SKRIPSI
Disusun oleh:
FATIMATUZZOHRAH
1811604115
Telah Dipertahankan di Depan Dewan Penguji dan Diterima Sebagai Syarat Untuk Mendapatkan
Gelar Sarjana Terapan Anestesi Program Sarjana Terapan Keperawatan Anestesiologi
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta
Mengesahkan
iii
i2i
HUBUNGAN JENIS CAIRAN PRELOADING DENGAN PENCEGAHAN
KEJADIAN HIPOTENSI PADA PASIEN SECTIO CAESAREA DENGAN
SPINAL ANESTESI DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
SKRIPSI
Disusun oleh:
FATIMATUZZOHRAH
1811604115
SKRIPSI
Disusun oleh:
FATIMATUZZOHRAH
1811604115
i
HALAMAN PERSETUJUAN
SKRIPSI
Disusun oleh:
FATIMATUZZOHRAH
1811604115
Oleh:
Pembimbing:
Nuli Nuryanti Zulala, S.ST., M.Keb
Tanda tangan:
iii
HALAMAN PENGESAHAN
SKRIPSI
Disusun oleh:
FATIMATUZZOHRAH
1811604115
Telah Dipertahankan di Depan Dewan Penguji dan Diterima Sebagai Syarat Untuk Mendapatkan
Gelar Sarjana Terapan Anestesi Program Sarjana Terapan Keperawatan Anestesiologi
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas „Aisyiyah Yogyakarta
Mengesahkan
iiii
HUBUNGAN JENIS CAIRAN PRELOADING DENGAN PENCEGAHAN
KEJADIAN HIPOTENSI PADA PASIEN SECTIO CAESAREA DENGAN
SPINAL ANESTESI DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
Fatimatuzzohrah1, Nuli Nuryanti Zulala2, Nia Handayani3
ABSTRAK
Latar Belakang : Persalinan metode section caesarea dengan spinal anestesi memiliki
risiko kejadian hipotensi hingga mencapai 80% pada setiap tindakan operasi. Risiko
hipotensi dapat menyebabkan peningkatan angka mortalitas dan morbiditas baik bagi ibu
dan bayi. Tujuan Penelitian : Mengetahui hubungan jenis cairan preloading dengan
pencegahan kejadian hipotensi pasien sectio caesarea dengan spinal anestesi. Metode
Penelitian : Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian analitik observasional
dengan desain penelitian digunakan case control. Sampel pada penelitian ini didapatkan
dengan teknik purposive sampling bagi kelompok kasus dan teknik acak bebas nomor
awal tanpa memperhatikan bulan dan tahun rekam medis pada kelompok kontrol dengan
jumlah total 80 responden yang dibagi menjadi dua kelompok. Analisis data univariat
dilakukan dengan memasukkan distribusi frekuensi setiap variabel. Analisis bivariat
menggunakan uji statistik Chi-Square dan uji Risk Relative pada softwere statistik
komputer. Hasil Penelitian : Tekanan darah pre operasi pasien didapatkan hasil
hipotensi 12,5% dan tidak hipotensi 87,5%. Tekanan darah intra opreasi pasien
didapatkan hasil hipotensi 50% dan tidak hipotensi 50%. Jenis cairan preloading yang
digunakan didapatkan hasil pengguna kristaloid 43,75% dan pengguna koloid 56,25%.
Pasien kelompok hipotensi lebih banyak menggunakan cairan kristaloid yaitu sebanyak
24 responden (60%) dari total 40 responden dan pasien kelompok tidak hipotensi lebih
banyak menggunakan cairan koloid yaitu sebanyak 29 responden (72,5%) dari total 40
responden. Uji bivariat didapatkan hasil hubungan yang signifikan antara jenis cairan
preloading dengan pencegahan kejadian hipotensi dengan nilai (p-value= 0,003) dan
nilai Risk Relative 3,955. Kesimpulan : Ada hubungan jenis cairan preloading dengan
pencegahan kejadian hipotensi pasien section caesarea dengan spinal anestesi dengan
nilai p value 0,003 dan cairan koloid lebih efektif 3,955 kali digunakan sebagai cairan
preloading pasien section caesarea menggunakan spinal anestesi. Saran : Pemilihan
cairan preloading jenis koloid bagi pasien section caesarea dengan spinal anestesi
dianjurkan untuk menurunkan tingkat kejadian hipotensi selama opreasi.
_____________________________
1)
Mahasiswa Program Studi Keperawatan Anestesiologi Program Sarjana Terapan
2)
Dosen Pembimbing Skripsi
3)
Dosen Penguji Skripsi
iv
v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
menganugerahkan nikmat, rahmat, dan hidayah-Nya, sehingga penulis mampu
menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan Jenis Cairan Preloading Dengan
Pencegahan Kejadian Hipotensi Pada Pasien Sectio Caesarea Dengan Spinal Anestesi”
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Terapan Kesehatan pada
Program Syudi Diploma IV Keperawatan Anestesiologi Universitas „Aisyiyah
Yogyakarta. Skripsi ini terwujud atas bimbingan, arahan, dan bantuan dari berbagai
pihak dan pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada :
1. Ibu Warsiti, S.Kp., M.Kep., Sp. Mat, selaku Rektor Universitas „Aisyiyah
Yogyakarta.
2. Bapak M. Ali Imron, S.Sos., M.Fis, selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas 'Aisyiyah Yogyakarta.
3. Bapak dr. Joko Murdiyanto, Sp.An.,MPH, selaku Ketua Program Studi D4
Keperawatan Anestesiologi Universitas „Aisyiyah Yogyakarta.
4. Ibu Nuli Nuryanti Zulala, S.ST., M.Keb, selaku dosen pembimbing pada
penyusunan skripsi sekaligus dewan penguji 2.
5. Ibu Nia Handayani, S.Tr.Kep., M.K.M, selaku dewan penguji 1 sekaligus dosen
pembimbing akademik selama perkuliahan.
6. Tim dosen D4 Keperawatan Anestesiologi yang sudah memberikan ilmu selama
perkuliahan.
7. Kedua orang tua dan kakak – kakak yang selalu mendoakan dan menyemangati
baik secara materi maupun spiritual.
8. Sahabat dan juga teman – teman yang sudah mau bersama sama berjuang dan
memberi dukungan dalam proses penyusunan skripsi.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih mempunyai kekurangan,
sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk skripsi ini.
Wassalamu‟alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Yogyakarta, 28 Februari 2022
Penulis.
vi
DAFTAR ISI
ABSTRACT .............................................................................................................. v
KATA PENGANTAR............................................................................................ vi
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
C. Tujuan ............................................................................................................ 7
BAB II ................................................................................................................... 15
A. Hipotensi ...................................................................................................... 15
vii
C. Cairan Preloading ........................................................................................ 20
G. Hipotesis ...................................................................................................... 27
G. Metode Pengolahan...................................................................................... 35
BAB IV ................................................................................................................. 39
B. Pembahasan ................................................................................................. 45
C. Keterbatasan Penelitian................................................................................ 53
BAB V ................................................................................................................... 54
A. Kesimpulan .................................................................................................. 54
B. Saran ............................................................................................................ 55
viii
DAFTAR PUSTAKA : ......................................................................................... 56
ix
DAFTAR GAMBAR
x
DAFTAR TABEL
xi
LAMPIRAN - LAMPIRAN
xii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemajuan pesat dalam dunia teknologi yang terjadi termasuk dalam
dunia kesehatan, hingga saat ini proses persalinan tidak hanya secara
pervaginam. Terdapat proses persalinan yang dapat dilakukan dengan sectio
caesarea. Persalinan dengan sectio caesarea dapat dilakukan bila terdapat
penyulit dalam kehamilan yang berisiko menyebabkan kematian pada ibu,
sehingga persalinan disarankan melalui tindakan pembedahan (Robert H &
Bellatania Yuda., 2019). Sectio caesarea adalah tindakan operasi insisi pada
bagian dinding abdomen dan uterus dengan tujuan mengeluarkan janin, plasenta
beserta ketuban dari rahim pasien (Woda & Sihotang., 2021). Berdasarkan data
dari World Health Organization (WHO) menyatakan standar rata-rata persalinan
dengan sectio caesarea pada suatu negara mencapai 5% hingga 15% setiap 1000
kelahiran di dunia. Begitu pula tingkat kelahiran dengan sectio caesarea di
Indonesia, angka kelahiran dengan sectio caesarea selalu menunjukan angka
peningkatan baik pada rumah sakit pemerintah maupun di rumah sakit swasta.
Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) pada tahun 2013 dengan hasil yang
menunjukan bahwa tingkat persalinan menggunakan sectio caesarea sebesar
9,8% dari total 49.603 kasus persalinan dengan nilai pesalinan section caesarea
tertinggi berada di provinsi DKI Jakarta (Woda & Sihotang., 2021).
Tindakan operasi atau pembedahan merupakan tindakan pengobatan
dilakukan dengan cara invasif yaitu menyayat bagian tertentu pada tubuh yang
akan ditangani dan ditutu dengan menjahit bagian yang sayat melewati proses
perioperative menggunakan anestesi atau pembiusan. Anestesi atau pembiusan
sendiri merupakan tindakan menghilangkan seluruh kemampuan sensasi yang
berupa sensasi nyeri, suhu, dan rabaan selama perianestesi. Tujuan umum dari
anestesi yaitu memblokir sensor nyeri, relaksasi otot, hipnotik, dan stabilitas
otonom (Pramono., 2015). Penggunaan teknik anestesi pada sectio caesarea
1
2
fetus dan hipoksia serta depresi neonatus. Hipotensi berat pada ibu dapat
berdampak pada aspirasi paru, penurunan kesadaran, upneu, hingga kejadian
terparah adalah cariac arrest atau henti jantung (Flora et al., 2014). Dilaporkan
terjadi 28 kasus cardiac arrest dari total 42.521 pasien dikarenakan oleh
hipotensi yang berat pada penggunaan teknik spinal anestesi. American Society of
Anesthesiologis (ASA) juga menyatakan terdapat 14 kasus mengalami cardiac
arrest selama spinal spinal anestesi (Flora et al., 2014).
Hipotensi merupakan komplikasi terbanyak selama spinal anestesi
dimana insidensinya mencapai 80% ke atas (Putri et al., 2016). Penelitian yang
dilakukan pada tahun 2004 menunjukkan bahwa angka insidensi hipotensi
dengan pemberian preloading cairan Ringer Laktat sebanyak 15 mL/kgBB
sebelum spinal anestesi pada suatu grup kontrol yang menjalani akan dilakukan
sectio caesarea dengan teknik spinal anestesi adalah 43,33%. Penelitian pada
tahun 2008 di Chulalongkorn, Thailand melaporkan kejadian hipotensi pada
pasien yang menjalani sectio caesarea dengan spinal anestesi sebesar 52,6% dari
total 722 kasus pasien melahirkan. Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan di
Rumah Sakit DR. Hasan Sadikin Bandung menunjukkan angka insidensi
hipotensi pasca spinal anestesi sebesar 49%. Hipotensi berat pasca onset obat
anestesi spinal merupakan masalah serius yang paling sering muncul (Rustini et
al., 2016).
Terdapat beberapa metode dalam menurunkan tingkat kejadian hipotensi
pada sectio caesarea menggunakan spinal anestesi berdasarkan Keputusan
Kementerian Kesehatan yang telah di tetapkan dalam Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No. HK.02.02/MENKES/251/2015. Metode ini
meliputi pemberian obat obatan vasopressor dan pemberian cairan intravena
(Kementerian Kesehatan., 2015). Dalam suatu penelitian Literature Review,
disimpulkan beberapa hal yang dapat dilakukan dalam upaya pencegahan
hipotensi pada pasien sectio caesarea dengan spinal anestesi. Metode tersebut
meliputi penggunaan vasopressor (fenilefrin, norefinefrin, dan metoksamin),
penggunaan cairan kristaloid maupun koloid sebagai alternatif untuk mengurangi
penggunaan kebutuhan vasopressor, pemberian cairan secara preloading dan co-
4
salah satu contohnya jika terjadi hipotensi pada pasien sectio caesarea dengan
spinal anestesi. Kunjungan ke pasien sebelum dilakukan operasi bertujuan untuk
meminimalkan komplikasi dan kematian pasien di meja operasi sehingga
kelancaran operasi dapat tercapai. Hal hal yang dilakukan saat kunjungan ke
pasien mulai dari anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang/
laboratorium, dan klasifikasi status anestesi pasien sehingga dapat diketahui
penyulit dalam pelaksaan operasi yang akan dilakukan. Pada tahap ini dilakukan
pemberian balance cairan dimana hal ini merupakan salah satu metode untuk
menurunkan kejadian hipotensi pada pasien sectio caesarea dengan spinal
anestesi. Pemenuhan edukasi pasien mengenai penjelasan dan persetujuan dalam
informed consent sebelum dilakukannya tindakan operasi sectio caesarea dengan
spinal anestesi harus di sampaikan kepada pasien dan keluarga agar pasien
mendapat informasi yang cukup untuk dapat mengambil keputusan atas tindakan
yang akan dilaksanakan. Pasien maupun keluarga harus mengetahui bahwa
tindakan medis baik operasi sekecil apapun tetap memiliki risiko. Informasi yang
harus disampaikan berupa manfaat, tujuan serta segala risiko dan konsekuensi
secara mendetail mengenai segala macam prosedur pemeriksaan, pembedahan
sectio caesarea, serta teknik pembiusan dengan anestesi spinal yang akan dijalani
(Woda & Sihotang, 2021).
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan di RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta , didapatkan data bahwa jumlah tindakan
pembedahan sectio caesarea selama periode bulan Januari 2020 hingga bulan
September 2021 dengan tindakan anestesi spinal didapatkan sebanyak 201 kasus
dengan risiko kejadian hipotensi selama operasi yang tidak terukur. Pada saat
dilakukan studi pendahuluan, terdapat 10 tindakan operasi yang dijadwalkan
pada hari itu. Dari tindakan yang dijadwalkan tersebut, terdapat 1 tindakan
operasi pada pasien sectio caesarea dengan spinal anestesi.
Memiliki anak merupakan dambaan setiap insan, namun untuk
mendapatkan itu harus dilalui dengan proses usaha dan kesabaran dari masing
masing pasangan. Kehamilan merupakan proses yang luar biasa yang menjadi
salah satu tanda- tanda kekuasaan Allah SWT. Dalam proses kehamilan
6
dijelaskan mulai dari terbentuk nya manusia hingga dilahirkan di dunia. Proses
ini dijelaskan dalam Quran Surah Al – Mukminun (12 – 14) :
Artinya : “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu
saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang
disimpan) dalam tempat yang kokoh (Rahim). Kemudian air mani itu Kami
jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang
belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami
jadikan Dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Suci Allah Pencipta
yang paling baik.”
Proses setelah kehamilan akan terjadi proses persalinan. Dalam beberapa
waktu terahir, proses persalinan tidak hanya dilakukan secara normal, namun
dapat juga melalui proses operasi yang disebut dengan teknik persalinan sectio
caesarea.
Dalam pandangan keislaman, penemuan operasi bedah sectio caesarea
tentu sangat membantu permasalahan ibu hamil dengan beberapa komplikasi
dalam proses persalinan sehingga tidak dapat melakukan persalinan secara
normal. Operasi ini dapat menurunkan tingkat kematian ibu dan bayi . Namun,
terdapat beberapa dampak negatif yang tidak bisa di pungkiri dalam operasi
sectio caesarea ini, salah satunya yaitu terjadinya hipotensi.
Islam mengajarkan untuk menanamkan moto mencegah lebih baik
daripada mengobati. Dalam kondisi sehat, seseorang dapat melakukan berbagai
aktivitas dengan baik dan juga tidak memerlukan pengeluaran tambahan untuk
melakukan medikasi. Mengantisipasi timbulnya penyakit adalah jauh lebih baik
dari pada mengobati penyakit yang sudah datang terlebih dahulu atau dapat
memperkecil kemungkinan terjadinya suatu penyakit. Disebutkan dalam hadist
riwayat Al-Bukhari: 6412, At-Tirmidzi: 2304, Ibnu Majah: 4170 :
Artinya : “Dua kenikmatan yang sering dilupakan oleh kebanyakan manusia
adalah kesehatan dan waktu luang”
Sehingga dalam kasus pelaksanaan sectio caesarea, perlu dilakukan
tindakan pencegahan terjadinya efek samping saat dilakukan proses persalinan
sectio caesarea yang berupa hipotensi. Salah satu pencegahan yang dapat
7
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang diangkat oleh
peneliti adalah “Bagaimana hubungan Jenis Cairan Preloading dengan
pencegahan kejadian Hipotensi pasien sectio caesarea pasca spinal anestesi di
RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta?”.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum :
Mengetahui “Hubungan jenis cairan preloading dengan pencegahan
kejadian Hipotensi pasien sectio caesarea pasca spinal anestesi”.
2. Tujuan Khusus :
a. Mengetahui tekanan darah responden pre operasi sectio caesarea dengan
spinal anestesi.
b. Mengetahui tekanan darah responden intra operasi sectio caesarea dengan
spinal anestesi.
c. Mengetahui jenis cairan preloading pada pasien hipotensi yang diberikan
sebelum spinal anestesi.
d. Mengetahui hubungan jenis cairan preloading dengan pencegahan kejadian
hipotensi pasien sectio caesarea pasca spinal anestesi.
e. Mengetahui perbandingan efektifitas antara pemberian kristaloid dan
koloid.
8
D. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis
a. Memberikan sumbangan pemikiran ilmiah dalam dunia Anestesiologi
yaitu pertimbangan dalam pemilihan cairan yang akan diberikan bagi
pasien baik sebelum maupun saat operasi berlangsung terutama bagi
pasien dengan teknik regional anestesi menngunakan spinal anestesi.
Pemberian jenis cairan yang tepat dapat menurunkan risiko kejadian
hipotensi, sehingga dapat meningkatkan keselamatan pasien selama
operasi.
b. Menjadi dasar juga referensi bagi penelitian – penelitian selanjutnya
mengenai pembahasan yang sama yaitu jenis cairan preloading dengan
kejadian hipotensi pada pasien sectio caesarea pasca spinal anestesi ,
dapat juga menjadi bahan kajian lebih lanjut.
2. Bagi Rumah Sakit tempat penelitian
a. Direksi Rumah Sakit
Menjadi dasar untuk meningkatkan mutu profesionalisme dan pelayanan
dalam bidang keperawatan anestesi kepada pasien, selain itu juga untuk
menambah pengetahuan dan memberikan masukan.
b. Penata Anestesi
Menjadi dasar bagi penata anestesi dalam melaksanakan tugas sebagai
peneliti, pendidik, advokasi dalam memberikan intervensi terkait asuhan
kepenataan perioperatif yang merupakan tanggung jawab dan wewenang
penata anestesi.
3. Bagi Responden
Diharapkan dengan dilakukannya penelitian, diharapkan dapat
meningkatkan keselamatan pasien dengan meminimalkan risiko terjadinya
hipotensi selama operasi.
4. Bagi Institusi Universitas „Aisyiyah Yogyakarta
Sebagai literature bagi mahasiswa, dosen dan pembaca di perpustakaan
maupun webside universitas.
9
E. Ruang Lingkup
1. Penelitian ini membahas mengenai hubungan jenis cairan dengan kejadian
hipotensi di mana tujuan nya untuk menurunkan kemungkinan terjadinya
hipotensi. Hipotensi merupakan risiko yang paling sering muncul pada pasien
operasi dengan teknik anestesi menggunakan spinal anestesi (Rustini et al.,
2016).
2. Responden yang termasuk dalam penelitian ini yaitu pasien operasi sectio
caesarea dengan menggunakan teknik spinal anestesi.
3. Penelitian dimulai dengan penyusunan proposal mulai pada bulan September
sampai bulan November, pengambilan data dimulai pada bulan Januari sampai
bulan Februari, data dianalisis sampai dilakukan presentasi pada bulan Maret.
4. Penelitian akan dilakukan di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta,
ditemukan kejadian hipotensi pada pasien sectio caesarea dengan spinal
anestesi dimana hal ini diatasi dengan dilakukan pemberian cairan yang cukup
bagi pasien sehingga dapat mengurangi risiko terjadinya hipotensi.
10
F. Keaslian Penelitian
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian
Spinal
Anesthesia
Technique “
Ripollés Responden: ibu hamil Di lakukan penyusunan Loading menggunakan koloid Penelitian ini di susun
Melchor, J., dengan penjadwalan dengan sistematik Review sebagai terapi dan menggunakan systematic
Espinosa, operasi sectio caesarea dan metodologi Meta pencegahan hipotensi dimana review sedangkan penelitian
Martínez secara elektif dengan Analisis ( PRISMA) yang pasien menggunakan Spinal yang akan di lakukan di susun
Hurtado, E., menggunakan spinal digunakan untuk anestesi untuk sectio dengan metode observasi
Casans dan di berikan cairan mengidentifikasi caesarea elektif lebih unggul analisis dengan case control
Francés, R., loading ( preloading penelitian berdasarkan digunakan daripada pengambilan data langsung
Navarro Pérez, maupun coloading ) beberapa kriteria yang kristaloid. Koloid seperti dari rekam medis pasien.
R., Abad dengan atau tanpa termasuk. Di publish HES 6 % 130/0,4 lebih di
Gurumeta, A., pemberian vasopresor. dalam bentuk RCTs sarankan karena
& Calvo dengan menyebutkan keamanannya yang sudah di
Vecino, J. M. beberapa kriteria yang peroleh dari penelitian ini.
(2015) termasuk dengan Jadad
“ Colloids score ≥3.
versus
crystalloids in
the prevention
of hypotension
induced by
12
spinal
anesthesia in
elective
cesarean
section. A
systematic
review and
meta-analysis”
Rustini, R., Penelitian dengan total Pengumpulan data Kesimpulan yang didapat Penelitian ini membahas
Fuadi, I., & 90 sampel dengan dilakukan dengan pada penelitian ini yaitu faktor terjadinya hipotensi
Surahman, E. kriteria inklusi dan pencatatan data pasien tingkat insidensi hipotensi sedangkan penelitian yang
(2016) eksklusi yang telah yang dilakukan oleh pasien yang menjalani sectio akan dilakukan mengenai
“Insidensi dan ditetapkan. Kriteria residen anestesi yang caesarea dengan teknik cairan yang digunakan untuk
Faktor Risiko ingklusi berupa pasien berada di IBS Rumah anestesia spinal di Rumah mengurangi risiko hipotensi
Hipotensi pada yang akan meakukan Sakit Dr. Hasan Sadikin Sakit Dr. Hasan Sadikin
Pasien yang persalinan Bandung. Tidak terdapat Bandung sebesar 49%.
Menjalani menggunakan operasi intervensi yang Didapatkan tidak ada
Sectio sectio caesarea dengan diimplementasikan pada hubungan antara hipotensi
caesarea teknik anestesi spinal di sampel. Data yang dengan factor risiko.
dengan Instalasi Bedah Sentral dikumpulkan berupa Diperlukan penelitian lebih
Anestesi Rumah Sakit Dr. Hasan nama, usia, tinggi badan, lanjut dengan waktu yang
13
Spinal di Sadikin Bandung. dan berat badan sampel. lebih panjang dan total
Rumah Sakit Kontraindikasi Selain itu informasi sampel yang lebih luas
Dr. Hasan penggunaan spinal mengenai diagnosis sehingga dapat melihat
Sadikin anestesi merupakan pasien, status fisik hubungan antara insidensi
Bandung” kriteria eksklusi American‟s Society of hipotensi dan faktor-faktor
penelitian. Anesthesiology (ASA), risiko hipotensi.
tekanan darah, laju nadi,
jumlah cairan prehidrasi
(preloading), posisi pasien
miring ke kiri dengan
ganjal pinggul, dosis obat
yang digunakan, dosis obat
adjuvan, posisi pasien saat
tindakan anestesia spinal,
lokasi tusukan, lama
penyuntikan obat spinal,
dan ketinggian blockade,
pengukuran tekanan darah
sistol, diastol, laju nadi,
serta saturasi oksigen
dilakukan tiap 1 menit
sampai 15 menit pertama,
14
Berdasarkan pencarian peneliti dalam penelitian tentang Hubungan Jenis Cairan Preloading dengan Pencegahan
Kejadian Hipotensi pada Pasien Sectio caesarea dengan Spinal Anestesi di IBS PKU Muhammadiyah Yogyakarta dan pada
perpustakaan Universitas „Aisyiyah Yogyakarta, judul penelitian ini belum diangkat sebagai penelitian, namun pernah diteliti
oleh peneliti lain dengan variabel dan tempat yang berbeda seperti yang telah tertera di atas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Hipotensi
1. Definisi
Terdapat beberapa definisi dari hipotensi menurut beberapa penelitian yang
dijadikan patokan dalam menilai tekanan darah, mulai dari nilai tekanan darah absolut
yaitu dari 80 mmHg hingga 100 mmHg, penurunan mulai dari 0 – 30% dari nilai
dasar atau gabungan nilai dasar juga nilai persen penurunan (Kinsella et al., 2018) .
Sedangkan menurut (Flora et al., 2014), hipotensi adalah menurunnya nilai tekanan
darah sistol lebih dari 20 hingga 30% dari pengukuran nilai dasar tekanan darah sistol
di bawah 100 mmHg. Dalam (Siti & Soekiswati., 2019) menyebutkan bahwa tekanan
darah rendah terjadi ketika nilai tekanan darah lebih rendah dari nilai tekanan darah
normal 120/80 mmHg. Namun dalam (Prasetyono., 2016) menyatakan tidak sedikit
orang dengan nilai tekanan darah berkisar 110/90 atau 100/80 mmHg tetapi tidak
mengalami gejala yang mengarah hipotensi atau dalam keadaan normal. Kendati
demikian, jika kodisi tersebut berlangsung lama dengan beberapa faktor pemicu
menurunkan tekanan darah, maka tensi akan mencapai ambang rendah 90/60 mmHg.
Kendati demikian, hipotensi juga diartikan dengan tekanan darah dari arteri yang
mengalami nilai tidak normal, bahkan hingga saat ini definisi dari hipotensi masih
kontroversial (Rustini et al., 2016).
Hipotensi merupakan komplikasi umum yang sering muncul saat dilakukan spinal
anestesi khususnya pada tindakan sectio caesarea pada ibu hamil yang tejadi akibat
blok simpatis sehingga adanya vasodilatasi, hipovolemia, juga penurunan aliran vena
yang menyebabkan terjadinya hipotensi (Md Nizar et al., 2020).
Klasifikasi tekanan darah menurut Join National Commite VIII
Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah
Hipotensi <100/60 mmHg
Normal <120/80 mmHg
Pre – Hipertensi 120- 139/80- 89 mmHg
Hipertensi 140 –149/90- 99 mmHg
15
16
Terjadinya penurunan tekanan darah yang ekstrim pada ibu dapat mempengaruhi
kondisi bayi dan ibu (Tanambel et al., 2017). Hipotensi maternal mengakibatkan
mual dan muntah yang dapat meningkatkan angka mordibitas pada ibu melahirkan.
Hipotensi ini juga dapat mengakibatkan menurunnya perfusi utero-plasenta yang
berakibatkan terjadinya hipoksia, menurunnya APGAR score, dan juga
ketodakseimbangan asam basa pada bayi (Sanjaya et al., 2018).
Hipotensi post spinal anestesi menggunakan obat anestesi local yang bereaksi
pada subarachnoid terjadi akibat blok simpatis. Jika penurunan tekanan darah dalam
waktu yang lama dan terus berlanjut tanpa tertangani secara tepat dapat
menyebabkan hipoksia jaringan hingga keadaan terparah dapat menyebakan syok
dan kematian. Kejadian ini menjadi pemicu peningkatan angka kematian ibu dengan
proses persalinan menggunakan sectio caesarea spinal anestesi. Hipotensi juga
dapat memberikan dampak secara langsung bagi janin (Azizah et al., 2016).
Gangguan pada perfusi uteroplasenta yang menyebabkan terjadinya hipoksia dan
asidosis janin juga depresi neonatus merupakan beberapa dampak yang terjadi akibat
hipotensi. Terdapat dampak yang serius akibat dari hipotensi berat yang terjdi pada
ibu, seperti penurunan kesadaran, aspirasi paru, henti napas, hingga henti jantung
(Flora et al., 2014).
Gejala hipotensi yang sering muncul seperti pusing dan sempoyongan ketika
bangun tidur, tangan dan kaki terasa kesemutan, dan muka pucat. Jika gejala ini terus
berlanjut dan tidak ditangani, maka dapat mengakibatkan terjadinya penglihatan
kabur, pusing keringat dingin, konsentrasi menurun, lelah dan lemas, jantung
berdebar kencang, tidak sadarkan diri, dan menimbulkan gangguan pada organ tubuh
(Rahmadani., 2017).
c. Modifikasi posisi
d. Kompresi tungkai pasien
e. Pemberian cairan preloading intravena.
Namun tidak semua teknik tersebut dapat mencegah terjadi hipotensi. Fokus pada
penelitian ini membahas mengenai pemberian cairan secara preloading secara
intravena.
Volume darah sentral dapat ditingkatkan untuk mencegah hipotensi yaitu dengan
preloading dan coloading. Preloading adalah pemberian cairan 20 menit sebelum
dilakukan anestesi spinal. Cairan diberikan secara intravena karena intravena
memiliki efek tercepat dibandingkan dengan cara yang lainnya. Dalam waktu 18 detik
obat yang dimasukkan dengan cara intravena akan tesebar ke seluruh jaringan
bersamaan dengan peredaraan darah. Cairan yang digunakan dalam preloading ini
meliputi cairan kristaloid dan cairan koloid.
Suriyadi dkk dalam (Azizah et al., 2016) mengungkapkan bahwa penggunaan
cairan koloid dinyatakan lebih efektif dari pada penggunaan cairan kristaloid pada
kejadian hipotensi pasca spinal anestesi. Kejadian ini dikarenakan berat molekul dari
cairan koloid lebih besar yang mengakibatkan cairan ini bertahan lebih lama dalam
ruang intravaskuler. Meski demikian, dilain sisi penggunaan cairan kristaloid tetap
meneguhkan bahwa penggunaan cairan kristaloid sebenarnya lebih efektif jika
diberikan dengan jumlah yang sesuai. Walaupun begitu hingga saat ini cairan
kristaloid masih umum digunakan. Hal tersebut terjadi karena perbandingan harga
dari cairan koloid yang jauh lebih mahal dari pada cairan kristaloid.
tua. Kejadian tersebut dapat terjadi akibat dari tingginya autonomous tonus pembuluh
darah yang tersisa pasca denervasi simpatis dan akibat dari reflex kompensasi yang
semakin aktif. Pertambahan usia pada pasien dengan usia lanjut bertanggung jawab
atas terjadinya penurunan curah jantung. Dimana penurunan curah jantung menjadi
penyebab penurunan tekanan darah yang lebih besar setelah terjadi vasodilatasi
perifer pada pasien lanjut usia. Peningkatan kejadian hipotensi di atas usia 50 tahun
terjadi secara progresif.
2. Berat dan Tinggi Badan
Dalam hasil suatu penelitian menyatakan berat badan dan tinggi badan di gunakan
untuk memprediksi ketinggian maksimal blok dalam spinal anestesi. Penyebaran
blokade spinal anestesi secara meluas dipengaruhi oleh berat dan tinggi badan,
dimana pemberian dosis buvipakain yang diberikan dipengaruhi oleh perubahan
fisiologi ibu hamil. Penggunaan dosis buvipakain jenis hiperbarik berdasarkan berat
dan tinggi badan diberikan dengan kombinasi obat diamorfin 0,4 mg dapat lebih
mengoptimalkan level anestesi pada pasien.
Kejadian peningkatan risiko kardiovaskular terhadap perubahan volume juga
kapasitas paru, perubahan rasio ventilasi dan perfusi, hingga peningkatan tekanan
pembuluh darah aorta dan vena kava yang dapat memperparah hipotensi terjadi
kerena memposisikan ibu dalam keadaan telentang. Terjadinya pembesaran atau
pelebaran vena pada ruang epidural menyebabkan penekanan rongga subaraknoid dan
mengurangi cairan serebrospinalis harus disesuaikan.
3. Obesitas
Obesitas saat hamil memiliki pengaruh besar dalam perubahan fisiologi tubuh ibu
hamil. Kejadian peningkatan risiko kardiovaskular terhadap perubahan volume juga
kapasitas paru, perubahan rasio ventilasi dan perfusi, hingga peningkatan tekanan
pembuluh darah aorta dan vena kava yang dapat memperparah hipotensi terjadi
kerena memposisikan ibu dalam keadaan telentang. Terjadinya pembesaran atau
pelebaran vena pada ruang epidural menyebabkan penekanan rongga subaraknoid dan
mengurangi cairan serebrospinalis harus disesuaikan. Terjadinya pembesaran atau
pelebaran vena pada ruang epidural menyebabkan penekanan rongga subaraknoid dan
mengurangi cairan serebrospinalis
20
C. Cairan Preloading
Komponen tubuh manusia sebagian besar terdiri tersusun dari air. Komponen ini
sebesar 60% dari berat badan (BB) tubuh dewasa. Cairan tubuh merupakan larutan yang
21
terdiri dari air dan zat relarut. Zat terlarut di dalamnya ada zat elektrolit dan non
elektrolit. Distribusi cairan terdiri dari beberapa kompartemen yang di bagi menjadi
cairan intraseluler sebesar 40 % dan cairan ekstraseluler sebesar 20%. Cairan intraseluler
merupakan cairan yang terkandung di dalam sel, ion kalium merupakan komponen utama
dalam cairan intraseluler. Cairan ekstraseluler merupakan cairan yang berada di luar sel
yang terdiri dari cairan interstitial dan cairan intravaskular. Terjadinya gangguan volume
pada masing-masing kompartemen cairan tubuh sering berhubungan dengan gangguan
pada keseimbangan elektrolit terutama dengan kandungan nantrium (Puspitosari et al.,
2016). Mekanisme homeostatik tubuh secara neurohormonal akan mengatur
keseimbangan ini sehingga gangguan tersebut harus diatasi dengan memberikan terapi
yang sesuai dengan gangguan yang timbul . Resusitasi cairan pada pasien operasi harus
dimonitoring dengan baik, bertujuan untuk menghindar terjadinya gangguan pada
keseimbangan asam basa tubuh. Pemberian cairan pada pasien yang akan operasi,
khususnya sectio caesaria (SC), sebelumnya jarang dilakukan pemeriksaan elektrolit,
sehingga dapat menimbulkan gangguan keseimbangan elektrolit yang akan memperberat
proses metabolik dan penyembuhannya. Pemeriksaan elektrolit setelah operasi sangat
penting, karena intervensi cairan selama operasi, dengan alasan untuk mengontrol
elektrolit dan keseimbangan asam-basa (Mono Pratiko Gustomi., 2018).
Setelah dilakukan monitoring, perlu diakukan pemberian preloading cairan
sebelum dilakukan operasi. Preloading adalah pemberian cairan 20 menit sebelum
dilakukan anestesi spinal, pemberian cairan dilakukan secara intravena karena intravena
memiliki efek tercepat dibandingkan dengan cara yang lainnya. Dalam waktu 18 detik
obat yang dimasukkan dengan cara intravena akan tersebar ke seluruh jaringan
bersamaan dengan peredaran darah (Azizah et al., 2016). Cairan intravena merupakan
pemberian sejumlah cairan ke dalam tubuh, melalui sebuah jarum, ke dalam pembuluh
vena untuk menggantikan kehilangan cairan atau zat zat makanan dari tubuh.
Secara garis besar, cairan intravena dibagi menjadi dua, yaitu cairan kristaloid dan
koloid (Suta., 2017) :
1. Cairan Kristaloid
Cairan kristaloid adalah larutan berbahan dasar air dengan molekul kecil.
Sehingga, membran kapiler permeabel terhadap cairan tersebut. Cairan kristaloid
22
sekunder karena efek inotropik positif pada miokard dan penurunan afterload
sekunder akibat efek vasodilatasi kapiler viseral. Kedua keadaan ini dapat
memperbaiki aliran darah ke organ-organ vital. Efek samping dari pemberian
larutan garam hipertonik adalah hipernatremia dan hiperkloremia. Contoh
larutan kristaloid hipertonis: Dextrose 5% dalam ½ Normal Saline, Dextrose
5% dalam Normal Saline, Saline 3%, Saline 5%, dan Dextrose 5% dalam RL.
c. Hipotonis
Ketika kristaloid mengandung elektrolit lebih sedikit dari plasma dan
kurang terkonsentrasi, disebut sebagai “hipotonik” (hipo: rendah, tonik:
konsentrasi). Ketika cairan hipotonis diberikan, cairan dengan cepat akan
berpindah dari intravascular ke sel. Contoh larutan kristaloid hipotonis:
Dextrose 5% dalam air, ½ Normal Saline.
2. Cairan Koloid
Cairan koloid merupakan larutan kristaloid yang mengandung molekul lebih
besar. Sehingga, membran kapiler tidak permeabel terhadap cairan tersebut (Azizah et
al., 2016). Cairan koloid mengandung zat-zat yang mempunyai berat molekul tinggi
dengan aktivitas osmotik yang menyebabkan cairan ini cenderung bertahan agak lama
dalam ruang intravaskuler. Koloid digunakan untuk resusitasi cairan pada pasien
dengan defisit cairan berat seperti pada syok hipovolemik/hermorhagik sebelum
diberikan transfusi darah, pada penderita dengan hipoalbuminemia berat dan
kehilangan protein jumlah besar (misalnya pada luka bakar). Cairan koloid
merupakan turunan dari plasma protein dan sintetik yang dimana koloid memiliki
sifat yaitu plasma expander yang merupakan suatu sediaan larutan steril yang
digunakan untuk menggantikan plasma darah yang hilang akibat perdarahan, luka
bakar, dan operasi. Kerugian dari „plasma expander‟ ini yaitu harganya yang mahal
dan dapat menimbulkan reaksi anafilaktik (walau jarang) dan dapat menyebabkan
gangguan pada cross match. Contoh dari cairan koloid sendiri yaitu :
a. Koloid Alami yaitu fraksi protein plasma 5% dan albumin manusia 5% dan 25%.
b. Koloid Sintetik seperti dextran 40, dextran 70, HES, Gelatin.
D. Spinal Anestesi
Teknik anestesi pada sectio caesarea dapat dilakukan dengan anestesi umum
maupun anestesi regional. Anestesi regional merupakan teknik pilihan dibanding dengan
anestesi umum karena anestesi umum memberikan risiko morbiditas dan mortalitas ibu
yang lebih besar. Kematian karena anestesi umum berhubungan dengan masalah jalan
napas, seperti ketidakmampuan intubasi, ketidakmampuan ventilasi ataupun aspirasi
pneumonia, sedangkan kematian karena anestesi regional berhubungan dengan
penyebaran blokade dermatom yang luas dan toksisitas obat anestesi lokal. Keuntungan
lain anestesi regional adalah paparan obat depresan pada bayi minimal, risiko aspirasi
pneumonia lebih kecil, ibu tetap bangun pada saat bayi dilahirkan, dan penggunaan
opioid lebih sedikit. Teknik anestesi regional pada sectio caesarea dapat dilakukan
dengan menggunakan teknik anestesi neuraksial yang meliputi anestesi regional spinal,
epidural, ataupun kombinasi spinal-epidural. Anestesi spinal merupakan teknik yang
sederhana dan dapat diandalkan, mempunyai onset blokade simpatis yang cepat dan
sempurna. Hanya dibutuhkan sejumlah kecil obat anestesi lokal untuk menghasilkan
blokade spinal fungsional sehingga risiko ibu untuk mengalami toksisitas anestesi lokal
sistemik dapat diabaikan. Keunggulan teknik anestesi spinal menjadikannya teknik
anestesi yang paling umum dilakukan untuk persalinan dengan sectio caesarea (Putri et
al., 2016).
Spinal anestesi merupakan bagian dari teknik regional anestesi dengan cara
menyuntikkan obat anestesi lokal ke dalam ruang subarahnoid (intratekal), untuk
mendapatkan analgesia setinggi dermatom tertentu dan relaksasi otot rangka. Spinal
25
anestesi sering digunakan pada prosedur operasi abdomen bagian bawah, sectio caesarea,
prosedur urologi transuretra, operasi ginjal, vagina, perineal termasuk anal dan rektal, dan
ekstremitas bawah. Blokade sensorik dan motorik tercapai dalam 12-18 menit dan hanya
dengan sejumlah kecil obat yang diperlukan serta adanya pertimbangan bahwa operasi
yang akan dilakukan berada pada bagian abdominal bawah yang sesuai dengan indikasi.
Setelah obat lokal anestesi disuntikkan ke dalam rongga subarakhnoid akan terjadi
perubahan dalam proses fisiologi. Blokade transmisi saraf (konduksi) pada serabut akar
saraf posterior akan menghambat sensasi somatik dan viseral, sedangkan blokade pada
serabut akar saraf anterior akan memblok eferen motorik dan otonom. Blokade transmisi
otonom eferen pada akar saraf spinal dapat menghasilkan blokade simpatis dan beberapa
blokade parasimpatis (Gautama et al., 2015).
Penelitian yang dilakukan oleh (Tanambel et al., 2017) menyatakan spinal
anestesi memiliki beberapa kelebihan, yaitu ibu dapat tetap sadar sehingga dapat
menghindari kejadian aspirasi dan juga depresi neonates. Namun, terdapat juga
kekurangan dari spinal anestesi yang dapat menyebabkan komplikasi. Salah satu
komplikasi yang sering muncul saat di lakukan spinal anestesi yaitu terjadinya hipotensi.
Terjadinya penurunan tekanan darah yang ekstrem pada ibu dapat mempengaruhi kondisi
bayi dan ibu. Hal ini dapat terjadi akibat dari ketinggian blokade spinal anestesi, semakin
tinggi blokade spinal maka kompensasi dampak hambatan simpatis akan semakin
ditekan. Hipotensi yang diakibatkan oleh spinal anestesi terjadi karena dipengaruhinya
saraf simpatis dimana saraf ini berfungsi untuk mengatur tonus dari otot polos pada
pembuluh darah. Terjadinya blokade pada serabut saraf simpatis preganglionic dapat
menyebabkan pelebaran vena (vasodilatasi vena), selanjutnya terjadi pergeseran volume
darah menuju bagian splanik dan ekstremitas bawah sehingga akan mengurangi aliran
darah balik menuju jantung. Efek samping lain anestesi spinal adalah bradikardia, mual
muntah, dan menggigil.
26
E. Kerangka Teori
Tindakan Operasi
Faktor penyebab
Efek yang Vasodilatasi
hipotensi:
diharapkan : tidak pembuluh darah
nyeri Melumpuh Kompensasi
tubuh 1. Usia
kan otot
2. Berat badan
difragma Dengan otot Hipotensi dan tinggi
inspirasi badan
aksesorius Pemberian vasokontriksi 3. Obesitas
atau loading cairan 4. Cairan
(koloid/kristaloid) preloading
5. Dosis
Pemberian vasopressor
Buvipakain
6. Perdarahan
Modifikasi teknik anestesi
regional 7. Gravidarium
Sumber : (Azizah et al., 2016 )(Tanambel et al., 2017)(Mangku, G. & Senapathi., 2010)
Modifikasi posisi pasien
F. Kerangka Konsep
Hipotensi
Kristaloid Koloid
: jenis cairan
Sumber : (Azizah et al., 2016 )(Tanambel et al., 2017) (Mangku, G. & Senapathi., 2010)
G. Hipotesis
Hipotesis merupakan dalil sementara dari suatu penelitian yang mana akan
dibuktikan kebenarannya dari hasil penelitian (Notoatmodjo., 2014). Hipotesis dari
penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu :
1. Ho : Tidak ada hubungan yang signifikan antara jenis cairan preloading (kristaloid
dan koloid) dengan kejadian hipotensi pasien sectio caesarea dengan spinal anestesi
di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta.
Ha : Ada hubungan yang signifikan antara jenis cairan preloading (kristaloid dan
koloid ) dengan kejadian hipotensi pasien sectio caesarea dengan spinal anestesi di
RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta.
2. Ho : Cairan kristaloid lebih efektif mengurangi risiko hipotensi pada pasien sectio
caesarea dibanding dengan cairan koloid.
Ha : Cairan koloid lebih efektif mengurangi risiko hipotensi pada pasien sectio
caesarea dibanding dengan cairan kristaloid.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian analitik observasional yang
merupakan penelitian dengan tujuan menjelaskan suatu keadaan atau situasi. Desain
penelitian digunakan case control dimana suatu penelitian observasional bersifat
retrospektif. Case control dilakukan denga membandingkan antara kelompok kasus
dengan kelompok control berdasarkan pada status paparannya. Penelitian case control
berhubungan dengan bagaimana suatu faktor risiko diteliti menggunakan pendekatan
retrospektif, penelitian ini dilakukan untuk mencari hubungan antara seberapa
berpengaruhnya faktor risiko dengan terjadinya penyakit, misalnya seperti kasus yang
peneliti ambil mengenai hubungan jenis cairan preloading dengan pencegahan kejadian
hipotensi pada pasien sectio caesarea dengan spinal anestesi. Penelitian ini dilaksanakan
dengan menentukan subjek yang termasuk ke dalam kelompok kasus dan kelompok
kontrol, pencarian informasi mengenai pajanan suatu faktor risiko yang akan diteliti harus
melalui sumber yang akurat dan dapat dipercaya. Informasi ini dapat diperoleh melalui
catatan medis rumah sakit, laboratorium patologi anatomi, data pencatatan dari kantor
wilayah kesehatan, dan wawancara subjek baik secara langsung maupun melalui surat
atau telpon. Tidak ada perbedaan data atau informasi yang dikumpulkan antara
kelompok kasus dan kelompok kontrol, baik hal yang di tanyakan maupun cara
mendapatkan datanya (Sastroasmoro S & Ismael S., 2011)
Gambar 3.1 Rencana Penelitian Case Control:
Kristaloid
Responden Hipotensi
Koloid
Kristaloid
Koloid
retrospektif
28
B. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Variabel terikat ( dependen)
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi akibat dari variabel lain,
dimana variabel terikat berubah akibat dari perubahan variabel bebas. Bentuk kata
lain dari variabel terikat berupa efek, hasil, outcome, atau respon (Nursalam., 2016).
variabel terikat dalam penelitian ini adalah kejadian hipotensi pada pasien dengan
sectio caesarea spinal anestesi. Karakteristik hipotensi dengan melihat hasil
pengukuran tekanan darah sistol di bawah nilai normal <100 mmHg.
C. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah pembahasan mengenai batasan atau dapat berupa
definisi dari setiap variabel berdasarkan karakteristik yang diobservasi (Notoatmodjo.,
2014). Batasan ruang lingkup penelitian ini meliputi :
tertentu menurut maksud penelitian (Harlan & Johan., 2018). Subjek harus memenuhi
kriteria inklusi yang telah ditetapkan peneliti dan tidak memenuhi kriteria eksklusi
sehingga dapat direkrut menjadi anggota sampel. Besarnya sampel pada penelitian ini
dihitung dengan menggunakan rumus Lameshow karena jumlah populasi (N) pada
penelitian ini belum diketahui atau (N-n)(N-1)= 1 dengan tingkat kepercayaan 95%
yaitu:
Gambar 3.2 Rumus Lameshow :
ʹଶఈ ܼ ݍ
ଶ
ሺͳെሻ
݊ൌ ଶ ൌ
݀ ݀ଶ
ଶ
ͳǡ
ͻͲǡ ͳሺͳെͲǡ ͳሻ
݊ൌ
Ͳǡͳଶ
͵ǡ
ͺͶͳݔ
ͲǡͳሺͲǡͻሻ
݊ൌ
ͲǡͲͳ
݊ൌ͵Ͷ ǡ
ͷ
݊ൌ͵ͷ
Keterangan :
n = jumlah sampel minimal yang diperlukan
d = presisi absolut/alpha/samping error (10%)
p = proporsi maksimal estimasi (10%)
Z = derajat kepercayaan 95% atau sig.0,5
͵ͷ
݊Ԣൌ
ͳെͲǡͳ
͵ͷ
݊ᇱൌ
Ͳǡ
ͻ
݊Ԣൌ͵ͺǡ
ͺͺ= 39
Keterangan :
n‟ = jumlah sampel yang dihitung
n = jumlah sampel minimal
32
E. Etika penelitian
1. Ethical Clearance
Ketentuan tertulis yang di berikan oleh Komisi Etik Penelitian untuk riset yang
melibatkan makhluk hidup yang menyertakan bahwa proposal riset layak
diselenggarakan setelah memenuhi persyaratan tertentu.
2. Informed Consent
1. Informed consent adalah suatu bentuk tanda persetujuan di antara peneliti dengan
responden penelitian. Adapun isi dari informed consent ini berupa : menjelaskan
manfaat dari penelitian, menjelaskan kemungkinan risiko dan ketidaknyamanan yang
didapatkan selama penelitian, menjelaskan manfaat yang akan di dapatkan responden,
persetujuan peneliti dalam menjawab setiap pertanyaan yang ingin di ajukan
responden berkaitan dengan jalannya penelitian, persetujuan responden dapat
mengundurkan diri kapan saja, jaminan terhadap identitas data diri. Dalam penelitian
34
ini tidak dilakukan pemberian informed consent kepada responden karena data yang
digunakan berupa data sekunder pasien pada rekam medis atau catatan medis pasien.
Perizinan pengambilan data pasien dalam ethical clearance yang diajukan kepada
Direktur RS PKU Muhammdiyah Yogyakarta.
3. Anonymity
Anonymity adalah suatu jaminan dalam penggunaan subjek dengan cara tidak
memberikan nama dari responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode
pada lembar pengumpulan data yang akan disajikan. Peneliti tidak mencantumkan
identitas responden dan menggunakan inisial untuk menjaga kerahasiaan yang sudah
disetujui antara peneliti dan responden dalam lembar penelitian yang akan di sajikan.
4. Confidentiality
Confidentiality adalah masalah etika yang memberikan jaminan kerahasiaan hasil
penelitian , baik dalam bentuk informasi maupun masalah – masalah lainnya. Semua
infromasi yang sudah terkumpul akan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti.
d. Melihat jenis cairan preloading yang diberikan kepada masing masing responden
baik pada kelompok kasus maupun kelompok kontrol.
G. Metode Pengolahan
Pengolahan data adalah sebuah proses yang bertujuan meringkas data
berdasarakan pengelompokan data mentah menggunakan suatu rumus tertentu sampai
dengan menghasilkan informasi yang dibutuhkan peneliti (Nursalam., 2016). Proses
pengolahan data meliputi :
1. Editing ( Penyuntingan Data )
Hasil pengukuran yang telah diperoleh atau dikumpulkan selama preoperasi dan
intraoperasi disunting/ diedit terlebih dahulu. Setelah dilakukan penyuntingan,
selanjutnya dimasukkan dalam table data.
2. Coding (Pemberian Kode)
Pasca dilakukan penyuntingan, kemudian dilakukan pengkodean atau coding yang
merupakan proses pengubahan data dalam bentuk huruf menjadi angka atau
bilangan. Pada penelitian ini koding data sebagai berikut :
a. Jenis cairan
Kode 1 : Kristaloid
Kode 2 : Koloid
b. Hasil Tekanan Darah :
Kode 1 : Hipotensi
Kode 2 : Tidak hipotensi
3. Data Entry
Memasukkan data yang berupa hasil penelitian yang terjadi pada responden dalam
bentuk kode angka ke dalam softwere computer. Program computer yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu program statistika pada komputer.
4. Tabulasi
Menyajikan data dalam bentuk tabel – tabel sesuai dengan tujuan penelitian atau
sesuai dengan yang diinginkan peneliti. Dalam penelitian ini semua data yang telah di
dapatkan dikelompokkan menjadi data tekanan darah kelompok kristaloid dan
kelompok koloid.
36
H. Analisis Data
Analisa data dilakukan untuk mengubah data hasil penelitian yang berupa data
mentah menjadi data yang lebih mudah untuk diinterpretasikan. Metode yang digunakan
meliputi:
1. Analisis Univariat
Analisis univariat bertujuan dalam mendeskripsikan karakteristik dari masing
masing variabel dalam penelitian (Notoatmodjo., 2014). Analisis ini umumnya hanya
untuk menghasilkan distribusi dan presentase dari masing - masing variabel.
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat bertujuan mengkorelasikan anatar Variabel dependen dan
independen yang mana variabel dependen berupa kejadian hipotensi dan variabel
independen berupa pemberian cairan preloading yang menggunakan skala nominal.
Oleh sebab itu, untuk melihat ada tidaknya korelasi antar variabel tersebut digunakan
uji korelasi Chi square. Chi square merupakan uji beda non parametris yang dilakukan
pada dua variabel dengan skala nominal. Dapat dikatakan berhubungan jika nilai p yang
dihasilkan kurang dari 0,05 (Sugiyono., 2014). Secara manual rumus yang digunakan
untuk uji Chi Square sebagai berikut :
Gambar 3.3 Rumus Chi Square:
ሺ ሻ
ைିாమ
ଶൌσ
ா
Keterangan :
X2 = Chi Kuadrat
O = Frekuensi yang diobservasi
E = frekuensi yang diharapkan
Penelitian yag dilakukan menggunakan analisis hubungan denga chi square yang
mana memiliki beberapa ketentuan dalam analisis. Adapun batasan uji chi square
sebagai berikut :
a. Tidak boleh terdapat sel yang memiliki nilai harapan (E) kurang dari 1.
b. Tidak boleh terdapat sel yang memiliki nilai harapan (E) kurang dari 5, lebih dari
20% dari jumlah sel.
37
Disimpulkan juga ada hubungan signifikan apabila signifikansi t < 0,05 maka Ho
ditolak Ha diterima atau apabila signifiansi t > 0,05 maka Ho diterima Ha ditolak.
Selain penilaian hubungan signifikan, dilakukan pula analisis nilai risk relative. Risk
relative adalah gambaran risiko terjadinya suatu peristiwa tertentu pada suatu
kelompok dibandingkan pada kelompok lain. Dalam epidemiologi dijelaskan bahwa
risk relative membantu mengetahui risiko terjadinya suatu penyakit setelah
mendapatkan suatu paparan dibandingkan dengan tidak mendapat paparan (Harlan &
Johan., 2018).
Rumus umum untuk risk relative :
Gambar 3.4 Rumus Risk Relative :
ܣȀሺ
ܣܤሻ
ܴܴൌ
ܥȀ
ሺܥܦሻ
Keterangan :
RR = Risk relative
A = total sampel yang mendapat paparan dan terkena penyakit tertentu.
B = total sampel yang mendapat paparan namun tidak terkena penyakit tertentu.
C = total sampel yang tidak mendapat paparan dan terkena penyakit tertentu.
D = total sampel yang tidak mendapat paparan namun tidak terkena penyakit
tertentu.
Jika didapatkan hasil dengan angka risk relative 1, maka tidak terdapat perbedaan
risiko antara kedua kelompok. Jika didapatkan hasil risk relative kurang dari 1,
menandakan kelompok terpapar risikonya lebih rendah dari pada kelompok tanpa
paparan. Dan jika angka risk relative lebih dari satu, berarti kelompok dengan
paparan risiko yang didapatkan lebih besar dari pada kelompok tanpa paparan.
I. Jalannya Penelitian
1. Tahap Persiapan
a. Pembagian dosen pembimbing
b. Pengajuan judul.
c. Penyusunan proposal penelitian skripsi BAB I, BAB II, BAB III.
d. Konsultasi dengan pembimbing kemudian melaksanakan sidang proposal
penelitian.
38
A. Hasil Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan desain
penelitian menggunakan case control secara pendekatan retrospektif yang
dilakukan untuk mencari hubungan jenis cairan preloading dengan pencegahan
kejadian hipotensi pada pasien sectio caesarea dengan spinal anestesi dan
mengetahui efektifitas cairan yang dapat mencegah terjadinya hipotensi.
Penelitian ini dilakukan selama bulan Januari 2022 di RS PKU Muhammadiyah
Yogyakarta dengan mengambil sejumlah data responden pada rekam medis
berdasarkan beberapa kriteria ingklusi dan eksklusi yang telah ditetapkan
sebanyak 80 responden, dengan pembagian kelompok menjadi kelompok kasus
sebanyak 40 responden dan kelompok kontrol sebanyak 40 responden.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, didapatkan hasil sebagai berikut :
39
40
Hipotensi 10 12,5%
Tidak Hipotensi 70 87,5%
Jumlah 80 100%
Sumber : data sekunder 2020 - 2021
Dari data pada Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa responden yang
diambil oleh peneliti dengan data tekanan darah sebelum Operasi
sectio caesare sebanyak 80 orang dengan perbandingan kejadian
pasien hipotensi sebanyak 10 orang (12,5%) dan pasien tidak
hipotensi sebanyak 70 orang (87,5%).
b. Tekan darah pasien intra operasi sectio caesarea dengan spinal
anestesi.
Tabel 4.2 Distribusi Tekanan Darah Intra Operasi di RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta Tahun 2020 – 2021
Tekanan Darah Frekuensi Persentase
Hipotensi 40 50%
Tidak Hipotensi 40 50%
Jumlah 80 100%
Sumber : data sekunder 2020 – 2021
42
Dari data pada Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa responden yang
diambil oleh peneliti dengan data tekanan darah Intra Operasi sectio
caesare sebanyak 80 orang dengan perbandingan yang sama antara
kelompok kasus yaitu pasien dengan kejadian hipotensi sebesar 40
pasien (50%) dan kelompok kontrol yaitu pasien dengan tidak
mengalami hipotensi sebesar 40 orang (50%).
Kristaloid 35 43,75%
Koloid 45 56,25%
Jumlah 80 100%
Sumber : data sekunder 2020 - 2021
Uji hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini menguji antara hubungan
X dengan Y menggunakan uji korelasi Chi-Square dengan software statistik
pada komputer. Sesuai dengan tujuan khusus pada penelitian ini, didapatkan
hasil analisis bivariat dengan Chi-Square sebagai berikut :
d. Hubungan jenis cairan preloading dengan pencegahan kejadian
hipotensi pasien sectio caesarea pasca spinal anestesi.
Tabel 4.4 Distribusi Hubungan Jenis Cairan Preloading dengan
Pencegahan Kejadian Hipotensi pada Pasien Sectio Caesarea di RS
PKU Muhammadiyah Yogyakarta
Tahun 2020 - 2021
Kejadian Kristaloid Koloid Jumlah P
Hipotensi F % F % F %
Hipotensi 24 30 16 20 40 50 0.003
Tidak Hipotensi 11 13,8 29 36,3 40 50
Hipotensi 24 30 16 20 40 50
Tidak 0,003 3,955 0,004 1,546 –
Hipotensi 11 13,8 29 36,3 40 50 10,114
B. Pembahasan
disarankan untuk diberikan cairan koloid karena fungsi utama dari koloid
yaitu dapat mencegah terjadinya kejadian hipotensi selama spinal
anestesi. Cairan koloid memiliki tekanan onkotik tinggi dengan ukuran
molekul besar sehingga sulit untuk menembus membran kapiler dan dapat
mempertahankan volume intravaskuler. Koloid tersusun atas 2 tipe
polimer glukosa yaitu amilopektin dan amilosa yang dapat menurunkan
permeabilitas pembuluh darah akibatnya hal ini dapat mengurangi risiko
bocornya kapiler (Gustomi & Qomariyah., 2018). Cairan koloid yang
mengandung molekul besar dan tidak permeabel lebih efektif dapat
mempertahankan tekanan darah pada ambang normal selama dilakukan
operasi sectio caesarea menggunakan regional anestesi jika dibandingkan
dengan penggunaan kristaloid (Puspitosari et al., 2016)
Berdasarkan Tabel 4.4 menunjukkan bahwa dari 80 total
responden dengan kelompok kejadian hipotensi sebanyak 40 responden
terdapat 24 pasien (30%) lebih banyak menggunakan cairan kristaloid.
Hal ini sejalan dengan penelitian Gustomi & Qomariyah (2018)
menjelaskan bahwa prehidrasi menggunakan jenis cairan kristaloid
dengan pemberian cepat 20 ml/kg berat badan masih belum efektif
menurunkan insiden keparahan kejadian hipotensi, hal ini terjadi akibat
perpindahan cairan kristaloid yang lebih cepat dari intravaskuler menuju
ekstraseluler.
Dalam penelitian lain menyatakan pemberian cairan kristaloid
dapat mengurangi kejadian hipotensi, namun hal ini dapat lebih efektif
jika pemberian cairan kristaloid secara coloading dari pada secara
preloading saja (Woda et al., 2021). Penggunaan kristaloid sebagai
coloading dengan RL dianggap lebih efektif sebagai alternative untuk
menurunkan tingkat kejadian hipotensi selama operasi (Kinsella et al.,
2018)
Cairan kristaloid merupakan cairan dengan larutan berbahan dasar
air dengan molekul kecil, sehingga membran kapiler permeabel terhadap
cairan kristaloid. Hal ini mengakibatkan cairan kristaloid lebih cepat
52
C. Keterbatasan Penelitian
Dalam melaksanakan penelitian ini terdapat beberapa hal yang dirasakan
oleh peneliti yang menjadi keterbatasan yaitu terdapat beberapa rekam medis
calon responden yang tidak tersedia pada ruang penyimpanan rekam medis baik
dalam bentuk rekam medis manual maupun rekam medis elektronik pasien.
Terdapat rekam medis dengan bagian tidak terisi pada data tekanan darah pasien
yang menjadi data pokok yang dibutuhkan peneliti juga menjadi salah satu
keterbatasan pada penelitian ini.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang tertera pada bab
sebelumnya, dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Dari total 80 responden, lebih banyak yang tidak megalami kejadian
hipotensi pada hasil tekanan darah pre operasi sectio caesarea
menggunakan spinal anestesi dengan persentase 87,5% responden tidak
hipotensi dan 12,5% responden hipotensi.
2. Dari total 80 responden, didapatkan hasil yang sama antara responden
hipotensi dengan responden tidak hipotensi pada hasil tekanan darah intra
operasi sectio caesarea menggunakan spinal anestesi dengan persentase
50% responden tidak hipotensi dan 50% responden hipotensi.
3. Jenis cairan preloading pencegahan kejadian hipotensi pasien sectio
caesarea pasca spinal anestesi pada penelitian ini menggunakan jenis
cairan kristaloid dengan total responden sebanyak 35 pasien dan cairan
koloid dengan total responden sebanyak 45 pasien.
4. Setelah dilakukan pengujian hubungan antara jenis cairan preloading
dengan pencegahan kejadian hipotensi menggunakan software statistika,
didapatkan terdapat hubungan yang bermakna yang dapat dilihat dari
nilai p value 0,003 < 0,05 ( ha diterima, ho ditolak). Terdapat hubungan
antara jenis cairan preloading dengan pencegahan kejadian hipotensi
pasien sectio caesarea pasca spinal anestesi.
5. Pemberian cairan koloid lebih efektif dengan hasil uji risk relative
preloading jenis koloid memiliki potensi tidak terjadi hipotensi 3 (tiga)
kali lebih besar dibandingkan dengan pasien cairan preloading jenis
kristaloid.
54
55
B. Saran
1. Bagi RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan dan pertimbangan
dalam memilih cairan preloading bagi pasien sectio caesarea dengan
spinal anestesi untuk menurunkan tingkat kejadian hipotensi di RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta.
2. Bagi Penata Anestesi
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemilihan jenis cairan
preloading dengan koloid lebih dianjurkan untuk menjadi cairan
preloading pada pasien sectio caesarea dengan spinal anestesi untuk
menurunkan tingkat kejadian hipotensi.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk
pengembangan ilmu keperawatan anestesi, baik untuk bahan bacaan
maupun sumber referensi di perpustakaan universitas.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan bagi peneliti selanjutnya untuk memperpanjang lama
waktu pengambilan data retrosfektif menggunakan rekam medis sehingga
data yang didapatkan lebih variatif dan hasil penelitian dapat lebih
komprehensif.
DAFTAR PUSTAKA :
Azizah, R. N., Sikumbang, K. M., & Asnawati, A. (2016). Efek Pemberian Cairan
Koloid dan Kristaloid terhadap Tekanan Darah. Berkala Kedokteran, 12(1), 19.
https://doi.org/10.20527/jbk.v12i1.352
Flora, L., Redjeki, I. S., & Wargahadibrata, A. H. (2014). Perbandingan Efek Anestesi
Spinal dengan Anestesi Umum terhadap Kejadian Hipotensi dan Nilai APGAR
Bayi pada Seksio Sesarea. Jurnal Anestesi Perioperatif, 2(2), 105–116.
https://doi.org/10.15851/jap.v2n2.304
Gautama, R. M., Frw, C., & Widodo, U. (2015). Efek Klonidin 3 μ g / kgBB Drip
Intravena Terhadap Lama Kerja Blokade Motorik dan Sensorik pada Blok
Subarakhnoid. Jurnal Komplikasi Anestesi, 2, 1–10.
Harlan, J., & Johan, R. S. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan. In Pusdik SDM
Kesehatan (edisi kedu). Gunadarma.
Jj, C., Rs, L., Rs, E., Sw, S., & Am, C. (2020). Techniques for preventing hypotension
during spinal anaesthesia for caesarean section (Review).
https://doi.org/10.1002/14651858.CD002251.pub4.www.cochranelibrary.com
Kinsella, S. M., Carvalho, B., Dyer, R. A., Fernando, R., McDonnell, N., Mercier, F. J.,
Palanisamy, A., Sia, A. T. H., Van de Velde, M., & Vercueil, A. (2018).
International consensus statement on the management of hypotension with
vasopressors during caesarean section under spinal anaesthesia. Anaesthesia, 73(1),
71–92. https://doi.org/10.1111/anae.14080
Mangku, G. & Senapathi, T. G. A. (2010). Buku Ajar Ilmu Anestesia Reaminasi. PT.
MACANAN JAYA CEMERLANG.
Md Nizar, N. D., Hassan, S. K., Mohamad Zaini, R. H., Hassan, M. H., Wan Hassan, W.
M. N., & Mazlan, M. Z. (2020). Comparing the Effects of Pre-loading with
Gelatine 4% Plasma Volume Expander and 6% Hydroxyethyl Starch Solution
Before Spinal Anaesthesia for Lower Limb Orthopaedic Surgery. Malaysian
Journal of Medical Sciences, 27(6), 68–78.
https://doi.org/10.21315/mjms2020.27.6.7
Nursalam. (2016). Metode Penelitian Ilmu Keperawatan (Edisi 4). Salemba Medika.
Pramono, dr. Ardi, Sp.An., M. K. (2015). Buku Kuliah Anestesi (deriyan sukma wijaya
(ed.)). Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Prasetyono, D. S. (2016). Tanda Bahaya dari Tubuh. In Y. S. Putri (Ed.), Tanda Bahaya
dari Tubuh (p. 96). Yogyakarta : FlashBooks.
Putri, Y. S., Fuadi, I., & Bisri, T. (2016). Efek Penggunaan Leg Wrapping terhadap
Kejadian Hipotensi Selama Anestesi Spinal pada Pasien Seksio Sesarea. Jurnal
Anestesi Perioperatif, 4(3), 191–197. https://doi.org/10.15851/jap.v4n3.903
Rahmadani, O. (2017). Hubungan antara Pola Tidur terhadap Tekanan Darah pada
Remaja SMA di Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak Yogyakarta. Naskah
Publikasi, 1–10.
Ripollés Melchor, J., Espinosa, Martínez Hurtado, E., Casans Francés, R., Navarro
Pérez, R., Abad Gurumeta, A., & Calvo Vecino, J. M. (2015). Colloids versus
crystalloids in the prevention of hypotension induced by spinal anesthesia in
elective cesarean section. A systematic review and meta-analysis. Minerva
Anestesiologica, 81(9), 1019–1030.
Robert H. Sirait. Bellatania Yuda. (2019). Profil Hemodinamik Pasien yang Menjalani
Seksio Sesarea dengan Anestesi Spinal pada Primipara dan Multipara di RSU UKI
Periode Tahun 2015-2017. Departemen Anestesiologi, 7(Anestesi Spinal), 7–13.
Robert H, S. ., & Bellatania Yuda. (2019). Profil Hemodinamik Pasien yang Menjalani
Seksio Sesarea dengan Anestesi Spinal pada Primipara dan Multipara di RSU UKI
Periode Tahun 2015-2017. Departemen Anestesiologi, 7(anestesi spinal), 7–13.
Rustini, R., Fuadi, I., & Surahman, E. (2016). Insidensi dan Faktor Risiko Hipotensi
pada Pasien yang Menjalani Seksio Sesarea dengan Anestesi Spinal di Rumah Sakit
Dr. Hasan Sadikin Bandung. Jurnal Anestesi Perioperatif, 4(1), 42–49.
https://doi.org/10.15851/jap.v4n1.745
Sanjaya, D. A., Luh, N., Inca, P., Agustini, B., Agus, I. G., Putra, S., & Ileatan, E.
(2018). Procedure for Using Crystalloid and Colloid Fluids in Blood Pressure in
Sectio Caesaria Patients Using Spinal Anesthesia Technique Prosedur Penggunaan
Cairan Kristaloid dan. Jurnal Kesehatan Primer, 3(2), 87–93.
Singh, K., Nautiyal, R., Payal, Y. S., & Sharma, J. P. (2014). Evaluation of
hemodynamic changes after leg wrapping in elective cesarean section under spinal
anesthesia. Journal of Obstetric Anaesthesia and Critical Care, 4(1), 23.
https://doi.org/10.4103/2249-4472.132818
Siti, M. K., & Soekiswati, S. (2019). Pengaruh Latihan Angkat Beban dan Jalan Kaki
Interval Terhadap Peningkatan Tekanan Darah pada Mahasiswi Penderita
Hipotensi. Electronic Theses and Dissertations Universitas Muhammadiyah
Surakarta. http://eprints.ums.ac.id/73632/
Tanambel, P., Kumaat, L., & Lalenoh, D. (2017). Profil Penurunan Tekanan Darah
(hipotensi) pada Pasien Sectio Caesarea yang Diberikan Anestesi Spinal dengan
Menggunakan Bupivakain. E-CliniC, 5(1), 1–6.
https://doi.org/10.35790/ecl.5.1.2017.15813
Woda, R. R., & Sihotang, J. (2021). Pencegahan Kejadian Hipotensi Pasca Anestesi
Spinal Pada Pembedahan Seksio Sesarea. Cendana Medical Journal,
21(Aneshtesia), 72–76.
LAMPIRAN
Lampiran I Surat Studi Pendahuluan :
Lampiran II Surat Lolos Layak Etik :
Lampiran III Surat Izin Penelitian di RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
Lampiran IV Lembar Bimbingan Skripsi :
Lampiran 4 Lembar Bimbingan Skripsi :
Lampiran V Data Responden dalam Dummy Tabel :
Statistics
TDI JCP
N Valid 80 80
Missing 0 0
Mean 1.50 1.56
Median 1.50 2.00
Std. Deviation .503 .499
Minimum 1 1
Maximum 2 2
Sum 120 125
Crosstabs
Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df (2-sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 8.584a 1 .003
Continuity Correctionb 7.314 1 .007
Likelihood Ratio 8.756 1 .003
Fisher's Exact Test .006 .003
Linear-by-Linear 8.477 1 .004
Association
McNemar Test .442c
N of Valid Cases 80
Odds Ratio
Jadwal Kegiatan Agustus September Oktober November Desember Januari Februari Maret
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
Pengajuan Judul
ACC Judul
Studi Pendahuluan
Penyusunan BAB I
Penyusunan BAB II
Penyusunan BAB III
ACC Proposal Penelitian
Seminar Proposal
Revisi Proposal
Pengurusan Ehical
Clearance
Penelitian
Penyusunan BAB IV
Penyusunan BAB V
Seminar Hasil