Anda di halaman 1dari 88

HALAMAN PENGESAHAN

SKRIPSI

HUBUNGAN JENIS CAIRAN PRELOADING DENGAN PENCEGAHAN


KEJADIAN HIPOTENSI PADA PASIEN SECTIO CAESAREA DENGAN SPINAL
ANESTESI DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

Disusun oleh:

FATIMATUZZOHRAH

1811604115

Telah Dipertahankan di Depan Dewan Penguji dan Diterima Sebagai Syarat Untuk Mendapatkan
Gelar Sarjana Terapan Anestesi Program Sarjana Terapan Keperawatan Anestesiologi
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta

Hari/Tanggal : 7 Maret 2022

Penguji I : (Nia Handayani, S.Tr.Kep., M.K.M)

Penguji II : (Nuli Nuryanti Zulala, S.ST., M.Keb)

Mengesahkan

Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta

MOH. ALI IMRON, S.Sos., M.Fis.

iii
i2i
HUBUNGAN JENIS CAIRAN PRELOADING DENGAN PENCEGAHAN
KEJADIAN HIPOTENSI PADA PASIEN SECTIO CAESAREA DENGAN
SPINAL ANESTESI DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

SKRIPSI

Disusun oleh:
FATIMATUZZOHRAH
1811604115

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI


PROGRAM SARJANA TERAPAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSTAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA
(2022)
HUBUNGAN JENIS CAIRAN PRELOADING DENGAN PENCEGAHAN
KEJADIAN HIPOTENSI PADA PASIEN SECTIO CAESAREA DENGAN
SPINAL ANESTESI DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Sebagian Syarat Mencapai Gelar Sarjana Terapan


Kesehatan Anestesiologi di Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas „Aisyiyah Yogyakarta

Disusun oleh:
FATIMATUZZOHRAH
1811604115

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI


PROGRAM SARJANA TERAPAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSTAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA
(2022)

i
HALAMAN PERSETUJUAN

HUBUNGAN JENIS CAIRAN PRELOADING DENGAN PENCEGAHAN


KEJADIAN HIPOTENSI PADA PASIEN SECTIO CAESAREA DENGAN
SPINAL ANESTESI DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

SKRIPSI

Disusun oleh:
FATIMATUZZOHRAH
1811604115

Telah Memenuhi Persyaratan dan disetujui Untuk Mengikuti Ujian Hasil


Program Sarjana Terapan Keperawatan Anestesiologi
di Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas „Aisyiyah
Yogyakarta

Oleh:

Pembimbing:
Nuli Nuryanti Zulala, S.ST., M.Keb

Tanggal: 28 Februari 2022

Tanda tangan:

(Nuli Nuryanti Zulala, S.ST., M.Keb.)

iii
HALAMAN PENGESAHAN

SKRIPSI

HUBUNGAN JENIS CAIRAN PRELOADING DENGAN PENCEGAHAN


KEJADIAN HIPOTENSI PADA PASIEN SECTIO CAESAREA DENGAN SPINAL
ANESTESI DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

Disusun oleh:

FATIMATUZZOHRAH

1811604115

Telah Dipertahankan di Depan Dewan Penguji dan Diterima Sebagai Syarat Untuk Mendapatkan
Gelar Sarjana Terapan Anestesi Program Sarjana Terapan Keperawatan Anestesiologi
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas „Aisyiyah Yogyakarta

Hari/Tanggal : 7 Maret 2022

Penguji I : (Nia Handayani, S.Tr.Kep., M.K.M)

Penguji II : (Nuli Nuryanti Zulala, S.ST., M.Keb)

Mengesahkan

Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas „Aisyiyah Yogyakarta

MOH. ALI IMRON, S.Sos., M.Fis.

iiii
HUBUNGAN JENIS CAIRAN PRELOADING DENGAN PENCEGAHAN
KEJADIAN HIPOTENSI PADA PASIEN SECTIO CAESAREA DENGAN
SPINAL ANESTESI DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
Fatimatuzzohrah1, Nuli Nuryanti Zulala2, Nia Handayani3

ABSTRAK
Latar Belakang : Persalinan metode section caesarea dengan spinal anestesi memiliki
risiko kejadian hipotensi hingga mencapai 80% pada setiap tindakan operasi. Risiko
hipotensi dapat menyebabkan peningkatan angka mortalitas dan morbiditas baik bagi ibu
dan bayi. Tujuan Penelitian : Mengetahui hubungan jenis cairan preloading dengan
pencegahan kejadian hipotensi pasien sectio caesarea dengan spinal anestesi. Metode
Penelitian : Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian analitik observasional
dengan desain penelitian digunakan case control. Sampel pada penelitian ini didapatkan
dengan teknik purposive sampling bagi kelompok kasus dan teknik acak bebas nomor
awal tanpa memperhatikan bulan dan tahun rekam medis pada kelompok kontrol dengan
jumlah total 80 responden yang dibagi menjadi dua kelompok. Analisis data univariat
dilakukan dengan memasukkan distribusi frekuensi setiap variabel. Analisis bivariat
menggunakan uji statistik Chi-Square dan uji Risk Relative pada softwere statistik
komputer. Hasil Penelitian : Tekanan darah pre operasi pasien didapatkan hasil
hipotensi 12,5% dan tidak hipotensi 87,5%. Tekanan darah intra opreasi pasien
didapatkan hasil hipotensi 50% dan tidak hipotensi 50%. Jenis cairan preloading yang
digunakan didapatkan hasil pengguna kristaloid 43,75% dan pengguna koloid 56,25%.
Pasien kelompok hipotensi lebih banyak menggunakan cairan kristaloid yaitu sebanyak
24 responden (60%) dari total 40 responden dan pasien kelompok tidak hipotensi lebih
banyak menggunakan cairan koloid yaitu sebanyak 29 responden (72,5%) dari total 40
responden. Uji bivariat didapatkan hasil hubungan yang signifikan antara jenis cairan
preloading dengan pencegahan kejadian hipotensi dengan nilai (p-value= 0,003) dan
nilai Risk Relative 3,955. Kesimpulan : Ada hubungan jenis cairan preloading dengan
pencegahan kejadian hipotensi pasien section caesarea dengan spinal anestesi dengan
nilai p value 0,003 dan cairan koloid lebih efektif 3,955 kali digunakan sebagai cairan
preloading pasien section caesarea menggunakan spinal anestesi. Saran : Pemilihan
cairan preloading jenis koloid bagi pasien section caesarea dengan spinal anestesi
dianjurkan untuk menurunkan tingkat kejadian hipotensi selama opreasi.

Kata kunci : Preloading, Koloid, Kristaloid, Hipotensi


Jumlah Halaman : 86 Halaman.

_____________________________
1)
Mahasiswa Program Studi Keperawatan Anestesiologi Program Sarjana Terapan
2)
Dosen Pembimbing Skripsi
3)
Dosen Penguji Skripsi

iv
v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
menganugerahkan nikmat, rahmat, dan hidayah-Nya, sehingga penulis mampu
menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan Jenis Cairan Preloading Dengan
Pencegahan Kejadian Hipotensi Pada Pasien Sectio Caesarea Dengan Spinal Anestesi”
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Terapan Kesehatan pada
Program Syudi Diploma IV Keperawatan Anestesiologi Universitas „Aisyiyah
Yogyakarta. Skripsi ini terwujud atas bimbingan, arahan, dan bantuan dari berbagai
pihak dan pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada :
1. Ibu Warsiti, S.Kp., M.Kep., Sp. Mat, selaku Rektor Universitas „Aisyiyah
Yogyakarta.
2. Bapak M. Ali Imron, S.Sos., M.Fis, selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas 'Aisyiyah Yogyakarta.
3. Bapak dr. Joko Murdiyanto, Sp.An.,MPH, selaku Ketua Program Studi D4
Keperawatan Anestesiologi Universitas „Aisyiyah Yogyakarta.
4. Ibu Nuli Nuryanti Zulala, S.ST., M.Keb, selaku dosen pembimbing pada
penyusunan skripsi sekaligus dewan penguji 2.
5. Ibu Nia Handayani, S.Tr.Kep., M.K.M, selaku dewan penguji 1 sekaligus dosen
pembimbing akademik selama perkuliahan.
6. Tim dosen D4 Keperawatan Anestesiologi yang sudah memberikan ilmu selama
perkuliahan.
7. Kedua orang tua dan kakak – kakak yang selalu mendoakan dan menyemangati
baik secara materi maupun spiritual.
8. Sahabat dan juga teman – teman yang sudah mau bersama sama berjuang dan
memberi dukungan dalam proses penyusunan skripsi.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih mempunyai kekurangan,
sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk skripsi ini.
Wassalamu‟alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Yogyakarta, 28 Februari 2022
Penulis.

vi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i

HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... iiii

ABSTRAK ............................................................................................................ iiv

ABSTRACT .............................................................................................................. v

KATA PENGANTAR............................................................................................ vi

DAFTAR ISI ......................................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. x

DAFTAR TABEL .................................................................................................. xi

LAMPIRAN - LAMPIRAN .................................................................................. xii

BAB I ...................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN ................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 7

C. Tujuan ............................................................................................................ 7

D. Manfaat Penelitian ......................................................................................... 8

E. Ruang Lingkup .............................................................................................. 9

F. Keaslian Penelitian ...................................................................................... 10

BAB II ................................................................................................................... 15

TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................ 15

A. Hipotensi ...................................................................................................... 15

B. Faktor Kejadian Hipotensi ........................................................................... 18

vii
C. Cairan Preloading ........................................................................................ 20

D. Spinal Anestesi ............................................................................................ 24

E. Kerangka Teori ............................................................................................ 26

F. Kerangka Konsep ......................................................................................... 27

G. Hipotesis ...................................................................................................... 27

BAB III .................................................................................................................. 28

METODE PENELITIAN ...................................................................................... 28

A. Rancangan Penelitian ................................................................................... 28

B. Variabel Penelitian ....................................................................................... 29

C. Definisi Operasional .................................................................................... 29

D. Populasi dan Sampel .................................................................................... 30

E. Etika penelitian ............................................................................................ 33

F. Alat dan Metode Pengumpulan Data ........................................................... 34

G. Metode Pengolahan...................................................................................... 35

H. Analisis Data ................................................................................................ 36

I. Jalannya Penelitian ...................................................................................... 37

BAB IV ................................................................................................................. 39

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN..................................................... 39

A. Hasil Penelitian ............................................................................................ 39

B. Pembahasan ................................................................................................. 45

C. Keterbatasan Penelitian................................................................................ 53

BAB V ................................................................................................................... 54

KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................. 54

A. Kesimpulan .................................................................................................. 54

B. Saran ............................................................................................................ 55

viii
DAFTAR PUSTAKA : ......................................................................................... 56

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Kerangka teori ................................................................................... 26


Gambar 2.1 Kerangka konsep ............................................................................... 27
Gambar 3.1 Rencana Penelitian ............................................................................ 28
Gambar 3.2 Rumus Lameshow ............................................................................. 31
Gambar 3.3 Alur Pemilihan Sampel .................................................................... 33
Gambar 3.4 Rumus chi square ............................................................................. 36
Gambar 3.5 Rumus Risk Relative .......................................................................... 37

x
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian ............................................................................... 10


Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah ................................................................... 15
Tabel 2.2 Perbandingan Kristaloid dan Koloid .................................................... 24
Tabel 3.1 Definisi operasional ............................................................................. 29
Tabel 4.1 Distribusi Tekanan Darah Preoperasi ................................................... 41
Tabel 4.2 Distribusi Tekanan Darah Intraoperasi ................................................. 41
Tabel 4.3 Distribusi Jenis Cairan Preloading ....................................................... 42
Tabel 4.4 Distribusi Hubungan ............................................................................. 43
Tabel 4.5 Distribusi Risk Relative ....................................................................... 44

xi
LAMPIRAN - LAMPIRAN

Lampiran I Surat Studi Pendahuluan

Lampiran II Surat Lolos Layak Etik

Lampiran III Surat Izin Penelitian di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta

Lampiran IV Lembar Bimbingan Skripsi

Lampiran V Data Responden dalam Dummy Tabel

Lampiran VI Anggaran Dana Penelitian

Lampiran VII Data SPSS

Lampiran VIII Time Schedule Penelitian

xii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kemajuan pesat dalam dunia teknologi yang terjadi termasuk dalam
dunia kesehatan, hingga saat ini proses persalinan tidak hanya secara
pervaginam. Terdapat proses persalinan yang dapat dilakukan dengan sectio
caesarea. Persalinan dengan sectio caesarea dapat dilakukan bila terdapat
penyulit dalam kehamilan yang berisiko menyebabkan kematian pada ibu,
sehingga persalinan disarankan melalui tindakan pembedahan (Robert H &
Bellatania Yuda., 2019). Sectio caesarea adalah tindakan operasi insisi pada
bagian dinding abdomen dan uterus dengan tujuan mengeluarkan janin, plasenta
beserta ketuban dari rahim pasien (Woda & Sihotang., 2021). Berdasarkan data
dari World Health Organization (WHO) menyatakan standar rata-rata persalinan
dengan sectio caesarea pada suatu negara mencapai 5% hingga 15% setiap 1000
kelahiran di dunia. Begitu pula tingkat kelahiran dengan sectio caesarea di
Indonesia, angka kelahiran dengan sectio caesarea selalu menunjukan angka
peningkatan baik pada rumah sakit pemerintah maupun di rumah sakit swasta.
Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) pada tahun 2013 dengan hasil yang
menunjukan bahwa tingkat persalinan menggunakan sectio caesarea sebesar
9,8% dari total 49.603 kasus persalinan dengan nilai pesalinan section caesarea
tertinggi berada di provinsi DKI Jakarta (Woda & Sihotang., 2021).
Tindakan operasi atau pembedahan merupakan tindakan pengobatan
dilakukan dengan cara invasif yaitu menyayat bagian tertentu pada tubuh yang
akan ditangani dan ditutu dengan menjahit bagian yang sayat melewati proses
perioperative menggunakan anestesi atau pembiusan. Anestesi atau pembiusan
sendiri merupakan tindakan menghilangkan seluruh kemampuan sensasi yang
berupa sensasi nyeri, suhu, dan rabaan selama perianestesi. Tujuan umum dari
anestesi yaitu memblokir sensor nyeri, relaksasi otot, hipnotik, dan stabilitas
otonom (Pramono., 2015). Penggunaan teknik anestesi pada sectio caesarea

1
2

dapat dilakukan menggunakan teknik anestesi umum maupun teknik anestesi


regional (Putri et al., 2016). Namun berdasarkan Obstetric Anesthesia
Guidelines, teknik spinal anestesi maupun epidural lebih direkomendasikan jika
dibandingkan dengan penggunaan teknik anestesi umum untuk sebagian besar
kasus sectio caesarea. Penggunaan spinal anestesi mencapai lebih dari 80%
pada kasus sectio caesarea di Amerika Serikat tahun 1992 (Robert H &
Bellatania Yuda., 2019).
Penggunaan spinal anestesi lebih direkomendasikan karena lebih banyak
memberikan keuntungan dari anestesi umum, salah satunya dapat meminimalkan
risiko toksisitas terhadap janin (Robert H & Bellatania Yuda., 2019). Meski
demikian, spinal anestesi dapat memunculkan beberapa komplikasi, salah
satunya berupa hipotensi. Spinal anestesi dapat mengakibatkan turunnya tekanan
darah secara drastis, dimana hal ini dapat mempengaruhi kondisi ibu dan bayi.
Hipotensi adalah menurunnya tekanan darah sistol dengan nilai lebih dari 20–
30% dibandingkan dengan pengukuran standar atau tekanan darah sistol < 100
mmHg (Flora et al., 2014). Kejadian hipotensi akibat dari blokade simpatis dari
spinal anestesi yang mana dapat menyebabkan dilatasi pembuluh darah sehingga
terjadi penurunan resistensi pembuluh darah sistemik. Dimana hal ini akibat dari
efek kardiovaskular pasca tindakan spinal anestesi yang berhubungan erat
dengan level blokade simpatis yang mencapai persarafan setinggi torakal 1
hingga lumbal 2 (T1–L2) (Md Nizar et al., 2020).
Hipotensi pada pasien akan menyebabkan kerugian sebesar 90% karena
dapat menyebabkan vertigo, mual, muntah, asidosis pada janin. Bahkan dapat
mengakibatkan bradikardia dan kolaps kardiovaskuler pada pasien dengan kasus
berat (Woda & Sihotang., 2021). Hipotensi saat melahirkan dapat mengakibatkan
efek mual muntah yang dapat menyebabkan peningkatan angka kematian bagi
ibu. Selain itu, pada pasien dengan kasus serius dapat mengakibatkan penurunan
perfusi utero-plasenta yang menyebabkan hipoksia, penurunan APGAR score,
juga terjadinya ketidakseimbangan asam-basa pada janin (Sanjaya et al., 2018).
Dalam penelitian lain, didapatkan dampak dari terjadinya hipotensi pada janin
dapat berupa gangguan perfusi uteroplasenta yang mana mengakibatkan asidosis
3

fetus dan hipoksia serta depresi neonatus. Hipotensi berat pada ibu dapat
berdampak pada aspirasi paru, penurunan kesadaran, upneu, hingga kejadian
terparah adalah cariac arrest atau henti jantung (Flora et al., 2014). Dilaporkan
terjadi 28 kasus cardiac arrest dari total 42.521 pasien dikarenakan oleh
hipotensi yang berat pada penggunaan teknik spinal anestesi. American Society of
Anesthesiologis (ASA) juga menyatakan terdapat 14 kasus mengalami cardiac
arrest selama spinal spinal anestesi (Flora et al., 2014).
Hipotensi merupakan komplikasi terbanyak selama spinal anestesi
dimana insidensinya mencapai 80% ke atas (Putri et al., 2016). Penelitian yang
dilakukan pada tahun 2004 menunjukkan bahwa angka insidensi hipotensi
dengan pemberian preloading cairan Ringer Laktat sebanyak 15 mL/kgBB
sebelum spinal anestesi pada suatu grup kontrol yang menjalani akan dilakukan
sectio caesarea dengan teknik spinal anestesi adalah 43,33%. Penelitian pada
tahun 2008 di Chulalongkorn, Thailand melaporkan kejadian hipotensi pada
pasien yang menjalani sectio caesarea dengan spinal anestesi sebesar 52,6% dari
total 722 kasus pasien melahirkan. Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan di
Rumah Sakit DR. Hasan Sadikin Bandung menunjukkan angka insidensi
hipotensi pasca spinal anestesi sebesar 49%. Hipotensi berat pasca onset obat
anestesi spinal merupakan masalah serius yang paling sering muncul (Rustini et
al., 2016).
Terdapat beberapa metode dalam menurunkan tingkat kejadian hipotensi
pada sectio caesarea menggunakan spinal anestesi berdasarkan Keputusan
Kementerian Kesehatan yang telah di tetapkan dalam Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No. HK.02.02/MENKES/251/2015. Metode ini
meliputi pemberian obat obatan vasopressor dan pemberian cairan intravena
(Kementerian Kesehatan., 2015). Dalam suatu penelitian Literature Review,
disimpulkan beberapa hal yang dapat dilakukan dalam upaya pencegahan
hipotensi pada pasien sectio caesarea dengan spinal anestesi. Metode tersebut
meliputi penggunaan vasopressor (fenilefrin, norefinefrin, dan metoksamin),
penggunaan cairan kristaloid maupun koloid sebagai alternatif untuk mengurangi
penggunaan kebutuhan vasopressor, pemberian cairan secara preloading dan co-
4

loading dapat menurunkan kejadian hipotensi intraoperatif (Woda & Sihotang.,


2021). Pemberian vasopresor (efedrin, penilefrin, atau dopamin) paling sering di
gunakan yaitu obat efedrin, diberikan melalui intravena dengan dosis 5–10 mg.
(Flora et al., 2014). Obat vasopressor yang sering digunakan yaitu ephedrine,
pemberian ephedrine saat terjadinya hipotensi dapat secara efektif meningkatkan
tekanan darah pasien (Singh et al., 2014). Namun, metode yang sering digunakan
untuk mengurangi kejadian hipotensi yaitu pemberian cairan intravena. Cairan
intravena yang diberikan dapat berupa cairan kristaloid maupun cairan koloid
dengan jumlah tertentu sesuai dengan kebutuhan pasien (Sanjaya et al., 2018).
Dalam suatu penelitian systematic review menyatakan bahwa jenis cairan
koloid lebih efektif jika dibandingakan dengan kristaloid untuk menurunkan
tingkat risiko hipotensi pada pasien sectio caesarea dengan spinal anestesi, tetapi
jenis cairan ini dapat menyebabkan efek hipersensitifitas dan juga mempengaruhi
proses mekanisme tubuh menghentikan kehilangan darah yang berlebihan, selain
itu jenis cairan koloid juga tergolong dengan harga yang mahal jika dibandingkan
dengan cairan kristaloid (Ripollés Melchor et al., 2015). Dalam penelitian lain
secara observasional analitik pada suatu rumah sakit di Indonesia disimpulkan
bahwa cairan kristaloid lebih efektif dibandingkan cairan koloid namun
pemberian cairan kristaloid harus tetap dalam pengawasan karena dapat
menyebabkan edema berat serta mempengaruhi keseimbangan asam-basa tubuh.
Selain itu, cairan kristaloid sering digunakan karena harganya lebih terjangkau
dibandingkan dengan cairan koloid (Azizah et al., 2016).
Kejadian hipotensi pasca spinal anestesi dipandang sebagai salah satu
penyebab gagal nya kelancaran suatu operasi dan dampak lebih beratnya dapat
menyebabkan kematian pada pasien jika tidak dapat di tangani dengan cepat dan
tepat oleh petugas ruang operasi dan dokter. Pentingnya persiapan yang
dilakukan sebelum operasi sectio caesarea dengan anestesi spinal baik persiapan
alat, obat, tempat, maupun pasien sangat menjadi perhatian. Memastikan alat,
obat, dan ruang operasi siap digunakan sangat penting untuk mendukung
kelancaran proses operasi dan juga memastikan dapat digunakan untuk
pertolongan bagi pasien saat terjadi beberapa kendala operasi sectio caesarea,
5

salah satu contohnya jika terjadi hipotensi pada pasien sectio caesarea dengan
spinal anestesi. Kunjungan ke pasien sebelum dilakukan operasi bertujuan untuk
meminimalkan komplikasi dan kematian pasien di meja operasi sehingga
kelancaran operasi dapat tercapai. Hal hal yang dilakukan saat kunjungan ke
pasien mulai dari anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang/
laboratorium, dan klasifikasi status anestesi pasien sehingga dapat diketahui
penyulit dalam pelaksaan operasi yang akan dilakukan. Pada tahap ini dilakukan
pemberian balance cairan dimana hal ini merupakan salah satu metode untuk
menurunkan kejadian hipotensi pada pasien sectio caesarea dengan spinal
anestesi. Pemenuhan edukasi pasien mengenai penjelasan dan persetujuan dalam
informed consent sebelum dilakukannya tindakan operasi sectio caesarea dengan
spinal anestesi harus di sampaikan kepada pasien dan keluarga agar pasien
mendapat informasi yang cukup untuk dapat mengambil keputusan atas tindakan
yang akan dilaksanakan. Pasien maupun keluarga harus mengetahui bahwa
tindakan medis baik operasi sekecil apapun tetap memiliki risiko. Informasi yang
harus disampaikan berupa manfaat, tujuan serta segala risiko dan konsekuensi
secara mendetail mengenai segala macam prosedur pemeriksaan, pembedahan
sectio caesarea, serta teknik pembiusan dengan anestesi spinal yang akan dijalani
(Woda & Sihotang, 2021).
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan di RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta , didapatkan data bahwa jumlah tindakan
pembedahan sectio caesarea selama periode bulan Januari 2020 hingga bulan
September 2021 dengan tindakan anestesi spinal didapatkan sebanyak 201 kasus
dengan risiko kejadian hipotensi selama operasi yang tidak terukur. Pada saat
dilakukan studi pendahuluan, terdapat 10 tindakan operasi yang dijadwalkan
pada hari itu. Dari tindakan yang dijadwalkan tersebut, terdapat 1 tindakan
operasi pada pasien sectio caesarea dengan spinal anestesi.
Memiliki anak merupakan dambaan setiap insan, namun untuk
mendapatkan itu harus dilalui dengan proses usaha dan kesabaran dari masing
masing pasangan. Kehamilan merupakan proses yang luar biasa yang menjadi
salah satu tanda- tanda kekuasaan Allah SWT. Dalam proses kehamilan
6

dijelaskan mulai dari terbentuk nya manusia hingga dilahirkan di dunia. Proses
ini dijelaskan dalam Quran Surah Al – Mukminun (12 – 14) :
Artinya : “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu
saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang
disimpan) dalam tempat yang kokoh (Rahim). Kemudian air mani itu Kami
jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang
belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami
jadikan Dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Suci Allah Pencipta
yang paling baik.”
Proses setelah kehamilan akan terjadi proses persalinan. Dalam beberapa
waktu terahir, proses persalinan tidak hanya dilakukan secara normal, namun
dapat juga melalui proses operasi yang disebut dengan teknik persalinan sectio
caesarea.
Dalam pandangan keislaman, penemuan operasi bedah sectio caesarea
tentu sangat membantu permasalahan ibu hamil dengan beberapa komplikasi
dalam proses persalinan sehingga tidak dapat melakukan persalinan secara
normal. Operasi ini dapat menurunkan tingkat kematian ibu dan bayi . Namun,
terdapat beberapa dampak negatif yang tidak bisa di pungkiri dalam operasi
sectio caesarea ini, salah satunya yaitu terjadinya hipotensi.
Islam mengajarkan untuk menanamkan moto mencegah lebih baik
daripada mengobati. Dalam kondisi sehat, seseorang dapat melakukan berbagai
aktivitas dengan baik dan juga tidak memerlukan pengeluaran tambahan untuk
melakukan medikasi. Mengantisipasi timbulnya penyakit adalah jauh lebih baik
dari pada mengobati penyakit yang sudah datang terlebih dahulu atau dapat
memperkecil kemungkinan terjadinya suatu penyakit. Disebutkan dalam hadist
riwayat Al-Bukhari: 6412, At-Tirmidzi: 2304, Ibnu Majah: 4170 :
Artinya : “Dua kenikmatan yang sering dilupakan oleh kebanyakan manusia
adalah kesehatan dan waktu luang”
Sehingga dalam kasus pelaksanaan sectio caesarea, perlu dilakukan
tindakan pencegahan terjadinya efek samping saat dilakukan proses persalinan
sectio caesarea yang berupa hipotensi. Salah satu pencegahan yang dapat
7

dilakukan berupa pemenuhan cairan sebelum operasi pasien dengan pemberian


cairan preloading yang cukup sehingga dapat memperkecil bahkan mencegah
terjadinya hipotensi pada pasien persalinan dengan sectio caesarea.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
tentang hubungan jenis cairan preloading dengan pencegahan kejadian hipotensi
pada pasien sectio caesarea dengan spinal anestesi di IBS RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang diangkat oleh
peneliti adalah “Bagaimana hubungan Jenis Cairan Preloading dengan
pencegahan kejadian Hipotensi pasien sectio caesarea pasca spinal anestesi di
RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta?”.

C. Tujuan
1. Tujuan Umum :
Mengetahui “Hubungan jenis cairan preloading dengan pencegahan
kejadian Hipotensi pasien sectio caesarea pasca spinal anestesi”.
2. Tujuan Khusus :
a. Mengetahui tekanan darah responden pre operasi sectio caesarea dengan
spinal anestesi.
b. Mengetahui tekanan darah responden intra operasi sectio caesarea dengan
spinal anestesi.
c. Mengetahui jenis cairan preloading pada pasien hipotensi yang diberikan
sebelum spinal anestesi.
d. Mengetahui hubungan jenis cairan preloading dengan pencegahan kejadian
hipotensi pasien sectio caesarea pasca spinal anestesi.
e. Mengetahui perbandingan efektifitas antara pemberian kristaloid dan
koloid.
8

D. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis
a. Memberikan sumbangan pemikiran ilmiah dalam dunia Anestesiologi
yaitu pertimbangan dalam pemilihan cairan yang akan diberikan bagi
pasien baik sebelum maupun saat operasi berlangsung terutama bagi
pasien dengan teknik regional anestesi menngunakan spinal anestesi.
Pemberian jenis cairan yang tepat dapat menurunkan risiko kejadian
hipotensi, sehingga dapat meningkatkan keselamatan pasien selama
operasi.
b. Menjadi dasar juga referensi bagi penelitian – penelitian selanjutnya
mengenai pembahasan yang sama yaitu jenis cairan preloading dengan
kejadian hipotensi pada pasien sectio caesarea pasca spinal anestesi ,
dapat juga menjadi bahan kajian lebih lanjut.
2. Bagi Rumah Sakit tempat penelitian
a. Direksi Rumah Sakit
Menjadi dasar untuk meningkatkan mutu profesionalisme dan pelayanan
dalam bidang keperawatan anestesi kepada pasien, selain itu juga untuk
menambah pengetahuan dan memberikan masukan.
b. Penata Anestesi
Menjadi dasar bagi penata anestesi dalam melaksanakan tugas sebagai
peneliti, pendidik, advokasi dalam memberikan intervensi terkait asuhan
kepenataan perioperatif yang merupakan tanggung jawab dan wewenang
penata anestesi.
3. Bagi Responden
Diharapkan dengan dilakukannya penelitian, diharapkan dapat
meningkatkan keselamatan pasien dengan meminimalkan risiko terjadinya
hipotensi selama operasi.
4. Bagi Institusi Universitas „Aisyiyah Yogyakarta
Sebagai literature bagi mahasiswa, dosen dan pembaca di perpustakaan
maupun webside universitas.
9

E. Ruang Lingkup
1. Penelitian ini membahas mengenai hubungan jenis cairan dengan kejadian
hipotensi di mana tujuan nya untuk menurunkan kemungkinan terjadinya
hipotensi. Hipotensi merupakan risiko yang paling sering muncul pada pasien
operasi dengan teknik anestesi menggunakan spinal anestesi (Rustini et al.,
2016).
2. Responden yang termasuk dalam penelitian ini yaitu pasien operasi sectio
caesarea dengan menggunakan teknik spinal anestesi.
3. Penelitian dimulai dengan penyusunan proposal mulai pada bulan September
sampai bulan November, pengambilan data dimulai pada bulan Januari sampai
bulan Februari, data dianalisis sampai dilakukan presentasi pada bulan Maret.
4. Penelitian akan dilakukan di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta,
ditemukan kejadian hipotensi pada pasien sectio caesarea dengan spinal
anestesi dimana hal ini diatasi dengan dilakukan pemberian cairan yang cukup
bagi pasien sehingga dapat mengurangi risiko terjadinya hipotensi.
10

F. Keaslian Penelitian
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

Penelitian Subjek Penelitian Metodologi Hasil Perbedaan dengan


Penelitian
Sanjaya, D. A., Seluruh dokter spesialis Metodologi penelitian ini Hasil penelitian penelitian ini Penelitian ini membahas
Luh, N., Inca, anestesiologi pada menggunakan deskriptif menyimpulkan bahwa belum mengenai SOP dalam
P., Agustini, rumah sakit tipe A kota kuantitatif dengan adanya standar operasional penggunan cairan kristaloid
B., Agus, I. G., Denpasar merupakan pengumpulan data secara prosedur (SOP) mengenai dan koloid, sedangkan
Putra, S., & populasi dalam pengisian kuisioner untuk pemilihan cairan baik penelitian yang akan di
Ileatan, E. penelitia ini dengan menganalisa dan kristaloid maupun koloid lakukan mengenai hubungan
(2018) total sampel sebesar 30 mengevaluasi dasar sebagai metode pencegahan penggunaan jenis cairan
“ Procedure dokter spesialis pemilihan cairan kristaloid hipotensi maternal bagi dengan penegahan kejdian
for Using anestesiologi sebagai dan koloid sebagai pasien sectio caesarea hipotensi.
Crystalloid responden. Setiap pencegah hipotensi menggunakan teknik spinal
and Colloid sampel telah maternal pada sectio anestesi. Pemilihan dasar
Fluids in menyetujui lembar caesarea yang cairan yang digunakan
Blood informed consent. menggunakan teknik berdasarkan pertimbangan
Pressure in anestesi spinal. Penelitian pada efektivitas dan risiko
Sectio ini dilakukan pada Maret efek samping obat.
Caesaria 2018-April 2018.
Patients Using
11

Spinal
Anesthesia
Technique “
Ripollés Responden: ibu hamil Di lakukan penyusunan Loading menggunakan koloid Penelitian ini di susun
Melchor, J., dengan penjadwalan dengan sistematik Review sebagai terapi dan menggunakan systematic
Espinosa, operasi sectio caesarea dan metodologi Meta pencegahan hipotensi dimana review sedangkan penelitian
Martínez secara elektif dengan Analisis ( PRISMA) yang pasien menggunakan Spinal yang akan di lakukan di susun
Hurtado, E., menggunakan spinal digunakan untuk anestesi untuk sectio dengan metode observasi
Casans dan di berikan cairan mengidentifikasi caesarea elektif lebih unggul analisis dengan case control
Francés, R., loading ( preloading penelitian berdasarkan digunakan daripada pengambilan data langsung
Navarro Pérez, maupun coloading ) beberapa kriteria yang kristaloid. Koloid seperti dari rekam medis pasien.
R., Abad dengan atau tanpa termasuk. Di publish HES 6 % 130/0,4 lebih di
Gurumeta, A., pemberian vasopresor. dalam bentuk RCTs sarankan karena
& Calvo dengan menyebutkan keamanannya yang sudah di
Vecino, J. M. beberapa kriteria yang peroleh dari penelitian ini.
(2015) termasuk dengan Jadad
“ Colloids score ≥3.
versus
crystalloids in
the prevention
of hypotension
induced by
12

spinal
anesthesia in
elective
cesarean
section. A
systematic
review and
meta-analysis”

Rustini, R., Penelitian dengan total Pengumpulan data Kesimpulan yang didapat Penelitian ini membahas
Fuadi, I., & 90 sampel dengan dilakukan dengan pada penelitian ini yaitu faktor terjadinya hipotensi
Surahman, E. kriteria inklusi dan pencatatan data pasien tingkat insidensi hipotensi sedangkan penelitian yang
(2016) eksklusi yang telah yang dilakukan oleh pasien yang menjalani sectio akan dilakukan mengenai
“Insidensi dan ditetapkan. Kriteria residen anestesi yang caesarea dengan teknik cairan yang digunakan untuk
Faktor Risiko ingklusi berupa pasien berada di IBS Rumah anestesia spinal di Rumah mengurangi risiko hipotensi
Hipotensi pada yang akan meakukan Sakit Dr. Hasan Sadikin Sakit Dr. Hasan Sadikin
Pasien yang persalinan Bandung. Tidak terdapat Bandung sebesar 49%.
Menjalani menggunakan operasi intervensi yang Didapatkan tidak ada
Sectio sectio caesarea dengan diimplementasikan pada hubungan antara hipotensi
caesarea teknik anestesi spinal di sampel. Data yang dengan factor risiko.
dengan Instalasi Bedah Sentral dikumpulkan berupa Diperlukan penelitian lebih
Anestesi Rumah Sakit Dr. Hasan nama, usia, tinggi badan, lanjut dengan waktu yang
13

Spinal di Sadikin Bandung. dan berat badan sampel. lebih panjang dan total
Rumah Sakit Kontraindikasi Selain itu informasi sampel yang lebih luas
Dr. Hasan penggunaan spinal mengenai diagnosis sehingga dapat melihat
Sadikin anestesi merupakan pasien, status fisik hubungan antara insidensi
Bandung” kriteria eksklusi American‟s Society of hipotensi dan faktor-faktor
penelitian. Anesthesiology (ASA), risiko hipotensi.
tekanan darah, laju nadi,
jumlah cairan prehidrasi
(preloading), posisi pasien
miring ke kiri dengan
ganjal pinggul, dosis obat
yang digunakan, dosis obat
adjuvan, posisi pasien saat
tindakan anestesia spinal,
lokasi tusukan, lama
penyuntikan obat spinal,
dan ketinggian blockade,
pengukuran tekanan darah
sistol, diastol, laju nadi,
serta saturasi oksigen
dilakukan tiap 1 menit
sampai 15 menit pertama,
14

kemudian 2,5 menit


sampai operasi selesai.
anestesia spinal juga
dicatat sebagai variabel
penelitian.

Berdasarkan pencarian peneliti dalam penelitian tentang Hubungan Jenis Cairan Preloading dengan Pencegahan
Kejadian Hipotensi pada Pasien Sectio caesarea dengan Spinal Anestesi di IBS PKU Muhammadiyah Yogyakarta dan pada
perpustakaan Universitas „Aisyiyah Yogyakarta, judul penelitian ini belum diangkat sebagai penelitian, namun pernah diteliti
oleh peneliti lain dengan variabel dan tempat yang berbeda seperti yang telah tertera di atas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Hipotensi
1. Definisi
Terdapat beberapa definisi dari hipotensi menurut beberapa penelitian yang
dijadikan patokan dalam menilai tekanan darah, mulai dari nilai tekanan darah absolut
yaitu dari 80 mmHg hingga 100 mmHg, penurunan mulai dari 0 – 30% dari nilai
dasar atau gabungan nilai dasar juga nilai persen penurunan (Kinsella et al., 2018) .
Sedangkan menurut (Flora et al., 2014), hipotensi adalah menurunnya nilai tekanan
darah sistol lebih dari 20 hingga 30% dari pengukuran nilai dasar tekanan darah sistol
di bawah 100 mmHg. Dalam (Siti & Soekiswati., 2019) menyebutkan bahwa tekanan
darah rendah terjadi ketika nilai tekanan darah lebih rendah dari nilai tekanan darah
normal 120/80 mmHg. Namun dalam (Prasetyono., 2016) menyatakan tidak sedikit
orang dengan nilai tekanan darah berkisar 110/90 atau 100/80 mmHg tetapi tidak
mengalami gejala yang mengarah hipotensi atau dalam keadaan normal. Kendati
demikian, jika kodisi tersebut berlangsung lama dengan beberapa faktor pemicu
menurunkan tekanan darah, maka tensi akan mencapai ambang rendah 90/60 mmHg.
Kendati demikian, hipotensi juga diartikan dengan tekanan darah dari arteri yang
mengalami nilai tidak normal, bahkan hingga saat ini definisi dari hipotensi masih
kontroversial (Rustini et al., 2016).
Hipotensi merupakan komplikasi umum yang sering muncul saat dilakukan spinal
anestesi khususnya pada tindakan sectio caesarea pada ibu hamil yang tejadi akibat
blok simpatis sehingga adanya vasodilatasi, hipovolemia, juga penurunan aliran vena
yang menyebabkan terjadinya hipotensi (Md Nizar et al., 2020).
Klasifikasi tekanan darah menurut Join National Commite VIII
Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah
Hipotensi <100/60 mmHg
Normal <120/80 mmHg
Pre – Hipertensi 120- 139/80- 89 mmHg
Hipertensi 140 –149/90- 99 mmHg

15
16

2. Patofisiologi hipotensi pasca spinal anestesi


Kejadian hipotensi erat kaitannya dengan ketinggian blokade spinal. Semakin
tinggi blok spinal, mekanisme kompensasi karena adanya hambatan simpatis akan
semakin ditekan. Hipotensi pasca spinal anestesi yang diakibatkan terutama oleh
blokade simpatis yang mengatur tonus otot polos pada pembuluh darah. Terjadinya
blokade saraf serabut simpatis preganglionik mengakibatkan adaya vasodilatasi vena,
akhirnya terjadi perpindahan volume darah terutama ke bagian spalnik hingga
ekstremitas bawah yang menyebabkan penurunan aliran darah ke jantung. Penurunan
arus balik darah ke jantung mengakibatkan penurunan tekanan darah yang disebut
hipotensi (Tanambel et al., 2017)
Adanya penurunan tekanan darah sistol, diastol, dan MAP pasca anestesi spinal
merupakan tanda dari hipotensi, pencetus terjadinya hipotensi arterial ini yaitu
blokade di preganglionik pada serabut saraf. Obat spinal anestesi yang masuk secara
cepat ke dalam ruang subarachnoid dan blokade simpatis merupakan dua hal yang
berkaitan dengan tingkat derajat dari hipotensi. Blokade terbatas dermatom sacral
dan lumbal mengakibatkan kecil kemungkinan hingga tidak terjadi penurunan
tenakan darah. Blokade yang melebar hingga torakal tengah menyebabkan penurunan
tekanan darah dalam tingkat sedang, sedangkan blokade setinggi lebih dari torakal 4-
5 dapat menyebabkan blokade simpatis dari serabut – serabut yang menginervasi
jantung sehingga menyebabkan penurunan detak jantung (HR). Kejadian berurutan
yang meliputi penurunan kontraktilitas jantung dan juga aliran balik vena
mengakibatkan penurunan cardiac output sebesar 15%, hal ini mengindikasikan
terjadinya penurunan tekanan darah yang besar (Gautama et al., 2015).

3. Efek Samping Kejadian Hipotensi


Efek pada kardiovaskular dari spinal anestesi berhubungan dengan tingkat
blokade simpatis yang dapat mencakup persyarafan setinggi torakal 1 hingga lumbal
2. Terjadi dilatasi pembuluh darah akibat dari blokade simpatis spinal anestesi
sehingga dapat menurunkan resistensi pembuluh darah sistemik dimana hal ini
mengakibatkan hipotensi (Rustini et al., 2016).
17

Terjadinya penurunan tekanan darah yang ekstrim pada ibu dapat mempengaruhi
kondisi bayi dan ibu (Tanambel et al., 2017). Hipotensi maternal mengakibatkan
mual dan muntah yang dapat meningkatkan angka mordibitas pada ibu melahirkan.
Hipotensi ini juga dapat mengakibatkan menurunnya perfusi utero-plasenta yang
berakibatkan terjadinya hipoksia, menurunnya APGAR score, dan juga
ketodakseimbangan asam basa pada bayi (Sanjaya et al., 2018).
Hipotensi post spinal anestesi menggunakan obat anestesi local yang bereaksi
pada subarachnoid terjadi akibat blok simpatis. Jika penurunan tekanan darah dalam
waktu yang lama dan terus berlanjut tanpa tertangani secara tepat dapat
menyebabkan hipoksia jaringan hingga keadaan terparah dapat menyebakan syok
dan kematian. Kejadian ini menjadi pemicu peningkatan angka kematian ibu dengan
proses persalinan menggunakan sectio caesarea spinal anestesi. Hipotensi juga
dapat memberikan dampak secara langsung bagi janin (Azizah et al., 2016).
Gangguan pada perfusi uteroplasenta yang menyebabkan terjadinya hipoksia dan
asidosis janin juga depresi neonatus merupakan beberapa dampak yang terjadi akibat
hipotensi. Terdapat dampak yang serius akibat dari hipotensi berat yang terjdi pada
ibu, seperti penurunan kesadaran, aspirasi paru, henti napas, hingga henti jantung
(Flora et al., 2014).
Gejala hipotensi yang sering muncul seperti pusing dan sempoyongan ketika
bangun tidur, tangan dan kaki terasa kesemutan, dan muka pucat. Jika gejala ini terus
berlanjut dan tidak ditangani, maka dapat mengakibatkan terjadinya penglihatan
kabur, pusing keringat dingin, konsentrasi menurun, lelah dan lemas, jantung
berdebar kencang, tidak sadarkan diri, dan menimbulkan gangguan pada organ tubuh
(Rahmadani., 2017).

4. Penanganan Hipotensi Pada Spinal Anestesi


Terdapat beberapa cara dilakukan untuk menurunkan angka kejadian hipotensi
pasca anestesi spinal (Azizah et al., 2016). Terdapat lima cara alternatif pencegahan
hipotensi pada anestesi spinal yaitu :
a. Pemberian vasopressor
b. Modifikasi teknik anestesi regional
18

c. Modifikasi posisi
d. Kompresi tungkai pasien
e. Pemberian cairan preloading intravena.
Namun tidak semua teknik tersebut dapat mencegah terjadi hipotensi. Fokus pada
penelitian ini membahas mengenai pemberian cairan secara preloading secara
intravena.
Volume darah sentral dapat ditingkatkan untuk mencegah hipotensi yaitu dengan
preloading dan coloading. Preloading adalah pemberian cairan 20 menit sebelum
dilakukan anestesi spinal. Cairan diberikan secara intravena karena intravena
memiliki efek tercepat dibandingkan dengan cara yang lainnya. Dalam waktu 18 detik
obat yang dimasukkan dengan cara intravena akan tesebar ke seluruh jaringan
bersamaan dengan peredaraan darah. Cairan yang digunakan dalam preloading ini
meliputi cairan kristaloid dan cairan koloid.
Suriyadi dkk dalam (Azizah et al., 2016) mengungkapkan bahwa penggunaan
cairan koloid dinyatakan lebih efektif dari pada penggunaan cairan kristaloid pada
kejadian hipotensi pasca spinal anestesi. Kejadian ini dikarenakan berat molekul dari
cairan koloid lebih besar yang mengakibatkan cairan ini bertahan lebih lama dalam
ruang intravaskuler. Meski demikian, dilain sisi penggunaan cairan kristaloid tetap
meneguhkan bahwa penggunaan cairan kristaloid sebenarnya lebih efektif jika
diberikan dengan jumlah yang sesuai. Walaupun begitu hingga saat ini cairan
kristaloid masih umum digunakan. Hal tersebut terjadi karena perbandingan harga
dari cairan koloid yang jauh lebih mahal dari pada cairan kristaloid.

B. Faktor Kejadian Hipotensi


Dilatasi pembuluh darah akibat dari spinal anestesi yang menyebabkan
penurunan resistensi pembuluh darah sistemik sehingga terjadilah hipotensi. Beberapa
faktor yang menyebabkan terjadinya hipotensi menurut (Rustini et al., 2016) :
1. Usia
Faktor risiko terjadinya hipotensi dengan pasien spinal anestesi yang pertama
yaitu usia. Penurunan tekanan darah pada pasien dengan usia lebih muda relatif
mengalami penurunan lebih ringan jika dibanding dengan pasien usia lanjut/ lebih
19

tua. Kejadian tersebut dapat terjadi akibat dari tingginya autonomous tonus pembuluh
darah yang tersisa pasca denervasi simpatis dan akibat dari reflex kompensasi yang
semakin aktif. Pertambahan usia pada pasien dengan usia lanjut bertanggung jawab
atas terjadinya penurunan curah jantung. Dimana penurunan curah jantung menjadi
penyebab penurunan tekanan darah yang lebih besar setelah terjadi vasodilatasi
perifer pada pasien lanjut usia. Peningkatan kejadian hipotensi di atas usia 50 tahun
terjadi secara progresif.
2. Berat dan Tinggi Badan
Dalam hasil suatu penelitian menyatakan berat badan dan tinggi badan di gunakan
untuk memprediksi ketinggian maksimal blok dalam spinal anestesi. Penyebaran
blokade spinal anestesi secara meluas dipengaruhi oleh berat dan tinggi badan,
dimana pemberian dosis buvipakain yang diberikan dipengaruhi oleh perubahan
fisiologi ibu hamil. Penggunaan dosis buvipakain jenis hiperbarik berdasarkan berat
dan tinggi badan diberikan dengan kombinasi obat diamorfin 0,4 mg dapat lebih
mengoptimalkan level anestesi pada pasien.
Kejadian peningkatan risiko kardiovaskular terhadap perubahan volume juga
kapasitas paru, perubahan rasio ventilasi dan perfusi, hingga peningkatan tekanan
pembuluh darah aorta dan vena kava yang dapat memperparah hipotensi terjadi
kerena memposisikan ibu dalam keadaan telentang. Terjadinya pembesaran atau
pelebaran vena pada ruang epidural menyebabkan penekanan rongga subaraknoid dan
mengurangi cairan serebrospinalis harus disesuaikan.
3. Obesitas
Obesitas saat hamil memiliki pengaruh besar dalam perubahan fisiologi tubuh ibu
hamil. Kejadian peningkatan risiko kardiovaskular terhadap perubahan volume juga
kapasitas paru, perubahan rasio ventilasi dan perfusi, hingga peningkatan tekanan
pembuluh darah aorta dan vena kava yang dapat memperparah hipotensi terjadi
kerena memposisikan ibu dalam keadaan telentang. Terjadinya pembesaran atau
pelebaran vena pada ruang epidural menyebabkan penekanan rongga subaraknoid dan
mengurangi cairan serebrospinalis harus disesuaikan. Terjadinya pembesaran atau
pelebaran vena pada ruang epidural menyebabkan penekanan rongga subaraknoid dan
mengurangi cairan serebrospinalis
20

4. Pemberian Cairan Prehidrasi (Preloading)


Penelitian pada tahun 1960- an menyimpulkan hasil bahwa pemberian preloading
kristaloid dengan jumlah mulai dari 500 hingga 1.000 mL ( 10-20 mL/kgBB)
merupakan cara yang efektif dalam menghindari kejadian hipotensi. Pemberian
preloading kristaloid 10 hingga 20 mL/kgBB digunakan secara umum untuk
menghindari terjadinya hipotensi. Selain menggunakan cairan dengan jenis kristaloid,
beberapa penelitian juga menyarankan penggunaan cairan koloid. Dalam penelitian
(Ripollés Melchor et al., 2015) menyimpulkan bahwa penggunaan koloid lebih
diunggulkan daripada kristaloid dalam preloading pada pasien spinal anestesi dengan
sectio caesarea elektif, koloid juga dapat mengurangi kejadian IONV selama operasi
berlangsung.
5. Dosis Bupivakain
Dalam penelitian ini digunakan dosis buvipakain berkisar pada rentang 10–12,5
mg. Risiko akibat spinal anestesi seperti kejadian hipotensi, IONV dapat dikurangi
dengan pemberian dosis rendah buvipakain dengan kombinasi opioid, namun hal ini
tidak menghilangkn potensi kejadian hipotensi secara penuh selama tindakan anestesi.
Dalam beberapa penelitian menyebutkan penggunaan obat anestesi spinal >7,5 mg
mejadi salah satu faktor terjadinya hipotensi.
Penelitian (Robert H. Sirait & Bellatania Yuda., 2019) menyebutkan beberapa
faktor yang dapat menyebabkan terjadinya hipotensi pada pasien sectio caesarea
dengan spinal anestesi. Faktor yang mempengaruhi dapat berupa dosis penggunaan
obat buvipakain, lokasi insersi jarum spinal, durasi penyuntikan obat spinal anestesi,
usia ibu, BMI ibu, keadaan fisik terkini ibu, posisi pasien saat operasi spinal,
ketinggian blockade spinal anestesi yang tercapai, perdarahan yang terjadi selama
operasi melebihi 500 ml ( >500 ml), jumlah efedrin yang digunakan untuk mengatasi
hipotensi, jumlah cairan preloading, dan gravidarum. Tingkat kejadian hipotensi akan
meningkat secara progresif pada pasien dengan umur 50 tahun diakibatkan terjadinya
penurunan curah jantung seiring dengan bertambahnya usia.

C. Cairan Preloading
Komponen tubuh manusia sebagian besar terdiri tersusun dari air. Komponen ini
sebesar 60% dari berat badan (BB) tubuh dewasa. Cairan tubuh merupakan larutan yang
21

terdiri dari air dan zat relarut. Zat terlarut di dalamnya ada zat elektrolit dan non
elektrolit. Distribusi cairan terdiri dari beberapa kompartemen yang di bagi menjadi
cairan intraseluler sebesar 40 % dan cairan ekstraseluler sebesar 20%. Cairan intraseluler
merupakan cairan yang terkandung di dalam sel, ion kalium merupakan komponen utama
dalam cairan intraseluler. Cairan ekstraseluler merupakan cairan yang berada di luar sel
yang terdiri dari cairan interstitial dan cairan intravaskular. Terjadinya gangguan volume
pada masing-masing kompartemen cairan tubuh sering berhubungan dengan gangguan
pada keseimbangan elektrolit terutama dengan kandungan nantrium (Puspitosari et al.,
2016). Mekanisme homeostatik tubuh secara neurohormonal akan mengatur
keseimbangan ini sehingga gangguan tersebut harus diatasi dengan memberikan terapi
yang sesuai dengan gangguan yang timbul . Resusitasi cairan pada pasien operasi harus
dimonitoring dengan baik, bertujuan untuk menghindar terjadinya gangguan pada
keseimbangan asam basa tubuh. Pemberian cairan pada pasien yang akan operasi,
khususnya sectio caesaria (SC), sebelumnya jarang dilakukan pemeriksaan elektrolit,
sehingga dapat menimbulkan gangguan keseimbangan elektrolit yang akan memperberat
proses metabolik dan penyembuhannya. Pemeriksaan elektrolit setelah operasi sangat
penting, karena intervensi cairan selama operasi, dengan alasan untuk mengontrol
elektrolit dan keseimbangan asam-basa (Mono Pratiko Gustomi., 2018).
Setelah dilakukan monitoring, perlu diakukan pemberian preloading cairan
sebelum dilakukan operasi. Preloading adalah pemberian cairan 20 menit sebelum
dilakukan anestesi spinal, pemberian cairan dilakukan secara intravena karena intravena
memiliki efek tercepat dibandingkan dengan cara yang lainnya. Dalam waktu 18 detik
obat yang dimasukkan dengan cara intravena akan tersebar ke seluruh jaringan
bersamaan dengan peredaran darah (Azizah et al., 2016). Cairan intravena merupakan
pemberian sejumlah cairan ke dalam tubuh, melalui sebuah jarum, ke dalam pembuluh
vena untuk menggantikan kehilangan cairan atau zat zat makanan dari tubuh.
Secara garis besar, cairan intravena dibagi menjadi dua, yaitu cairan kristaloid dan
koloid (Suta., 2017) :
1. Cairan Kristaloid
Cairan kristaloid adalah larutan berbahan dasar air dengan molekul kecil.
Sehingga, membran kapiler permeabel terhadap cairan tersebut. Cairan kristaloid
22

akan menimbulkan penyebaran ke ruang interstitial lebih banyak dibandingkan


dengan koloid. Cairan kristaloid juga lebih mudah dan lebih cepat dalam mengisi
volume plasma dari pada cairan koloid (Azizah et al., 2016).
Kristaloid berisi elektrolit (contoh kalium, natrium, kalsium, klorida). Kristaloid
tidak mengandung partikel onkotik dan karena itu tidak terbatas dalam ruang
intravascular dengan waktu paruh kristaloid di intravascular adalah 20-30 menit.
Beberapa peneliti merekomendasikan untuk setiap 1 liter darah, diberikan 3 liter
kristaloid isotonik. Kristaloid murah, mudah dibuat, dan tidak menimbulkan reaksi
imun. Larutan kristaloid adalah larutan primer yang digunakan untuk terapi intravena
prehospital. Tonisitas kristaloid menggambarkan konsentrasi elektrolit yang
dilarutkan dalam air, dibandingkan dengan yang dari plasma tubuh. Ada 3 jenis
tonisitas kritaloid:
a. Isotonis.
Ketika kristaloid berisi sama dengan jumlah elektrolit plasma, ia memiliki
konsentrasi yang sama dan disebut sebagai “isotonik” (iso: sama, tonik:
konsentrasi). Ketika memberikan kristaloid isotonis, tidak terjadi perpindahan
yang signifikan antara cairan di dalam intravascular dan sel, dengan demikian
hampir tidak ada atau minimal osmosis. Keuntungan dari cairan kristaloid
adalah murah, mudah didapat, mudah penyimpanannya, bebas reaksi, dapat
segera dipakai untuk mengatasi defisit volume sirkulasi, menurunkan
viskositas darah, dan dapat digunakan sebagai fluid challenge test. Efek
samping yang perlu diperhatikan adalah terjadinya edema perifer dan edema
paru pada jumlah pemberian yang besar. Contoh larutan kristaloid isotonis:
Ringer Laktat, Normal Saline (NaCl 0.9%), dan Dextrose 5% in ¼ NS.
b. Hipertonis
Jika kristaloid berisi lebih elektrolit dari plasma tubuh, itu lebih
terkonsentrasi dan disebut sebagai “hipertonik” (hiper, tinggi, tonik,
konsentrasi). Administrasi dari kristaloid hipertonik menyebabkan cairan
tersebut akan menarik cairan dari sel ke ruang intravascular. Efek larutan
garam hipertonik lain adalah meningkatkan curah jantung bukan hanya
karena perbaikan preload, tetapi peningkatan curah jantung tersebut mungkin
23

sekunder karena efek inotropik positif pada miokard dan penurunan afterload
sekunder akibat efek vasodilatasi kapiler viseral. Kedua keadaan ini dapat
memperbaiki aliran darah ke organ-organ vital. Efek samping dari pemberian
larutan garam hipertonik adalah hipernatremia dan hiperkloremia. Contoh
larutan kristaloid hipertonis: Dextrose 5% dalam ½ Normal Saline, Dextrose
5% dalam Normal Saline, Saline 3%, Saline 5%, dan Dextrose 5% dalam RL.
c. Hipotonis
Ketika kristaloid mengandung elektrolit lebih sedikit dari plasma dan
kurang terkonsentrasi, disebut sebagai “hipotonik” (hipo: rendah, tonik:
konsentrasi). Ketika cairan hipotonis diberikan, cairan dengan cepat akan
berpindah dari intravascular ke sel. Contoh larutan kristaloid hipotonis:
Dextrose 5% dalam air, ½ Normal Saline.
2. Cairan Koloid
Cairan koloid merupakan larutan kristaloid yang mengandung molekul lebih
besar. Sehingga, membran kapiler tidak permeabel terhadap cairan tersebut (Azizah et
al., 2016). Cairan koloid mengandung zat-zat yang mempunyai berat molekul tinggi
dengan aktivitas osmotik yang menyebabkan cairan ini cenderung bertahan agak lama
dalam ruang intravaskuler. Koloid digunakan untuk resusitasi cairan pada pasien
dengan defisit cairan berat seperti pada syok hipovolemik/hermorhagik sebelum
diberikan transfusi darah, pada penderita dengan hipoalbuminemia berat dan
kehilangan protein jumlah besar (misalnya pada luka bakar). Cairan koloid
merupakan turunan dari plasma protein dan sintetik yang dimana koloid memiliki
sifat yaitu plasma expander yang merupakan suatu sediaan larutan steril yang
digunakan untuk menggantikan plasma darah yang hilang akibat perdarahan, luka
bakar, dan operasi. Kerugian dari „plasma expander‟ ini yaitu harganya yang mahal
dan dapat menimbulkan reaksi anafilaktik (walau jarang) dan dapat menyebabkan
gangguan pada cross match. Contoh dari cairan koloid sendiri yaitu :
a. Koloid Alami yaitu fraksi protein plasma 5% dan albumin manusia 5% dan 25%.
b. Koloid Sintetik seperti dextran 40, dextran 70, HES, Gelatin.

Tabel 2.2 Perbandingan Kristaloid dan Koloid


24

Sifat Kristaloid Koloid


Berat Molekul Lebih kecil Lebih besar
Distribusi Lebih cepat (20-30 menit) Lebih lama dalam sirkulasi
(3-6 jam)
Pengaruh terhadap Tidak ada pengaruh Mengganggu
hemostasis
Penggunaan Dehidrasi Perdarahan massif
Koreksi perdarahan Diberikan 2-3x jumlah Sesuai jumlah perdarahan
perdarahan

D. Spinal Anestesi
Teknik anestesi pada sectio caesarea dapat dilakukan dengan anestesi umum
maupun anestesi regional. Anestesi regional merupakan teknik pilihan dibanding dengan
anestesi umum karena anestesi umum memberikan risiko morbiditas dan mortalitas ibu
yang lebih besar. Kematian karena anestesi umum berhubungan dengan masalah jalan
napas, seperti ketidakmampuan intubasi, ketidakmampuan ventilasi ataupun aspirasi
pneumonia, sedangkan kematian karena anestesi regional berhubungan dengan
penyebaran blokade dermatom yang luas dan toksisitas obat anestesi lokal. Keuntungan
lain anestesi regional adalah paparan obat depresan pada bayi minimal, risiko aspirasi
pneumonia lebih kecil, ibu tetap bangun pada saat bayi dilahirkan, dan penggunaan
opioid lebih sedikit. Teknik anestesi regional pada sectio caesarea dapat dilakukan
dengan menggunakan teknik anestesi neuraksial yang meliputi anestesi regional spinal,
epidural, ataupun kombinasi spinal-epidural. Anestesi spinal merupakan teknik yang
sederhana dan dapat diandalkan, mempunyai onset blokade simpatis yang cepat dan
sempurna. Hanya dibutuhkan sejumlah kecil obat anestesi lokal untuk menghasilkan
blokade spinal fungsional sehingga risiko ibu untuk mengalami toksisitas anestesi lokal
sistemik dapat diabaikan. Keunggulan teknik anestesi spinal menjadikannya teknik
anestesi yang paling umum dilakukan untuk persalinan dengan sectio caesarea (Putri et
al., 2016).
Spinal anestesi merupakan bagian dari teknik regional anestesi dengan cara
menyuntikkan obat anestesi lokal ke dalam ruang subarahnoid (intratekal), untuk
mendapatkan analgesia setinggi dermatom tertentu dan relaksasi otot rangka. Spinal
25

anestesi sering digunakan pada prosedur operasi abdomen bagian bawah, sectio caesarea,
prosedur urologi transuretra, operasi ginjal, vagina, perineal termasuk anal dan rektal, dan
ekstremitas bawah. Blokade sensorik dan motorik tercapai dalam 12-18 menit dan hanya
dengan sejumlah kecil obat yang diperlukan serta adanya pertimbangan bahwa operasi
yang akan dilakukan berada pada bagian abdominal bawah yang sesuai dengan indikasi.
Setelah obat lokal anestesi disuntikkan ke dalam rongga subarakhnoid akan terjadi
perubahan dalam proses fisiologi. Blokade transmisi saraf (konduksi) pada serabut akar
saraf posterior akan menghambat sensasi somatik dan viseral, sedangkan blokade pada
serabut akar saraf anterior akan memblok eferen motorik dan otonom. Blokade transmisi
otonom eferen pada akar saraf spinal dapat menghasilkan blokade simpatis dan beberapa
blokade parasimpatis (Gautama et al., 2015).
Penelitian yang dilakukan oleh (Tanambel et al., 2017) menyatakan spinal
anestesi memiliki beberapa kelebihan, yaitu ibu dapat tetap sadar sehingga dapat
menghindari kejadian aspirasi dan juga depresi neonates. Namun, terdapat juga
kekurangan dari spinal anestesi yang dapat menyebabkan komplikasi. Salah satu
komplikasi yang sering muncul saat di lakukan spinal anestesi yaitu terjadinya hipotensi.
Terjadinya penurunan tekanan darah yang ekstrem pada ibu dapat mempengaruhi kondisi
bayi dan ibu. Hal ini dapat terjadi akibat dari ketinggian blokade spinal anestesi, semakin
tinggi blokade spinal maka kompensasi dampak hambatan simpatis akan semakin
ditekan. Hipotensi yang diakibatkan oleh spinal anestesi terjadi karena dipengaruhinya
saraf simpatis dimana saraf ini berfungsi untuk mengatur tonus dari otot polos pada
pembuluh darah. Terjadinya blokade pada serabut saraf simpatis preganglionic dapat
menyebabkan pelebaran vena (vasodilatasi vena), selanjutnya terjadi pergeseran volume
darah menuju bagian splanik dan ekstremitas bawah sehingga akan mengurangi aliran
darah balik menuju jantung. Efek samping lain anestesi spinal adalah bradikardia, mual
muntah, dan menggigil.
26

E. Kerangka Teori
Tindakan Operasi

General anestesi Spinal anestesi

Sensorik Motorik Simpatis

Faktor penyebab
Efek yang Vasodilatasi
hipotensi:
diharapkan : tidak pembuluh darah
nyeri Melumpuh Kompensasi
tubuh 1. Usia
kan otot
2. Berat badan
difragma Dengan otot Hipotensi dan tinggi
inspirasi badan
aksesorius Pemberian vasokontriksi 3. Obesitas
atau loading cairan 4. Cairan
(koloid/kristaloid) preloading
5. Dosis
Pemberian vasopressor
Buvipakain
6. Perdarahan
Modifikasi teknik anestesi
regional 7. Gravidarium
Sumber : (Azizah et al., 2016 )(Tanambel et al., 2017)(Mangku, G. & Senapathi., 2010)
Modifikasi posisi pasien

Kompresi tungkai pasien


27

F. Kerangka Konsep
Hipotensi

Pencegahan Pemberian Loading Cairan

Kristaloid Koloid

: jenis cairan

Sumber : (Azizah et al., 2016 )(Tanambel et al., 2017) (Mangku, G. & Senapathi., 2010)

G. Hipotesis
Hipotesis merupakan dalil sementara dari suatu penelitian yang mana akan
dibuktikan kebenarannya dari hasil penelitian (Notoatmodjo., 2014). Hipotesis dari
penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu :
1. Ho : Tidak ada hubungan yang signifikan antara jenis cairan preloading (kristaloid
dan koloid) dengan kejadian hipotensi pasien sectio caesarea dengan spinal anestesi
di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta.
Ha : Ada hubungan yang signifikan antara jenis cairan preloading (kristaloid dan
koloid ) dengan kejadian hipotensi pasien sectio caesarea dengan spinal anestesi di
RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta.
2. Ho : Cairan kristaloid lebih efektif mengurangi risiko hipotensi pada pasien sectio
caesarea dibanding dengan cairan koloid.
Ha : Cairan koloid lebih efektif mengurangi risiko hipotensi pada pasien sectio
caesarea dibanding dengan cairan kristaloid.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian analitik observasional yang
merupakan penelitian dengan tujuan menjelaskan suatu keadaan atau situasi. Desain
penelitian digunakan case control dimana suatu penelitian observasional bersifat
retrospektif. Case control dilakukan denga membandingkan antara kelompok kasus
dengan kelompok control berdasarkan pada status paparannya. Penelitian case control
berhubungan dengan bagaimana suatu faktor risiko diteliti menggunakan pendekatan
retrospektif, penelitian ini dilakukan untuk mencari hubungan antara seberapa
berpengaruhnya faktor risiko dengan terjadinya penyakit, misalnya seperti kasus yang
peneliti ambil mengenai hubungan jenis cairan preloading dengan pencegahan kejadian
hipotensi pada pasien sectio caesarea dengan spinal anestesi. Penelitian ini dilaksanakan
dengan menentukan subjek yang termasuk ke dalam kelompok kasus dan kelompok
kontrol, pencarian informasi mengenai pajanan suatu faktor risiko yang akan diteliti harus
melalui sumber yang akurat dan dapat dipercaya. Informasi ini dapat diperoleh melalui
catatan medis rumah sakit, laboratorium patologi anatomi, data pencatatan dari kantor
wilayah kesehatan, dan wawancara subjek baik secara langsung maupun melalui surat
atau telpon. Tidak ada perbedaan data atau informasi yang dikumpulkan antara
kelompok kasus dan kelompok kontrol, baik hal yang di tanyakan maupun cara
mendapatkan datanya (Sastroasmoro S & Ismael S., 2011)
Gambar 3.1 Rencana Penelitian Case Control:
Kristaloid

Responden Hipotensi

Koloid

Kristaloid

Responden Tidak Hipotensi

Koloid

retrospektif

28
B. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Variabel terikat ( dependen)
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi akibat dari variabel lain,
dimana variabel terikat berubah akibat dari perubahan variabel bebas. Bentuk kata
lain dari variabel terikat berupa efek, hasil, outcome, atau respon (Nursalam., 2016).
variabel terikat dalam penelitian ini adalah kejadian hipotensi pada pasien dengan
sectio caesarea spinal anestesi. Karakteristik hipotensi dengan melihat hasil
pengukuran tekanan darah sistol di bawah nilai normal <100 mmHg.

2. Variabel bebas ( independen)


Variabel bebas merupakan variabel yang menentukan nilai dari variabel yang lain.
Suatu stimulus yang dapat menciptakan dampak bagi variabel terikat. Pengamatan
dan pengukuran dilakukan untuk mengetahui hubungan atau adanya pengaruh terhaap
variabel lain (Nursalam., 2016). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah
pemberian cairan preloading yang berupa cairan kristaloid atau cairan koloid pada
pasien sectio caesarea dengan anestesi spinal.

C. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah pembahasan mengenai batasan atau dapat berupa
definisi dari setiap variabel berdasarkan karakteristik yang diobservasi (Notoatmodjo.,
2014). Batasan ruang lingkup penelitian ini meliputi :

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel


No Variabel Definisi operasional Cara Ukur Hasil Ukur Skala
1 Cairan Cairan elektrolit yang Rekam Medis Kristaloid : 1 Nominal
Preloading
diberikan kepada pasien Koloid :2
sebelum dilakukan operasi
untuk memenuhi
kebutuhan cairan pasien.
30

2 Hipotensi Hasil pengukuran tekanan Rekam Medis Hipotensi : Nominal


darah dengan hasil <100/60 mmHg
dibawah nilai normal :1
sistol, diastol maupun Tidak Hipotensi/
keduanya yaitu di bawah Normal :
nilai 100/60 mmHg. <120/80 mmHg
:2

D. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi merupakan total subjek yang dilibatkan sebagai pencuplikan subjek
penelitian, memiliki karakteristik dan kualitas tersendiri, untuk kemudian dilakukan
generalisir atau disimpulkan oleh peneliti (Notoatmodjo., 2014). Populasi penelitian
adalah subjek yang memenuhi kriteria yang telah diputuskan peneliti (Nursalam.,
2016). Variabel yang termasuk dapat berupa manusia, suatu kejadian, perilaku, atau
sesuatu yang akan dilakukan penelitian (Notoatmodjo., 2014). Populasi yang
termasuk dalam penelitian ini adalah seluruh pasien dengan tindakan operasi sectio
caesarea menggunakan spinal anestesi di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta sejak
bulan januari 2020 – bulan September 2021 denga total populasi sebayak 420 pasien .
2. Sampel
Sampel merupakan komponen dalam populasi yang memiliki jumlah dan
karkteristik yang di akan diobservasi dan dikumpulkan datanya (Harlan & Johan.,
2018). Sampel adalah bagian dari populasi yang dapat digunakan sebagai subjek
penelitian dengan sampling (Nursalam., 2016). Sampel yang ditetapkan dianggap
mewakili seluruh populasi sehingga disebut dengan sampel penelitian, pengambilan
sampel menggunakan cara tertentu sehingga sampel tersebut sebisa mungkin benar-
benar mewakili seluruh populasi.
Teknik pengambilan sample dalam penelitian ini menggunakan teknik purposif
sampling. Purposif sampling merupakan teknik pengambilan sampel non random
dimana anggota sampel dipilih berdasarkan kecocokan mereka dengan kriteria
31

tertentu menurut maksud penelitian (Harlan & Johan., 2018). Subjek harus memenuhi
kriteria inklusi yang telah ditetapkan peneliti dan tidak memenuhi kriteria eksklusi
sehingga dapat direkrut menjadi anggota sampel. Besarnya sampel pada penelitian ini
dihitung dengan menggunakan rumus Lameshow karena jumlah populasi (N) pada
penelitian ini belum diketahui atau (N-n)(N-1)= 1 dengan tingkat kepercayaan 95%
yaitu:
Gambar 3.2 Rumus Lameshow :
ʹଶఈ‫݌ ܼ ݍ݌‬

ሺͳെ‫݌‬ሻ
݊ൌ ଶ ൌ
݀ ݀ଶ

ͳǡ
ͻ͸Ͳǡ ͳሺͳെͲǡ ͳሻ
݊ൌ
Ͳǡͳଶ
͵ǡ
ͺͶͳ͸‫ݔ‬
ͲǡͳሺͲǡͻሻ
݊ൌ
ͲǡͲͳ
݊ൌ͵Ͷ ǡ
ͷ͹
݊ൌ͵ͷ
Keterangan :
n = jumlah sampel minimal yang diperlukan
d = presisi absolut/alpha/samping error (10%)
p = proporsi maksimal estimasi (10%)
Z = derajat kepercayaan 95% atau sig.0,5

Perhitungan besaran sampel menggunakan rumus Lameshow dengan tingkat


kepercayaan 95% dihasilkan 35 responden. Kemungkinan drop out adalah 10%
Jumlah responden yang dihitung :
݊
݊Ԣൌ
ͳെ݂

͵ͷ
݊Ԣൌ
ͳെͲǡͳ
͵ͷ
݊ᇱൌ
Ͳǡ
ͻ
݊Ԣൌ͵ͺǡ
ͺͺ= 39
Keterangan :
n‟ = jumlah sampel yang dihitung
n = jumlah sampel minimal
32

f = perkiraan proporsi drop out (10%)

Berdasarkan perhitungan besar sampel minimal dan penghitungan kemungkinan


drop out 10% didapatkan sampel sebesar 39 responden. Namun, untuk memperkaya
total responden, peneliti menetapkan akan mengambil responden sebanyak 40
responden. Sesuai dengan penelitian yang akan dilaksanakan dengan case control,
ditetapkan responden untuk kelompok kasus sebesar 40 orang dan kelompok kontrol
sebesar 40 orang, sehingga didapatkan total sampel sebesar 80 responden.
Sampel pada penelitian ini akan dikelompokkan menjadi dua, kelompok pertama
yaitu kelompok kasus dengan pasien yang mengalami hipotensi, sedangkan kelompok
kedua yaitu kelompok kontrol dengan pasien yang tidak mengalami hipotensi.
Kriteria inklusi dan eksklusi dalam penelitian ini meliputi :
a. Kriteria Inklusi
1) Ibu hamil dengan section cesarea menggunakan spinal anestesi.
2) Pasien dengan umur 20-35 tahun.
3) Pasien dengan pembedahan umum terencana (elektif)
4) Pasien dengan status fisik ASA I dan II.
5) Ibu dengan kondisi composmentis pre operasi.
b. Kriteria Eksklusi
1) Pasien dengan status fisik ASA III, IV dan V.
2) Pasien tidak sadar.
3) Pasien dengan perdarahan intraoperasi.
33

ALUR PEMILIHAN SAMPEL PASIEN SECTIO CAESAREA


JANUARI 2020 – SEPTEMBER 2021 RS PKU MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA

Gambar 3.3 Alur Pemilihan Sampel


Total populasi 420 data
pasien

Berdasarkan kriteria penelitian, 211


209 data pasien diseleksi data pasien dieksklusi

40 data pasien Dari 209 data dipilih secara acak


hipotensi sesuai dengan inklusi &eksklusi

40 data pasien Dari 169 data dipilih secara acak


tidak hipotensi mengambil pasien dengan urutan
nomor awal tanpa memperhatikan
bulan dan tahun rekam medis.
80 data pasien
untuk penelitian

E. Etika penelitian
1. Ethical Clearance
Ketentuan tertulis yang di berikan oleh Komisi Etik Penelitian untuk riset yang
melibatkan makhluk hidup yang menyertakan bahwa proposal riset layak
diselenggarakan setelah memenuhi persyaratan tertentu.
2. Informed Consent
1. Informed consent adalah suatu bentuk tanda persetujuan di antara peneliti dengan
responden penelitian. Adapun isi dari informed consent ini berupa : menjelaskan
manfaat dari penelitian, menjelaskan kemungkinan risiko dan ketidaknyamanan yang
didapatkan selama penelitian, menjelaskan manfaat yang akan di dapatkan responden,
persetujuan peneliti dalam menjawab setiap pertanyaan yang ingin di ajukan
responden berkaitan dengan jalannya penelitian, persetujuan responden dapat
mengundurkan diri kapan saja, jaminan terhadap identitas data diri. Dalam penelitian
34

ini tidak dilakukan pemberian informed consent kepada responden karena data yang
digunakan berupa data sekunder pasien pada rekam medis atau catatan medis pasien.
Perizinan pengambilan data pasien dalam ethical clearance yang diajukan kepada
Direktur RS PKU Muhammdiyah Yogyakarta.
3. Anonymity
Anonymity adalah suatu jaminan dalam penggunaan subjek dengan cara tidak
memberikan nama dari responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode
pada lembar pengumpulan data yang akan disajikan. Peneliti tidak mencantumkan
identitas responden dan menggunakan inisial untuk menjaga kerahasiaan yang sudah
disetujui antara peneliti dan responden dalam lembar penelitian yang akan di sajikan.
4. Confidentiality
Confidentiality adalah masalah etika yang memberikan jaminan kerahasiaan hasil
penelitian , baik dalam bentuk informasi maupun masalah – masalah lainnya. Semua
infromasi yang sudah terkumpul akan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti.

F. Alat dan Metode Pengumpulan Data


1. Alat pengumpulan data
Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan:
a. Dokumen Rekam Medis pasien yang berisi mengenai data diri lengkap pasien dan
juga hasil pemeriksaan head to toe dan pemeriksaan lain nya dimana tekanan
darah dan jenis cairan yang diberikan merupakan salah satu data yang ada di
dalamnya.
2. Metode pengumpulan data
a. Mengumpulkan dokumen rekam medis pasien selama bulan Januari 2020 sampai
dengan bulan September 2021.
b. Melihat hasil tekanan darah responden pada dokumen rekam medis.
c. Menentukan secara acak responden yang sesuai sebagai kelompok kasus dan
kelompok kontrol. Kelompok kasus diambil secara acak keseluruhan dengan total
40 responden hipotensi dan kelompok kontrol diambil secara acak sederhana
tanpa melihat bulan dan tahu rekam medis dengan total 40 responden tidak
hipotensi.
35

d. Melihat jenis cairan preloading yang diberikan kepada masing masing responden
baik pada kelompok kasus maupun kelompok kontrol.

G. Metode Pengolahan
Pengolahan data adalah sebuah proses yang bertujuan meringkas data
berdasarakan pengelompokan data mentah menggunakan suatu rumus tertentu sampai
dengan menghasilkan informasi yang dibutuhkan peneliti (Nursalam., 2016). Proses
pengolahan data meliputi :
1. Editing ( Penyuntingan Data )
Hasil pengukuran yang telah diperoleh atau dikumpulkan selama preoperasi dan
intraoperasi disunting/ diedit terlebih dahulu. Setelah dilakukan penyuntingan,
selanjutnya dimasukkan dalam table data.
2. Coding (Pemberian Kode)
Pasca dilakukan penyuntingan, kemudian dilakukan pengkodean atau coding yang
merupakan proses pengubahan data dalam bentuk huruf menjadi angka atau
bilangan. Pada penelitian ini koding data sebagai berikut :
a. Jenis cairan
Kode 1 : Kristaloid
Kode 2 : Koloid
b. Hasil Tekanan Darah :
Kode 1 : Hipotensi
Kode 2 : Tidak hipotensi
3. Data Entry
Memasukkan data yang berupa hasil penelitian yang terjadi pada responden dalam
bentuk kode angka ke dalam softwere computer. Program computer yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu program statistika pada komputer.
4. Tabulasi
Menyajikan data dalam bentuk tabel – tabel sesuai dengan tujuan penelitian atau
sesuai dengan yang diinginkan peneliti. Dalam penelitian ini semua data yang telah di
dapatkan dikelompokkan menjadi data tekanan darah kelompok kristaloid dan
kelompok koloid.
36

H. Analisis Data
Analisa data dilakukan untuk mengubah data hasil penelitian yang berupa data
mentah menjadi data yang lebih mudah untuk diinterpretasikan. Metode yang digunakan
meliputi:
1. Analisis Univariat
Analisis univariat bertujuan dalam mendeskripsikan karakteristik dari masing
masing variabel dalam penelitian (Notoatmodjo., 2014). Analisis ini umumnya hanya
untuk menghasilkan distribusi dan presentase dari masing - masing variabel.
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat bertujuan mengkorelasikan anatar Variabel dependen dan
independen yang mana variabel dependen berupa kejadian hipotensi dan variabel
independen berupa pemberian cairan preloading yang menggunakan skala nominal.
Oleh sebab itu, untuk melihat ada tidaknya korelasi antar variabel tersebut digunakan
uji korelasi Chi square. Chi square merupakan uji beda non parametris yang dilakukan
pada dua variabel dengan skala nominal. Dapat dikatakan berhubungan jika nilai p yang
dihasilkan kurang dari 0,05 (Sugiyono., 2014). Secara manual rumus yang digunakan
untuk uji Chi Square sebagai berikut :
Gambar 3.3 Rumus Chi Square:
ሺ ሻ
ைିாమ

ଶൌσ 



Keterangan :
X2 = Chi Kuadrat
O = Frekuensi yang diobservasi
E = frekuensi yang diharapkan
Penelitian yag dilakukan menggunakan analisis hubungan denga chi square yang
mana memiliki beberapa ketentuan dalam analisis. Adapun batasan uji chi square
sebagai berikut :
a. Tidak boleh terdapat sel yang memiliki nilai harapan (E) kurang dari 1.
b. Tidak boleh terdapat sel yang memiliki nilai harapan (E) kurang dari 5, lebih dari
20% dari jumlah sel.
37

Disimpulkan juga ada hubungan signifikan apabila signifikansi t < 0,05 maka Ho
ditolak Ha diterima atau apabila signifiansi t > 0,05 maka Ho diterima Ha ditolak.
Selain penilaian hubungan signifikan, dilakukan pula analisis nilai risk relative. Risk
relative adalah gambaran risiko terjadinya suatu peristiwa tertentu pada suatu
kelompok dibandingkan pada kelompok lain. Dalam epidemiologi dijelaskan bahwa
risk relative membantu mengetahui risiko terjadinya suatu penyakit setelah
mendapatkan suatu paparan dibandingkan dengan tidak mendapat paparan (Harlan &
Johan., 2018).
Rumus umum untuk risk relative :
Gambar 3.4 Rumus Risk Relative :
‫ܣ‬Ȁሺ
‫ܣ‬൅‫ܤ‬ሻ
ܴܴൌ
‫ܥ‬Ȁ
ሺ‫ܥ‬൅‫ܦ‬ሻ
Keterangan :
RR = Risk relative
A = total sampel yang mendapat paparan dan terkena penyakit tertentu.
B = total sampel yang mendapat paparan namun tidak terkena penyakit tertentu.
C = total sampel yang tidak mendapat paparan dan terkena penyakit tertentu.
D = total sampel yang tidak mendapat paparan namun tidak terkena penyakit
tertentu.
Jika didapatkan hasil dengan angka risk relative 1, maka tidak terdapat perbedaan
risiko antara kedua kelompok. Jika didapatkan hasil risk relative kurang dari 1,
menandakan kelompok terpapar risikonya lebih rendah dari pada kelompok tanpa
paparan. Dan jika angka risk relative lebih dari satu, berarti kelompok dengan
paparan risiko yang didapatkan lebih besar dari pada kelompok tanpa paparan.

I. Jalannya Penelitian
1. Tahap Persiapan
a. Pembagian dosen pembimbing
b. Pengajuan judul.
c. Penyusunan proposal penelitian skripsi BAB I, BAB II, BAB III.
d. Konsultasi dengan pembimbing kemudian melaksanakan sidang proposal
penelitian.
38

e. Pengesahan proposal skripsi.


f. Mengurus ethical clearance dari komisi etik Universitas Aisyiyah Yogyakarta.
g. Mengurus izin penelitian di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta.
h. Persiapan pelaksanaan pengambilan data penelitian di rumah sakit.
2. Tahap Penelitian
a. Mengidentifikasi sampel sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi
b. Melaksanakan pengambilan data penelitian di rumah sakit selama PKL dengan
pengumpulan data tekanan darah dan jenis cairan preloading responden yang
sudah tertera pada rekam medis.
c. Peneliti melaksanakan dokumentasi data hasil tekanan darah dan jenis cairan
preloading responden dalam bentuk tabel.
3. Tahap Akhir
a. Setelah mengumpulkan data yang di butuhkan, dilakukan analisa data serta
pembahasannya.
b. Melakukan konsultasi dengan dosen pembimbing mengenai hasil penelitian dan
cara analisis data juga penyusunan data.
c. Seminar hasil penelitian.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan desain
penelitian menggunakan case control secara pendekatan retrospektif yang
dilakukan untuk mencari hubungan jenis cairan preloading dengan pencegahan
kejadian hipotensi pada pasien sectio caesarea dengan spinal anestesi dan
mengetahui efektifitas cairan yang dapat mencegah terjadinya hipotensi.
Penelitian ini dilakukan selama bulan Januari 2022 di RS PKU Muhammadiyah
Yogyakarta dengan mengambil sejumlah data responden pada rekam medis
berdasarkan beberapa kriteria ingklusi dan eksklusi yang telah ditetapkan
sebanyak 80 responden, dengan pembagian kelompok menjadi kelompok kasus
sebanyak 40 responden dan kelompok kontrol sebanyak 40 responden.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, didapatkan hasil sebagai berikut :

1. Gambaran Umum RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta


RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta termasuk satu dari beberapa
rumah sakit swasta di Yogyakarta yang berada di Jalan K.H. Ahmad Dahlan
Nomor 20 Yogyakarta ditetapkan menjadi rumah sakit kelas B dengan
predikat lulus akreditasi tingkat paripurna. Lokasi RS PKU Muhammadiyah
Yogyakarta terletak pada pusat kota sehingga memudahkan pasien untuk
menuju rumah sakit. Pelayanan yang ada di RS PKU Muhammadiyah
Yogyakarta meliputi pelayanan Rawat Jalan, Instalasi Gawat Darurat (IGD),
Klinik Umum, Klinik Peyakit Dalam, Klinik Penyakit Jantung, Klinik
Penyakit Syaraf, Klinik Penyakit Jiwa, Klinik Penyakit Mata, Klinik
Penyakit THT, Klinik Penyakit Gigi dan Mulut, Klinik Penyakit Kulit dan
Kelamin, Klinik Penyakit Paru, Klinik Penyakit Anak, Klinik Rematologi,
Klinik Bedah Plastik, Klinik Bedah Gigi dan Mulut, Klinik Bedah Umum,
Klinik Bedah Tulang, Klinik Bedah Syaraf, Klinik Bedah Urologi, Klinik
Bedah Anak, Klinik Kebidanan dan Kandungan, Klinik Rehabilitasi Medik,
Klinik Tumbuh Kembang Anak, Klinik Alergi, Klinik VCT HIV AIDS,

39
40

Pelayanan Medical Check Up, Pelayanan One Day Care, Konsultasi


Psikologi, Pelayanan Vaksin dan Imunisasi, Pelayanan Konsultasi Gizi,
Pelayanan Kamar Bersalin, Pelayanan Kamar Operasi, Ruang Isolasi,
Pelayanan Rawat Inap, Ruang ICU ICCU, Ruang IMC, Ruang Perawatan
Bayi, Unit Farmasi, Unit Laboratorium, Unit Radiologi, Unit Gizi, Unit
Fisioterapi.
Instalasi Bedah Sentral (IBS) RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta
terdiri dari 4 kamar operasi yang masing masing dilengkapi dengan fasilitas
mendukung dan memadai serta didukung oleh tenaga dokter dan paramedis
professional dibidangnya masing- masing. RS PKU Muhammadiyah
Yogyakarta memiliki 4 dokter anestesi dan 5 penata anestesi yang
mendukung keberlangsungan tindakan operasi. Penelitian ini dilakukan untuk
meneliti lebih lanjut seberapa berpengaruhnya jenis cairan preloading yang
diberikan dan juga meneliti lebih lanjut jenis cairan mana yang lebih efektif
untuk mencegah terjadinya hipotensi pada pasien kepada pasien terutama
pada pasien sectio caesarea dengan spinal anestesi sebelum operasi.

2. Analisis Univariat dan Analisis Bivariat


Karateristik yang dibahas pada penelitian sesuai dengan tujuan khusus
meliputi :
a. Tekanan darah pasien sebelum operasi sectio caesarea dengan spinal
anestesi.
b. Tekanan darah pasien selama operasi sectio caesarea dengan spinal
anestesi.
c. Jenis cairan preloading pada pasien hipotensi dan jenis cairan
preloading pada pasien tidak hipotensi yang diberikan pada pasien
sebelum operasi.
d. Hubungan jenis cairan preloading dengan pencegahan kejadian
hipotensi pasien sectio caesarea pasca spinal anestesi.
e. Perbandingan efektifitas antara pemberian kristaloid dan koloid.
Karakteristik responden adalah pasien sectio caesarea dengan
spinal anestesi yang selama bulan Januari 2020 – September 2021 yang
41

ada pada RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta dengan data yang diambil


meliputi pasien yang mengalami kejadian hipotensi dan pasien tidak
mengalami kejadian hipotensi.

a. Tekanan darah pasien sebelum operasi sectio caesarea dengan spinal


anestesi.
Tabel 4.1 Distribusi Tekanan Darah PreOperasi di RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta Tahun 2020 – 2021
Tekanan Darah Frekuensi Persentase

Hipotensi 10 12,5%
Tidak Hipotensi 70 87,5%

Jumlah 80 100%
Sumber : data sekunder 2020 - 2021

Dari data pada Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa responden yang
diambil oleh peneliti dengan data tekanan darah sebelum Operasi
sectio caesare sebanyak 80 orang dengan perbandingan kejadian
pasien hipotensi sebanyak 10 orang (12,5%) dan pasien tidak
hipotensi sebanyak 70 orang (87,5%).
b. Tekan darah pasien intra operasi sectio caesarea dengan spinal
anestesi.
Tabel 4.2 Distribusi Tekanan Darah Intra Operasi di RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta Tahun 2020 – 2021
Tekanan Darah Frekuensi Persentase

Hipotensi 40 50%
Tidak Hipotensi 40 50%
Jumlah 80 100%
Sumber : data sekunder 2020 – 2021
42

Dari data pada Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa responden yang
diambil oleh peneliti dengan data tekanan darah Intra Operasi sectio
caesare sebanyak 80 orang dengan perbandingan yang sama antara
kelompok kasus yaitu pasien dengan kejadian hipotensi sebesar 40
pasien (50%) dan kelompok kontrol yaitu pasien dengan tidak
mengalami hipotensi sebesar 40 orang (50%).

c. Jenis cairan preloading pada pasien hipotensi dan jenis cairan


preloading pada pasien tidak hipotensi yang diberikan pada
pasien sebelum operasi.
Tabel 4.3 Distribusi Jenis Cairan Preloading di RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta Tahun 2020 – 2021
Jenis Cairan Preloading Frekuensi Persentase

Kristaloid 35 43,75%
Koloid 45 56,25%

Jumlah 80 100%
Sumber : data sekunder 2020 - 2021

Dari data pada Tabel 4.3 memperlihatkan bahwa berdasarkan


jenis cairan preloading, terdapat ada dua jenis cairan yaitu cairan
kristaloid dan cairan koloid. Cairan koloid digunakan lebih banyak
sebagai cairan preloading yaitu 45 pasien yang menggunakan
(56,25%), sedangkan untuk pengguna cairan kristaloid sebesar 35
pasien yang menggunakan (43,75%).
43

Uji hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini menguji antara hubungan
X dengan Y menggunakan uji korelasi Chi-Square dengan software statistik
pada komputer. Sesuai dengan tujuan khusus pada penelitian ini, didapatkan
hasil analisis bivariat dengan Chi-Square sebagai berikut :
d. Hubungan jenis cairan preloading dengan pencegahan kejadian
hipotensi pasien sectio caesarea pasca spinal anestesi.
Tabel 4.4 Distribusi Hubungan Jenis Cairan Preloading dengan
Pencegahan Kejadian Hipotensi pada Pasien Sectio Caesarea di RS
PKU Muhammadiyah Yogyakarta
Tahun 2020 - 2021
Kejadian Kristaloid Koloid Jumlah P
Hipotensi F % F % F %

Hipotensi 24 30 16 20 40 50 0.003
Tidak Hipotensi 11 13,8 29 36,3 40 50

Jumlah 35 43,8 45 56,3 80 100


Sumber : data sekunder 2020 – 2021
Dari data pada Tabel 4.4 distribusi jenis cairan preloading dengan
pencegahan kejadian hipotensi pada pasien sectio caesarea di RS
PKU Muhammadiyah Yogyakarta tahun 2020 – 2021 didapatkan
bahwa pasien Hipotensi lebih banyak menggunakan cairan kristaloid
yaitu sebanyak 24 orang (60%) dari total 40 orang pasien,
sedangkan pasien dengan jenis cairan koloid sebesar 16 orang (40%)
dari total 40 orang pasien.
Dari data pada Tabel 4.4 distribusi jenis cairan preloading dengan
pencegahan kejadian hipotensi pada pasien sectio caesarea di RS
PKU Muhammadiyah Yogyakarta tahun 2020 – 2021 didapatkan
pasien tidak hipotensi lebih banyak menggunakan cairan dengan jenis
koloid yaitu sebesar 29 orang (72,5%) dari total 40 orang, sedangkan
44

pengguna cairan dengan jenis kristaloid sebanyak 11 orang (27,5%)


dari total 40 pasien.
Tabel 4.4 hasil analisis bivariat menggunakan chi square dengan
nilai p-value sebesar 0,003 ( 0,003<0,05). Hal ini menunjukkan
bahwa hipotesis alternative (ha) diterima yang berarti terdapat
hubungan anatara jenis cairan preloading dengan pencegahan
kejadian hipotensi pada pasien sectio caesarea dengan spinal
anestesi. Dari hasil diatas, pasien dengan kejadian hipotensi lebih
banyak menggunakan kristaloid yaitu sebanyak 24 orang (30%)
sedangkan pasien dengan tidak hipotensi lebih banyak menggunakan
koloid yaitu sebanyak 29 orang (36,3%).

e. Perbandingan efektifitas antara pemberian kristaloid dan koloid.


Tabel 4.5 Distribusi Risk Relative Jenis Cairan Preloading dan
Kejadian Hipotensi Pasien Sectio Caesarea di RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta Tahun 2020-2021
Kejadian Kristaloid Koloid Jumlah Asymp.Sig
Hipotensi F % F % F % P RR (2-sided) 95% CI

Hipotensi 24 30 16 20 40 50
Tidak 0,003 3,955 0,004 1,546 –
Hipotensi 11 13,8 29 36,3 40 50 10,114

Jumlah 35 43,8 45 56,3 80 100


Sumber : data sekunder 2020 – 2021

Dari sajian Tabel 4.5, hasil analisis tersebut menunjukkan besaran


nilai Risk Relative (ditunjukkan pada nilai Estimate) sebesar 3,955
yang bermakna bahwa pasien dengan cairan preloading jenis koloid
memiliki potensi tidak terjadi hipotensi 3 (tiga) kali lebih besar
45

dibandingkan dengan pasien cairan preloading jenis kristaloid. Nilai


signifikansi Risk Relative ditunjukkan oleh nilai dari Asymp.Sig(2-
sided) atau p value sebesar 0,004, nilai ini lebih kecil dibandingkan
dengan nilai α=5% (taraf kepercayaan 95%) yang mana
menunjukkan bahwa nilai dari Risk Relative dapat dinyatakan
signifikan juga dapat mewakili keseluruhan populasi.
Nilai common risk relative lower bound sebesar 1,546
menunjukkan bahwa pasien dengan preloading cairan jenis koloid
paling tidak memiliki potensi tidak mengalami hipotensi 1,5 kali
lebih besar dibandingkan pasien dengan preloading cairan jenis
kristaloid. Nilai common risk relative upper bound sebesar 10,114
menunjukkan bahwa pasien dengan preloading cairan jenis koloid
memiliki potensi tidak mengalami hipotensi sampai dengan 10 kali
lebih besar dibandingkan dengan pasien yang menggunakan
preloading cairan jenis kristaloid. Sehingga dapat disimpulkan,
penggunaan cairan preloading dengan jenis cairan koloid lebih
efektif untuk mengurangi kejadian hipotensi pada pasien sectio
caesarea dengan spinal anestesi.

B. Pembahasan

1. Analisis Univariat dan Analisis Bivariat


a. Tekanan Darah Responden Sebelum dan Selama Dilakukan Operasi
Sectio Caesarea dengan Spinal Anestesi
Data pada Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa responden yang diambil
oleh peneliti dengan data tekanan darah sebelum Operasi sectio caesare
sebanyak 80 orang dengan perbandingan kejadian pasien hipotensi
sebanyak 10 orang (12,5%) dan pasien tidak hipotensi sebanyak 70 orang
(87,5%). Berdasarkan pada tabel 4.2 menunjukkan hasil tekanan darah
intra operasi pasien yang pasien dikelompokkan menjadi dua yaitu
kelompok kasus dengan kejadian hipotensi sebanyak 40 orang (50%) dan
kelompok kontrol dengan kejadian tidak hipotensi sebanyak 40 orang
(50%). Kedua kelompok ditetapkan memiliki responden yang sama
46

sesuai dengan desain penelitian menggunakan case control yang


membandingkan dua kelompok dengan jumlah responden yang sama.
Kejadian hipotensi menjadi kemungkinan terbesar yang dapat
terjadi pada pasien dengan spinal anestesi. Sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Azizah (2016) yang menyatakan hipotensi pada ibu
sectio caesarea dengan spinal anestesi merupakan masalah serius yang
sering terjadi pada pasien dengan angka kejadian hingga 80%. Sejalan
dengan penelitian Tanambel (2017) yang menyatakan bahwa kejadian
hipotensi berkaitan dengan ketinggian blockade spinal, semakin tinggi
blok spinal maka mekanisme kompensasi karena adanya hambatan
simpatis akan semakin ditekan. Hipotensi pasca spinal anestesi
diakibatkan karena blokade saraf serabut simpatis sehingga terjadi
vasodilatasi. Vasodilatasi dapat menyebabkan penurunan aliran darah ke
jantung hingga terjadinya hipotensi.
Hipotensi terjadi akibat dari blok simpatis efek obat anestesi
spinal yang terjadi pada ruang subarachnoid. Blok simpatis
mengakibatkan penurunan resistensi vascular sistemik dan curah jantung,
keadaan ini akan mengakibatkan pooling darah dari jantung dan toraks ke
bagian mensentrium, ginjal hingga ekstremitas bawah. Paralisis serabut
preganglion saraf simpatis yang mengirimkan sinyal impuls motorik ke
otot polos pembuluh darah perifer sehingga mengakibatkan arteri dan
arteriol mengalami pelebaran atau dilatasi di daerah denervasi simpatis,
terjadinya resistensi vaskuler perifer total sampai terjadinya tekanan
darah rata rata menurun (Azizah et al., 2016).
Hipotensi sendiri didefinisikan menjadi penurunan tekanan darah
sistol menjadi dibawah 100 mmHg dan diastol 60 mmHg (Kinsella et al.,
2018). Kejadian hipotensi terjadi disebabkan oleh beberapa faktor antara
lain usia,berat badan dan tinggi badan, obesitas, dan obat yang digunakan
(Rustini et al., 2016). Hipotensi merupakan komplikasi umum yang kerap
terjadi pada pasien sectio caesarea dengan spinal anestesi yang terjadi
akibat blok simpatis sehingga terjadi vasodilatasi, hipovolemi, juga
47

penurunan aliran vena yang menyebabkan terjadinya hipotensi (Md Nizar


et al., 2020).

b. Jenis Cairan Preloading Pada Pasien Sectio Cesarea dengan Spinal


Anestesi
Berdasarkan pada Tabel 4.3 menunjukkan bahwa berdasarkan
jenis cairan preloading, terdapat dua jenis cairan yaitu cairan kristaloid
dan cairan koloid. Cairan koloid digunakan lebih banyak sebagai cairan
preloading yaitu 45 pasien yang menggunakan (56,25%), sedangkan
untuk pengguna cairan kristaloid sebesar 35 pasien yang menggunakan
(43,75%). Tabel 4.4 menunjukkan rata rata pasien dengan kejadian
hipotensi lebih banyak menggunakan jenis cairan kristaloid yaitu
sebanyak 24 oranga (60%). Tabel 4.4 menunjukkan rata rata pasien
dengan kejadian tidak hipotensi lebih banyak menggunakan jenis cairan
koloid yaitu sebanyak 29 orang (72,5%). Rata-rata pasien dengan
penggunaan koloid sebagai preloading lebih banyak pada kelompok
responden yang tidak mengalami hipotensi.
Operasi sectio caesarea dengan spinal anestesi memiliki risiko
besar terjadinya hipotensi saat dilakukan operasi. Terdapat beberapa cara
untuk menurunkan tingkat risiko terjadinya hipotensi, salah satunya
dengan pemberian cairan preloading, untuk menjaga kestrabilan tekanan
darah pada pasien sectio caesarea dengan spinal anetesi maka volume
cairan pasien harus terpenuhi dengan baik. Hal ini bertujuan untuk
meningkatkan volume darah sentral sehingga dapat menurunkan tingat
kejadian hipotensi yang diakibatkan oleh efek samping blok saraf
simpatis spinal anestesi (Gustomi & Qomariyah., 2018). Sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Sanjaya (2018) yang menyatakan bahwa
salah satu metode untuk pencegahan kejadian hipotensi yaitu dengan
pemberian cairan intravena. Cairan preloading ini dapat diberikan baik
berupa cairan kristaloid maupun cairan koloid dengan jumlah tertentu
48

sesuai kebutuhan pasien. Beberapa penelitian yang telah dipublikasi


membahas mengenai keefektivitasan dari dua jenis cairan ini.
Penelitian Melchor (2016) membandingkan keefektivitasan antara
cairan kristaloid dan cairan koloid sebagai cairan yang dapat menurunkan
risiko hipotensi menyimpulkan bahwa cairan dengan jenis koloid lebih
efektif mengurangi risiko kejadian hipotensi pada pasien sectio caesarea
dengan spinal anestesi jika dibandingkan dengan kristaloid. Temuan lain
pada penelitian yang dilakukan oleh Woda (2021) menyatakan bahwa
cairan kristaloid adalah pilihan untuk menurunkan risiko terjadinya
hipotensi pada pasien sectio caesarea dengan spinal anestesi. Namun,
dalam penelitian Azizah (2016) mengenai efektivitas anatara cairan
kristaloid dan koloid menyimpulkan bahwa pada pemberian jenis cairan
kristaloid maupun koloid tidak ditemukan perbedaan yang bermakna
dalam mempertahankan tekanan darah setelah dilakukan spinal anestesi.
Pemberian cairan preloading dengan jenis cairan kristaloid
maupun koloid diharapkan dapat menjaga keseimbangan volume
intravaskuler pasien yang mempengaruhi volume loading jantung
sehingga risiko kejadian hipotensi dapat diminimalisir (Gustomi &
Qomariyah., 2018).

c. Hubungan jenis cairan preloading dengan pencegahan kejadian


hipotensi pasien sectio caesarea pasca spinal anestesi.
Berdasarkan Tabel 4.4 menunjukkan nilai p-value sebesar 0,003
(0,003<0,05) , dimana hal ini menyatakan hipotesis alternatif (ha)
diterima yang berarti terdapat hubungan antara jenis cairan preloading
dengan pencegahan kejadian hipotensi pada pasien sectio caesarea
dengan spinal anestesi. Sejalan dengan teori pada penelitian Fithria
(2014) yang menyatakan preload HES (koloid) dan RL (kristaloid)
berperan menjadi cairan yang dapat menurunkan risiko kejadian hipotensi
karena spinal anestesi. Cairan ini memiliki paruh waktu bertahan dalam
intravaskuler selama 20 -30 menit. Pemenuhan cairan dengan preloading
49

ini berpengaruh mencegah kejadian hipotensi karena efek peningkatan


volume sirkulasi intravaskular sehingga dapat menurunkan terjadinya
hipotensi relatif akibat vasodilatasi intravaskular oleh blok simpatis spinal
anestesi (Md Nizar et al., 2020).
Penatalaksanaan pasien dengan tujuan pencegahan hipotensi
pasca spinal anestesi dapat dilakukan dengan pemberian cairan intravena
sebelum dilakukan pembiusan atau sering disebut preloading cairan
(Azizah et al., 2016) Sejalan dengan teori dalam penelitian Woda &
Sihotang (2021) menyatakan cairan preloading baik cairan jenis kristaloid
maupun cairan koloid berpengaruh dalam pencegahan kejadian hipertensi
yang digunakan dengan tujuan pengganti cairan dan secara rasional dapat
meningkatkan volume sirkulasi darah untuk mengkompensasi penurunan
resistensi perifer akibat adanya vasodilatasi. Jenis cairan preloading
secara garis besar dibagi menjadi cairan kristaloid dan koloid. Kristaloid
adalah larutan berbasis air yang mengandung elektrolit maupun gula yang
paling banyak digunakan sebagai cairan resusitasi, dengan harga yang
murah dan mudah didapatkan. Koloid merupakan cairan dengan berat
molekul besar dan aktifitas osmotik yang mengakibatkan cairan koloid
dapat bertahan dalam intravascular dengan waktu yang lebih lama, dapat
digunakan sebagai cairan resusitasi pasien defisit cairan (Suta., 2017).
Beberapa penelitan telah membahas mengenai efektivitas maupun
efek samping pemberian cairan koloid dan kristaloid sebagai preloading
dalam menurunkan tingkat kejadian hipotensi. Penelitian Melchor (2016)
menyimpulkan bahwa cairan koloid dinilai lebih efektif jika dibandingkan
dengan cairan kristaloid dalam menurunkan risiko kejadian hipotensi bagi
pasien sectio caesarea dengan spinal anestesi, meskipun memiliki
kekurangan lebih mahal dari cairan kristaloid. Penelitian lain
menyebutkan bahwa cairan kristaloid lebih efektif dibandingkan dengan
cairan koloid dalam menurunkan tingkat kejadian hipotensi pasien sectio
caesarea dengan spinal anestesi, namun pemberian cairan kristaloid perlu
50

diperhatikan karena dapat menyebabkan terjadinya edema dan gangguan


keseimbangan elektrolit (Azizah et al., 2016).
Menjaga keseimbangan tekanan darah dan MAP pasien sectio
caesarea menggunakan spinal anestesi dapat dilakukan dengan
memenuhi volume cairan baik dengan cairan kristaloid maupun koloid.
Hal ini bertujuan untuk menstabilkan volume intravaskuler yang menurun
akibat dari vasodilatasi pembuluh darah karena blok simpatis spinal
anestesi. Jika pemenuhan cairan ini tidak tercapai, dapat terjadi kondisi
hipotensi yaitu penurunan tekanan sistol menjadi 80 mmHg dan diastol 60
mmHg (Robert H & Bellatania Yuda., 2019). Pemberian cairan untuk
meningkatkan volume plasma baik dalam bentuk kristaloid maupun
koloid dapat bekerja menjaga kestabilan volume intravascular dengan
meningkatkan tekanan ongkotik dalam intravascular. Cairan akan
berpindah menuju ruang intravascular yang akan menyebabkan
peningkatan sirkulasi volume (Jj Cox et al., 2020)
Berdasarkan pada Tabel 4.4 menunjukkan bahwa dari 80 total
responden dengan kelompok kejadian tidak hipotensi sebanyak 40
responden terdapat 29 pasien (36,3%) lebih banyak menggunakan jenis
cairan preloading koloid. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Gustomi & Qomariyah (2018) menyatakan bahwa pemberian cairan
preload yang dianjurkan yaitu dengan pemberian infus koloid, hal ini
disebabkan karena partikel koloid yang lebih besar dan tidak permeable
dapat mengisi ruang intravaskuler lebih lama dan efektif. Penelitian ini
sesuai juga dengan teori yang menyatakan bawa 500 ml cairan koloid
lebih efektif dari 1000 ml cairan kristaloid untuk mencegah hipotensi,
meski begitu tidak semua pasien terbebas dari hipotensi (Robert H. Sirait
& Bellatania Yuda., 2019)
Preloading dengan jenis cairan koloid yang dapat bertahan lebih
lama dalam intravaskular dapat menjadi alternatif terbaik selain
memberikan coloading selama operasi dengan cairan jenis kristaloid
(Woda et al., 2021). Pasien operasi dengan tindakan spinal anestesi
51

disarankan untuk diberikan cairan koloid karena fungsi utama dari koloid
yaitu dapat mencegah terjadinya kejadian hipotensi selama spinal
anestesi. Cairan koloid memiliki tekanan onkotik tinggi dengan ukuran
molekul besar sehingga sulit untuk menembus membran kapiler dan dapat
mempertahankan volume intravaskuler. Koloid tersusun atas 2 tipe
polimer glukosa yaitu amilopektin dan amilosa yang dapat menurunkan
permeabilitas pembuluh darah akibatnya hal ini dapat mengurangi risiko
bocornya kapiler (Gustomi & Qomariyah., 2018). Cairan koloid yang
mengandung molekul besar dan tidak permeabel lebih efektif dapat
mempertahankan tekanan darah pada ambang normal selama dilakukan
operasi sectio caesarea menggunakan regional anestesi jika dibandingkan
dengan penggunaan kristaloid (Puspitosari et al., 2016)
Berdasarkan Tabel 4.4 menunjukkan bahwa dari 80 total
responden dengan kelompok kejadian hipotensi sebanyak 40 responden
terdapat 24 pasien (30%) lebih banyak menggunakan cairan kristaloid.
Hal ini sejalan dengan penelitian Gustomi & Qomariyah (2018)
menjelaskan bahwa prehidrasi menggunakan jenis cairan kristaloid
dengan pemberian cepat 20 ml/kg berat badan masih belum efektif
menurunkan insiden keparahan kejadian hipotensi, hal ini terjadi akibat
perpindahan cairan kristaloid yang lebih cepat dari intravaskuler menuju
ekstraseluler.
Dalam penelitian lain menyatakan pemberian cairan kristaloid
dapat mengurangi kejadian hipotensi, namun hal ini dapat lebih efektif
jika pemberian cairan kristaloid secara coloading dari pada secara
preloading saja (Woda et al., 2021). Penggunaan kristaloid sebagai
coloading dengan RL dianggap lebih efektif sebagai alternative untuk
menurunkan tingkat kejadian hipotensi selama operasi (Kinsella et al.,
2018)
Cairan kristaloid merupakan cairan dengan larutan berbahan dasar
air dengan molekul kecil, sehingga membran kapiler permeabel terhadap
cairan kristaloid. Hal ini mengakibatkan cairan kristaloid lebih cepat
52

berdifusi dari intravascular menuju ruang interstitial, perpindahan cairan


ini tidak efektif untuk menurunkan risiko terjadinya hipotensi pada pasien
sectio caesarea dengan spinal anestesi (Azizah et al., 2016). Cairan
kristaloid memiliki tekanan onkotik yang rendah sehingga akan lebih
cepat berdifusi menuju ekstraseluler.tujuan utama untuk rehidrasi menjadi
tidak maksimal, hal ini menyebabkan tekanan darah mengalami
penurunan. Penilaian dengan kejadian hipotensi digunakan pada
penelitian ini karena penurunan tekanan darah adalah salah satu
parameter penilaian yang mudah diamati dari perubahan hemodinamik
yang diakibatkan oleh tindakan spinal anestesi (Gustomi & Qomariyah.,
2018).

d. Perbandingan efektifitas antara pemberian kristaloid dan koloid.


Hasil analisis pada tabel 4.5 menunjukkan besaran nilai risk
relative (ditunjukkan pada nilai Estimate) sebesar 3,955 yang bermakna
bahwa pasien dengan cairan preloading jenis koloid memiliki potensi
tidak terjadi hipotensi 3 (tiga) kali lebih besar dibandingkan dengan
pasien cairan preloading jenis kristaloid. Nilai signifikansi risk relative
ditunjukkan oleh nilai dari Asymp.Sig(2-sided) atau p value sebesar 0,004
, nilai ini lebih kecil dibandingkan dengan nilai α=5% (taraf kepercayaan
95%) yang mana menunjukkan bahwa nilai dari risk relative dapat
dinyatakan signifikan juga dapat mewakili keseluruhan populasi.
Sejalan dengan penelitian Woda & Sihotang (2021) yang
menyatakan sebaiknya pasien sectio caesarea dengan spinal anestesi
diberikan cairan jenis koloid untuk mencegah kejadian hipotensi akibat
spinal anestesi. Cairan koloid terdiri dari molekul dengan ukuran besar
dan sukar menembus membran permeable, hal ini menyebabkan cairan
koloid tidak mudah berpindah dari intravascular sehingga dapat
mempertahankan volume intravascular lebih lama. Kemampuan cairan
koloid yang dapat menurunkan risikko kebocoran kapiler dan mampu
mempertahankan volume plasma menjadi kelebihan dari koloid sehingga
53

lebih efektif untuk menurunkan kejadian hipotensi. Meski begitu, koloid


juga memiliki kelemahan yaitu onset lama, durasi panjang dan harganya
lebih mahal yang menyebabkan kebanyakan rumah sakit lebih memilih
kristaloid sebagai cairan preloading pilihan yang lain. Hasil penelitian ini
mendukung penggunaan cairan koloid karena terbukti lebih efektif
daripada cairan kristaloid dalam mempertahankan tekanan darah tidak
mengalami penurunan atau hipotensi pada pasien sectio caesarea dengan
spinal anestesi.
Cairan yang diberikan pada pasien harus dinilai secara
berkesinambungan, hal ini dapat menunjukkan langkah selanjutnya dalam
penanganan pasien, penggantian cairan yang tidak adekuat dapat
menyebabkan kegagalan fungsi organ hingga yang terberat yaitu
terjadinya kematian (Jj Cox et al., 2020).

C. Keterbatasan Penelitian
Dalam melaksanakan penelitian ini terdapat beberapa hal yang dirasakan
oleh peneliti yang menjadi keterbatasan yaitu terdapat beberapa rekam medis
calon responden yang tidak tersedia pada ruang penyimpanan rekam medis baik
dalam bentuk rekam medis manual maupun rekam medis elektronik pasien.
Terdapat rekam medis dengan bagian tidak terisi pada data tekanan darah pasien
yang menjadi data pokok yang dibutuhkan peneliti juga menjadi salah satu
keterbatasan pada penelitian ini.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang tertera pada bab
sebelumnya, dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Dari total 80 responden, lebih banyak yang tidak megalami kejadian
hipotensi pada hasil tekanan darah pre operasi sectio caesarea
menggunakan spinal anestesi dengan persentase 87,5% responden tidak
hipotensi dan 12,5% responden hipotensi.
2. Dari total 80 responden, didapatkan hasil yang sama antara responden
hipotensi dengan responden tidak hipotensi pada hasil tekanan darah intra
operasi sectio caesarea menggunakan spinal anestesi dengan persentase
50% responden tidak hipotensi dan 50% responden hipotensi.
3. Jenis cairan preloading pencegahan kejadian hipotensi pasien sectio
caesarea pasca spinal anestesi pada penelitian ini menggunakan jenis
cairan kristaloid dengan total responden sebanyak 35 pasien dan cairan
koloid dengan total responden sebanyak 45 pasien.
4. Setelah dilakukan pengujian hubungan antara jenis cairan preloading
dengan pencegahan kejadian hipotensi menggunakan software statistika,
didapatkan terdapat hubungan yang bermakna yang dapat dilihat dari
nilai p value 0,003 < 0,05 ( ha diterima, ho ditolak). Terdapat hubungan
antara jenis cairan preloading dengan pencegahan kejadian hipotensi
pasien sectio caesarea pasca spinal anestesi.
5. Pemberian cairan koloid lebih efektif dengan hasil uji risk relative
preloading jenis koloid memiliki potensi tidak terjadi hipotensi 3 (tiga)
kali lebih besar dibandingkan dengan pasien cairan preloading jenis
kristaloid.

54
55

B. Saran
1. Bagi RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan dan pertimbangan
dalam memilih cairan preloading bagi pasien sectio caesarea dengan
spinal anestesi untuk menurunkan tingkat kejadian hipotensi di RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta.
2. Bagi Penata Anestesi
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemilihan jenis cairan
preloading dengan koloid lebih dianjurkan untuk menjadi cairan
preloading pada pasien sectio caesarea dengan spinal anestesi untuk
menurunkan tingkat kejadian hipotensi.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk
pengembangan ilmu keperawatan anestesi, baik untuk bahan bacaan
maupun sumber referensi di perpustakaan universitas.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan bagi peneliti selanjutnya untuk memperpanjang lama
waktu pengambilan data retrosfektif menggunakan rekam medis sehingga
data yang didapatkan lebih variatif dan hasil penelitian dapat lebih
komprehensif.
DAFTAR PUSTAKA :

Azizah, R. N., Sikumbang, K. M., & Asnawati, A. (2016). Efek Pemberian Cairan
Koloid dan Kristaloid terhadap Tekanan Darah. Berkala Kedokteran, 12(1), 19.
https://doi.org/10.20527/jbk.v12i1.352

Flora, L., Redjeki, I. S., & Wargahadibrata, A. H. (2014). Perbandingan Efek Anestesi
Spinal dengan Anestesi Umum terhadap Kejadian Hipotensi dan Nilai APGAR
Bayi pada Seksio Sesarea. Jurnal Anestesi Perioperatif, 2(2), 105–116.
https://doi.org/10.15851/jap.v2n2.304

Gautama, R. M., Frw, C., & Widodo, U. (2015). Efek Klonidin 3 μ g / kgBB Drip
Intravena Terhadap Lama Kerja Blokade Motorik dan Sensorik pada Blok
Subarakhnoid. Jurnal Komplikasi Anestesi, 2, 1–10.

Gustomi, M. P., & Qomariyah. (2018). ( Effectiveness Of Crystalloid Liquids And


Colloid In Sectio Cesarea Patient. 09, 106–118.

Harlan, J., & Johan, R. S. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan. In Pusdik SDM
Kesehatan (edisi kedu). Gunadarma.

Jj, C., Rs, L., Rs, E., Sw, S., & Am, C. (2020). Techniques for preventing hypotension
during spinal anaesthesia for caesarean section (Review).
https://doi.org/10.1002/14651858.CD002251.pub4.www.cochranelibrary.com

Kementerian Kesehatan, I. (2015). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


Nomor HK.02.02/Menkes/251/2015 Tentang Pedoman Nasional Pelayanan
Kedokteran Anestesiologi Dan Terapi Intensif (p. 32).

Kinsella, S. M., Carvalho, B., Dyer, R. A., Fernando, R., McDonnell, N., Mercier, F. J.,
Palanisamy, A., Sia, A. T. H., Van de Velde, M., & Vercueil, A. (2018).
International consensus statement on the management of hypotension with
vasopressors during caesarean section under spinal anaesthesia. Anaesthesia, 73(1),
71–92. https://doi.org/10.1111/anae.14080
Mangku, G. & Senapathi, T. G. A. (2010). Buku Ajar Ilmu Anestesia Reaminasi. PT.
MACANAN JAYA CEMERLANG.

Md Nizar, N. D., Hassan, S. K., Mohamad Zaini, R. H., Hassan, M. H., Wan Hassan, W.
M. N., & Mazlan, M. Z. (2020). Comparing the Effects of Pre-loading with
Gelatine 4% Plasma Volume Expander and 6% Hydroxyethyl Starch Solution
Before Spinal Anaesthesia for Lower Limb Orthopaedic Surgery. Malaysian
Journal of Medical Sciences, 27(6), 68–78.
https://doi.org/10.21315/mjms2020.27.6.7

Notoatmodjo, S. (2014). Metodologi penelitian Kesehatan. Rineka Cipta.

Nursalam. (2016). Metode Penelitian Ilmu Keperawatan (Edisi 4). Salemba Medika.

Pramono, dr. Ardi, Sp.An., M. K. (2015). Buku Kuliah Anestesi (deriyan sukma wijaya
(ed.)). Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Prasetyono, D. S. (2016). Tanda Bahaya dari Tubuh. In Y. S. Putri (Ed.), Tanda Bahaya
dari Tubuh (p. 96). Yogyakarta : FlashBooks.

Puspitosari, M. S., Wujoso, H., & Judin, M. (2016). PERBEDAAN PENGARUH


ANTARA KRISTALOID DAN KOLOID TERHADAP PERUBAHAN
ELEKTROLIT (Na, K, Cl). Jurnal Kesehatan, 9(1), 32.
https://doi.org/10.23917/jurkes.v9i1.3404

Putri, Y. S., Fuadi, I., & Bisri, T. (2016). Efek Penggunaan Leg Wrapping terhadap
Kejadian Hipotensi Selama Anestesi Spinal pada Pasien Seksio Sesarea. Jurnal
Anestesi Perioperatif, 4(3), 191–197. https://doi.org/10.15851/jap.v4n3.903

Rahmadani, O. (2017). Hubungan antara Pola Tidur terhadap Tekanan Darah pada
Remaja SMA di Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak Yogyakarta. Naskah
Publikasi, 1–10.

Ripollés Melchor, J., Espinosa, Martínez Hurtado, E., Casans Francés, R., Navarro
Pérez, R., Abad Gurumeta, A., & Calvo Vecino, J. M. (2015). Colloids versus
crystalloids in the prevention of hypotension induced by spinal anesthesia in
elective cesarean section. A systematic review and meta-analysis. Minerva
Anestesiologica, 81(9), 1019–1030.

Robert H. Sirait. Bellatania Yuda. (2019). Profil Hemodinamik Pasien yang Menjalani
Seksio Sesarea dengan Anestesi Spinal pada Primipara dan Multipara di RSU UKI
Periode Tahun 2015-2017. Departemen Anestesiologi, 7(Anestesi Spinal), 7–13.

Robert H, S. ., & Bellatania Yuda. (2019). Profil Hemodinamik Pasien yang Menjalani
Seksio Sesarea dengan Anestesi Spinal pada Primipara dan Multipara di RSU UKI
Periode Tahun 2015-2017. Departemen Anestesiologi, 7(anestesi spinal), 7–13.

Rustini, R., Fuadi, I., & Surahman, E. (2016). Insidensi dan Faktor Risiko Hipotensi
pada Pasien yang Menjalani Seksio Sesarea dengan Anestesi Spinal di Rumah Sakit
Dr. Hasan Sadikin Bandung. Jurnal Anestesi Perioperatif, 4(1), 42–49.
https://doi.org/10.15851/jap.v4n1.745

Sanjaya, D. A., Luh, N., Inca, P., Agustini, B., Agus, I. G., Putra, S., & Ileatan, E.
(2018). Procedure for Using Crystalloid and Colloid Fluids in Blood Pressure in
Sectio Caesaria Patients Using Spinal Anesthesia Technique Prosedur Penggunaan
Cairan Kristaloid dan. Jurnal Kesehatan Primer, 3(2), 87–93.

Sastroasmoro S & Ismael S. (2011). Dasar - Dasar Metodologi Studi Kasus-Kontrol


(edisi ke-4). Sagung Seto.

Singh, K., Nautiyal, R., Payal, Y. S., & Sharma, J. P. (2014). Evaluation of
hemodynamic changes after leg wrapping in elective cesarean section under spinal
anesthesia. Journal of Obstetric Anaesthesia and Critical Care, 4(1), 23.
https://doi.org/10.4103/2249-4472.132818

Siti, M. K., & Soekiswati, S. (2019). Pengaruh Latihan Angkat Beban dan Jalan Kaki
Interval Terhadap Peningkatan Tekanan Darah pada Mahasiswi Penderita
Hipotensi. Electronic Theses and Dissertations Universitas Muhammadiyah
Surakarta. http://eprints.ums.ac.id/73632/

Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Alfabeta.CV.


Suta, P. D. D. (2017). Terapi Cairan. In TERAPI CAIRAN (p. 4).

Tanambel, P., Kumaat, L., & Lalenoh, D. (2017). Profil Penurunan Tekanan Darah
(hipotensi) pada Pasien Sectio Caesarea yang Diberikan Anestesi Spinal dengan
Menggunakan Bupivakain. E-CliniC, 5(1), 1–6.
https://doi.org/10.35790/ecl.5.1.2017.15813

Woda, R. R., & Sihotang, J. (2021). Pencegahan Kejadian Hipotensi Pasca Anestesi
Spinal Pada Pembedahan Seksio Sesarea. Cendana Medical Journal,
21(Aneshtesia), 72–76.
LAMPIRAN
Lampiran I Surat Studi Pendahuluan :
Lampiran II Surat Lolos Layak Etik :
Lampiran III Surat Izin Penelitian di RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
Lampiran IV Lembar Bimbingan Skripsi :
Lampiran 4 Lembar Bimbingan Skripsi :
Lampiran V Data Responden dalam Dummy Tabel :

Nama Rekam TD CAIRAN


No pasien medis TD PRE OP CODING INTRAOP CODING PRELOADING CODING
1 Ny.P 75423 121/69 2 127/81 2 koloid 2
2 ny.s 75309 121/88 2 122/78 2 koloid 2
3 ny.y 75736 120/72 2 121/84 2 koloid 2
4 ny.w 68136 123/73 2 127/76 2 kristaloid 1
5 ny.a 78540 124/78 2 123/80 2 koloid 2
6 ny.r 76963 122/80 2 127/82 2 kristaloid 1
7 ny.d 50580 120/73 2 124/76 2 koloid 2
8 ny.f 77676 123/81 2 127/84 2 koloid 2
9 ny.n 75027 123/68 2 121/78 2 kristaloid 1
10 ny.nf 12816 120/69 2 122/78 2 koloid 2
11 ny.m 74851 120/78 2 122/81 2 koloid 2
12 ny.s 67519 125/77 2 122/75 2 koloid 2
13 ny.mj 74294 126/76 2 121/78 2 koloid 2
14 ny.id 75443 123/78 2 122/80 2 koloid 2
15 ny.ni 76909 123/81 2 125/79 2 koloid 2
16 ny.us 41485 126/81 2 125/80 2 koloid 2
17 ny.ss 69100 125/71 2 125/72 2 kristaloid 1
18 ny.uh 11064 121/81 2 124/82 2 koloid 2
19 ny.dp 75704 122/77 2 120/79 2 koloid 2
20 ny.su 63570 122/72 2 121/80 2 koloid 2
21 ny.si 74536 120/84 2 122/81 2 kristaloid 1
22 ny.ut 55459 124/76 2 121/74 2 koloid 2
23 ny.ha 77739 122/83 2 125/83 2 koloid 2
24 ny.vm 56335 122/75 2 121/80 2 koloid 2
25 ny.rn 76894 120/62 2 126/78 2 kristaloid 1
26 ny.n 77105 124/80 2 125/81 2 koloid 2
27 ny.pu 67706 122/87 2 120/80 2 koloid 2
28 ny.af 76692 123/87 2 124/85 2 kristaloid 1
29 ny.pm 79329 121/78 2 125/80 2 koloid 2
30 ny.nr 74974 126/79 2 125/81 2 koloid 2
31 ny.ar 73203 125/72 2 123/78 2 koloid 2
32 ny.ne 74340 128/82 2 122/80 2 kristaloid 1
33 ny.nu 74510 120/70 2 121/80 2 kristaloid 1
34 ny.ts 48604 123/82 2 125/87 2 koloid 2
35 ny.tm 74884 125/75 2 123/68 2 koloid 2
36 ny.sp 73960 120/78 2 123/80 2 koloid 2
37 ny.nj 49570 121/81 2 122/80 2 kristaloid 1
38 ny.rar 70202 123/79 2 120/77 2 koloid 2
39 ny.ruw 76601 122/81 2 125/82 2 kristaloid 1
40 ny.su 75695 124/75 2 126/80 2 koloid 2
41 ny.s 75664 129/76 2 110/69 1 koloid 2
42 ny.ak 77717 121/70 2 89/43 1 kristaloid 1
43 ny.dkd 77520 123/68 2 108/66 1 koloid 2
44 ny.s 76684 122/77 2 111/60 1 kristaloid 1
45 ny.ds 74621 120/75 2 108/62 1 kristaloid 1
46 ny.n 75581 121/68 2 109/62 1 koloid 2
47 ny.ww 77573 121/70 2 99/60 1 kristaloid 1
48 ny.af 47938 124/72 2 108/69 1 kristaloid 1
49 ny.fo 38262 120/72 2 99/63 1 kristaloid 1
50 ny.rb 75792 120//78 2 109/73 1 koloid 2
51 ny.dpr 34809 122/69 2 110/73 1 kristaloid 1
52 ny.ta 66979 132/78 2 106/65 1 kristaloid 1
53 ny.fs 75038 121/68 2 99/64 1 koloid 2
54 ny.aap 70250 122/71 2 104/70 1 kristaloid 1
55 ny.th 75040 122/80 2 111/80 1 kristaloid 1
56 ny.mta 52881 120/79 2 106/64 1 kristaloid 1
57 ny.fr 37111 122/70 2 100/54 1 koloid 2
58 ny.kt 75890 121/78 2 119/79 1 koloid 2
59 ny.r 76474 130/77 2 91/72 1 koloid 2
60 ny.srn 31444 123/61 2 97/51 1 kristaloid 1
61 ny.s 75971 125/78 2 108/60 1 koloid 2
62 ny.ia 63516 122/68 2 93/63 1 kristaloid 1
63 ny.aic 75833 123/75 2 97/56 1 koloid 2
64 ny.nt 75405 123/76 2 94/54 1 koloid 2
65 ny.f 75087 128/80 2 108/60 1 koloid 2
66 ny.lpa 28474 125/78 2 97/57 1 kristaloid 1
67 ny.arr 75712 123/69 2 113/65 1 koloid 2
68 ny.b 76519 121/72 2 115/76 1 kristaloid 1
69 ny.sk 75715 122/65 2 112/76 1 kristaloid 1
70 ny.a 75868 105/51 1 113/74 1 kristaloid 1
71 ny.ana 76399 96/57 1 97/60 1 kristaloid 1
72 ny.ir 77074 106/66 1 115/76 1 koloid 2
73 ny.saa 75739 103/62 1 94/58 1 kristaloid 1
74 ny.amw 76931 93/67 1 101/71 1 koloid 2
75 ny.y 76089 111/76 1 115/73 1 kristaloid 1
76 ny.sn 78839 114/70 1 115/71 1 koloid 2
77 ny.sw 71862 103/66 1 107/68 1 kristaloid 1
78 ny.yf 49826 93/66 1 110/73 1 kristaloid 1
79 ny.an 58133 114/73 1 115/76 1 kristaloid 1
80 ny.rs 76438 125/78 2 103/55 1 kristaloid 1
Lampiran VI Anggaran Dana Penelitian

No. Kegiatan Banyaknya Hrga Satuan Total


1. Print dan Fotocopy 600 lembar Rp 300,00 Rp 180.000
2. Izin Studi Pendahuluan 1 Rp 120.000 Rp 120.000
3. Izin Penelitian 1 Rp 450.000 Rp 450.000
4. Ethical Clearance 2 Rp 170.000 Rp 340.000
5. Transportasi 10 liter Rp 10.000 Rp 100.000
Jumlah Rp 1.190.000
Lampiran VII Data SPSS :

Tekanan Darah Intraoperasi


Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid HIPOTENSI 40 50.0 50.0 50.0
TIDAK 40 50.0 50.0 100.0
HIPOTENSI
Total 80 100.0 100.0

Jenis Cairan Preloading


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid KRISTALOI 35 43.8 43.8 43.8
D
KOLOID 45 56.3 56.3 100.0
Total 80 100.0 100.0

Statistics
TDI JCP
N Valid 80 80
Missing 0 0
Mean 1.50 1.56
Median 1.50 2.00
Std. Deviation .503 .499
Minimum 1 1
Maximum 2 2
Sum 120 125
Crosstabs

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
TDI * JCP 80 100.0% 0 0.0% 80 100.0%

TDI * JCP Crosstabulation


Count
JCP
KRISTALOID KOLOID Total
TDI HIPOTENSI 24 16 40
TIDAK HIPOTENSI 11 29 40
Total 35 45 80

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df (2-sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 8.584a 1 .003
Continuity Correctionb 7.314 1 .007
Likelihood Ratio 8.756 1 .003
Fisher's Exact Test .006 .003
Linear-by-Linear 8.477 1 .004
Association
McNemar Test .442c
N of Valid Cases 80
Odds Ratio

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
TDI * JCP 80 100.0% 0 0.0% 80 100.0%

TDI * JCP Crosstabulation


Count
JCP
KRISTALOID KOLOID Total
TDI HIPOTENSI 24 16 40
TIDAK HIPOTENSI 11 29 40
Total 35 45 80

Tests of Conditional Independence


Asymptotic
Significance (2-
Chi-Squared df sided)
Cochran's 8.584 1 .003
Mantel-Haenszel 7.223 1 .007

Mantel-Haenszel Common Odds Ratio Estimate


Estimate 3.955
ln(Estimate) 1.375
Standard Error of ln(Estimate) .479
Asymptotic Significance (2-sided) .004
Asymptotic 95% Common Odds Ratio Lower Bound 1.546
Confidence Interval Upper Bound 10.114
ln(Common Odds Ratio) Lower Bound .436
Upper Bound 2.314
Lampiran VIII Time Schedule Penelitian :

Jadwal Kegiatan Agustus September Oktober November Desember Januari Februari Maret
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
Pengajuan Judul
ACC Judul
Studi Pendahuluan
Penyusunan BAB I
Penyusunan BAB II
Penyusunan BAB III
ACC Proposal Penelitian
Seminar Proposal
Revisi Proposal
Pengurusan Ehical
Clearance
Penelitian
Penyusunan BAB IV
Penyusunan BAB V
Seminar Hasil

Anda mungkin juga menyukai