Oleh :
Oleh :
i
SURAT PERNYATAAN
Saya bersumpah bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri dan
Yang Menyatakan
ii
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI
Oleh
Pembimbing I
Istiroha, S.Kep.,Ns.,M.Kep
NIDN. 0705099004
Pembimbing II
Suwanto, S.Pd.,M.Si
NIDN. 0717048802
Mengetahui
Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Gresik
iii
PENETAPAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI
Telah diuji
PANITIA PENGUJI
Mengetahui
Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Gresik
iv
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana
1. Ibu dr. Riski Dwi Prameswari, M.Kes selaku Rektor Universitas Gresik yang
Keperawatan.
v
5. Bapak Suwanto, S.Pd.,M.Si selaku pembimbing II yang dengan penuh dedikasi
7. drg. Bisukma Kurniawati, M.Kes selaku direktur RSUD Bhakti Dharna Husada
yang telah memberikan ijin dan memberi kesempatan kepada saya untuk
8. Tim Etik RSUD Bhakti Dharma Husada yang telah memberikan ijin penelitian.
9. Istriku tercinta dan keempat anakku Nadira, Khalid, Dalisha dan Zuhud serta
10. Teman-teman seperjuangan RSUD Bhakti Dharma Husada dan teman se-
angkatan B-14 serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu
Semoga Allah SWT membalas budi baik semua pihak yang telah
ini. Kami sadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, tetapi kami berharap
Penulis
vi
ABSTRAK
Analisis data menggunakan uji Wilcoxon sign rank test menunjukkan nilai
sig ρ 0,003 < 0,05, artinya ada pengaruh penurunan kontraktur sendi ankle
sebelum dan setelah diberikan senam kaki diabetes.
Kata kunci : Senam kaki diabetes, Kontraktur sendi ankle, Ulkus kaki diabetikum,
DM
vii
ABSTRACT
Diabetic foot ulcers are one of the complications of DM. One of the
complications of diabetic foot ulcers is ankle joint contractures. Diabetic foot
exercise can increase muscle strength. The purpose of this study was to analyze
the effect of diabetic foot exercise on the reduction of ankle joint contractures in
diabetic foot ulcer patients.
Data analysis using the Wilcoxon sign rank test showed the value of sig
0.003 < 0.05, meaning that there was a decrease in ankle joint contracture before
and after diabetic foot exercise was given.
Keywords : Diabetic foot exercise, ankle joint contracture, Diabetic foot ulcer,
DM
viii
DAFTAR ISI
Halaman
ix
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS.................... 41
3.1 Kerangka Konseptual................................................................ 41
3.2 Hipotesis................................................................................... 42
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 70
LAMPIRAN................................................................................................ 73
x
DAFTAR TABEL
Berjalan....................................................................................... 59
Tabel 5.7 Hasil pengukuran kontraktur sendi ankle pada pasien ulkus kaki
Tabel 5.8 Hasil pengukuran kontraktur sendi ankle pada pasien ulkus kaki
Tabel 5.9 Hasil uji statistic pengaruh senam kaki diabetes terhadap penurunan
xi
DAFTAR GAMBAR
diabetikum............................................................................... 44
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 7 SPSS........................................................................................ 87
Lampiran 8 Dokumentasi............................................................................ 90
xiii
DAFTAR SINGKATAN
DM : Diabetes Melllitus
xiv
BAB 1
PENDAHULUAN
dengan berbagai komplikasi yang ditimbulkan. Salah satu komplikasi yang terjadi
timbulnya ulkus pada kaki dan Neuropati perifer akan menyebabkan hilangnya
sensasi di daerah distal kaki (Ramadhan,2017). Ulkus kaki diabetikum adalah luka
yang dialami oleh penderita diabetes mellitus pada area kaki dengan kondisi luka
mulai dari luka superficial, nekrosis kulit, sampai luka dengan ketebalan penuh,
yang dapat meluas ke jaringan lain seperti tendon, tulang dan persendian, jika
ulkus dibiarkan tanpa penatalaksanaan yang baik akan mengakibatkan infeksi atau
glukosa darah yang tinggi dan tidak terkontrol, neuropati perifer atau penyakit
aterosklerosis akibat penebalan membran basal pembuluh darah besar dan kecil
pada aliran darah arteri perifer di ektermitas bawah. Kondisi kaki pasien dengan
1
2
dan kuku, luka pada kaki, infeksi dan kelainan pembuluh darah Selain itu pasien
kaki tanpa memberi contoh sehingga hanya beberapa pasien yang mengikuti
anjuran tersebut dan intervensi tidak maksimal. Pencegahan yang dapat dilakukan
pada penderita ulkus diabetikum agar tidak terjadi kelainan pada anggota gerak
salah satunya dengan latihan atau senam (Priyanto, 2012). Senam kaki merupakan
latihan yang dilakukan bagi penderita DM atau bukan penderita untuk mencegah
(Soebagio, 2011 dalam Sukesi 2015). Namun pengaruh senam kaki diabetes
terhadap kontraktur sendi ankle pada pasien ulkus diabetikum belum dapat
dijelaskan.
pada tahun 2019 diperkirakan 9,3% (463 juta orang), naik menjadi 10,2% (578
juta) pada tahun 2030 dan 10,9% (700 juta) pada tahun 2045 (IDF, 2019). Pada
DM terbanyak di dunia, dan diperkirakan akan naik peringkat 6 pada tahun 2040
kaki diabetikum sekitar 15% dari jumlah penderita DM dengan risiko amputasi 30
penyebab paling besar untuk dilakukan perawatan di rumah sakit sebesar 80%
Januari sampai dengan Maret 2021 didapatkan 61 pasien dengan ulkus kaki
akibat jangka panjang diabetes melitus. Ulkus kaki diabetikum disebabkan oleh
adanya tiga faktor yang sering disebut Critical Triad of Diabetic Ulcers yaitu
dan neuropati, keadaan lebih lanjut terdapat luka pada penderita yang sering tidak
dirasakan, dan dapat berkembang menjadi infeksi disebabkan oleh bakteri aerob
mengakibatkan hilangnya sekresi kulit sehingga kulit menjadi kering dan mudah
bentuk pada sendi kaki (deformitas), perubahan cara berjalan, dan menimbulkan
titik tekan baru dan penebalan pada telapak kaki (kalus) serta bisa menyebabkan
2016). Pada ulkus kaki diabetikum yang lama dalam penyembuhan dan berulang
keterbatasan pada gerak sendi dan mengakibatkan kontraktur pada sendi ankle.
Pengaruh senam kaki diabetes terhadap peningkatan kekuatan otot kaki pada
bawah diantaranya bisa berupa elevasi ektremitas, latihan ROM (rentang gerak)
pada ektrimitas bawah, latihan ROM ankle dan buerger allen exercise. Jenis-jenis
2018). Senam kaki diabetes adalah latihan atau gerakan-gerakan yang dilakukan
oleh kedua kaki secara bergantian atau bersamaan yang bermanfaat untuk
kedua pergelangan kaki dan jari-jari kaki. Pada prinsipnya, senam kaki dilakukan
pasien. Dalam melakukan senam kaki ini salah satu tujuan yang diharapkan
kaki, meningkatkan kekuatan otot betis dan paha, serta mengatasi keterbatasan
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
1.4.1 Teoritis
1.4.2 Praktis
1. Pasien
2. Perawat
sendi ankle
3. Penelitian
dasar, dan evidence based untuk melaksanakan penelitian lebih lanjut pada
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
pankreas tidak memproduksi cukup insulin, atau ketika tubuh tidak dapat
2.1.2 Klasifikasi
gestasional
7
8
2.1.3 Penatalaksanaan
1. Edukasi
Edukasi dengan tujuan promosi hidup sehat, perlu selalu dilakukan sebagai
bagian dari upaya pencegahan dan merupakan bagian yang sangat penting
berkelanjutan.
pengobatan.
atau urin mandiri (hanya jika pemantauan glukosa darah mandiri tidak
tersedia).
tentang DM.
2. Perencanaan makan
dan sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-masing individu.
3. Latihan jasmani
perminggu selama sekitar 30-45 menit, dengan total 150 menit perminggu
10
4. Intervensi Farmakologis
latihan jasmani (gaya hidup sehat). Terapi farmakologis terdiri dari obat
kadar HbA1C, dan profil lipid. Definisi DM yang terkendali baik adalah
apabila kadar glukosa darah, kadar lipid, dan HbA1c mencapai kadar yang
diharapkan, serta status gizi maupun tekanan darah sesuai target yang
ditentukan.
2.2.1 Definisi
Ulkus adalah luka terbuka pada permukaan kulit atau selaput lendir .
Ulkus kaki diabetikum adalah luka yang terjadi pada pasien diabetik yang
ulkus terjadi kematian jaringan yang luas dan disertai invasif kuman
diabetikum juga salah satu gejala klinik dan perjalanan penyakit DM dengan
terjadi pada daerah di bawah pergelangan kaki yang diakibatkan oleh proses
11
2015). Ulkus kaki diabetikum adalah luka yang terjadi karena adanya
kelainan syaraf, kelainan pembuluh darah dan kemudian adanya infeksi. Bila
infeksi tidak di atasi dengan baik, hal itu akan berlanjut menjadi
2.2.2 Etiologi
trauma,dan infeksi.
a. Neuropati
50%) (Rebolledo , 2011). Serabut saraf tidak memiliki suplai darah sendiri, karena
itu saraf bergantung pada difusi nutrisi dan oksigen lintas membran. Pada
mengganggu suplai nutrisi ke akson dan dendrit, serabut saraf menjadi atropi dan
transmisi impuls menjadi lambat. Neuropati yang paling banyak dialami penderita
salah satu bentuk neuropati perifer, yang menyerang saraf sensorik terutama di
menimbulkan ulkus kaki diabetikum. Hal ini disebabkan karena pada neuropati
12
terjadi penurunan sensasi nyeri di kaki atau hingga mati rasa, sehingga tidak
terasa saat terkena benda tajam,tumpul, alas kaki yang tidak tepat dan penekanan
berulang pada salah satu bagian kaki, kemudian menimbulkan ulserasi (Wibowo,
2015).
(Rebolledo, 2011). Penyakit ini terjadi pada sekitar 45-65% pasien yang memiliki
lemak, kalsium, sel darah putih, sel otot halus di dalam dinding arteri (Rebolledo ,
2011). Salah satu penyebab dari kedua penyakit tersebut adalah hiperglikemia.
disfungsi sel endotelium arteri perifer. Pada kondisi normal, sel endotel
antikoagulasi, proliferasi sel otot polos. Sel endothel yang kekurangan vasodilator
iskemia. Saat kaki mengalami cedera kecil atau lecet, bagian tersebut
membutuhkan suplai darah yang adekuat untuk regenerasi, jika terdapat iskemia
maka pemulihan cedera kecil akan terhambat dan berkembang menjadi ulkus kaki
diabetikum yang jika tidak ditangani dapat membentuk gangren (Wibowo, 2015).
13
c. Trauma
Penurunan sensasi nyeri di kaki atau hingga mati rasa, akibat neuropati, dapat
tekanan berulang, cedera, kelainan struktur kaki, misalnya terbentuk kalus, kaki
charcot, claw toes, hammer toes (Rebolledo, 2011). Tidak terasanya sensasi panas
maupun dingin, penggunaan alas kaki yang tidak tepat, cedera akibat benda
d. Infeksi
terjadi penekanan berlebih pada salah satu area kaki, lama kelamaan membentuk
kalus. Kalus adalah kulit yang menebal, keras, dan pecah-pecah. Kalus merupakan
tempat berkembang biaknya bakteri, yang dapat menjadi ulkus yang terinfeksi.
Selain itu suplai darah dan oksigenasi jaringan yang buruk akibat iskemia
Tanda dan gejala pada pasien dengan ulkus diabetikum yaitu sering
kesemutan, nyeri kaki saat istirahat, sensasi rasa berkurang, kerusakan jaringan
(nekrosis), penurunan denyut nadi arteri dorsalis pedis, tibialis dan poplitea, kaki
menjadi atrofi, dingin dan kuku menebal dan kulit kering. Kelainan selanjutnya
terjadi nekrosis jaringan sehingga timbul ulkus yang biasanya dimulai dari ujung
2.2.4 Patofisiologi
melalui induksi kerusakan pada sistem saraf otonom yang menyebabkan shunting
darah yang kaya oksigen menjauhi permukaan kulit. Saraf dirusak oleh keadaan
hiperglikemia melalui berbagai cara sehingga lebih mudah terjadinya cidera pada
saraf tersebut. Sedikitnya ada 3 mekanisme kerusakan saraf yang disebabkan oleh
hiperglikemia, yaitu efek metabolik, defek konduksi mekanik, dan efek kompresi
oleh jalur patogenik yang lain. Stres oksidatif timbul lebih cocok sebagai hasil
dari fluktuasi gula darah postprandial daripada hiperglikemia yang terus menerus.
Produksi radikal bebas dan superoksida mengarahkan pada aktivasi sel mikroglial,
yang menghasilkan sitokin inflamasi, yang lebih lanjut merusak struktur neural
dengan fungsi saraf sensorik dan motorik yang terganggu bisa menyebabkan ulkus
mekanisme ini.
tampak pada pasien diabetes dan berhubungan dengan glikosilasi kolagen yang
menyebabkan deformitas equines. Terdapat bukti yang sangat kuat bahwa tekanan
(Decroli,2019).
Kelas 2 Ulkus meluas ke subkutis yang mengenai tendon atau tulang dan
Stadium
1. Superficial ulcer
Stadium 0 : tidak terdapat lesi , kulit dalam keadaan baik, tapi dengan bentuk
2. Deep ulcer
Stadium 2 : : Luka “Partial Thickness” : yaitu hilangnya lapisan kulit pada lapisan
dan adanya tanda klinis seperti abrasi, blister atau lubang yang
dangkal.
17
sampai pada lapisan epidermis, dermis dan fasia tetapi tidak mengenai
otot. Luka timbul secara klinis sebagai suatu lubang yang dalam
3. Gangren
Stadium 4 : Luka “Full Thickness” yang telah mencapai lapisan otot, tendon dan
2.1.6 Komplikasi
Ulkus kaki diabetikum (UKD) merupakan salah satu komplikasi kronik dari
DM tipe 2 yang sering ditemui. UKD adalah penyakit pada kaki penderita
atau gangguan pembuluh darah tungkai. UKD merupakan salah satu penyebab
utama penderita diabetes dirawat di rumah sakit. Pada UKD. yang sering terjadi
serius dan memerlukan biaya yang tidak sedikit dan perawatan yang lebih
lama.Ulkus kaki diabetikum bila lama tidak sembuh dan tidak pernah digerakkan
2.2.6 Penatalaksanaan
penyembuhan luka secepat mungkin karena perbaikan dari ulkus kaki dapat
1. Penanganan iskemia
harus dinilai awal pada pasien UKD. Penilaian kompetensi vaskular pedis
seperti perabaan pulsasi arteri poplitea, tibialis posterior dan dorsalis pedis
19
dapat dilakukan pada kasus UKD kecil yang tidak disertai edema ataupun
selulitis yang luas. Ulkus atau gangren kaki tidak akan sembuh bahkan
tahun sebesar 98%. Bedah bypass dilaporkan efektif untuk jangka panjang.
pembuluh darah.
2. Debridemen
nekrotik, karena luka tidak akan sembuh bila masih terdapat jaringan
menghilangkan koloni bakteri pada luka. Saat ini terdapat beberapa jenis
penyembuhan ulkus.
3. Perawatan luka
healing atau menjaga agar luka senantiasa dalam keadaan lembab. Bila
0,9% maupun pembalut modern yang tersedia saat ini. Beberapa jenis
sesuai dengan bentuk kaki dan lokasi ulkus. Metode yang dipilih untuk
keparahan dan ketaatan pasien. Beberapa metode off loading antara lain:
total non-weight bearing, total contact cast, foot cast dan boots, sepatu
yang dimodifikasi (half shoe, wedge shoe), serta alat penyanggah tubuh
5. Penanganan bedah
proses infeksi, misalnya ulkus dengan daerah infeksi yang luas atau
6. Penanganan komorbiditas
lain harus dinilai dan dikelola melalui pendekatan tim multidisiplin untuk
secara holistik. Kepatuhan pasien juga merupakan hal yang penting dalam
kaki setiap hari, menggunakan alas kaki yang tepat, mengobati segera jika
kapalan dan kuku kaki yang tumbuh ke dalam. Sepatu dengan sol yang
mengurangi tekanan kaki dan kotak yang melindungi kaki berisiko tinggi
8. Pengelolaan infeksi
dilaporkan bahwa ter dapat perbedaan jenis kuman yang didapat pada
bahan sekret yang diambil superfisial dengan yang deep swab. Sambil
biasanya terlihat sebagai ulserasi yang dangkal, tanpa iskemia yang nyata,
tidak mengenai tulang atau sendi, dan area selulitis tidak lebih dari 2 cm
dari pusat ulkus. Pasien tampak stabil serta tidak memperlihatkan tanda
rawat jalan. Perawatan dirumah sakit hanya bila tidak ada perbaikan
48-72 jam untuk menilai tindakan yang mungkin perlu dilakukan. Aspek
ulkus yang dalam sampai mengenai tulang dengan selulitis yang lebih dari
diperhatikan, tidak semua pasien diabetes dengan infeksi yang relatif berat
akan menunjukkan tanda dan gejala sistemik seperti tersebut diatas. Jika
potensi efek yang merugikan ginjal atau hati, kemudahan pemberian dan
pada luka dengan keterlibatan jaringan yang dalam dan nekrosis; dan
gejala klinis, luas dan dalamnya jaringan yang terkena serta beratnya
infeksi. Pada infeksi ringan sampai sedang antibiotik dapat diberikan 1-2
minggu, sedangkan pada infeksi yang lebih berat antibiotik diberikan 2-4
dapat diberikan lebih singkat, yaitu 1-2 minggu dan ditujukan untuk
parameter, antara lain respon klinis pasien, suhu, leukosit dan hitung jenis,
laju endap darah dan penanda inflamasi lainnya, kontrol gula darah dan
suhu kaki merupakan parameter klinis inflamasi yang dapat dipegang. Jika
yang terinfeksi.
2.3.1 Definisi
Senam kaki diabetes adalah kegiatan atau latihan yang dilakukan dengan
cara menggerakkan otot dan sendi kaki. Senam kaki diabetes dilakukan untuk
kelainan bentuk kaki, meningkatkan kekuatan otot betis dan paha, serta mengatasi
meningkatkan sirkulasi perifer adalah dengan pompa otot (muscle pumping) yaitu
dengan cara latihan ROM ankle. Latihan elevasi ektremitas bawah ektrimitas
ulkus. Latihan ROM ankle dapat meningkatkan gerakan kaki, memperkuat otot-
otot kaki dan dapat menurunkan tekanan plantar kaki (Yack,et al, 2006 dalam
Ratnasari, 2014 ).
Pada otot yang berkontraksi saat latihan fisik atau senam kaki, aliran darah ke
otot akan meningkat guna menyediakan makanan dan oksigen sebagai sumber
energi. Peningkatan aliran darah sebanding dengan jumlah serabut otot yang
terjadi selama latihan. Pada latihan fisik dengan intensitas teratur dan
27
melibatkan banyak serabut otot, aliran darah ke otot dapat meningkat lebih dari
Latihan fisik atau senam kaki diabetes menyebabkan kontraksi otot dan akan
vaskularisasi dan aliran darah ke sel otot serta perekrutan kapiler juga
2021).
2.3.3 Indikasi
berikut :
tipe 2).
28
2.3.4 Kontraindikasi
sebagai berikut :
dada.
mengalami hipoglikemi.
1. Langkah pertama
Jika dilakukan dalam posisi duduk maka posisikan pasien duduk tegak
2. Langkah Kedua
3. Langkah Ketiga
Dengan meletakkan tumit salah satu kaki dilantai, angkat telapak kaki
kaki kiri dan kanan secara bergantian dan diulangi sebanyak 10 kali.
30
4. Langkah Keempat
Tumit kaki diletakkan di lantai. Bagian ujung k aki diangkat ke atas dan
sebanyak 10 kali
5.
Langkah Kelima
6. Langkah Keenam
Angkat salah satu lutut kaki, dan luruskan. Gerakan jari-jari kedepan
sebanyak 10 kali.
7. Langkah Ketujuh
Luruskan salah satu kaki diatas lantai kemudian angkat kaki tersebut
dan gerakkan ujung jari kaki kearah wajah lalu turunkan kembali
kelantai.
32
8. Langkah Kedelapan
2.4
Kontraktur sendi
2.4.1 Definisi
penuhnya Lingkup Gerak Sendi (LGS) secara pasif maupun aktif karena
keterbatasan sendi, otot dan jaringan lunak. Pengukuran jangkauan gerak sendi
2.4.2 Penatalaksanaan
motion. Latihan (ROM) range of motion adalah kegiatan latihan yang bertujuan
seseorang dan tidak menumbulkan rasa nyeri pada sendi yang digerakkan
mendesak air keluar dari matrik synovial. Bila tekanan berhenti maka air yang
keluar kecairan sinovial akan ditarik kembali dengan membawa nutrisi dari
mengalami paralisis
Gerak aktif adalah gerak yang dihasilkan oleh kontraksi otot sendiri. Latihan
yang dilakukan oleh klien sendiri. Hal ini dapat meningkatkan kemandirian dan
kepercayaan diri klien. Latihan ROM aktif dilakukan pada seluruh tubuh dari
kepala sampai ujung jari kaki oleh klien sendiri secara aktif.
Latihan tetap dilakukan oleh klien secara mandiri dengan didampingi oleh
perawat. Peran perawat dalam hal ini adalah memberikan dukungan dan atau
seluruh persendian tubuh atau hanya pada ekstremitas yang terganggu dan
Jangkauan gerak sendi ankle yang normal menurut (Potter and Perry, 2015)
Inversi 0-35
Eversi 0-15
35
SA : Stabilization arm : Posisi tangan statis atau diam menempel di tangan kanan.
kiri.
Menurut Sterno (2016) SOP pengukuran sudut sendi ankle adalah sebagai
berikut :
1. Posisi.
2. Test MMT.
Pasien disuruh aktif ROM dorsoflexi melawan tahanan tangan kita. Jika
lengan tersebut dengan menahan ankle pasien dengan arah plantar flexi
Lihat di dalam lingkaran goniometri, sudut end feel pasien adalah sudut
keterbatasan.
38
Keterangan :
41
42
otot, atrofi, dan paresis. Neuropati sensorik menyebabkan hilangnya sensasi nyeri,
integritas kulit, yang membentuk lokasi ideal untuk invasi mikrobial. Di samping
makroangiopati tampak sebagai obstruksi pada pembeuluh darah besar yaitu arteri
penyakit arteri perifer atau peripheral arterial disease (PAD) pada ekstremitas
bawah. PAD atau vascular disease sendiri merupakan faktor resiko yang
dan disfungsi endotel yang mengganggu pertukaran nutrien dan oksigen serta
kaki diabetikum yang lama dalam penyembuhan dan berulang terjadi ulkus akan
sendi ankle. Setelah dilakukan senam kaki diabetes akan melancarkan peredaran
peningkatan kekuatan otot – otot kecil sehingga gerak sendi aktif dan ada
METODE PENELITIAN
yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasy Eksperiment dengan rancangan
Pretest-Posttest Control Group Design. Dalam desain ini terdapat dua kelompok
yang kemudian diberi pretest untuk mengetahui keadaan awal adakah perbedaan
A OA1 X1 OA2
B OB1 - OB2
Keterangan :
A : kelompok Perlakuan
B : kelompok Kontrol
44
45
yang akan dilakukan, meliputi siapa yang akan di teliti (subyek penelitian).
Variabel yang akan di teliti dan variabel yang mempengaruhi dalam penelitian
(Hidayat, 2018)
Populasi
Pasien ulkus kaki diabetikum di Klinik Bedah Umum RSUD Bhakti Dharma
Husada tanggal 27 September sampai dengan tanggal 6 Nopember 2021.
Sebanyak 28 orang
Purposive sampling
Sampel
Sebagian Pasien ulkus kaki diabetikum di Klinik Bedah Umum sebanyak 28 orang
Kelompok perlakuan
Kelompok kontrol intervensi
intervensi senam kaki
sesuai di Rumah sakit
diabetes
Wilcoxon
Analisa data
Penyajian hasil
Gambar 4.2 kerangka kerja penelitian pengaruh senam kaki diabetes terhadap
penurunan kontraktur sendi ankle pada pasien ulkus kaki diabetikum.
46
4.3.1 Populasi
kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2013). Populasi dalam penelitian ini
pasien ulkus kaki diabetikum sebanyak 28 orang di Klinik Bedah Umum RSUD
4.3.2 Sampel
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian dari suatu populasi
target dan terjangkau yang akan diteliti (Nursalam, 2013). Adapun kriteria inklusi
2. Pasien ulkus pedis dengan kontraktur sendi ankle dengan kriteria Plantar fleksi
kriteria inklusi dan studi karena berbagai sebab (Nursalam, 2013). Adapun kriteria
Besar sampel adalah banyaknya anggota yang dijadikan sampel (Nursalam ,2013).
Rumus :
n = N . Z2. p. q
d2.(N-1)+Z2p.q
n= 30 (1,96)2 0,5 . 0,5
(0,05)2(30 - 1)+(1,96)2 0,5 . 0,5
n= 28,812
1,0329
n= 27,89
n= 28 responden
Keterangan :
q= 1-p (100% - p)
Besar sampel yang akan digunakan pada penelitian yaitu 28 orang. Kelompok
.4.3.3 Sampling
mewakili populasi. Sampel adalah wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2013).
Purposive sampling adalah salah satu jenis teknik pengambilan sampel yang biasa
2013). Adapun sampel dalam penelitian ini adalah sebagian pasien ulkus kaki
suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok yang lain
dan terikat.
Dengan kata lain, Variabel tergantung adalah faktor yang di amati dan di ukur
untuk menentukan ada tidaknya hubungan atau pengaruh dari variabel bebas.
melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau
Tabel 4.2 Definisi operasional penelitian pengaruh senam kaki diabetes terhadap
penurunan kontraktur sendi ankle pada pasien ulkus kaki diabetikum.
NO Variabel Definisi Parameter Alat Skala Skor
Operasional Ukur Data
1. Variabel Kegiatan 1. Diberikan SOP - -
Independen atau latihan 6 kali
senam kaki yang selama 2
diabetes. dilakukan minggu
dengan cara 2. Waktu 20
menggera menit.
kan otot dan 3. Tiap
sendi kaki gerakan
dilakukan
10 kali.
(Nursalam, 2013).
4.6.1 Instrument
kondisi penelitian (Sugiyono, 2013). Dalam metode observasi ini instrument yang
dapat digunakan antara lain lembar observasi, panduan pengamatan atau observasi
atau checklist (Hidayat,2018). Pada jenis ini peneliti mengumpulkan data dengan
mencari perubahan atau hal-hal yang akan diteliti. Standar Operasional Prosedur
calon responden.
5. Melakukan pretest pada kelompok perlakuan dan kontrol pada hari ke-1
7. Peneliti Melakukan post test pada kelompok perlakuan dan kontrol pada
hari ke-12
1. Editing
kemungkinan ada data yang isinya meragukan atau kurang jelas dan
2. Coding
3. Tabulasi
kaki diabetikum.
tabulasi data yang merupakan pengolahan data. Setelah itu akan dilakukan uji
normalitas data dengan menggunakan Sapiro wilk karena jumlah sampel < 50.
Hasil uji menunjukkan distribusi data yang tidak normal maka akan digunakan alt
uji wilcoxon Signed Rank Test yang merupakan bagian dari uji hipotesis
keputusan dalam uji wilcoxon berdasarkan nilai signifikansi (sig) hasil output
Pada penelitian ini dilakukan uji Uji Wilcoxon Signed Rank Test yaitu
mengukur signifikansi dari data primer dan data sekunder dengan skala data
ordinal. Data primer yang diukur yaitu perbedaan kontraktur sendi ankle pada
pasien ulkus kaki diabetikum sebelum dilakukan senam kaki diabetes dan sesudah
53
dilakukan senam kaki diabetes. Subjek yang diteliti adalah kelompok berpasangan
sebab individu yang menjalani pretest dan post test adalah data hasil test yang
langsung dengan manusia, maka segi etika penelitian harus diperhatikan karena
Peneliti akan menjelaskan maksud dan tujuan dari penelitian yang akan dilakukan
serta dampak yang mungkin terjadi selama pengumpulan data, jika responden
Responden berhak untuk menolak diteliti, maka peneliti tidak memaksa dan
menuliskan inisial nama pada lembar pengumpulan data (kuesioner) dan peneliti
kelompok tertentu saja yang akan disajikan atau dilaporkan sebagai hasil
penelitian.
BAB 5
Pada bab ini akan diuraikan hasil dan pembahasan yang meliputi
kelamin, usia, pendidikan, pekerjaan, alat bantu, stadium luka dan dilanjutkan
dengan identifikasi hasil penelitian sesuai dengan variabel yang telah di tetapkan
dengan tanggal 26 Nopember tahun 2021 di Klinik Bedah Umum RSUD Bhakti
kontraktur sendi ankle sebelum diberikan senam kaki diabetes dan sesudah
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bhakti Dharma Husada adalah salah
satu RS tipe B milik Pemerintah Kota Surabaya dan telah mendapat predikat
paripurna versi SNARS dari Tim KARS pada tanggal 27 September tahun 2019.
Rumah sakit ini berlokasi di Jl. Kendung no 115-117 Surabaya dengan luas tanah
25.690,30 meter persegi dan luas bangunan 15.733,53 meter persegi. RSUD
Bhakti Dharma Husada mempunyai unit pelayanan cukup lengkap yang terdiri
dari 15 poli spesialis, unit HD, IGD, OK, Endoscopy serta memiliki 8 ruangan
rawat inap.
55
56
Adapun tempat penelitian diadakan di salah satu poli spesialis yaitu Klinik
Bedah Umum. Klinik Bedah Umum mempunyai jumlah tenaga yang terdiri dari 3
orang dokter spesialis bedah umum dan 2 orang perawat. Sarana dan prasarana di
Klinik Bedah Umum meliputi 2 bed pasien, 2 troli alat, 1 Lampu tindakan,
Surgical minor set, Electro cauter dan Protoscopy. Pelayanan yang diberikan di
Klinik Bedah Umum diantaranya adalah Konsultasi pasien, Rawat luka DM dan
post operasi, Sircumsisi, Eksisi dan insisi. Berdasarkan 5 besar penyakit di Klinik
Hernia, Tumor mamae, Struma dan Hemorhoid. Jumlah rata – rata kunjungan
pasien ulkus kaki diabetikum dalam kurun waktu tahun 2021 sebanyak 40 pasien /
bulan.
46 -55 tahun sebanyak 7 responden (50 %), dan sebagian kecil berusia 36 – 45
responden (86 %) dan sebagian kecil berjenis kelamin laki – laki sebanyak 2
dan sebagian kecil berjenis kelamin laki – laki sebanyak 6 responden (43%).
58
SD 3 22 % 1 7%
SMP 2 14 % 1 7%
SMA 8 57 % 7 50 %
PT 0 0% 4 29 %
responden (57%) dan sebagian kecil tidak sekolah sebanyak 1 responden (7%).
responden (57%) dan sebagian kecil PNS yaitu 2 responden (14%). Sama
responden (100%)
60
responden (64%) dan sebagian kecil mengalami luka pada stadium 3 yaitu 2
(64%) dan sebagian kecil mengalami luka pada stadium 1 yaitu 2 responden
(14%).
sendi ankle pada pasien ulkus kaki diabetikum sebelum dan sesudah diberikan
senam kaki diabetes di RSUD Bhakti Dharma Husada Surabaya. Data tersebut
Tabel 5.7 Hasil pengukuran sendi ankle pada pasien ulkus kaki diabetikum
sebelum diberikan senam kaki diabetes di Klinik Bedah Umum
RSUD Bhakti Dharma Husada Surabaya tanggal 27 September
sampai dengan tanggal 26 Nopember tahun 2021.
Kelompok
Tidak kontraktur 0 0% 0 0%
masing 14 responden.
Tabel 5.8 Hasil pengukuran ankle pada pasien ulkus kaki diabetikum
setelah diberikan intervensi di Klinik Bedah Umum RSUD
Bhakti Dharma Husada Surabaya tanggal 27 September sampai
dengan tanggal 26 Nopember tahun 2021.
Kelompok
Tabel 5.9 Hasil uji statistik kontraktur sendi ankle pada pasien ulkus kaki
diabetikum setelah diberikan senam kaki diabetes di Klinik
Bedah Umum RSUD Bhakti Dharma Husada tanggal 27
September sampai dengan tanggal 26 Nopember tahun 2021.
Kelompok
Perlakuan Kontrol
Kategori
Pretest Post test Pretest Post test
f % f % f % f %
Hasil uji
Wilcoxon signed rank test Sig ρ = 0,003 ρ=1,000
5.2 Pembahasan
5.2.1 Pengukuran kontraktur sendi ankle pada pasien ulkus kaki diabetikum
kontrol.
bahwa saat dilakukan pengukuran sendi ankle pada kelompok perlakuan dan
Hal ini sesuai dengan penelitian Priyanto (2012), bahwa kondisi kaki pasien
dan kuku, luka pada kaki, infeksi dan kelainan pembuluh darah. Selain itu pasien
dibiarkan bisa mengalami kontraktur sendi terutama pada ulkus kaki diabetikum
yang lama dalam penyembuhan dan berulang. Dilihat dari stadium ulkus, sebagian
besar responden berada pada ulkus stadium 2 yang mana sudah mengalami
yang mengakibatkan penurunan gerak sendi kaki (Dafianto, 2016). Pada stadium
ini kebanyakan pasien cenderung tidak mau menggerakkan kakinya karena takut
banyak. Hal ini sesuai dengan angka kejadian DM tipe 2 yang memang lebih
banyak terjadi pada perempuan dibandingkan pada laki-laki, karena secara fisik
perempuan memiliki peluang peningkatan indeks masa tubuh yang lebih besar dan
dan glukosa untuk aktivitas fisik (Rita, 2018). Selain itu, hasil pengamatan
peneliti menunjukkan bahwa pasien ulkus kaki diabetikum tidak ada keinginan
untuk mencari informasi yang cukup dan tidak berupaya untuk melakukan apa
gerakan kaki.
5.2.2 Pengukuran kontraktur sendi ankle pada pasien ulkus kaki diabetikum
(100%).
Senam kaki diabetes adalah kegiatan atau latihan yang dilakukan dengan
cara menggerakkan otot dan sendi kaki. Senam kaki diabetes dilakukan untuk
kelainan bentuk kaki, meningkatkan kekuatan otot betis dan paha, serta mengatasi
terhadap peningkatan kekuatan otot kaki pada penderita diabetes mellitus tipe 2
otot kaki. Hal ini terbukti dari hasil observasi pengukuran sendi ankle setelah
diberikan senam kaki diabetes terjadi peningkatan kekuatan otot kaki sehingga
bahwa responden tersebut ada pada luka stadium 3 dan usia 66 -75 tahun. Hal ini
proses penuaan dan mengakibatkan peningkatan gerak sendi ankle tidak bisa
sesuai ROM ankle yang diharapkan untuk tidak terjadi kontraktur. Sedangkan
pada kelompok kontrol pada saat intervensi hanya diberikan sesuai dengan protap
peningkatan gerak sendi ankle atau penurunan kontraktur sendi ankle pada
kelompok perlakuan, sedangkan pada kelompok kontrol tetap tidak ada perubahan
atau tetap terjadi kontraktur sendi ankle. Hasil uji Wilcoxon signed ranks test
ρ = 0,003 artinya jika nilai ρ < 0,05 maka ada perbedaan signifikan penurunan
kontraktur sendi ankle sebelum dan setelah diberikan senam kaki diabetes.
66
Sedangkan pada kelompok kontrol Hasil uji Wilcoxon signed ranks test ρ = 1,000
artinya jika nilai ρ > 0,05 maka tidak ada perbedaan signifikan penurunan
atrofi otot, meningkatkan peredaran darah ekstremitas bawah serta menjaga dan
diabetes pasien dengan ulkus kaki diabetikum bisa menurunkan kontraktur yang
di alaminya. Selain itu senam kaki diabetes juga memperbaiki sirkulasi darah dan
Pada otot yang berkontraksi saat latihan fisik atau senam kaki, aliran darah
ke otot akan meningkat guna menyediakan makanan dan oksigen sebagai sumber
energi. Peningkatan aliran darah sebanding dengan jumlah serabut otot yang
terjadi selama latihan. Pada latihan fisik dengan intensitas teratur dan melibatkan
banyak serabut otot, aliran darah ke otot dapat meningkat lebih dari tiga kali lipat
minggu, hal ini sesuai dari hasil penelitian Kalpataria (2020) tentang
dilakukan 6 kali dalam 2 minggu. Rata-rata kadar gula darah sebelum dan setelah
dilakukan senam kaki mengalami penurunan, bila kadar gula menurun proses
penyembuhan luka serta regenerasi sel menjadi lebih cepat sehingga kekuatan otot
2. Terdapat faktor lain yang belum diukur dalam penelitian ini, yang dapat
skala nyeri.
BAB 6
6.1 Kesimpulan
penurunan kontraktur sendi ankle pada pasien ulkus kaki diabetikum di RSUD
6.2. Saran
sebagai berikut :
keperawatan.
68
69
2. Bagi perawat
4. Bagi peneliti
Anderson, M.K., Parr, G.P., & Hall, S.J. (2011). Foundations of Athletic Training.
USA: Wolters Kluwer business.
Brunner & Suddart. (2013). Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Sudarth. Vol
2. EGC : Jakarta.
Hidayat, Aziz Alimul. (2018). Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah.
Salemba, Medika : Jakarta.
Hidayah, A. (2020). Pengaruh Senam Kaki Diabetik Terhadap Penurunan
Neuropati Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2. Jurnal Education and
Development.
International Diabetes Federation. 2019.Diabetes Atlas, 7th Edition.
(http://www.idf.org/diabetesatlas).
Irawandi, D. (2020). Teori dan Aplikasi Praktik Bagi Mahasiswa dan Perawat
Klinis. Indomedia Pustaka : Sidoarjo
70
71
Priyanto, Sahar, & Widyatuti (2013). Pengaruh Senam Kaki Terhadap Sensitivitas
Kaki Dan Kadar Gula Darah Pada Aggregat Lansia Diabetes Melitus
DiMagelang. Prosiding konferensi nasional ppni jawa tengah.
Rita, N. (2018). Hubungan jenis kelamin, olahraga dan obesitas. Jurnal Ilmu
Kesehatan (JIK), volume 2 No 1.
Wijaya, A.S dan Putri, Y.M. 2013. Keperawatan Medikal Bedah 2, Keperawatan.
Dewasa Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta : Nuha Medika.
Wulandari T. (2019). Asuhan Keperawatan Pasien dengan Gangguan Integritas
Kulit pada Kasus Ulkus Diabetikum di Ruang Freesia RSU Handayani
Kotabumi Lampung Utara.
Yunus B. (2015). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Lama Penyembuhan Luka
Pada Pasien Ulkus Diabetikum Di Rumah Perawatan Etn Centre Makassar
Tahun 2014. Uin Alauddin Makassar.
73
Lampiran 1
73
Page
73
Page
74
75
76
77
Lampiran 2
LEMBAR PERSETUJUAN
No. Responden :
Umur :
ankle pada pasien ulkus kaki diabetikum di RSUD Bhakti Dharma Husada” yang
dilakukan oleh mahasiswa yang bernama : Hardian Adi Sasongko dengan NIM :
2020080026P
Surabaya, ..../...../......
Responden
(.................................)
78
Lampiran 3
INFORMED CONSENT
Kepada Yth.
Di tempat
saya :
NIM : 2020080026P
terhadap penurunan kontraktur sendi ankle pada pasien ulkus kaki diabetikum di
RSUD Bhakti Dharma Husada”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh senam kaki diabetes terhadap penurunan kontraktur sendi ankle dan
bermanfaat untuk melatih pasien pada kondisi luka diabetikum agar tidak terjadi
kontraktur atau kekakuan sendi.Pada penelitian diatas, saya mohon dengan hormat
terima kasih.
Hormat saya,
Lampiran 4
Nama Responden / No :
36 - 45 tahun
46 - 55 tahun
56 - 65 tahun
66 – 75 tahun
Perempuan
SD
SMP
SMA
PT
Pekerjaan : PNS
Swasta
Tidak Bekerja
Stadium 2
Stadium 3
81
Hari Ke-
No 1 3 5 8 10 12 Keterangan
Responden (Pretest) (PostTest)
D P D P D P D P D P D P
1 10 20 - - - - - - - - 20 50 2
2 7 23 - - - - - - - - 17 42 1
3 11 25 - - - - - - - - 20 50 2
4 12 19 - - - - - - - - 20 50 2
5 9 20 - - - - - - - - 15 38 1
6 8 26 - - - - - - - - 20 50 2
7 4 29 - - - - - - - - 9 50 1
8 10 21 - - - - - - - - 14 44 1
9 10 20 - - - - - - - - 20 50 2
10 13 32 - - - - - - - - 20 50 2
11 11 24 - - - - - - - - 20 50 2
12 7 23 - - - - - - - - 11 50 1
13 12 20 - - - - - - - - 20 50 2
14 14 30 - - - - - - - - 20 50 2
15 7 25 - - - - - - - - 8 25 1
16 11 22 - - - - - - - - 12 24 1
17 10 24 - - - - - - - - 10 25 1
18 4 20 - - - - - - - - 4 20 1
19 6 21 - - - - - - - - 8 24 1
20 3 19 - - - - - - - - 4 20 1
21 10 20 - - - - - - - - 12 20 1
22 9 22 - - - - - - - - 9 24 1
23 10 21 - - - - - - - - 10 24 1
24 7 20 - - - - - - - - 10 23 1
25 6 23 - - - - - - - - 6 25 1
26 8 24 - - - - - - - - 8 26 1
27 9 18 - - - - - - - - 9 20 1
28 7 20 - - - - - - - - 8 22 1
Keterangan :
Ada kontraktur : Dorso fleksi < 20 dan plantar fleksi < 50
Tidak ada kontraktur : Dorso flexi 20 dan Plantar fleksi 50
Kontraktur :1
Tidak Kontraktur :2
Dorso Flexi :D
Plantar Flexi :P
Kelompok Perlakuan : No 1 – 14
Kelompok Kontrol : No 15 – 28
82
Lampiran 5
Durasi 1. 20 menit
2. Tiap gerakan dilakukan 10 kali
3. Dilakukan 1 minggu 3 kali selama 2 minggu
Prosedur Pelaksanaan
Jika dilakukan dalam posisi duduk maka posisikan
pasien duduk tegak diatas bangku dengan kaki
Lampiran 6
TABULASI DATA
KONTRAKTUR
NO DATA DEMOGRAFI
JENIS
USIA PENDIDIKAN PEKERJAAN ALAT BANTU BERJALAN STADIUM LUKA PRETEST POSTTEST
KELAMIN
1 4 1 3 2 2 2 1 2
2 5 2 1 3 1 3 1 1
3 5 2 4 1 2 2 1 2
4 3 2 4 2 2 2 1 2
5 3 2 4 3 2 2 1 1
6 3 2 4 2 2 1 1 2
7 4 2 2 3 2 2 1 1
8 3 2 4 1 2 3 1 1
9 2 2 4 2 2 2 1 2
10 4 2 2 2 2 1 1 2
11 3 2 4 3 2 1 1 2
12 4 2 3 2 2 2 1 1
13 5 1 2 2 1 2 1 2
14 3 2 4 2 2 2 1 2
15 4 2 4 2 2 2 1 1
84
84
16 5 1 5 1 2 2 1 1
Page
17 3 2 4 2 2 3 1 1
Page
18 3 1 5 1 2 3 1 1
85
19 5 2 4 1 2 2 1 1
20 4 1 4 2 2 2 1 1
21 3 1 1 3 2 1 1 1
22 3 2 5 1 2 2 1 1
23 5 1 5 2 2 2 1 1
24 5 1 2 3 2 3 1 1
25 3 2 3 2 2 2 1 1
26 2 2 4 2 2 2 1 1
27 3 2 4 3 2 1 1 1
28 3 2 4 2 2 2 1 1
Keterangan
Stadium
No Responden Usia Jenis kelamin Pendidikan Pekerjaan Alat Bantu
luka
1 - 14 : Kelompok perlakuan 1: 25-35 tahun 1: Laki-laki 1: Tidak sekolah 1: PNS 1: Ya 1: Stadium 1
15 - 28 : Kelompok kontrol 2: 36-45 tahun 2: Perempuan 2:SD 2: SWASTA 2: Tidak 2: Stadium 2
3: 46-55 tahun 3:SMP 3: Tidak bekerja 3: Stadium 3
1 : Kontraktur 4: 56-65 tahun 4:SMA
2 : Tidak kontraktur 5: 66-75 tahun 5:PT
86
Lampiran 7
Explore
Descriptives
Statistic Std. Error
PRETEST PERLAKUAN Mean 1.00 .000
95% Confidence Interval for Lower Bound 1.00
Mean Upper Bound 1.00
5% Trimmed Mean 1.00
87
Median 1.00
Variance .000
Page
Std. Deviation .000
Minimum 1
Maximum 1
Range 0
Interquartile Range 0
Skewness . .
Kurtosis . .
POSTTEST PERLAKUAN Mean 1.64 .133
95% Confidence Interval for Lower Bound 1.36
Mean Upper Bound 1.93
5% Trimmed Mean 1.66
Median 2.00
Variance .247
Std. Deviation .497
Minimum 1
87
Maximum 2
Range 1
Page
Interquartile Range 1
88
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
PRETEST PERLAKUAN . 14 . . 14 .
POSTTEST PERLAKUAN .407 14 .000 .616 14 .000
PRETEST KONTROL . 14 . . 14 .
POSTTEST KONTROL . 14 . . 14 .
a. Lilliefors Significance Correction
89
NPar Tests
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
POSTTEST PERLAKUAN - Negative Ranks 0a .00 .00
PRETEST PERLAKUAN Positive Ranks 9 b
5.00 45.00
Ties 5 c
Total 14
POSTTEST KONTROL - Negative Ranks 0d .00 .00
PRETEST KONTROL Positive Ranks 0 e
.00 .00
Ties 14 f
Total 14
Test Statisticsa
POSTTEST POSTTEST
PERLAKUAN - KONTROL -
PRETEST PRETEST
PERLAKUAN KONTROL
Z -3.000b .000c
Asymp. Sig. (2-tailed) .003 1.000
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on negative ranks.
c. The sum of negative ranks equals the sum of positive
ranks.
90
Lampiran 8
Dokumentasi
91