Anda di halaman 1dari 106

SKRIPSI

PENGARUH SENAM KAKI DIABETES TERHADAP


PENURUNAN KONTRAKTUR SENDI ANKLE PADA PASIEN
ULKUS KAKI DIABETIKUM

Oleh :

Hardian Adi Sasongko


NIM. 2020080026P

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS GRESIK
2022
SKRIPSI

PENGARUH SENAM KAKI DIABETES TERHADAP


PENURUNAN KONTRAKTUR SENDI ANKLE PADA PASIEN
ULKUS KAKI DIABETIKUM

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)


Pada Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Gresik

Oleh :

Hardian Adi Sasongko


NIM. 2020080026P

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS GRESIK
2022

i
SURAT PERNYATAAN

Saya bersumpah bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri dan

belum pernah dikumpulkan oleh orang lain untuk memeperoleh gelar

dari berbagai jenjang pendidikan di Perguruan Tinggi mana pun

Gresik, 26 Januari 2022

Yang Menyatakan

Hardian Adi Sasongko


NIM 2020080026P

ii
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI

SKRIPSI INI TELAH DISETUJUI

Pada tanggal, 26 Januari 2022

Oleh

Pembimbing I

Istiroha, S.Kep.,Ns.,M.Kep
NIDN. 0705099004

Pembimbing II

Suwanto, S.Pd.,M.Si
NIDN. 0717048802

Mengetahui
Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Gresik

Khoiroh Umah, S.kep.,Ns.,M.Kep


NIDN.0714028303

iii
PENETAPAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI

Telah diuji

Pada tanggal, 26 Januari 2022

PANITIA PENGUJI

Ketua : Dr. Roihatul Zahroh, S.Kep.,Ns.,M.Ked (………………)

Anggota :1. Istiroha, S.Kep.,Ns.,M.Kep (………………)

2. Suwanto, S.Pd.,M.Si (………………)

Mengetahui
Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Gresik

Khoiroh Umah, S.kep.,Ns.,M.Kep


NIDN.0714028303

iv
UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan

BimbinganNya kami dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul “PENGARUH

SENAM KAKI DIABETES TERHADAP PENURUNAN KONTRAKTUR

SENDI ANKLE PADA PASIEN ULKUS KAKI DIABETIKUM”

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana

keperawatan (S.kep) pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu

Kesehatan Universitas Gresik.

Bersamaan ini perkenankanlah saya mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya dengan hati yang tulus kepada :

1. Ibu dr. Riski Dwi Prameswari, M.Kes selaku Rektor Universitas Gresik yang

telah menyediakan fasilitas kepeda Kami untuk mengikuti pendidikan di

Program Studi S1 Ilmu Keperawatan.

2. Ibu Retno Twistiandayani, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku Dekan Fakultas Ilmu

Kesehatan Universitas Gresik yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas

kepada kami untuk mengikuti Pendidikan di Program Studi S1 Ilmu

Keperawatan.

3. Ibu Khoiroh Umah, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku ketua Program Studi Ilmu

Keperawatan yang telah memberikan kesempatan, bimbingan dan motivasi

kepada Kami untuk menyelesaikan Program Studi S1 Ilmu Keperawatan.

4. Ibu Istiroha, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku pembimbing I yang dengan penuh

kesabaran mau meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, arahan,

saran dan kritik sehingga terselesaikannya skripsi ini.

v
5. Bapak Suwanto, S.Pd.,M.Si selaku pembimbing II yang dengan penuh dedikasi

mau meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, arahan, saran dan

kritik sehingga terselesaikannya skripsi ini.

6. Bapak Mono Praktiko Gustomi, S.Kep.,Ns.,M.Kes selaku Dosen Wali yang

telah memberikan dukungan pengarahan selama masa perkuliahan.

7. drg. Bisukma Kurniawati, M.Kes selaku direktur RSUD Bhakti Dharna Husada

yang telah memberikan ijin dan memberi kesempatan kepada saya untuk

menyelesaikan Program Studi S1 Ilmu Keperawatan.

8. Tim Etik RSUD Bhakti Dharma Husada yang telah memberikan ijin penelitian.

9. Istriku tercinta dan keempat anakku Nadira, Khalid, Dalisha dan Zuhud serta

keluargaku yang telah memberikan semangat dan segalanya bagiku.

10. Teman-teman seperjuangan RSUD Bhakti Dharma Husada dan teman se-

angkatan B-14 serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu

yang telah membantu dan memberi dukungan.

Semoga Allah SWT membalas budi baik semua pihak yang telah

memberikan kesempatan, dukungan dan bantuan dalam menyelesaikan skripsi

ini. Kami sadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, tetapi kami berharap

skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan bagi keperawatan.

Gresik, 26 Januari 2022

Penulis

Hardian Adi Sasongko

vi
ABSTRAK

PENGARUH SENAM KAKI DIABETES TERHADAP PENURUNAN


KONTRAKTUR SENDI ANKLE PADA PASIEN ULKUS KAKI
DIABETIKUM

Oleh : Hardian Adi Sasongko

Ulkus kaki diabetikum merupakan salah satu komplikasi dari DM.


Komplikasi ulkus kaki dibetikum salah satunya adalah kontraktur sendi ankle.
Senam kaki diabetes dapat meningkatkan kekuatan otot. Tujuan penelitian ini
adalah menganalisis pengaruh senam kaki diabetes terhadap penurunan kontraktur
sendi ankle pada pasien ulkus kaki diabetikum.

Metode penelitian yang digunakan adalah Quasy Eksperiment dengan


Design Pretest-Posttest Control Group Design. Populasi adalah pasien ulkus kaki
diabetikum sebanyak 28 orang di Klinik Bedah Umum RSUD Bhakti Dharma
Husada. Sampel penelitian ini adalah 28 pasien ulkus kaki diabetikum yang
memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dengan teknik purposive sampling.
Variabel dependen adalah senam kaki diabetes dan variable independen adalah
kontraktur sendi ankle. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pencatatan pada lembar observasi dan goniometer.

Analisis data menggunakan uji Wilcoxon sign rank test menunjukkan nilai
sig ρ 0,003 < 0,05, artinya ada pengaruh penurunan kontraktur sendi ankle
sebelum dan setelah diberikan senam kaki diabetes.

Senam kaki diabetes dapat menurunkan kontraktur karena memperbaiki


sirkulasi darah dan memperkuat otot-otot kecil. Hasil penelitian ini dapat
digunakan sebagai informasi serta perencanaan penanganan pasien ulkus kaki
diabetikum agar angka kejadian kontraktur sendi ankle menurun dan dapat
meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan.

Kata kunci : Senam kaki diabetes, Kontraktur sendi ankle, Ulkus kaki diabetikum,
DM

vii
ABSTRACT

THE EFFECT OF DIABETES FOOT EXERCISE ON REDUCING ANKLE


JOINT CONTRACTURE IN DIABETIC FOOT ULCER PATIENTS

By : Hardian Adi Sasongko

Diabetic foot ulcers are one of the complications of DM. One of the
complications of diabetic foot ulcers is ankle joint contractures. Diabetic foot
exercise can increase muscle strength. The purpose of this study was to analyze
the effect of diabetic foot exercise on the reduction of ankle joint contractures in
diabetic foot ulcer patients.

The research method used was Quasy Experiment with Pretest-Posttest


Control Group Design. The population was 28 diabetic foot ulcer patients at the
General Surgery Clinic at RSUD Bhakti Dharma Husada. The sample of this
study was 28 diabetic foot ulcer patients who met the inclusion and exclusion
criteria by purposive sampling technique. The dependent variable is diabetic foot
exercise and the independent variable is ankle joint contracture. The instruments
used in this study were notes on the observation sheet and goniometer.

Data analysis using the Wilcoxon sign rank test showed the value of sig
0.003 < 0.05, meaning that there was a decrease in ankle joint contracture before
and after diabetic foot exercise was given.

Diabetic foot exercise can reduce contractures because it improves blood


circulation and strengthens small muscles. The results of this study can be used as
information and planning for the management of diabetic foot ulcer patients so
that the incidence of ankle joint contractures decreases and can improve the
quality of nursing care services.

Keywords : Diabetic foot exercise, ankle joint contracture, Diabetic foot ulcer,
DM

viii
DAFTAR ISI
Halaman

Halaman Judul dan Prasyarat Gelar............................................................ i


Lembar Pernyataan..................................................................................... ii
Lembar Persetujuan.................................................................................... iii
Lembar Penetapan Panitia Penguji............................................................. iv
Ucapan Terimakasih................................................................................... v
Abstrak........................................................................................................ vii
Daftar Isi..................................................................................................... ix
Daftar Tabel................................................................................................ xi
Daftar Gambar............................................................................................ xii
Daftar Lampiran.......................................................................................... xiii
Daftar Singkatan......................................................................................... xiv
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................... 5
1.3 Tujuan....................................................................................... 5
1.3.1 Tujuan umum................................................................... 5
1.3.2 Tujuan khusus.................................................................. 5
1.4 Manfaat..................................................................................... 5
1.4.1 Manfaat teoritis................................................................ 5
1.4.2 Manfaat praktis................................................................ 6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA................................................................ 7
2.1 Diabetes Mellitus...................................................................... 7
2.1.1 Definisi............................................................................. 7
2.1.2 Klasifikasi........................................................................ 7
2.1.3 Penatalaksanaan............................................................... 8
2.2 Ulkus Kaki diabetikum............................................................. 10
2.2.1 Definisi............................................................................. 10
2.2.2 Etiologi............................................................................. 11
2.2.3 Manifestasi Klinis............................................................ 13
2.2.4 Patofisiologi..................................................................... 14
2.2.5 Klasifikasi dan Stadium................................................... 16
2.2.6 Komplikasi....................................................................... 17
2.2.7 Penatalaksanaan............................................................... 18
2.3 Senam Kaki Diabetes................................................................ 25
2.3.1 Definisi............................................................................. 25
2.3.2 Fungsi Senam Kaki Diabetes........................................... 26
2.3.3 Indikasi............................................................................. 26
2.3.4 Kontra Indikasi................................................................. 26
2.3.5 Langkah Senam Kaki diabetes......................................... 27
2.4 Kontraktur Sendi....................................................................... 32
2.4.1Definisi.............................................................................. 32
2.4.1Penatalaksanaan................................................................ 32
2.4.2 Pengukuran kontraktur sendi........................................... 35
2.4.2 SOP pengukuran sudut sendi ankle.................................. 36
2.4.3 Keaslian Penelitian........................................................... 37

ix
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS.................... 41
3.1 Kerangka Konseptual................................................................ 41
3.2 Hipotesis................................................................................... 42

BAB 4 METODE PENELITIAN............................................................. 44


4.1 Rancangan Penelitian................................................................ 44
4.2 Kerangka Kerja......................................................................... 45
4.3 Populasi, Sampel dan Sampling................................................ 45
4.3.1 Populasi............................................................................ 45
4.3.2 Sampel.............................................................................. 45
4.3.2 Sampling.......................................................................... 46
4.4 Identifikasi Variabel................................................................. 47
4.4.1 Variabel Independen....................................................... 47
4.4.2 Variabel Dependen......................................................... 47
4.5 Definisi Operasional................................................................ 48
4.6 Pengumpulan dan pengolahan data.......................................... 50
4.7 Masalah Etika........................................................................... 51
4.7.1 Lembar persetujuan menjadi responden......................... 51
4.7.2 Anonimity (tanpa nama).................................................. 52
4.7.3 Confidentiallity (kerahasiaan)......................................... 53
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN..................................................... 54
5.1 Hasil penelitian......................................................................... 54
5.1.1 Karakteristik gambaran umum lokasi penelitian............ 54
5.1.2 Karakteristik demografi responden................................ 55
5.1.3 Variabel yang diukur...................................................... 60
5.2 Pembahasan............................................................................... 63
5.2.1 Pengukuran kontraktur sendi.......................................... 63
5.2.2 pengukuran..................................................................... 64
5.2.3 pengaruh......................................................................... 66
5.3 Keterbatasan penelitian............................................................. 67
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN..................................................... 68
6.1 Kesimpulan............................................................................... 68
6.2 Saran......................................................................................... 69

DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 70
LAMPIRAN................................................................................................ 73

x
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi DM ........................................................................... 7

Tabel 2.2 Sistem Klasifikasi Wagner-Meggitt............................................ 16

Tabel 2.3 Normal Range of Motion Ankle................................................. 34

Tabel 2.4 Keaslian Penelitian..................................................................... 37

Tabel 4.1 Pret test dan Post test.................................................................. 43

Tabel 4.2 Definisi Operasional................................................................... 48

Tabel 5.1 Karakteristik responden berdasarkan usia.................................. 55

Tabel 5.2 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin................... 56

Tabel 5.3 Karakteristik responden berdasarkan pendidikan....................... 57

Tabel 5.4 Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan......................... 58

Tabel 5.5 Karakteristik responden berdasarkan penggunaan alat bantu

Berjalan....................................................................................... 59

Tabel 5.6 Karakteristik responden berdasarkan stadium luka.................... 60

Tabel 5.7 Hasil pengukuran kontraktur sendi ankle pada pasien ulkus kaki

Diabetikum sebelum diberikan senam kaki diabetes.................. 61

Tabel 5.8 Hasil pengukuran kontraktur sendi ankle pada pasien ulkus kaki

Diabetikum setelah diberikan senam kaki diabetes.................... 62

Tabel 5.9 Hasil uji statistic pengaruh senam kaki diabetes terhadap penurunan

Kontraktur sendi ankle................................................................ 63

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Patofisiologi DFU................................................................... 15

Gambar 2.2 Ilustrasi Sistem Klasifikasi Wagner-Meggitt.......................... 17

Gambar 2.3 Ankle....................................................................................... 34

Gambar 2.4 Alat Ukur Goniometer............................................................ 35

Gambar 2.5 Pengukuran Sudut Sendi Ankle.............................................. 35

Gambar 3.1 Pengaruh senam kaki diabetes terhadap terjadinya kontraktur

sendi ankle pada ulkus kaki diabetikum.................................. 40

Gambar 4.2 kerangka kerja penelitian pengaruh senam kaki diabetes

terhadap kontraktur sendi ankle pada pasien ulkus kaki

diabetikum............................................................................... 44

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian................................................................. 73

Lampiran 2 Formulir Permohonan Menjadi Responden............................ 77

Lampiran 3 Informed Consent.................................................................... 78

Lampiran 4 Lembar observasi kontraktur sendi ankle................................ 80

Lampiran 5 SOP Senam Kaki Diabetes...................................................... 82

Lampiran 6 Tabulasi Data........................................................................... 84

Lampiran 7 SPSS........................................................................................ 87

Lampiran 8 Dokumentasi............................................................................ 90

Lampiran 9 Lembar Konsul........................................................................ 92

xiii
DAFTAR SINGKATAN

ADL : Activity of Daily Living

DM : Diabetes Melllitus

DFU : Diabetic Foot Ulcer

GLUT : Glucose Transporter

IDF : International Diabetes Federation

LGS : Lingkup Gerak Sendi

MRSA : Methicillin Resistant Stapylococcus Aureus

PAD : Peripheral Arterial Disease

PERKENI : Perkumpulan Endokrinologi Indonesia

ROM : Range of Motion

RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah

SPSS : Statistical Product and Service Solutions

UKD : Ulkus Kaki Diabetikum

xiv
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit diabetes melitus (DM) merupakan penyakit yang sangat

berpengaruh terhadap kualitas hidup penderitanya. Hal ini turut dipengaruhi

dengan berbagai komplikasi yang ditimbulkan. Salah satu komplikasi yang terjadi

akibat DM adalah ulkus diabetikum. Ulkus diabetikum merupakan kejadian luka

yang timbul pada penderita DM akibat komplikasi mikroangiopati dan

makroangiopati. Lamanya seseorang menderita DM akan menyebabkan

komplikasi mikroangiopati sehingga neuropati diabetikum akan menyebabkan

timbulnya ulkus pada kaki dan Neuropati perifer akan menyebabkan hilangnya

sensasi di daerah distal kaki (Ramadhan,2017). Ulkus kaki diabetikum adalah luka

yang dialami oleh penderita diabetes mellitus pada area kaki dengan kondisi luka

mulai dari luka superficial, nekrosis kulit, sampai luka dengan ketebalan penuh,

yang dapat meluas ke jaringan lain seperti tendon, tulang dan persendian, jika

ulkus dibiarkan tanpa penatalaksanaan yang baik akan mengakibatkan infeksi atau

gangren Ulkus diabetikum disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya kadar

glukosa darah yang tinggi dan tidak terkontrol, neuropati perifer atau penyakit

arteri perifer (Setiyawan,2016 dalam wulandari,2019). Komplikasi dari DM salah

satunya adalah Peripheral Arterial Disease (PAD) yaitu terbentuknya

aterosklerosis akibat penebalan membran basal pembuluh darah besar dan kecil

pada aliran darah arteri perifer di ektermitas bawah. Kondisi kaki pasien dengan

ulkus kaki diabetikum mengalami beberapa perubahan meliputi kelainan

persarafan neuropati, perubahan struktural, tonjolan kulit halus, perubahan kulit

1
2

dan kuku, luka pada kaki, infeksi dan kelainan pembuluh darah Selain itu pasien

ulkus kaki diabetikum juga mengalami gangguan musculoskeletal dan bila

dibiarkan bisa mengalami kontraktur sendi (priyanto,2012). Tindakan yang

dilakukan perawat selama ini hanya memberikan edukasi untuk menggerakkan

kaki tanpa memberi contoh sehingga hanya beberapa pasien yang mengikuti

anjuran tersebut dan intervensi tidak maksimal. Pencegahan yang dapat dilakukan

pada penderita ulkus diabetikum agar tidak terjadi kelainan pada anggota gerak

salah satunya dengan latihan atau senam (Priyanto, 2012). Senam kaki merupakan

latihan yang dilakukan bagi penderita DM atau bukan penderita untuk mencegah

terjadinya luka dan membantu melancarkan peredaran darah bagian kaki

(Soebagio, 2011 dalam Sukesi 2015). Namun pengaruh senam kaki diabetes

terhadap kontraktur sendi ankle pada pasien ulkus diabetikum belum dapat

dijelaskan.

Diabetes Mellitus sebagai permasalahan global terus meningkat

prevalensinya dari tahun ke tahun baik di dunia maupun di Indonesia.

Berdasarkan data International Diabetes Federation (IDF) prevalensi DM global

pada tahun 2019 diperkirakan 9,3% (463 juta orang), naik menjadi 10,2% (578

juta) pada tahun 2030 dan 10,9% (700 juta) pada tahun 2045 (IDF, 2019). Pada

tahun 2015 Indonesia menempati peringkat 7 sebagai negara dengan penyandang

DM terbanyak di dunia, dan diperkirakan akan naik peringkat 6 pada tahun 2040

(Perkeni, 2019). Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menunjukkan bahwa

prevalensi pasien diabetes provinsi Jawa Timur masuk 5 besar se-Indonesia

dengan prevalensi 2,6 % (Infodatin, 2020). Dinas Kesehatan Surabaya mencatat

sebanyak 32.381 pasien DM sepanjang tahun 2016. Prevalensi penderita ulkus


3

kaki diabetikum sekitar 15% dari jumlah penderita DM dengan risiko amputasi 30

%, angka mortalitas 32%. Di Indonesia ulkus kaki diabetikum merupakan

penyebab paling besar untuk dilakukan perawatan di rumah sakit sebesar 80%

(Sulistyowati, 2015). Di Klinik Bedah RS Bhakti Dharma Husada Selama bulan

Januari sampai dengan Maret 2021 didapatkan 61 pasien dengan ulkus kaki

diabetikum (UKD) dan ada 30 yang mengalami kontraktur sendi ankle.

Ulkus kaki diabetikum merupakan salah satu komplikasi kronik atau

akibat jangka panjang diabetes melitus. Ulkus kaki diabetikum disebabkan oleh

adanya tiga faktor yang sering disebut Critical Triad of Diabetic Ulcers yaitu

iskemik, neuropati, dan infeksi. Neuropati perifer merupakan multifaktorial dan

diperkirakan akibat penyakit vaskuler yang menutupi vasa nervorum, disfungsi

endotel, defisiensi mioinositol, perubahan sintesis mielin dan menurunnya

aktivitas Na-K ATPase, hiperosmolaritas kronis, menyebabkan edema pada saraf

tubuh serta pengaruh peningkatan sorbitol dan fruktose (Frykberg,2006 dalam

Dafianto,2016). Ulkus diabetikum merupakan luka terbuka pada permukaan kulit

karena adanya komplikasi makroangiopati sehingga terjadi vaskuler insusifiensi

dan neuropati, keadaan lebih lanjut terdapat luka pada penderita yang sering tidak

dirasakan, dan dapat berkembang menjadi infeksi disebabkan oleh bakteri aerob

maupun anaerob (Ekwantini,dkk,2018). Pada pasien ulkus diabetikum mengalami

gangguan saraf sensorik, otonom dan motorik. Gangguan saraf sensorik

menyebabkan mati rasa setempat dan hilangnya perlindungan terhadap trauma

sehingga pasien mengalami cedera tanpa disadari. Gangguan saraf otonom

mengakibatkan hilangnya sekresi kulit sehingga kulit menjadi kering dan mudah

mengalami luka yang sulit sembuh. Gangguan saraf motorik menyebabkan


4

paralisis otot kaki dapat menyebabkan terjadinya perubahan keseimbangan dan

bentuk pada sendi kaki (deformitas), perubahan cara berjalan, dan menimbulkan

titik tekan baru dan penebalan pada telapak kaki (kalus) serta bisa menyebabkan

keterbatasan gerak sendi dan bisa mengakibatkan kontraktur sendi (Dafianto,

2016). Pada ulkus kaki diabetikum yang lama dalam penyembuhan dan berulang

terjadi ulkus akan mengalami gangguan musculoskeletal dan menyebabkan

keterbatasan pada gerak sendi dan mengakibatkan kontraktur pada sendi ankle.

Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan Nelawati (2017) tentang

Pengaruh senam kaki diabetes terhadap peningkatan kekuatan otot kaki pada

penderita diabetes mellitus tipe 2. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa senam

kaki diabetes mempengaruhi peningkatan kekuatan otot kaki. Latihan ektrimitas

bawah diantaranya bisa berupa elevasi ektremitas, latihan ROM (rentang gerak)

pada ektrimitas bawah, latihan ROM ankle dan buerger allen exercise. Jenis-jenis

latihan tersebut efektif dalam membantu memperkuat otot, mencegah terjadinya

kelainan bentuk kaki, serta mengatasi keterbatasan gerak sendi (Pratiwi,dkk

2018). Senam kaki diabetes adalah latihan atau gerakan-gerakan yang dilakukan

oleh kedua kaki secara bergantian atau bersamaan yang bermanfaat untuk

memperkuat atau melenturkan otot-otot di daerah tungkai bawah terutama pada

kedua pergelangan kaki dan jari-jari kaki. Pada prinsipnya, senam kaki dilakukan

dengan menggerakkan seluruh sendi kaki dan disesuaikan dengan kemampuan

pasien. Dalam melakukan senam kaki ini salah satu tujuan yang diharapkan

adalah melancarkan peredaran darah pada daerah kaki (Damayanti,2015 dalam

Sumarauw,dkk,2017). Senam kaki diabetes dilakukan untuk memperbaiki

sirkulasi darah, memperkuat otot-otot kecil, mencegah terjadinya kelainan bentuk


5

kaki, meningkatkan kekuatan otot betis dan paha, serta mengatasi keterbatasan

gerak sendi (Sanjaya dkk,2019).

Berdasarkan uraian masalah diatas sehingga penulis tertarik untuk melakukan

penelitian tentang pengaruh senam kaki diabetes terhadap penurunan kontraktur

sendi ankle pada pasien ulkus kaki diabetikum.

1.2 Rumusan Masalah

Apakah ada pengaruh senam kaki diabetes terhadap penurunan kontraktur

sendi ankle pada pasien ulkus kaki diabetikum ?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Menjelaskan pengaruh senam kaki diabetes terhadap penurunan kontraktur

sendi ankle pada pasien ulkus kaki diabetikum.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi kontraktur sendi ankle sebelum diberikan senam kaki

diabetes pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.

2. Mengidentifikasi kontraktur sendi ankle sesudah diberikan senam kaki

diabetes pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.

3. Menganalisis pengaruh senam kaki diabetes terhadap penurunan

kontraktur sendi ankle pada pasien ulkus kaki diabetikum.

1.4 Manfaat

1.4.1 Teoritis

Hasil penelitian ini dapat berkontribusi sebagai bahan untuk pengembangan

ilmu Keperawatan Medikal Bedah dalam upaya untuk menurunkan

morbiditas pasien DM dengan ulkus kaki diabetikum.


6

1.4.2 Praktis

1. Pasien

Hasil penelitian ini sebagai informasi untuk pasien dalam mengurangi

kontraktur sendi ankle

2. Perawat

Sebagai cara untuk keterampilan perawat dalam pencegahan kontraktur

sendi ankle

3. Penelitian

Hasil penelitian ini dapat berkontribusi sebagai sumber data, informasi

dasar, dan evidence based untuk melaksanakan penelitian lebih lanjut pada

pasien DM dengan ulkus kaki diabetikum.


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Diabetes Mellitus

2.1.1 Definisi

Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit kronis yang terjadi ketika

pankreas tidak memproduksi cukup insulin, atau ketika tubuh tidak dapat

menggunakan insulin secara efektif dengan peningkatan kadar gula darah

yang dapat menyebabkan kerusakan jantung, pembuluh darah, mata, ginjal,

dan saraf (American Diabetes Association, 2016).

2.1.2 Klasifikasi

Ada 4 tipe DM berdasarkan klasifikasinya (Perkeni,2015) yaitu :

Tabel 2.1 Klasifikasi Diabetes mellitus

Tipe 1 Destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi


insulin absolut
 Autoimun
 Idiopatik
Tipe 2 Bervariasi, mulai yang dominan resistensi insulin
disertai defisiensi insulin relatif sampai yang dominan
defek sekresi insulin disertai resistensi insulin
Tipe lain  Defek genetik fungsi sel beta
 Defek genetik kerja insulin
 Penyakit eksokrin pankreas
 Endokrinopati
 Karena obat atau zat kimia
 Infeksi
 Sebab imunologi yang jarang
 Sindrom genetik lain yang berkaitan dengan
DM
Diabetes mellitus

gestasional

7
8

2.1.3 Penatalaksanaan

Ada 5 Pilar penatalaksanaan DM (Perkeni,2015) yaitu :

1. Edukasi

Edukasi dengan tujuan promosi hidup sehat, perlu selalu dilakukan sebagai

bagian dari upaya pencegahan dan merupakan bagian yang sangat penting

dari pengelolaan DM secara holistik. Materi edukasi terdiri dari materi

edukasi tingkat awal dan materi edukasi tingkat lanjutan.

a. Materi edukasi pada tingkat awal dilaksanakan di Pelayanan Kesehatan

Primer yang meliputi:

1. Materi tentang perjalanan penyakit DM.

2. Makna dan perlunya pengendalian dan pemantauan DM secara

berkelanjutan.

3. Penyulit DM dan risikonya.

4. Intervensi non-farmakologis dan farmakologis serta target

pengobatan.

5. Interaksi antara asupan makanan, aktivitas fisik, dan obat

antihiperglikemia oral atau insulin serta obat-obatan lain.

6. Cara pemantauan glukosa darah dan pemahaman hasil glukosa darah

atau urin mandiri (hanya jika pemantauan glukosa darah mandiri tidak

tersedia).

7. Mengenal gejala dan penanganan awalhipoglikemia.

8. Pentingnya latihan jasmani yang teratur.

9. Pentingnya perawatan kaki.

10. Cara mempergunakan fasilitas perawatan kesehatan.


9

b. Materi edukasi pada tingkat lanjut dilaksanakan di Pelayanan Kesehatan

Sekunder dan / atau Tersier, yang meliputi:

1. Mengenal dan mencegah penyulit akut DM.

2. Pengetahuan mengenai penyulit menahun DM.

3. Penatalaksanaan DM selama menderita penyakit lain.

4. Rencana untuk kegiatan khusus (contoh: olahraga prestasi).

5. Kondisi khusus yang dihadapi (contoh:hamil, puasa, hari-hari sakit).

6. Hasil penelitian dan pengetahuan masa kini dan teknologi mutakhir

tentang DM.

7. Pemeliharaan/perawatan kaki. Elemen perawatan kaki

2. Perencanaan makan

Prinsip pengaturan makan pada penyandang DM hampir sama dengan

anjuran makan untuk masyarakat umum, yaitu makanan yang seimbang

dan sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-masing individu.

Penyandang DM perlu diberikan penekanan mengenai pentingnya

keteraturan jadwal makan, jenis dan jumlah kandungan kalori, terutama

pada mereka yang menggunakan obat yang meningkatkan sekresi insulin

atau terapi insulin itu sendiri.

3. Latihan jasmani

Latihan jasmani merupakan salah satu pilar dalam pengelolaan DMT2

apabila tidak disertai adanya nefropati. Kegiatan jasmani sehari-hari dan

latihan jasmani dilakukan secara secara teratur sebanyak 3-5 kali

perminggu selama sekitar 30-45 menit, dengan total 150 menit perminggu
10

4. Intervensi Farmakologis

Terapi farmakologis diberikan bersama dengan pengaturan makan dan

latihan jasmani (gaya hidup sehat). Terapi farmakologis terdiri dari obat

oral dan bentuk suntikan.

1. Obat Antihiperglikemia Oral

2. Obat Antihiperglikemia Suntik

Termasuk anti hiperglikemia suntik, yaitu insulin, agonis GLP-1 dan

kombinasi insulin dan agonis GLP-1.

5. Pemeriksaan gula darah

Kriteria pengendalian didasarkan pada hasil pemeriksaan kadar glukosa,

kadar HbA1C, dan profil lipid. Definisi DM yang terkendali baik adalah

apabila kadar glukosa darah, kadar lipid, dan HbA1c mencapai kadar yang

diharapkan, serta status gizi maupun tekanan darah sesuai target yang

ditentukan.

2.2 Ulkus Kaki Diabetikum

2.2.1 Definisi

Ulkus adalah luka terbuka pada permukaan kulit atau selaput lendir .

Ulkus kaki diabetikum adalah luka yang terjadi pada pasien diabetik yang

melibatkan gangguan pada syaraf periferal dan autonomic (Putri,2013). Pada

ulkus terjadi kematian jaringan yang luas dan disertai invasif kuman

saprofit. Adanya kuman saprofit tersebut menyebabkan ulkus berbau, ulkus

diabetikum juga salah satu gejala klinik dan perjalanan penyakit DM dengan

neuropati perifer. Ulkus diabetikum merupakan luka kronik yang biasa

terjadi pada daerah di bawah pergelangan kaki yang diakibatkan oleh proses
11

neuropati perifer, penyakit arteri perifer atau keduanya yang meningkatkan

morbiditas, mortalitas dan mengurangi kualitas hidup pasien (Perkeni,

2015). Ulkus kaki diabetikum adalah luka yang terjadi karena adanya

kelainan syaraf, kelainan pembuluh darah dan kemudian adanya infeksi. Bila

infeksi tidak di atasi dengan baik, hal itu akan berlanjut menjadi

pembusukan bahkan dapat di amputasi (Putri, 2013).

2.2.2 Etiologi

Menurut (Rebolledo,2011) beberapa etiologi yang dapat menimbulkan

ulkus kaki diabetikum diantaranya adalah neuropati, penyakit arteri perifer,

trauma,dan infeksi.

a. Neuropati

Neuropati merupakan komplikasi yang paling sering dialami penderita DM (30-

50%) (Rebolledo , 2011). Serabut saraf tidak memiliki suplai darah sendiri, karena

itu saraf bergantung pada difusi nutrisi dan oksigen lintas membran. Pada

penderita DM yang mengalami kondisi hiperglikemia, glukosa diubah oleh aldose

reduktase menjadi sorbitol, dan terakumulasi di endotel pembuluh darah sehingga

mengganggu suplai nutrisi ke akson dan dendrit, serabut saraf menjadi atropi dan

transmisi impuls menjadi lambat. Neuropati yang paling banyak dialami penderita

DM adalah neuropati perifer. Polineuropati sensori perifer simetris merupakan

salah satu bentuk neuropati perifer, yang menyerang saraf sensorik terutama di

bagian distal. Gangguan ini menyebabkan hilangnya ransang sensori secara

simetris, kebanyakan terjadi pertama kali pada ekstermitas bawah. Hilangnya

sensori pada ekstermitas bawah dapat meningkatkan potensi trauma dan

menimbulkan ulkus kaki diabetikum. Hal ini disebabkan karena pada neuropati
12

terjadi penurunan sensasi nyeri di kaki atau hingga mati rasa, sehingga tidak

terasa saat terkena benda tajam,tumpul, alas kaki yang tidak tepat dan penekanan

berulang pada salah satu bagian kaki, kemudian menimbulkan ulserasi (Wibowo,

2015).

b. Penyakit Arteri Perifer

Penyakit arteri perifer disebabkan oleh adanya arteriosklerosis dan aterosklerosis

(Rebolledo, 2011). Penyakit ini terjadi pada sekitar 45-65% pasien yang memiliki

masalah kaki diabetes. Arteriosklerosis adalah penurunan elastisitas pada arteri.

Sedangkan arterosklerosis adalah adanya akumulasi “plaques” yang dapat berupa

lemak, kalsium, sel darah putih, sel otot halus di dalam dinding arteri (Rebolledo ,

2011). Salah satu penyebab dari kedua penyakit tersebut adalah hiperglikemia.

Hiperglikemia menimbulkan peningkatan viskositas darah, dan juga menyebabkan

disfungsi sel endotelium arteri perifer. Pada kondisi normal, sel endotel

mensintesis nitrit oksida yang menyebabkan vasodilatasi dan melindungi

pembuluh darah dari cedera endogen. Namun pada hiperglikemia, terjadi

gangguan sintesa nitrit oksida yang berfungsi mengatur homeostasis endothel,

antikoagulasi, proliferasi sel otot polos. Sel endothel yang kekurangan vasodilator

dan nitrit oksida akan mengalami vasokonstriksi, yang akhirnya menyebabkan

iskemia. Saat kaki mengalami cedera kecil atau lecet, bagian tersebut

membutuhkan suplai darah yang adekuat untuk regenerasi, jika terdapat iskemia

maka pemulihan cedera kecil akan terhambat dan berkembang menjadi ulkus kaki

diabetikum yang jika tidak ditangani dapat membentuk gangren (Wibowo, 2015).
13

c. Trauma

Penurunan sensasi nyeri di kaki atau hingga mati rasa, akibat neuropati, dapat

menyebabkan terjadinya trauma. Penurunan sensasi pada kaki dapat menimbulkan

tekanan berulang, cedera, kelainan struktur kaki, misalnya terbentuk kalus, kaki

charcot, claw toes, hammer toes (Rebolledo, 2011). Tidak terasanya sensasi panas

maupun dingin, penggunaan alas kaki yang tidak tepat, cedera akibat benda

tajam maupun tumpul dapat menimbulkan ulserasi.

d. Infeksi

Neuropati menyebabkan hilangnya sensasi dan kelemahan otot kaki sehingga

terjadi penekanan berlebih pada salah satu area kaki, lama kelamaan membentuk

kalus. Kalus adalah kulit yang menebal, keras, dan pecah-pecah. Kalus merupakan

tempat berkembang biaknya bakteri, yang dapat menjadi ulkus yang terinfeksi.

Selain itu suplai darah dan oksigenasi jaringan yang buruk akibat iskemia

mengurangi kemampuan respon imun jaringan sehingga bakteri mudah

berkembang. Infeksi banyak disebabkan karena bakteri golongan Mcycobacterial

dan Clostridium, serta infeksi karena fungi (Wibowo, 2015)

2.2.3 Manifestasi klinis

Tanda dan gejala pada pasien dengan ulkus diabetikum yaitu sering

kesemutan, nyeri kaki saat istirahat, sensasi rasa berkurang, kerusakan jaringan

(nekrosis), penurunan denyut nadi arteri dorsalis pedis, tibialis dan poplitea, kaki

menjadi atrofi, dingin dan kuku menebal dan kulit kering. Kelainan selanjutnya

terjadi nekrosis jaringan sehingga timbul ulkus yang biasanya dimulai dari ujung

kaki atau tungkai (Bahri, 2015).


14

2.2.4 Patofisiologi

Faktor yang berperan pada patogenesis ulkus kaki diabetikum meliputi

hiperglikemia, neuropati, keterbatasan sendi dan deformitas. Kadar glukosa yang

tinggi menyebabkan membran sel kehilangan fungsinya. Perubahan fisiologis

yang diinduksi oleh hiperglikemia jaringan ekstremitas bawah termasuk

penurunan potensial pertukaran oksigen dengan membatasi proses pertukaran atau

melalui induksi kerusakan pada sistem saraf otonom yang menyebabkan shunting

darah yang kaya oksigen menjauhi permukaan kulit. Saraf dirusak oleh keadaan

hiperglikemia melalui berbagai cara sehingga lebih mudah terjadinya cidera pada

saraf tersebut. Sedikitnya ada 3 mekanisme kerusakan saraf yang disebabkan oleh

hiperglikemia, yaitu efek metabolik, defek konduksi mekanik, dan efek kompresi

kompartemen. Sebagai respon terhadap hiperglikemia, mitokondria seluler

mengaktivasi produksi superoksida, memperkuat efek sitotoksik yang diinduksi

oleh jalur patogenik yang lain. Stres oksidatif timbul lebih cocok sebagai hasil

dari fluktuasi gula darah postprandial daripada hiperglikemia yang terus menerus.

Produksi radikal bebas dan superoksida mengarahkan pada aktivasi sel mikroglial,

yang menghasilkan sitokin inflamasi, yang lebih lanjut merusak struktur neural

dan menganggu aktivitasnya. Penurunan kadar oksigen jaringan, yang digabung

dengan fungsi saraf sensorik dan motorik yang terganggu bisa menyebabkan ulkus

kaki diabetikum (UKD). Defisiensi oksigen yang disebabkan oleh patologi

makrovaskuler dan mikrovaskuler menjadi hal yang paling penting dalam

mekanisme ini.

Kerusakan saraf pada DM mengenai serat motorik, sensorik, dan

otonom. Neuropati motorik menyebabkan kelemahan otot, atrofi, dan paresis.


15

Neuropati sensorik menyebabkan hilangnya sensasi nyeri, tekanan, dan panas

yang protektif. Neuropati otonom yang menyebabkan vasodilatasi dan

pengurangan keringat juga bisa menyebabkan kehilangan integritas kulit, yang

membentuk lokasi ideal untuk invasi mikrobial. Keterbatasan mobilitas sendi

tampak pada pasien diabetes dan berhubungan dengan glikosilasi kolagen yang

menyebabkan penebalan struktur periartikuler, seperti tendon, ligamen, dan

kapsul sendi. Hilangnya sensasi pada sendi menyebabkan artropati kronik,

progresif, dan destruktif. Pada kaki, sendi subtalar dan metatarsalphalangeal

sangat sering terlibat. Glikosilasi kolagen ikut memperburuk penurunan resiliency

tendon Achilles pada pasien diabetes. Penurunan pergerakan tendon Achilles

menyebabkan deformitas equines. Terdapat bukti yang sangat kuat bahwa tekanan

kaki yang tinggi berhubungan dengan ulserasi pada pasien diabetes

(Decroli,2019).

Gambar 2.1 Patofisologi Diabetic Foot Ulcer (Lepantalo, 2011)


16

2.2.5 Klasifikasi dan Stadium Ulkus Kaki Diabetik

Sistem klasifikasi yang paling sering digunakan adalah sistem

klasifikasi Wagner-Meggitt berdasarkan kedalaman luka dan perluasan

jaringan nekrosis (Frykberg, et al, 2006 dalam Irawandi, 2020).

Tabel 2.2 Sistem Klasifikasi Wagner-Meggitt

Kelas 0 Tidak ada ulkus

Kelas 1 Ulkus superfisial terlokalisir sampai dermis, tidak meluas subkutis

Kelas 2 Ulkus meluas ke subkutis yang mengenai tendon atau tulang dan

tanpa terbentuk osteomielitis atau abses

Kelas 3 Ulkus dalam dengan terbentuk osteomielitis atau abses

Kelas 4 Gangren terlokalisasi di jari kaki atau kaki bagian distal

Kelas 5 Gangren seluruh kaki

Stadium

1. Superficial ulcer

Stadium 0 : tidak terdapat lesi , kulit dalam keadaan baik, tapi dengan bentuk

tulang kaki yang menonjol (charcot arthropathies).

Stadium 1 : Luka Superfisial (“Non-Blanching Erithema) : yaitu luka yang terjadi

pada lapisan epidermis kulit.

2. Deep ulcer

Stadium 2 : : Luka “Partial Thickness” : yaitu hilangnya lapisan kulit pada lapisan

epidermis dan bagian atas dari dermis. Merupakan luka superficial

dan adanya tanda klinis seperti abrasi, blister atau lubang yang

dangkal.
17

Stadium 3 : : Luka “Full Thickness” : yaitu hilangnya kulit keseluruhan meliputi

kerusakan atau nekrosis jaringan subkutan yang dapat meluas sampai

bawah tetapi tidak melewati jaringan yang mendasarinya. Lukanya

sampai pada lapisan epidermis, dermis dan fasia tetapi tidak mengenai

otot. Luka timbul secara klinis sebagai suatu lubang yang dalam

dengan atau tanpa merusak jaringan sekitarnya

3. Gangren

Stadium 4 : Luka “Full Thickness” yang telah mencapai lapisan otot, tendon dan

tulang dengan adanya destruksi/kerusakan yang luas.

Stadium 5 : seluruh kaki dalam kondisi nekrotik dan gangrene.

Gambar 2.2 Ilustrasi Sistem Klasifikasi Wagner-Meggitt (Pinzur, et al., 2016)


18

2.1.6 Komplikasi

Ulkus kaki diabetikum (UKD) merupakan salah satu komplikasi kronik dari

DM tipe 2 yang sering ditemui. UKD adalah penyakit pada kaki penderita

diabetes dengan karakteristik adanya neuropati sensorik, motorik, otonom dan

atau gangguan pembuluh darah tungkai. UKD merupakan salah satu penyebab

utama penderita diabetes dirawat di rumah sakit. Pada UKD. yang sering terjadi

adalah infeksi, gangren, amputasi, dan kematian merupakan komplikasi yang

serius dan memerlukan biaya yang tidak sedikit dan perawatan yang lebih

lama.Ulkus kaki diabetikum bila lama tidak sembuh dan tidak pernah digerakkan

akan mengalami kontraktur (Decroli,2019).

2.2.6 Penatalaksanaan

Tujuan utama pengelolaan UKD yaitu untuk mengakses proses kearah

penyembuhan luka secepat mungkin karena perbaikan dari ulkus kaki dapat

menurunkan kemungkinan terjadinya amputasi dan kematian pasien diabetes.

Secara umum pengelolaan UKD meliputi penanganan iskemia, debridemen,

penanganan luka, menurunkan tekanan plantar pedis (off-loading), penanganan

bedah, penanganan komorbiditas dan menurunkan risiko kekambuhan serta

pengelolaan infeksi (Langi, 2011).

1. Penanganan iskemia

Perfusi arteri merupakan hal penting dalam proses penyembuhan dan

harus dinilai awal pada pasien UKD. Penilaian kompetensi vaskular pedis

pada UKD seringkali memerlukan bantuan pemeriksaan penunjang seperti

MRI angiogram, doppler maupun angiografi. Pemeriksaan sederhana

seperti perabaan pulsasi arteri poplitea, tibialis posterior dan dorsalis pedis
19

dapat dilakukan pada kasus UKD kecil yang tidak disertai edema ataupun

selulitis yang luas. Ulkus atau gangren kaki tidak akan sembuh bahkan

dapat menyerang tempat lain di kemudian hari bila penyempitan pembuluh

darah kaki tidak diatasi. Bila pemeriksaan kompetensi vascular

menunjukkan adanya penyumbatan, bedah vaskular rekonstruktif dapat

meningkatkan prognosis dan selayaknya diperlukan sebelum dilakukan

debridemen luas atau amputasi parsial. Beberapa tindakan bedah vaskular

yang dapat dilakukan antaralain angioplasti transluminal perkutaneus

(ATP), tromboarterektomi dan bedah pintas terbuka (by pass).

Berdasarkan penelitian, revaskularisasi agresif pada tungkai yang

mengalami iskemia dapat menghindarkan amputasi dalam periode tiga

tahun sebesar 98%. Bedah bypass dilaporkan efektif untuk jangka panjang.

Kesintasan (survival rate) dari ekstremitas bawah dalam 10 tahun pada

mereka yang memakai prosedur bedah bypass lebih dari 90%.Penggunaan

antiplatelet ditujukan terhadap keadaan insufisiensi arteri perifer untuk

memperlambat progresifitas sumbatan dan kebutuhan rekonstruksi

pembuluh darah.

2. Debridemen

Debridemen merupakan upaya untuk membersihkan semua jaringan

nekrotik, karena luka tidak akan sembuh bila masih terdapat jaringan

nonviable, debris dan fistula. Tindakan debridemen juga dapat

menghilangkan koloni bakteri pada luka. Saat ini terdapat beberapa jenis

debridemen yaitu autolitik, enzimatik, mekanik, biologik dan tajam.

Debridemen dilakukan terhadap semua jaringan lunak dan tulang yang


20

nonviable. Tujuan debridemen yaitu untuk mengevakuasi jaringan yang

terkontaminasi bakteri, mengangkat jaringan nekrotik sehingga dapat

mempercepat penyembuhan, menghilangkan jaringan kalus serta

mengurangi risiko infeksi lokal. Debridemen yang teratur dan dilakukan

secara terjadwal akan memelihara ulkus tetap bersih dan merangsang

terbentuknya jaringan granulasi sehat sehingga dapat mempercepat proses

penyembuhan ulkus.

3. Perawatan luka

Prinsip perawatan luka yaitu menciptakan lingkungan moist wound

healing atau menjaga agar luka senantiasa dalam keadaan lembab. Bila

ulkus memproduksi sekret banyak maka untuk pembalut (dressing)

digunakan yang bersifat absorben. Sebaliknya bila ulkus kering maka

digunakan pembalut yang mampu melembabkan ulkus. Bila ulkus cukup

lembab, maka dipilih pembalut ulkus yang dapat mempertahankan

kelembaban. Disamping bertujuan untuk menjaga kelembaban,

penggunaan pembalut juga selayaknya mempertimbangkan ukuran,

kedalaman dan lokasi ulkus. Untuk pembalut ulkus dapat digunakan

pembalut konvensional yaitu kasa steril yang dilembabkan dengan NaCl

0,9% maupun pembalut modern yang tersedia saat ini. Beberapa jenis

pembalut modern yang sering dipakai dalam perawatan luka, seperti:

hydrocolloid, hydrogel, calcium alginate, foam dan sebagainya. Pemilihan

pembalut yang akan digunakan hendaknya senantiasa mempertimbangkan

cost effective dan kemampuan ekonomi pasien.


21

4. Menurunkan tekanan plantar pedis (off-loading)

Tindakan off-loading merupakan salah satu prinsip utama dalam

penatalaksanaan ulkus kronik dengan dasar neuropati. Tindakan ini

bertujuan untuk mengurangi tekanan pada telapak kaki. Tindakan

offloading dapat dilakukan secara parsial maupun total. Mengurangi

tekanan pada ulkus neuropati dapat mengurangi trauma dan mempercepat

proses penyembuhan luka. Kaki yang mengalami ulkus harus sedapat

mungkin dibebaskan dari penekanan. Sepatu pasien harus dimodifikasi

sesuai dengan bentuk kaki dan lokasi ulkus. Metode yang dipilih untuk

off-loading tergantung dari karakteristik fisik pasien, lokasi luka, derajat

keparahan dan ketaatan pasien. Beberapa metode off loading antara lain:

total non-weight bearing, total contact cast, foot cast dan boots, sepatu

yang dimodifikasi (half shoe, wedge shoe), serta alat penyanggah tubuh

seperti cruthes dan walker.

5. Penanganan bedah

Jenis tindakan bedah tergantung dari berat ringannya UKD. Tindakan

elektif ditujukan untuk menghilangkan nyeri akibat deformitas seperti

pada kelainan spur tulang, hammertoes atau bunions. Tindakan bedah

profilaktif diindikasikan untuk mencegah terjadinya ulkus atau ulkus

berulang pada pasien yang mengalami neuropati dengan melakukan

koreksi deformitas sendi, tulang atau tendon. Bedah kuratif diindikasikan

bila ulkus tidak sembuh dengan perawatan konservatif, misalnya

angioplasty atau bedah vaskular. Osteomielitis kronis merupakan indikasi

bedah kuratif. Bedah emergensi adalah tindakan yang paling sering


22

dilakukan, dan diindikasikan untuk menghambat atau menghentikan

proses infeksi, misalnya ulkus dengan daerah infeksi yang luas atau

adanya gangren gas. Tindakan bedah emergensi dapat berupa amputasi

atau debridemen jaringan nekrotik.

6. Penanganan komorbiditas

Diabetes merupakan penyakit sistemik multiorgan sehingga komorbiditas

lain harus dinilai dan dikelola melalui pendekatan tim multidisiplin untuk

mendapatkan hasil yang optimal. Komplikasi kronik lain baik mikro

maupun makroangiopati yang menyertai harus diidentifikasi dan dikelola

secara holistik. Kepatuhan pasien juga merupakan hal yang penting dalam

menentukan hasil pengobatan.

7. Menurunkan risiko kekambuhan

Pencegahan dianggap sebagai elemen kunci dalam menghindari amputasi

kaki. Pasien diajarkan untuk memperhatikan kebersihan kaki, memeriksa

kaki setiap hari, menggunakan alas kaki yang tepat, mengobati segera jika

terdapat luka, pemeriksaan rutin ke podiatri, termasuk debridemen pada

kapalan dan kuku kaki yang tumbuh ke dalam. Sepatu dengan sol yang

mengurangi tekanan kaki dan kotak yang melindungi kaki berisiko tinggi

merupakan elemen penting dari program pencegahan.

8. Pengelolaan infeksi

Infeksi pada UKD merupakan factor pemberat yang turut menentukan

derajat agresifitas tindakan yang diperlukan dalam pengelolaan UKD.

Dilain pihak infeksi pada UKD mempunyai permasalahan sendiri dengan

adanya berbagai risiko seperti status lokalis maupun sistemik yang


23

imunocompromised pada pasien DM, resistensi mikroba terhadap

antibiotik, dan jenis mikroba yang adakalanya memerlukan antibiotik

spesifik yang mahal dan berkepanjangan. Dasar utama pemilihan

antibiotik dalam penatalaksanaa UKD yaitu berdasarkan hasil kultur sekret

dan sensitivitas sel. Cara pengambilan dan penanganan sampel

berpengaruh besar terhadap ketepatan hasil kultur kuman. Telah

dilaporkan bahwa ter dapat perbedaan jenis kuman yang didapat pada

bahan sekret yang diambil superfisial dengan yang deep swab. Sambil

menunggu hasil kultur, pada UKD yang terinfeksi penggunaan antibiotic

dapat dipilih secara empirik. Terdapat berbagai klasifikasi pengelolaan

kaki diabetes mulai dari yang sederhana sampai kompleks yang

mencantumkan tuntunan penggunaan antibiotika. Beberapa klasifikasi

tersebut yaitu klasifikasi Wagner, The University of Texas classification,

klasifikasi PEDIS oleh International Consensus on the Diabetic Foot, dan

klasifikasi berdasarkan Derajat keparahan oleh Infectious Disease Society

of America (IDSA). Secara klinis, infeksi yang tidak mengancam tungkai

biasanya terlihat sebagai ulserasi yang dangkal, tanpa iskemia yang nyata,

tidak mengenai tulang atau sendi, dan area selulitis tidak lebih dari 2 cm

dari pusat ulkus. Pasien tampak stabil serta tidak memperlihatkan tanda

dan gejala infeksi sistemik. Pengelolaan pasien dilakukan sebagai pasien

rawat jalan. Perawatan dirumah sakit hanya bila tidak ada perbaikan

setelah 48-72 jam atau kondisi memburuk.6 Antibiotik langsung diberikan

disertai pembersihan dan debridemen ulkus. Penanganan ulkus ini

selanjutnya seperti yang diuraikan sebelumnya, koreksi hiperglikemia dan


24

kontrol komorbid lainnya. Respon terhadap pengobatan dievaluasi setelah

48-72 jam untuk menilai tindakan yang mungkin perlu dilakukan. Aspek

pencegahan, pendidikan pasien, perawatan dan penanganan ortotik juga

dilakukan secara terpadu. Infeksi disebut mengancam bila UKD berupa

ulkus yang dalam sampai mengenai tulang dengan selulitis yang lebih dari

2 cm dan/atau disertai gambaran klinis infeksi sistemik berupa demam,

edema, limfangitis, hiperglikemia, leukositosis dan iskemia. Perlu

diperhatikan, tidak semua pasien diabetes dengan infeksi yang relatif berat

akan menunjukkan tanda dan gejala sistemik seperti tersebut diatas. Jika

ulkus mencapai tulang atau sendi, kemungkinan besar akan terjadi

osteomielitis. Pasien dengan infeksi yang mengancam ekstremitas harus

dirawat di rumah sakit untuk manajemen yang tepat. Debridemen

dilakukan sejak awal dengan tetap memperhitungkan ada/tidaknya

kompetensi vaskular tungkai. Jaringan yang diambil dari luka dikirim

untuk kultur. Tindakan ini mungkin perlu dilakukan berulang untuk

mengendalikan infeksi. Terapi empiris untuk infeksi berat harus

berspektrum luas dan diberikan secara intravena dengan

mempertimbangkan faktor lain seperti biaya, toleransi pasien, alergi,

potensi efek yang merugikan ginjal atau hati, kemudahan pemberian dan

pola resistensi antibiotic setempat. Infeksi kronik dan berat yang

mengancam tungkai umumnya disebabkan oleh infeksi polimikroba yang

mencakup organisme aerob gram positif dan negative serta anaerob.

Pseudomonas sering diperoleh dari isolasi luka yang menggunakan

pembalutan basah; enterokokus umumnya dibiakkan dari pasien yang


25

sebelumnya telah diterapi sefalosporin; kuman anaerob sering ditemukan

pada luka dengan keterlibatan jaringan yang dalam dan nekrosis; dan

methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA) sering diperoleh pada

pasien yang sebelumnya pernah di rawat inap atau diberikan terapi

antibiotika. Bila terjadi infeksi berulang meskipun terapi antibiotik tetap

diberikan, perlu dilakukankultur ulang jaringan untuk menyingkirkan

infeksi superimposed. Lamanya pemberian antibiotik tergantung pada

gejala klinis, luas dan dalamnya jaringan yang terkena serta beratnya

infeksi. Pada infeksi ringan sampai sedang antibiotik dapat diberikan 1-2

minggu, sedangkan pada infeksi yang lebih berat antibiotik diberikan 2-4

minggu. Debridemen yang adekuat, reseksi atau amputasi jaringan

nekrosis dapat mempersingkat waktu pemberian antibiotik. Pada kasus

osteomielitis, jika tulang terinfeksi tidak dievakuasi, maka antibiotik harus

diberikan selama 6-8 minggu, bahkan beberapa literatur menganjurkan

sampai 6 bulan. Jika semua tulang yang terinfeksi dievakuasi, antibiotik

dapat diberikan lebih singkat, yaitu 1-2 minggu dan ditujukan untuk

infeksi jaringan lunak. Efektivitas terapi dievaluasi dengan beberapa

parameter, antara lain respon klinis pasien, suhu, leukosit dan hitung jenis,

laju endap darah dan penanda inflamasi lainnya, kontrol gula darah dan

parameter metabolik, serta tanda-tanda penyembuhan luka dan

peradangan. Pada keadaan kompetensi vaskular yang baik, pengukuran

suhu kaki merupakan parameter klinis inflamasi yang dapat dipegang. Jika

terdapat iskemi jaringan luka, antibiotic mungkin tidak dapat mencapai

lokasi yang terinfeksi. Oleh karena itu, prosedur rekonstruksi vaskular


26

mungkin harus dilakukan untuk meningkatkan aliran darah ke jaringan

yang terinfeksi.

2.3 Senam Kaki Diabetes

2.3.1 Definisi

Senam kaki diabetes adalah kegiatan atau latihan yang dilakukan dengan

cara menggerakkan otot dan sendi kaki. Senam kaki diabetes dilakukan untuk

memperbaiki sirkulasi darah, memperkuat otot-otot kecil, mencegah terjadinya

kelainan bentuk kaki, meningkatkan kekuatan otot betis dan paha, serta mengatasi

keterbatasan gerak sendi. (Sanjaya,dkk,2019). Salah satu cara latihan dalam

meningkatkan sirkulasi perifer adalah dengan pompa otot (muscle pumping) yaitu

dengan cara latihan ROM ankle. Latihan elevasi ektremitas bawah ektrimitas

bawah dapat melancarakan sirkulasi perifer dan mempercepat proses

penyembuhan ulkus kaki diabetik, latihan elevasi berpengaruh terhadap

peningkatan fungsi kardiopulmonal dan peningkatan suplai aliran darah ke daerah

ulkus. Latihan ROM ankle dapat meningkatkan gerakan kaki, memperkuat otot-

otot kaki dan dapat menurunkan tekanan plantar kaki (Yack,et al, 2006 dalam

Ratnasari, 2014 ).

2.3.2 Fungsi senam kaki diabetes

Fungsi senam kaki diabetes adalah :

1. Memperbaiki sirkulasi darah dan Memperkuat otot-otot kecil

Pada otot yang berkontraksi saat latihan fisik atau senam kaki, aliran darah ke

otot akan meningkat guna menyediakan makanan dan oksigen sebagai sumber

energi. Peningkatan aliran darah sebanding dengan jumlah serabut otot yang

terjadi selama latihan. Pada latihan fisik dengan intensitas teratur dan
27

melibatkan banyak serabut otot, aliran darah ke otot dapat meningkat lebih dari

tiga kali lipat (Afriwardi, 2011 dalam Muzaky, dkk 2017).

2. Mengatasi keterbatasan gerak sendi

Senam kaki mencegah terjadinya kontraktur, atrofi otot, meningkatkan

peredaran darah ekstremitas bawah serta menjaga dan memperbaiki

kenormalan pergerakan persendian yang menurun, tonus otot dan mengurangi

masalah fleksibilitas (Rusdiatin, 2019).

3. Meningkatkan vaskularisasi dan aliran darah ke sel otot

Latihan fisik atau senam kaki diabetes menyebabkan kontraksi otot dan akan

mengaktivasi tranduksi sinyal melalui penurunan adenosine triphosphate (ATP)

dan peningkatan adenosin 5’monophosphate (5’AMP). Peningkatan 5’AMP

akan mengaktivasi adenosin 5’monophosphate-activated protein kinase

(AMPK). AMPK kemudian akan menyebabkan fosforilasi Akt substrat-

160kDa (AS160) yang akan menyebabkan translokasi GLUT-4 dan

meningkatkan ambilan glukosa oleh sel. Selama latihan fisik, peningkatan

vaskularisasi dan aliran darah ke sel otot serta perekrutan kapiler juga

mendukung peningkatan transport dan difusi glukosa ke dalam sel (Sukarno,

2021).

2.3.3 Indikasi

Menurut, Kushariyadi (2011 ) Indikasi senam kaki diabetes adalah sebagai

berikut :

1. Diberikan kepada semua penderita diabetes mellitus (DM tipe 1 dan

tipe 2).
28

2. Sebaiknya diberikan pada pasien sejak didiagnosis menderita diabetes

mellitus sebagai tindakan pencegahan dini (Kushariyadi,2011).

2.3.4 Kontraindikasi

Menurut, Kushariyadi ( 2011 ) Kontra indikasi senam kaki diabetes adalah

sebagai berikut :

1. Pasien yang mengalami perubahan fisiologis seperti dyspnea dan nyeri

dada.

2. Pasien yang mengalami depresi, khawatir dan kecemasan Pasien yang

mengalami hipoglikemi.

2.3.5 Langkah Senam Kaki Diabetes

Berdasarkan penelitian (Santosa & Rusmono, 2016) senam kaki diabetes

dilakukan 3 (tiga) kali dalam 1 (satu) minggu dengan rentang waktu 20 –

30 menit setiap melakukan senam kaki.

1. Langkah pertama

Jika dilakukan dalam posisi duduk maka posisikan pasien duduk tegak

diatas bangku dengan kaki


29

2. Langkah Kedua

Dengan meletakkan tumit dilantai, jari-jari kedua belah kaki

diluruskan keatas lalu dibengkokkan kembali kebawah seperti cakar

ayam sebanyak 10 kali.

3. Langkah Ketiga

Dengan meletakkan tumit salah satu kaki dilantai, angkat telapak kaki

ke atas. Pada kaki lainnya, jari-jari kaki diletakkan di lantai dengan

tumit kaki diangkatkan ke atas. Cara ini dilakukan bersamaan pada

kaki kiri dan kanan secara bergantian dan diulangi sebanyak 10 kali.
30

4. Langkah Keempat

Tumit kaki diletakkan di lantai. Bagian ujung k aki diangkat ke atas dan

buat gerakan memutar dengan pergerakan pada pergelangan kaki

sebanyak 10 kali

5.

Langkah Kelima

Jari-jari kaki diletakkan dilantai. Tumit diangkat dan buat gerakan

memutar dengan pergerakan pada pergelangan kaki sebanyak 10 kali.


31

6. Langkah Keenam

Angkat salah satu lutut kaki, dan luruskan. Gerakan jari-jari kedepan

turunkan kembali secara bergantian kekiri dan ke kanan. Ulangi

sebanyak 10 kali.

7. Langkah Ketujuh

Luruskan salah satu kaki diatas lantai kemudian angkat kaki tersebut

dan gerakkan ujung jari kaki kearah wajah lalu turunkan kembali

kelantai.
32

8. Langkah Kedelapan

Angkat kedua kaki dan luruskan,pertahankan posisi tersebut. Gerakan

pergelangan kaki kedepan dan kebelakang.

2.4

Kontraktur sendi

2.4.1 Definisi

Kontraktur didefinisikan sebagai pemendekan otot secara adaptif dari otot

atau jaringan lunak yang melewati persendiansehingga menghasilkan batasan

dalam rentang gerak persendian (Firdaus, 2014). Kontraktur adalah kurang

penuhnya Lingkup Gerak Sendi (LGS) secara pasif maupun aktif karena

keterbatasan sendi, otot dan jaringan lunak. Pengukuran jangkauan gerak sendi

dapat dilakukan dengan menggunakan goniometer (Helmi, 2012).

2.4.2 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan kontraktur sendi adalah dengan latihan (ROM) range of

motion. Latihan (ROM) range of motion adalah kegiatan latihan yang bertujuan

untuk memelihara fleksibilitas dan mobilitas sendi. Latihan rom dapat

menggerakkan persendian seoptimal dan seluas mungkin sesuai kemampuan


33

seseorang dan tidak menumbulkan rasa nyeri pada sendi yang digerakkan

(Irawandi,2020). Adanya pergerakan pada persendian akan menyebabkan

terjadinya peningkatan aliran darah kedalam kapsula sendi. Ketika sendi

digerakkan, permukaan kartilago antara kedua tulang akan saling bergesekan.

Kartilago banyak mengandung proteoglikans yang menempel pada asam

hialuronat yang bersifat hidrophilik. Adanya penekanan pada kartilago akan

mendesak air keluar dari matrik synovial. Bila tekanan berhenti maka air yang

keluar kecairan sinovial akan ditarik kembali dengan membawa nutrisi dari

cairan. Tujuan latihan ROM antara lain adalah :

a. Mempertahankan fleksibilitas dan mobilitas sendi

b. Mengembalikan kontrol motorik

c. Meningkatkan / mempertahankan integritas ROM sendi dan jaringan lunak

d. Membantu sirkulasi dan nutrisi sinoviale

e. Menurunkan pembentukan kontraktur terutama pada ekstrimitas yang

mengalami paralisis

f. Memaksimalkan fungsi ADL

g. Mengurangi atau menghambat nyeri

h. Mencegah bertambah buruknya sistem neuromuscular

i. Mengurangi gejala deperesi dan kecemasan

j. Meningkatkan harga diri

k. Meningkatkan citra tubuh dan memberikan kesenangan

Jenis latihan ROM menurut (Potter and Perry, 2015) adalah :

1. Latihan ROM aktif


34

Gerak aktif adalah gerak yang dihasilkan oleh kontraksi otot sendiri. Latihan

yang dilakukan oleh klien sendiri. Hal ini dapat meningkatkan kemandirian dan

kepercayaan diri klien. Latihan ROM aktif dilakukan pada seluruh tubuh dari

kepala sampai ujung jari kaki oleh klien sendiri secara aktif.

2. Latihan aktif dengan pendampingan (active-assisted)

Latihan tetap dilakukan oleh klien secara mandiri dengan didampingi oleh

perawat. Peran perawat dalam hal ini adalah memberikan dukungan dan atau

bantuan untuk mencapai gerakan ROM yang diinginkan.

3. Latihan ROM pasif

Dilakukan pada pasien yang sedang Melakukan bedrest atau mengalami

keterbatasan dalam beraktivitas. Setiap gerakan yang dilakukan dengan range

yang penuh, maka akan meningkatkan kemampuan bergerak dan dapat

mencegah keterbatasan dalam beraktivitas. Latihan ROM pasif dilakukan pada

seluruh persendian tubuh atau hanya pada ekstremitas yang terganggu dan

klien tidak mampu melaksanakannya secara mandiri.

Jangkauan gerak sendi ankle yang normal menurut (Potter and Perry, 2015)

disajikan dalam Tabel berikut:

Tabel 2.3 Normal Range of Motion Ankle

Gerakan Normal Rom

Dorso flexi 0-20

Plantar flexi 0-50

Inversi 0-35

Eversi 0-15
35

2.3 Gambar Ankle ROM Ankle (Potter and Perry, 2015)

2.4.3 Pengukuran kontraktur sendi

Pengukuran kontraktur sendi dilakukan dengan menggunakan goniometer.

Goniometer adalah suatu busur derajat yang dirancang khusus untuk

mengevaluasi gerakan sendi (Anderson,et al,2011).


36

Gambar 2.4 Alat ukur goniometer

Keterangan Gambar di atas:

A : Axis : Poros atau netral.

SA : Stabilization arm : Posisi tangan statis atau diam menempel di tangan kanan.

MA : Movement arm : Posisi tangan bergerak mengikuti sudut, pegangan tangan

kiri.

Gambar 2.5 Pengukuran sudut sendi ankle

2.4.4 SOP Pengukuran Sudut Sendi Ankle

Menurut Sterno (2016) SOP pengukuran sudut sendi ankle adalah sebagai

berikut :

1. Posisi.

Ankle di posisikan serileks mungkin dengan posisi seperti diatas.

2. Test MMT.

Pasien disuruh aktif ROM dorsoflexi melawan tahanan tangan kita. Jika

terjadi keterbatasan sendi maka cari goniometri taruh seperti di gambar.

3. Letakkan goniometri dengan cara.


37

A : Letakkan goniometri di bawah maleolus lateral dekat dengan ujung kaki.

SA : Letakkan lengan goniometri sepanjang tulang Fibula

MA : Letakkan lengan goniometri tepat di tulang ke -5 Metatarsal, Gerakkan

lengan tersebut dengan menahan ankle pasien dengan arah plantar flexi

ankle atau mendorong kedepan ankle. Perhatikan sudut gerakan sampai

terasa pasien end feel.

4. Baca berapa derajat sudut keterbatasanya.

Lihat di dalam lingkaran goniometri, sudut end feel pasien adalah sudut

ROM yang diukur.

Untuk Plantar Flexi normal sudut 0-55 derajat.

5. Catat berapa sudut ROM nya di Buku MMT.

Bandingkan dengan flexi normal 55 derajat, jika terbaca 48 derajat berarti

pasien mengalami keterbatasan gerak atau sendi di ankle. Rumusnya ROM

normal dikurangi sudut ROM sendi yang terbatas. Contoh ; 55 - 48 = 7 derajat

keterbatasan.
38

2.4.5 Keaslian Penelitian

Tabel 2.4 Keaslian Penelitian

No Judul & Penulis Variabel Populasi dan Jenis Hasil


Sampel Penelitian

1 Pengaruh senam Independent Populasi kuantitatif Senam kaki


kaki diabetes senam kaki Pasien DM dengan pre diabetes
terhadap diabetes Sampel eksperimen mempengar
peningkatan Dependent purposive one group pre uhi
kekuatan otot peningkatan sampling test and post peningkatan
kaki pada kekuatan otot test design kekuatan
penderita kaki otot kaki
diabetes pada pasien
mellitus tipe 2 diabetes
(Nelawati,2017) melitus
39

2 Pengaruh senam Independent Populasi Quasi Hasil


kaki diabetik Pasien DM Experimental analisis
terhadap Pengaruh tipe 2 data
sensitivitas kaki senam kaki Sampel menunjuk
pada pasien DM diabetic Purposive kan
tipe 2 (Sanjaya Dependent sampling sensitivitas
dkk,2019) sensitivitas kaki lebih
kaki baik pada
pasien DM
tipe 2 yang
diberikan
senam kaki
diabetik
dengan p
value=0,00
0.

3 Pengaruh senam Independent Populasi eksperimen terdapat


kaki diabetes senam kaki Pasien DM semu (quasi pengaruh
terhadap nilai diabetes Sampel experiment) senam kaki
ankle brachial Dependent non diabetes
index pada nilai ankle probability terhadap
pasien diabetes brachial sampling nilai Ankle
mellitus(Sumara index yaitu Brachial
uw dkk,2017) purposive Index
sampling pada pasien
berdasarkan diabetes
rumus melitus tipe
untuk II
penelitian
kuasi
eksperimen
dengan
desain pre
and post test
without
control
(control diri
sendiri)
40

4 Pengaruh senam Independent Populasi Quasi Rata-rata


kaki terhadap Senam Kaki Pasien DM Experimental kadar gula
kadar gula darah Dependent darah
pada pasien Kadar gula Sampel sebelum dan
dengan diabetes darah Consecutive setelah
mellitus sampling dilakukan
(Sukesi senam kaki
niken,2015) mengalami
penurunan
dan ada
pengaruh
kadar gula
darah
sebelum
dengan
sesudah
dilakukan
senam kaki
pada pasien
diabetes
melitus

5 Pengaruh senam Independent Populasi One Group hasil


kaki diabetes senam kaki Pasien DM Pretest- penelitian
terhadap diabetes Sampel Posttest Only yang
penurunan Dependent consecutive Design didapatkan
neuropati pada penurunan sampling adalah ada
penderita neuropati pengaruh
diabetes senam kaki
mellitus tipe 2 diabetik
(Hidayah terhadap
dkk,2020) penurunan
neuropati
pada klien
diabetes
melitus tipe
2.
BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konseptual


Diabetes Mellitus

Neuropati perifer Vascular disease

Deformitas struktur kaki Iskemik

Ulkus kaki diabetikum

Terjadi gangguan muskuloskeletal

Senam kaki diabetes Kontraktur sendi ankle

 Melancarkan peredaran darah di kaki


 Memperkuat syaraf kaki

Kekuatan otot- otot kecil meningkat

Gerak sendi aktif

Ada perbaikan Tidak ada perbaikan


kontraktur kontraktur

Keterangan :

: Variabel yang tidak diteliti : Ada hubungan

: : Variabel yang diteliti


Gambar 3.1 Kerangka konseptual pengaruh senam kaki diabetes terhadap
penurunan kontraktur sendi ankle pada ulkus kaki diabetikum.

41
42

Pada pasien Diabetes mellitus terjadi neuropati serta ada komplikasi

makrovaskular dan mikrovaskular. Neuropati motorik menyebabkan kelemahan

otot, atrofi, dan paresis. Neuropati sensorik menyebabkan hilangnya sensasi nyeri,

tekanan, dan panas yang protektif. Neuropati otonom yang menyebabkan

vasodilatasi dan pengurangan keringat juga bisa menyebabkan kehilangan

integritas kulit, yang membentuk lokasi ideal untuk invasi mikrobial. Di samping

neuropati perifer, angiopati diabetika merupakan faktor yang paling sering

menyebabkan morbiditas dan mortalitas pada penderita. Manifestasi

makroangiopati tampak sebagai obstruksi pada pembeuluh darah besar yaitu arteri

infrapopliteal dan terganggunya sirkulasi darah kolateral. Hal ini menimbulkan

penyakit arteri perifer atau peripheral arterial disease (PAD) pada ekstremitas

bawah. PAD atau vascular disease sendiri merupakan faktor resiko yang

meningkatkan kejadian ulkus diabetik terinfeksi (diabetik foot infection).

Sedangkan akibat dari mikroangiopatiadalah penebalan membrane basal kapiler

dan disfungsi endotel yang mengganggu pertukaran nutrien dan oksigen serta

menyebabkan aliran darah ke ekstremitas bawah berkurang dan terhambatnya

tekanan oksigen gradien di jaringan sehingga terjadi iskemia di jaringan. Ulkus

kaki diabetikum yang lama dalam penyembuhan dan berulang terjadi ulkus akan

mengalami gangguan musculoskeletal dan bila jarang digerakkan akan

menyebabkan keterbatasan pada gerak sendi dan mengakibatkan kontraktur pada

sendi ankle. Setelah dilakukan senam kaki diabetes akan melancarkan peredaran

darah di kaki dan memperkuat syaraf di kaki sehingga diharapkan ada

peningkatan kekuatan otot – otot kecil sehingga gerak sendi aktif dan ada

perbaikan kontraktur (Sanjaya, dkk, 2019).


43

3.2 Hipotesis Penelitian

H1 : Ada pengaruh senam kaki diabetes terhadap penurunan kontraktur sendi

ankle pada pasien ulkus kaki diabetikum.


BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian, jenis penelitian ini dikategorikan sebagai

penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen merupakan kegiatan penelitian

untuk mengontrol, memanipulasi dan mengobservasi subjek penelitian. Metode

yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasy Eksperiment dengan rancangan

Pretest-Posttest Control Group Design. Dalam desain ini terdapat dua kelompok

yang kemudian diberi pretest untuk mengetahui keadaan awal adakah perbedaan

antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.

Tabel 4.1 Pretest-Postest Control Group Design

Kelompok pretest perlakuan posttest

A OA1 X1 OA2

B OB1 - OB2

Keterangan :

A : kelompok Perlakuan

B : kelompok Kontrol

OA1 : pre-test (untuk kelompok eksperimen)

OA2 : post-test (untuk kelompok eksperimen)

OB1 : pre-test (kelompok kontrol)

OB2 : post-test (kelompok kontrol)

X1 : Perlakuan Kelompok Perlakuan (Senam kaki diabetes)

44
45

4.2 Kerangka Kerja

Kerangka kerja adalah bagan kerja terhadap rancangan kegiatan penelitian

yang akan dilakukan, meliputi siapa yang akan di teliti (subyek penelitian).

Variabel yang akan di teliti dan variabel yang mempengaruhi dalam penelitian

(Hidayat, 2018)

Populasi
Pasien ulkus kaki diabetikum di Klinik Bedah Umum RSUD Bhakti Dharma
Husada tanggal 27 September sampai dengan tanggal 6 Nopember 2021.
Sebanyak 28 orang

Purposive sampling

Sampel
Sebagian Pasien ulkus kaki diabetikum di Klinik Bedah Umum sebanyak 28 orang

Kelompok perlakuan
Kelompok kontrol intervensi
intervensi senam kaki
sesuai di Rumah sakit
diabetes

Pre test Pre test


Intervensi
Post test
Post test

Wilcoxon
Analisa data

Penyajian hasil

Gambar 4.2 kerangka kerja penelitian pengaruh senam kaki diabetes terhadap
penurunan kontraktur sendi ankle pada pasien ulkus kaki diabetikum.
46

4.3 Populasi, Sampel, Besar Sampel dan Sampling

4.3.1 Populasi

Populasi adalah setiap subyek (misalnya manusia, pasien) yang memenuhi

kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2013). Populasi dalam penelitian ini

pasien ulkus kaki diabetikum sebanyak 28 orang di Klinik Bedah Umum RSUD

Bhakti Dharma Husada tanggal 27 September sampai dengan tanggal 26

Nopember tahun 2021.

4.3.2 Sampel

Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian

jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat,2018).

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian dari suatu populasi

target dan terjangkau yang akan diteliti (Nursalam, 2013). Adapun kriteria inklusi

dalam penelitian ini adalah :

1. Pasien yang bersedia menjadi responden dengan mengisi lembar persetujuan

atau informed consent.

2. Pasien ulkus pedis dengan kontraktur sendi ankle dengan kriteria Plantar fleksi

<50 dan dorso fleksi < 20.

Kriteria Eksklusi adalah menghilangkan / mengeluarkan subyek yang memenuhi

kriteria inklusi dan studi karena berbagai sebab (Nursalam, 2013). Adapun kriteria

eksklusi dalam penelitian ini adalah :

1. Pasien dengan ganggren pedis

2. Pasien dengan kadar gula tidak terkontrol

3. Kontraktur karena sebab lain seperti kecelakaan, post operasi


47

Besar sampel adalah banyaknya anggota yang dijadikan sampel (Nursalam ,2013).

Dalam penelitian ini, jumlah populasi diketahui (finit) sehingga digunakan

Rumus :

n = N . Z2. p. q
d2.(N-1)+Z2p.q
n= 30 (1,96)2 0,5 . 0,5
(0,05)2(30 - 1)+(1,96)2 0,5 . 0,5

n= 28,812
1,0329

n= 27,89

n= 28 responden

Keterangan :

n = Perkiraan Jumlah sampel

N = Perkiraan besar Populasi

Z = Nilai standar normal untuk α = 0,05 (1,96)

P = Perkiraan proporsi,jika tidak diketahui dianggap 50%

q= 1-p (100% - p)

d= Tingkat kesalahan yang dipilih (d= 0,05)

Besar sampel yang akan digunakan pada penelitian yaitu 28 orang. Kelompok

perlakuan 14 orang dan kelompok kontrol 14 orang.

.4.3.3 Sampling

Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat

mewakili populasi. Sampel adalah wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2013).

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah purposive sampling

Purposive sampling adalah salah satu jenis teknik pengambilan sampel yang biasa

digunakan dalam penelitian ilmiah. Purposive sampling adalah teknik


48

pengambilan sampel dengan menentukan kriteria-kriteria tertentu (Sugiyono,

2013). Adapun sampel dalam penelitian ini adalah sebagian pasien ulkus kaki

diabetikum yang mengalami kontraktur sendi ankle di Klinik Bedah Umum

RSUD Bhakti Dharma Husada Surabaya.

4.4 Identifikasi Variabel

Variabel adalah ukuran atau ciri yang memiliki oleh anggota-anggota

suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok yang lain

(Notoadmojo, 2018).Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, variabel bebas

dan terikat.

4.4.1 Variabel Bebas (Independent Variable)

Variabel bebas adalah variabel yang dimanipulasi, diamati dan diukur

untuk diketahui pengaruhnya dengan variabel lain (Pariani dan Nursalam,

2002).Dalam penelitian ini yang dimaksud adalah senam kaki diabetes.

4.4.2 Variabel Tergantung (Dependent Variable)

Variabel tergantung adalah yang nilainya ditentukan oleh variabel lain.

Dengan kata lain, Variabel tergantung adalah faktor yang di amati dan di ukur

untuk menentukan ada tidaknya hubungan atau pengaruh dari variabel bebas.

Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah kontraktur sendi ankle.

4.5 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional

dan berdasarkan karakteristik yang diamati, memungkinkan peneliti untuk

melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau

fenomena (Nursalam, 2013).


49

Tabel 4.2 Definisi operasional penelitian pengaruh senam kaki diabetes terhadap
penurunan kontraktur sendi ankle pada pasien ulkus kaki diabetikum.
NO Variabel Definisi Parameter Alat Skala Skor
Operasional Ukur Data
1. Variabel Kegiatan 1. Diberikan SOP - -
Independen atau latihan 6 kali
senam kaki yang selama 2
diabetes. dilakukan minggu
dengan cara 2. Waktu 20
menggera menit.
kan otot dan 3. Tiap
sendi kaki gerakan
dilakukan
10 kali.

Variabel Pasien bisa Pasien dapat Lembar Ordinal Dorso flexi


2. dependen menggera menggerakkan observasi < 20 dan
kontraktur kan sendi kaki dorso Plantar
sendi ankle ankle sesuai fleksi dan Goniome Fleksi <
dengan rom plantar fleksi ter 50 : Ada
sesuai kontraktur
kriteria :
1.Gerakan Dorso flexi
kaki Dorso 20 dan
flexi : 0 - Plantar
20 Fleksi 50 :
2. Gerakan Tidak Ada
kaki Plantar kontraktur
flexi : 0 –
50
Tidak ada
kontraktur :
1
Ada
kontraktur :
2
50

4.6 Prosedur Pengumpulan dan Pengelolahan Data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan

pengumpulan karakteristik yang diperlukan dalam suatu pengumpulan penelitian

(Nursalam, 2013).

4.6.1 Instrument

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah pencatatan pada

lembar observasi dan menggunakan pengukuran dengan goniometer.

Observasi ialah sebuah proses penelitian dengan melihat situasi dan

kondisi penelitian (Sugiyono, 2013). Dalam metode observasi ini instrument yang

dapat digunakan antara lain lembar observasi, panduan pengamatan atau observasi

atau checklist (Hidayat,2018). Pada jenis ini peneliti mengumpulkan data dengan

observasi secara langsung kepada responden yang dilakukan penelitian untuk

mencari perubahan atau hal-hal yang akan diteliti. Standar Operasional Prosedur

(SOP) adalah urutan langkah-langkah (atau pelaksanaan-pelaksanaan pekerjaan),

di mana pekerjaan tersebut dilakukan, bagaimana melakukannya, bilamana

melakukannya, di mana melakukannya, dan siapa yang melakukannya.

4.6.2 Lokasi dan waktu penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Klinik Bedah Umum RSUD Bhakti

Dharma Husada Surabaya tanggal 27 September sampai dengan tanggal 26

Nopember tahun 2021.

4.6.3 Prosedur pengumpulan data

1. Mendapatkan ijin dari RSUD Bhakti Dharma Husada Surabaya yang

sebelumnya mendapatkan ijin dan ditanda tangani oleh Program Studi

Ilmu Keperawatan Fakultas Universitas Gresik.


51

2. Peneliti menjelaskan tujuan, manfaat dan prosedur penelitian kepada

calon responden.

3. Peneliti akan menyeleksi responden dengan berpedoman pada kriteria

inklusi yang sudah ditentukan.

4. Meminta persetujuan dari responden dengan memberikan surat

persetujuan menjadi responden (informed consent).

5. Melakukan pretest pada kelompok perlakuan dan kontrol pada hari ke-1

6. Peneliti memberikan senam kaki diabetes 6 kali selama 2 minggu

dengan alat bantu berupa leaflet. Sedangkan pada kelompok kontrol

mendapatkan terapi sesuai yang ada di Rumah Sakit.

7. Peneliti Melakukan post test pada kelompok perlakuan dan kontrol pada

hari ke-12

4.6.4 Analisa Data

4.6.4.1 Pengolahan Data

1. Editing

Melakukan pemeriksaan ulang data yang terkumpul dari responden, bila

kemungkinan ada data yang isinya meragukan atau kurang jelas dan

lembar observasi yang belum terisi atau ada kesalahan pengisian.

2. Coding

Setelah data diperiksa, kemudian dilakukan pemindahan data dari

lembar observasi kedalam daftar kode dalam satu buku (codebook).

1 - 14 : Kelompok perlakuan, 15 - 28 : Kelompok kontrol,1: Laki-laki

2: Perempuan, 1: 25-35 tahun, 2: 36-45 tahun, 3: 46-55 tahun, 4: 56-65

tahun, 5: 66-75 tahun, 1: Tidak sekolah, 2:SD, 3:SMP, 4:SMA, 5:PT


52

1: PNS, 2: SWASTA, 3: Tidak bekerja, 1: Ya, 2: Tidak, 1: Stadium 1

2: Stadium 2, 3: Stadium 3, 1 : Kontraktur, 2 : Tidak kontraktur

3. Tabulasi

Tabulasi adalah pekerjaan menyusun tabel setelah data yang didapat

dari lembar observasi di coding, kemudian dimasukkan kedalam tabel.

Setelah berbentuk tabel, selanjutnya tabel tersebut di analisa dan

dinyatakan dalam bentuk tulisan untuk menilai pengaruh senam kaki

diabetes terhadap penurunan kontraktur sendi ankle pada pasien ulkus

kaki diabetikum.

4.6.4.2 Analisis Data

Setelah data terkumpul, kemudian dilakukan pengelompokkan data,

tabulasi data yang merupakan pengolahan data. Setelah itu akan dilakukan uji

normalitas data dengan menggunakan Sapiro wilk karena jumlah sampel < 50.

Hasil uji menunjukkan distribusi data yang tidak normal maka akan digunakan alt

uji wilcoxon Signed Rank Test yang merupakan bagian dari uji hipotesis

komparatif atau uji perbandingan statistik non parametrik. Pedoman pengambilan

keputusan dalam uji wilcoxon berdasarkan nilai signifikansi (sig) hasil output

SPSS adalah sebagai berikut

1. Jika nilai Sig <0,05 maka Ho ditolak dan H1 diterima

2. Sebaliknya , jika nilai Sig.>0,05 maka Ho diterima dan H1 ditolak

Pada penelitian ini dilakukan uji Uji Wilcoxon Signed Rank Test yaitu

mengukur signifikansi dari data primer dan data sekunder dengan skala data

ordinal. Data primer yang diukur yaitu perbedaan kontraktur sendi ankle pada

pasien ulkus kaki diabetikum sebelum dilakukan senam kaki diabetes dan sesudah
53

dilakukan senam kaki diabetes. Subjek yang diteliti adalah kelompok berpasangan

sebab individu yang menjalani pretest dan post test adalah data hasil test yang

berpasangan dan subjek yang sama.

4.7 Etik Penelitian

Masalah etika dalam etika keperawatan merupakan masalah yang sangat

penting dalam penelitian mengingat penelitian keperawatan akan berhubungan

langsung dengan manusia, maka segi etika penelitian harus diperhatikan karena

manusia mempunyai hak asasi dalam kegiatan manusia. Sebelum melakukan

penelitian, peneliti terlebih dahulu mendapatkan rekomendasi dari institusi

Fakultas Keperawatan Universitas Gresik dengan mengajukan ijin kepada

Direktur RSUD Bhakti Dharma Husada Surabaya. Penelitian dimulai dengan

melakukan beberapa prosedur yang berhubungan dengan etika penelitian meliputi:

4.7.1 Surat Persetujuan (Informed Consent)

Lembar persetujuan diberikan kepada responden yang akan diteliti.

Peneliti akan menjelaskan maksud dan tujuan dari penelitian yang akan dilakukan

serta dampak yang mungkin terjadi selama pengumpulan data, jika responden

bersedia untuk diteliti maka responden harus menandatangani lembar persetujuan.

Responden berhak untuk menolak diteliti, maka peneliti tidak memaksa dan

menghormati hak-hak responden.

4.7.2 Tanpa Nama (Anonimity)

Kerahasiaan responden harus dijaga, oleh karena itu responden hanya

menuliskan inisial nama pada lembar pengumpulan data (kuesioner) dan peneliti

cukup memberi kode pada masing-masing lembar tersebut.


54

4.7.3 Kerahasiaan (confidentiality)

Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti karena adanya

kelompok tertentu saja yang akan disajikan atau dilaporkan sebagai hasil

penelitian.
BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan hasil dan pembahasan yang meliputi

gambaran umum hasil penelitian dan karakteristik responden berdasarkan jenis

kelamin, usia, pendidikan, pekerjaan, alat bantu, stadium luka dan dilanjutkan

dengan identifikasi hasil penelitian sesuai dengan variabel yang telah di tetapkan

pada tujuan penelitian. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 27 September sampai

dengan tanggal 26 Nopember tahun 2021 di Klinik Bedah Umum RSUD Bhakti

Dharma Husada Surabaya. Pengumpulan data diperoleh dari pengukuran

kontraktur sendi ankle sebelum diberikan senam kaki diabetes dan sesudah

dilakukan senam kaki diabetes yang disajikan dalam bentuk tabel.

5.1 Hasil penelitian

5.1.1 Karakteristik Gambaran Umum lokasi penelitian

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bhakti Dharma Husada adalah salah

satu RS tipe B milik Pemerintah Kota Surabaya dan telah mendapat predikat

paripurna versi SNARS dari Tim KARS pada tanggal 27 September tahun 2019.

Rumah sakit ini berlokasi di Jl. Kendung no 115-117 Surabaya dengan luas tanah

25.690,30 meter persegi dan luas bangunan 15.733,53 meter persegi. RSUD

Bhakti Dharma Husada mempunyai unit pelayanan cukup lengkap yang terdiri

dari 15 poli spesialis, unit HD, IGD, OK, Endoscopy serta memiliki 8 ruangan

rawat inap.

55
56

Adapun tempat penelitian diadakan di salah satu poli spesialis yaitu Klinik

Bedah Umum. Klinik Bedah Umum mempunyai jumlah tenaga yang terdiri dari 3

orang dokter spesialis bedah umum dan 2 orang perawat. Sarana dan prasarana di

Klinik Bedah Umum meliputi 2 bed pasien, 2 troli alat, 1 Lampu tindakan,

Surgical minor set, Electro cauter dan Protoscopy. Pelayanan yang diberikan di

Klinik Bedah Umum diantaranya adalah Konsultasi pasien, Rawat luka DM dan

post operasi, Sircumsisi, Eksisi dan insisi. Berdasarkan 5 besar penyakit di Klinik

Bedah Umum Ulkus kaki diabetikum menempati urutan pertama kemudian

Hernia, Tumor mamae, Struma dan Hemorhoid. Jumlah rata – rata kunjungan

pasien ulkus kaki diabetikum dalam kurun waktu tahun 2021 sebanyak 40 pasien /

bulan.

5.1.2 Karakteristik umum responden

1. Karakteristik responden berdasarkan usia

Tabel 5.1 Distribusi responden berdasarkan usia di Klinik Bedah Umum


RSUD Bhakti Dharma Husada Surabaya tanggal 27 September
sampai dengan tanggal 26 Nopember tahun 2021.

Kelompok Perlakuan Kelompok Kontrol


Usia
N (%) N (%)
36 – 45 tahun 1 7% 1 7%
46 – 55 tahun 6 43 % 7 50 %
56 – 65 tahun 4 29 % 2 14 %
66 – 75 tahun 3 21 % 4 29 %
Total 14 100 % 14 100 %

Berdasarkan tabel 5.1 dapat diketahui bahwa dari 14 responden kelompok

perlakuan sebagian besar berusia 46 -55 tahun sebanyak 6 responden (43%),


57

dan sebagian kecil berusia 36 – 45 tahun sebanyak 1 responden (7%).

Sedangkan dari 14 responden pada kelompok kontrol sebagian besar berusia

46 -55 tahun sebanyak 7 responden (50 %), dan sebagian kecil berusia 36 – 45

tahun sebanyak 1 responden (7 %).

2. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

Tabel 5.2 Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin di Klinik


Bedah Umum RSUD Bhakti Dharma Husada Surabaya tanggal
27 September sampai dengan tanggal 26 Nopember tahun
2021.

Kelompok Perlakuan Kelompok Kontrol


Jenis kelamin
N (%) N (%)
Laki - laki 2 14 % 6 43 %
Perempuan 12 86 % 8 57 %
Total 14 100 % 14 100 %

Berdasarkan tabel 5.2 dapat diketahui bahwa dari 14 responden kelompok

perlakuan sebagian besar berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 12

responden (86 %) dan sebagian kecil berjenis kelamin laki – laki sebanyak 2

responden (2%). Sama halnya dari 14 responden pada kelompok kontrol

sebagian besar berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 8 responden (57%)

dan sebagian kecil berjenis kelamin laki – laki sebanyak 6 responden (43%).
58

3. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan

Tabel 5.3 Distribusi responden berdasarkan pendidikan di Klinik Bedah


Umum RSUD Bhakti Dharma Husada Surabaya tanggal 27
September sampai dengan tanggal 26 Nopember tahun 2021.

Kelompok Perlakuan Kelompok Kontrol


Pendidikan
N (%) N (%)
Tidak Sekolah 1 7% 1 7%

SD 3 22 % 1 7%

SMP 2 14 % 1 7%

SMA 8 57 % 7 50 %

PT 0 0% 4 29 %

Total 14 100 % 14 % 100 %

Berdasarkan tabel 5.3 dapat diketahui bahwa dari 14 responden

kelompok perlakuan sebagian besar berpendidikan SMA yaitu sebanyak 8

responden (57%) dan sebagian kecil tidak sekolah sebanyak 1 responden (7%).

Sama halnya dari 14 responden pada kelompok kontrol sebagian besar

berpendidikan SMA yaitu sebanyak 7 responden (57%) dan sebagian kecil

tidak sekolah sebanyak 1 responden (7%).

4. Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan

Tabel 5.4 Distribusi responden berdasarkan pekerjaan di Klinik Bedah


Umum RSUD Bhakti Dharma Husada Surabaya tanggal 27
September sampai dengan tanggal 26 Nopember tahun 2021.

Kelompok Perlakuan Kelompok Kontrol


Pekerjaan
N (%) N (%)
PNS 2 14 % 4 29 %
Karyawan/swasta 8 57 % 7 50 %
Tidak Bekerja 4 29 % 3 21 %
Total 14 100 % 14 100 %
59

Berdasarkan tabel 5.4 dapat diketahui bahwa dari 14 responden kelompok

perlakuan sebagian besar bekerja sebagai karyawan/swasta yaitu sebanyak 8

responden (57%) dan sebagian kecil PNS yaitu 2 responden (14%). Sama

halnya dari 14 responden pada kelompok kontrol sebagian besar bekerja

sebagai karyawan/swasta yaitu sebanyak 7 responden (50%) dan sebagian kecil

tidak bekerja yaitu 3 responden (21%).

5. Karakteristik responden berdasarkan penggunaan alat bantu berjalan.

Tabel 5.5 Distribusi responden berdasarkan penggunaan alat bantu


berjalan di Klinik Bedah Umum RSUD Bhakti Dharma Husada
Surabaya tanggal 27 September sampai dengan tanggal 26
Nopember tahun 2021.

Alat bantu Kelompok Perlakuan Kelompok Kontrol


berjalan N (%) N (%)
Ya 2 14 % 0 0%
Tidak 12 86 % 14 100 %
Total 14 100 % 14 100 %

Berdasarkan tabel 5.5 dapat diketahui bahwa dari 14 responden kelompok

perlakuan sebagian besar tidak menggunakan alat bantu berjalan yaitu

sebanyak 12 responden (86%) dan sebagian kecil menggunakan alat bantu

berjalan yaitu 2 responden (14%). Sedangkan dari 14 responden pada

kelompok kontrol semuanya tidak menggunakan alat bantu berjalan yaitu 14

responden (100%)
60

6. Karakteristik responden berdasarkan stadium luka

Tabel 5.6 Distribusi responden berdasarkan stadium luka di Klinik Bedah


Umum RSUD Bhakti Dharma Husada Surabaya tanggal 27
September sampai dengan tanggal 26 Nopember tahun 2021.

Kelompok Perlakuan Kelompok Kontrol


Stadium luka
N (%) N (%)
Stadium 1 3 22 % 2 14 %
Stadium 2 9 64 % 9 64 %
Stadium 3 2 14 % 3 22 %
Total 14 100 % 14 100 %

Berdasarkan tabel 5.6 dapat diketahui bahwa dari 14 responden kelompok

perlakuan sebagian besar mengalami luka pada stadium 2 yaitu sebanyak 9

responden (64%) dan sebagian kecil mengalami luka pada stadium 3 yaitu 2

responden (14%). Sedangkan dari 14 responden pada kelompok kontrol

sebagian besar mengalami luka pada stadium 2 yaitu sebanyak 9 responden

(64%) dan sebagian kecil mengalami luka pada stadium 1 yaitu 2 responden

(14%).

5.1.3 Variabel yang diukur

Pada bagian ini akan diuraikan hasil observasi pengukuran kontraktur

sendi ankle pada pasien ulkus kaki diabetikum sebelum dan sesudah diberikan

senam kaki diabetes di RSUD Bhakti Dharma Husada Surabaya. Data tersebut

akan digambarkan sebagai berikut :


61

1. Kontraktur sendi ankle ulkus kaki diabetikum sebelum diberikan senam

kaki diabetes pada kelompok perlakuan dan kontrol.

Tabel 5.7 Hasil pengukuran sendi ankle pada pasien ulkus kaki diabetikum
sebelum diberikan senam kaki diabetes di Klinik Bedah Umum
RSUD Bhakti Dharma Husada Surabaya tanggal 27 September
sampai dengan tanggal 26 Nopember tahun 2021.

Kelompok

Kategori Perlakuan Kontrol

Frekuensi Persentase(%) Frekuensi Persentase(%)

Kontraktur 14 100% 14 100%

Tidak kontraktur 0 0% 0 0%

Total 14 100% 14 100%

Berdasarkan tabel 5.7 menunjukkan bahwa dari seluruh

responden baik dari kelompok perlakuan maupun kontrol sebelum

diberikan intervensi semuanya mengalami kontraktur sendi ankle masing-

masing 14 responden.

2. Kontraktur sendi ankle ulkus kaki diabetikum setelah diberikan intervensi.

Tabel 5.8 Hasil pengukuran ankle pada pasien ulkus kaki diabetikum
setelah diberikan intervensi di Klinik Bedah Umum RSUD
Bhakti Dharma Husada Surabaya tanggal 27 September sampai
dengan tanggal 26 Nopember tahun 2021.

Kelompok

Kategori Perlakuan Kontrol

Frekuensi Persentase(%) Frekuensi Persentase(%)

Kontraktur 5 36% 14 100%

Tidak kontraktur 9 64% 0 0%

Total 14 100% 14 100%


62

Berdasarkan tabel 5.8 menunjukkan bahwa dari 14 responden pada

kelompok perlakuan setelah dilakukan intervensi sebagian besar responden

tidak mengalami kontraktur yaitu 9 responden (64%) dan 5 responden

(36%) mengalami kontraktur. Sedangkan dari 14 responden pada kelompok

kontrol tetap mengalami kontraktur yaitu 14 responden (100%).

3. Pengaruh senam kaki diabetes terhadap penurunan kontraktur sendi ankle

pada pasien ulkus kaki diabetikum.

Tabel 5.9 Hasil uji statistik kontraktur sendi ankle pada pasien ulkus kaki
diabetikum setelah diberikan senam kaki diabetes di Klinik
Bedah Umum RSUD Bhakti Dharma Husada tanggal 27
September sampai dengan tanggal 26 Nopember tahun 2021.

Kelompok

Perlakuan Kontrol
Kategori
Pretest Post test Pretest Post test

f % f % f % f %

Kontraktur 14 100% 5 36% 14 100% 14 100%

Tidak kontraktur 0 0% 9 64% 0 0% 0 0%

Total 14 100% 14 100% 14 100% 14 100%

Mean Ranks 5,00 0,00

Sum of Ranks 45,00 0,00

Hasil uji
Wilcoxon signed rank test Sig ρ = 0,003 ρ=1,000

Berdasarkan tabel 5.9 menunjukkan bahwa dari 14 responden

kelompok perlakuan setelah diberikan senam kaki diabetes 9 responden (64%)


63

tidak mengalami kontraktur dan 5 responden (36%) mengalami kontraktur. Hasil

uji Wilcoxon signed rank test menunjukkan ρ = 0,003 ( ρ<0,05 ), sehingga H1

diterima artinya ada pengaruh senam kaki diabetes terhadap penurunan

kontraktur sendi ankle pada pasien ulkus kaki diabetikum.

5.2 Pembahasan

5.2.1 Pengukuran kontraktur sendi ankle pada pasien ulkus kaki diabetikum

sebelum diberikan senam kaki diabetes pada kelompok perlakuan dan

kontrol.

Berdasarkan tabel 5.7 didapatkan hasil penelitian pada responden di Klinik

Bedah Umum RSUD Bhakti Dharma Husada Surabaya dapat diidentifikasikan

bahwa saat dilakukan pengukuran sendi ankle pada kelompok perlakuan dan

kelompok kontrol semua mengalami kontraktur sendi ankle.

Hal ini sesuai dengan penelitian Priyanto (2012), bahwa kondisi kaki pasien

dengan ulkus kaki diabetikum mengalami beberapa perubahan meliputi kelainan

persarafan neuropati, perubahan struktural, tonjolan kulit halus, perubahan kulit

dan kuku, luka pada kaki, infeksi dan kelainan pembuluh darah. Selain itu pasien

ulkus kaki diabetikum juga mengalami gangguan musculoskeletal dan bila

dibiarkan bisa mengalami kontraktur sendi terutama pada ulkus kaki diabetikum

yang lama dalam penyembuhan dan berulang. Dilihat dari stadium ulkus, sebagian

besar responden berada pada ulkus stadium 2 yang mana sudah mengalami

komplikasi makroangiopati sehingga terjadi vaskuler insusifiensi dan neuropati

yang mengakibatkan penurunan gerak sendi kaki (Dafianto, 2016). Pada stadium

ini kebanyakan pasien cenderung tidak mau menggerakkan kakinya karena takut

nyeri sehingga mudah terjadi kontraktur.


64

Hasil penelitian didapatkan responden berjenis kelamin perempuan lebih

banyak. Hal ini sesuai dengan angka kejadian DM tipe 2 yang memang lebih

banyak terjadi pada perempuan dibandingkan pada laki-laki, karena secara fisik

perempuan memiliki peluang peningkatan indeks masa tubuh yang lebih besar dan

ada faktor perempuan cenderung malas bergerak, tidak menghabiskan karbohidrat

dan glukosa untuk aktivitas fisik (Rita, 2018). Selain itu, hasil pengamatan

peneliti menunjukkan bahwa pasien ulkus kaki diabetikum tidak ada keinginan

untuk mencari informasi yang cukup dan tidak berupaya untuk melakukan apa

yang disarankan oleh petugas ditempat penelitian seperti untuk menggerak –

gerakan kaki.

5.2.2 Pengukuran kontraktur sendi ankle pada pasien ulkus kaki diabetikum

setelah diberikan intervensi pada kelompok perlakuan dan kontrol.

Berdasarkan tabel 5.8 didapatkan hasil penelitian pada 14 responden

kelompok perlakuan setelah dilakukan senam kaki diabetes 9 responden (64%)

tidak mengalami kontraktur dan 5 responden (36%) mengalami kontraktur.

Sedangkan kelompok kontrol tetap mengalami kontraktur yaitu 14 responden

(100%).

Senam kaki diabetes adalah kegiatan atau latihan yang dilakukan dengan

cara menggerakkan otot dan sendi kaki. Senam kaki diabetes dilakukan untuk

memperbaiki sirkulasi darah, memperkuat otot-otot kecil, mencegah terjadinya

kelainan bentuk kaki, meningkatkan kekuatan otot betis dan paha, serta mengatasi

keterbatasan gerak sendi. (Sanjaya,dkk,2019). Senam kaki mencegah terjadinya

kontraktur, atrofi otot, meningkatkan peredaran darah ekstremitas bawah serta


65

menjaga dan memperbaiki kenormalan pergerakan persendian yang menurun,

tonus otot dan mengurangi masalah fleksibilitas (Rusdiatin, 2019).

Hasil penelitian Nelawati (2017) tentang pengaruh senam kaki diabetes

terhadap peningkatan kekuatan otot kaki pada penderita diabetes mellitus tipe 2

menunjukkan bahwa senam kaki diabetes mempengaruhi peningkatan kekuatan

otot kaki. Hal ini terbukti dari hasil observasi pengukuran sendi ankle setelah

diberikan senam kaki diabetes terjadi peningkatan kekuatan otot kaki sehingga

jumlah kontraktur sendi ankle mengalami penurunan.

Pada kelompok perlakuan terdapat 5 responden yang masih mengalami

kontraktur. Hasil pengamatan peneliti terhadap responden tersebut didapatkan

bahwa responden tersebut ada pada luka stadium 3 dan usia 66 -75 tahun. Hal ini

yang mengakibatkan penyembuhan luka cenderung berjalan lebih lambat karena

proses penuaan dan mengakibatkan peningkatan gerak sendi ankle tidak bisa

sesuai ROM ankle yang diharapkan untuk tidak terjadi kontraktur. Sedangkan

pada kelompok kontrol pada saat intervensi hanya diberikan sesuai dengan protap

di RS namun tidak ada perubahan.

5.2.3 Pengaruh senam kaki diabetes terhadap penurunan kontraktur sendi

ankle pada pasien ulkus kaki diabetikum

Hasil penelitian menunjukkan setelah diberikan senam kaki diabetes terjadi

peningkatan gerak sendi ankle atau penurunan kontraktur sendi ankle pada

kelompok perlakuan, sedangkan pada kelompok kontrol tetap tidak ada perubahan

atau tetap terjadi kontraktur sendi ankle. Hasil uji Wilcoxon signed ranks test

ρ = 0,003 artinya jika nilai ρ < 0,05 maka ada perbedaan signifikan penurunan

kontraktur sendi ankle sebelum dan setelah diberikan senam kaki diabetes.
66

Sedangkan pada kelompok kontrol Hasil uji Wilcoxon signed ranks test ρ = 1,000

artinya jika nilai ρ > 0,05 maka tidak ada perbedaan signifikan penurunan

kontraktur sendi ankle

Menurut Rusdiatin (2019). Senam kaki mencegah terjadinya kontraktur,

atrofi otot, meningkatkan peredaran darah ekstremitas bawah serta menjaga dan

memperbaiki kenormalan pergerakan persendian yang menurun, tonus otot dan

mengurangi masalah fleksibilitas. Sehingga diharapkan dengan senam kaki

diabetes pasien dengan ulkus kaki diabetikum bisa menurunkan kontraktur yang

di alaminya. Selain itu senam kaki diabetes juga memperbaiki sirkulasi darah dan

memperkuat otot-otot kecil

Pada otot yang berkontraksi saat latihan fisik atau senam kaki, aliran darah

ke otot akan meningkat guna menyediakan makanan dan oksigen sebagai sumber

energi. Peningkatan aliran darah sebanding dengan jumlah serabut otot yang

terjadi selama latihan. Pada latihan fisik dengan intensitas teratur dan melibatkan

banyak serabut otot, aliran darah ke otot dapat meningkat lebih dari tiga kali lipat

(Afriwardi, 2011 dalam Muzaky, dkk 2017).

Penelitian ini memberikan senam kaki diabetes selama 6 kali dalam 2

minggu, hal ini sesuai dari hasil penelitian Kalpataria (2020) tentang

Implementasi Senam Kaki Diabetes Pada Penderita Diabetes Melitus yang

dilakukan 6 kali dalam 2 minggu. Rata-rata kadar gula darah sebelum dan setelah

dilakukan senam kaki mengalami penurunan, bila kadar gula menurun proses

penyembuhan luka serta regenerasi sel menjadi lebih cepat sehingga kekuatan otot

kaki meningkat dan kontraktur sendi ankle menurun.


67

5.3 Keterbatasan penelitian

1. Penelitian hanya dilakukan di Klinik Bedah Umum RSUD Bhakti Dharma

Husada Surabaya sehingga hasil penelitian tidak bisa digeneralisasikan.

2. Terdapat faktor lain yang belum diukur dalam penelitian ini, yang dapat

mempengaruhi hasil penelitian seperti nilai GDA, kepatuhan minum OAD,

skala nyeri.
BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian pengaruh senam kaki diabetes terhadap

penurunan kontraktur sendi ankle pada pasien ulkus kaki diabetikum di RSUD

Bhakti Dharma Husada Surabaya dapat disimpulkan :

1. Sebelum diberikan senam kaki diabetes seluruh responden pada kelompok

perlakuan dan kontrol mengalami kontraktur sendi ankle.

2. Setelah diberikan senam kaki diabetes sebagian besar responden pada

kelompok perlakuan tidak terjadi kontraktur sendi ankle, sedangkan pada

kelompok kontrol semua responden tetap mengalami kontraktur.

3. Ada pengaruh senam kaki diabetes terhadap penurunan kontraktur sendi

ankle pada pasien ulkus kaki diabetikum.

6.2. Saran

Adapun saran yang dapat dikemukakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Bagi Rumah Sakit

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi serta perencanaan

penanganan pasien ulkus kaki diabetikum agar angka kejadian kontraktur

sendi ankle menurun dan dapat meningkatkan mutu pelayanan asuhan

keperawatan.

68
69

2. Bagi perawat

Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan perawat dalam tindakan

mandiri untuk mencegah terjadinya kontraktur sendi ankle pada pasien

ulkus kaki diabetikum.

3. Bagi pasien dan keluarga

Diharapkan pasien bisa melakukan gerakan senam kaki diabetes sesuai

SOP dan keluarga bisa membantu mengawasi dalam pelaksanaannya agar

tidak sampai terjadi kontraktur sendi ankle.

4. Bagi peneliti

Untuk peneliti selanjutnya agar menambahkan beberapa variabel lain yang

dapat mempengaruhi terjadinya kontraktur sendi ankle seperti nilai gula

darah acak dan kepatuhan minum oabt anti diabet (OAD).


DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi (2013) Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.


Jakarta: Rineka Cipta

American Diabetes Association. (2016). 2016 American Diabetes Association


(ADA) Diabetes Guidelines Summary Recommendation from NDEI.
National Diabetes Education Initiative.

Anderson, M.K., Parr, G.P., & Hall, S.J. (2011). Foundations of Athletic Training.
USA: Wolters Kluwer business.

Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan. (2018). Riset Kesehatan Dasar.


Jakarta: Kementrian Kesehatan RI

Brunner & Suddart. (2013). Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Sudarth. Vol
2. EGC : Jakarta.

Dafianto, R. (2016). Skripsi: Pengaruh relaksasi otot progresif terhadap


resikoulkus kaki diabetik pada pasien diabetes mellitus tipe di wilayah
kerja Puskesmas Jelbuk Kabupaten Jember. Jember:Universitas Jember

Decroli E. (2019). Buku Diabetes Mellitus Tipe 2. Padang : Pusat Penerbitan


Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Padang.

Firdaus (2014). Pelaksanaan fisioterapi pada kondisi kontraktur elbow joint


sinistra post dislokasi ulna. Skripsi. Surakarta : Unmuh
Handayani, T. (2018). Pelatihan Senam Kaki Bagi Dokter Di Kabupaten Cianjur
Dalam Pencegahan Komplikasi Diabetic Foot. Abdimas Dewantara, 1(1),
55.
Helmi, Zairin N. 2012. Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba
Medika.

Hidayat, Aziz Alimul. (2018). Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah.
Salemba, Medika : Jakarta.
Hidayah, A. (2020). Pengaruh Senam Kaki Diabetik Terhadap Penurunan
Neuropati Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2. Jurnal Education and
Development.
International Diabetes Federation. 2019.Diabetes Atlas, 7th Edition.
(http://www.idf.org/diabetesatlas).
Irawandi, D. (2020). Teori dan Aplikasi Praktik Bagi Mahasiswa dan Perawat
Klinis. Indomedia Pustaka : Sidoarjo

70
71

Kalpataria, (2020). Implementasi Senam Kaki Diabetes Pada Penderita Diabetes


Melitus. Jurnal Pengabdian Harapan Ibu
Langi A, (2011). Penatalaksanaan Ulkus Kaki Diabetes Secara Terpadu. Jurnal
Biomedik
Lepantalo, M. et al, 2011, Chapter V : Diabetic Foot, European Journal of
Vascular and Endovascular Surgery, 42, 60–74.

Muzaky A (2017). Efektifitas senam kaki dalam meningkatkan sirkulasi tungkai


pada penderita diabetes mellitus. Community of Publishing in Nursing
(COPING).
Nelawati. (2017). Pengaruh Senam Kaki Diabetes terhadap Peningkatan Kekuatan
Otot kaki. Jurnal Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Islam Sultan
Agung Semarang.
Notoadmodjo. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan. PT. RINEKA CIPTA.
Jakarta.
Nursalam. (2013). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Edisi 2. Salemba. Medika : Jakarta.
PERKENI (Perkumpulan Endokrinologi Indonesia). (2015). Pengelolaan
Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia. CV. Aksara Buana, Jakarta.

Priyanto, Sahar, & Widyatuti (2013). Pengaruh Senam Kaki Terhadap Sensitivitas
Kaki Dan Kadar Gula Darah Pada Aggregat Lansia Diabetes Melitus
DiMagelang. Prosiding konferensi nasional ppni jawa tengah.

Pena, sterno. (2016). Cara Pengukuran Goniometer.


http://www.secangkirterapi.com/2016. Di akses tgl 23 Juli 2021.

Pinzur, M. S. (2016). Restoration of walking ability with Syme's ankle


disarticulation. Clinical orthopaedics and related research, 361, 71-75.

Potter and Perry 2015. Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC

Ratnasari, D. (2014). Pengaruh Latihan ROM ekstremitas bawah terhadap


perbaikan ulkus kaki diabetic. Jurnal medika cendekia

Rebolledo FA. (2011). The Pathogenesis of the Diabetic Foot Ulcer

: Prevention and Management.

Ramadhan, N., & Marissa, N. (2015). Karakteristik Penderita Diabetes Mellitus


Tipe 2 Berdasarkan Kadar Hba1c Di Puskesmas Jayabaru, 49–56.
72

Rita, N. (2018). Hubungan jenis kelamin, olahraga dan obesitas. Jurnal Ilmu
Kesehatan (JIK), volume 2 No 1.

Rusdiatin E. (2019). Efek Latihan Range of Motion(ROM) terhadap Sudut


Fleksibilitas Sendi Lansia. Jurnal Kampus STIKesYPIB MajalengkaVol.
8, No.2, 2020, Page. 164-171
Smeltzer, SC., & Bare, BG., (2013). Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Sudarth. Vol2. EGC : Jakarta.2 di Indonesia. CV. Aksara Buana, Jakarta.

Setyoadi & kushaiyadi. (2011). Terapi modalitas keperawatan pada klien


psikogeriatrik Malang: Salemba medikal

Sulistyowati R. (2015). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah 1 Dengan


Diagnosis NANDA international. Yogyakarta : 2015

Sanjaya,Putu B.(2019). Pengaruh Senam Kaki Diabetik Terhadap Sensivitas Kaki


Pada Pasien Dm Tipe 2. Journal of Publishing Nursing.7
Santosa, A., & Rusmono, W. (2016). Senam Kaki Untuk Mengendalikan Kadar
Gula Darah Dan Menurunkan Tekanan Brachial Pada Pasien Diabetes
Melitus. Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Kesehatan, 14(2), 24–34.
Sukesi. N. (2015). Pengaruh Senam Kaki Terhadap Kadar Gula Darah Pada
Pasien Diabetes Mellitus.Jurnal Widya Husada Semarang
Sumarauw L. (2017). Pengaruh Senam Kaki Diabetes Terhadap Nilai Ankle
Brachial Index Pada pasien DM Tipe 2. Journal of Nursing. 5
Sukarno A. (2021). Pengaruh Latihan Fisik terhadap Perbaikan Resistensi Insulin.
Jurnal Kesehatan dan Kedokteran Universitas Surabaya
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Wibowo, B. S. A. (2015). Asuhan Keperawatan Klien Diabetes Melitus Dengan
Kerusakan Integritas Jaringan (Luka Gangren) Di Ruang Bougenvile Rsud
Dr. Moch Soewandhie Surabaya.

Wijaya, A.S dan Putri, Y.M. 2013. Keperawatan Medikal Bedah 2, Keperawatan.
Dewasa Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta : Nuha Medika.
Wulandari T. (2019). Asuhan Keperawatan Pasien dengan Gangguan Integritas
Kulit pada Kasus Ulkus Diabetikum di Ruang Freesia RSU Handayani
Kotabumi Lampung Utara.
Yunus B. (2015). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Lama Penyembuhan Luka
Pada Pasien Ulkus Diabetikum Di Rumah Perawatan Etn Centre Makassar
Tahun 2014. Uin Alauddin Makassar.
73

Lampiran 1

73
Page
73
Page
74
75
76
77

Lampiran 2

LEMBAR PERSETUJUAN

UNTUK MENJADI RESPONDEN PENELITIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini,

No. Responden :

Umur :

Dengan ini menyatakan *) bersedia/ tidak bersedia mengikuti penelitian

tentang “Pengaruh senam kaki diabetes terhadap penurunan kontraktur sendi

ankle pada pasien ulkus kaki diabetikum di RSUD Bhakti Dharma Husada” yang

dilakukan oleh mahasiswa yang bernama : Hardian Adi Sasongko dengan NIM :

2020080026P

Keterangan : *) Coret salah satu

Surabaya, ..../...../......

Responden

(.................................)
78

Lampiran 3

INFORMED CONSENT

(LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN)

Kepada Yth.

Calon Responden Penelitian

Di tempat

Sebagai persyaratan Tugas Akhir S-1 Keperawatan Universitas Gresik, maka

saya :

Nama : Hardian Adi Sasongko

NIM : 2020080026P

Saya akan melakukan penelitian tentang “Pengaruh senam kaki diabetes

terhadap penurunan kontraktur sendi ankle pada pasien ulkus kaki diabetikum di

RSUD Bhakti Dharma Husada”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

pengaruh senam kaki diabetes terhadap penurunan kontraktur sendi ankle dan

bermanfaat untuk melatih pasien pada kondisi luka diabetikum agar tidak terjadi

kontraktur atau kekakuan sendi.Pada penelitian diatas, saya mohon dengan hormat

kepada calon responden berkenan menjadi responden. Identitas dan informasi

yang berkaitan dengan responden akan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti.


79

Demikian atas bantuan serta kerjasamanya yang baik saya mengucapkan

terima kasih.

Gresik, September 2021

Hormat saya,

Hardian Adi Sasongko


NIM. 2020080026P
80

Lampiran 4

LEMBAR OBSERVASI KONTRAKTUR SENDI ANKLE

Nama Responden / No :

Usia : 25 - 35 tahun

36 - 45 tahun

46 - 55 tahun

56 - 65 tahun

66 – 75 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Perempuan

Pendidikan : Tidak sekolah

 SD

SMP

SMA

PT

Pekerjaan :  PNS

 Swasta

 Tidak Bekerja

Berjalan menggunakan Alat bantu :  YA  Tidak

Stadium Luka :  Stadium 1

Stadium 2

Stadium 3
81

Hari Ke-
No 1 3 5 8 10 12 Keterangan
Responden (Pretest) (PostTest)
D P D P D P D P D P D P
1 10 20 - - - - - - - - 20 50 2
2 7 23 - - - - - - - - 17 42 1
3 11 25 - - - - - - - - 20 50 2
4 12 19 - - - - - - - - 20 50 2
5 9 20 - - - - - - - - 15 38 1
6 8 26 - - - - - - - - 20 50 2
7 4 29 - - - - - - - - 9 50 1
8 10 21 - - - - - - - - 14 44 1
9 10 20 - - - - - - - - 20 50 2
10 13 32 - - - - - - - - 20 50 2
11 11 24 - - - - - - - - 20 50 2
12 7 23 - - - - - - - - 11 50 1
13 12 20 - - - - - - - - 20 50 2
14 14 30 - - - - - - - - 20 50 2
15 7 25 - - - - - - - - 8 25 1
16 11 22 - - - - - - - - 12 24 1
17 10 24 - - - - - - - - 10 25 1
18 4 20 - - - - - - - - 4 20 1
19 6 21 - - - - - - - - 8 24 1
20 3 19 - - - - - - - - 4 20 1
21 10 20 - - - - - - - - 12 20 1
22 9 22 - - - - - - - - 9 24 1
23 10 21 - - - - - - - - 10 24 1
24 7 20 - - - - - - - - 10 23 1
25 6 23 - - - - - - - - 6 25 1
26 8 24 - - - - - - - - 8 26 1
27 9 18 - - - - - - - - 9 20 1
28 7 20 - - - - - - - - 8 22 1

Lembar Observasi Nilai Kontraktur Sendi

Keterangan :

Ada kontraktur : Dorso fleksi < 20 dan plantar fleksi < 50
Tidak ada kontraktur : Dorso flexi 20 dan Plantar fleksi 50
Kontraktur :1
Tidak Kontraktur :2
Dorso Flexi :D
Plantar Flexi :P
Kelompok Perlakuan : No 1 – 14
Kelompok Kontrol : No 15 – 28
82

Lampiran 5

SOP SENAM KAKI DIABETES

SOP Senam kaki diabetes menurut (Santosa & Rusmono, 2016)

Definisi Senam kaki diabetes adalah kegiatan atau latihan yang


dilakukan dengan cara menggerakkan otot dan sendi
kaki.

Tujuan 1. Memperbaiki sirkulasi darah Memperkuat otot-otot


kecil
2. Mengatasi keterbatasan gerak sendi

Indikasi 1. Diberikan kepada semua penderita diabetes mellitus


(DM tipe 1 dan tipe 2).

2. Sebaiknya diberikan pada pasien sejak didiagnosis


menderita diabetes mellitus sebagai tindakan
pencegahan dini.

Kontra Indikasi 1..Pasien yang mengalami perubahan fisiologis seperti


dyspnea dan nyeri dada.
2. Pasien yang mengalami depresi, khawatir dan
kecemasan Pasien yang mengalami hipoglikemi.

Durasi 1. 20 menit
2. Tiap gerakan dilakukan 10 kali
3. Dilakukan 1 minggu 3 kali selama 2 minggu
Prosedur Pelaksanaan
Jika dilakukan dalam posisi duduk maka posisikan
pasien duduk tegak diatas bangku dengan kaki

Dengan meletakkan tumit dilantai, jari-jari kedua belah


kaki diluruskan keatas lalu dibengkokkan kembali
kebawah seperti cakar ayam sebanyak 10 kali.

Dengan meletakkan tumit salah satu kaki dilantai,


angkat telapak kaki ke atas. Pada kaki lainnya, jari-jari
kaki diletakkan di lantai dengan tumit kaki diangkatkan
ke atas. Cara ini dilakukan bersamaan pada kaki kiri
dan kanan secara bergantian dan diulangi sebanyak 10
kali.

Tumit kaki diletakkan di lantai. Bagian ujung k aki


diangkat ke atas dan buat gerakan memutar dengan
pergerakan pada pergelangan kaki sebanyak 10 kali.
83

Jari-jari kaki diletakkan dilantai. Tumit diangkat dan


buat gerakan memutar dengan pergerakan pada
pergelangan kaki sebanyak 10 kali

Angkat salah satu lutut kaki, dan luruskan. Gerakan


jari-jari kedepan turunkan kembali secara bergantian
kekiri dan ke kanan. Ulangi sebanyak 10 kali

Luruskan salah satu kaki diatas lantai kemudian angkat


kaki tersebut dan gerakkan ujung jari kaki kearah wajah
lalu turunkan kembali kelantai.

Angkat kedua kaki dan luruskan,pertahankan posisi


tersebut. Gerakan pergelangan kaki kedepan dan
kebelakang
84

Lampiran 6
TABULASI DATA

KONTRAKTUR
NO DATA DEMOGRAFI
JENIS
USIA PENDIDIKAN PEKERJAAN ALAT BANTU BERJALAN STADIUM LUKA PRETEST POSTTEST
KELAMIN
1 4 1 3 2 2 2 1 2
2 5 2 1 3 1 3 1 1
3 5 2 4 1 2 2 1 2
4 3 2 4 2 2 2 1 2
5 3 2 4 3 2 2 1 1
6 3 2 4 2 2 1 1 2
7 4 2 2 3 2 2 1 1
8 3 2 4 1 2 3 1 1
9 2 2 4 2 2 2 1 2
10 4 2 2 2 2 1 1 2
11 3 2 4 3 2 1 1 2
12 4 2 3 2 2 2 1 1
13 5 1 2 2 1 2 1 2
14 3 2 4 2 2 2 1 2
15 4 2 4 2 2 2 1 1

84
84
16 5 1 5 1 2 2 1 1

Page
17 3 2 4 2 2 3 1 1

Page
18 3 1 5 1 2 3 1 1
85

19 5 2 4 1 2 2 1 1
20 4 1 4 2 2 2 1 1
21 3 1 1 3 2 1 1 1
22 3 2 5 1 2 2 1 1
23 5 1 5 2 2 2 1 1
24 5 1 2 3 2 3 1 1
25 3 2 3 2 2 2 1 1
26 2 2 4 2 2 2 1 1
27 3 2 4 3 2 1 1 1
28 3 2 4 2 2 2 1 1

Keterangan
Stadium
No Responden Usia Jenis kelamin Pendidikan Pekerjaan Alat Bantu
luka
1 - 14 : Kelompok perlakuan 1: 25-35 tahun 1: Laki-laki 1: Tidak sekolah 1: PNS 1: Ya 1: Stadium 1
15 - 28 : Kelompok kontrol 2: 36-45 tahun 2: Perempuan 2:SD 2: SWASTA 2: Tidak 2: Stadium 2
3: 46-55 tahun 3:SMP 3: Tidak bekerja 3: Stadium 3
1 : Kontraktur 4: 56-65 tahun 4:SMA
2 : Tidak kontraktur 5: 66-75 tahun 5:PT
86

TABULASI KONTRAKTUR SENDI ANKLE

Kelompok perlakuan Kelompok kontrol


No.
Pretest Post test Pretest Post test
1 1 2 1 1
2 1 1 1 1
3 1 2 1 1
4 1 2 1 1
5 1 1 1 1
6 1 2 1 1
7 1 1 1 1
8 1 1 1 1
9 1 2 1 1
10 1 2 1 1
11 1 2 1 1
12 1 1 1 1
13 1 2 1 1
14 1 2 1 1
87

Lampiran 7

Explore

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
PRETEST PERLAKUAN 14 100.0% 0 0.0% 14 100.0%
POSTTEST PERLAKUAN 14 100.0% 0 0.0% 14 100.0%
PRETEST KONTROL 14 100.0% 0 0.0% 14 100.0%
POSTTEST KONTROL 14 100.0% 0 0.0% 14 100.0%

Descriptives
Statistic Std. Error
PRETEST PERLAKUAN Mean 1.00 .000
95% Confidence Interval for Lower Bound 1.00
Mean Upper Bound 1.00
5% Trimmed Mean 1.00

87
Median 1.00
Variance .000

Page
Std. Deviation .000
Minimum 1
Maximum 1
Range 0
Interquartile Range 0
Skewness . .
Kurtosis . .
POSTTEST PERLAKUAN Mean 1.64 .133
95% Confidence Interval for Lower Bound 1.36
Mean Upper Bound 1.93
5% Trimmed Mean 1.66
Median 2.00
Variance .247
Std. Deviation .497
Minimum 1
87

Maximum 2
Range 1
Page

Interquartile Range 1
88

Skewness -.670 .597


Kurtosis -1.838 1.154
PRETEST KONTROL Mean 1.00 .000
95% Confidence Interval for Lower Bound 1.00
Mean Upper Bound 1.00
5% Trimmed Mean 1.00
Median 1.00
Variance .000
Std. Deviation .000
Minimum 1
Maximum 1
Range 0
Interquartile Range 0
Skewness . .
Kurtosis . .
POSTTEST KONTROL Mean 1.00 .000
95% Confidence Interval for Lower Bound 1.00
Mean Upper Bound 1.00
5% Trimmed Mean 1.00
Median 1.00
Variance .000
Std. Deviation .000
Minimum 1
Maximum 1
Range 0
Interquartile Range 0
Skewness . .
Kurtosis . .

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
PRETEST PERLAKUAN . 14 . . 14 .
POSTTEST PERLAKUAN .407 14 .000 .616 14 .000
PRETEST KONTROL . 14 . . 14 .
POSTTEST KONTROL . 14 . . 14 .
a. Lilliefors Significance Correction
89

NPar Tests

Wilcoxon Signed Ranks Test

Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
POSTTEST PERLAKUAN - Negative Ranks 0a .00 .00
PRETEST PERLAKUAN Positive Ranks 9 b
5.00 45.00
Ties 5 c

Total 14
POSTTEST KONTROL - Negative Ranks 0d .00 .00
PRETEST KONTROL Positive Ranks 0 e
.00 .00
Ties 14 f

Total 14

Test Statisticsa
POSTTEST POSTTEST
PERLAKUAN - KONTROL -
PRETEST PRETEST
PERLAKUAN KONTROL
Z -3.000b .000c
Asymp. Sig. (2-tailed) .003 1.000
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on negative ranks.
c. The sum of negative ranks equals the sum of positive
ranks.
90

Lampiran 8

Dokumentasi
91

Anda mungkin juga menyukai