Disusun Oleh :
Intan Okta Rina
NIM : 19316062
iii
LITERATURE REVIEW : ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
ULKUS DM DENGAN PEMBERIAN INTERVENSI PERAWATAN LUKA
DENGAN METODE MODERN DRESSING DENGAN BALUTAN OKLUSI
HIDROKOLOID TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA
TAHUN 2020
Abstrak
Penyakit diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit yang berkaitan dengan
metabolisme karbohidrat, lemak dan protein Penderita DM sering mengalami
komplikasi pada pembuluh darah berupa makroangiopati, mikroangiopati,
neuropati, penurunan daya tahan tubuh sehingga memudahkan terjadinya infeksi,
inflamasi, iskemia dan kematian sel akibat hiperglikemia. Ulkus kaki diabetes
adalah erosi yang terjadi pada jaringan epidermis / luka di sisi distal telapak kaki,
bagian dasar kaki penderita DM tipe 1 dan DM tipe 2. Intervensi yang dilakukan
oleh penulis adala dengan melakukan intervensi perawatan luka dengan
menggunakan metode modern dressing. Metode modern dressing adalah metode
perawatan luka dengan menggunakan produk perawatan luka terbaru. Hasil jurnal
penelitian yang menjadi acuan dari penulis mendapatkan hasil dari penelitian nya
rata rata memiliki efektivitas dalam penyembuhan luka. Hal serupa juga dialami
oleh penulis bahwa saat di evaluasi keadaan luka sangat baik dalam hal
penyembuhan. Maka dari itu baik dari hasil penelitian maupun dari jurnal penelitian
mendapatkan hasil yang sama yaitu memiliki kesamaan dalam hal penyembuhan
luka. Saran untuk instansi pelayanan kesehatan diharapkan institusi mulai
menerapkan metode perawatan luka dengan menggunakan metode modern dressing
sehingga cost effective yang dikeluarkan bisa lebih terjangkau dan waktu sembuh
bisa lebih cepat.
iv
KATA PENGANTAR
Saya menyadari bahwa dalam penyusunan tugas karya tulis ilmiah ini masih
banyak kekurangan yang harus diperbaiki, oleh karena itu penulis mengharapkan
v
saran dan kritikan dari pembaca sekalian demi perbaikan dan penyempurnaan
makalah ini.
Penulis
vi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... ii
LEMBAR PERNYATAAN ......................................................................... iii
ABSTRAK .................................................................................................. iv
KATA PENGANTAR ................................................................................. v
DAFTAR ISI ............................................................................................... vii
vii
10. Terapi yang sudah diberikan ..................................................... 45
11. Data Fokus ............................................................................... 46
12. Diagnosa Keperawatan ............................................................. 46
13. Rencana Asuhan Keperawatan .................................................. 47
14. Catatan Perkembangan ............................................................. 50
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Penderita diabetes mempunyai resiko 15% terjadi ulkus pada kaki diabetik
pada masa hidupnya dan risiko terjadinya kekambuhan dalam 5 tahun
sebesar 70%.Penderita diabetes meningkat setiap tahunnya. Di Indonesia
dilaporkan sebanyak 8,4 juta jiwa pada tahun 2001, meningkat menjadi 14
juta pada tahun 2006 dan diperkirakan menjadi sekitar 21,3 juta jiwa pada
tahun 2020. Indonesia menduduki peringkat ke-empat dengan jumlah
diabetes terbanyak setelah India (31,7 juta jiwa), China (20,8 juta jiwa) dan
amerika serikat (17,7 juta jiwa). Hasil survey Departemen Kesehatan angka
kejadian dan komplikasi DM cukup tersebar sehingga dikatakan sebagai
masalah nasional yang harus mendapat perhatian karena komplikasinya
sangat mengganggu kualitas penderita. Angka kematian ulkus pada
penyandang diabetes militus berkisar antara 17-32%, sedangkan laju
amputasi dapat dihindarkan dengan perawatan luka yang baik, lebih dari
satu juta amputasi dilakukan pada penyandang diabetes khususnya
diakibatkan oleh ulkus gangren di seluruh dunia (Kemenkes RI, 2010).
Luka adalah rusaknya struktur anatomis kulit normal akibat proses patologis
yang berasal dari internal maupun eksternal dan mengenai organ tertentu
(Poter & Perry, 2016). Luka akut dan kronik berisiko terkena infeksi. Luka
1
2
B. Rumusan Masalah
tipe 2 (Norwood, 2011). Salah satu perawatan luka ulkus diabetikum terbaru
adalah dengan menggunakan metode Modern Dressing salah satu nya
dengan balutan Oklusi Hidrokoloid. Hidrokoloid merupakan salah satu jenis
balutan yang bersifat absorble sehingga memiliki penyerapan yang baik,
komposisi bahan yang terdapat didalamnya yaitu Sodium
Carboxymethylcellulose (NaCMC), pectin dan gelatin. Hydrocolloid akan
membentuk gel kecokelatan dan menyerupai nanah ketika bertemu dengan
cairan luka sehingga akan terlihat seperti tumpukan nanah.
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis membahas mengenai Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Ulkus DM dengan Pemberian Intervensi
Perawatan Luka dengan Metode Modern Dressing dengan balutan Oklusi
Hidrokolid Terhadap Penyembuhan Luka Tahun 2020.
C. Tujuan Masalah
1. Tujuan Umum
Penulis dapat mempelajari asuhan keperawatan pada Tn. D dengan
Ulkus DM.
2. Tujuan Khusus
a. Dijelaskan pengkajian pada pasien dengan Ulkus DM
b. Dirumuskan masalah dan membuat diagnosa keperawatan pada
pasien dengan Ulkus DM.
c. Direncanakan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Ulkus DM.
d. Dipaparkan aplikasi perawatan luka dengan dengan menggunakan
metode Modern Dressing salah satu nya dengan balutan Oklusi
Hidrokoloid
D. Manfaat Makalah
2. Institusi Pendidikan
Menjadi bahan landasan penelitian lebih lanjut terhadap manfaat
perawatan luka Ulkus DM dengan menggunakan metode Modern
Dressing salah satu nya dengan balutan Oklusi Hidrokoloid.
3. Penulis
Manjadikan hasil penelitian sumber refrensi terhadap penulis lain
tentang teknik balutan luka modern dengan menggunakan metode
Modern Dressing salah satu nya dengan balutan Oklusi Hidrokoloid.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Diabetes Mellitus
1. Definisi
Penderita Diabetes melitus (Diabetisi) secara global terus mengalami
peningkatan. Prevalensi diabetisi (tipe 1 dan tipe 2) di hampir 80 negara di
dunia berada pada rentang usia 20-79 tahun. Prediksi peningkatan jumlah
diabetisi pada tahun 2011 – 2030 di dunia sebesar 20,26%, sementara di
Indonesia sebesar 23,6% (Whiting, 2011).
6
7
2. Klasifikasi
DM diklasifikasikan berdasarkan proses patogenesis yang menyebabkan
hiperglikemi. Dua kategori besar DM adalah tipe 1 dan tipe 2 (Fauci, 2011).
Berdasarkan etiologi DM diklasifikasikan menjadi empat, yaitu DM tipe 1,
DM tipe 2, DM tipe spesifik dan DM karena kehamilan (gestasional).
Untuk lebih jelasnya disajikan dalam tabel 2.1 berikut ini.
Etiologi Intoleransi
Tipe Sub Tipe
Glukosa
Tipe 1 Kerusakan sel β
menyebabkan defisiensi
insulin absolute
A. Dimensi Imun Auto imun merusak
sel β
B. Idiopatik Tidak diketahui
Tipe 2 Memiliki rentang dari
predominan resisten insulin
dengan defisiensi insulin
relative, sampai kerusakan
sekresi predominan dengan
resistensi insulin
Tipe spesifik A. Kelainan genetik di Disregulasi sekresi
dalam fungsi sel β, insulin akibat kelainan
contoh: glukokinase dalam pembentukan
glukokinase
B. Kelainan genetic Sindrom pada anak –
dalam aksi insulin anak yang memiliki
Contoh : mutasi pada reseptor
leprechaunism, insulin
Rabson-Mendenhall
C. Penyakit eksokrin Hilang atau rusaknya
pancreas, contoh: sel β sebagai produsen
pancreatitis, insulin
8
neoplasma, cystic
fibrosis
D. Gangguan endokrin, Efek diabetogenik
seperti acromegaly, sebagai akibat dari
Cushing syndrome peningkatan kadar
hormone
E. Dicetuskan oleh
obat-obatan dan Perusakan sel β secara
bahan kimia, seperti toksik
Vacor, Resisten insulin
glucocorticosteroid, Gangguan sekresi
thiazid diuretics, insulin
interferon-alfa Produksi antibody dari
sel - sel islet
3. Komplikasi
Komplikasi DM dibagi menjadi dua, yaitu komplikasi akut dan komplikasi
kronik. Pada bagian ini akan lebih banyak membahas komplikasi kronik
9
1. Definisi
10
Ulkus kaki diabetes adalah erosi yang terjadi pada jaringan epidermis/luka
di sisi distal telapak kaki, bagian dasar kaki penderita DM tipe 1 dan DM
tipe 2 (Norwood, 2011). Senada dengan definisi tersebut, Vancouver Costal
Health (2010) menjelaskan bahwa ulkus kaki adalah rusak atau terbukanya
kulit yang mengganggu fungsi proteksi kulit dalam melawan bakteri.
a. Neuropati Perifer
Pasien yang mengalami neuropati perifer tidak mengetahui trauma dan
cedera yang dialaminya. Neuropati mengganggu biomekanika kaki,
yang menyebabkan peningkatan gesekan dan tekanan. Hal ini
12
b. Deformitas Kaki
Deformitas kaki disebabkan dari meningkatnya tekanan kaki, dan jika
dikombinasikan dengan adanya neuropati, akan meningkatkan risiko
komplikasi pada kaki. Deformitas kaki bisa didapat secara kongenital,
atau bisa berkembang akibat alas kaki yang kurang sesuai dan juga bisa
diakibatkan dari proses penyakit terutama rheumatoid arthritis dan
diabetes. Deformitas kaki yang paling sering terjadi adalah claw atau
hammer toes, bunions, kalus, dan sisi kaki yang pernah dilakukan
pembedahan.
d. Trauma
Masyarakat pada umumnya sering menganggap trauma sebagai pencetus
ulkus kaki diabetes, tanpa memperhatikan bahwa terdapat faktor lain yang
berkontribusi seperti proses penyakit ataupun faktor-faktor risiko. Trauma
yang sering mencetuskan terjadinya ulkus biasanya berawal dari luka lecet
akibat sepatu baru atau luka bakar akibat air panas. Proses penyakit dan
faktor risiko lain yang dialami diabetisi dapat memperburuk dan
menghambat proses penyembuhan ulkus. Oleh sebab itu, penting mencegah
terjadinya trauma guna menghindari terjadinya ulkus kaki diabetes.
e. Riwayat ulkus kaki diabetes atau amputasi
Riwayat ulkus dan amputasi di masa lalu merupakan faktor risiko yang
sangat signifikan dalam pembentukan ulkus selanjutnya. Hal ini sebagai
representasi adanya proses penyakit pada ekstremitas bawah. Diabetisi
dengan riwayat ulkus dan amputasi bisa diklasifikasikan sebagai kelompok
14
risiko tinggi yang memerlukan penanganan oleh perawat dan tim kesehatan
lainnya dalam memantau dan menangani kaki diabetesnya.
Ulkus kaki diabetes yang tidak mendapatkan perawatan yang tepat dari
tenaga kesehatan akan berakhir dengan amputasi. Lebih dari 24% diabetisi
dengan ulkus kaki diabetes akan mengalami amputasi pada seluruh atau
sebagian kakinya, yang diakibatkan ulkus yang tidak bisa sembuh
(Vancouver Costal Health, 2010). Pernyataan ini diperkuat oleh Norwood
(2011), bahwa lebih dari 25% diabetisi akan mengalami ulkus kaki diabetes.
Walaupun terdapat kemungkinan terburuk, yaitu amputasi jika luka ulkus
tidak sembuh, ternyata masih terdapat harapan bagi diabetisi.WHO dan
International Diabetes Federation menyatakan bahwa lebih dari 85%
amputasi pada kaki diabetisi bisa dicegah (Rogers, 2012).
Secara umum teknik perawatan luka dapat di bedakan menjadi dua yaitu teknik
perawatan konvensional dan teknik perawatan modern, saat ini tengah
dikembangkan teknik perawatan luka dengan berorientasi pada kelembaban
lingkungan luka atau yang dikenal dengan moist wound healing, seperti yang
di ungkapkan Blackley dalam Septiyanti, 2014) bahwa suasana lembab
mendukung terjadinya proses penyembuhan luka.
Hal ini didasari pada metode perawatan luka yang lama atau sering di sebut
juga metode konvensional yang berorientasi pada luka kering, dapat menggang
proses penyembuhan luka karena balutan dapat menempel yang menyebabkan
rasa sakit pada klien dan sel-sel yang baru tumbuh akan mengalami kerusak.
Perbedaan kedua teknik ini terdapat pada manajemen luka, balutan, larutan dan
obat topikal yang digunakan.
1. Pengkajian Luka
Pengkajian merupakan salah satu bagian penting dalam proses perawatan
luka, pengkajian tidak hanya dilakukan pada luka saja tetapi, faktor-faktor
15
a. Tipe luka
Pengkajian tipe luka dilakukan untuk menentukan penatalaksanaan
yang akan diberikan, dalam pengkajian ini dapat ditentukan.
terjadi epitalisasi apabila tepi luka halus, tipis bersih, dan lunak. Twpi
luka yang menebal harus ditipiskan, tepi luka yang kasar harus di
haluskan, tepi luka yang kotor harus dihaluskan dan tepi luka yang
keras harus dilunakan. Tepi luka untuk penyembuhan luka adalah kulit
sekitar luka yang utuh, tidak bengkak, tidak kemerahan, tidak nyeri,
tidak mengeras dan tidak berwarna kebiruan (sianosis) atau pucat.
d. Ukuran luka Ukuran luka dapat menjadi ukuran berapa lama bisa
sembuh. Semakin besar luka dan semakin dalam luka (gua), waktu
penyembuhannya semakin lama. Beberapa referensi menunjukan
banyak cara untuk melakukan pengukuran luka, yaitu dengan teknik
wound tracing, wound molds, fluids instillation, kundin wound gauze,
planimetry, dan digital/computerized. wound tracing yaitu mengukur
luka dengan membuat pola (mole) luka dengan menggunakan plastic
transparent dan spidol. Wound Molds yaitu menggunakan dreesing
seperti kalsium alginate dan/atau foam dan kolagen, kemudian luka di
isi dengan dressing tersebut, dan setelah tebal, dressing diukur beratnya
sehingga luka volume dapat ditemukan. Fluid insillation yaitu mengisi
luka dengan cairan pencuci hingga penuh, kemudian menggunakan
spuit atau suction untuk menghitung berapa volume cairan tersebut.
Kundin wound gauze yaitu menggunakan tiga penggaris yang diletakan
pada permukaan luka, penggaris pertama dan kedua untuk mengukur
panjang dan lebar luka, dan penggaris ketiga untuk ukuran
kedalamanan luka. Planimetry adalah cara sederhana yang sering
digunakan untuk mengukur luka dalam dua dimensi dan tiga dimensi.
Bahan untuk membalut pada teknik perawatan ini adalah kasa katun,
digunakan untuk menutup luka dan dilakukan dengan cara
membentangkan kasa secara penuh, prinsip pada teknik perawatan ini
yaitu, tidak ada kata steril untuk luka terbuka, bakteri akan selalu
berkoloni didalam luka, teknik ini memiliki dua acara dalam
perawatannya yaitu teknik steril dan teknik bersih.
1) Teknik steril
Teknik steril menggunakan peralatan dan bahan yang telah
disterilisasi sehingga tidak ada bakteri patogen, apatogen atau
partikel virus yang menempel di permukaannya. Instrumen
disterilkan memakai sterilisator untuk dapat digunakan, saat
perawatan bahan habis pakai (disposable) umumnya dibungkus
satuan.
2) Teknik bersih
Teknik ini memakai peralatan dan bahan yang tidak memerlukan
perlakukan khusus seperti memperlakukan instrumen steril, bahan
habis pakai seperti kasa banyak dalam satu pengepakan, alat bersih
lebih murah dan lebih mudah disimpan dari pada alat steril teknik
perawatan bersih efektif jika digunakan sesuai dengan petunjuk
pengunaan.
4) Salep Antibiotik
Beberapa UK dapat diberikan salep antibiotik topikal, salep dapat
membuat luka tetap lembab dan mengurangi nyeri yang berkaitan
dengan luka yang telah mengering. Salep antibiotik dapat
menembus luka dan mencegah jadi infeksi.
18
5) Teknik membalut
Perawatan luka konvensional memiliki dua cara yaitu dengan
teknik basah ke kering dan basah ke basah.
a) Basah ke kering
Indikasi dilakukan tindakan ini yaitu untuk membersihkan
kotoran atau luka terinfeksi.
(1) Teknik perawatan
(a) Lembabkan selembar kasa dengan larutan dan peras
untuk mengeluarkan cairan yang berlebih.
(b) Kasa harus lembab, bukan basah. Buka kasa dan
letakkan diatas luka untuk menutupinya.
(c) Letakkan kasa kering di atasnya.
(d) Biarkan pembalut mengering, ketika balutan diangkat
kotoran akan ikut tertarik.
(e) Bila balutan lengket dapat dilembabkan dengan
memberikan normal salin untuk mempermudah
pengangkatan balutan.
(f) Frekuensi penggantian balutan bisa 3-4 kali per hari.
Dapat lebih sering pada luka yang memerlukan
debridemen.
(g) Jika luka sudah bersih, ganti teknik balutan menjadi
basah dan berikan obat topikal.
b) Basah ke basah
19
d) Surgical debridement
Merupakan tindakan pembedahan dengan menggunakan benda
tajam dan tindak hanya pada jaringan yang mati, tetapi juga
pada jaringan yang sehat (fasiotomi) yang memerlukan anestesi
untuk mengurangi nyeri sehingga tindakan ini hanya boleh
dilakukan oleh dokter (umum dan bedah), hal ini disesuaikan
pada situasi dan bentuk luka.
e) Conservative sharp wound debridement (CSWD) Merupakan
pengangkatan jaringan mati dengan menggunakan gunting,
pinset, dan bisturi hanya pada jaringan mati sehingga tidak
banyak berdarah dan tidak menimbulkan nyeri pada pasien.
22
2) Jenis balutan
24
a) Hydrocolloid (hidrokoloid)
Hidrokoloid merupakan salah satu jenis balutan yang bersifat
absorble sehingga memiliki penyerapan yang baik, komposisi
bahan yang terdapat didalamnya yaitu Sodium
Carboxymethylcellulose (NaCMC), pectin dan gelatin.
Hydrocolloid akan membentuk gel kecokelatan dan menyerupai
nanah ketika bertemu dengan cairan luka sehingga akan terlihat
seperti tumpukan nanah.
Menurut Arisanty (2014), dalam perawatan luka Beberapa
bahan hydrocolloid dapat digabung dengan elastomer, adhesive,
polyurethane foam dan film sehingga bersifat adhesive
(merekat), waterproof (tahan air) dan absorble (menyerap), sifat
ini sangat memungkinkan untuk menyerap eksudat dan
mempertahankan lingkungan luka dalam kondisi lembab,
karena sifat oklusif pada hidrokoloid dapat mencegah
masuknya air, oksigen, dan kuman ke dalam luka dan hal ini
akan mempengaruhi percepatan proses penyembuhan serta
mencegah penyebaran infeksi. Frekuensi penggantian balutan
ditentukan oleh jumlah eksudat yang dihasilkan oleh luka.
Meskipun rata-rata penggantian balutan di lakukan 3-5 hari
sekali, terkadang penutup luka dipertahankan selama 7 hari.
Pada balutan oklusi hidrokoloid harus di pastikan luka tertutup
oleh balutan 1,5 – 2 cm dari tepi luka untuk menurunkan resiko
kebocoran. Karena menurut Novriansyah (2014), produk
25
e. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut
2. Gangguan mobilitas fisik
3. Kerusakan kontinuitas jaringan
f. Rencana Keperawatan
3. Identifikasi
respons nyeri
non verbal
4. Identifikasi
faktor yang
memperberat
dan
memperingan
nyeri
Terapeutik
5. Berikan tehnik
nonfarmakologi
untik
mengurangi
nyeri
6. Fasilitasi
istirahat dan
tidur
7. Pertimbangkan
jenis dan sumber
nyeri dalam
pemilihan
strategi
meredakan nyeri
Edukasi
8. Jelaskan
penyebab nyeri
9. Jelaskan strategi
pereda nyeri
10. Anjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri
11. Anjurkan
menggunakan
tehnik
nonfarmakologi
DM
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
1. Biodata Pasien
a. Nama : Tn A
b. Umur : 35 thn
c. Jenis Kelamin : Laki - laki
d. No. Register : 10.11.25.90
e. Alamat : Kota Serang
f. Status Pernikahan : Menikah
g. Keluarga Terdekat : Ny. E (Istri)
h. Diagnosa Medis : Diabetes Mellitus
i. Tanggal Pengkajian : 20 Juli 2020
2. Anamnesa
a. Keluhan Utama ( Alasan MRS ) :
Saat masuk rumah sakit : Klien mengatakan pusing. Lemas.
Saat Pengkajian : Klien mengatakan bahwa dirinya merasakan
pusing dan lemas 1 hari sebelum masuk rumah sakit dan bertambah
ketika malam hari.
b. Pola Eliminasi
No Pemenuhan Di Rumah Di Rumah Sakit
33
Eliminasi BAB
/BAK
1 Jumlah / Waktu Pagi : 1 kali ± Pagi : 2 kali ± 200
150 ml mml
Siang : 1 kali Siang : 1 kali ± 150
± 150 ml ml
Malam : 2 Malam : 2 kali ± 250
kali ± 300 ml ml
2 Warna Kuning jernih Kuning keruh
b. Ekonomi
Siapa yang membiayai perawatan klien selama dirawat :
Klien menggunakan jaminan kesehatan dari pemerintah (BPJS).
Apakah ada masalah keuangan dan bagaimana mengatasinya :
Tidak ada
5. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan Tanda – tanda Vital
1. Tekanan darah : 110/90 mmHg
2. Nadi : 84 x/menit
3. RR : 22 x/menit
4. Suhu : 3650C
5. BB : 55 Kg
6. TB : 170 cm
(Setelah dihitung berdasar rumus Borbowith Pasien termasuk :
Normal)
b. Keadaan Umum
Keadaan umum pasien sedang, kesadaran compos mentis.
3) Pemeriksaan Kuku
Inspeksi dan palpasi, segar, CRT < 2 detik
Kebersihan kuku tangan bersih, kuku kaki bersih.
36
2) Pemeriksaan Mata
Inspeksi :
a. Kelengkapan dan kesimetrisan mata ( + )
b. Ekssoftalmus ( - ), Endofthalmus ( - )
c. Kelopak mata / palpebra : oedem ( - ), ptosis ( - ),
Peradangan ( - ) luka (- ), benjolan (- )
d. Bulu mata : tidak rontok
e. Konjunctiva dan sclera : An anemis & an ikterik
f. Warna iris hitam, reaksi pupil terhadap cahaya (+)
g. (miosis) isokor ( + )
Kornea : warna Putih
Nigtasmus ( - )
Strabismus ( - )
3) Pemeriksaan Telinga
1) Inspeksi dan palpasi
Ukuran normal, simetris antara kiri dan kanan, ukuran normal,
nyeri tekan (-), peradangan (-), penumpukan serumen (-).
Uji kemampuan kepekaan telinga :
- Tes bisik : Terdengar kiri dan kanan
- Dengan arloji Terdengar kiri dan kanan
- Uji weber : Seimbang
- Uji rinne : Hantaran` tulang lebih keras
- Uji swabach : memanjang / memendek / sama
4) Pemeriksaan Hidung
37
6) Pemeriksaan Wajah
Ekspresi wajah klein tenang/rileks, simetris tidak ada kelainan.
7) Pemeriksaan Leher
Keadaan umum leher pasien baik, tidak ada kelainan, tidak ada
peradangan, tidak ada perubahan warna, masa (-), pembesaran
kelenjar tiroid (-), pembesaran vena jugulasir (-), pembesaran
kelenjar limfe (-).
Masalah Keperawatan : Tidak ada
Bentuk dada normal, simetris, tidak ada keluhan, tidak ada retraksi
otot bantu tambahan, pernafasan cuping hidung (-), dalam batas
normal.
b. Palpasi
Pekeriksaan taktil / vocal fremitus teraba sama.
c. Perkusi
Suara perkusi paru sonor.
d. Auskultasi
1. Suara nafas
Suara nafas vesikuler, area bronchial bersih
2. Suara Ucapan
Tidak terdengar suara tambahan
3. Suara tambahan
Tidak terdengar
g. Pemeriksaan Jantung
a. Inspeksi
Ictus cordis (+), pelebaran kira – kira 2 cm
b. Palpasi
Pulsasi pada dinding torak teraba Kuat.
c. Perkusi
Batas-batas jantung normal adalah :
Batas atas : ICS 2 ( N = ICS II )
Batas bawah : ICS 5 ( N = ICS V)
Batas Kiri : ICS V Mid Clavikula Sinistra
Batas Kanan : N = ICS IV Mid Sternalis Dextra
d. Auskultasi
BJ I terdengar tunggal reguler
BJ II terdengar tunggal reguler
Tidak ada bunyi jantung tambahan
h. Pemeriksaan Abdomen
39
a. Inspeksi
Bentuk abdomen datar, tidak ada benjolan, simetris kiri dan kanan.
b. Auskultasi
Terdengar suara bising usus 10-12 kali /menit
c. Palpasi
Palpasi Hepar :
Diskripsikan :
Nyeri tekan ( - ), tidak da pembesaran hepar, hepar tidak teraba).
Palpasi Appendik :
Tidak ada nyeri tekan saat di palpasi
Normalnya hasil perkusi pada abdomen adalah tympani.
Palpasi Ginjal :
Tidak teraba
Masalah Keperawatan : Tidak ada
i. Pemeriksaan Genitalia
1) Genitalia Pria
Inspeksi :
Rambut pubis bersih, lesi (- ), benjolan ( - )
Lubang uretra : penyumbatan ( - ), Hipospadia ( - ), Epispadia ( - )
Palpasi
Penis : nyeri tekan ( - ), benjolan ( - ), cairan -
Scrotum dan testis : beniolan ( - ), nyeri tekan ( - ),
Kelainan-kelainan yang tampak pada scrotum :
Hidrochele ( - ), Scrotal Hernia ( - ), Spermatochele ( - ) Epididimal
Mass/Nodularyti ( - ) Epididimitis ( - ), Torsi pada saluran sperma
( - ), Tumor testiscular ( - )
Inspeksi dan palpasi Hernia :
Inguinal hernia ( - ), femoral hernia ( - ), pembengkakan ( - )
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
j. Pemeriksaan Anus
40
a. Inspeksi
Atresia ani ( - ), tumor ( - ), haemorroid ( - ), perdarahan ( - )
b. Palpasi
Nyeri tekan pada daerah anus ( - )
Masalah Keperawatan : Tidak ada
l. Pemeriksaan Neurologis
a. Menguji tingkat kesadaran dengan GCS ( Glasgow Coma Scale )
1. Menilai respon membuka mata 5
2. Menilai respon Verbal 4
3. Menilai respon motorik 6
Setelah dilakukan scoring maka dapat diambil kesimpulan :
(Compos Mentis)
6. Riwayat Psikologis
a. Status Nyeri
1) Menurut Skala Intensitas Numerik
41
● ● ● ● ● ● ● ● ● ●
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
No Intensitas Nyeri Diskripsi
b. Status Emosi
Klien terlihat tidak terlalumenampilkan ekspresi wajahnya, tetapi klien
mengatakan bahwa dirinya ikhlas menerima cobaan yang di berikan
oleh Allah SWT.
Masalah Keperawatan : Tidak ada
c. Gaya Komunikasi
√
Apakah klien tampak hati-hati dalam berbicara ( ya / tdk ), apakah pola
√
komunikasinya ( spontan / lambat ), apakah klien menolak untuk diajak
√ √
komunikasi ( ya / tdk ), Apakah komunikasi klien jelas ( ya / tdk ),
√
apakah klien menggunakan bahasa isyarat ya / tdk ).
Masalah Keperawatan : Tidak ada
42
d. Pola Interaksi
Kepada siapa klien berspon :Semua orang
Siapa orang yang dekat dan dipercaya klien : Istri klien
Bagaimanakah klien dalam berinteraksi (aktif), Apakah tipe
kepribadian klien (terbuka).
Masalah Keperawatan : Tidak ada
e. Pola Pertahanan
Klien berusaha selalu berfikir positif dan berdoa meminta kesembuhan
kepada Allah SWT.
Masalah Keperawatan : Tidak ada
√
43
□ Baik
2 Lapang persepsi □ Menurun □ Menyempit □ Kacau
Kemampuan
√□ Mampu □ Mampu □ Tidak ada
3 menyelesaikan □Tidak mampu
dengan bantuan tanggapan
masalah
□ Mampu
√ □Tidak mampu
berkonsen
□ Kurang mampu mengingat
trasi dan □Alur fikiran
4 Proses Berfikir mengingat dan dan
mengingat kacau
berkonsentrasi berkonsentr
dengan
asi
baik
√ Baik
□ □ Menurun
5 Motivasi □ Kurang □ Putus asa
8. Pemeriksaan Laboratorium
a. Darah Lengkap 20 Juli 2020
Leukosit : 4000 ( N : 3.500 – 10.000 / µL )
Eritrosit : 1.3 juta ( N : 1.2 juta – 1.5 juta µL )
9. Pemeriksaan Penunjang
Jika ada jelaskan gambaran hasil foto Rongent, USG, EEG, EKG,CT-
Scan, MRI, Endoscopy dll.
Masalah Keperawatan : Tidak ada
6. Fasilitasi istirahat
dan tidur
7. Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri
dalam pemilihan
strategi meredakan
nyeri
8. Berikan terapi
komplementer
berupa rebusan daun
sirsak untuk
mengurangi nyeri
dan kadar asam urat
Edukasi
9. Jelaskan penyebab
nyeri
10. Jelaskan strategi
pereda nyeri
11. Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
12. Anjurkan
menggunakan tehnik
nonfarmakologi
8. Anjjurkan kepatuhan
terhadap diet dan olah
raga
Kolaborasi
9. Kolaborasi pemberian
insulin jika perlu
- Anjurkan kecukupan
nutrisi, cairan dan istirahat
- Anjurkan kecukupan
nutrisi, cairan dan istirahat
- Lakukan perawatan luka
dengan teknik oklusi
hidrokoloid untuk
mempercepat
penyembuhan luka
49
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Literatur Review
Secara umum dari 10 jurnal yang di angkat analisa SWOT yang didapat adalah :
1. Strengths (Kekuatan) meliputi : Metode balutan luka modern lebih efisien,
cepat untuk sembuh dan relative murah.
2. Weaknesses (Kelemahan) : metode balutan modern memiliki kelemahan yaitu
kurang nya kesadaran manusia untuk mencoba suatu teknik baru.
3. Opportunities (Peluang) : Banyak teman sejawat (Paramedis) yang sudah
memiliki sertifikat pelatihan dan bisa menerapkan balutan luka efektif
4. Threats (Ancaman) : Menurunnya kesadaran untuk merawat luka diabetes
menjadi salah satu faktor klien enggan untuk menerapkan balutan luka.
52
B. Pembahasan
Pada BAB ini penulis akan coba membahas intervensi yang dilakukan dengan
jurnal yang menjadi acuan penulis dalam melakukan penelitian. Intervensi
yang diangkat oleh penulis adalah dengan menggunakan metode perawatan
luka ulkus DM sevara modern. Ada dua metode perawatan luka yaitu metode
konvensional dan modern. Perawatan luka modern mengacu kepada stimulasi
dari jaringan luka itu sendiri. Memiliki beberapa prinsip dalam perawatan luka,
metode yang di pilih adalah dengan metode Hydrocoloid. Prinsip perawatan
dengan metode Hydrocoloid adalah jenis balutan yang bersifat Absorble
sehingga memiliki penyerapan yang baik. Balutan ini baik bagi luka ulkus yang
memiliki produksi nanah / pus yang banyak sehingga mampu diserap dengan
baik oleh balutan. Beberapa jurnal penelitian serupa penulis bandingkan untuk
mencari hasil mana yang terbaik dari penenelitian ini.
Jurnal penelitian yang pertama adalah jurnal penelitian dari Sri Anggraini
(2018), dengan judul penelitian “Efektifitas Perawatan Luka Modern Dressing
Dengan Metode Moist Wound Healing pada Ulkus Diabetik di Klinik
Perawatan Luka ETN Centre Makassar”. Penelitian yang dilakukan kepada
pasien rawatan Klinik Perawatan luka ETN dengan menggunakan metode
modern dressing mendapatkan hasil bahwa perawatan luka ulkus Dm dengan
menggunakan Metode Modern Dressing mendapatkan hasil efektif terhadap
luka dengan ulkus DM.
Jurnal penelitian kedua adalah jurnal penelitian oleh Nadya Putri Nabila
(2017), dengan judul penelitian “Proses Penyembuhan Luka Ulkus Diabetikum
dengan Metode Modern Dressing Di Klinik Maitis Efrans Wound Care”.
Peneliti melakukan penelitian terhadap 2 orang responden pasien di Klinik
Maitis Efran Bengkulu dengan ulkus DM. Pasien diberikan perlakuan
perawatan luka dengan menggunakan metode modern dressing dan mengamati
bagaimana proses penyembuhan terjadi. Hasil yang didapatkan dari penelitian
53
Jurnal ketiga adalah peneltian yang dilakukan oleh Ratna Devi (2019), dengan
judul penelitian adalah “Asuhan Keperawatan pada Pasien Diabetes Melitus
yang Mengalami Masalah Kerusakan Integritas Kulit Dengan Penerapan
Keperawatan Luka Modern Dressing di Ruangan Kenari RSU Anutapura Palu
2018”. Dari hasil penelitian didapatkan hasil bahwa perawatan luka modern
dressing memberikan pengaruh terhadap penyembuhan luka dan mengatasi
masalah integritas kulit.
Jurnal keempat adalah jurnal penelitian yang dilakukan oleh Dwi Kartika
(2018), judul yang diangkat adalah “Asuhan Keperawatan pada Pasien
Diabetes Melitus yang Mengalami Masalah Kerusakan Integritas Kulit Dengan
Penerapan Keperawatan Luka Modern Dressing di Ruangan Kenari RSU
Anutapura Palu 2018”. Hasil penelitian yang dilakukan kepada 17 responden
adalah terdapat perubahan kualitas luka yang dirawat menggunakan metode
Modern Dressing sehingga hasil perawatan yang di lakukan sesuai dengan
penelitian.
Jurnal penelitian yang kelima adalah jurnal penelitian yang di teliti oleh Dina
Dewi Sartika Lestari Ismail (2019) dengan judul penelitian adalah
“Penggunaan Balutan Modern Memperbaiki Proses Penyembuhan Luka
Diabetik” dari 16 responden yang diteliti didapatkan hasil bahwa metode
perawatan luka menggunakan metode modern dressing mengalami hasil yang
cukup baik di bandingkan menggunakan metode konvensional.
luka infeksi khusus nya luka ulkus DM demi meningkatkan kualitas perawatan
luka sehingga pasien mampu meningkatkan kehidupan nya.
Jurnal selanjutnya yaitu jurnal penelitian yang dilakukan oleh Maria Imaculata
Ose (2018), penelitian yang dilakukan kepada 18 responden yang di pilih
secara purposive dengan judul penelitian “Efektivitas perawatan luka teknik
balutan wet dry Dan Moist Wound Healing Pada Penyembuhan Ulkus
Diabetik” didapatkan hasil yaitu dengan menggunakan teknik modern Mist
Wound Healing mampu mempercepat proses penyembuhan luka ulkus yang
dialami oleh pasien.
A. Kesimpulan
Pada BAB ini penulis akan membahas kesimpulan yang didapatkan dari hasil
penelitian dan perbandingan dengan jurnal penelitian yang menjadi acuan
penulis untuk menyusun karya tulis ini. Penulis mengangkat kasus pasien
dengan Diabetes Mellitus dan mempunyai luka Ulkus DM. Intervensi yang di
lakukan oleh penulis adalah melalukan perawatan luka untuk pasien dengan
ulkus DM. Metode perawatan luka yang dilakukan oleh penulis adalah dengan
menggunakan metode Modern Dressing. Prinsip dasar dari perawatan luka
modern adalah menjaga kelembaban pada lingkungan luka, teknik ini sering
digunakan pada pasien yang mengalami luka kronis termasuk ulkus diabetik,
hal ini dikarenakan suasana lembab mendukung terjadinya proses
penyembuhan luka.
Hasil yang didapatkan oleh penulis menemukan bahwa dengan metode modern
dressing mampu meningkatkan tingkat kesembuhan luka lebih cepat dari
metode konvensional. Maka dari itu hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa
terdapat pengaruh yang signifikan dari metode perawatan luka dengan metode
modern dressing.
55
56
B. Saran
Handayani, H. T. (2016). Studi meta analisis perawatan luka kaki diabetes dengan
modern dressing. The Indonesia journal of health science, 6 (2). 1-11.
Nontji., W. hariati, H., Arafat, R. (2015). Teknik perawatan luka modern dan
konvensional terhadap kadar intelukin 1 dan interleukin 6 pada pasien luka
diabetik. Jurnal ners. 10 (1) 133-137.