Anda di halaman 1dari 23

7

a) Didengar dengan stetoskop monoral leannec.


b) Dicatat dan didengar alat Doppler.
c) Dicatat dengan feto elektrokardiogram.
3) Dilihat pada ultrasonografi (USG).
4) Terlihat tulang-tulang janin dalam foto rontgen\
b. Tanda Tidak Pasti Kehamilan (persumptive)
1) Amenorea
Umur kehamilan dapat dihitung dari tanggal hari pertama
haid terakhir (HPHT) dan taksiran tanggal persalinan (TTP)
yang dihitung menggunakan rumus naegele yaitu TTP =
(HPHT + 7) dan (bulan HT + 3).
2) Nausea and Vomiting
Biasanya terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan
hingga akhir triwulan pertama. Sering terjadi pada pagi hari,
maka disebut morning sickness.
3) Mengidam
Ibu hamil sering meminta makanan / minuman tertentu
terutama pada bulan-bulan triwulan pertama, tidak tahan suatu
bau-bauan.
4) Pingsan
Bila berada pada tempat-tempat ramai yang sesak dan
padat bisa pingsan.
5) Anoreksia
Hanya berlangsung pada triwulan pertama kehamilan
kemudian nafsu makan timbul kembali.
6) Mammae membesar
Mammae membesar, tegang dan sedikit nyeri disebabkan
pengaruh estrogen dan progesteron yang merangsang duktus
dan alveoli payudara. Kelenjar montgomery terlihat membesar.
8

7) Miksi
Miksi sering terjadi karena kandung kemih tertekan oleh
rahim yang membesar. Gejala ini akan hilang pada triwulan
kedua kehamilan.
8) Konstipasi / obstipasi
Konstipasi terjadi karena tonus otot usus menurun oleh
pengaruh hormon steroid.
9) Pigmentasi kulit
Pigmentasi kulit oleh pengaruh hormon kortikosteroid
plasenta, dijumpai di muka (Chloasma gravidarum), areola
payudara, leher dan dinding perut (linea nigra=grisea).
10) Pemekaran vena-vena (varises).
Terjadi pada kaki, betis dan vulva. Keadaan ini biasanya
dijumpai pada triwulan akhir.
c. Tanda Kemungkinan Hamil
1) Perut membesar.
2) Uterus membesar.
3) Tanda Hegar.
Ditemukan pada kehamilan 6-12 minggu, yaitu adanya
uterus segmen bawah rahim yang lebih lunak dari bagian yang
lain.
4) Tanda Chadwick
Adanya perubahan warna pada serviks dan vagina
menjadi kebiru-biruan.
5) Tanda Piscaseck
Yaitu adanya tempat yang kosong pada rongga uterus
karena embrio biasanya terletak disebelah atas, dengan
bimanual akan terasa benjolan yang asimetris.
6) Kontraksi-kontraksi kecil pada uterus bila dirangsang (braxton
hicks).
7) Teraba ballotement.
9

8) Reaksi kehamilan positif.


3. Tahap Kehamilan
Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes
RI, 2012) tahap kehamilan dibagi menjadi 3, yaitu :
a. Trimester I masa kehamilan 0 – 3 bulan
b. Trimester II masa kehamilan 4 – 6 bulan
c. Trimester III masa kehamilan 7 – 9 bulan
4. Perubahan Anatomi Dan Fisiologis Pada Kehamilan Trimester III
Menurut Hutahean (2013) perubahan yang terjadi pada trimester
ketiga adalah sebagai berikut:
a. Uterus
Uterus Pada usia gestasi 30 minggu, fundus uteri dapat
dipalpasi di bagian tengah antara umbilicus dan sternum. Pada usia
kehamilan 38 minggu, uterus sejajar dengan sternum. Tuba uterin
tampak agak terdorong ke dalam di atas bagian tengah uterus.
Peningkatan berat uterus 1.000 gram dan peningkatan uterus
30x22.5x20 cm.
b. Serviks Uteri
Serviks akan mengalami perlunakan atau pematangan secara
bertahap akibat bertambnya aktivitas uterus selama kehamilan dan
akan mengalami dilatasi sampai pada kehamilan trimester ketiga.
c. Vagina dan Vulva
Pada kehamilan trimester ketiga kadang terjadi peningkatan
rabas vagina. Peningkatan cairan vagina selama kehamilan adalah
normal. Cairan biasanya jernih.
d. Mammae
Pada ibu hamil trimester ketiga, terkadang keluar rembesan
cairan berwarna kekuningan dari payudara ibu yang di sebut
dengan kolostrum. Hal ini tidak berbahaya dan merupakan
pertanda bahwa payudara sedang mempersiapkan ASI.
10

e. Kulit
Perubahan warna kulit menjadi gelap terjadi pada 90% ibu
hamil. Oleh karena peningkatan ukuran maternal, peregangan
terjadi pada pada lapisan kolagen terutama pada payudara,
abdomen, dan paha.
f. Sistem kardiovaskular
Kondisi tubuh dapat memiliki dampak besar pada tekanan
darah. Posisi telentang dapat menurunkan curah jantung hingga
25%. Kompresi vena cava inferior oleh uterus yang membesar
selama trimester ketiga mengakibatkan menurunnya aliran balik
vena. Sirkulasi utero plasenta menerima proporsi curah jantung
yang terbesar dengan aliran darah meningkat dari 1-2% pada
trimester pertama hingga 17% pada kehamilan cukup bulan. Hal ini
di wujudkan dalam peningkatan aliran darah maternal ke dasar
plasenta kira-kira 500ml/menit. Peningkatan volume darah dan
aliran darah selama kehamilan akan menekan darah panggul dan
vena di kaki yang mengakibatkan vena menonjol yang disebut
varices. Pada akhir kehamilan, kepala bayi juga akan menekan
vena darah panggul yang akan memperburuk varises. Munculnya
varises pada saat hamil di pengaruhi oleh factor keturunan.
g. Sistem respirasi
Perubahan hormonal pada trimester tiga yang mempengaruhi
aliran darah ke paru-paru mengakibatkan banyak ibu hamil akan
merasa susah bernafas. Ini juga di dukung oleh tekanan rahim yang
membesar dapat menekan diagfragma. Biasanya pada 2-3 minggu
sebelum persalinan pada ibu yang baru pertamakali hamil akan
merasa bega.
h. Sistem pencernaan
Pada kehamilan trimester tiga, lambung berada di posisi
ventrikel dan bukan pada posisi normalnya, yaitu horizontal
11

kekuatan mekanis ini menyebabkan peningkatan tekanan


intragastrik dan perubahan sudut persambungan gastro-esofageal
yang mengakibatkan terjadinya refluks esophageal yang lebih
besar. Penurunan drastis tonus dan mortilitas usus dan usus
ditambah relaksasi sfingter bawah esophagus merupakan
predisposisi terjadinya nyeri ulu hati, konstipasi dan hemoroid.
Hormone progesterone menimbulkan gerakan usus makin
berkurang sehingga makanan lebih lama di dalam usus. Hal ini
dapat menimbulkan konstipasi. Konstipasi juga dapat terjkadi
karena kurangnya aktivitas dan penurunan asupan cairan.
i. Sistem perkemihan
Perubahan anatomis yang sangat besar terjadi pada system
perkemihan saat hamil yaitu ginjal dan ureter. Ginjal mengalami
penambahan berat dan panjang sebesar 1 cm ureter juga dapat
mengalami dilatasi dan memanjang. Pada akhir kehamilan, terjadi
peningkatan frekuensi karena kepala janin mulai turun sehingga
kandung kemih tertekan.Perubahan Psikologis dalam Masa
Kehamilan Trimester III.
Menurut Rustikayanti (2016) kehamilan pada trimester ketiga
sering disebut sebagai fase penantian dengan penuh kewaspadaan.
Pada periode ini ibu hamil mulai menyadari kehadiran bayi sebagai
mahluk yang terpisah sehingga dia menjadi tidak sabar dengan
kehadiran seorang bayi. Ibu hamil kembali merasakan
ketidaknyamanan fisik karena merasa canggung, merasa dirinya
tidak menarik lagi. Sehingga dukungan dari pasangan sangat
dibutuhkan. Peningkatan hasrat seksual yang pada trimester kedua
menjadi menurun karena abdomen yang semakin membesar
menjadi halangan dalam berhubungan.
12

5. Kebutuhan Dasar Pada Ibu Hamil Trimester III


a. Nutrisi
Kecukupan gizi ibu hamil di ukur berdasarkan kenaikan berat
badan. Kalori ibu hamil 300-500 kalori lebih banyak dari
sebelumnya. Kenaikan berat badan juga bertambah pada trimester
ini antara 0,3-0,5 kg/minggu. Kebutuhan protein juga 30 gram
lebih banyak dari biasanya.
b. Seksual
Hubungan seksual pada trimester 3 tidak berbahaya kecuali
ada beberapa riwayat berikut yaitu:
1) Pernah mengalami arbotus sebelumnya.
2) Riwayat perdarahan pervaginam sebelumnya.
3) Terdapat tanda infeksi dengan adanya pengeluaran cairan
disertai rasa nyeri dan panas pada jalan lahir.
Walaupun ada beberapa indikasi tentang bahaya jika
melakukan hubungan seksual pada trimester III bagi ibu hamil,
namun faktor lain yang lebih dominan yaitu turunnya rangsangan
libido pada trimester ini yang membuat kebanyakan ibu hamil tidak
tertarik untuk berhubungan intim dengan pasanganya, rasa nyama
yang sudah jauh berkurang disertai ketidaknyamanan seperti pegal/
nyeri di daerah punggung bahkan terkadang ada yang merasakan
adanya kembali rasa mual seperti sebelumnya, hal inilah yang
mempengaruhi psikologis ibu di trimester III.
c. Istirahat Cukup
Istirahat dan tidur yang teratur dapat meningkatkan kesehatan
jasmani, rohani, untuk kepentingan kesehatan ibu sendiri dan
tumbuh kembang janinya di dalam kandungan. Kebutuhan tidur
yang efektif yaitu 8 jam/ hari.
d. Kebersihan Diri (Personal Hygiene)
Penting bagi ibu menjaga kebersihan dirinya selama hamil,
hal ini dapat mempengaruhi fisik dan psikologis ibu. kebersihan
13

lain yang juga penting di jagayaitu persiapan laktsi, serta


penggunaan bra yang longgar dan menyangga membantu
memberikan kenyamanan dan keamanan bagi ibu.
e. Mempersiapkan kelahiran dan kemingkinan darurat
Bekerja sama dengan ibu, keluarganya, serta masyarakat
untuk mempersiapkan rencana kelahiran, termasuk
mengindentifikasi penolong dan tempat persalinan, serta
perencanaan tabungan untuk mempersiapkan biaya persalinan.
Bekerja sama dengan ibu, keluarganya dan masyarakat untuk
mempersiapkan rencana jika terjadi komplikasi, termasuk:
Mengidentifikasi kemana harus pergi dan transportasi untuk
mencapai tempat tersebut, Mempersiapkan donor danar,
Mengadakan persiapan financial, Mengidentifikasi pembuat
keputusan kedua jika pembuat keputusan pertama tidak ada
ditempat.
f. Memberikan konseling tentang tanda-tanda persalinan
Beberapa tanda-tanda persalinan yang harus
1) Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering
dan teratur.
2) Keluar lendir bercampur darah (show) yang lebih banyak
karena robekan-robekan kecil pada servik.
3) Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya.
4) Pada pemeriksaan dalam servik mendatar dan pembukaan
telah ada.

B. Konsep Dasar Risiko Konstipasi pada Ibu Hamil Trimester III


1. Definisi Risiko Konstipasi
Risiko konstipasi adalah kondisi rentan mengalami penurunan
frekuensi defekasi normal yang di sertai dengan kesulitan atau tidak
lampiasnya pasase fases dan pasase feses, yang dapat mengganggu
kesehatan (NANDA International Nursing Diagnose : Definition
14

Classification 2018-2020). Konstipasi adalah suatu keadaan yang


ditandai oleh perubahan konsistensi feses menjadi keras, ukuran besar,
penurunan frekuensi atau kesulitan defekasi (Eva, 2015).
2. Etiologi Konstipasi
Konstipasi terjadi akibat peningkatan produksi progesteron yang
menyebabkan tonus otot polos menurun, termasuk pada sistem
pencernaan, sehingga sistem pencernaan menjadi lambat. Motilitas
otot yang polos menurun dapat menyebabkan absorpsi air di usus besar
meningkat sehingga feses menjadi keras. Selain itu, konstipasi terjadi
akibat aktivitas ibu yang kurang, asupan cairan dan serat yang rendah
juga dapat menjadi faktor terjadinya konstipasi (Irianti, 2014).
Progesteron menyebabkan otot-otot usus menjadi lemas dan
mengering sehingga sisa-sisa makanan menjadi sulit dan sakit untuk
dikeluarkan (Wahyuni & Indarwati, 2011).
3. Patofisiologi Konstipasi
Berdasarkan patofisiologinya konstipasi dapat diklasifikasikan
menjadi konstipasi akibat kelainan struktural dan konstipasi
fungsional. Konstipasi akibat kelainan struktural terjadi melalui proses
obstruksi aliran tinja, sedangkan konstipasi fungsional berhubungan
dengan gangguan motilitas kolon atau anorektal.
Konstipasi pada wanita hamil umumnya merupakan konstipasi
fungsional. Ada beberapa faktor mengapa wanita hamil mengalami
konstipasi yakni: faktor hormonal, perubahan diet, pertumbuhan janin
dan aktifitas fisik. Riwayat posisi saat defekasi juga menjadi resiko
untuk timbulnya konstipasi.
Pada wanita hamil terjadi perubahan hormonal yang drastis
yakni peningkatan progesteron selama kehamilan. Progesteron akan
menyebabkan otot-otot relaksasi untuk memberi tempat janin
berkembang. Relaksasi otot ini juga mengenai otot usus sehingga akan
menurunkan motilitas usus yang pada akhirnya menyebabkan
konstipasi (slow-transit constipation). Disamping itu selama kehamilan
15

tubuh menahan cairan, absorbsi cairan di usus meningkat sehingga isi


usus cenderung kering dan keras yang memudahkan terjadinya
konstipasi.
Perubahan diet pada wanita hamil berkontribusi untuk terjadinya
konstipasi. Gejala mual muntah pada trimester pertama disertai asupan
makanan khususnya minuman yang berkurang akan mempengaruhi
proses defekasinya. Semakin besar kehamilan biasanya wanita hamil
cenderung mengurangi asupan cairan. Komposisi makanan yang
cenderung berupa susu dan daging / ikan tanpa disertai cukup makanan
yang kaya serat akan memperbesar resiko terjadinya konstipasi. Begitu
juga pemberian suplemen besi dan kalsium selama kehamilan
merupakan faktor resiko terjadinya konstipasi.
Uterus yang semakin membesar seiring dengan perkembangan
janin pada wanita hamil akan memberikan tekanan pada usus besar
dengan akibat evakuasi tinja terhambat. Semakin besar kehamilan
maka semakin besar tekanan pada usus besar sehingga semakin mudah
terjadinya konstipasi.
Aktifitas fisik yang cukup akan memperbaiki motilitas
pencernaan termasuk usus dengan memperpendek waktu transitnya.
Wanita hamil cenderung akan mengurangi aktifitasnya untuk menjaga
kehamilannya. Begitu juga semakin besar kehamilan wanita hamil
cenderung semakin malas beraktifitas karena bobot tubuh yang
semakin berat. Ketegangan psikis seperti stres dan cemas juga
merupakan faktor resiko terjadinya konstipasi.
Posisi defekasi juga mempengaruhi untuk terjadinya konstipasi.
Pada posisi jongkok, sudut antara anus dan rektum akan menjadi lurus
akibat fleksi maksimal dari paha. Ini akan memudahkan terjadinya
proses defekasi sehingga tidak memerlukan tenaga mengedan yang
kuat. Pada posisi duduk, sudut antara anus dan rektum menjadi tidak
cukup lurus sehingga membutuhkan tenaga mengedan yang lebih kuat.
Proses mengedan kuat yang berkelanjutan akan dapat menimbulkan
16

konstipasi dan hemoroid. Ibu hamil cenderung lebih nyaman defekasi


dengan posisi duduk tetapi dapat berakibat timbulnya konstipasi (Ojieh
AE 2012).
4. Pathway

Wanita Hamil

Gangguan Mortilitas
Kolon

Hormon Perubahan Pertumbuhan


Aktifitas
Diet Janin
fisik
Progesteron
meningkat Mual dan Usus besar
Muntah Ketegangan
tertekan psikis
Otot
Relaksasi Kekurangan
nutrisi dan
cairan
Mortilitas
Usus
Menurun Proses Defekasi
Menurun

Risiko Konstipasi

Gambar 2.1 Pathway Risiko Konstipasi Pada Ibu Hamil Trimester


III Sumber : Ojieh A,E (2012)

5. Komplikasi
Hamil dengan konstipasi dapat mengurangi kualitas hidup dan
meningkatkan biaya perawatan kesehatan pada saat hamil. Mengejan
pada saat pasien dengan konstipasi dapat merusak syaraf dan
melemahkan otot dasar panggul. Konstipasi yang tidak dikelola
17

dengan baik, juga dapat menyebabkan komplikasi serius seperti


inkontinensia, kerusakan usus, perdarahan hemorroid, dan fisura anus
(Mirghafourvand, 2016).
6. Manajemen Konstipasi Pada Ibu Hamil Trimester III
Menurut Mirghafourvand (2016) manajemen konstipasi pada
ibu hamil trimester III dibagi menjadi :
a. Non Farmakologi
Terapi lini pertama dan utama pada konstipasi adalah
meningkatkan asupan serat dan cairan, serta aktifitas fisik yang
cukup. Hindari makan porsi besar 3 kali sehari tetapi makanlah
dengan porsi kecil dan sering. Hindari ketegangan psikis seperti
stres dan cemas. Jangan menahan rasa ingin buang air besar
karena akan memperbesar resiko konstipasi. Pemberian probiotik
pada wanita hamil juga dianjurkan karena dapat memperbaiki
keseimbangan flora kolon dan memperbaiki fungsi pencernaan.
Jahe dalam diet juga disebutkan dapat membantu mengurangi
morning sickness dan konstipasi dan mencegah kembung.
Kebutuhan serat pada wanita hamil sama dengan orang
normal yakni sekitar 25-30 gram per hari. Serat makanan terdiri
dari serat larut dan serat tidak larut. Serat larut akan mengalami
fermentasi di usus besar dan memperlambat pengosongan
lambung, menahan air dan membentuk gel. Contohnya apel, jeruk
dan strawberi. Serat tidak larut sukar difermentasi,
memperpendek waktu transit di usus dan memperbesar massa
tinja. Serat tidak larut banyak terdapat pada sereal, sayursayuran,
kacang-kacangan, dan biji-bijian. Hindari konsumsi serat yang
berlebihan secara bersamaan dalam waktu cepat karena akan
menimbulkan kembung, sebah dan rasa tidak nyaman di perut.
b. Farmakologi
Penatalaksanaan farmakologi pada konstipasi adalah
dengan pemberian obat pencahar (laxatives). Secara umum
18

golongan obat pencahar terbagi atas: bulking agents, pelunak tinja


(stool softeners), pencahar minyak mineral (lubricant laxatives),
pencahar bahan osmotik (osmotic laxatives) dan pencahar
perangsang (stimulant laxatives).
Terapi farmakologi pada wanita hamil diberikan jika
penatalaksanaan non farmakologi tidak berhasil. Pemberiannya
hanya bila benar-benar diperlukan dan tidak untuk jangka
panjang. Bulking agents dianggap cukup aman karena tidak
diabsorbsi. Tetapi tidak selalu efektif karena penderita diharuskan
banyak minum selama pemberian obat dan bisa dijumpai efek
samping kembung dan kram perut. Contohnya Psyllium yang
termasuk golongan B untuk kehamilan menurut badan FDA
(Food and Drug Administration). Lubricant laxatives dapat
menyebabkan penurunan absorbsi vitamin yang larut lemak.
Golongan ini diabsorbsi sedikit dan tidak menunjukkan efek
lanjut pada wanita hamil. Tetapi belum ada rekomendasi FDA
untuk penggunaan pada wanita hamil.
Golongan osmotic laxatives dan stimulant laxatives
dihubungkan dengan terjadinya dehidrasi dan gangguan elektrolit
terutama pada penggunaan jangka panjang. Contoh golongan
osmotic laxatives yang beredar di Indonesia adalah Lactulose,
termasuk golongan B untuk kehamilan menurut FDA. Sedangkan
contoh stimulant laxatives adalah Bisacodyl, dapat meningkatkan
rangsang otot uterus sehingga terjadi kontraksi uterus sehingga
sebaiknya dihindarkan. Termasuk golongan C untuk kehamilan
menurut FDA.
19

C. Konsep Asuhan Keperawatan Resiko Konstipasi pada Kehamilan


Trimister III
1. Pengkajian
Menurut Saifuddin (2010) pengkajian yang perlu di lakukan
ketika ibu hamil melakukan pemeriksaan antenatal meliputi beberapa
poin berikut ini:
a. Biodata ibu
Kaji identitas ibu dan orang yang bertanggung jawab kepada ibu.
b. Keluhan utama
Kaji adanya keluhan yang paling di rasa oleh klien.
c. Kehamilan saat ini
Bantu ibu kumpulkan data dasar yang berguna dalam
mengembangkan rencana perawatan pada ibu tersebut.
d. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang yaitu keluhan sampai saat ibu
pergi ke rumah sakit atau pada saat pengkajian.
2) Riwayat kesehatan masa lalu, kaji apakah ibu memiliki riwayat
pembedahan, apa jenis pembedahannya, kapan pembedahan
tersebut di lakukan, oleh siapa dan dimana tindakan tersebut di
lakukan.
e. Riwayat penyakit yang pernah di alami
Kaji adanya penyakit yang pernah di alami oleh ibu misalnya DM,
jantung, hipertensi dan penyakit-penyakit lainnya.
f. Riwayat kesehatan keluarga
Kaji riwayat kesehatan keluarga memalui genogram.
g. Riwayat kehamilan, persainan dan nifas.
Kaji bagaimana keadaan anak ibu mulai dari kandungan hingga
saat ini.
h. Riwayat seksual
Kaji mengenai aktivitas seksual ibu jenis kontrasepsi yang di
gunakan dan keluhan yang menyertainya.
20

i. Riwayat pemakaian obat


Kaji riwayat pemakaian obat-obatan tertentu seperti tablet Fe,
penambah darah dan obat-obatan pencahar.
2. Risiko Konstipasi
a. Definisi
Risiko konstipasi adalah rentan mengalami penurunan
frekuensi defekasi normal yang disertai dengan kesulitan atau tidak
lampiasnya pasase feses, yang dapat mengganggu kesehatan
(NANDA, 2018)
b. Batasan Karakteristik
Batasan karakteristik risiko konstipasi menurut NANDA
(2018) antara lain kelemahan otot abdomen, rata-rata aktivitas
fisik harian kurang dari yang dianjurkan menurut gender dan usia,
konfusi, penurunan mortilitas traktus gastrointestinal, dehidrasi,
depresi, perubahan kebiasaan makan, gangguan emosi, kebiasaan
menekan dorongan untuk defekasi, kebiasaan diet tidak adekuat,
kebiasaan hygiene oral tidak adekuat, kebiasaan toileting tidak
adekuat, asupan serat kurang, asupan cairan kurang, kebiasaan
defekasi tidak teratur, penyalahgunaan laktasif, obesitas, perubahan
lingkungan baru.
Batasan karakeristik dari diagnosa keperawatan risiko
konstipasi yang penulis ambil antara lain penurunan mortilitas
traktus gastrointestinal, perubahan kebiasaan makan, gangguan
emosi, kebiasaan menekan dorongan untuk defekasi, kebiasaan diet
tidak adekuat, kebiasaan toileting tidak adekuat, asupan serat
kurang, kebiasaan defekasi tidak teratur, perubahan lingkungan
baru.
c. Faktor yang Berhubungan
Faktor yang berhubungan dengan diagnosa keperawatan
risiko konstipasi menurut NANDA (2018) antara lain
ketidakseimbangan elektrolit, hemoroid, penyakit hirschsprung,
21

ketidakadekuatan gigi geligi, garam besi, gangguan neurologis,


obstruksi usus pasca-bedah, kehamilan, pembesaran prostat, abses
rektal, fisura anal rektal, struktur anal rektal, prolaps rektal, ulkus
rektal, rektokel, tumor.
Diagnosis keperawatan di tetapkan berdasarkan analisis dan
interpretasi data yang di peroleh dari pengkajian keperawatan
klien. Diagnosa keperawatan yang penulis ambil pada pasien
kehamilan trimester III yaitu risiko konstipasi berhubungan dengan
kehamilan.
3. Intervensi
Menurut Nurarif & Hardi (2015) Tujuan perencanaan
keperawatan risiko konstipasi pada klien dengan kehamilan trimester
III adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan atau Nursing
Interventions Classification (NIC) sesuai dengan indikator Nursing
Outcomes Classification (NOC) menurut Moorhead (2016) di
harapkan konstipasi tidak terjadi dengan:
a. Eliminasi usus (0510) terdiri dari 2 skala indikator.
1) Tabel 2.1
Indikator Eliminasi Usus
No Indikator Skala
1 2 3 4 5
1. Pola Eliminasi
2. Kemudahan BAB
3. Pengeluaran feses tanpa
bantuan
4. Warna feses
5. Suara bising usus
Keterangan dari skala hasil di atas sebagai berikut :
1 = Sangat terganggu
2 = Banyak terganggu
3 = Cukup terganggu
4 = Sedikit terganggu
5 = Tidak terganggu
22

2) Tabel 2.2
Indikator Eliminasi Usus
No Indikator Skala
1 2 3 4 5
1. Konstipasi
2. Nyeri pada saat BAB
3. Darah dalam feses
4. Penyalahgunaan alat bantu
eliminasi
Keterangan dari skala hasil di atas sebagai berikut :
1 = Berat
2 = Cukup berat
3 = Sedang
4 = Ringan
5 = Tidak ada
Rencana tindakan yang dapat dilakukan pada pasien risiko
konstipasi dengan kehamilan trimester ketiga berdasarkan
Nursing Interventions Classification (NIC) menurut Bulechek,
(2016) yaitu Latihan Saluran Cerna (0440) :
1) Individualisasikan program saluran cerna bersama pasien
dan pihak-pihak lain yang tepat
2) Intruksikan pasien mengenai makan yang tinggi serat
3) Tentukan status BAB secara teratur
4) Pastikan asupan cairan yang cukup
5) Sediakan makanan tinggi serat yang telah di identifikasi
pasien dapat membantu BAB.
6) Modifikasi program saluran cerna, sesuai dengan
kebutuhan
7) Pastikan latihan yang memadai
8) Pastikan privasi
23

b. Perilaku Patuh : Diet yang Disarankan


Tabel 2.3
Perilaku Patuh : Diet yang Disarankan
No Indikator Skala
1 2 3 4 5
1. Memilih makanan dan cairan
yang sesuai dengan diet yang
ditentukan
2. Memilih porsi yang sesuai
dengan diet yang ditenukan
3. Memakan makanan yang sesuai
dengan diet yang ditentukan
4. Meminum minuman yang sesuai
dengan diet yang ditentukan
5. Menghindari makanan dan
minuman yang tidak
diperbolehkan dalam diet
6. Mengikuti rekomendasi antara
selingan makanan dan cairan
7. Mengikuti rekomendasi untuk
jumlah makanan per hari
8. Rencana makan sesuai dengan
diet yang ditentukan
Keterangan dari skala hasil di atas sebagai berikut:
1 = Tidak perah menunjukkan
2 = Jarang menunjukkan
3 = Kadang-kadang menunjukkan
5 = Sering menujukkan
5 = Secara konsisten menunjukkan
Rencana tindakan yang dapat dilakukan pada pasien risiko
konstipasi dengan kehamilan trimester ketiga berdasarkan Nursing
Interventions Classification (NIC) menurut Bulechek, (2016) yaitu
Manajemen Nutrisi (1100) :
1) Ciptakan lingkungan yang optimal pada saat mengkonsumsi
makanan
2) Pastikan makanan disajikan dengan cara yang menarik untuk
konsumsi yang optimal
3) Pastikan diit mencakup makanan tinggi serat untuk mencegah
konstipasi.
4) Tentukan apa yang menjadi preferensi makanan.
24

5) Berikan pilihan makanan sambil menawarkan bimbingan


terhadap pilihan (makanan) yang lebih sehat, jika diperlukan
6) Identifikasi adanya alergi atau intoleransi makanan yang di
miliki pasien.
7) Dorong untuk melakukan bagaimana cara menyiapkan
makanan dengan aman dan teknik teknik pengawetan
makanan.
8) Berikan arahan jika diperlukan
c. Status Maternal : Antepartum (2509)
Tabel 2.4
Status Maternal : Antepartum
No Indikator Skala
1 2 3 4 5
1. Koping ketidaknyamanan dari
kehamilan
2. Status kognitif
3. Nyeri abdomen
4. Sembelit
Keterangan dari skala hasil diatas sebagai berikut :
1 = Berat
2 = Cukup berat
3 = Sedang
4 = Ringan
5 = Tidak ada
Rencana tindakan yang dapat dilakukan pada pasien risiko
konstipasi dengan kehamilan trimester ketiga berdasarkan Nursing
Interventions Classification (NIC) menurut Bulechek, (2016) yaitu
Manajemen saluran cerna (0430) :
1) Monitor untuk buang air besar termasuk frekuensi,
konsistensi, bentuk, volume, dan warna dengan cara yang
tepat
2) Monitor adanya tanda dan gejala diare, konstipasi dan
impaksi
3) Catat masalah BAB yang sudah ada sebelumnya, BAB ruti
dan penggunaan laksatif
25

4) Memulai program latihan saluran cerna, dengan cara yang


tepat
5) Instruksikan pasien mengenai makanan tinggi serat, dengan
cara yang tepat
6) Berikan cairan hangat setelah makan dengan cara yang tepat
7) Ajarkan pasien mengenai makanan-makanan tertentu yang
membantu mendukung keteraturan aktivitas usus
d. Pengetahuan Diit yang disarankan (1802)
Tabel 2.5
Pengetahuan Diit yang Disarankan
No Indikator Skala
1 2 3 4 5
1. Diit yang disarankan
2. Manfaat diit yang disarankan
3. Tujuan diit
4. Perencanaan menu berdasarkan
diet yang dianjurkan
5. Makanan yang diperbolehkan
dalam diet
6. Porsi makanan yang
direkomendasikan
7. Makanan yang tidak
diperbolehkan dalam diet
Keterangan dari skala hasil di atas sebagai berikut:
1 = Tidak ada pengetahuan
2 = Pengetahuan terbatas
3 = Pengetahuan sedang
4 = Pengetahuan banyak
5 = Pengetahuan sangat banyak
Rencana tindakan yang dapat dilakukan pada pasien risiko
konstipasi dengan kehamilan trimester ketiga berdasarkan Nursing
Interventions Classification (NIC) menurut Bulechek, (2016)
yaitu :
1) Konseling Nutrisi (1100)
a) Bina hubungan terapeutik berdasarkan rasa percaya dan
saling menghormati
b) Tentukan lama konseling
26

c) Kaji asupan makanan dan kebiasaan makan pasien


d) Fasilitasi untuk mengidentifikasikan perilaku makan yang
harus diubah
e) Berikan informasi, sesuai kebutuhan
f) Diskusikan kebutuhan nutrisi dan persepsi pasien mengenai
diet yang direkomendasikan
g) Diskusikan makanan yang disukai dan yang tidak disukai
pasien
h) Diskusikan arti makanan bagi pasien
i) Bantu pasien menyatakan perasaan dan kepeduliannya
mengenai pencapaian tujuan
j) Sediakan konsultasi/rujukan dengan anggota kesehatan lain,
sesuai kebutuhan
2) Pengajaran : Peresepan Diit (5614)
a) Kaji tingkat pengetahuan pasien mengenai diit yang di
sarankan
b) Kaji pola makan pasien saat ini dan sebelumnya serta kaji
makanan yang di sukai
c) Ajarkan pasien nama-nama makanan yang sesuai dengan
diit pasien
d) Bantu pasien untuk memilih makan kesukaan dengan diit
e) Sediakan contoh makan yang sesuai dengan diit
f) Jelaskan kepada pasien mengenai tujuan kepatuhan
terhadap diit yang di sarankan
g) Libatkan pasien dan keluarga
4. Implementasi
Implementasi di lakukan berdasarkan intervensi yang di lakukan
sesuai Nursing Interventions Classification (NIC) menurut Bulechek,
(2016) yaitu :
27

a. Latihan Saluran Cerna


1) Mengindividualisasikan program saluran cerna bersama
pasien dan pihak-pihak lain yang tepat
2) Mengintruksikan pasien mengenai makan yang tinggi serat
3) Menentukan status BAB secara teratur
4) Memastikan asupan cairan yang cukup
5) Menyediakan makanan tinggi serat yang telah di identifikasi
pasien dapat membantu BAB.
6) Memodifikasi program saluran cerna, sesuai dengan
kebutuhan
7) Memastikan latihan yang memadai
8) Memastikan privasi
b. Manajemen Nutrisi
1) Menciptakan lingkungan yang optimal pada saat
mengkonsumsi makanan
2) Memastikan makanan disajikan dengan cara yang menarik
untuk konsumsi yang optimal
3) Memastikan diit mencakup makanan tinggi serat untuk
mencegah konstipasi.
4) Menentukan apa yang menjadi preferensi makanan.
5) Memberikan pilihan makanan sambil menawarkan
bimbingan terhadap pilihan (makanan) yang lebih sehat, jika
diperlukan
6) Mengidentifikasi adanya alergi atau intoleransi makanan
yang di miliki pasien.
7) Mendorong untuk melakukan bagaimana cara menyiapkan
makanan dengan aman dan teknik teknik pengawetan
makanan.
8) Memberikan arahan jika diperlukan
28

c. Manajemen saluran cerna (0430) :


1) Memonitor untuk buang air besar termasuk frekuensi,
konsistensi, bentuk, volume, dan warna dengan cara yang
tepat
2) Memonitor adanya tanda dan gejala diare, konstipasi dan
impaksi
3) Mencatat masalah BAB yang sudah ada sebelumnya, BAB
rutin dan penggunaan laksatif
4) Memulai program latihan saluran cerna, dengan cara yang
tepat
5) Menginstruksikan pasien mengenai makanan tinggi serat,
dengan cara yang tepat
6) Memberikan cairan hangat setelah makan dengan cara yang
tepat
7) Mengajarkan pasien mengenai makanan-makanan tertentu
yang membantu mendukung keteraturan aktivitas usus
d. Konseling Nutrisi
1) Membina hubungan terapeutik berdasarkan rasa percaya dan
saling menghormati
2) Menentukan lama konseling
3) Mengkaji asupan makanan dan kebiasaan makan pasien
4) Memfasilitasi untuk mengidentifikasikan perilaku makan
yang harus diubah
5) Memberikan informasi, sesuai kebutuhan
6) Mendiskusikan kebutuhan nutrisi dan persepsi pasien
mengenai diet yang direkomendasikan
7) Mendiskusikan makanan yang disukai dan yang tidak
disukai pasien
8) Mendiskusikan arti makanan bagi pasien
9) Membantu pasien menyatakan perasaan dan kepeduliannya
mengenai pencapaian tujuan
29

10) Menyediakan konsultasi/rujukan dengan anggota kesehatan


lain, sesuai kebutuhan
e. Pengajaran : Peresepan Diit (5614)
1) Mengkaji tingkat pengetahuan pasien mengenai diit yang di
sarankan
2) Mengkaji pola makan pasien saat ini dan sebelumnya serta
kaji makanan yang di sukai
3) Mengajarkan pasien nama-nama makanan yang sesuai
dengan diit pasien
4) Membantu pasien untuk memilih makan kesukaan dengan
diit
5) Menyediakan contoh makan yang sesuai dengan diit
6) Menjelaskan kepada pasien mengenai tujuan kepatuhan
terhadap diit yang di sarankan
7) Melibatkan pasien dan keluarga
5. Evaluasi
Evaluasi dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam menilai
tindakan keperawatan yang telah di tentukan, untuk mengetahui
pemenuhan kebutuhan pasien secara optimal dan mengukur hasil dari
proses keperawatan. Pada diagnosa risiko konstipasi berhubungan
dengan kehamilan yang perlu di evaluasi adalah memperlihatkan
eliminasi usus dengan kriteria hasil tidak terganggu yaitu skala 5,
pasien patuh terhadap perilaku diet yang telah disaranan dengan
kriteria skala 5, tidak terjadi status maternal : antepartum pada klien
dengan kriteria hasil skala 5, dan pengetahuan: Diit yang di sarankan
dapat di terima serta memperlihatkan kriteria hasil dengan skala 5.

Anda mungkin juga menyukai