari nilai
dan hipnosis yang tidak adekuat, batuk, penyakit hipertensi yang tidak diterapi,
post operasi adalah perdarahan dengan manifestasi klinis yaitu gelisah, gundah,
terus bergerak, merasa haus, kulit dingin-basah-pucat, nadi meningkat, suhu turun,
pernafasan cepat dan dalam, bibir dan konjungtiva pucat dan pasien melemah.
16
hematoma, infeksi, gangguan BAK serta komplikasi yang dapat terjadi adalah
oleh stimulus tertentu. Stimulus nyeri dapat berupa stimulus yang bersifat fisik,
maupun mental. Nyeri bersifat subjektif, sehingga respon setiap orang tidak
samasaat merasakan nyeri. Nyeri tidak dapat diukur secara objektif, misalnya
dapat mengukur tingkatan nyeri yang dialaminya (Potter, P, A & Perry, G 2006).
Nyeri diartikan sebagai suatu keadaan yang tidak menyenangkan akibat terjadinya
rangsangan fisik maupun dari serabut saraf dalam tubuh ke otak dan diikuti oleh
ujung saraf sangat bebas yang memiliki sedikit mielin yang tersebar pada kulit
dan mukosa, khususnya visera, persendian, dinding arteri, hati, dan kantong
empedu. Reseptor nyeri dapat memberikan respons akibat adanya stimulasi atau
rangsangan. Stimulasi tersebut dapat berupa kimiawi, termal, listrik atau mekanis.
impuls-impuls nyeri ke sumsum tulang belakang oleh dua jenis serabut, yaitu
serabut A (delta) yang bermielin rapat dan serabut lamban (serabut C). Impuls-
17
impuls yang ditransmisikan oleh serabut delta A mempunyai sifat inhibitor yang
dorsal (dorsal root) serta sinaps pada dorsal horn. Dorsal horn terdiri dari
beberapa lapisan atau lamina yang saling berikatan. Di antara lapisan dua dan tiga
dan bersambung ke jalur spinal asendens yang paling utama, yaitu jalur
(SRT) yang membawa informasi mengenai sifat dan lokasi nyeri. Dari proses
transmisi terdapat dua jalur mekanisme terjadinya nyeri, yaitu jalur opiate dan
jalur nonopiate. Jalur opiate ditandai oleh pertemuan reseptor pada otak yang
terdiri atas jalur spinal desendens dari talamus, yang melalui otak tengah dan
1. Respon fisiologis
dan sistem saraf otonom. Hal ini terjadi karena pada saat impuls nyeri naik
18
ke medula spinalis menuju ke batang otak dan talamus, sistem saraf
Perry, G, 2006).
2. Respon perilaku
Menurut Berman, Snyder, Kozier, & Erb, (2009) Pada saat nyeri
dirasakan, saat itu juga dimulai suatu siklus, yang apabila nyeri tidak
dengan orang lain dan merawat diri sendiri. Respon perilaku terhadap rasa
nyeri adalah sebagai berikut : gigi mengatup, menutup mata dengan rapat,
Klasifikasi nyeri secara umum dibagi menjadi dua, yakni nyeri akut dan
kronis. Nyeri akut merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat
peningkatan tegangan otot. Nyeri kronis merupakan nyeri yang timbul secara
19
perlahan-lahan. Contoh dari nyeri kronis adalah nyeri pada penyakit terminal, dan
1. Usia
dan lansia).
2. Jenis Kelamin
laki-laki harus berani dan tidak boleh menangis, sedangkan seorang anak
3. Kebudayaan
mengatasi nyeri. Individu mempelajari apa yang diharapkan dan apa yang
20
mengekspresikan nyeri merupakan sifat kebudayaan yang lain. Beberapa
tertutup. Suatu pemahaman tentang nyeri dari segi makna dan budaya akan
4. Makna nyeri
5. Perhatian
lain.
6. Ansietas
21
menimbulkan suatu perasaan ansietas. Apabila rasa cemas tidak
7. Keletihan
akan menerima nyeri dengan lebih mudah pada masa mendatang. Ada dua
8. Gaya Koping
22
2.3.6 Penilaian Klinis Nyeri
al (2002) dalam Datak (2008), NRS merupakan skala nyeri yang paling
sering dan lebih banyak digunakan di klinik, khususnya pada kondisi akut,
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Keterangan :
0 = tidak ada nyeri
1-3 = Nyeri ringan
4-6 = Nyeri sedang
7-9 = Sangat nyeri, tapi masih bisa dikontrol
10 = Sangat nyeri dan tidak bisa dikontrol
nyeri, nyeri ringan, nyeri sedang, nyeri berat, dan nyeri luar biasa yang
tidak tertahankan. Skala pada VRS merupakan sebuah garis yang terdiri
dari tiga sampai lima kata yang tersusun dengan jarak yang sama di
23
sepanjang garis. Skala ini diurutkan dari tidak terasa nyeri sampai dengan
menunjukkan kepada klien tentang skala tersebut dan meminta klien untuk
2006).
VAS merupakan suatu garis lurus yang mewakili intensitas nyeri dan
memiliki alat keterangan verbal pada setiap ujungnya. Skala ini memberi
mengidentifikasi setiap titik pada rangkain dari pada dipaksa memilih satu
kata atau satu angka (Potter, P, A & Perry, G, 2006). Skala ini
sedang bila nilai antara 4-7 dikatakan sebagai nyeri hebat apabila nilai di
24
4. Face Pain Scale (FPS)
buruk). FPS biasa digunakan untuk mengkaji intensitas nyeri pada anak-
0 1 2 3 4 5 6
Gambar 2.3 Face pain scale (FPS)
atau dengan morfin sulfat 10- 15mg, namun penggunaan analgesik yang
25
kemampuan pasien sendiri untuk mengontrol nyerinya (Cunningham, F,G,
2006).
mengontrol nyeri agar sensasi nyeri dapat berkurang serta masa pemulihan
menit. Dalam hal ini, terutama saat nyeri hebat yang berlangsung selama
lebih murah, mudah, efektif dan tanpa efek yang merugikan (Potter, P, A
& Perry, G, 2005). Menurut Smeltzer & Bare (2001) penanganan nyeri
a. Masase kutaneus
26
b. Terapi panas
mempercepat penyembuhan.
d. Distraksi
e. Imajinasi
f. Relaksasi
27
3. Menurut Nail, Niven(2000) teknik relaksasi memerlukan 4 elemen dasar
yaitu :
matanya
b. Persiapan mental, dalam hal ini biasanya sebuah suku kata diulang
berkali-kali dalam hati atau dengan tonus suara rendah pada diri
nyaman
4. Menurut Nail, Niven (2000) ada beberapa teknik relaksasi yang bisa Anda
lakukan, di antaranya;
akan membantu untuk berfokus pada jeda antara otot yang tegang dan
tubuh. Contoh tegangkan otot pada jari-jari kaki selama 5 detik, lalu
28
lakukan hal yang sama. Terus lakukan hal tersebut hingga ke tubuh
bagian atas.
hal ini, sebaiknya cari tempat yang nyaman, jauh dari kebisingan, dan
29
2.4 KONSEP RELAKSASI AUTOGENIC
seseorang merasakan bebas mental dan fisik dari ketegangan dan stres. Teknik
relaksasi bertujuan agar individu dapat mengontrol diri ketika terjadi. rasa
ketegangan dan stres yang membuat individu merasa dalam kondisi yang tidak
bersumber dari diri sendiri sehingga dapat membuat pasien tidak fokus merasakan
nyeri (Aryanti, N,P, 2007). Menurut Mills & Budd (2000) teknik relaksasi
(misalnya, tangan merasa hangat dan berat) yang difasilitasi oleh sugesti diri
satu contoh dari teknik relaksasi yang berdasarkan konsentrasi pasif dengan
bersumber dari diri sendiri dengan menggunakan kata-kata atau kalimat pendek
30
bahwa relaksasi autogenic membantu individu untuk dapat mengendalikan
beberapa fungsi tubuh seperti tekanan darah, frekuensi jantung dan aliran darah.
teknik atau usaha yang disengaja diarahkan pada kehidupan individu baik
keadaan baik atau tidak, bisa ditentukan oleh perubahan kondisi yang semula
tegang menjadi rileks. Kondisi psikologis individu akan tampak pada saat
individu mengalami tekanan baik bersifat fisik maupun mental, setiap individu
memiliki respon yang berbeda terhadap tekanan, tekanan dapat berimbas buruk
pada respon fisik, psikologis serta kehidupan sosial seorang individu. Teknik
ketegangan otot, denyut nadi menurun, perubahan kadar lemak dalam tubuh, serta
penurunan proses inflamasi. Teknik relaksasi memiliki manfaat bagi pikiran kita,
dalam tubuh (Potter, P, A & Perry, G, 2005). Teknik relaksasi autogenic mengacu
pada konsep baru. Selama ini, fungsi-fungsi tubuh yang spesifik dianggap berjalan
secara terpisah dari pikiran yang tertuju pada diri sendiri. Teknik relaksasi ini
membantu individu dalam mengalihkan secara sadar perintah dari diri individu
31
tersebut. Hal ini dapat membantu melawan efek akibat stress yang berbahaya bagi
tubuh. Teknik relaksasi autogenic memiliki ide dasar yakni untuk mempelajari
tubuh (lengan, tangan, tungkai dan kaki) menjadi hangat dan berat. Sensasi hangat
dan berat ini disebabkan oleh peralihan aliran darah (dari pusat tubuh ke daerah
tubuh yang diinginkan), yang bertindak seperti pesan internal, menyejukkan dan
akan membantu tubuh untuk membawa perintah melalui autosugesti untuk rileks
suhu tubuh. Imajinasi visual dan mantra-mantra verbal yang membuat tubuh
merasa hangat, berat dan santai merupakan standar latihan relaksasi autogenic
merupakan efek yang bisa dirasakan dari relaksasi autogenic. Tubuh merasakan
32
menenangkan yang ditimbulkan oleh relaksasi ini mengubah fisiologi dominan
Bantal yang tipis dapat diletakkan di bawah kepala atau lutut untuk
menyangga, asalkan tubuh tetap nyaman dan posisi tubuh tetap lurus.
diubah menjadi bersandar/duduk tegak pada kursi. Saat duduk jaga agar
kepala tetap sejajar dengan tubuh dan letakkan kedua tangan di pangkuan
abdomen, latihan kepala dan langkah terakhir yaitu akhir latihan. Praktisi
pengaktifan.
33
Ungkapan kehangatan yang dipakai dalam relaksasi ini seperti “aku
Ungkapan lamunan yang digunakan pada teknik relaksasi ini seperti“ jauh
34
hitungan 1 hingga 9, yang dilakukan sebanyak 6 kali. Ketika
titik imajiner yang berada pada 2 inci (+ 2,5 cm) dari lubang hidung.
latihan tetap mempertahankan irama nafas untuk tetap tenang, dan selalu
nyeri.
35
4. Procedure :Waktu yang dibutuhkan untuk memberikan terapi relaksasi
autogenik
berikut.
b. Lakukan hal yang sama pada bahu, punggung, leher dan kaki
36
9. Langkah 3 : Merasakan denyut jantung
a. Tempelkan tangan kanan pada dada kiri dan tangan kiri pada perut
c. Ulangi 6 kali
c. Ulangi 6 kali.
ditemukan efek besar pada perbandingan untuk pre dan post intervensi teknik
relaksasi autogenic, efek menengah terhadap kelompok kontrol, dan tidak ada
efek bila dibandingkan dengan terapi psikologis yang lain. Relaksasi autogenic
efektif dilakukan selama 20 menit dan relaksasi autogenic dapat dijadikan sebagai
37
BAB 3
b. Visualisasi
c. Autogenic
Penurunan Skala Nyeri
Visual Analogue Scale (VAS)
Keterangan :
: di teliti : berpengaruh
: tidak diteliti
38
Nyeri setelah post operasi fraktur merupakan hal yang fisiologis, tetapi hal
ini merupakan salah satu keluhan yang paling ditakuti oleh klien setelah
pembedahan, sensasi nyeri mulai terasa sebelum kesadaran klien kembali penuh,
mengurangi nyeri secara non farmakologis salah satunya yaitu dengan tehnik
penelitian maka hipotesis dapat benar atau juga salah, dapat diterima atau ditolak
(Notoadmojo, 2010).
39
BAB 4
METODE PENELITIAN
Desain penelitian adalah suatu strategi untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan dan berperan sebagai pedoman atau penuntun peneliti pada seluruh
eksperimen one group pretest-postest design. Penelitian ini dilakukan dengan cara
berikut :
4.2.1 Populasi
40
sampel maupun di luar sampel. Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien
post operasi fraktur hari ke dua di RSUD dr. Sayidiman Magetan pada bulan
4.2.2 Sampel
ini adalah sebagian pasien post operasi fraktur, yang metode penetapan sampel
dengan memilih beberapa sampel tertentu yang dinilai sesuai dengan tujuan atau
Magetan. Sampel adalah sebagian dari keseluruhan obyek yang diteliti yang
Umar dalam Elsa, (2015) jumlah sampel untuk penelitian eksperimental minimal
N
n=
1 + N (d)2
n= 32 32
= = 24
1 + 32 (0,1) 2 1 + 0,32
Keterangan :
n = Jumlah Sampel
N = Jumlah Populasi
d = Tingkat Signifikansi/kesalahan (0,1)
41
4.2.3 Kriteria Sampel
mempunyai pengaruh terhadap variabel yang kita teliti. Kriteria sampel dapat
1. Kriteria Inklusi
b. Pasien yang mengalami nyeri post operasi fraktur setelah efek anastesi
hilang.
2. Kriteria Ekslusi
sampel tertentu yang dinilai sesuai dengan tujuan atau masalah penelitian dalam
42
4.4 Kerangka Kerja Penelitian
Populasi:
Semua pasien post operasi fraktur di RSUD dr. Sayidiman Magetan selama
bulan Juni – Juli 2019 rata-rata per bulan berjumlah 32 pasien.
Sampel :
Sebagian pasien post operasi fraktur yang kebetulan ditemui peneliti selama 1
bulan di RSUD dr. Sayidiman Magetan sejumlah 24 pasien
Sampling :
Purposive sampling
Desain Penelitian :
pra eksperimen one group pretest-posttest design
Variabel
Variabel Bebas : Variabel Terikat :
Relaksasi autogenik Tingkat nyeri pasien post op
fraktur
Pengumpulan Data
Lembar observasi
Penyajian Data
Tabel, diagram dan narasi
Pelaporan Hasil
Gambar 4.1 Kerangka Kerja Pengaruh Tehnik Relaksas Terhadap Penurunan Tingkat
Nyeri Pada Pasien Post Operasi Fraktur Di RSUD dr. Sayidiman Magetan
43
4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
1. Variabel Independen
2. Variabel Dependent
akibat karena variabel bebas. Variabel ini tergantung dari variabel bebas
terhadap perubahan. Variabel ini juga disebut sebagai variabel efek, hasil,
ini adalah penurunan tingkat nyeri pada pasien post operasi fraktur.
melakukan atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena
(Hidayat, 2007).
44
Tabel 4.2 Definisi Operasional Pengaruh Pengaruh Tehnik Relaksasi Autogenik Terhadap Penurunan Tingkat Nyeri Pada Pasien
Post Operasi Fraktur Elektif Di RSUD dr. Sayidiman Magetan
Variabel Definisi Indikator Alat Ukur Skala Skor
Independent : Suatu tehnik untuk 1. Posisi rileks - Inform - -
Relaksasi Autogenik mengalihkan fokus 2. Konsentrasi pernafasan Consent
pasien nyeri post 3. Mengungkapkan Kehangatan - SOP
operasi fraktur dari dan rileks
rasa sakit yang
akan muncul tiba-
tiba.
Dependent: Perubahan rasa 1. Pernyataan verbal yang - Lembar Numeric Nyeri Ringan : 1-3
perubahan nyeri merupakan menyatakan penilaian nyeri observasi Nyeri Sedang : 4-7
penurunan tingkat pengalaman sensori post operasi fraktur - Skala Nyeri Hebat : 8-10
nyeri dan emosional yang - (nyeri ringan) secara obyektif (VAS)
tidak klien tidak menyeringai & Visual
menyenangkan mendesis dapat menunjukan
Analogue
akibat nyeri yang lokasi nyeri.
berhubungan luka - (nyeri sedang) : klien dapat Scale
insisi bekas operasi mengontrol nyeri secara
fraktur. terus menerus, berbicara
tidak begitu lancar.
- (nyeri hebat) klien sudah tidak
mampu lagi berkomunikasi,
memukul, tidak terkontrol.
45
4.6 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti
dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih
baik (cermat, lengkap dan sistematis) sehingga lebih mudah diolah (Saryonto,
prosedur (SOP) dan lembar observasi untuk variabel dependen (tingkat nyeri)
46
dari BAKESBANGPOL, selanjutnya mengurus perijinan kepada Direktur
4. Penelitian dilakukan dengan melalui ijin kepala ruang IRNA III Orthopedi
47
4.9 Pengolahan data dan Teknik Analisa Data
disebabkan karena data yang diperoleh langsung dari penelitian masih mentah,
sebagai berikut :
1. Editing
apabila tidak memungkinkan, maka data yang tidak lengkap tersebut tidak
2. Coding
dengan memberikan kode. Pada penelitian ini hasil dari scoring diberikan
48
3. Scoring
sebagai berikut :
4. Tabulating
Keluaran akhir dari analisis data harus memperoleh makna atau arti dari hasil
penelitian.
relaksasi autogenik terhadap penurunan tingkat nyeri pada pasien post operasi
prosentase dari tiap variable. Analisa ini akan menggunakan SPSS 16 for
Windows.
49
1. Data Umum
a. Distribusi Frekuensi
rumus :
Keterangan :
∑ P = Prosentase
∑F = Frekuensi responden
N = Total responden
No Pain :0
2. Data Khusus
a. Variabel Independen
50
b. Variabel Dependen
sebagai berikut :
statistik yang digunakan adalah uji statistik Uji – t berpasangan (paired t-test)
adalah salah satu metode pengujian hipotesis dimana data yang digunakan tidak
bebas (berpasangan). Ciri-ciri yang paling sering ditemui pada kasus yang
memperoleh 2 macam data sampel, yaitu data dari perlakuan pertama dan data
data tersebut berdistribusi normal maka dapat digunakan teknik analisis Uji-T.
Dan sebaliknya jika data berdistribusi tidak normal maka tidak dapat
Wilcoxon Signed Rank Test. dasar pengambilan keputusan dalam uji wilcoxon jika
nilai Asymp.Sig. (2-tailed) lebih kecil dari < 0,05, maka Ha diterimal, sebaliknya,
jika nilai Asymp.sig. (2-tailed) lebih dari > 0,05, maka ha ditolak.
51
4.11 Etika Penelitian
manusia tidak terlepas dari etika atau moral. Demikian juga dalam kegiatan
manusia lain sebagai objek penelitian juga tidak terlepas dari etika atau sopan
dalam hak dan kewajibannya. Pelaku penelitian atau peneliti dalam menjalankan
ilmiah (scientific attitude) serta berpegang teguh pada etika penelitian meskipun
untuk tidak memberikan apa yang diketahuinya kepada orang lain. Oleh
52
membedakan jender, agama ,etnis, dan sebagainya. serta perlunya prinsip
penelitian harus dapat mencegah atau paling tidak mengurangi rasa sakit,
53
BAB 5
umum dan spesialistik, termasuk pelayanan penunjang medis serta sebagai sarana
unggulan dalam Bidang Pav. Wijaya Kusuma, trauma Center IGD Terpadu.
Rumah Sakit ini mempunyai luas tanah 39.000 m dengan luas bangunan 14360 m.
Kepala Ruangan IRNA III Orthopedi RSUD dr.Sayidiman Magetan adalah Didik
Terdapat 24 bed dalam ruangan untuk pasien rawat inap post op fraktur.
relaksasi autogenik terhadap penurunan tingkat nyeri pada pasien post operasi
dan prosentase dari tiap variable. Analisa ini akan menggunakan SPSS 16 for
Windows.
54
1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin.
Pada tabel 5.1 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden adalah
Pada tabel 5.2 dapat diketahui bahwa rata-rata usia responden yang
tahun sedangkan yang tertua usia 64 tahun. Di IRNA III Orthopedi RSUD
dr.Sayidiman Magetan.
55
Pada tabel 5.3 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi dan Persentase Tingkat Nyeri Pasien Post
Operasi Fraktur Sebelum Perlakuan Relaksasi Autogenik
Tingkat Nyeri Frekuensi (f) Persentase (%)
Ringan 3 12,5
Sedang 21 87,5
Total 24 100
21 orang.
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi dan Persentase Tingkat Nyeri Pasien Post
Operasi Fraktur Setelah Perlakuan Relaksasi Autogenik
Tingkat Nyeri Frekuensi (f) Persentase (%)
Ringan 19 79,2
Sedang 5 20,8
Total 24 100
56
5.3 Data Khusus
Analisa Bivariat adalah analisis yang dilakukan terhadap dua variabel yang
Tabel 5.7 Uji Normalitas Pengaruh Teknik Rel aksasi Autogenik terhadap
Penurunan Tingkat Nyeri
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
program SPSS versi 16.0 ini diperoleh nilai p = 0,000 (p < 0,05) maka uji
57
menggunakan alternatif uji Wilcoxon dengan hasil nilai dapat diketahui
hasil didapatkan hasil nilai p= 0,000 ( p < 0,05) maka Ho ditolak. Dapat
5.4 Pembahasan
relaksasi autogenik didapatkan nyeri sedang 21 orang dan nyeri ringan 3 orang.
Rata-rata nyeri dialami oleh perempuan dan usia antara 26 tahun. Nyeri pada
pasien post operasi fraktur tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor.
makna nyeri, perhatian dan anisetas Potter, P, A & Perry, G 2006 dalam Nuryati
2015). Dalam penelitian ini dijelaskan beberapa faktor pencetus nyeri salah satu
nya adalah jenis kelamin, perempuan cenderung subjektif dalam menilai nyeri,
dibandingkan wanita (Black & Hawks, 2014; Smeltzer & Bare, 2012). Beberapa
kebudayaan menganggap bahwa seorang anak laki-laki harus berani dan tidak
situasi yang sama Potter, P, A & Perry, G 2006 dalam Nuryati, 2015).
mempengaruhi respons terhadap rasa nyeri. Jika nyeri pada laki-laki lebih banyak
58
direspons secara fisik, pada perempuan nyeri bisa mempengaruhi emosi dan
suasana hati (mood) Potter, P, A & Perry, G 2006 dalam Nuryati, 2015). Hasil
penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Siregar (2014) bahwa
Faktor lain yang juga mempengaruhi nyeri adalah usia. Hasil penelitian
ditemukan bahwa rata-rata usia adalah 26-45 tahun. Pada usia tersebut responden
terjadi penurunan lapisan sub kutan, perbaikan sel epidermis lebih lambat akan
menimbulkan nyeri lebih lama pada lansia (Mickey S dan Patricia GB, 2007).
Hasil penelitian yang menunjukan bahwa intensitas nyeri lebih tinggi pada pasien
usia lebih tua daripada pasien dewasa muda, sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Melton et al., (2008) Dapat disimpulkan bahwa data ini
menunjukkan bahwa hubungan rasa nyeri atau gangguan lebih lemah pada orang
lebih muda dibandingkan orang yang lebih tua. Sedangkan secara teori
menyatakan lanjut usia (lansia) berespon terhadap nyeri dapat berbeda dengan
cara berespon orang yang berusia lebih muda (Smeltzer & Bare, 2012).
Beberapa faktor yang memengaruhi respon orang tua antara lain orang tua
berpendapat bahwa nyeri yang terjadi merupakan sesuatu yang harus mereka
terima (Herr & Mobily, 1991, dalam Potter & Perry 2006 ) kebanyakan orang tua
takut terhadap efek samping obat dan menjadi ketergantungan, sehingga mereka
59
Penatalaksanaan yang tidak adekuat dapat berhubungan dengan rasa
lamanya proses penyembuhan nyeri dan gangguan tidur (Cavaliery, 2002). Salah
obtan pereda nyeri dan non farmakologi salah satunya adalah tehnik relaksasi
autogenik.
nyeri sedang 5 orang, dengan nilai p = 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa nilai
p<0,05, berarti terdapat penurunan tingkat nyeri pada pasien post operasi fraktur
merasakan bebas mental dan fisik dari ketegangan dan stres. Teknik relaksasi
mengalihkkan perhatian pasien kepada relaksasi yang bersumber dari diri sendiri
sehingga dapat membuat pasien tidak fokus merasakan nyeri (Aryanti, N,P, 2007).
nyeri yang terjadi atau arti nyeri bagi individu. Hal ini sesuai dengan teori yang
60
berbalik menjadi rasa marah, frustasi dan rasa lelah. Rasa kelelahan
koping. Hal ini dapat menjadi masalah umum pada setiap individu yang menderita
penyakit dalam jangka waktu yang lama (Potter dan Perry 2005 dalam Nuryati,
Pengaruh Relaksasi Autogenik Terhadap Penurunan Skala Nyeri Pada Ibu Post
Operasi Sectio Saecarea. Persamaan : variabel bebas yang diteliti yaitu Terapi
Relaksasi Autogenik, variabel terikat yang diteliti yaitu Penurunan Skala Nyeri.
operasi Sectio Saesarea dan penelitian ini menggunakan pasien post operasi
perubahan tingkat nyeri pasien post op fraktur di IRNA III Orthopedi RSUD dr
Sayidiman Magetan.
Berdasarkan hasil penelitian tingkat nyeri pada pasien post operasi fraktur
yaitu sebelum dan setelah diberi perlakuan teknik relaksasi autogenic yang
dianalisa dengan uji wilcoxon, didapatkan nilai p = 0,000. Hal ini menunjukkan
bahwa nilai p<0,05, berarti terdapat penurunan tingkat nyeri pada pasien post
operasi fraktur yang signifikan antara sebelum relaksasi autogenic dengan setelah
61
relaksasi autogenik yang berarti terdapat pengaruh teknik relaksasi autogenic
tubuh (lengan, tangan, tungkai dan kaki) menjadi hangat dan berat. Sensasi hangat
dan berat ini disebabkan oleh peralihan aliran darah (dari pusat tubuh ke daerah
tubuh yang diinginkan), yang bertindak seperti pesan internal, menyejukkan dan
akan membantu tubuh untuk membawa perintah melalui autosugesti untuk rileks
suhu tubuh. Imajinasi visual dan mantra-mantra verbal yang membuat tubuh
merasa hangat, berat dan santai merupakan standar latihan relaksasi autogenic
merupakan efek yang bisa dirasakan dari relaksasi autogenic. Tubuh merasakan
yang lain terhadap penerapan relaksasi autogenik maka dianjurkan bagi semua
62
responden untuk tidak melakukan tindakan apapun seperti mengoleskan minyak
kayu putih, balsem dan juga mengkonsumsi obat - obatan penurun nyeri selama
tingkat nyeri pada pasien post operasi fraktur dan dapat membiaskan hasil
penelitian.
perubahan tingkat nyeri pasien post op fraktur di IRNA III Orthopedi RSUD dr
Sayidiman Magetan.
63
BAB 6
6.1 Kesimpulan
penurunan tingkat nyeri pada pasien post operasi fraktur setelah perlakuan
dengan nilai p< 0,05 ,dengan uji Wilcoxon p=0,000 menunjukan terdapat
penurunan tingkat nyeri pada pasien post operasi fraktur yang signifikan
6.2 Saran
sebagai berikut.
64
1. Bagi institusi tempat penelitian Rumah Sakit.
dan hasil penelitian dan dapat menambah sumber referensi dan daftar
terapi relaksasi autogenic dengan penurunan tingkat nyeri pada pasien post
op fraktur.
yang lebih besar dan frekuensi latihan yg lebih banyak sehingga hasil
65
4. Bagi Responden
66
DAFTAR PUSTAKA
Berman, Snyder, Kozier, Erb. (2009). Buku Ajar Keperawatan Klinis Kozier &
Erb. Edisi 5, Jakarta: EGC
Bruner & Suddart. (2002). Buku Ajar Keperawatan Bedah. Edisi 8 Volume 2.
Jakarta : EGC.
Harahap, I, A. (2007). The Relations Among Pain Intensity, Pain Acceptance And
Pain Behavior In Patients With Chronic Cancer Pain In Medan, Indonesia.
Thailand: Copyright of Prince of Songkla University
Kisner & Colby. (2007). Therapeutic Exercise, Foundations and Techniques, 5th
Ed, Philadelphia : Davis Company.
Lemone, P., & Burke, M.K. (2008). Medicalsurgical nursing: Critical thinking in
clien care. New Jersey: Pearson Education Inc.
67
Majid. (2011). Keperawatan Perioperatif, Edisi 1. Yogyakarta: Goysen
Publishing.
Molton, et al. (2008). Phantom limb pain and pain interference in adults with
lower extremity amputation: The moderating effects of age.
http://search.proquest.com/docview/614 493509/abstract, (diakses 22 Sept
2019).
Nail, Niven. (2000). Editor Monica Ester. Psikologi Kesehatan : Pengantar Untuk
Perawat dan Profesi Kesehatan Lain, Edisi 2, Jakarta : EGC.
Nuryati, Nung Ati. (2015). Relaksasi Autogenik Terhadap Penurunan Skala Nyeri
Pada Ibu Post Operasi Sectio Saecare. Jurnal Skolastik Keperawatan.
Universitas Advent Indonesia,
https://www.neliti.com/id/publications/130503/relaksasi-autogenik-terhadap
penurunan-skala-nyeri-pada-ibu-post-operasi-sectio.
Perry & Potter. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Konsep Proses dan
Praktik, Edisi 4.Volume 2. EGC : Jakarta.
Price & Wilson. (2006). Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit, Alih
Bahasa, dr. Brahm U, Penerbit, Jakarta : EGC.
68
Ekstremitas. Jurnal Keperawatan Medikal Bedah, Volume 1, Nomor : 2,
Mei 2017:81-90.
Smeltzer & Bare. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner &
Suddarth, Volume 2, Edisi 8, Jakarta : EGC.
World Health Organization. (2012). “A world wide report on road traffic injury
prevention”, http://eprints.ums.ac.id/30916/2/BAB-I.pdf, (diakses 13 Mei
2017).
69
Lampiran 1
70
Lampiran 2
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
Lampiran 3
81
82
Lampiran 4
Kepada
Yth. Calon Responden
Di Tempat
Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah mahasiswa Program Studi
Ilmu Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun,
Nama : Anugrah Hani Ari Wibowo
Nim : 201302007
Bermaksud melakukan penelitian tentang “Pengaruh Teknik Relaksasi
Autogenic Terhadap Penurunan Tingkat Nyeri Pada Pasien Post Operasi Fraktur
di IRNA III Orthopedi RSUD dr. Sayidiman Magetan”. Sehubungan dengan ini,
saya mohon kesediaan saudara/i untuk bersedia menjadi responden dalam
penelitian yang akan saya lakukan. Kerahasiaan data pribadi saudara akan sangat
kami jaga dan informasi yang akan saya gunakan untuk kepentingan penelitian.
Demikian permohonan saya, atas perhatian dan kesediaan saudara saya
ucapkan terimakasih.
83
Lampiran 5
Nama :
Alamat :
Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun” bernama Anugrah Hani Ari
Penurunan Tingkat Nyeri Pada Pasien Post Operasi Fraktur di IRNA III Orthope
Saya mengetahui bahwa informasi yang saya berikan ini besar manfaatnya bagi
( )
84
Lampiran 6
85
Lampiran 7
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
TERAPI RELAKSASI AUTOGENIK
TERHADAP PENURUNAN TINGKAT NYERI PADA PASIEN
POST OPERASI FRAKTUR
No. Dokumen No. Revisi Halaman
86
7. Lakukan berulang selama kurang lebih 10 menit, bila tiba-tiba
pikiran melayang, upayakan untuk memfokuskan kembali pada
kata-kata “mantra” tadi.
8. Bila dirasakan sudah nyaman atau rileks, tetap duduk tenang
dengan mata masih tertutup untuk beberapa saat.
9. Langkah terakhir, buka mata secara perlahan-lahan sambil rasakan
kondisi rileks.
Perhatian :
Untuk mencapai hasil yang optimal dibutuhkan konsentrasi penuh
terhadap kata-kata “mantra” yang dapat membuat rileks.
Lakukan prosedur ini sampai 2-3 kali agar mendapatkan hasil yang
optimal.
INDIKATOR A. Respon verbal
PENCAPAIAN 1. Klien mengatakan rileks.
2. Klien mengatakan ketegangan berkurang.
3. Klien mengatakan sudah merasa nyaman.
B. Respon non verbal
1. Klien tampak tenang.
2. Ekspresi wajah klien tidak tampak tegang.
3. Klien dapat melanjutkan pekerjaannya kembali.
4. Tanda-tanda vital : tekanan darah dan nadi dalam batas
normal.
87
Lampiran 8
Frequencies Table
Jenis_Kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Pendidikan
Pekerjaan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
88
Frequencies
[DataSet1] D: \SKRIPSI\SPSS\data responden dengan kriteria.sav
Statistics
Pre post
Valid 24 24
N
Missing 0 0
Frequencies Table
Kat_Nyeri_Pre
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Explore
Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
89
Nonparametric Tests
Ranks
Total 24
c. Post = Pre
a
Test Statistics
post - pre
b
Z -5.728
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on positive ranks.
90
Descriptives
Statistics
Usia
N Valid 24
Missing 0
Mean 43.1667
Median 43.0000
Mode 36.00
Variance 92.928
Skewness .199
Kurtosis -.466
Range 38.00
Minimum 26.00
Maximum 64.00
Sum 1036.00
91
Lampiran 9
DOKUMENTASI
92
Lampiran 11
JADWAL KEGIATAN
93