Disusun oleh:
MITA KURNIA RAHMA
1910206047
Disusun oleh:
MITA KURNIA RAHMA
1910206047
Disusun oleh:
MITA KURNIA RAHMA
1910206047
Disusun oleh:
MITA KURNIA RAHMA
1910206047
Pada tanggal:
3 Juli 2020
Dewan Penguji:
Mengesahkan,
Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas „Aisyiyah Yogyakarta
iii
LAPORAN KASUS KETIDAKEFEKTIFAN POLA NAFAS PADA PASIEN
CRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) DI RUANG RAUDHAH RS PKU
MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA1
ABSTRAK
Latar belakang: Cronic Kidney Disease (CKD) merupakan suatu kondisi ireversibel
dimana fungsi ginjal menurun dari waktu ke waktu. Keluhan utama yang paling
sering dirasakan oleh penderita Cronic Kidney Disease (CKD) adalah sesak nafas,
nafas tampak cepat dan dalam. Tidak adanya oksigen akan menyebabkan tubuh
secara fungsional mengalami kemunduran bahkan dapat menimbulkan kematian.
Tujuan: Mampu melakukan asuhan keperawatan dengan masalah ketidakefektifan
pola nafas pada pasien Cronic Kidney Disease (CKD) di ruang Raudhah RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta.
Metode: Pada kasus ini menggunakan metode pendekatan studi kasus, sampel yang
digunakan meliputi 2 pasien dengan sesak nafas dengan diagnosa keperawatan yaitu
ketidakefektifan pola nafas di ruang Raudhah RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta.
Hasil: Berdasarkan hasil tindakan perawatan yang sudah diberikan dan lamanya di
rumah sakit pada kedua kasus, pada kasus 1 maupun kasus 2 telah terjadi perbaikan
baik tanda-tanda vital maupun keadaan umum klien. dan hasil tindakan keperawatan
yang diberikan sudah maksimal sehingga ada perubahan yang terjadi selama proses
keperawatan yang diberikan kepada kedua pasien ini.
Kesimpulan: Masalah keperawatan ketidakefektifan pola nafas pada kasus 1 belum
teratasi dan kasus pada kasus 2 sudah teratasi. Karya Ilmiah Akhir Ners ini
diharapkan dapat menjadi tambahan data base bagi perawat dalam meningkatkan
ilmu keperawatan, sehingga dapat memberikan tambahan pengetahuan dan
keterampilan perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan pasien dengan
diagnosa ketidakefektifan pola nafas.
1
Judul Karya Ilmiah Akhir Ners
2
Mahasiswa CoNers Universitas „Aisyiyah Yogyakarta
3
Dosen Universitas „Aisyiyah Yogyakarta
4
Pembimbing Lapangan RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta.
iv
v
KATA PENGANTAR
Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan karya ilmiah akhir ini jauh dari
kata sempurna oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat peneliti
harapkan untuk menyempurnakan penyusunan karya ilmiah akhir ini.
Peneliti
vi
DAFTAR ISI
vii
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR LAMPIRAN
x
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Organ utama sistem urinaria adalah ginjal yang menjaga dan memproses
plasma darah membantu sel darah merah agar tulang tetap kuat, mempertahankan
keseimbangan cairan dan elektrolit seperti sodium, potasium dan fosfat tetap
stabil, keseimbangan asam basa mengeluarkan buangan dalam bentuk urin
dengan mencegah menumpuknya limbah serta memproduksi hormon dan enzim
yang membantu dalam mengendalikan tekanan darah (Depkes, 2017). Penyakit
Cronic Kidney Disease (CKD) merupakan suatu kondisi ireversibel dimana
fungsi ginjal menurun dari waktu ke waktu. Penyakit Cronic Kidney Disease
(CKD) biasanya berkembang secara perlahan dan progresif, kadang sampai
bertahun-tahun, dengan pasien sering tidak menyadari bahwa kondisi tubuh telah
parah. Kerusakan ginjal merupakan kondisi berbahaya yang mana jika tidak
ditangani, ginjal bisa berhenti berfungsi. Jika ginjal berhenti berfungsi, akibatnya
bisa mematikan (Sulistyorini, 2017).
Diseluruh dunia penyakit ginjal menjadi penyebab terpenting dari
kecacatan dan kematian, tercatat dari tahun 2009 diperkirakan dari 29 juta orang
diseluruh dunia sekitar 70.000 orang dewasa di Amerika Serikat dan meninggal
dunia setiap tahun karena pengobatan yang tidak terjangkau. Cronic Kidney
Disease (CKD) merupakan suatu kondisi profresif menuju dimana fungsi ginjal
secara terus menerus dan irreversible dalam bebagai periode waktu dari beberapa
bulan hingga dekade dan sebagian besar pasien tidak menyadari akan
keparahannya.
Cronic Kidney Disease (CKD) telah menjadi persoalan kesehatan yang
serius di seluruh dunia. Menurut ESRD patients (End-Stage Renal Disease)
angka kejadian CKD di dunia pada ahun 2011 sebanyak 2.786.000 orang, dan
tahun 2012 menajdi 3.018.860 orang dan tahun 2013 sebanyak 3.200.000 orang
atau adanya peningkatan angka kejadian pasien CKD setiap tahunnya 6% (ESRD,
2013). Sekitar 8% s.d. 10% populasi di dunia terkena CKD (World Kidney Day,
2017)
1
2
Berdasarkan data dari Riset Kesehatan Dasar (2013), tahun 2010 jumlah
penderita CKD mencapai 17.507 orang, kemudian pada tahun 2011 bertambah
menjadi 23.261 orang, data ini diperoleh melalui PT Askes menurut prevalensi
CKD yang terdiagnosa di Indonesia sebesar 0,2%. Prevalensi tertinggi di
Sulawesi Utara sebesar 0,5%, diikuti Aceh, Gorontalo dan masing-masing 0,4%,
sementara Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, Lampung, Jawa Barat, Jawa
Tengah, Jawa Timur, dan DIY masing-masing 0,3%. Menurut yayasan peduli
ginjal (Yagudi, 2016) di Indonesia terdapat 40.000 jiwa penderita CKD.
Rasa mual, cepat lelah, mulut kering, dan sesak nafas sering dialami oleh
penderita CKD (Prabowo, 2014). Keluhan utama yang paling sering dirasakan
oleh penderita CKD adalah sesak nafas, napas tampak cepat dan dalam. Hal
tersebut dapat terjadi karena adanya penumpukan cairan di dalam jaringan paru
atau rongga dada, ginjal yang terganggu mengakibatkan kadar albumin menurun.
Ketidakmampuan ginjal untuk mencuci darah dan cairan tubuhyang harusnya
dikeluarkan melalui ginjal akan menumpuk pada tubuh. Kondisi ini akan
menyebabkan paru-paru akan mengalami penumpukan cairan. Akibat
penumpukan cairan maka paru-paru tidak dapat dengan baik mengambil oksigen
dari udara yang di hirup (Firdaus, 2016).
Pasien CKD biasanya terjadi gangguan fungsi pernapasan salah satunya
adalah gangguan pola nafas yang mengacu pada frekuensi, volume, irama, dan
usaha pernapasan. Perubahan pola nafas yang umum terjadi adalah takipneu,
hiperventilasi, dispneu, orthopheneu, apnue. Tidak adanya oksigen akan
menyebabkan tubuh secara fungsional mengalami kemunduran bahkan dapat
menimbulkan kematian. Mencegah terjadinya kekurangan oksigen yang
disebabkan karena kekurangan suplai oksigen ke tubuh pada pasien dengan
masalah keperawatan ketidakefektifan pola napas. Pencegahan awal dengan cara
memberikan kebutuhan oksigen. Oksigen merupakan kebutuhan dasar manusia
yang paling penting (Lerma, 2015).
Penurunan fungsi ginjal juga dapat menyebabkan produksi eritropoitin
tidak adekuat sehingga menyebabkan produksi hemoglobin menurun yang
mengakibatkan terjadi anemia. Selain itu anemia menyebabkan penurunan
oksigenisasi jaringan ke seluruh tubuh yang menyebabkan dyspnea sehingga
muncul diagnose ketidakefektifan pola nafas. Ketidakefektifan pola napas juga
3
dapat terjadi karena retensi cairan yang menyebabkan volume overloud sehingga
terjadi peningkatan kandungan cairan dijaringan interstisial antara kapiler dan
alveoli sehingga terjadi edema pulmo (Corwin,2011).
Manifestasi klinis pada CKD semakin terlihat jelas pada semua sistim
tubuh, umumnya terjadi azotemia yaitu peningkatan kadar nitrogen urea darah
(Blood Urea Nitrogen/ BUN) dan kreatinin yang berkaitan dengan penurunan
GFR (laju filtrasi glomerulus) secara progresif, seperti perubahan berkemih
seperti poliuri dan nokturia jika keadaan memburuk terjadi oliguria (pengeluaran
urine <400ml/ 24 jam). Yang biasanya memperlihatkan tanda gejala mual,
muntah, letargi, keletihan, sakit kepala, perubahan mencolok pada pasien adalah
adanya perubahan warna kulit menjadi kuning kusam dan rasa gatal yang hebat
serta rambut kering. Pada gangguan neurologi terjadi keletihan dan kesulitan
konsentrasi hingga mengakibatkan kejang, stupor dan koma (Esther, 2010)
Terjadi disfungsi pada sistem hematologi dan immunologi seperti anemia
akibat dari CKD yang menyebabkan gangguan produksi eritroprotein (IPO) yang
diperberat oleh abnormalitas fungsi trombosit hingga timbul perdarahan. Selain
itu terjadi gangguan pernafasan dyspnea akibat anemia menyebabkan penuruan
oksigenasi jaringan ke seluruh tubuh, kelebihan cairan, edema paru, pleuritic
uremia dan efusi pleura yang disebabkan pembentukan ventilasi udara sehingga
otot-otot perbafasan meningkat baik kecepatan dan kedalamannya (kusmaul)
untuk menghasilkan ventilasi yang memadai (Esther, 2010)
Berdasarkan data yang didapatkan selama 2 minggu di ruang Raudhah RS
PKU Muhammadiyah Yogyakarta pada tanggal 02 Maret 2020-15 Maret 2020
peneliti mengkaji sebanyak 2 kasus yang terdiagnosis ketidakefektifan pola nafas
pada pasien Cronic Kidney Disease (CKD). Hasil pengkajian yang didapatkan
pada kedua pasien mengeluhkan sesak nafas, udema di ekstermitas bawah, nyeri
pada punggung bagian belakang serta BAK susah dan hanya terasa menetes,
dengan data obyektif didapatkan pasien tampak sesak, pernafasan cuping hidung,
nafas cepat dan dalam, pemeriksaan laboraturium kreatinin, Hb, dan hematokrit
dan kasus 1 rutin melakukan HD 2x dalam seminggu, sedangkan kasus 2 rutin
melakukan HD 2x seminggu. Dengan demikian berdasarkan latar belakang
tersebut penulis tertarik untuk menganalisa asuhan keperawatan ketidakefektifan
pola nafas pada pasien Cronic Kidney Disease di ruang Raudhah RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta.
4
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis merumuskan masalah
penelitian yaitu “Bagaimana Asuhan Keperawatan Ketidakefektifan Pola Nafas
pada pasien Penyakit Cronic Kidney Disease (CKD) di ruang Raudhah RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta?”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penulis mampu melakukan asuhan keperawatan dengan masalah
ketidakefektifan pola napas pada pasien Cronic Kidney Disease (CKD) di
ruang Raudhah RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta.
2. Tujuan Khusus
a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada pasien berdasarkan dari data
fokus secara subjektif dan objektif dengan masalah ketidakefektifan pola
napas pada pasien Cronic Kidney Disease (CKD) di ruang Raudhah RS
PKU Muhammadiyah Yogyakarta.
b. Penulis mampu melakukan analisa diagnosa keperawatan berdasarkan
data subjektif dan objektif pada pasien dengan masalah ketidakefektifan
pola napas pada pasien Cronic Kidney Disease (CKD) di ruang Raudhah
RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta..
c. Penulis mampu merencanakan tindakan keperawatan pada pasien dengan
masalah ketidakefektifan pola napas pada pasien Cronic Kidney Disease
(CKD) di ruang Raudhah RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta..
d. Penulis mampu memberikan implementasi dan evaluasi asuhan
keperawatan pada pasien dengan masalah ketidakefektifan pola napas
pada pasien Cronic Kidney Disease (CKD) di ruang Raudhah RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta..
e. Penulis mampu mengindentifikasi antara kesenjangan rencana yang
ditetapkan dengan pelaksanaan asuhan keperawatan yang diberikan.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Karya ilmiah ini diharapkan peneliti mampu memberikan informasi untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan di bidang keperawatan khususnya
keperawatan dewasa terkait dengan ketidakefektifan pola napas pada pasien
Cronic Kidney Disease (CKD).
5
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Tenaga Kesehatan
Karya ilmiah ini dapat menjadi dasar dalam praktik keperawatan dan
sebagai proses pembelajaran dalam memberikan asuhan keperawatan
dewasa terkait dengan ketidakefektifan pola napas pada Cronic Kidney
Disease (CKD).
b. Bagi Universitas „Aisyiyah Yogyakarta
Karya ilmiah ini dapat digunakan sebagai bahan informasi bagi
mahasiswa dan dapat menambah referensi perpustakaan Universitas
„Aisyiyah Yogyakarta tentang ketidakefektifan pola napas pada Cronic
Kidney Disease (CKD).
c. Bagi Peneliti Selanjutnya
Karya ilmiah ini bermanfaat untuk menambah wawasan bagi pembaca
serta sebagai sumber pustaka atau refrensi bagi peneliti selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis
1. Konsep Penyakit
a. Definisi
Penyakit Cronic Kidney Disease (CKD) adalah suatu proses
patofisiologis dengan etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan
fungsi ginjal yang progresif, dan pada umumnya berakhir dengan gagal
ginjal. Selanjutnya, gagal ginjal adalah suatu keadaan klinis yang ditandai
dengan penurunan fungsi ginjal yang irreversibel, pada suatu drajat yang
memerlukan terapi pengganti ginjal yang tetap, berupa dialisis atau
transplantasi ginjal (Suwitra, 2014).
b. Etiologi
Penyebab terjadinya PGK pada dua pertiga dari keseluruhan kasus
adalah diabetes mellitus dan tekanan darah tinggi (National Kidney
Foundation, 2018). Penyebab penyakit ginjal kronik di Indonesia, antara
lain seperti tabel berikut:
Tabel 2. 1 Penyebab Penyakit Gagal Ginjal di Indonesia
Penyebab Persentase% Jumlah
Glumerulopati Primer (GNC) 8 1343
Nefropati Diabetika 22 3873
Nefropati Lupus (SLE) 1 143
Penyakit Ginjal Hipertensi 44 7602
Ginjal Polikistik 1 243
Nefropati Asam Urat 1 262
Nefropati Obstruksi 5 944
Pielonefritis Chronic (PNC) 7 1160
Lain-lain 8 1314
548 3
Sumber: Indonesian Renal Registery, 2016
6
7
g. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pasien penyakit ginjal kronik umumnya lebih
berfokus menjaga keseimbangan mekanisme homeostasis tubuh dan
mempertahabkan fungsi ginjal yang masih tersisa (Smeltzer, 2013).
Tahapan penatalaksanaan PGK dapat dilihat pad tabel berikut:
Tabel 2. 3 Penatalaksanaan Penyakit Ginjal Kronik
Tahap LFG Tatalaksana
(ml/min/1,73m²)
1 ≥90 Terapi penyakit dasar, kondisi kormobid, evaluasi
perburukan (progressive) fungsi ginjal, minimalisir
risiko penyakit kardiovaskuler
2 60-89 Hambat perburukan fungsi ginjal
3 30-59 Evaluasi kondisi ginjal dan terapi komplikasi
4 15-29 Persiapan terapi pengganti ginjal
5 <15 Terapi pengganti ginjal (dialysis atau transplantasi
ginjal)
Sumber: Kidney Disease Outcomes Quality Initiative, 2013
Menurut Suharyanto dan Majid (2009) pengobatan PGK dibagi
menjadi 2 tahap yaitu tindakan konservatif dan dialisis atau transplantasi
ginjal.
1) Tindakan konservatif
Tujuan pengobatan pada tahap ini untuk meredakan atau
memperlambat gangguan fungsi ginjal progresif.
Pengobatan:
a) Pengaturan diet protein, kalium, natrium dan cairan.
b) Pencegahan dan pengobatan komplikasi.
2) Hemodialisa
Hemodialisa adalah salah satu terapi pengganti ginjal buatan dengan
tujuan untuk elminasi sisa-sisa produk metabolisme (protein) dan
koreksi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit antra
kompartemen darah dan diasillat melalui selaput membran
semipermiabel yang berperan sebagai ginjal buatan. Pasien CKD
menjalani hemodialisa 1-2 kali dalam seminggu dan setiap kalinya
memerlukan waktu 2-4 jam, kegiatan ini akan berlangsung terus-
menerus sepanjang hidupnya (Sukandar, 2013).
11
h. Komplikasi
Komplikasi yang dapat ditimbulkan dari CKD menurut (Prabowo,
2014) yaitu:
1) Penyakit tulang. Penurunan kadar kalsium secara langsung akan
mengakibatkan dekalsifikasi matriks tulang, sehingga tulang akan
menjadi rapuh dan jika berlangsung lama akan menyebabkan fraktur
pathologis.
2) Penyakit kardiovaskuler. Ginjal sebagai kontrol sirkulasi sistemik akan
berdampak secara sistemik akan berupa hipertensi, kelainan lifid,
intoleransi glukosa, dan kelainan hemodinamik (sering terjadi
hipertropi ventrikel kiri).
3) Anemia. Selain berfungsi dalam sirkulasi, ginjal juga berfungsi dalam
rangkaian hormonal (endokrin). Sekresi eritropoeitin yang mengalami
defiensiensi di ginjal akan mengakibatkan penurunan hemoglobin.
4) Disfungsi seksual. Dengan gangguan sirkulasi pada ginjal, maka libido
sering mengalami penurunan dan terjadi impoten pada pria. Pada
wanita dapat terjadi hiperprolaktinemia.
2. Pathway
Infeksi Vaskuler Zattokak Obstruksisalurankemih
Reaksi antigen Arteriosklerosis Tertimbun Ginjal Retensi urin Batu besar Iritasi/cidera
antibodi Suplai darah ginjal turun dan kasar jaringan
Menekansar Hematuria
afperifer
GFR turun
Anemia
Nyeri
Nyeri pinggang
pinggang
GGK
12
13
e. Evaluasi
Evaluasi keperawatan sendiri merupakan tahap akhir yang harus
ditempuh perawat agar bisa melakukan proses keperawatan. Evaluasi
merupakan tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan
yang menandakan keberhasilan dari diagnosis keperawatan, rencana
intervensi dan implementasinya. Kualitas asuhan keperawatan dapat
dievakuasi pada saat proses (formatif) dan dengan melihat hasilnya
(sumatif).
1) Evaluasi Proses
Evaluasi proses (formatif) adalah aktifitas dari proses keperawatan dan
hasil kualitas pelayanan asuhan keperawatan. Evaluasi proses harus
dilaksanakan segera setelah perencanaan keperawatan
diimplementasikan untuk membantu menilai efektifitas intervensi
tersebut. Sistem penulisan pada evaluasi ini dapat menggunakan SOAP
yaitu:
a) S: data subjektif (data yang diutarakan pasien dan pandangan
terhadap data tersebut).
b) O: data objektuf (data yang didapat dari hasil observasi perawat,
termasuk tanda-tanda klinik dan fakta yang berhubungan dengan
penyakit pasien.
c) A: analisis (analisis ataupun kesimpulan dari data subjektif dan
obyektif)
d) P: perencanaan (pengembangan rencana segera atau yang akan
datang untuk mencapai status kesehatan pasien yang optimal).
2) Evaluasi hasil
Fokus evaluasi hasil yaitu perubahan prilaku atau status kesehatan
pasien kepada akhir asuhan keperawatan. Evaluasi hasil bersifat
objektif, fleksibel, dan efisien. Metode pelaksaan evaluasi hasil terdiri
dari wawancara pada akhir pertemuan akhir asuhan keperawatan dan
pertanyaan kepada pasien dan keluarga.
17
4. Tinjauan Islam
CKD adalah salah satu contoh penyakit yang datang dari Allah, dan Allah
akan menurunkan pula obatnya. Allah SWT berfirman pada surat Yunus ayat 57:
c. Penyajian data
Penyajian data diarahkan agar data hasil reduksi terorganisasikan,
tersusun dalam pola hubungan sehingga mudah di pahami. Penyajian data
dapat dilakukan dalam bentuk uraian naratif. Penyajian data dalam bentuk
tersebut mempermudah peneliti dalam memahami apa yang terjadi. Pada
langkah ini, peneliti berusaha menyusun data yang relevan sehingga
informasi yang didapat disimpulkan dan memiliki makna tertentu untuk
menjawab masalah penelitian.
d. Penarikan kesimpulan
Tahap ini merupakan tahap penarikan simpulan dari semua data yang
telah diperoleh sebagai hasil dari penelitian. Penarikan simpulan atau
verifikasi adalah usaha untuk mencari atau memahami makna/arti,
keteraturan, pola-pola penjelasan, alur sebab akibat atau proposisi.
BAB III
DATA KASUS
Diagnosa medic Cronic Kidney Disease (CKD) Cronic Kidney Disease (CKD)
Tanggal masuk RS 29-02-2020 05-03-2020
Tanggal pengkajian 03-03-2020 05-03-2020
Keluhan Utama
Alasan dibawa ke RS Perut bawah terasa penuh (vesika urinari), nyeri Sesak nafas sudah 2 hari yang lalu sebelum masuk RS, dan
pinggang, sesak nafas kaki bengkak serta pinggang terasa nyeri
Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan Pasien mengeluhkan tidak bisa BAK 1 hari yang lalu, Pasien mengeluhkan sesak nafas sudah 2 hari yang lalu,
sekarang perut bagian bawah terasa penuh, nyeri pinggul, sesak pasien mengeluh nyeri bagian pinggang, pasien tampak pucat,
nafas. HD rutin 2x dalam seminggu sejak kurang lebih 6 udema pada kaki. Riwayat HD sudah 3 bulan yang lalu rutin
bulan yang lalu. 2x dalam satu minggu.
HD pada hari Kamis, 05 Maret 2020 HD pada hari Sabtu, 07 Maret 2020
PENGKAJIAN KASUS 1 KASUS 2
21
PENGKAJIAN KASUS 1 KASUS 2
Tanggapan pasien tentang Pasien mengatakan ikhlas atas apa yang di deritanya saat Pasien mengatakan ikhlas atas apa yang di deritanya saat ini,
penyakit yang diderita ini, pasien mengatakan sakit dan sembuh adalah pasien mengatakan sakit dan sembuh adalah pemberian Allah
pemerian Allah SWT. SWT.
Riwayat Spiritual Pasien mengatakan beragama islam, dan sebelum sakit Pasien mengatakan beragama islam, dan sebelum sakit pasien
pasien rajin beribadah, mengikuti kajian di masjid. rajin beribadah, mengikuti kajian di masjid. Selama sakit
Selama sakit kegiatan spiritual pasie kurang terpenuhi. kegiatan spiritual pasien kurang terpenuhi.
22
PENGKAJIAN KASUS 1 KASUS 2
Perkusi: suara paru pekak kanan dan kiri Perkusi: suara paru pekak kanan dan kiri
Auskultasi: ronkhi (+) basal-basal , wheezing (-) Auskultasi: ronkhi (+) basal-basal , wheezing (-)
Suara ronkhi basah dikedua lapang dada Suara ronkhi basah dikedua lapang dada
LEHER LEHER
Inspeksi: Bentuk simetris, warna sama dengan ekstermitas Inspeksi: Bentuk simetris, warna sama dengan ekstermitas
lain, tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran kelenjar lain, tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran kelenjar
tiroid tiroid
23
PENGKAJIAN KASUS 1 KASUS 2
Konjungtiva anemis, mata tampak berair, kelengkapan Konjungtiva anemis, mata tampak berair, kelengkapan
kanan kiri lengkap, Eksoftalmus (mata menonjol): tidak kanan kiri lengkap, Eksoftalmus (mata menonjol): tidak
Enofthalmus (mata tenggelam): tidak Enofthalmus (mata tenggelam): tidak
Kelopak mata tidak ada udema, tidak ada peradangan, Kelopak mata tidak ada udema, tidak ada peradangan,
tidak ada luka, bulu mata tidak rontok, sklera putih, tidak ada luka, bulu mata tidak rontok, sklera putih,
reaksi pupil isokor. reaksi pupil isokor.
b. Hidung c. Hidung
Inspeksi: Inspeksi:
Tidak ada polip, tidak ada secret yang berlebihan, ada Tidak ada polip, tidak ada secret yang berlebihan, ada
pernapasan cuping hidung, tidak ada perdarahan, ada pernapasan cuping hidung, tidak ada perdarahan, ada
benjolan, tidak ada trauma, tidak ada nyeri tekan. benjolan, tidak ada trauma, tidak ada nyeri tekan.
c. Telinga d. Telinga
Inspeksi: Inspeksi:
Telinga tidak ada kelainan telinga berfungsi dengan Telinga tidak ada kelainan telinga berfungsi dengan
baik, bentuk seimetris kanan kiri, dak ada lesi, tidak ada baik, bentuk seimetris kanan kiri, dak ada lesi, tidak ada
peradangan, tidak ada penumpukan serum, tidak ada peradangan, tidak ada penumpukan serum, tidak ada
perdarahan. perdarahan.
Palpasi: Palpasi:
Tidak ada nyeri tekan Tidak ada nyeri tekan
24
PENGKAJIAN KASUS 1 KASUS 2
Pasien mampu merasakan nyeri, dingin, panas dan Pasien mampu merasakan nyeri, dingin, panas dan
getaran. getaran.
e. Fungsi cerebellum f. Fungsi cerebellum
Pasien mampu menggerakkan kedua tangannya secara Pasien mampu menggerakkan kedua tangannya secara
bersamaan maupun bergantian secara perlahan lahan. bersamaan maupun bergantian secara perlahan lahan.
f. Reflex g. Reflex
Pasien mampu menghindari dari rangsangan nyeri. Pasien mampu menghindari dari rangsangan nyeri.
g. Iritasi meningen h. Iritasi meningen
Tidak ada kaku kuduk yang dirasakan atau tampak dari Tidak ada kaku kuduk yang dirasakan atau tampak dari
pasien. pasien.
Sistem muskuloskeletal a. Kepala a. Kepala
Bentuk kepala mesocopal, rambut beruban, rambut Bentuk kepala mesocopal, rambut beruban, rambut
pendek, rambut bersih. pendek, rambut bersih.
b. Vertebrae b. Vertebrae
Pasien mampu menggerakkan akan tetapi dengan pelan Pasien mampu menggerakkan akan tetapi dengan pelan
pelan dan bantuan karena pasien masih lemas dan pelan dan bantuan karena pasien masih lemas dan
merasakan sesak. merasakan sesak.
c. Pelvis c. Pelvis
Pasien tidak mampu menggerakkan panggul dengan Pasien tidak mampu menggerakkan panggul dengan
mandiri harus dengan bantuan. mandiri harus dengan bantuan.
d. Lutut d. Lutut
mampu mengerakkan lutut secara mandiri mampu mengerakkan lutut secara mandiri
f. Bahu e. Bahu
Pasien mampu mengerakkan bahunya secara perlahan- Pasien mampu mengerakkan bahunya secara perlahan-
lahan lahan
g. Ekstermitas atas (tangan) f. Ekstermitas atas (tangan)
Inspeksi: tidak ada kelemahan otot Inspeksi: tidak ada kelemahan otot
Perkusi: akral teraba hangat, tidak ada nyeri tekan, Perkusi: akral teraba hangat, tidak ada nyeri tekan, tidak
tidak ada benjolan atau massa, CRT <2 detik. ada benjolan atau massa, CRT <2 detik.
h. Ekstermitas bawah (kaki) g. Ekstermitas bawah (kaki)
Inspeksi: tidak ada kelemahan otot, udema pada kaki Inspeksi: tidak ada kelemahan otot, udema pada kaki
Palpasi: akral teraba hangat, tidak ada nyeri tekan, Palpasi: akral teraba hangat, tidak ada nyeri tekan, tidak
tidak ada massa ada massa
25
PENGKAJIAN KASUS 1 KASUS 2
Udema: Udema:
- - - -
+ + + +
Kelemahan otot
5 5 Kelemahan otot
5 5
5 5
5 5
26
PENGKAJIAN KASUS 1 KASUS 2
Sistem imun Tidak terdapat alergi obat maupun makanan Tidak terdapat alergi obat maupun makanan.
Riwayat tranfusi darah pada bulan April pasien saat Jika selesai HD badan terasa dingin sekali.
dilakukan transfusi terasa mual, keluarga mengatakan setiap
pasien dilakukan transfusi darah selalu mengeluhkan mual.
Aktivitas Sehari-hari
Nutrisi a. Antropometri a. Antropometri
Umur :64 tahun Umur : 79 tahun
BB :65 kg BB :60 kg
TB:165 cm TB:160 cm
IMT: IMT:
=BB(kg) /TB2(m) =BB(kg) /TB2(m)
=65/ (1,65)2 =60/ (1,60)2
=65/ 2,72 =60/ 2,56
23,8/m2 (berat badan normal) 23,4 /m2 (berat badan normal)
Pasien mengatakan dirumah makan 3 kali sehari dengan
porsi 1 porsi dengan lauk sayur dan kadang –kadang Pasien mengatakan dirumah makan 2 sampai 3 kali
daging waktu makan yaitu pagi siang dan malam, pasien sehari dengan porsi 1porsi dengan lauk da sayur waktu
ada batasan makanan dan minum kadang kadang pasien pagi siang dan malam, pasien ada batasan makana dan
makan dengan keluarga, dan sebelum makan selalu minum . kadang kadang pasien makan dengan keluarga,
berdoa. dan sebelum makan selalu berdoa.
Dirumah sakit pasien selera makan berkurang karena Dirumah sakit pasien selera makan berkurang karena
pasien sering merasakan sesak dan lemas, pasien selama pasien sering merasakan sesak dan lemas, pasien selama
di rumah sakit dibantu segala aktifitas oleh keluarga, di rumah sakit dibantu segala aktifitas oleh keluarga,
baik makan, minum, BAB, dan BAK. baik makan, minum, BAB, dan BAK.
Cairan Dirumah sakit konsumsi cairan ±900 cc , kandung kemih Dirumah sakit konsumsi ±400cc air putih
terasa penuh dan nyeri saat BAK
Eliminasi Sebelum sakit Sebelum sakit
1. pasien mengatakan BAK ±100 cc dengan warna kuning 1. pasien mengatakan BAK ± 300 cc, dengan warna kuning
2. pasien mengatakan BAB 1 x per hari dengan konsisten dan bau khas urine dan tidak ada masalah dengan BAK
lembek, warna kuning, bau khas feses dan tidak ada 2. pasien mengatakan BAB 1 x per hari dengan konsisten
masalah dengan BAB. lembek, warna kuning, bau khas feses dan tidak ada
masalah dengan BAB.
27
PENGKAJIAN KASUS 1 KASUS 2
Selama sakit Selama sakit
1. pasien mengatakan selama di rumah sakit BAK keluar 1. pasien mengatakan selama di rumah sakit BAK keluar
sedikit hanya ±65 cc dan terasa seperti menetes sedikit-sedikit ±100cc
2. pasien megatakan selama sakit belum BAB 2. pasien mengatakan selama sakit BAB 1x
Rekreasi Pasien mengatakan jarang rekreasi hanya diam dirumah Pasien mengatakan jarang rekreasi hanya diam dirumah saja
bersama keluarga dan anak anaknya. atau bertani di sawah.
28
3. Discharge Planning
29
PEMERIKSAAN NILAI RUJUKAN KASUS 1 KASUS 2
MCH 27-34 pg 29.1 28.8
MCHC 32-36 g/dl 33.9 33.5
RDW 11-16 % 11.7 13.2
Trombosit 150-450 ribu/mm3 154 234
MPV 7-11 fl 3.9 4.2
Glukosa sewaktu 70-140 mg/dl 127 167
FUNGSI GINJAL
Ureum 15-45 mg/dl 198 111
Kreatinin 0.6-1,3 mg/dl 7.1 11.4
BUN 6.00-20.00 mg/dL 27.00 56.80
30
KASUS 2
Nama Obat Dosis Indikasi Konta indikasi Efek Samping
Furosemid 1amp/12 jam untuk mengeluarkan kelebihan gagal ginjal dengan anuria, Pusing, vertigo, mual
cairan dari dalam tubuh melalui prekoma dan koma hepatik, muntah, diare, penglihatan
urine. defisiensi elektrolit, hipovolemia, buram
hipersensitivitas
Ceftriaxon 2x1 untuk mengatasi berbagai Alergi terhadap antibiotik jenis ini Nyeri tenggorokan, nyeri
infeksi bakteri. Obat ini bekerja perut, mual muntah, diare,
dengan cara menghambat nafas pendek, kelelahan
pertumbuhan bakteri atau
membunuh bakteri dalam
tubuh.
Amlodipin 1x10mg obat darah tinggi atau syok kardiogenik, angina tidak Pusing, mual,
hipertensi. stabil, stenosis aorta yang pembengkakan tungkai,
signifikan, menyusui (lampiran 5). jantung berdebar
Asam folat 3x1 Mengobati kekeurangan asam Alergi terhadap obat ini, anemia Demam tinggi, kulit merah,
folat dan beberapa jenis anemia hemolitik nafas pendek, ruam di kulit,
gatal-gatal pada kulit, dada
sesak, kesulitan berbafas,
mengi.
Candesartan 2x16mg Menurunkan tekanan darah Hipersensitivitas terhadap Pembengkakakn pada
komponen candesartan cilexetil tungkai, pusing, lemas,
apapun dan obat derivat sulfonamid jantung berdebar, diare
lainnya, Hamil dan menyusui,
Gangguan hepar berat dan/atau
kolestasis
31
5. Analisis Data
DO: DO:
- Pasien tampak sering tidur - Pasien tampak sesak
dalam posisi setengah duduk - Tampak pernafasan cuping
- Tampak pernafasan cuping hidung
hidung - Nafas cepat, dalam, reguler
- Nafas cepat, dalam, reguler - TTV:
- TTV: Suhu :36 C
Suhu :36,5 C Nadi :86 x/ menit
Nadi :86 x/menit TD :142/85
TD :162/73 RR :26x/ menit
RR :28 x/ menit Spo2: 93%
Spo2: 92%
32
KASUS I KASUS II
MASALAH
ANALISIS DATA ETIOLOGI ANALISIS DATA ETIOLOGI
DO: DO:
- Tampak udema di ekstermitas - Tampak udema pada ekstermitas
bawah (kaki kanan kiri) bawah (kaki kanan kiri)
- Asites pada abdomen - Asites pada abdomen didapatkan
didapatkan dari hasil dari hasil pemeriksaan fisik suara
pemeriksaan fisik suara perkusi timpani dibagian atas
perkusi timpani dibagian atas abdomen dan dullness di bagian
abdomen dan dullness di samping abdomen
bagian samping abdomen - Pitting udem >3 detik
- Pitting udem >3detik - BUN: 56.80 (tinggi)
- BUN: 27.0 (tinggi) - Hematokrit: 32 (rendah)
- Hematokrit: 24 (rendah) - Udema
- Udema - -
- -
+ +
+ +
33
7. Rencana Intervensi
Tabel 3. 7 Intervensi Keperawatan
Diagnosis keperawatan NOC NIC Rasionalisasi
Ketidakefektifan pola nafas Setelah dilakukan tindakan Monitor pernafasan (3350) 1. Untuk mengetahui
berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 jam Definisi : sekumpulan data dan analisis kecepatan, irama, kedalaman
hiperventilasi (00032) pola nafas pasien adekuat keadan pasien untuk memastikan dan frekuensi nafas pasien
Domain 4 dengan KH: kepatenan jalan nafas dan kecukupan 2. Untuk mengetahui adanya
Kelas 4: Respons Status pernafasan (0410) pertukaran gas kelainan pada pergerakan
Kardiovaskuler/Pulmonal Indikator A T 1. Monitor kecepatan, irama, dan kesimterisan dada serta
kedalaman dan kesulitan bernafas otot bantu pernafasan
Frekuensi 3 5
2. Catat pergerakan dada, catat 3. Untuk mengetahui adanya
pernafasan
ketidaksimetrisan, penggunaan suara nafas tambahan
Irama pernafasan 3 5
otot-otot bantu pernafasan, dan 4. Untuk mengetahui pola nafas
Kedalaman 3 5
retraksi pada otot supraclavikula pasien
inspirasi
dan interkosta 5. Untuk mengetahui
Suara nafas 3 5 3. Monitor suara nafas tambahan perkembangan saturasi
tambahan seperti ngorok atau mengi oksigen pasien
Pernafasan cuping 3 5 4. Monitor pola nafas (misalnya: 6. Untuk mengetahui
hidung takipnea, bradipnea, hiperventilasi, ketidaksimetrisan palpasi
Dyspnea saat 2 4 kusmaul) paru
istirahat 5. Monitor saturasi oksigen 7. Untuk mengetahui
Dyspnea saat 2 4 6. Palpasi kesimetrisan ekspansi paru perkembangan sesak nafas
beraktifitas 7. Monitor keluhan sesak nafas apakah semakin memburuk
pasien, termasuk kegiatan yang atau membaik
meningkatkan atau memperburuk 8. Untuk mengetahui adanya
sesak nafas tersebut suara krepitasi
8. Monitor suara krepitasi pada 9. Untuk mengurangi sesak
pasien nafas
9. Monitor TTV pasien 10. Untuk mengetahui
perkembangan TTV pasien
34
Diagnosis keperawatan NOC NIC Rasionalisasi
Airway Management (3140)
1. Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
2. Motivasi pasien untuk bernafa
pelan
3. Regulasi asupan cairan untuk
mengoptimalkan keseimbangan
cairan
4. Posisikan semi fowler untuk
meringankan sesak nafas
5. Monitor status pernafasan dan
oksigenasi sebagaimana mestinya,
kolaborasi dengan pemberian O2
35
Diagnosis keperawatan NOC NIC Rasionalisasi
5. Kaji lokasi dan luasnya adema 8. Untuk membantu proses
6. Berikan cairan yang tepat pengeluaran cairan dalam
7. Berikan diurentik yang diresepkan tubuh pasien.
8. Konsultasikan dengan dokter jika 9. Untuk mengetahui tanda dan
tanda dan gejala kelebihan volume gelaja kelebihan volume
cairan menetap atau memburuk, cairan pada pasien
kolaborasi tindakan HD pada
pasien
8. Hasil Implementasi
Tabel 3. 8 Hasil Implementasi
Catatan Perkembangan
Diagnosis
Kasus I
keperawatan
Implementasi Implementasi Implementasi
Ketidakefektifan
pola nafas Hari Selasa, 03 Maret 2020 Hari Rabu, 04 Maret 2020 Hari Kamis, 05 Maret 2020
berhubungan
dengan 14.30 08.00 14.30
hiperventilasi 1. Memposisikan semi fowler 1. Memposisikan semi fowler 1. Mengevaluasi keluhan sesak nafas
2. Memberikan oksigen dengan nasal kanul 3 2. Memonitor adanya suara nafas tambahan termasuk kegiatan yang dapat
liter/menit 09.00 memperburuk sesak nafas
15.00 1. Memonitor keluhan sesak nafas 16.00
1. Mengauskultasi suara nafas tambahan termasuk kegiatan yang dapat 1. Memonitor TTV
2. Memeriksa kedalaman, frekuensi pernafasan memperburuk sesak nafas 17.00
16.00 10.00 1. Memonitor pola nafas (hiperventilasi)
1. Memonitor TTV 1. Memonitor TTV 2. Melakukan palpasi kesimetrisan
2. Melakukan palpasi kesimetrisan dinding dinding dada kanan kiri
dada kanan dan kiri
36
Catatan Perkembangan
Diagnosis
Kasus I
keperawatan
Implementasi Implementasi Implementasi
Kelebihan Hari Selasa, 03 Maret 2020 Hari Rabu, 04 Maret 2020 Hari Kamis, 05 Maret 2020
volume cairan
berhubungan 14.30 08.00 14.30
dengan gangguan 1. Mengkaji lokasi dan luasnya udema 1. Mengedukasi kepada keluarga untuk 1. Mengkaji perubahan udema serta
mekanisme 15.00 membatasi asupan cairan memantau udema
regulasi 1. Memonitor status hidrasi 09.00 15.00
16.00 1. Mengkaji perubahan udema serta 1. Mengevaluasi keluarga mengenai
1. Memonitor TTV memantau udema pembatasan asupan cairan
2. Melakukan tindakan injeksi pemberian obat
melalui IV obat furosemid 10.00 16.00
1. Memonitor TTV 1. Memonitor TTV
2. Menjaga intake/asupan yang akurat dan 2. Melakukan tindakan injeksi pemberian
catat output pasien obat melalui IV obt furosemid
3. Melakukan tindakan injeksi pemberian 3. Mengedukasi kepada keluarga untuk
obat melalui IV obat furosemid menjaga asupan cairan yang masuk dan
mencatat cairan yang keluar
37
Catatan Perkembangan
Diagnosis
Kasus II
Keperawatan
Implementasi Implementasi Implementasi
Hari Kamis, 05 Maret 2020 Hari Jumat, 06 Maret 2020 Hari Sabtu, 07 Maret 2020
Ketidakefektifan
pola nafas 14.30 08.00 08.00
berhubungan 1. Memposisikan pasien untuk duduk 1. Memposisikan semi fowler 1. Memonitor status pernafasan
dengan memaksimalkan ventilasi 09.00 08.30
hiperventilasi 15.00 1. Memonitor kedalaman, frekuensi 1. Pasien menjalani HD
1. Memberikan oksigen dengan nasal kanul 3 pernafasan 13.00
liter/menit 2. Memonitor suara nafas tambahan 1. Pasien selesai manjalani HD
2. Memonitor kedalaman, frekuensi pernafasan 3. Mengobservasi adanya pernafasan 2. Memonitor suara nafas tambahan
3. Memonitor suara nafas tambahan cuping hidung 3. Memonitor status pernafasan
16.00 4. Memonitor keluhan sesak nafas
1. Memoitor TTV termasuk kegiatan yang dapat
memperburuk sesak nafas
10.00
1. Memonitor TTV
2. Melakukan palpasi kesimetrisan dinding
dada kanan kiri
Kelebihan Hari Kamis, 05 Maret 2020 Hari Jumat, 06 Maret 2020 Hari Sabtu, 07 Maret 2020
Volume Cairan 14.30 08.00 08.00
berhubungan 1. Memonitor status hidrasi 1. Mengkaji perubahan udema serta 1. Mengkaji perubahan udema serta
dengan 2. Mengevaluasi lokasi dan luasnya udema memantau udema memantau udema
Gangguan 16.00 2. Membatasi masuknya cairan 08.30
Mekanisme 1. Memonitor TTV 10.00 1. pasien menjalani HD
Regulasi 2. Melakukan tindakan injeksi pemberian obat 1. Memonitor TTV 13.00
melalui IV obat furosemid 2. Menjaga asupan intake dan catat output 1.Pasien selesai menjalani HD
13.30
1. Memonitor indikasi kelebihan cairan
2. Berkolaborasi dengan ahli gizi untuk
diet natrium
3. Memonitor TTV
4. Menjaga intake asupan dan catat output
38
9. Hasil Evaluasi
Tabel 3. 9 Hasil Evaluasi
CATATAN PERKEMBANGAN
Diagnosa
KASUS I
Keperawatan
Evaluasi Evaluasi Evaluasi
1. ketidakefektifan Hari Selasa, 03 Maret 2020 Hari Rabu, 04 Maret 2020 Hari Kamis, 05 Maret 2020
pola nafas Pukul 20.30 WIB Pukul 13.30 WIB Pukul 20.30 WIB
berhubungan S: S: S:
dengan - pasien mengatakan sesak - Pasien mengatakan masih sesak - Pasien mengatakan sesaknya sudah
hiperventilasi nafas - Pasien mengatakan masih enak berkurang daripada sebelumnya
- pasien mengatakan tidur tidur dengan posisi setengah O:
dalam posisi duduk duduk - Pasien tampak lebih relaks dan
O: bisa beraktivitas
- pasien tampak sesak O: - Kesadaran: Composmetis
- pasien telah diberikan - Pasien terlihat masih sesak - TTV:
terapi oksigen dengan - tampak pernafasan cuping TD:140/68 mmhg
nasal kanul 3 liter/menit hidung N:82x/menit
- Nafas ceapat dan dalam - Gerakan dinding dada simetris RR:26x/menit
- kesadaran: Composmetis kanan kiri S:36,6c
- TTV: - Kesadaran: Composmetis Spo2: 97%
TD:162/73 mmhg - TTV: - ada pernafasan cuping hidung
N:86x/menit TD:159/93 mmhg - tampak otot bantu pernafasan
RR:28x/menit N:66x/menit
S:36,5c RR:26x/menit
Spo2: 92% S:36,2c
- Terdapat pernafasan Spo2: 94%
cuping hidung - Masih menggunakan otot bantu
- Terdapat suara nafas pernafasan
tambahan - Terdapat suara nafas tambahan
- Menggunakan otot bantu
pernafasan
39
CATATAN PERKEMBANGAN
Diagnosa
KASUS I
Keperawatan
Evaluasi Evaluasi Evaluasi
A: Masalah ketidakefektifan pola A: Masalah ketidakefektifan pola nafas A: Masalah ketidakefektifan pola nafas
nafas belum teras di tandai teratasi sebagian ditandai dengan: teratasi sebagian ditandai dengan:
dengan:
Indikator A T C
Indikator A T C Frekuensi 3 5 3 Indikator A T C
Frekuensi 3 5 3 pernafasan Frekuensi 3 5 4
pernafasan Irama pernafasan 3 5 3 pernafasan
Irama pernafasan 3 5 3 Kedalaman 3 5 3 Irama pernafasan 3 5 4
Kedalaman 3 5 3 inspirasi Kedalaman 3 5 4
inspirasi Suara nafas 3 5 4 inspirasi
Suara nafas 3 5 3 tambahan Suara nafas 3 5 4
tambahan Pernafasan cuping 3 5 5 tambahan
Pernafasan 3 5 3 hidung Pernafasan cuping 3 5 5
cuping hidung Dyspnea saat 2 4 3 hidung
Dyspnea saat 2 4 2 istirahat Dyspnea saat 2 4 4
istirahat Dyspnea saat 2 4 3 istirahat
Dyspnea saat 2 4 2 beraktifitas Dyspnea saat 2 4 3
beraktifitas beraktifitas
40
CATATAN PERKEMBANGAN
Diagnosa
KASUS I
Keperawatan
Evaluasi Evaluasi Evaluasi
- Monitor keluhan sesak
nafas termasuk kegiatan
yang memperburuk sesak Ttd Ttd
nafas
- Lakukan palpasi untuk
melihat kesimetrisan Mita Kurnia Rahma Mita Kurnia Rahma
dinding dada
Ttd
2. Kelebihan Hari Selasa, 03 Maret 2020 Hari Rabu, 04 Maret 2020 Hari Kamis, 05 Maret 2020
Volume Cairan Pukul 20.30 WIB Pukul 13.30 WIB Pukul 20.30 WIB
berhubungan S: S: S:
dengan Gangguan - pasien mengatakan - Pasien mengatakan masih - pasien mengatakan bengkak pada
mekanisme bengkak pada kaki kanan bengkak ada kaki kaki sudah berkurang
regulasi dan kiri - Pasien mengatakan BAK masih
- pasien mengatakan BAK sedikit O:
sedikit dan kadang hanya O: - Kesadaran: Composmetis
terasa menetes saja - Kesadaran: Composmetis - TTV:
O: - TTV: TD:140/68 mmhg
- kesadaran: Composmetis TD:159/93 mmhg N:82x/menit
- TTV: N:66x/menit RR:26x/menit
TD:162/73 mmhg RR:26x/menit S:36,6c
N:86x/menit S:36,2c - Intake: 1150 cc/24 jam
RR:28x/menit - Tampak masih udema pada kaki - Output: 90 cc/ 24 jam
S:36,5c kiri dan kanan - IWL: 15x63
41
CATATAN PERKEMBANGAN
Diagnosa
KASUS I
Keperawatan
Evaluasi Evaluasi Evaluasi
- Tampak udema pada - Asites pada abdomen : 975/ 24 jam
kaki kiri dan kanan - Pitting udema >3 detik - Balance Cairan: CM-CK-IWL
- Asites pada abdomen - Intake: 1250 cc/24 jam 1150-90-975
- Pitting udema >3 detik - Output: 70cc/24 jam +85cc
- Intake: 1450cc/24 jam - IWL: 15x65
- Output: 65cc/24 jam : 975/24 jam - HD:
- IWL: 15x65 BB pre HD: 65 kg
: 975/24 jam - Balance Cairan: CM-CK-IWL BB post HD: 63 kg
- Balance cairan: CM-CK- 1250-70-975
IWL +205cc
1450-65-975
+410 cc A: Masalah kelebihan Volume Cairan A: masalah kelebihan volume cairan
teratasi sebagian ditandai dengan: teratasi sebagian ditandai dengan:
A: Masalah Kelebihan Volume
cairan belum teratasi ditandai Indikator A T C Indikator A T C
dengan: Tekanan darah 2 4 3 Tekanan darah 2 4 4
Denyut nadi radial 2 5 4 Denyut nadi radial 2 5 4
Indikator A T C Kelembapan 2 5 4 Kelembapan 2 5 5
Tekanan darah 2 4 2 membran mukosa membran mukosa
Denyut nadi radial 2 5 2 Turgor kulit 2 5 3 Turgor kulit 2 5 4
Kelembapan 2 5 2 Asites 2 4 3 Asites 2 4 3
membran mukosa Edema perifer 2 4 2 Edema perifer 2 4 3
Turgor kulit 2 5 2
Asites 2 4 2
Edema perifer 2 4 2
42
CATATAN PERKEMBANGAN
Diagnosa
KASUS I
Keperawatan
Evaluasi Evaluasi Evaluasi
P: lanjutkan intervensi P: lanjutkan intervensi P: lanjutkan intervensi
- montor KU pasien , TTV - Kaji perubahan udema pada - Kaji perubahan udema pada kaki
- Kaji perubahan udema di kaki kiri kanan kiri kanan
kaki - Monitor TTV, Ku pasien - Monitor TTV, Ku pasien
- Batasi masukan cairan - Batasi masukan cairan - Batasi masukan cairan
- Kolaborasi dengan ahli gizi - Kolaborasi dengan ahli gizi dalam
dalam pemberian diet natrium pemberian diet natrium
43
CATATAN PERKEMBANGAN
DIAGNOSA
KASUS II
KEPERAWATAN
Evaluasi Evaluasi Evaluasi
1. ketidakefektifan Hari Kamis, 05 Maret 2020 Hari Jumat, 06 Maret 2020 Hari Sabtu, 07 Maret 2020
pola nafas Pukul 20.30 WIB Pukul 13.30 WIB Pukul 13.30 WIB
berhubungan S: S: S:
dengan - Keluarga pasien - Pasien mengatakan masih - Pasien mengatakan sudah tidak
hiperventilasi mengatakan pasien sedikit sesak nafas daripada sesak
merasa sesak nafas sebelumnya O:
- Pasien mengatakan jika O: - Pasien masih tampak lebih relaks
tidur telentang maka - Tampak pernafasan cuping - KU: Composmetis
semakin sesak hidung - TTV:
O: - Gerakan dinding dada simetris Suhu :36 C
- Pasien tampak sesak kanan kiri Nadi :75 x/ menit
nafas - KU: Composmetis TD :128/64
- Pasien telah diberikan - TTV: RR :20x/ menit
oksigen dengan nasal Suhu :36 C Spo2: 98%
kanul 3 liter/menit Nadi :86 x/ menit - Tidak ada pernafasan cuping
- Nafas cepat dan dalam TD :138/73 hidung
- TTV: RR :26x/ menit - Tidak ada otot bantu pernafasan
Suhu :36 C - Masih menggunakan otot bantu
Nadi :86 x/ menit nafas
TD :142/85 - Spo2: 94%
RR :28x/ menit
Spo2: 93%
- Tampak menggunakan
otot bantu nafas
- Terdapat suara nafas
tamabahan
- Tampak adanya
pernafasan cuping
hidung
44
CATATAN PERKEMBANGAN
DIAGNOSA
KASUS II
KEPERAWATAN
Evaluasi Evaluasi Evaluasi
A: Masalah ketidakefektifan pola A: Masalah ketidakefektifan pola nafas A: Masalah ketidakefektifan pola nafas
nafas belum teratasi ditandai teratasi sebagian ditandai dengan: teratasi ditandai dengan:
dengan: Indikator A T C Indikator A T C
Indikator A T C Frekuensi 3 5 4 Frekuensi 3 5 5
Frekuensi 3 5 3 pernafasan pernafasan
pernafasan Irama pernafasan 3 5 3 Irama pernafasan 3 5 5
Irama pernafasan 3 5 3 Kedalaman 3 5 4 Kedalaman 3 5 5
Kedalaman 3 5 3 inspirasi inspirasi
inspirasi Suara nafas 3 5 5 Suara nafas 3 5 5
Suara nafas 3 5 3 tambahan tambahan
tambahan Pernafasan cuping 3 5 4 Pernafasan cuping 3 5 5
Pernafasan 3 5 3 hidung hidung
cuping hidung Dyspnea saat 2 4 3 Dyspnea saat 2 4 4
Dyspnea saat 2 4 2 istirahat istirahat
istirahat Dyspnea saat 2 4 2 Dyspnea saat 2 4 4
Dyspnea saat 2 4 2 beraktifitas beraktifitas
beraktifitas
45
CATATAN PERKEMBANGAN
DIAGNOSA
KASUS II
KEPERAWATAN
Evaluasi Evaluasi Evaluasi
- Monitor keluhan sesak
nafas termasuk kegiatan Ttd
yang dapat memperburuk Ttd
sesak nafas
- Lakukan palpasi untuk Mita Kurnia Rahma
melihat kesimetrisan Mita Kurnia Rahma
dinding dada ketika
pasien inspirasi dan
ekspirasi
Ttd
46
CATATAN PERKEMBANGAN
DIAGNOSA
KASUS II
KEPERAWATAN
Evaluasi Evaluasi Evaluasi
- Tampak udema pada - Asites pada abdomen - IWL: 15x60
kaki kiri dan kanan - Pitting udema >3 detik : 900/ 24 jam
- Asites pada abdomen - Intake: 1250cc/24 jam
- Pitting udema >3 detik - Output: 180cc/ 24 jam - Balance cairan: CM-CK-IWL
- Intake: 1550 cc/24 jam - IWL: 15x60 1150-180-900
- Output: 200cc/ 24 jam : 900/ 24 jam +85cc
- IWL: 15x60
: 900/ 24 jam - Balance cairan: CM-CK-IWL - HD
- Balance cairan: CM-CK- 1250-180-900 BB pre HD: 60 kg
IWL +170cc BB post HD: 58,5 kg
1550-200-900
+450cc A: Masalah Kelebihan Volume cairan A: Masalah Kelebihan Volume cairan
belum teratasi ditandai dengan: teratasi ditandai dengan:
A: Masalah Kelebihan Volume
cairan belum teratasi ditandai Indikator A T C Indikator A T C
dengan: Tekanan darah 2 4 3 Tekanan darah 2 4 4
Denyut nadi radial 2 5 5 Denyut nadi radial 2 5 5
Indikator A T C Kelembapan 2 5 5 Kelembapan 2 5 5
Tekanan darah 2 4 2 membran mukosa membran mukosa
Denyut nadi radial 2 5 2 Turgor kulit 2 5 4 Turgor kulit 2 5 5
Kelembapan 2 5 2 Asites 2 4 3 Asites 2 4 4
membran mukosa Edema perifer 2 4 2 Edema perifer 2 4 4
Turgor kulit 2 5 2
Asites 2 4 2
Edema perifer 2 4 2
47
CATATAN PERKEMBANGAN
DIAGNOSA
KASUS II
KEPERAWATAN
Evaluasi Evaluasi Evaluasi
P: lanjutkan intervensi P: lanjutkan intervensi P: Hentikan intervensi
- montor KU pasien , TTV - montor KU pasien , TTV - Pasien BLPL
- Kaji perubahan udema di - Kaji perubahan udema di kaki - Edukasi kepada pasien dan
kaki - Batasi masukan cairan keluarga untuk membatasi asupan
- Batasi masukan cairan cairan
- Edukasi untuk rutin melakukan
HD sesuai jadwal
48
B. Data Senjang Pada Kasus
Tabel 3. 10 Data Senjang Pada Kasus
Pengkajian KASUS 1 KASUS 2
Identitas
Umur 64 Tahun 79 Tahun
Jenis Kelamin Laki-laki Laki-laki
Keluhan utama Perut bawah terasa penuh (vesika urinari), nyeri Sesak nafas sudah 2 hari yang lalu sebelum masuk
pinggang, sesak nafas RS, dan kaki bengkak serta pinggang terasa nyeri
Tekanan Darah: 142/85 mmHg, Nadi: 86x/menit
Tanda-tanda vital Tekanan Darah: 162/72 mmHg, Nadi: 86x/menit Pernafasan: 26x/menit, Suhu: 36ºC
Pernafasan: 28x/menit, Suhu: 36,5ºC
49
BAB IV
PEMBAHASAN
50
51
skala awal 2 (deviasi dyspneu yang cukup berat) setelah dilakukan tindakan
keperawatan mengalami perubahan skala 3 (deviasi sedang dari kisaran normal),
dan dyspneu saat beraktivitas skala awal 2 (deviasi dyspneu yang cukup berat)
setelah dilakukan tindakan keperawatan skala mengalami perubahan yaitu berada
pada skala 3 (deviasi sedang dari kisaran normal).
Evaluasi hasil pada kasus 1 dengan masalah keperawatan ketidakefektifan
pola nafas teratasi sebagian ditandai dengan kriteria hasil: frekuensi pernafasan
skala awal 3 (deviasi sedang dari kisaran normal) setelah dilakukan tindakan
keperawatan skala mengalami perubahan yaitu berada pada skala 4 (deviasi
ringan dari kisaran normal), irama pernafasan sebelum dilakukan tindakan
keperawatan skala awal 3 (deviasi sedang dari kisaran normal) setelah dilakukan
tindakan keperawatan mengalami perubahan yaitu pada skala 4 (deviasi ringan
dari kisaran normal), kedalaman inspirasi skala awal 3 (deviasi sedang dari
kisaran normal) setelah dilakukan tindakan keperawatan skala berubah menjadi
skala 4 (deviasi ringan dari kisaran normal), suara nafas tambahan skala awal 3
(deviasi sedang dari kisaran normal) setelah dilakukan tindakan keperawatan
mencapai skala 4 (deviasi ringan dari kisaran normal), pernafasan cuping hidung
skala awal 3 (deviasi sedang dari kisaran normal) setelah dilakukan tindakan
keperawatan mengalami perubahan yaitu pada skala 5 (tidak ada deviasi dari
kisaran normal), dyspneu saat istirahat skala awal 2 (deviasi dyspneu yang cukup
berat) setelah dilakukan tindakan keperawatan mengalami perubahan skala
mencapai skala 4 (deviasi ringan dari kisaran normal), dan dyspneu saat
beraktivitas skala awal 2 (deviasi dyspneu yang cukup berat) setelah dilakukan
tindakan keperawatan skala mengalami perubahan yaitu berada pada skala 3
(deviasi dyspneu sedang) tetapi belum mencapai target yaitu 4 (deviasi dyspneu
ringan dengan kisaran normal).
Sedangkan evaluasi pada kasus 2 di hari pertama pasien mengeluhkan
sesak nafas dan jika tidur telentang terasa semain sesak. Pasien diberikan oksigen
3 liter per menit, terdapat suara nafas tambahan dan pernafasan cuping hidung.
Respirasi pasien 28 x/menit dan saturasi oksigen 93%. Masalah keperawatan
ketidakefektifan pola nafas teratasi sebagian ditandai dengan kriteria hasil:
frekuensi pernafasan skala awal 3 (deviasi sedang dari kisaran normal) setelah
67
(tidak ada deviasi dari kisaran normal), pernafasan cuping hidung skala awal 3
(deviasi sedang dari kisaran normal) setelah dilakukan tindakan keperawatan
mengalami perubahan yaitu pada skala 4 (deviasi ringan dari kisaran normal),
dyspneu saat istirahat skala awal 2 (deviasi dyspneu yang cukup berat) setelah
dilakukan tindakan keperawatan mengalami perubahan skala mencapai skala 3
(deviasi sedang dari kisaran normal), dan dyspneu saat beraktivitas skala awal 2
(deisiensi dyspneu yang cukup berat) setelah dilakukan tindakan keperawatan
skala mengalami perubahan yaitu berada pada skala 2 (deisiensi dyspneu yang
cukup berat).
Evaluasi hasil pada kasus 2 selama 3x24 jam dengan masalah keperawatan
ketidakefektifan pola nafas teratasi ditandai dengan kriteria hasil: frekuensi
pernafasan skala awal 3 (deviasi sedang dari kisaran normal) setelah dilakukan
tindakan keperawatan skala mengalami perubahan yaitu berada pada skala 5
(tidak ada deviasi dari kisaran normal), irama pernafasan sebelum dilakukan
tindakan keperawatan skala awal 3 (deviasi sedang dari kisaran normal) setelah
dilakukan tindakan keperawatan mengalami perubahan yaitu pada skala 5 (tidak
ada deviasi dari kisaran normal), kedalaman inspirasi skala awal 3 (deviasi
sedang dari kisaran normal) setelah dilakukan tindakan keperawatan skala
berubah menjadi skala 5 (tidak ada deviasi dari kisaran normal), suara nafas
tambahan skala awal 3 (deviasi sedang dari kisaran normal) setelah dilakukan
tindakan keperawatan mencapai skala 5 (tidak ada deviasi dari kisaran normal),
pernafasan cuping hidung skala awal 3 (deviasi sedang dari kisaran normal)
setelah dilakukan tindakan keperawatan mengalami perubahan yaitu pada skala 5
(tidak ada deviasi dari kisaran normal), dyspneu saat istirahat skala awal 2
(deviasi dyspneu yang cukup berat) setelah dilakukan tindakan keperawatan
mengalami perubahan skala mencapai skala 4 (deviasi ringan dari kisaran
normal), dan dyspneu saat beraktivitas skala awal 2 (deisiensi dyspneu yang
cukup berat) setelah dilakukan tindakan keperawatan skala mengalami perubahan
yaitu berada pada skala 4 (deviasi ringan dari kisaran normal).
Berdasarkan lamanya perawatan pada kedua kasus, kasus 2 sesuai dengan
rencana keperawatan yang dilakukan selama 3 hari seluruh masalah keperawatan
teratasi dengan pasien sudah dinyatakan BLPL oleh Dokter Penanggung Jawab
69
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisa data uraian pembahasan pada “Kasus
Ketidakefektifan Pola Nafas Pada Pasien Cronic Kidney Disease (CKD) di
Ruang Raudhah RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta” di atas, maka dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Pengkajian asuhan keperawatan pada kedua kasus antara lain pasien tampak
sesak, kasus 1 respirasi 28x/menit dan kasus 2 respirasi 26x/menit, pernafasan
cepat, dalam, penggunaan otot bantu dan tampak pernafasan cuping hidung.
2. Diagnosa keperawatan utama yang muncul adalah ketidakefektifan pola nafas
berhubungan dengan hiperventilasi.
3. Implementasi keperawatan dilakukan pada kedua kasus sesuai dengan rencana
tindakan keperawatan. Pada diagnosa keperawatan ketidakefektifan pola
nafas dilakukan intervensi Monitor pernafasan (3350): monitor kecepatan
irama, kedalaman nafas, posisikan semi fowler, catat kesimetrisan dinding
dada dan penggunaan otot bantu nafas, monitor suara nafas tambahan, monitor
pola nafas, monitor saturasi, monitor keluhan sesak nafas termasuk kegiatan
yang dapat memperburuk sesak nafas, monitor tanda-tanda vital terutama
respirasi untuk memantau status pernafasan dan intervensi Airway
Management (3140): posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi,
motivasi pasien untuk bernafas pelan, regulasi asupan cairan untuk
mengoptimalkan keseimbangan cairan, posisikan semi fowler untuk
meringankan sesak nafas, dan monitor status pernafasan dan oksigen
sebagaimana mestinya.
4. Evaluasi keperawatan adalah pada kasus 1 semua rencana keperawatan belum
teratasi dalam kurun waktu 3 hari ditandai dengan intervensi masih
dilanjutkan, pasien masih mengeluhkan sesak nafas, masih mengguakan otot
bantu pernafasan, masih terdapat pernafasan cuping hidung, frekuensi nafas
26x per menit, pada kasus 2 rencana keperawatan teratasi dalam kurun waktu
3 hari ditandai dengan pasien BLPL dan pasien sudah tidak mengeluhkan
sesak nafas.
70
71
5. Data senjang yang terdapat pada kasus 1 yaitu pasien mengeluhkan sesak
nafas, perut bagian bawah terasa penuh dan udema pada kaki kanan kiri
dengan kenaikan berat badan 3kg. Sedangkan pada kasus 2 mengeluhkan
sesak nafas, nyeri pada pinggang, dan bengkak pada kaki kanan kiri dengan
kenaikan berat badan 2kg. Rencana tindakan pada kasus 1 dan kasus 2 untuk
melakukan asuhan keperawatan yang terdapat pada data senjang adalah terapi
oksigen dan pelaksanaan HD
B. Saran
Berdasarkan asuahan keperawatan pada “Kasus ketidakefektifan pola nafas
Pada Pasien Cronic Kidney Disease (CKD) di Ruang Raudhah RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta” diharapkan demi kemajuan selanjutnya maka
penulis menyarankan kepada:
1. Bagi Rumah Sakit
Diharapakan hasil karya ilmiah ini dapat menjadi bahan masukan bagi rumah
sakit dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan
ketidakefektifan pola nafas di ruang Raudhah RS PKU Muhammadiyah
Yogyakarta.
2. Bagi Perawat
Diharapakan hasil karya ilmiah ini dapat dimanfaatkan oleh perawat dalam
meningkatkan profesionalisme dalam memberikan asuhan keperawatan
khususnya pada pasien Cronic Kidny Disease (CKD) dengan diagnosa
keperawatan ketidakefektifan pola nafas secara cepat dan tepat dengan
Nursing Intervention Classification (NIC) dan mengintegrasikan hasil
penelitian ke dalam asuhan keperawatan
3. Bagi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta
Diharapakan hasil karya ilmiah ini dapat menambah referensi dalam ilmu
pengetahuan khususnya asuhan keperawatan pada pasien dewasa Cronic
Kidney Disease (CKD) dengan diagnosa keperawatan ketidakefektifan pola
nafas.
72
Ahmadi, sadam. (2016). Gambaran Citra Tubuh Pasien Gagal Ginjal Kronis yang
menjalani Hemodialisa di Unit Hemodialisa RSU PKU Muhammadiyah
Bantul. Skripsi tidak Dipublikasikan. Yogyakarta: STIKES Jenderal A. Yani
Yogyakarta.
Aisyah. (2015). Perilaku Merokok Sebagai Faktor Yang Beresiko Terhadap Kejadian
Gagal Ginjal Kronik. Pontianak:Jumantik.
Aji,Y. (2017). Analisis Praktik Residensi Pada Pasien Gangguan Sistem Perkemihan
Dengan Pendekatan Teori Kenyamanan Kolcaba Penerapan Six Minute
Walking Dan Sosialisasi Perawat Konselor Ginjal Di RS Fatmawati Jakarta.
Jakarta : Universitas Indonesia.
Anggriawan, A. 2016. Tinjauan Klinis Enchephalopathy Hipoksik-Iskemik. CDK-
234, 43(8).
Budiyanto. (2009). Dasar-dasar Ilmu Gizi. Malang. UMM Pers.
Corwin, Elizabeth J. (2011). Buku Saku Patofisiologi Edisi 3. Jakarta: EGC.
Delima, 2017. Faktor Risiko Penyakit Ginjal Kronik: Studi Kasus Kontrol di Empat
Rumah Sakit di Jakarta Tahun 2014. Buletin Penelitian Kesehatan, Vol. 45,
No. 1, Maret 2017: 17 - 26 Jakarta.
Doenges, M. E., Moorhouse, M. F., & Murr, A. C. (2010). Nursing care plans:
Guidelines for individualizing client care across the life span 8th edition.
Philadelphia: F. A. Davis Company.
Doenges. (2010). Rencena Asuhan Keperawatan. Edisi 8. Jakarta: EGC.
Esther Chang (2010) PatofisiologiAplikasi Pada Praktek Keperawatan,
Jakarta: EGC.
Fatwa. (2010). Oksigen Dan Proses Keperawatan.
http://repository.ump.ac.id/2654/7/SUPRAPTI%20BUDYASIH%20DAFT
AR%20PUSTAKA.pdf Diakses pada 07 April 2020.
Firdaus, Reyva B. 2016. “Upaya Penatalaksanaan Pola Nafas Tidak Efektif pada
Pasien Chronic Kidney Disease di RSUD dr. Soehadi Prijonegoro.”
Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Giovani, P. M. (2015). Chronic Kidney Disease pada Pasien Mellitus Tipe 2. J
Agromed Unila Volume 2 Nomer 2.
Hendrizal. (2014). Pengaruh Terapi Oksigen Menggunakan Non-Rebreathing Mask
Terhadap Tekanan Parsial CO2 Darah pada Pasien Cidera Kepala.Jurnal
Kesehatan Andalas
Hudak dan Gallo. (2010). Keperawatan Kritis: Pendekatan Asuhan Holistik: Edisi
IIIV Jakarta: GGC.
73
74
LAPORAN KASUS KETIDAKEFEKTIFAN POLA NAFAS PADA PASIEN CRONIC KIDNEY DISEASE (CKD)
DI RUANG RAUDHAH RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
Maret 2020 April 2020 Juli 2020 Oktober 2020 November Desember
No Jadwal Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pembagian Pembimbing
2 Pengajuan Judul
3 Penyusunan Judul
4 Penyususnan BAB 1
5 Penyusunan BAB II
6 Pengambilan Kasus
7 Penyusunan BAB III
8 Penyususnan BAB IV
9 Penyususnan BAB V
10 Ujian KIAN
11 Revisi dan Penjilidan
12 Pengumpulan
Lampiran 2