Anda di halaman 1dari 82

Visi

Pada tahun 2025 menghasilkan ahli madya keperawatan yang unggul


dalam penguasaan asuhan keperawatan dengan masalah neurosain
melalui pendekatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Keperawatan

PENERAPAN PROSEDUR PERAWATAN LUKA PADA PASIEN


DENGAN GANGGUAN INTEGRITAS JARINGAN AKIBAT
DIABETES MELLITUS DI RSUD dr. CHASBULLAH
ABDULMADJID KOTA BEKASI

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh :
SINTIYA YUNITA
P3.73.20.1.16.194

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA III


JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
BEKASI, 2019
PENERAPAN PROSEDUR PERAWATAN LUKA PADA PASIEN
DENGAN GANGGUAN INTEGRITAS JARINGAN AKIBAT
DIABETES MELLITUS DI RSUD dr. CHASBULLAH
ABDULMADJID KOTA BEKASI

KARYA TULIS ILMIAH

Disusun dalam rangka Tugas Akhir pada Program Studi DIII Keperawatan
Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Jakarta III
Tahun Akademik 2018/2019

Oleh :

SINTIYA YUNITA
P3.73.20.1.16.194

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA III


JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
BEKASI, 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah
berupa studi kasus yang berjudul “Penerapan Prosedur Perawatan Luka Pada Pasien
Dengan Gangguan Integritas Jaringan Akibat Diabetes Mellitus di RSUD dr.
Chasbullah Abdulmadjid”. Studi kasus ini disusun dalam rangka memenuhi tugas
akhir mata ajar Karya Tulis Ilmiah Program Studi DIII Keperawatan Poltekkes
Kemenkes Jakarta III.

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis banyak menemukan


hambatan dan kesulitan. Namun berkat doa, dukungan, bimbingan, dan arahan dari
semua pihak, penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Penulis ingin
mengucapkan terimakasih kepada:

1. Yupi Supartini, S.Kp., MSc, selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Jakarta III
2. dr. Kusnanto Saidi, MARS, selaku Direktur RSUD dr. Chasbullah
Abdulmadjid Kota Bekasi, yang telah memberikan izin dan memfasilitasi
penuis dalam pengambilan kasus yang dijadikan sebagai bahan penelitian
3. Ns. Ulty Desmarnita, S.Kp., M.Kes., Sp.Mat, selaku Ketua Jurusan
Keperawatan Poltekkes Kemenkes Jakarta III
4. Santun Setiawati, M.Kep., Ns., Sp.Kep.An, selaku Ketua Program Studi DIII
Keperawatan Poltekkes Kemenkes Jakarta III dan Pembimbing Akademik
5. Ns. Suryati, S.Kep, selaku Kepala Ruangan di Ruang Camelia RSUD dr.
Chasbullah Abdulmajid Kota Bekasi yang telah mengizinkan penulis selama
pengambilan kasus sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah
ini
6. Ace Sudrajat, S.Kp., M.Kes, selaku Pembimbing Utama yang selalu
memberikan semangat dan arahan sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat
terselesaikan
7. Suratun, SKM., M.Kep, selaku Pembimbing Pendamping yang selalu
memberikan arahan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini
8. Ns. Dewi Lusiani, S.Kp., MM, selaku Penguji Utama yang telah menguji dan
memberikan masukan Karya Tulis Ilmiah ini
9. Dahlia Simanjuntak SKM., M.Kes, selaku Penguji Pendamping yang telah
menguji dan memberikan masukan pada Karya Tulis Ilmiah ini
10. Tn. R dan Ny. A, yang telah bersedia menjadi pasien dalam studi kasus ini,
sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah
11. Terimakasih kepada kedua orang tua Nursaid dan Sarinah yang selalu
memberikan semangat, motivasi, dan doa sehingga penulis selalu semangat
dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dan selesai tepat waktu
12. Terimakasih kepada kedua kaka (Prayogi Susilo dan Rohman Agfirlana) yang
telah memberikan motivasi, dukungan dan doa sehingga penulis dapat
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini
13. Terimakasih kepada sahabat, Anggita, Nurina, Diyan, Nofilia, Utty, Fadhilah,
Aisyah, Diannisa, Nasya, Rida, Diyah, dan Idzastavia, yang selalu
mensupport, mendoakan, dan yang selalu memberikan bantuan dalam hal
apapun sehingga penulis selalu semangat dalam menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah ini
14. Terimakasih kepada decang Nadhifah Dwini Hastuti dan Silvi Ayu yang
selalu memberikan dukungan dalam menyusun Karya Tulis Ilmiah ini
15. Terimakasih kepada keluarga besar 3 Reguler D yang telah berjuang bersama
selama 3 tahun, serta selalu mensupport satu sama lain
16. Terimakasih kepada teman kelompok KTI (Salma, Krismita, Ira dan Reza)
yang selalu memberika dukungan dan saran dalam menyusun Karya Tulis
Ilmiah ini

Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak kekurangan,
sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya dapat membangun
Karya Tulis Ilmiah dimasa yang akan mendatang. Penulis berharap semoga Karya
Tulis Ilmiah ini berguna bagi para pembaca dan penulis khususnya.

Bekasi, 13 Mei 2019

Sintiya Yunita
ABSTRAK
Diabetes Mellitus (DM) merupakan sekelompok kelainan metabolik yang
diakibatkan oleh adanya kenaikan kadar glukosa darah dalam tubuh/hiperglikemia.
Diabetes Mellitus merupakan salah satu masalah kesehatan yang harus mendapatkan
perhatian khusus karena jika tidak dilakukan penanganan secara serius akan terjadi
gangguan integritas jaringan yang memicu timbulnya ulkus diabetik.Penyembuhan
luka pada ulkus diabetik sangat bergantung pada perawatan luka yang diberikan,
dimana teknik perawatan luka yang tepat dapat membantu proses penyembuhan luka
lebih cepat. Tujuan studi kasus ini yaitu untuk mengetahui efektivitas penerapan
prosedur perawatan luka pada pasien gangguan integritas jaringan. Metode penulisan
dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah dengan menggunakan pendekatan studi kasus
yang bersifat deskriptif. Subjek studi yaitu dua pasien dengan masalah gangguan
integritas jaringan akibat diabetes mellitus di Ruang Camelia RSUD dr. Chasbullah
Abdulmadjid Kota Bekasi. Instrumen studi kasus terdiri dari pedoman wawancara
dan lembar observasi. Hasil studi kasus menunjukkan didapatkannya keefektivan
tindakan perawatan luka pada pasien 2 dari skor 25 menjadi 21 dan tidak efektif pada
pasien 1 dikarenakan terjadi penurunan dari skor 19 menjadi 24. Rekomendasi
diharapkan penerapan prosedur perawatan luka dapat diaplikasikan dalam
implementasi keperawatan dengan baik sesuai dengan Standar Operasional Prosedur
(SOP).
Kata Kunci : Perawatan Luka, Gangguan Integritas Jaringan, Diabetes Mellitus

ABSTRACT
Diabetes Mellitus (DM) is a group of metabolic disorders caused by an increase in
blood glucose levels in the body / hyperglycemia. Diabetes Mellitus is one of the
health problems that must get special attention because if there is no serious
treatment there will be a disruption of tissue integrity that triggers diabetic ulcers.
Wound healing in diabetic ulcers is very dependent on the wound care provided,
where appropriate wound care techniques can help the wound healing process faster.
The purpose of this case study is to determine the effectiveness of the application of
wound care procedures in patients with network integrity disorders. The writing
method in the preparation of Scientific Writing using a descriptive case study
approach. The subjects of the study were two patients with problems with impaired
tissue integrity due to diabetes mellitus in the Camellia Room of the RSUD dr.
Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi. The case study instrument consisted of
interview guidelines and observation sheets. The results of the case study show the
effectiveness of wound care actions in patients 2 from a score of 25 to 21 and
ineffective in patients 1 due to a decline from a score of 19 to 24. Recommendations
are expected that the application of wound care procedures can be applied in the
implementation of nursing according to the Standard Operating Procedure (SOP).
Keywords: Wound Care, Tissue Integrity Disorder, Diabetes Mellitus
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL DALAM ................................................................. i


PERNYATAAN PERSETUJUAN.............................................................. ii
PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT .......................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................... iv
KATA PENGANTAR .................................................................................. v
ABSTRAK .................................................................................................... vii
DAFTAR ISI ................................................................................................. viii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ x

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................ 2
C. Tujuan Studi Kasus .......................................................................... 3
D. Manfaat Studi Kasus ........................................................................ 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Konsep Dasar Perawatan Luka
1. Pengertian Perawatan Luka .................................................. 4
2. Tujuan Perawatan Luka........................................................ 4
3. Alat dan Bahan Perawatan Luka .......................................... 4
4. Prosedur Perawatan Luka ..................................................... 5
5. Evaluasi ................................................................................ 6
6. Proses Penyembuhan Luka .................................................. 6
B. Konsep Dasar Gangguan Integritas Jaringan
1. Pengertian ............................................................................. 7
2. Asuhan Keperawatan ........................................................... 7
C. Konsep Dasar Diabetes Mellitus
1. Pegertian Diabetes Mellitus ................................................. 10
2. Klasifikasi Diabetes Mellitus ............................................... 10
3. Etiologi Diabetes Mellitus ................................................... 12
4. Manifestasi Klinis ................................................................ 13
5. Patofisiologi ......................................................................... 14
6. Pemeriksaan Penunjang ....................................................... 14
D. Keterkaitan Prosedur Perawatan Luka Terhadap Gangguan
Integritas Jaringan ............................................................................ 15

BAB III METODE STUDI KASUS


A. Rancangan Studi Kasus.................................................................... 17
B. Subyek Studi Kasus ......................................................................... 17
C. Fokus Studi Kasus............................................................................ 17
D. Definisi Operasional ........................................................................ 18
E. Intrumen Studi Kasus ....................................................................... 18
F. Metode Pengumpulan Data .............................................................. 18
G. Tempat dan Waktu Studi Kasus ....................................................... 18
H. Analisa Data dan Penyajian Data ..................................................... 18
I. Etika Studi Kasus ............................................................................. 18

BAB IV HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Studi Kasus ............................................................................. 20
B. Pembahasan...................................................................................... 31
C. Keterbatasan ..................................................................................... 35

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................... 36
B. Saran ................................................................................................ 37

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Persetujuan (Inform Consent) Ny. A


Lampiran 2 : Lembar Persetujuan (Inform Consent) Tn. R
Lampiran 3 : Lembar SOP Perawatan Luka Ny. A
Lampiran 4 : Lembar SOP Perawatan Luka Ny. A
Lampiran 5 : Lembar Observasi Perawatan Luka (Skala BWAT) Ny. A
Lampiran 6 : Lembar Observasi Perawatan Luka (Skala BWAT) Ny. A
Lampiran 7 : Lembar Pengkajian
Lampiran 8 : Lembar Konsultasi BimbinganUtama
Lampiran 9 : Lembar Konsultasi Bimbingan Pendamping
Lampiran 10 : Daftar Riwayat Hidup
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Diabetes Mellitus adalah penyakit yang di tandai dengan meningkatnya
kadar gula dalam darah secara kontinyu dan bervariasi, terutama setelah makan
(Sutanto, 2010). Gangguan Integritas Jaringan adalah keadaan dimana seorang
individu mengalami atau berisiko mengalami kerusakan jaringan membarane,
kornea, integumen, atau subkutan (Nurarif, 2015). Gangguan integritas jaringan
dapat disebabkan oleh ulkus diabetes. Ulkus Kaki Diabetes (UKD) merupakan
komplikasi yang berkaitan dengan morbiditas akibat diabetes mellitus. Ulkus
kaki diabetes merupakan komplikasi serius akibat diabetes (Andyagreeni, 2010).
International Diabetes Federation (IDF) Atlas 2017 melaporkan bahwa
epidemi Diabetes di Indonesia masih menunjukkan kecenderungan meningkat.
Indonesia adalah negara peringkat keenam di dunia setelah Tiongkok, India,
Amerika Serikat, Brazil dan Meksiko dengan jumlah penyandang Diabetes usia
20-79 tahun sekitar 10,3 juta orang. Sejalan dengan hal tersebut, Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) memperlihatkan peningkatan angka prevalensi Diabetes yang
cukup signifikan, yaitu dari 6,9% di tahun 2013 menjadi 8,5% di tahun 2018;
sehingga estimasi jumlah penderita di Indonesia mencapai lebih dari 16 juta
orang (Kemenkes, 2018).
Upaya yang dilakukan untuk mencegah komplikasi yang lebih berat
diperlukan intervensi perawatan luka yang efektif dan efesien. Isu terkini yang
berkaitan dengan manjemen perawatan luka berkaitan dengan perubahan profil
pasien, dimana pasien dengan kondisi penyakit degeneratif dan kelainan
metabolik semakin banyak. Kondisi tersebut biasanya sering menyertai
kompleksitas suatu luka dimana perawatan yang tepat diperlukan agar proses
penyembuhan bisa tercapai dengan optimal (Carol, 2005 dalam Kristiyaningrum,
Indanah, & Suwarto, 2012).
Perawat dituntut untuk mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang
adekuat terkait dengan proses perawatan luka yang dimulai dari pengkajian yang
komprehensif, perencanaan intervensi yang tepat, implementasi, evaluasi hasil
yang ditemukan selama perawatan serta dokumentasi hasil yang sistematis. Isu
lain yang harus dipahami oleh perawat adalah berkaitan dengan cost
effectiveness, yaitu pemilihan produk yang tepat harus berdasarkan
pertimbangan biaya (cost), kenyamanan (comfort), keamanan (safety). Perawat
juga dituntut untuk meningkatkan skill dan pengetahuan tentang manajemen
luka yang paling baik dengan memilih bahan perawatan yang efektif dan efisien,
seperti cairan NaCl 0.9% dan cairan D40% sebagai pengganti bahan madu yang
lebih mahal (Saldi, 2012 dalam Kristiyaningrum, Indanah, & Suwarto, 2012).
Teori Rosyadi (2008) dalam Purnomo (2014) mengatakan bahwa larutan
NaCl 0,9 % merupakan cairan isotonik dan juga merupakan cairan garam
fisiologis yang baik digunakan untuk pembersih, pembasuh dan kompres pada
luka. NaCl 0,9 % memiliki komposisi dan konsentrasi cairan yang hampir sama
dengan cairan tubuh sehingga tidak mengiritasi jaringan. Penggunaan NaCl
dalam perawatan luka kurang efektif untuk mencegah timbulnya jaringan
nekrotik, sedangkan keberadaan jaringan nekrotik pada ulkus menjadi tempat
bersembunyi koloni bakteri juga menghambat proses granulasi jaringan
(Smeltzer, 2006 dalam Purnomo, dkk 2014). Hasil penelitian Nabhani &
Widiyastuti (2017) mengatakan bahwa madu memiliki manfaat untuk membantu
proses penyembuhan luka gangrene pasien diabetes mellitus karena menurut
Hammad (2013) dalam Nabhani dan Widiyastuti (2017) madu memiliki
kandungan airnya rendah, PH madu yang asam serta kandungan hidrogen
peroxida-nya mampu membunuh bakteri dan mikro-organisme yang masuk
kedalam tubuh kita.
Dari latar belakang diatas, tentu saja penyakit diabetes mellitus merupakan
salah satu penyakit yang dapat mengancam kesehatan dengan masalah gangguan
integritas jaringan. Maka dari itu, penulis merasa tertarik untuk membuat Karya
Tulis Ilmiah dengan judul “Penerapan Prosedur Perawatan Luka Pada Pasien
dengan Gangguan Integritas Jaringan akibat Diabetes Mellitus di RSUD dr.
Chasbullah Abdulmadjid”.

B. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana Penerapan Prosedur Perawatan Luka Pada Pasien dengan
Gangguan Integritas Jaringan akibat Diabetes Mellitus di RSUD dr. Chasbullah
Abdulmadjid Kota Bekasi?
C. TUJUAN STUDI KASUS
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran Penerapan Prosedur Perawatan Luka
Pada Pasien dengan Gangguan Integritas Jaringan akibat Diabetes Mellitus
di RSUD dr. Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi.
2. Tujuan Khusus
a. Menggambarkan tentang prosedur perawatan luka.
b. Menggambarkan tentang gangguan integritas jaringan.
c. Menggambarkan tentang diabetes mellitus.
d. Membuktikan penerapan prosedur perawatan luka terhadap gangguan
integritas jaringan akibat diabetes mellitus.

D. MANFAAT STUDI KASUS


1. Penulis
Manfaat yang di dapatkan bagi penulis yaitu memperoleh pengalaman
dalam mengaplikasikan hasil riset keperawatan, khususnya studi kasus
tentang penerapan prosedur perawatan luka pada pasien dengan gangguan
integritas jaringan akibat diabetes mellitus.
2. Bagi Pengembang Ilmu dan Teknologi Keperawatan
Manfaat yang diharapkan dapat menambah keluasan ilmu
keperawatan dalam prosedur perawatan luka pada pasien gangguan
integritas jaringan akibat diabetes mellitus.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP DASAR PERAWATAN LUKA


1. Pengertian Perawatan Luka
Luka adalah rusaknya integritas jaringan tubuh (Yasmara dkk, 2016).
Perawatan luka adalah membersihkan luka, mengobati dan menutup luka
dengan memperhatikan teknik steril (Ghofar, 2012). Sedangkan menurut
Potter (2010), perawatan luka dilakukan dengan cara menutup luka dengan
balutan basah dan kering. Bagian yang basah dari balutan secara efektif
membersihkan luka terinfeksi dari jaringan nekrotik. Kassa lembab dapat
mengabsorbsi semua eksudat dan debris luka. Lapisan luar kering
membantu menarik kelembapan dari luka ke dalam balutan dengan aksi
kapiler.
Berdasarkan dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan
bahwa perawatan luka adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk
membersihkan luka, mengobati luka serta menutup luka dengan balutan
basah dan kering sehingga terhindar dari resiko infeksi.
2. Tujuan Perawatan Luka
Menurut Ghofar (2012) tujuan perawatan luka adalah:
a. Mencegah masuknya kuman dan kotoran ke dalam luka.
b. Mencegah penyebaran oleh cairan dan kuman yang berasal dari luka ke
daerah sekitar.
c. Mengobati luka dengan obat yang telah di tentukan.
3. Alat dan Bahan Perawatan Luka
Menurut Ghofar (2012) alat dan bahan yang digunakan pada saat
perawatan luka :
a. Satu set perawatan luka steril/bak steril:
1) Sarung tangan
2) Pinset anatomis
3) Pinset chirurgis
4) Gunting jaringan
5) Kassa steril
6) Kom berisi larutan pembersih (normal salin 0,9%)
b. Alat non steril:
1) Sarung tangan non steril
2) Cairan Nacl 0,9%
3) Pengalas sesuai luas luka
4) Kapas alkohol
5) Korentang
6) Perlak atau penghalas
7) Bengkok
8) Kom berisi lysol 1%
9) Gunting verban/plester
10) Verban
11) Plester
12) Schort
13) Masker
14) Obat sesuai program terapi
15) Tempat sampah
4. Prosedur Perawatan Luka
Menurut Ghofar (2012), prosedur perawatan luka ialah:
a. Tahap pra interaksi
1) Melakukan pengecekan pada care plan pasien
2) Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
3) Mencuci tangan
4) Menempatkan alat di dekat pasien dengan benar
b. Tahap orientasi
1) Memberikan salam dan menyapa pasien
2) Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada keluarga/klien
3) Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan
c. Tahap kerja
1) Menjaga privacy
2) Mengatur posisi pasien sehingga luka dapat terlihat jelas
3) Membuka peralatan
4) Memakai sarung tangan
5) Membasahi balutan dengan alkohol/swah bensin dan buka dengan
menggunakan pinset
6) Membuka balutan lapisan terluar
7) Membersihkan sekitar luka dan bekas plester
8) Membuka balutan lapisan dalam
9) Menekan tepi luka (sepanjang luka) untuk mengeluarkan pus
10) Melakukan debridement
11) Membersihkan luka dengan menggunakan NaCl
12) Melakukan kompres desinfektan dan tutup dengan kassa
13) Memasang plester atau verband
14) Merapihkan pasien
d. Tahap terminasi
1) Melakukan evaluasi tindakan yang dilakukan
2) Berpamitan dengan klien
3) Membereskan alat-alat
4) Mencuci tangan
5) Mencatat kegiatan dalam lembar/catatan keperawatan
5. Evaluasi
Menurut Supartini (2009) untuk melihat perkembangan pasien setelah
dilakukan tindakan keperawatan luka :
a. Tanda-tanda penyembuhan luka.
b. Karakteristik drainage.
c. Tanda-tanda inflamasi.
d. Tingkat nyeri.
6. Proses Penyembuhan Luka
Menurut Yasmara dkk (2016), saat terjadi luka, tubuh akan
memberikan respons melalui tiga fase proses penyembuhan luka. Proses
tersebut adalah:
a. Fase Inflamasi (devensif)
Fase ini terjadi 3-4 hari, dengan adanya hemostasis dan inflamasi.
Hemostasis atau pengehentian perdarahan terjadi dengan adanya
vasokonstriksi pembuluh darah besar di daerah yang terkena. Trombosit
akan diaktivasi menjadi plug trombosit dan menghentikan perdarahan.
Selanjutnya akan terbentuk fibrin dan jaringan fibrinosa yang akan
menangkap tromsosit dan sel lainnya. Proses ini akan menghasilkan
pembentukan gumpalan fibrin yang akan menjadi penutup awal luka,
mencegah kehilangan darah dan cairan tubuh serta menghambat
kontaminasi luka oleh mikroorganisme.
Inflamasi merupakan reaksi adaptasi tubuh terhadap adanya
cedera pada tubuh dan melibatkan respon vaskuler dan sekuler. Pada
respon vaskuler, akan dikeluarkan histamin, serotonin, komplemen dan
kinin. Zat-zat ini merupakan substansi vasoaktif yang akan
menyebabkan pembuluh darah vasodilatasi dan lebih permeabel,
sehingga aliran darah akan meningkat dan cairan serosa akan keluar
disekeliling jaringan. Peningkatan suplay darah ini akan membawa
nutrisi dan oksigen yang sangat diperlukan untuk proses penyembuhan
luka dan membawa leukosit ke daerah luka untuk melakukan
fagositosis untuk membuang mikroorganisme. Peningkatan aliran darah
ini juga akan membuang kotoran termasuk sel mati, bakteria, eksudat
atau materi dan buangan sel dari pembuluh darah. Daerah ini akan
menjadi merah, edema, dan hangat ketika disentuh. Pada fase selular,
leukosit akan bergerak ke luar pembuluh darah, masuk ke rongga
interstisial. Neutrofil datang pada sel yang terluka dan melakukan
fagositosis. Mereka akan mati dan digantikan oleh makrofag yang
muncul dari monosit darah. Makrofag ini akan berperan seperti
neutrofil dan bekerja untuk jangka waktu yang lebih lama. Makrofag ini
juga sangat berperan dalam proses penyembuhan luka karena
mengeluarkan fibroblast activating factor (FAF) dan angiogenesis
factor (AGF). FAF membentuk fibroblast yang kemudian akan
membentuk kolagen atau prekusor kolagen. AGF akan menstimulasi
pembentukan darah baru.
b. Fase Rekontruksi
Fase ini mulai hari ketiga tau keempat setelah terjadinya luka dan
dapat bertahan hingga 2-3 minggu. Fase ini terdiri dari proses deposisi
kolagen, angiogenesis, perkembangan jaringan granulasi, dan kontraksi
luka. Fibrolast akan bermigrasi ke dalam luka karena adanya mediator
seluler. Pada fase ini terbentuk sistesi dan sekresi dari kolagen. Kolagen
ini akan saling menyilang untuk membentuk jaring kolagen dan
menguatkan tahanan luka. Jika luka semakin kuat , risiko terjadinya
luka terbuka akan semakin kecil.
Angiogenesis (pembentukan pembuluh darah baru) dimulai
beberapa jam setelah terjadinya luka. Sel endotel mulai membentuk
enzim yang akan merusak membran dasar luka. Membran terbuka dan
sel endoteliat baru akan membentuk pembuluh darah baru. Kapiler ini
akan menuju luka dan meningkatkan aliran pembuluh darah. Yang akan
meningkatkan suplai nutrisi dan oksigenasi.
Proses penyembuhan dimulai dengan adanya jaringan granulasi
atau jaringan baru yang tumbuh dari sekeliling jaringan yang sehat.
Jaringan granulasi terdiri dari pembuluh darah kapiler yang rapuh dan
mudah berdarah, sehingga berwarna merah. Setelah jaringan granulasi
terbentuk, akan mulai terjadi epitelisasi atau pertumbuhan jaringan
epitel. Sel epitel akan berpindah dari sisi luar jaringan yang luka ke
bagian dalam.
Kontruksi luka merupakan tahap akhir dari fase rekontruksi
penyembuhan luka. Kontruksi akan terjadi dalam 6-12 hari setelah
terluka dan luka akan ditutup.
c. Fase Maturasi
Fase ini dimulasi pada hari ke-21 dan akan terus berlanjut hingga
2 tahun atau lebih bergantung pada kedalaman dan kondisi luka. Selama
fase ini akan terbentuk jaringan parut.

B. KONSEP DASAR GANGGUAN INTEGRITAS JARINGAN


1. Pengertian
Gangguan integritas jaringan adalah keadaan dimana seorang individu
mengalami atau beresiko mengalami kerusakan jaringan membrane, kornea,
integumen, atau subkutan (Nurarif, 2015).
2. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
Menurut Berman (2009), ada dua kondisi yang perlu dikaji:
1) Luka Baru
a) Kaji keadaan umum klien.
b) Kaji tempat kejadian (emergensi atau stabil)
c) Kaji tanda-tanda vital.
d) Kaji keadaan luka (luas, lokasi, jenis).
e) Kaji adanya tanda-tanda infeksi luka.
f) Kaji hal-hal yang berhubungan dengan luka.
g) Kaji perdarahan yang keluar (ada/tidak, jumlah, warna, bau).
2) Luka lama/ sudah tindakan
a) Kaji penampilan luka (tanda-tanda infeksi).
b) Kaji luas luka.
c) Kaji keluhan nyeri (lokasi, intensitas)
d) Kaji kondisi jahitan luka.
e) Kaji drainage atau cairan yang keluar.
b. Diagnosa Keperawatan
Menurut Nurarif (2015), diagnosa keperawatan yaitu gangguan
integritas jaringan.
Kemungkinan berhubungan dengan:
1) Gangguan Sirkulasi
2) Iritan Zat Kimia
3) Defisit Cairan
4) Hambatan Mobilitas Fisik
5) Kurang Pengetahuan
6) Faktor Mekanik (tekanan, robekan, friksal)
7) Radiasi
c. Perencanaan Keperawatan
1) Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan gangguan
integritas jaringan pasien membaik.
2) Kriteria Hasil :
a) Perfusi jaringan normal.
b) Menunjukkan terjadinya proses penyembuhan luka.
c) Tidak ada tanda-tanda infeksi seperti dolor, kalor, tumor, rubor
dan fungsio laesa.
d) Luka yang terbuka berwarna merah muda.
3) Rencana Keperawatan :
a) Jaga kulit agar tetap bersih dan kering.
b) Monitor kulit akan adanya kemerahan.
c) Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien.
d) Monitor status nutrisi pasien.
e) Observasi luka seperti lokasi, kedalaman, jaringan nekrotik,
tanda-tanda infeksi.
f) Ajarkan keluarga tentang perawatan luka.
g) Lakukan teknik perawatam luka dengan steril.

C. KONSEP DASAR DIABETES MELLITUS


1. Pengertian
Diabetes Mellitus (DM) merupakan sekelompok kelainan metabolik
yang diakibatkan oleh adanya kenaikan kadar glukosa darah dalam
tubuh/hiperglikemia (Kumar, Abbas & Aster, 2013 dalam Yasmara,
Nursiswati, & Arafat, 2017).
Diabetes Mellitus adalah penyakit yang terjadi akibat gangguan pada
pankreas yang tidak dapat menghasilkan insulin sesuai dengan kebutuhan
tubuh (Maghfuri, 2016).
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa diabetes mellitus
adalah penyakit yang terjadi akibat gangguan pada pankres sehingga tubuh
kekurang insulin yang ditandai dengan kadar glukosa melebihi normal.
2. Klasifikasi
Menurut Yasmara, Nursiswati, & Arafat (2017), ada beberapa tipe
diabetes mellitus yang berbeda; penyakit ini dibedakan berdasarkan
penyebab, perjalanan klinik dan terapinya. Klasifikasi diabetes yang utama
adalah:
a. Tipe I : Diabetes mellitus tergantung insulin (insulin-dependent
diabetes mellitus [IDDM])
Penderita yang mengalami diabetes mellitus tipe I, yaitu diabetes
yang tergantung insulin. Pada diabetes jenis ini, sel-sel beta pankreas
yang dalam keadaan normal menghasilkan hormon insulin dihancurkan
oleh suatu proses otoimun. Sebagai akibatnya, penyuntikan insulin
diperlukan untuk mengendalikan kadar glukosa darah. Diabetes tipe I
ditandai oleh awitan mendadak yang biasanya terjadi pada usia 30
tahun (Smeltzer & Bare, 2001).
b. Tipe II : Diabetes mellitus tidak tergantung insullin (non-insullin-
dependent diabetes mellitus [NIDDM])
Penderita yang mengalami diabetes mellitus tipe II yaitu, diabetes
yang tidak tergantung insulin. Diabetes mellitus tipe II terjadi akibat
penurunan sensitivitas terhadap insulin (yang disebut resistensi insulin)
atau akibat penurunan jumlah produksi insulin. Diabetes mellitus tipe II
pada mulanya diatasi dengan diet dan latihan. Jika kenaikan glukosa
darah tetap terjadi, terapi diet dan latihan tersebut dilengkapi dengan
obat hipoglikemik oral. Pada sebagian penyandang diabetes tipe II, obat
oral tida mengendalikan keadaan hiperglikemia sehingga diperlukan
penyuntikan insulin. Di samping itu, sebagian penyandang diabetes tipe
II yang dapat mengendalikan penyakit diabetesnya dengan diet, latihan
dan obat hipoglikemia oral mungkin memerlukan penyuntikan insulin
dalam periode stres fisiologik akut (seperti sakit atau pembedahan).
Diabetes tipe II paling sering ditemukan pada idividu yang berusia lebih
dari 30 tahun dan obesitas (Smeltzer & Bare, 2001).
c. Diabetes mellitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom
lainnya
Menurut LeMone, P dkk (2016) dapat disebabkan oleh :
1) Kelainan genetika pada sel beta
Hiperglikemia terjadi pada usia muda (biasanya sebelum 25
tahun). Tipe ini disebut sebagai DM dengan awitan maturitas pada
anak-anak (maurity-onset DM of the Young, MODY).
2) Kelainan genetika pada kinerja insulin
Ditentukan secara genetika. Disfungsi dapat berkisar dari
hiperinsulinemia hingga DM berat.
3) Penyakit pankreas eksokrin
Proses dapatan yang menyebabkan DM mencakup
pankreatitis, trauma, infeksi, pankreatektomi, dan kanker pankreas.
Bentuk parah dari fibrosis kistik dan hemokromatosis juga dapat
merusak sel beda dan merusak sekresi insulin.
4) Gangguan endokrinkarena madu memiliki kandungan airnya
rendah, PH madu yang asam serta kandungan hidrogen peroxida-
nya mampu membunuh bakteri dan mikro-organisme yang masuk
kedalam tubuh kita.
Kelebihan jumlah hormon (mis., hormon pertumbuhan,
kortisol, glukagon, dan epinefrin) merusak sekresi insulin, yang
mengakibatkan DM pada orang yang mengalami sindrom Cushing,
akromegali, dan feokromositoma.
5) Diinduksi obat atau bahan kimia
Banyak obat-obatan meruska sekresi insulin, yang memicu
DM pada orang dengan predisposisi resisten insulin. Contohnya
adalah asam nikotinat, glukokortikoid, hormon tiroid, tiazid, dan
fenitoin.
6) Infeksi
Virus tertentu dapat menyebabkan kerusakan sel beta,
termasuk campak kongenital, sitomegalovirus, adenovirus, dan
gondong.
d. Diabetes mellitus gestasional (gestational diabetes mellitus [GDM])
Diabetes gestasional ditandai dengan setiap derajat intoleransi
glukosa yang muncul selama kehamilan (trimester kedua atau ketiga).
Resiko diabetes gestasional mencakup obesitas, riwayat personal
pernah mengalami diabetes gestasional, glikosuria, atau riwayat kuat
keluarga pernah mengalami diabtese (Brunner & Suddarth, 2018).
3. Etiologi
Menurut Hasdianah (2012), etiologi penyakit DM adalah :
a. Kelainan genetik
DM dapat diwarisi dari orangtua kepada anak. Gen penyebab DM
akan dibawa oleh anak jika orangtuanya menderita diabetes melitus.
b. Usia
Usia seseorang setelah >40 tahun akan mengalami penurunan
fisiologis. Penurunan ini yang akan beresiko pada penurunan fungsi
endokrin pankreas untuk memproduksi insulin.
c. Pola hidup dan pola makan
Makan secara berlebihan dan melebihi jumlah kadar kalori yang
dibutuhkan oleh tubuh dapat memicu timbulnya diabetes. Pola hidup
juga sangat mempengaruhi, jika orang malas berolahraga memiliki
resiko lebih tinggi untuk terkenan diabetes, karena olahrga berfungsi
untuk membakar kalori yang berlebihan di dalam tubuh.
d. Obesitas
Seseorang dengan berat badan >90 kg cenderung memiliki
peluang lebih besar untuk terkena penyakit diabetes mellitus.
e. Gaya hidup stress
Stress akan meningkatkan kerja metabolisme dan meningkatkan
kebutuhan akan sumber energi yang berakibat pada kenaikan kerja
pankreas sehingga pankreas mudah rusak dan berdampak pada
penurunan insulin.
f. Penyakit dan infeksi pada pankreas
Mikroorganisme seperti bakteri dan virus dapat menginfeksi
pankreas sehingga menimbulkan radang pankreas. Hal itu
menyebabkan sel β pada pankreas tidak bekerja secara optimal dalam
mensekresi insulin.
g. Obat-obatan yang dapat merusak pankreas
Bahan kimiawi tertentu dapat mengiritasi pankreas yang
menyebabkan radang pankreas. Peradangan pada pankreas dapat
menyebabkan pankreas tidak berfungsi secara optimal dalam
mensekresikan hormon yang diperlukan untuk metabolisme dalam
tubuh, termasuk hormon insulin.
4. Manifestasi Klinis
Menurut Bararah dan Jauhar (2013), manifestasi klinis yang sering di
jumpai apada pasien Diabetes Mellitus adalah:
a. Poliuria
b. Polidipsia
c. Polifagia
d. Rasa lelah dan kelemahan otot
e. Peningkatan infeksi akibat penurunan protein
f. Kelainan kulit
g. Kesemutan rasa baal akibat terjadinya neuropati
h. Luka yang tidak sembuh-sembuh
i. Mata kabur yang disebabkan gangguan refraksi akibat perubahan pada
lensa oleh hiperglikemia.
5. Patofisiologi
Faktor genetik, infeksi
Kerusakan sel beta virus, perusakan
imunologi

Ketidakseimbangan
produksi insulin

Gula dalam darah


tidak dapat dibawa
masuk

Anabolisme protein
menurun

Kerusakan pada
antibodi

Kekebalan tubuh
menurun

Resiko Neuropati sensori


infeksi perifer

Klien tidak merasa


sakit

Nekrosis Luka

Gangren

Kerusakan integritas
jaringan

(Nurarif, 2015)

6. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Maghfuri (2016), pemeriksaan penunjang untuk klien
Diabetes Mellitus adalah sebagai berikut:
a. Pemeriksaan kadar glukosa darah. Pemeriksaan kadar gula darah
dilakukan dilaboratorium menggunakan metoda oksidasi glukosa atau
o-toluidin (kimia basah) memberikan hasil yang lebih akurat.
b. Pemeriksaan kadar glukosa urin, secara tidak langsung menggambarkan
kadar glukosa darah, dan nilainya bergantung pada batas ambang ginjal
(umumnya batas ambang glukosa ginjal adalah 180mg/dL).
Pemeriksaan kadar glukosa urin hanya dapat mendeteksi keadaan
hiperglikemi.
c. Tes untuk mendeteksi komplikasi
1) Mikro albumininuria: urin
2) Ureum, kreatinin, asam urat
3) Kolesterol total, kolesterol LDL, kolesterol HDL dan Trigliserida:
plasma vena (puasa)

D. KETERKAITAN PROSEDUR PERAWATAN LUKA TERHADAP


GANGGUAN INTEGRITAS JARINGAN
Gangguan integritas jaringan adalah keadaan dimana seorang individu
mengalami atau beresiko mengalami kerusakan jaringan membrane, kornea,
integumen, atau subkutan (Nurarif, 2015). Gangguan integritas jaringan dapat
disebabkan oleh ulkus diabetes. Ulkus Kaki Diabetes (UKD) merupakan
komplikasi yang berkaitan dengan morbiditas akibat diabetes mellitus. Ulkus
kaki diabetes merupakan komplikasi serius akibat diabetes (Andyagreeni, 2010).
Upaya yang dilakukan untuk mencegah komplikasi yang lebih berat diperlukan
intervensi perawatan luka yang efektif dan efesien. Perawatan luka adalah
membersihkan luka, mengobati dan menutup luka dengan memperhatikan teknik
steril (Ghofar, 2012).
Hasil penelitian dari Handayani (2016) Perawatan luka dengan
menggunakan hydrogel Aloe Vera mengalami perbaikan. Didapatkan kondisi
luka merah, mulai muncul granulasi, tumbuhnya epitel dan tumbuhnya jaringan
baru di tepi luka, serta tidak muncul tanda-tanda infeksi. Perawatan luka juga
harus dapat tetap mengkondisikan situasi lembab sehingga dibutuhkan topical
hydrogel sebagai primary dressingnya dan padding sebagai secondary
dressingnya dengan tujuan agar dapat menstimulasi wound bed preparation.
Selain perawatan luka yang tepat, proses penyembuhan luka juga didukung oleh
faktor lokal dan faktor umum. Perawatan luka dengan menggunakan topical
sangat dirokemendasikan karena luka mengalami perbaikan yang signifikan
dimana luka yang hitam bisa berubah menjadi merah. Hasil penelitian Nabhani
& Widiyastuti (2017) mengatakan bahwa madu memiliki manfaat untuk
membantu proses penyembuhan luka gangrene pasien diabetes mellitus karena
menurut Hammad (2013) dalam Nabhani dan Widiyastuti (2017) madu memiliki
kandungan airnya rendah, PH madu yang asam serta kandungan hidrogen
peroxida-nya mampu membunuh bakteri dan mikro-organisme yang masuk
kedalam tubuh kita. Penelitian lain yang dilakukan oleh Ismail, Irawati, &
Haryati (2009), Balutan modern mempunyai tingkat perkembangan perbaikan
luka diabetik yang lebih baik dibandingkan dengan menggunakan balutan
konvensional. Semakin tinggi proses perbaikan luka pasien, semakin tinggi
biaya yang dikeluarkan untuk proses perbaikan luka. Pada kondisi dimana
balutan modern tidak dapat di lakukan, balutan konvensional masih dapat
dilakukan dengan tetap menjaga kelembaban luka yaitu dengan mengganti
balutan 2 kali sehari dan ditetapkan sebagai prosedur perawatan luka diabetes.
BAB III
METODOLOGI STUDI KASUS

A. RANCANGAN STUDI KASUS


Penulisan studi kasus pada Karya Tulis Ilmiah ini menggunakan
pendekatan studi kasus yang bersifat deskriptif. Studi kasus deskriptif adalah
studi kasus yang bertujuan untuk melihat gambaran fenomena (termasuk
kesehatan) yang terjadi di dalam suatu populasi tertentu. Pada studi kasus ini,
penulis akan menggambarkan bagaimana Penerapan Prosedur Perawatan Luka
Pada Pasien Dengan Gangguan Integritas Jaringan Akibat Diabetes Mellitus.

B. SUBYEK STUDI KASUS


Subyek yang digunakan pada studi kasus ini adalah 2 orang pasien yang
mengalami masalah gangguan integritas jaringan di suatu Rumah Sakit, yang
memiliki karakteristik sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi:
1. Kriteria inklusi dalam studi kasus ini adalah
a. Pasien yang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan.
b. Pasien yang berusian diatas 30 tahun.
c. Pasien dengan diabetes mellitus.
d. Pasien yang mengalami masalah gangguan integritas jaringan.
e. Pasien yang bersedia menjadi responden dan bersedia dilakukan
perawatan luka.
2. Kriteria eksklusi dalam studi kasus ini adalah
a. Pasien yang berumur dibawah 30 tahun.
b. Pasien yang di rawat bukan karena diabetes mellitus.
c. Pasien yang tidak bersedia dilakukan prosedur perawatan luka.
d. Pasien yang tidak mengalami masalah gangguan integritas jaringan.

C. FOKUS STUDI KASUS


Fokus studi kasus ini adalah penerapan prosedur perawatan luka pada
pasien dengan gangguan integritas jaringan akibat diabetes mellitus yang
dilakukan perawatan luka 1 hari sekali.
D. DEFINISI OPERASIONAL
1. Perawatan luka adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk membersihkan
luka, mengobati luka serta menutup luka dengan balutan basah dan kering
sehingga terhindar dari resiko infeksi.
2. Gangguan Integritas Jaringan adalah kerusakan pada jaringan terutama
integumen.
3. Diabetes mellitus adalah penyakit yang terjadi akibat gangguan pada
pankres sehingga tubuh kekurang insulin yang ditandai dengan kadar
glukosa melebihi normal.

E. INSTRUMEN STUDI KASUS


Jenis instrumen yang digunakan penulis dalam studi kasus ini berupa
lembar pengkajian, lembar observasi luka ulkus diabetik, lembar prosedur
perawatan luka.

F. PROSEDUR PENGUMPULAN DATA


Prosedur pengumpulan data yang digunakan penulis pada studi kasus ini
adalah pengkajian fisik, wawancara, observasi luka ulkus diabetik, lembar
prosedur perawatan luka untuk dijadikan pedoman dalam melakukan observasi
studi kasus dan catatan keperawatan untuk mengetahui data yang dimiliki pasien.

G. TEMPAT DAN WAKTU STUDI KASUS


Studi kasus ini dilakukan di RSUD dr. Chasbullah Abdulmadjid Kota
Bekasi Ruang Camelia dari tanggal 15 April 2019 sampai dengan 20 April 2019.

H. ANALISA DATA DAN PENYAJIAN DATA


Analisis data pada studi kasus ini, penulis akan menguraikan beberapa
aspek yang diamati dan membandingkan 2 pasien serta referensi terdahulu. Data
hasil studi disajikan dalam bentuk narasi.

I. ETIKA STUDI KASUS


Dalam melakukan studi kasus ini, penulis menggunakan kode etik
diantaranya:
1. Autonomy
Responden diberikan kebebasan dalam memilih keputusan bersedia atau
tidak menjadi responden dalam studi kasus yang dijalankan dengan
menandatangani informed consent.
2. Beneficience
Penulis memberikan tindakan sesuai dengan standar operasional prosedur
sehingga tidak membahayakan responden sehingga dapat terjamin
keselamatannya.
3. Respect
Penulis selalu menghargai keputusan responden untuk menjalani studi kasus
meskipun kepustusannya bisa merugikan penulis.
4. Justice
Penulis tidak membeda-bedakan responden dalam memberikan tindakan
keperawatan dan informasi, serta berperilaku adil tanpa memandang status,
golongan, agama dll.
5. Confidentiality
Penulis wajib merahasiakan semua data-data mengenai responden.
BAB IV
HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN

A. HASIL STUDI KASUS


1. Gambaran Lokasi Penelitian
Studi kasus ini dilakukan di Ruang Camellia RSUD dr. Chasbullah
Abdulmadjid Kota Bekasi yang terletak di Jl. Pramuka No. 55, Marga Jaya
Bekasi. RSUD dr. Chasbullah Abdul Madjid berdiri sejak tahun 1939.
Rumah sakit ini mempunyai 17 ruang rawat inap yang terdiri dari ICU,
ICCU, IBS, Seruni, Anyelir, Melati, Anggrek, Tulip, Wijaya Kusuma,
Teratai, Bougenville, Cathelya, Sakura, Camellia, Aster dan Azalea. Ruang
Camellia memiliki kapasitas tempat tidur sebanyak 50 tempat tidur terdiri
dari kelas I, kelas II, kelas III, observasi dan VIP. Pada Ruang Camellia
terdapat 10 penyakit teratas diantaranya diabetes mellitus, yang menjadi
peringkat ke 6 pada tahun 2018, dengan jumlah kasus sebanyak 232. Studi
kasus ini dilakukan selama 6 hari terhitung sejak tanggal 15 April 2019
sampai dengan 20 April 2019.
2. Gambaran Subjek Studi Kasus
Dalam studi kasus ini, dipilih dua orang pasien yang memiliki
masalah yang sama sebagai subjek studi kasus yaitu pasien I dan pasien II.
Kedua pasien dipilih sesuai dengan kriteria yang ditetapkan yaitu pasien
yang mengalami gangguan integritas jaringan pada pasien diabetes mellitus
setelah itu penulis melakukan evaluasi untuk dibandingkan.
a. Pasien I
Seorang wanita berusia 78 tahun, tempat tanggal lahir Bekasi 05
September 1941, status perkawinan kawin mati, pedidikan terakhir
Sekolah Dasar (SD), beragama Islam, pekerjaan sehari-hari sebagai ibu
rumah tangga, dengan diagnosa medis Selulitis, Diabetes Mellitus.
Pasien mengatakan keluhan dirasakan pada hari Sabtu tanggal 13 April
2019 yaitu muncul kemerahan pada kaki kanannya. Pasien mengira
kemerahan tersebut timbul dikarenakan pasien terkena alergi sehingga
pasien tidak terlalu memikirkannya, lama kelamaan pasien merasakan
nyeri di daerah kaki yang mengalami kemerahan sehingga pasien
mengalami kesulitan berjalan. Pada tanggal 14 April 2019, kemerahan
didaerah kakinya menjadi parah yaitu muncul gelembung yang berisi
cairan dan pasien mengatakan bahwa ia demam, akhirnya keluarga
memutuskan untuk membawa pasien ke RSUD Bekasi. Pasien dibawa
ke IGD RSUD Bekasi oleh keluarganya pukul 14.00 WIB. Di IGD,
Pasien dilakukan pemeriksaan darah dan dilakukan pemasang infus.
Kemudian, pukul 21.00 WIB pasien di pindahkan ke Ruang Cameli
Gedung E Lantai 6.
Pada saat pengkajian tanggal 15 April 2019 didapatkan hasil
terdapat luka pada kaki kanan dengan luas luka panjang ±32cm, lebar ±
20cm, tidak terdapat gua, luka berwarna kemerahan, batasan tepi luka
terlihat menyatu dengan dasar luka, tidak terdapat jaringan nekrotik,
tidak perdapat eksudat, luka tampak lembab, warna kulit sekitar luka
berwarna kemerahan, tidak ada pembengkakan dan tidak ada jaringan
granulasi.
Pasien mengatakan memiliki riwayat diabetes mellitus sejak 3
tahun yang lalu tetapi tidak terkontrol, sehingga selama sakit diabetes
mellitus pasien tidak mengkonsumsi obat untuk mengontrol gulanya
dan tidak mengatur pola makannya. Pasien mengatakan bahwa
keluarganya terutama adiknya juga memiliki penyakit yang sama yaitu
diabetes mellitus. Sebelum masuk rumah sakit, pasien tidak mengalami
masalah dalam kebutuhan nutrisi. Pasien makan sehari 3 kali, nafsu
makan baik, dan pasien tidak memiliki alergi/pantangan makanan.
Pasien mengatakan selama dirawat dirumah sakit, nafsu makan
berkurang. Pasien hanya menghabiskan 2 sendok makan. Berat badan
pasien 80kg dengan tinggi badan 155cm. Pasien mengatakan bahwa
BAK dalam sehari lebih dari 5 kali dan pasien sering BAK dimalam
hari, berwarna jernih, dan tidak ada masalah dalam BAK.
Ketika dilakukan pemeriksaan fisik di dapatkan hasil, keadaan
umum Composmentis, Tekanan Darah 141/100 mmHg, Nadi 95
x/menit, Pernafasan 25 x/menit dan Suhu 39,1 ᵒC. Adapun hasil dari
pemeriksaan head to toe yaitu didapatkan luka kemerahan pada kaki
sebelah kanan dengan luas luka panjang ± 32cm, lebar ± 20cm. Hasil
pemeriksaan laboratorium pada tanggal 14 April 2019 leukosit 3,57
ribu/uL, hemoglobin 13,5 g/dL, hematokrit 42,2 %, trombosit 253
ribu/uL, GDS 241 mg/dL, natrium (Na) 126 mmol/L, kalium (K) 4,2
mmol/L, dan Chlorida (Cl) 9,3 mmol/L. Dan hasil dari pemeriksaan
laboratorium tanggal 15 April 2019 D-Dimer 1,69 ug/mL, AST (SGOT)
22 U/L, ALT (SGPT) 27 U/L, Ureum 74 mg/dL, Kreatinin 1,30 mg/dL,
Egfr 42 mL/mnt/1,73, GDS 150 mg/dL.
Terapi obat yang diberikan yaitu sanmol 3x500mg (PO),
Neurodex 1x1(PO), Keterolac 2x1mg, Omeprazol 1x40mg, Ceftriaxone
2x1g, Novomic 2x5 unit dan diet nutrisi yang diberika yaitu DM 1700.
Berdasarkan hasil pengkajian diatas ditemukan masalah keperawatan
yaitu gangguan integritas jaringan sehingga dilakukan prosedur
perawatan luka.
1) Hasil Observasi
Pada hari Selasa, 15 April 2019 telah dilakukan observasi
langsung kepada pasien. Sebelum perawat melakukan perawatan
luka, perawat terlebih dahulu melihat rencana tindakan yang akan
dilakukan dan menyiapkan alat-alat yang akan digunakan serta
membawanya ke ruang pasien. Kemudian, perawat menjelaskan
terlebih dahulu tindakan yang akan dilakukan pada pasien. Setelah
pasien mengerti dan setuju dengan tindakan yang akan dilakukan,
perawat langsung melakukan perawatan luka. Pada saat melakukan
perawatan luka, perawat tidak menggunakan teknik steril tetapi
menggunakan teknik bersih hanya saja alat yang digunakan untuk
perawatan luka steril. Berhubung menggunakan teknik bersih,
perawat tidak mempersiapkan sarung tangan steril pada saat
perawatan luka. Kemudian perawat tidak menggunakan satu kassa
untuk satu kali usapan dan perawat tidak membersihkan luka dari
area yang kurang terkontaminasi ke area yang terkontaminasi.
Pada saat dilakukan perawatan luka, dapat diamati bahwa terdapat
luka pada kaki sebelah kanan dengan luas luka panjang ± 32cm,
lebar ± 20cm, tidak terdapat gua, luka berwarna kemerahan,
batasan tepi luka terlihat menyatu dengan dasar luka, tidak terdapat
jaringan nekrotik, tidak perdapat eksudat, luka tampak lembab,
warna kulit sekitar luka berwarna kemerahan, tidak ada
pembengkakan dan tidak ada jaringan granulasi. Pada saat
perawatan luka, perawat menggunakan NaCl untuk membersihkan
luka pasien. Setelah luka diamati, perawat langsung menutup luka
dengan kassa basah dan kassa kering, dan merapihkan alat-alat
yang telah digunakan dan mencatat hasil tindakan yang telah
dilakukan pada catatan keperawatan. Pada pukul 06.40 dilakukan
pemeriksaan GDS, hasil dari pemeriksaan GDS yaitu 150 mg/dL.
Pasien mengatakan bahwa hari ini ia makan makanan yang
disediakan rumah sakit hanya 2 sendok makan.
Pada hari Rabu, 16 April 2019 telah dilakukan observasi ke-2,
sebelum dilakukan perawatan luka, didapatkan hasil balutan
tampak kotor, sehingga perawat akan melakukan perawatan luka
sesuai dengan rencana keperawatan. Dalam melakukan perawatan
luka perawat mengikuti prosedur sesuai dengan prosedur yang
dilakukan pada hari ke 1. Pada saat dilakukan perawatan luka,
dapat diamati bahwa keadaan luka masih sama dengan hari pertama
dengan luas luka panjang ± 32cm, lebar ± 20cm, tidak terdapat gua,
luka berwarna kemerahan, batasan tepi luka terlihat menyatu
dengan dasar luka, tidak terdapat jaringan nekrotik, tidak perdapat
eksudat, luka tampak lembab, warna kulit sekitar luka berwarna
kemerahan, tidak ada pembengkakan dan tidak ada jaringan
granulasi. Pada saat perawatan luka, perawat menggunakan NaCl
untuk membersihkan luka pasien. Setelah luka diamati, perawat
langsung menutup luka dengan kassa basah dan kassa kering, serta
merapihkan alat-alat yang telah digunakan serta mencatat hasil
tindakan yang telah dilakukan pada catatan keperawatan. Pada
pukul 06.30 dilakukan pemeriksaan GDS, hasil dari pemeriksaan
GDS yaitu 160 mg/dL. Pasien mengatakan bahwa hari ini ia makan
makanan yang disediakan rumah sakit hanya 2 sendok makan.
Pada hari Rabu, 17 April 2019 telah dilakukan observasi ke-3,
sebelum dilakukan perawatan luka, didapatkan hasil balutan
tampak kotor, sehingga perawat akan melakukan perawatan luka
sesuai dengan rencana keperawatan. Dalam melakukan perawatan
luka perawat mengikuti prosedur sesuai dengan prosedur yang
dilakukan pada hari sebelumnya. Pada saat dilakukan perawatan
luka, dapat diamati bahwa keadaan luka masih sama dengan hari
sebelumnya dengan luas luka panjang ± 32cm, lebar ± 20cm, tidak
terdapat gua, luka berwarna kemerahan, batasan tepi luka terlihat
menyatu dengan dasar luka, tidak terdapat jaringan nekrotik, tidak
perdapat eksudat, luka tampak lembab, warna kulit sekitar luka
berwarna kemerahan, tidak ada pembengkakan dan tidak ada
jaringan granulasi. Pada saat perawatan luka, perawat
menggunakan NaCl untuk membersihkan luka pasien. Setelah luka
diamati, perawat langsung menutup luka dengan kassa basah dan
kassa kering, serta merapihkan alat-alat yang telah digunakan serta
mencatat hasil tindakan yang telah dilakukan pada catatan
keperawatan. Pada pukul 06.30 dilakukan pemeriksaan GDS, hasil
dari pemeriksaan GDS yaitu 93 mg/dL.Pasien mengatakan bahwa
hari ini ia makan makanan yang disediakan rumah sakit hanya 3
sendok makan.
Pada hari Kamis, 18 April 2019 telah dilakukan observasi ke-
4, sebelum dilakukan perawatan luka didapatkan hasil balutan
tampak kotor dan luka sedikit berbau sehingga perawat akan
melakukan perawatan luka sesuai dengan rencana keperawatan.
Dalam melakukan perawatan luka, perawat mengikuti prosedur
sesuai dengan prosedur yang yang biasa dilakukan sebelumnya.
Pada saat dilakukan perawatan luka, dapat diamati bahwa luas luka
panjang ± 32cm, lebar ± 20cm, tidak terdapat gua, luka berwarna
merah terang, batasan tepi luka terlihat menyatu dengan dasar luka,
<25% permukaan luka tertutup jaringan nekrotik, terdapat darah
yang membasahi <25% balutan, luka tampak lembab, warna kulit
sekitar luka warna kulit normal, tidak ada pembengkakan dan tidak
terdapat jaringan granulasi. Pada saat perawatan luka, perawat
menggunakan NaCl untuk membersihkan luka pasien. Setelah luka
dibersihkan dengan NaCl, perawat langsung mengoleskan madu
pada luka dan menutup luka dengan kassa basah dan kassa kering.
Lalu perawat merapihkan alat-alat yang telah digunakan serta
mencatat hasil tindakan yang telah dilakukan pada catatan
keperawatan. Pada jam 06.20 dilakukan pemeriksaan GDS dan
hasilnya 158 mg/dL. Pasien mengatakan bahwa hari ini ia makan
makanan yang disediakan rumah sakit hanya 2 sendok makan.
Pada hari Jumat, 19 April 2019 telah dilakukan observasi ke-
5, sebelum dilakukan perawatan luka didapatkan hasil balutan
tampak kotor dan luka berbau sehingga perawat akan melaukan
perawatan luka sesuai dengan rencana keperawatan. Dalam
melakukan perawatan luka, perawat mengikuti prosedur sesuai
dengan prosedur yang biasa dilakukan sebelumnya. Pada saat
dilakukan perawatan luka, dapat diamati bahwa keadaan luka
masih sesuai dengan sebelumnya dengan luas luka panjang ±32cm,
lebar ± 20cm, tidak terdapat gua, luka berwarna merah terang,
batasan tepi luka terlihat menyatu dengan dasar luka, <25%
permukaan luka tertutup jaringan nekrotik, terdapat darah yang
membasahi <25% balutan, luka tampak lembab, warna kulit sekitar
luka warna kulit normal, tidak ada pembengkakan dan tidak
terdapat jaringan granulasi. Pada saat perawatan luka, perawat
menggunakan NaCl untuk membersihkan luka pasien. Setelah luka
dibersihkan dengan NaCl, perawat langsung mengoleskan madu
pada luka dan menutup luka dengan kassa basah dan kassa kering.
Lalu perawat merapihkan alat-alat yang telah digunakan serta
mencatat hasil tindakan yang telah dilakukan pada catatan
keperawatan. Pada jam 06.24 dilakukan pemeriksaan GDS dan
hasilnya 101 mg/dL. Pasien mengatakan bahwa hari ini ia makan
makanan yang disediakan rumah sakit hanya 2 sendok makan.
2) Evaluasi
Setelah dilakukan prosedur perawatan luka selama 5 kali
menggunakan NaCl dan 2 kali madu, diperoleh data sebagai berikut,
pasien masih terasa lemas dan mengalami hambatan mobilitas fisik,
nyeri pada daerah luka ketika sedang dibersihkan, balutan tampak
bersih, tidak ada tanda-tanda resiko infeksi yang terjadi pada luka,
kondisi luka panjang ± 32cm, lebar ± 20cm, tidak terdapat gua,
luka berwarna merah terang, batasan tepi luka terlihat menyatu
dengan dasar luka, <25% permukaan luka tertutup jaringan
nekrotik, terdapat darah yang membasahi <25% balutan, luka
tampak lembab, warna kulit sekitar luka warna kulit normal, tidak
ada pembengkakan dan tidak terdapat jaringan granulasi.
b. Pasien 2
Seorang laki-laki, usia 60 tahun, tempat tanggal lahir Medan 15
September 1959, status perkawinan kawin, pendidikan terakhir SMP,
beragama islam, pekerjaan sehari-hari sebagai karyawan swasta,
beralamat di Bekasi Utara, dengan diagnosa Diabetes Mellitus. Pasien
mengatakan bahwa ia terkena diabetes mellitus sejak tahun 2012.
Selama terkena diabetes mellitus, pasien tidak pernah mengkonsumsi
obat-obatan yang dapat mengontrol gulanya serta tidak menjaga pola
makannya. Pasien mengatakan awal timbulnya luka dimulai pada tahun
2018, saat kaki kanan pasien tepatnya dijari kelingking gatal dan pasien
menggaruk terus menerus hingga luka. Lama kelamaan luka tersebut
makin melebar hingga ke jari kaki lainnya. Akhirnya pasien
memutuskan untuk berobat ke rumah sakit dan dokter menyarankan
untuk amputasi. Karena luka tak kunjung sembuh dan makin melebar,
keluarga dan pasien memutuskan untuk di amputasi. Pasien datang ke
RSUD Bekasi pada tanggal 31 Maret 2019. Ada beberapa pemeriksaan
yang hasilnya kurang bagus, sehingga operasinya harus diundur.
Akhirnya pasien dioperasi pada tanggal 13 April 2019. Setelah di
amputasi, pasien di pindahkan ke ruang Camelia lantai 6 gedung E pada
tanggal 15 April 2019. Pasien mengatakan setelah diamputasi, lukanya
mengalami perdarahan.
Pada saat pengkajian tanggal 16 April 2019 didapatkan hasil
terdapat luka post amputasi pada kaki kanan. Luka tampak basah,
terdapat perdarahan, dan terdapat gangren. Luka pasien sedikit berbau.
Luas luka panjang ±15cm dan lebar ±1cm, tidak terdapat gua, luka
berwarna kemerahan, batasan luka terlihat menyatu dengan dasar luka,
tidak terdapat jaringan nekrotik, terdapat perdarahan lebih dari 25% dan
membasahi 75% dari balutan, warna kulit sekitar luka hitam, tidak ada
pembengkakan dan tidak ada jaringan granulasi. Pasien mengatakan
bahwa keluarganya tidak ada yang memiliki riwayat diabetes mellitus.
Sebelum masuk rumah sakit, pasien tidak mengalami masalah dalam
kebutuhan nutrisi. Pasien makan sehari 3 kali, nafsu makan baik, dan
pasien tidak memiliki alergi/pantangan makanan. Pasien mengatakan
selama dirawat dirumah sakit, nafsu makan pasien juga baik. Berat
badan pasien 55kg dengan tinggi badan 155cm. Pasien mengatakan
bahwa BAK dalam sehari lebih dari 5 kali dan pasien sering BAK di
malam hari, berwarna jernih, dan tidak ada masalah dalam BAK.
Ketika dilakukan pemeriksaan fisik di dapatkan hasil, keadaan
umum Composmentis, Tekanan Darah 140/80 mmHg, Nadi 90 x/menit,
Pernafasan 20 x/menit, Suhu 36,7ᵒC. Adapun hasil dari pemeriksaan
head to toe yaitu didapatkan luka post amputasi pada kaki kanan pasien,
terdapat gangren, luka masih terlihat basah serta teraba lembek dan
terdapat perdarahan. Hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 13 April
2019 Albumin 2,16 g/dl, GDS 82 mg/dL, Natrium (Na) 128 mmol/L,
Kalium (K) 3,3 mmol/L, Clorida (Cl) 85 mmol/L, Warna feses coklat
kemerahan, Konsistensi lembe, Bau khas, Campuran lendir (+), Lekosit
0-5/lpb, Eritrosit 2-5/lpb, Bakteri positif 1 (+), Parasit negatif, Telur
cacing negatif, Jamur sel ragi (+), Amylum negatif, Lemak negatif,
Serat positif, PH 7,0, Reduksi negatif. Hasil pemeriksaan laboratorium
tanggal 16 April 2019 Gula Darah Sewaktu 102 mg/dL.
Terapi obat yang diberikan yaitu Canna cups 3x2 tab, Rekamipid
2x100 mg, Cotimoxazole 2x1, Sucralfat 3x1, Pro TB4 1x3 tab,
Metronidazole 3x 500 mg, Adona 3x1 dalam RL, Transamin 2x500, Vit
K 2x1, Omz 2x40mg, KSR 3x600 mg, dan diet nutrisi yang diberika
yaitu DM 1700. Berdasarkan hasil pengkajian diatas ditemukan
masalah keperawatan yaitu gangguan integritas jaringan sehingga
dilakukan prosedur perawatan luka.
1) Hasil Observasi
Pada hari Selasa, 16 April 2019 telah dilakukan observasi
langsung kepada pasien. Sebelum perawat melakukan perawatan
luka, perawat terlebih dahulu melihat rencana tindakan yang akan
dilakukan dan menyiapkan alat-alat yang akan digunakan serta
membawanya ke ruang pasien. Kemudian, perawat menjelaskan
terlebih dahulu tindakan yang akan dilakukan pada pasien. Setelah
pasien mengerti dan setuju dengan tindakan yang akan dilakukan,
perawat langsung melakukan perawatan luka. Pada saat melakukan
perawatan luka, perawat tidak menggunakan teknik steril tetapi
menggunakan teknik bersih hanya saja alat yang digunakan untuk
perawatan luka steril. Berhubung menggunakan teknik bersih,
perawat tidak mempersiapkan sarung tangan steril pada saat
perawatan luka. Kemudian perawat tidak menggunakan satu kassa
untuk satu kali usapan dan perawat tidak membersihkan luka dari
area yang kurang terkontaminasi ke area yang terkontaminasi.
Pada saat dilakukan perawatan luka, dapat diamati bahwa terdapat
luka pada kaki sebelah kanan dengan luas luka panjang ±15cm dan
lebar ±1cm, tidak terdapat gua, luka berwarna kemerahan, batasan
luka terlihat menyatu dengan dasar luka, tidak terdapat jaringan
nekrotik, terdapat perdarahan lebih dari 25% dan membasahi 75%
dari balutan, warna kulit sekitar luka hitam, tidak ada
pembengkakan dan tidak ada jaringan granulasi. Pada saat
perawatan luka, perawat menggunakan NaCl untuk membersihkan
luka dan mengoleskan lukanya dengan madu, kemudian perawat
langsung menutup luka dengan kassa basah dan kassa kering, dan
merapihkan alat-alat yang telah digunakan dan mencatat hasil
tindakan yang telah dilakukan pada catatan keperawatan. Pada jam
06.57 dilakukan pemeriksaan GDS 102 mg/dL. Pasien mengatakan
hari ini makanan yang disediakan rumah sakit habis.
Pada hari Rabu, 17 April 2019 telah dilakukan observasi ke-2,
sebelum dilakukan perawatan luka, didapatkan hasil balutan
tampak kotor, dan luka berbau, sehingga perawat akan melakukan
perawatan luka sesuai dengan rencana keperawatan. Dalam
melakukan perawatan luka perawat mengikuti prosedur sesuai
dengan prosedur yang dilakukan pada hari ke 1 yaitu menggunakan
teknik bersih. Pada saat dilakukan perawatan luka, dapat diamati
bahwa keadaan luka masih sama dengan hari pertama dengan luas
luka panjang ±15 cm dan lebar ±1 cm, tidak terdapat gua, luka
berwarna kemerahan, batasan luka terlihat menyatu dengan dasar
luka, tidak terdapat jaringan nekrotik, terdapat perdarahan lebih
dari 25% dan membasahi 75% dari balutan, warna kulit sekitar luka
hitam, tidak ada pembengkakan dan tidak ada jaringan granulasi.
Pada saat perawatan luka, perawat menggunakan NaCl untuk
membersihkan luka dan mengoleskan luka dengan madu, kemudian
perawat langsung menutup luka dengan kassa basah dan kassa
kering, dan merapihkan alat-alat yang telah digunakan dan
mencatat hasil tindakan yang telah dilakukan pada catatan
keperawatan. Pada jam 06.20 dilakukan pemeriksaan GDS 96
mg/dL. Pasien mengatakan hari ini makanan yang disediakan
rumah sakit habis.
Pada hari Kamis, 18 April 2019 telah dilakukan observasi ke-
3, sebelum dilakukan perawatan luka, didapatkan hasil balutan
tampak kotor, dan luka berbau, sehingga perawat akan melakukan
perawatan luka sesuai dengan rencana keperawatan. Dalam
melakukan perawatan luka perawat mengikuti prosedur sesuai
dengan prosedur yang dilakukan pada hari sebelumnya yaitu
menggunakan teknik bersih. Pada saat dilakukan perawatan luka,
dapat diamati bahwa keadaan luka masih sama dengan hari
sebelumnya dengan luas luka panjang ±15cm dan lebar ±1cm, tidak
terdapat gua, luka berwarna kemerahan, batasan luka terlihat
menyatu dengan dasar luka, tidak terdapat jaringan nekrotik,
terdapat perdarahan yang mambasahi <25% balutan, permukaan
luka lembab, warna kulit sekitar luka hitam, tidak ada
pembengkakan dan tidak ada jaringan granulasi. Pada saat
perawatan luka, perawat menggunakan NaCl untuk membersihkan
luka dan mengoleskan luka dengan madu, kemudian perawat
langsung menutup luka dengan kassa basah dan kassa kering, dan
merapihkan alat-alat yang telah digunakan dan mencatat hasil
tindakan yang telah dilakukan pada catatan keperawatan. Pada jam
06.15 dilakukan pemeriksaan GDS 98 mg/dL. Pasien mengatakan
hari ini makanan yang disediakan rumah sakit habis.
Pada hari Jumat, 19 April 2019 telah dilakukan observasi ke-
4, sebelum dilakukan perawatan luka, didapatkan hasil balutan
tampak kotor, dan luka berbau, sehingga perawat akan melakukan
perawatan luka sesuai dengan rencana keperawatan. Dalam
melakukan perawatan luka perawat mengikuti prosedur sesuai
dengan prosedur yang dilakukan pada hari sebelumnya yaitu
menggunakan teknik bersih. Pada saat dilakukan perawatan luka,
dapat diamati bahwa keadaan luka masih sama dengan hari
sebelumnya dengan luas luka panjang ±15cm dan lebar ±1cm, tidak
terdapat gua, luka berwarna kemerahan, batasan luka terlihat
menyatu dengan dasar luka, tidak terdapat jaringan nekrotik, tidak
terdapat perdarahan, permukaan luka lembab, warna kulit sekitar
luka hitam, tidak ada pembengkakan dan terdapat jaringan
granulasi. Pada saat perawatan luka, perawat menggunakan NaCl
untuk membersihkan luka dan mengoleskan luka dengan madu,
kemudian perawat langsung menutup luka dengan kassa basah dan
kassa kering, dan merapihkan alat-alat yang telah digunakan dan
mencatat hasil tindakan yang telah dilakukan pada catatan
keperawatan. Pada jam 06.30 dilakukan pemeriksaan GDS 101
mg/dL. Pasien mengatakan hari ini makanan yang disediakan
rumah sakit habis.
2) Evaluasi
Setelah dilakukan prosedur perawatan luka selama 4 kali
menggunakan NaCl dan madu, diperoleh data sebagai berikut,
pasien masih terasa lemas dan mengalami hambatan mobilitas fisik,
balutan tampak bersih, tidak ada tanda-tanda resiko infeksi yang
terjadi pada luka, kondisi luka panjang ±15cm dan lebar ±1cm,
tidak terdapat gua, luka berwarna kemerahan, batasan luka terlihat
menyatu dengan dasar luka, tidak terdapat jaringan nekrotik, tidak
terdapat perdarahan, permukaan luka lembab, warna kulit sekitar
luka hitam, tidak ada pembengkakan dan terdapat jaringan
granulasi.
B. PEMBAHASAN
Pada bagian ini penulis akan membahas perbedaan antara teori yang ada
dengan studi kasus yang ditemukan dilapangan. Pemberian prosedur perawatan
luka dimulai dari mengkaji keadaan luka hingga proses penyembuhan luka.
Penulis melakukan evaluasi perawatan luka dan ditemukan persamaan dan
perbedaan dari kedua pasien.
Pasien 1 dan Pasien 2 masuk ke RS dengan diagnosa Diabetes Mellitus.
Pasien 1 memiliki riwayat Diabetes Mellitus sejak 3 tahun yang lalu, sedangkan
Pasien 2 memiliki riwayat Diabetes Mellitus sejak 7 tahun yang lalu. Penyakit
diabetes merupakan penyakit terminal sehingga sulit untuk disembuhkan.
Perawatan luka yang sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) sangat
diperlukan untuk mencegah terjadinya perburukan pada luka. Jika di lihat sesuai
dengan fase penyembuhan luka, kedua pasien sudah memasuki fase rekontruksi.
Dimana pada fase ini sudah dimulai perkembangan jaringan granulasi. Proses
penyembuhan luka pada Pasien 2 sudah sesuai, dimana luka Pasien 2 sudah
terdapat jaringan granulasi. Berbeda dengan Pasien 1, dimana luka pada pasien 1
mengalami perburukan. Perburukan yang terjadi pada luka Pasien 1 dapat
disebabkan oleh beberapa faktor.
Pada kasus pertama, Pasien 1 setelah dilakukan perawatan luka selama 5
kali menggunakan NaCl dan 2 kali menggunakan madu, didapatkan hasil luas
luka panjang ± 32cm, lebar ± 20cm, tidak terdapat gua, luka berwarna merah
terang, batasan tepi luka terlihat menyatu dengan dasar luka, <25% permukaan
luka tertutup jaringan nekrotik, terdapat darah yang membasahi <25% balutan,
luka tampak lembab, warna kulit sekitar luka warna kulit normal, tidak ada
pembengkakan dan tidak terdapat jaringan granulasi. Pada Pasien 1 luka menjadi
mengalami perdarahan dan timbul jaringan nekrotik. Sedangkan kasus kedua,
Pasien 2 setelah dilakukan perawatan selama 4 kali menggunakan NaCl dan
madu, didapatkan hasil luas luka panjang ±15cm dan lebar ±1cm, tidak terdapat
gua, luka berwarna kemerahan, batasan luka terlihat menyatu dengan dasar luka,
tidak terdapat jaringan nekrotik, tidak terdapat perdarahan, permukaan luka
lembab, warna kulit sekitar luka hitam, tidak ada pembengkakan dan terdapat
jaringan granulasi. Pada Pasien 2 mengalami perubahan seperti perdarahan tidak
terjadi dan terdapat jaringan granulasi pada luka.
Penyembuhan luka pada ulkus diabetik sangat bergantung pada perawatan
luka yang diberikan, dimana teknik perawatan luka yang tepat dapat membantu
proses penyembuhan luka lebih cepat. Pemberian prosedur perawatan luka yang
dilakukan perawat kepada Pasien 1 dan Pasien 2 menggunakan teknik bersih.
Seharusnya, dalam melakukan prosedur perawatan luka, perawat menggunakan
teknik steril sehingga luka akan menjadi cepat sembuh apabila perawat tetap
memperhatikan teknik yang digunakan. Sesuai dengan Teori Setiadjo (2009)
dalam Salawaney (2016), menyatakan bahwa dalam melakukan tindakan
keperawatan akan menjadi penting untuk tetap memperhatikan prinsip steril agar
bebas dari kuman. Ini dimaksudkan agar dapat mengantisipasi dan mencegah
terjadinya infeksi pada luka karena pencegahan infeksi pada luka adalah kunci
dari keberhasilan kesembuhan luka. Kemudian menurut Perry & Potter (2005)
dalam Salawaney (2016), mengatakan keberhasilan pengendalian infeksi pada
tindakan perawatan luka bukan hanya ditentukan oleh canggihnya peralatan
yang ada tetapi ditentukan oleh kesempurnaan petugas dalam melaksanakan
perawatan luka secara benar. Kesempurnaan menjalankan tugas dengan benar
salah satunya dengan memegang prinsip steril agar pengendalian kebersihan
infeksi dapat berhasil. Infeksi biasanya diakibatkan dari pemberian pelayanan
kesehatan yang tidak sesuai atau sering terjadi pada fasilitas – fasilitas pelayanan
kesehatan. Ketika perawat bekerja sesuai dengan prinsip – prinsip yang benar
maka akan tercapai keberhasilan dalam menjalankan tugas serta akan tercapai
keberhasilan dalam pencegahan infeksi.
Perawatan luka yang dilakukan Pasien 2 dengan Pasien 1 yaitu
menggunakan NaCl dan madu, hanya saja Pasien 2 menggunakan madu sejak
pertama kali perawatan luka sedangkan Pasien 1 baru 2 kali menggunakan madu
untuk perawatan luka. Cairan NaCl cukup baik untuk membersihkan luka hanya
saja kurang efektif untuk perawatan luka, sesuai dengan teori Rosyadi (2008)
dalam Purnomo (2014) bahwa larutan NaCl 0,9 % merupakan cairan isotonik
dan juga merupakan cairan garam fisiologis yang baik digunakan untuk
pembersih, pembasuh dan kompres pada luka. NaCl 0,9 % memiliki komposisi
dan konsentrasi cairan yang hampir sama dengan cairan tubuh sehingga tidak
mengiritasi jaringan. Penggunaan NaCl dalam perawatan luka kurang efektif
untuk mencegah timbulnya jaringan nekrotik, sedangkan keberadaan jaringan
nekrotik pada ulkus menjadi tempat bersembunyi koloni bakteri juga
menghambat proses granulasi jaringan (Smeltzer, 2006 dalam Purnomo, dkk
2014). Sedangkan perawatan luka dengan menggunakan madu cukup efektif
karena dapat mempercepat penyembuhan luka sesuai dengan pendapat Hammad
(2013) dalam Nabhani & Widiyastuti (2017) karena madu memiliki kandungan
airnya rendah, PH madu yang asam serta kandungan hidrogen peroxida-nya
mampu membunuh bakteri dan mikro-organisme yang masuk kedalam tubuh
kita. Selain itu, madu juga mengandung berbagai macam enzim salah satunya
enzim katalase yang memberi efek pemulihan pada luka (Hamad & Sa’id, 2007
dalam Nabhani & Widiyastuti, 2017). Waktu penyembuhan luka yang dirawat
dengan madu lebih cepat sekitar empat kali dari pada waktu penyembuhan luka
yang dirawat dengan obat lain (Yapucaet al, 2007, dalam Siswantoro 2017).
Selain tekniksteril, perawat juga harus memperhatikan teknik perawatan
luka seperti teknik wet-dry atau teknik moist wound healing. Teknik perawatan
lukayang diberikan kepada Pasien 1 dan Pasien 2 menggunakan teknik wet-dry
(basah kering). Perawatan luka menggunakan teknik wet-dry kurang efektif
terhadap penyembuhan luka dibandingkan dengan teknik moist wound healing,
sesuai dengan teori Wahidin (2013) dalam Ose (2018) bahwa untuk balutan
basah kering apabila luka memiliki eksudat dalam jumlah banyak maka harus
segera diganti balutannya. Terutama apabila eksudat tersebut sampai merembes
keluar dari balutan yang menyebabkan balutan tampak kotor. Perawatan luka
dengan balutan basah kering akan sangat sulit saat ingin membuka balutan
tersebut dikarenakan balutan tersebut menjadi kering dan akan menimbulkan
nyeri dan juga perdarahan apabila balutan tersebut diangkat serta dapat merusak
sel-sel.
Sedangkan teknik moist wound healing merupakan teknik penangganan
luka dengan cara menjaga keadaan luka agar tetap lembab sehingga dapat
menfasilitasi pergerakan sel pada luka, serta dapat mempercepat proses granulasi
sebesar 40% dari pada luka dengan keadaan kering (Koutoukidis & Lawrence,
2009 dalam Wahyuni, 2017). Teknik moist wound healing ini menunjukkan
bahwa eksudat luka dapat memberikan bahan – bahan yang dibutuhkan dalam
proses penyembuhan, seperti enzim, growth factors, dan faktor kemotaktik
dimana dapat mengendalikan infeksi, serta dapat menyediakan lingkungan yang
terbaik dalam proses penyembuhan (Hendrickson, 2005 dalam Wahyuni, 2017).
Penyembuhan luka pada Pasien 2 lebih cepat dibandingkan dengan Pasien
1 karena Pasien 2 lebih patuh pada diit yang telah di tentukan oleh rumah sakit
dan selalu menghabiskan makanan yang di siapkan oleh rumah sakit. Sedangkan
Pasien 1 tidak patuh pada diit yang ditentukan oleh rumah sakit. Pasien 1 tidak
menghabiskan makanan yang disediakan rumah sakit. Pasien 1 selalu
mengkonsumsi makanan yang dibawa keluarganya, sesuai dengan penelitian
Handayani (2013) dalam Hasan (2014), tentang faktor yang mempengaruhi
proses penyembuhan ulkus diabetic, bahwa ada hubungan yang signifikan antara
nutrisi dengan proses penyembuhan pada pasien ulkus diabetikum. Nutrisi
sangat dibutuhkan dalam proses penyembuhan luka. Zat makanan seperti Asam
amino sangat penting sebagai bahan dasar untuk revaskularisasi, proliferasi
fibroblas, sintesis kollagen dan pembentukan limpatik. Dimana dapat dijumpai
pada daging, ikan, ayam dan produk susu. Serta protein, vitamin, mineral dan
zinc juga sangat diperlukan. Dan untuk mempercepat proses perbaikan dan
regenerasi jaringan diperlukan diet yang seimbang dan zat-zat yang dibutuhkan
pada proses penyembuhan luka. Karena nutrisi yang baik akan mempercepat
proses penyembuhan luka, sebaliknya nutrisi yang tidak baik akan
memperlambat proses penyembuhan luka.
Proses penyembuhan luka pada Pasien 2 lebih cepat juga dikarenakan gula
darah Pasien 2 lebih terkontrol dibandingkan gula darah Pasien 1, sesuai dengan
penelitian Handayani (2010) bahwa gula darah mempengaruhi dan berpola
positif terhadap perkembangan proses penyembuhan ulkus, serta kadar gula
yang mendekati normal dapat menurunkan skor penyembuhan ulkus semakin
besar. Tidak terkontrolnya kadar gula darah akan memberikan efek yang tidak
baik. Jumlah makrofag selama fase inflamasi akan berkurang dan dapat
menghambat penyembuhan luka yang terjadi, kadar gula darah yang tinggi juga
dapat mengganggu sirkulasi dan nutrisi tidak dapat masuk ke dalam sel,
sehingga luka tidak akan mengikuti fase – fase penyembuhan fisiologi (Ekaputra,
2013 dalam Wahyuni, 2017).
Dan proses penyembuhan luka Pasien 2 lebih cepat dibandingkan dengan
Pasien 1 dikarenakan usia. Meskipun usia keduanya masuk ke dalam kategori
lansia, tetapi usia Pasien 2 lebih muda dibandingkan dengan usia Pasien 1.
Pasien 1 berusia 78 tahun dan Pasien 2 berusia 60 tahun. Sesuai dengan teori
Arisanty (2013) dalam Wahyuni, (2017) usia dapat mempengaruhi
penyembuhan luka yang terjadi, pada usia lanjut terjadi penurunan fungsi tubuh
sehingga dapat memperlambat waktu penyembuhan luka. Jumlah dan ukuran
fibroblas menurun, begitu juga kemampuan proliferasi sehingga terjadi
penurunan respons terhadap growth factor dan hormon – hormon yang
dihasilkan selama penyembuhan luka. Selain itu, jumlah dan ukuran sel mast
juga menurun, serta kondisi kulit yang cenderung kering, keriput, dan tipis
sangat mudah mengalami luka karena gesekan dan tekanan, sehingga hal
tersebut menyebabkan luka pada usia lanjut akan lebih lama sembuhnya.

C. KETERBATASAN
Pada studi kasus ini, hambatan yang penulis rasakan adalah keterbatasan
waktu untuk melakukan observasi dalam 4 hari sehingga tidak memaksimalkan
proses penyembuhan luka, keterbatasan alat yang digunakan perawat untuk
melakukan perawatan luka, keterbatasan mencari pasien yang sesuai dengan
kriteria, keterbatasan dalam mencari referensi sehingga penulis kesulitan
mendapatkan sumber buku yang terbaru sehingga penulis mencari referensi
melalui media online seperti jurnal, ebook, dll.
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Diabetes Mellitus merupakan salah satu masalah kesehatan yang harus


mendapatkan perhatian khusus karena jika tidak dilakukan penanganan secara
serius akan terjadi gangguan integritas jaringan yang memicu timbulnya ulkus
diabetik. Penyakit diabetes merupakan penyakit terminal sehingga sulit untuk
disembuhkan. Perawatan luka yang sesuai dengan Standar Operasional Prosedur
(SOP) sangat diperlukan untuk mencegah terjadinya perburukan pada luka.

Berdasarkan hasil studi kasus dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa


penerapan prosedur perawatan luka yang dilakukan menunjukkan didapatkannya
keefektivan tindakan perawatan luka pada pasien 2 dari skor 25 menjadi 21 dan
tidak efektif pada pasien 1 dikarenakan terjadi penurunan dari skor 19 menjadi
24. Perawatan luka menjadi efektif jika perawat memperhatikan teknik yang
digunakan seperti teknik steril dalam melakukan perawatan luka, kemudian
teknik balutan yang digunakan seperti teknik wet-dry ataupun teknik moist
wound healing juga dapat mempengaruhi proses penyembuhan luka. Kemudian
dalam studi kasus ini, madu juga dapat berpengaruh terhadap proses
penyembuhan luka, karena madu memiliki kandungan yang dapat membunuh
bakteri dan mempunyai efek pemulihan pada luka lebih cepat sekitar empat kali
dari pada waktu penyembuhan luka yang dirawat dengan obat lain.

Keefektifan prosedur ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor


diantaranya perawatan luka menggunakan madu, pada Pasien 1 baru dilakukan 2
kali, sedangkan pada Pasien 2 sudah dilakukan sejak awal perawatan luka,
nutrisi yang dikonsumsi oleh Pasien 2 berbeda dengan Pasien 1 karena Pasien 2
selalu mengkonsumsi makanan yang disediakan oleh rumah sakit sedangkan
Pasien 1 tidak mengkonsumsi makanan yang disediakan oleh rumah sakit
melainkan mengkonsumsi makanan yang dibawa keluarganya dari luar,
kemudian kadar gula darah pada Pasien 2 selalu terkontrol dari hari pertama
hingga hari terakhir sedangkan kadar gula darah Pasien 1 selalu tinggi serta tidak
tidak terkontrol, dan yang terakhir adalah usia Pasien 2 dan Pasien 1 memasuki
usia lansia tetapi usia Pasien 1 lebih tua dibandingkan Pasien 2. Pasien 1berusia
78 tahun sedangkan Pasien 2 60 tahun. Dari beberapa faktor diatas dapat
mempengaruhi proses penyembuhan luka pada Pasien 2 dan Pasien 1.

B. SARAN
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka diturunkan beberapa saran penulis
diantaranya :
1. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan rumah sakit dapat meningkatkan pelayanan standar
operasional prosedur pada perawatan luka.
2. Bagi Perawat
Diharapkan perawat memberikan pendidikan kesehatan tentang cara
melakukan perawatan luka sesuai dengan SOP sebelum pasien pulang
kerumah sehingga pasien dan keluarga dapat melakukannya secara mandiri
ketika dirumah.
3. Pasien dan Keluarga
Dalam hal ini, diharapkan pasien dan keluarga mampu menerapkan
perawatan luka yang diajarkan perawat secara mandiri setelah pulang dari
rumah sakit. Dan keluarga harus berperan penting dalam membantu dan
mendukung perawatan luka dirumah agar mempercepat proses
penyembuhan dan terhindar dari resiko infeksi.
DAFTAR PUSTAKA

Andyagreeni. (2010), Tanda Klinis Penyakit Diabetes Mellitus. Jakarta: CV.Trans


Info Media.
Bararah, T., & Jauhar, M. (2013), Asuhan Keperawatan Panduan Lengkap Menjadi
Perawat Profesional. Jakarta: Prestasi Pustakaraya.
Berman, A., Snyder, S., & Frendsen, G. (2016), Kozier & ERB’s Fundamentals of
Nursing: concepts, process, and practice (10th ed.). United States of America:
Pearson Education.
Brunner & Suddarth. (2018), Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.
Ghofar, A. (2012), Pedoman Lengkap Keterampilan Perawatan Klinik. Yogyakarta:
Mitra Buku.
Handayani, L. T. (2016), Studi Meta Analisis Perawatan Luka Kaki Diabetes
Dengan Modern Dressing. The Indonesian Journal Of Health Science, Vol 6, No.
2, Juni 2016.
Hasan, D. R. (2014), Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Proses
Penyembuhan Ulkus Diabetikum Pada Rs Di Provinsi Gorontalo. Jurusan Ilmu
Keperawatan. FIKK UNG.
Hasdianah. (2012), Mengenal Diabetes Mellitus Pada Orang Dewasa dan Anak –
Anak Dengan Solusi Herbal. Yogyakarta: Nuha Medika.
Ismail, D. D. S. L., Irawati, D., & Haryati, T. S. (2009), Penggunaan Balutan
Modern Memperbaiki Proses Penyembuhan Luka Diabetik. Jurnal Kedokteran
Brawijaya, Vol. XXV, No. 1, April 2009.
Kemenkes RI. (2016), CEGAH, CEGAH, dan CEGAH: Suara Dunia Perangi
Diabetes.http://www.depkes.go.id/article/view/18121200001/prevent-prevent-
and-prevent-the-voice-of-the-world-fight-diabetes.html. Diakses pada tanggal 10
April 2019.
Kristiyaningrum, Indanah, & Suwarto. (2012), Efektivitas Penggunaan Larutan NaCl
dibandingkan dengan d40% Terhadap Proses Penyembuhan Luka Ulkus DM di
RSUD KUDUS. JIKK Vol. 4, No 2, Juli 2013 : 52-58.
LeMone, P., Burke, K. M., & Bauldoff, G. (2016), Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah. Jakarta: EGC.
Maghfuri, A. ( 2016), Buku Pintar Perawatan Luka Diabetes Melitus. Jakarta:
Salemba Medika.
Nabhani, & Widiyastuti, Yuli. (2017), Pengaruh Madu Terhadap Proses
Penyembuhan Luka Gangren Pada Pasien Diabetes Mellitus. Media Publikasi
Penelitian; 2017; Volume 15; No 1.
Nurarif, A., & Kusuma, H. (2015), APLIKASI Asuhan Keperawatan berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediaAction.
Ose, M. I., Utami, P. A., & Damayanti A. (2018), Efektivitas Perawatan Luka Teknik
Balutan Wetdry Dan Moist Wound Healing Pada Penyembuhan Ulkus Diabetik.
Journal of Borneo Holistic Health, Volume 1 No. 1 Juni 2018 hal 101-112.
Potter & Perry. (2010), Fundamental Keperawatan. Buku 3 Edisi 7. Jakarta: EGC.
Purnomo, S. E. C., Sri Utami D., & Kurniati P. L. (2014), Efektifitas Penyembuhan
Luka Menggunakan Nacl 0,9% Dan Hydrogel Pada Ulkus Diabetes Mellitus Di
Rsu Kota Semarang. Prosiding Konferensi Nasional Ii Ppni Jawa Tengah 2014.
Salawaney. 2016. Tingkat Keefektifan dari Perawatan Luka Ulkus Diabetes Melitus.
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Kristen Satya Wacana

Siswantoro, E. (2017), Efektifitas Perawatan Luka Diabetik Metode Modern


Dressing Menggunakan Madu Terhadap Proses Penyembuhan Luka. Jurnal
Keperawatan & Kebidanan – Stikes Dian Husada Mojokerto.
Smeltzer, S. C., & Bare, A. G. (2001), Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta: EGC.
Supartini, Y., dkk. (2009). Buku Panduan Praktika Mata Kuliah Kebutuhan Dasar
Manusia II. Jakarta: EGC.
Sutanto. (2010), Cekal Penyakit Modern Hipertensi, Stroke, Jantung, Kolesterol, dan
Diabetes. Yogyakarta: C.V ANDI OFFSET.
Wahyuni, L. (2017), Effect Moist Wound Healing Technique Toward Diabetes
Mellitus Patients With Ulkus Diabetikum In Dhoho Room Rsud Prof Dr.
Soekandar Mojosari.Vol 6, No 1 (2017)
Yasmara, D., Nursiswati, & Arafat, R. (2017), Rencana Asuhan Keperawatan
Medikal-Bedah: Diagnosis NANDA-I 2015-2017 Intervensi NIC Hasil NOC.
Jakarta: EGC.
Lampiran 1

LEMBAR PERSETUJUAN
(INFORM CONSENT)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Ny. A

Usia : 78 Tahun

Alamat : Bekasi

Menyatakan bersedia menjadi responden studi kasus untuk Karya Tulis Ilmiah (KTI)
Mahasiswa DIII Keperawatan semester VI Poltekkes Kemenkes Jakarta III.

Saya memahami penelitian ini tidak akan berakibat negatif dan merugikan saya, serta
kerahasiaan saya akan dijaga, oleh karena itu saya bersedia menjadi responden.

Bekasi, 16 April 2019

Responden

( Ny. A )
Lampiran 2

LEMBAR PERSETUJUAN
(INFORM CONSENT)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Tn. R

Usia : 60 Tahun

Alamat : Bekasi

Menyatakan bersedia menjadi responden studi kasus untuk Karya Tulis Ilmiah (KTI)
Mahasiswa DIII Keperawatan semester VI Poltekkes Kemenkes Jakarta III.

Saya memahami penelitian ini tidak akan berakibat negatif dan merugikan saya, serta
kerahasiaan saya akan dijaga, oleh karena itu saya bersedia menjadi responden.

Bekasi, 16 April 2019

Responden

( Tn. R )
Lampiran 3

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)


Nama Pasien : Ny. A

POLTEKKES STANDAR OPERASIONAL DILAKUKAN


KEMENKES PROSEDUR YA TIDAK
JAKARTA III PERAWATAN LUKA
1. PENGERTIAN Perawatan luka adalah serangkaian √
kegiatan yang dilakukan untuk
merawat luka agar dapat mencegah
terjadinya trauma (injuri) pada kulit
membran mukosa atau jaringan lain.
2. TUJUAN Tujuan diberikan perawatan luka √
yaitu :
1. Mencegah terjadinya infeksi
2. Mengurangi nyeri dan
mempercepat proses
penyembuhan luka
3. Mengobservasi drainase
4. Menghambat atau membunuh
mikroorganisme
5. Mecegah perdarahan dan
meningkatkan kenyamanan fisik
3. PERSIAPAN 1. Seperangkat set perawatan luka √
ALAT steril
2. Larutan pembersih yang di √
resepkan
3. Gunting verban/plester √
4. Sarung tangan sekali pakai √
5. Plester, pengikat atau balutan √
sesuai kebutuhan
6. Bengkok √
7. Perlak pengalas √
8. Kantong untuk sampah √
9. Troli √
4. PROSEDUR
A. Tahap pra interaksi
1. Membaca rekam medis pasien dan catatan √
untuk rencana perawatan luka
2. Mengeksplorasi perasaan, analisis kekuatan √
dan keterbatasan profesional pada diri sendiri
3. Menyiapkan alat :
a. Seperangkat set perawatan luka steril √
b. Larutan pembersih yang diresepkan √
c. Gunting verban/plester √
d. Sarung tangan sekali pakai √
e. Plester, pengikat atau balutan sesuai √
kebutuhan
f. Bengkok √
g. Perlak penghalas √
h. Kantong untuk sampah √
i. Troli √
B. Tahap Orientasi
1. Memberikan salam, memasukkan dengan √
menanyakan nama, alamat, dan umur pasien
2. Memanggil nama pasien sesuai dengan √
persetujuan pasien
3. Menjelaskan tujuan, prosedur dan lamanya √
tindakan pada pasien/keluarga pasien
4. Memberikan kesempatan pada pasien untuk √
bertanya sebelum tindakan dimulai
5. Meminta persetujuan √
6. Menjaga privacy pasien dengan menutup tirai √
7. Mencuci tangan sebelum melakukan tindakan √
C. Tahap Kerja
1. Menyusun semua peralatan yang diperlukan di √
troli dekat pasien (tidak membuka peralatan
steril dulu)
2. Meletekkan bengkok didekat pasien √
3. Memasangkan perlak penghalas √
4. Mengatur posisi klien dan mengintruksikan √
klien untuk tidak menyentuh area luka atau
peralatan steril
5. Menggunakan sarung tangan sekali pakai dan √
melepaskan plester, ikatan atau balutan dengan
menggunakan pinset
6. Jika balutan lengket pada luka, melepaskan √
balutan dengan memberikan larutan
steril/NaCl
7. Observasi karakter dan jumlah drainnase pada √
balutan
8. Buang balutan kotor pada bengkok, lepaskan √
sarung tangan dan bulang pada tempatnya
9. Buka bak instrumen balutan steril. Balutan, √
gunting dan pinset, harus tetap pada bak
intrumen steril.
10. Kenakan sarung tangan steril √
11. Inspeksi luka. Perhatikan kondisinya, letak
drain, integritas balutan atau penutup kulit, dan √
karakter drainase.
12. Membersihkan luka dengan larutan antiseptic √
yang diresepkan
13. Menggunakan satu kassa untuk satu kali √
usapan
14. Membersihkan luka dari area kurang √
terkontiminasi ke area terkontaminasi
15. Gunakan kassa baru untuk mengeringkan luka √
atau insisi
16. Berikan salep antiseptic bila dipesankan √
17. Pasang kassa steril kering pada insisi atau letak √
luka
18. Menggunakan plester diatas balutan, fiksasi √
dengan ikatan atau balutan
19. Melepaskan sarung tangan dan membuang √
pada tempat sampah medis
20. Membantu klien pada posisi yang nyaman √
D. Tahap Terminasi
1. Mengevaluasi perasaan klien setelah dilakukan √
tindakan
2. Menyimpulkan hasil tindakan √
3. Melakukan kontrak untuk tindakan selanjutnya √
4. Mencuci dan membereskan alat setelah √
digunakan
5. Mencuci tangan setelah melakukan tindakan √
E. Dokumentasi
1. Mencatat tanggal dan jam perawatan luka √
2. Mencatat nama, alamat dan umur klien √
3. Mencatat hasil tindakan sesuai dengan SOAP √
4. Paraf dan nama petugas/perawat yang √
melakukan tindakan Standar Operasional
Prosedur
Catatan :
Perawat menggunakan teknik bersih dalam melakukan perawatan luka.
Lampiran 4

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)


Nama Pasien : Tn. R

POLTEKKES STANDAR OPERASIONAL DILAKUKAN


KEMENKES PROSEDUR YA TIDAK
JAKARTA III PERAWATAN LUKA
1. PENGERTIAN Perawatan luka adalah serangkaian √
kegiatan yang dilakukan untuk
merawat luka agar dapat mencegah
terjadinya trauma (injuri) pada kulit
membran mukosa atau jaringan lain.
2. TUJUAN Tujuan diberikan perawatan luka √
yaitu :
1. Mencegah terjadinya infeksi
2. Mengurangi nyeri dan
mempercepat proses
penyembuhan luka
3. Mengobservasi drainase
4. Menghambat atau membunuh
mikroorganisme
5. Mecegah perdarahan dan
meningkatkan kenyamanan fisik
3. PERSIAPAN 1. Seperangkat set perawatan luka √
ALAT steril
2. Larutan pembersih yang di √
resepkan
3. Gunting verban/plester √
4. Sarung tangan sekali pakai √
5. Plester, pengikat atau balutan √
sesuai kebutuhan
6. Bengkok √
7. Perlak pengalas √
8. Kantong untuk sampah √
9. Troli √
4. PROSEDUR
A. Tahap pra interaksi
1. Membaca rekam medis pasien dan catatan √
untuk rencana perawatan luka
2. Mengeksplorasi perasaan, analisis kekuatan
dan keterbatasan profesional pada diri sendiri
3. Menyiapkan alat :
a. Seperangkat set perawatan luka steril √
b. Larutan pembersih yang diresepkan √
c. Gunting verban/plester √
d. Sarung tangan sekali pakai √ √
e. Plester, pengikat atau balutan sesuai √
kebutuhan
f. Bengkok √
g. Perlak penghalas √
h. Kantong untuk sampah √
i. Troli √
B. Tahap Orientasi
1. Memberikan salam, memasukkan dengan √
menanyakan nama, alamat, dan umur pasien
2. Memanggil nama pasien sesuai dengan √
persetujuan pasien
3. Menjelaskan tujuan, prosedur dan lamanya √
tindakan pada pasien/keluarga pasien
4. Memberikan kesempatan pada pasien untuk
bertanya sebelum tindakan dimulai
5. Meminta persetujuan √
6. Menjaga privacy pasien dengan menutup tirai √
7. Mencuci tangan sebelum melakukan tindakan √
C. Tahap Kerja
1. Menyusun semua peralatan yang diperlukan di √
troli dekat pasien (tidak membuka peralatan
steril dulu)
2. Meletekkan bengkok didekat pasien √
3. Memasangkan perlak penghalas √
4. Mengatur posisi klien dan mengintruksikan √
klien untuk tidak menyentuh area luka atau
peralatan steril √
5. Menggunakan sarung tangan sekali pakai dan √
melepaskan plester, ikatan atau balutan dengan
menggunakan pinset
6. Jika balutan lengket pada luka, melepaskan √
balutan dengan memberikan larutan
steril/NaCl √
7. Observasi karakter dan jumlah drainnase pada √
balutan √
8. Buang balutan kotor pada bengkok, lepaskan √
sarung tangan dan bulang pada tempatnya
9. Buka bak instrumen balutan steril. Balutan, √
gunting dan pinset, harus tetap pada bak
intrumen steril.
10. Kenakan sarung tangan steril
11. Inspeksi luka. Perhatikan kondisinya, letak
drain, integritas balutan atau penutup kulit, dan √
karakter drainase.
12. Membersihkan luka dengan larutan antiseptic √
yang diresepkan
13. Menggunakan satu kassa untuk satu kali
usapan
14. Membersihkan luka dari area kurang √
terkontiminasi ke area terkontaminasi
15. Gunakan kassa baru untuk mengeringkan luka √
atau insisi
16. Berikan salep antiseptic bila dipesankan √
17. Pasang kassa steril kering pada insisi atau letak √
luka
18. Menggunakan plester diatas balutan, fiksasi √
dengan ikatan atau balutan
19. Melepaskan sarung tangan dan membuang √
pada tempat sampah medis
20. Membantu klien pada posisi yang nyaman √
D. Tahap Terminasi
1. Mengevaluasi perasaan klien setelah dilakukan √
tindakan
2. Menyimpulkan hasil tindakan √
3. Melakukan kontrak untuk tindakan selanjutnya √
4. Mencuci dan membereskan alat setelah √
digunakan
5. Mencuci tangan setelah melakukan tindakan √
E. Dokumentasi
1. Mencatat tanggal dan jam perawatan luka √
2. Mencatat nama, alamat dan umur klien √
3. Mencatat hasil tindakan sesuai dengan SOAP √
4. Paraf dan nama petugas/perawat yang √
melakukan tindakan Standar Operasional
Prosedur
Catatan :
Perawat menggunakan teknik bersih dalam melakukan perawatan luka.
Lampiran 5

LEMBAR OBSERVASI ULKUS DIABETIK


SKALA BWAT (Bates-Jensen Wound Assesment Tool)
Inisial Responden : Ny. A

No Indikator Pengkajian Hari Hari Hari Hari Hari


1 2 3 4 5
0 : Sembuh, luka
terselesaikan panjang x
lebar.
1 : < 4 cm
1. Ukuran
2 : 4 s.d 16 cm
3 : 16 s.d 36 cm √ √ √ √ √
4 : 36 s.d 80 cm
5 : > 80 cm
0 : Sembuh, luka
terselesaikan
1 : Eritema atau √ √ √ √ √
kemerahan
2. Laserasi lapisan
epidermis dan atau
dermis
3. Seluruh lapisan kulit
hilang, kerusakan atau
2. Eritema
nekrosis subkutan, tidak
mencapai fasia, tertutup
jaringan granulasi
4. Tertutup jaringan
nekrosis
5. Seluruh lapisan kulit
hilang dengan destruksi
luas, kerusakan jaringan
otot, tulang.
0 : Sembuh, luka
terselesaikan
1 : Samar, tidak terlihat
dengan jelas.
2. Batasan tepi terlihat, √ √ √ √ √
menyatu dengan dasar
luka
3. Tepi luka
3. Jelas, tidak menyatu
dengan dasar luka
4. Jelas, tidak menyatu
dengan dasar luks, tebal
5. Jelas, fibrotik, parut
tebal/hiperkeratonik
0 : Sembuh, luka
terselesaikan
1 : Tidak ada gua √ √ √ √ √
2 : Gua < 2cm diarea
manapun
4. Kedalaman/ 3 : Gua 2-4cm seluas
gua <50% pinggir luka
4 : Gua 2-4cm
seluas >50% pinggir
luka
5 : Gua >4cm diarea
manapun
1 : Tidak ada jaringan √ √ √
nekrotik
2 : Putih/ abu-abu
jaringan tidak dapat
teramati dan atau
jaringan nekrotik
5. Tipe kekuningan yang
jaringan melekat tapi mudah
nekrotik dilepas
3 : Jaringan nekrotik √ √
kekuningan yang
melekat tapi mudah
dilepas
4 : Melekat, lembut,
eskar hitam
5 : Melekat, kuat, keras,
eskar hitam
1 : Tidak ada jaringan √ √ √
nekrotik
2 : <25% permukaan √ √
luka tertutup jaringan
nekrotik
3 : 25% permukaan luka
Jumlah
tertutup jaringan
6 jaringan
nekrotik
nekrotik
4 : >50% dan <75%
permukaan luka tertutup
jaringan nekrotik
5. 75% s.d 100%
permukaan luka tertutup
jaringan nekrotik
1 : Tidak ada eksudat √ √ √
2 : Bloody √ √
Tipe
3 : Serosangueneous
7. Eksudat
(encer, berair, merah
(PUS)
pucat atau pink)
4 : Serosa (encer, berair,
kekuningan berbau)
5 : Purulen
(encer/kental, keruh,
kecoklatan/ kekuningan,
dengan berbau)
1 : Tidak ada, luka
kering
2. Moist, luka tampak √ √ √
lembab
3 : Sedikit: permukaan √ √
luka moist, eksudat
membasahi <25%
Jumlah balutan
8. Eksudat 4 : Moderat: eksudat
(PUS) terdapat >25% dan 75%
dari balutan yang
digunakan
5 : Banyak: permukaan
luka dipenuhi dengan
eksudat dan eksudat
membasahi 75% balutan
yang digunakan
1 : Pink atau warna kulit √ √ √ √ √
normal setiap bagian
luka
2 : Merah terang jika
disentuh
3 : Putih atau abu-abu,
Warna kulit
9. pucat atau
sekitar luka
hipopigmentasi
4 : Merah gelap atau
ungu dan atau tidak
pucat
5 : Hitam atau
hiperpigmentasi
1 : Tidak ada √ √ √ √ √
pembengkakan atau
edema
2 : Tidak ada pitting
edema sepanjang 4cm
sekitar luka
10. 3 : Tidak ada pitting
Edema edema sepanjang ≥4cm
4 : Pitting edema
sepanjang <4cm
disekitar luka
5 : Krepitus dan atau
pitting edema
sepanjang >4cm
disekitar luka
1 : Kulit utuh atau luka
pada sebagian kulit
2 : Terang, merah
seperti daging : 75% s/d
100% luka terisi
granulasi atau jaringan
tumbuh
Jaringan
3 : Terang, merah
granulasi/
11. seperti dagung <75%
jaringan
dan >25% luka terisi
merah
granulasi
4 : Pink, dan atau pucat,
merah kehitaman dan
atau luka <25% terisi
granulasi
5 : Tidak ada jaringan √ √ √ √ √
granulasi
Total Skor 19 19 19 24 24
Lampiran 6

LEMBAR OBSERVASI ULKUS DIABETIK


SKALA BWAT (Bates-Jensen Wound Assesment Tool)
Inisial Responden : Tn. R

No Indikator Pengkajian Hari Hari Hari Hari


1 2 3 4
0 : Sembuh, luka terselesaikan
panjang x lebar.
1 : < 4 cm
1. Ukuran 2 : 4 s.d 16 cm √ √ √ √
3 : 16 s.d 36 cm
4 : 36 s.d 80 cm
5 : > 80 cm
0 : Sembuh, luka terselesaikan
1 : Eritema atau kemerahan √ √ √ √
2. Laserasi lapisan epidermis
dan atau dermis
3. Seluruh lapisan kulit hilang,
kerusakan atau nekrosis
2. Eritema
subkutan, tidak mencapai fasia,
tertutup jaringan granulasi
4. Tertutup jaringan nekrosis
5. Seluruh lapisan kulit hilang
dengan destruksi luas,
kerusakan jaringan otot, tulang.
0 : Sembuh, luka terselesaikan
1 : Samar, tidak terlihat dengan
jelas.
2. Batasan tepi terlihat, √ √ √ √
3. Tepi luka
menyatu dengan dasar luka
3. Jelas, tidak menyatu dengan
dasar luka
4. Jelas, tidak menyatu dengan
dasar luks, tebal
5. Jelas, fibrotik, parut
tebal/hiperkeratonik
0 : Sembuh, luka terselesaikan
1 : Tidak ada gua √ √ √ √
2 : Gua < 2cm diarea manapun
Kedalaman/ 3 : Gua 2-4cm seluas <50%
4.
gua pinggir luka
4 : Gua 2-4cm seluas >50%
pinggir luka
5 : Gua >4cm diarea manapun
Tipe 1 : Tidak ada jaringan nekrotik √ √ √ √
5.
jaringan 2 : Putih/ abu-abu jaringan tidak
nekrotik dapat teramati dan atau jaringan
nekrotik kekuningan yang
melekat tapi mudah dilepas
3 : Jaringan nekrotik
kekuningan yang melekat tapi
mudah dilepas
4 : Melekat, lembut, eskar
hitam
5 : Melekat, kuat, keras, eskar
hitam
1 : Tidak ada jaringan nekrotik √ √ √ √
2 : <25% permukaan luka
tertutup jaringan nekrotik
Jumlah 3 : 25% permukaan luka
6 jaringan tertutup jaringan nekrotik
nekrotik 4 : >50% dan <75% permukaan
luka tertutup jaringan nekrotik
5. 75% s.d 100% permukaan
luka tertutup jaringan nekrotik
1 : Tidak ada eksudat √
2 : Bloody √ √ √
3 : Serosangueneous (encer,
Tipe berair, merah pucat atau pink)
7. Eksudat 4 : Serosa (encer, berair,
(PUS) kekuningan berbau)
5 : Purulen (encer/kental, keruh,
kecoklatan/ kekuningan, dengan
berbau)
1 : Tidak ada, luka kering
2. Moist, luka tampak lembab √
8. Jumlah 3 : Sedikit: permukaan luka √
Eksudat moist, eksudat membasahi
(PUS) <25% balutan
4 : Moderat: eksudat √ √
terdapat >25% dan 75% dari
balutan yang digunakan
5 : Banyak: permukaan luka
dipenuhi dengan eksudat dan
eksudat membasahi 75%
balutan yang digunakan
1 : Pink atau warna kulit normal
setiap bagian luka
2 : Merah terang jika disentuh
Warna kulit 3 : Putih atau abu-abu, pucat
9.
sekitar luka atau hipopigmentasi
4 : Merah gelap atau ungu dan
atau tidak pucat
5 : Hitam atau hiperpigmentasi √ √ √ √
10. Edema 1 : Tidak ada pembengkakan √ √ √ √
atau edema
2 : Tidak ada pitting edema
sepanjang 4cm sekitar luka
3 : Tidak ada pitting edema
sepanjang ≥4cm
4 : Pitting edema sepanjang
<4cm disekitar luka
5 : Krepitus dan atau pitting
edema sepanjang >4cm
disekitar luka
1 : Kulit utuh atau luka pada
sebagian kulit
2 : Terang, merah seperti
11. Jaringan
daging : 75% s/d 100% luka
granulasi/
terisi granulasi atau jaringan
jaringan
tumbuh
merah
3 : Terang, merah seperti
dagung <75% dan >25% luka
terisi granulasi
4 : Pink, dan atau pucat, merah √
kehitaman dan atau luka <25%
terisi granulasi
5 : Tidak ada jaringan granulasi √ √ √
Total Skor 25 25 24 21
Lampiran 7

FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN


A. PENGKAJIAN
1. IDENTITAS KLIEN
Nomor Register :
Nama Klien :
Jenis Kelamin :
Umur :
Status Perkawinan :
Pendidikan :
Agama :
Pekerjaan :
Alamat :
Tanggal Masuk RS :
Diagnosa Medis :
Tanggal Pengkajian :

2. RIWAYAT KEPERAWATAN
a. Riwayat kesehatan saat ini

b. Riwayat kesehatan masa lalu

c. Riwayat kesehatan keluarga

d. Riwayat psikososial dan spiritual

e. Pola kebiasaan sehari-hari


1) Nutrisi
a) Frekuensi makan : .................... x/hari
b) Nafsu makan : ( ) baik ( ) tidak, alasan: (mual,
muntah, sariawan)
c) Jenis makanan di rumah : ..................................................
d) Makanan yang tidak disukai/alergi/pantangan:
( ) ada ( ) tidak ada, .....................................................
e) Berat badan : ..... kg Tinggi badan : ..... cm %IBW : ...........
f) Jelaskan hal-hal yang terkait dengan pola makan dan
kebutuhan nutrisi......................................................................
2) Eliminasi
a) BAK
Frekuensi : ............. x/hari
Warna : .........................................................................
Keluhan yang berhubungan dengan BAK : ..............................
Alat bantu kesehatan dan obat-obatan yang digunakan : ..........
b) BAB
Frekuensi : ............. x/hari
Waktu : ( ) Pagi ( ) Siang
( ) Malam ( ) Tidak tentu
Warna : .......................................................................
Bau : .......................................................................
Konsistensi : .......................................................................
Keluhan : .......................................................................
Alat bantu kesehatan dan obat-obatan yang digunaka:............
3) Personal Hygiene
a) Mandi
Frekuensi : ............ x/hari
Memakai sabun: ( ) Ya ( ) Tidak
b) Oral hygiene
Frekuensi : ............. x/hari
Waktu : ( ) Pagi ( ) Sore ( ) Setelah makan

c) Cuci rambut
Frekuensi : ............ x/hari
Shampoo : ( ) Ya ( ) Tidak
4) Istirahat dan Tidur
Lama tidur : ................ jam/ hari
Tidur siang : ( ) Ya ( ) Tidak
Pola Aktivitas dan Latihan
Kegiatan dalam pekerjaan: .......................................................
Waktu bekerja : ( ) Pagi ( ) Sore ( )
Malam
Olahraga : ( ) Pagi ( ) Sore ( )
Malam
Jenisnya : ..............................................................................
Frekuensi : ..............................................................................
Kegiatan waktu luang: .............................................................
Keluhan dalam beraktivitas:
( ) Pergerakan tubuh ( ) Mandi
( ) Mengenakan pakaian ( ) Bersolek
( ) Sesak nafas setelah beraktivitas ( ) Lain-lain...........
5) Kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan
a) Merokok : ( ) Ya ( ) Tidak
Frekuensi : .......................................................
Jumlah : .......................................................
Lama pemakaian : .......................................................
b) Minuman beralkohol : ( ) Ya ( ) Tidak
Frekuensi : .......................................................
Jumlah : .......................................................
Lama pemakaian : .......................................................
c) Ketergantungan obat : ( ) Ya ( ) Tidak
Frekuensi : .......................................................
Jumlah : .......................................................
Lama pemakaian : .......................................................
3. PEMERIKSAAN FISIK
a. Tanda-tanda vital

b. Pemeriksaan Head-to-Toe
1) Keadaan kulit
Turgor kulit : ( ) Baik ( ) Sedang ( ) Buruk
Warna kulit : ( ) Pucat ( ) Sianosis ( ) Kemerahan
Keadaan kulit : ( ) Baik ( ) terdapat lesi ( ) ulkus
( ) luka ( ) bercak-bercak merah
( ) ptechiae ( ) gatal-gatal ( ) nyeri
( ) insisi operasi ( ) terdapat luka bakar
(luas,derajat)
( ) dekubitus ( ) ecchimosis ( ) purpura
Kelainan lain : ......................................................................
Keadaan rambut : -Tekstur : ( ) Baik ( ) Tidak
-Kebersihan : ( ) Ya ( ) Tidak
2) Kuku

3) Kepala dan wajah

4) Mata

5) Hidung

6) Mulut dan rongga mulut


Kondisi gigi :( ) caries ( ) tidak
Penggunaan gigi palsu :( ) ya ( ) tidak
Stomatitis :( ) ya ( ) tidak
Lidah kotor :( ) ya ( ) tidak
Saliva :( ) normal ( ) abnormal
7) Leher

8) Dada dan axilla

9) Abdomen

10) Urogenital

11) Extremitas atas

12) Extremitas bawah

4. PEMERIKSAAN FISIK LANJUT


a. Sistem penglihatan
1) Inspeksi
Posisi mata :( ) simetris ( ) asimetris
Kelopak mata :( ) normal ( ) ptosis
Pergerakan bola mata :( ) normal ( ) abnormal
Konjungtiva :( ) normal ( ) anemis
( ) sangat merah
Kornea : ( ) normal ( ) keruh/berkabut
( ) terdapat perdarahan
Sklera : ( ) ikterik ( ) anikterik
Pupil : ( ) isokor ( ) anisokor
( ) medriasis
Otot-otot mata : ( ) tidak ada kelainan
( ) juling keluar
( ) juling kedalam
( ) berada di atas
Fungsi penglihatan : ( ) baik ( ) kabur
( ) diplopia ( )exopthalamus
Tanda-tanda radang : ..........................................................
Pemakaian kacamata : ..........................................................
Pemakaian lensa kontak : ..........................................................
Reaksi terhadap cahaya : ..........................................................
Visus : OD ....................... OS ....................

b. Sistem pendengaran
1) Inspeksi
Daun telinga : ( ) normal/tidak sakit saat digerakan
( ) sakit saat digerakan
Karakteristik serumen : .........................................
Kondisi telinga : ( ) normal ( ) kemerahan
( ) bengkak ( ) terdapat lesi
Cairan dari telinga : ( ) tidak ada( ) darah ( ) pus
Rasa penuh dalam telinga : ( ) ya ( ) tidak
Pemakaian alat bantu : ( ) ya ( ) tidak
Fungsi keseimbangan : ( ) normal ( ) ada gangguan
2) Palpasi
Nyeri tekan : ( ) ya ( ) tidak
Tinitus : ( ) ya ( ) tidak
Fungsi pendengaran : ( ) normal ( ) kurang ( ) tuli
c. Sistem pernafasan
1) Inspeksi
Jalan nafas : ( ) bersih ( ) ada sumbatan:
( ) sputum ( ) benda asing
Pernafasan : ( ) sesak ( ) tidak sesak
( ) dengan aktivitas
( ) tanpa aktivitas
Menggunakan otot bantu pernafasan : ( ) ya ( ) tidak
Frekuensi : .... x/menit
Irama : ( ) teratur ( ) tidak teratur
Kedalaman : ( ) dalam ( ) dangkal
Batuk: ( ) ya ( ) tidak
( ) produktif
( ) tidak produktif
Sputum : ( ) putih ( ) kuning ( ) hijau
Konsistensi : ( ) kental ( ) encer
Terdapat darah :( ) ya ( ) tidak
2) Palpasi
Taktil fremitus :( ) positif ( ) absen
3) Perkusi
Resonan :( ) ya ( ) tidak
Hiperesonan :( ) ya ( ) tidak
Redup :( ) ya ( ) tidak
4) Auskultasi
Suara nafas : ( ) vesikuler ( ) ronkhi
( ) bronkovesikuler ( ) rales
( ) wheezing
Keluhan yang mengganggu saat bernafas:.........................
d. Sistem kardiovaskuler
1) Inspeksi
Warna kulit : ( ) kemerahan ( ) pucat
( ) sianosis
Distensi vena jugularis:
- Kanan : ( ) ya ( ) tidak
- Kiri : ( ) ya ( ) tidak
2) Palpasi
Nadi : .... x/menit : Irama ( ) teratur ( ) tidak teratur
Tekanan darah : .... mmHg
Temperatur kulit : ( ) hangat ( ) dingin
Pengisian kapiler : ..../detik
Edema : ( ) ya
( ) tungkai atas ( ) tungkai bawah
( ) periorbital ( ) muka
( ) anasarka
Kecepa\tan denyut apical : ........ x/menit
Irama : ( ) teratur ( ) tidak teratur
3) Auskultasi
Kelainan bunyi jantung : ( ) murmur ( ) gallop
Sakit dada : ( ) ya ( ) tidak
Timbulnya : ( ) saat aktivitas ( ) tanpa aktivitas
Karakteristik : ( ) seperti ditusuk-tusuk
( ) seperti terbakar
( ) seperti tertimpa benda berat
( ) menjalar ke bahu&lengan kiri
e. Sistem persarafan
1) Status mental
Penampilan dan cara bicara: ....................................................
Tingkat kesadaran :
GCS : E: ........ M: ........ V: .......... =
( ) compos mentis ( ) apatis ( ) delirium
( ) somnolent ( ) sopor ( ) koma
Orientasi terhadap: orang: ( ) ya ( ) tidak
Tempat: ( ) ya ( ) tidak
Waktu: ( ) ya ( ) tidak
2) Saraf kranial I-XII
3) Fungsi motorik:
Cara berjalan : ................................
Keseimbangan : ................................
Kekuatan otot (Lovett’s scale):
Tonus otot : ( ) ada ( ) tidak
Jelaskan bila ada kondisi motorik yang terganggu:
4) Fungsi sensoris
Rasa baal : ( ) ya ( ) tidsk
Kesemutan: ( ) ya ( ) tidak
Merasakan suhu panas/dingin: ( ) ya ( ) tidak
5) Refleks
a) Refleks fisiologis
Refleks bisep : ..........................................................
Reflek trisep : ..........................................................
Reflek brachioradialis: ...........................................................
Reflek patella : ..........................................................
Reflek tendoachilles : ..........................................................
b) Reflek Patologis
Reflek babinski : .........................................................

c) Rangsang meningen:
Kaku kuduk : ( ) ya ( ) tidak
Laseque : < 130°, > 130°
Kerniq : < 70°, > 70°
d) Tanda-tanda peningkatan TIK
Pusing : ( ) ya ( ) tidak
Muntah : ( ) ya ( ) tidak
Mual : ( ) ya ( ) tidak
Sakit kepala : ( ) ya ( ) tidak
e) Kesulitan wicara: ( ) ya ( ) tidak
f. Sistem pencernaan
1) Abdomen
Inspeksi : ..........................................................................
Auskultasi : ..........................................................................
Perkusi : ..........................................................................
Palpasi : ..........................................................................
2) Hepar : palpasi : ( ) teraba ( ) tidak teraba
3) Lien/spleen : ( ) teraba ( ) tidak teraba
4) Kelaina-kelainan
Apakah ada diare : lamanya ... hari frekuensi: .....x/hari
Warna feces : ..............................................................
Konsistensi feces :...............................................................
Konstipasi: lamanya ............... hari
Muntah : ( ) ya ( ) tidak
Isi : ( ) makanan ( ) cairan ( ) darah
Warna :....................................................
Mual : ( ) ya ( ) tidak
Nafsu makan : ( ) baik ( ) tidak
Nyeri daerah perut : ( ) ya ( ) tidak
Rasa penuh di perut : ( ) ya ( ) tidak
g. Sistem endokrin
Nafas berbau keton : ( ) ya ( ) tidak
Poliuri : ( ) ya ( ) tidak
Polidipsi : ( ) ya ( ) tidak
Palpitasi : ( ) ya ( ) tidak
Berkeringat banyak : ( ) ya ( ) tidak
Tremor : ( ) ya ( ) tidak
Bradikardi : ( ) ya ( ) tidak
Takikardi : ( ) ya ( ) tidak
Exopthalmus : ( ) ya ( ) tidak
Keluhan lain :................................
h. Sistem perkemihan
1) Inspeksi
Alat bantu kesehatan : ( ) ya ( ) tidak
2) Palpasi
Nyeri tekan : ( ) ya ( ) tidak
Teraba panas di daerah belakang: ( ) ya ( ) tidak
Teraba kandung kemih distensi : ( ) ya ( ) tidak
3) Perkusi
Nyeri ketok pinggang : ( ) ya ( ) tidak
4) Auskultasi
Bunyi bruit : ( ) ya ( ) tidak
Kelainan:
BAK :
Perubahan berkemih:
i. Sistem muskuloskeletal
1) Inspeksi
Bentuk/struktur tubuh:
Gaya berjalan :( ) normal ( ) antalgik ( ) diseret
Lengkung spinal, kondisi tulang&sendi:
Kesulitan gerak sendi :
Fraktur :( ) ya ( ) tidak
Tanda-tanda neurovascular deficit:
Deskripsi luka :
Terpasang alat invasi :
2) Palpasi
Tonus otot:
Lovett’s scale :
Nyeri dan karakteristik nyeri:

5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Laboratorium

b. Radiologi

c. Pemeriksaan lain
B. PENATALAKSANAAN MEDIS/KOLABORASI

C. DATA FOKUS
a. Data subjektif

b. Data objektif
D. ANALISA DATA
No. Data Problem Etiologi
E. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
No. Diagnosa Tujuan & Rencana
Keperawatan Kriteria Hasil Tindakan/Intervensi
F. CATATAN KEPERAWATAN
Tanggal Jam No. Dx Tindakan Nama
Keperawatan & Hasil Perawat
G. CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal Jam No. Dx Perkembangan Klien Nama
(SOAP) Perawat
Lampiran 8
Lampiran 9
Lampiran 10

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Sintiya Yunita

Tempat/Tgl Lahir : Jakarta, 07 Juni 1998

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Bekasi, Griya Asri 2 Blok J14 No. 52 RT05/40.


Jl. Flamboyan 6,17510

Nomor Telepon : 089699775181

Email : sintiya070698@gmail.com

Anak ke : 3 dari 3 bersaudara

Orang Tua : Ayah = Nursaid


Ibu = Sarinah

Riwayat Pendidikan

1. 2002-2004 : TKIT Al-Fatihah


2. 2004-2010 : SDN Sumber Jaya 05
3. 2010-2013 : SMPN 5 Tambun-Selatan
4. 2013-2016 : SMK Kesehatan Zamzam Kurnia

Anda mungkin juga menyukai