Anda di halaman 1dari 68

LITERATURE REVIEW : ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

ULKUS DM DENGAN PEMBERIAN INTERVENSI PERAWATAN LUKA


DENGAN METODE MODERN DRESSING DENGAN BALUTAN OKLUSI
HIDROKOLOID TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA
TAHUN 2020

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan Stase Keperawatan


Medikal Bedah
Program Studi Profesi Ners

Disusun Oleh :
Intan Okta Rina
NIM : 19316062

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
YATSI TANGERANG
TAHUN 2020
i
ii
LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : Intan Okta Rina
NIM : 19316062
Tempat Tanggal lahir : Serang, 08 Oktober 1985
Institusi : STIKes Yatsi Tangerang

Menyatakan bahwa penyusunan makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan


Pada Pasien Ulkus Dm Dengan Pemberian Intervensi Perawatan Luka Dengan
Metode Modern Dressing Dengan Balutan Oklusi Hidrokoloid Terhadap
Penyembuhan Luka Tahun 2020” adalah bukan makalah hasil karya orang lain baik
sebagian maupun keseluruhan, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah disebutkan
sumbernya.
Demikian lah pernyataan ini saya dengan sebenar – benarnya dan apabila
pernyataan ini tidak benar saya bersedia mendapatkan sangksi akademis.

Tangerang, Agustus 2020


Pembimbing Akademin Yang menyatakan

Ns. Achmad Abdul Lutfbis, S.Kep., M.Kep Intan Okta Rina

iii
LITERATURE REVIEW : ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
ULKUS DM DENGAN PEMBERIAN INTERVENSI PERAWATAN LUKA
DENGAN METODE MODERN DRESSING DENGAN BALUTAN OKLUSI
HIDROKOLOID TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA
TAHUN 2020

Intan Okta Rina1, Achmad Abdul Lutfbis2, Ria Setia Sari3

Program Profesi Ners


STIKes Yatsi, Jl. Arya Santika, No 42 Tangerang Banten

Abstrak
Penyakit diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit yang berkaitan dengan
metabolisme karbohidrat, lemak dan protein Penderita DM sering mengalami
komplikasi pada pembuluh darah berupa makroangiopati, mikroangiopati,
neuropati, penurunan daya tahan tubuh sehingga memudahkan terjadinya infeksi,
inflamasi, iskemia dan kematian sel akibat hiperglikemia. Ulkus kaki diabetes
adalah erosi yang terjadi pada jaringan epidermis / luka di sisi distal telapak kaki,
bagian dasar kaki penderita DM tipe 1 dan DM tipe 2. Intervensi yang dilakukan
oleh penulis adala dengan melakukan intervensi perawatan luka dengan
menggunakan metode modern dressing. Metode modern dressing adalah metode
perawatan luka dengan menggunakan produk perawatan luka terbaru. Hasil jurnal
penelitian yang menjadi acuan dari penulis mendapatkan hasil dari penelitian nya
rata rata memiliki efektivitas dalam penyembuhan luka. Hal serupa juga dialami
oleh penulis bahwa saat di evaluasi keadaan luka sangat baik dalam hal
penyembuhan. Maka dari itu baik dari hasil penelitian maupun dari jurnal penelitian
mendapatkan hasil yang sama yaitu memiliki kesamaan dalam hal penyembuhan
luka. Saran untuk instansi pelayanan kesehatan diharapkan institusi mulai
menerapkan metode perawatan luka dengan menggunakan metode modern dressing
sehingga cost effective yang dikeluarkan bisa lebih terjangkau dan waktu sembuh
bisa lebih cepat.

Kata Kunci : Diabetes Mellitus, Modern dressing, Ulkus DM

iv
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat dan karunia-nya sehingga telah tersusunnya laporan ini yang
berjudul “Literature Review : Asuhan Keperawatan Pada Pasien Ulkus Dm Dengan
Pemberian Intervensi Perawatan Luka Dengan Metode Modern Dressing Dengan
Balutan Oklusi Hidrokoloid Terhadap Penyembuhan Luka Tahun 2020”. Laporan
ini disusun dalam rangka memenuhi tugas akhir peminatan stase Medikal Bedah
Profesi Ners STIKes Yatsi.
Dengan selesainya penyusunan makalah ini, saya mengucapkan terima
kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu memberikan bimbingan,
pengarahan, dan nasihat dalam proses penyelesaian makalah ini, yaitu:
1. Kepada Dr. H. A Sofyan Sadeli, MM. Selaku ketua yayasan STIKes Yatsi
Tangerang.
2. Kepada Ibu Ida Faridah, S.Kp, M.Kes, selaku ketua STIKes Yatsi Tangerang
3. Kepada Ibu Ns. Febi Ratnasari, S.kep, M.Kep selaku Kaprodi S1 Keperawatan
4. Kepada Ibu Ns. Ria Setia Sari, S.Kep, M.Kep selaku Penanggung Jawab
Akademik sekaligus penguji II yang telah meluangkan waktu diantara
kesibukan untuk memberikan ilmu, bimbingan, saran serta masukan dalam
penyusunan tugas karya ilmiah ini.
5. Kepada Bapak Ns. Achmad Abdul Lutfbis, S.Kep., M.Kep selaku penguji I,
terima kasih untuk masukan dalam penyusunan tugas karya ilmiah ini.
6. Kepada kedua orang tua yang selalu memberikan doa dan motivasi
7. Suami tercinta yang selalu memberi semangat dan menemani saat membuat
tugas laporan ini, serta dukungan baik dari segi moril maupun materil.
8. Anak-anakku tercinta atas cinta dan support nya selama ini.
9. Teman-teman seangkatan STIKes Yatsi yang telah memberikan wawasan yang
nyaman selama menjalani pendidikan, saling mendukung satu sama lain, dan
saling memberi motivasi untuk tetap semangat menyelesaikan tugas ini.

Saya menyadari bahwa dalam penyusunan tugas karya tulis ilmiah ini masih
banyak kekurangan yang harus diperbaiki, oleh karena itu penulis mengharapkan

v
saran dan kritikan dari pembaca sekalian demi perbaikan dan penyempurnaan
makalah ini.

Tangerang, Agustus 2020

Penulis

vi
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... ii
LEMBAR PERNYATAAN ......................................................................... iii
ABSTRAK .................................................................................................. iv
KATA PENGANTAR ................................................................................. v
DAFTAR ISI ............................................................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1


A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................... 3
C. Tujuan Makalah ............................................................................. 4
1. Tujuan Umum ........................................................................... 4
2. Tujuan Khusus ........................................................................... 4
D. Manfaat Makalah ........................................................................... 5
1. Bagi Institusi Pelayanan Puskesmas ........................................ 5
2. Bagi Instistui Pendidikan ........................................................... 5
3. Bagi Penulis .............................................................................. 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 5


A. Diabetes Melitus ............................................................................. 5
1. Definisi ..................................................................................... 5
2. Klasifikasi ................................................................................ 6
3. Komplikasi ............................................................................... 8
B. Ulkus Kaki Diabetes ....................................................................... 9
1. Definisi...................................................................................... 9
2. Faktor Resiko dan Patofisiologi ................................................ 9
C. Teknik Perawatan Luka .................................................................. 14
D. Diagnosa Keperawatan ................................................................... 26
E. Rencana Keperawatan .................................................................... 27

BAB III TINJAUAN KASUS ..................................................................... 31


A. Pengkajian ..................................................................................... 31
1. Biodata Pasien ............................................................................ 31
2. Anamnesa ................................................................................... 31
3. Pola Pemeriksaan Kesehatan ...................................................... 32
4. Riwayat Sosial Ekonomi ............................................................. 34
5. Pemeriksaan Fisik ....................................................................... 35
6. Riwayat Psikologis ..................................................................... 41
7. Pemeriksaan status mental dan spiritual ...................................... 43
8. Pemeriksaan Laboratorium ......................................................... 44
9. Pemeriksaan Penunjang .............................................................. 45

vii
10. Terapi yang sudah diberikan ..................................................... 45
11. Data Fokus ............................................................................... 46
12. Diagnosa Keperawatan ............................................................. 46
13. Rencana Asuhan Keperawatan .................................................. 47
14. Catatan Perkembangan ............................................................. 50

BAB IV PEMBAHASAN ............................................................................ 61


A. Literatur Review ............................................................................ 61
B. Pembahasan ................................................................................... 64

BAB V PENUTUP ...................................................................................... 68


A. Kesimpulan ................................................................................... 68
B. Saran ............................................................................................. 71
1. Institusi Pelayanan Puskesmas .................................................... 71
2. Institusi Pendidikan .................................................................... 71
3. Peneliti Selanjutnya .................................................................... 71

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

viii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Penyakit diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit yang berkaitan


dengan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein. Penderita DM sering
mengalami komplikasi pada pembuluh darah berupa makroangiopati,
mikroangiopati, neuropati, penurunan daya tahan tubuh sehingga
memudahkan terjadinya infeksi, inflamasi, iskemia dan kematian sel akibat
hiperglikemia. Mekanisme terjadinya kematian sel pada penderita DM
melalui peningkatan glukosa intraseluler maupun ekstraseluer
(Kristyaningrum, 2013).

Penderita diabetes mempunyai resiko 15% terjadi ulkus pada kaki diabetik
pada masa hidupnya dan risiko terjadinya kekambuhan dalam 5 tahun
sebesar 70%.Penderita diabetes meningkat setiap tahunnya. Di Indonesia
dilaporkan sebanyak 8,4 juta jiwa pada tahun 2001, meningkat menjadi 14
juta pada tahun 2006 dan diperkirakan menjadi sekitar 21,3 juta jiwa pada
tahun 2020. Indonesia menduduki peringkat ke-empat dengan jumlah
diabetes terbanyak setelah India (31,7 juta jiwa), China (20,8 juta jiwa) dan
amerika serikat (17,7 juta jiwa). Hasil survey Departemen Kesehatan angka
kejadian dan komplikasi DM cukup tersebar sehingga dikatakan sebagai
masalah nasional yang harus mendapat perhatian karena komplikasinya
sangat mengganggu kualitas penderita. Angka kematian ulkus pada
penyandang diabetes militus berkisar antara 17-32%, sedangkan laju
amputasi dapat dihindarkan dengan perawatan luka yang baik, lebih dari
satu juta amputasi dilakukan pada penyandang diabetes khususnya
diakibatkan oleh ulkus gangren di seluruh dunia (Kemenkes RI, 2010).
Luka adalah rusaknya struktur anatomis kulit normal akibat proses patologis
yang berasal dari internal maupun eksternal dan mengenai organ tertentu
(Poter & Perry, 2016). Luka akut dan kronik berisiko terkena infeksi. Luka

1
2

akut memiliki serangan yang cepat dan penyembuhannya dapat di prediksi.


Contoh luka akut adalah luka jahit karena pembedahan, luka trauma dan
luka lecet. Di Indonesia angka infeksi untuk luka bedah mencapai 2,30
sampai dengan 18,30% (Kemenkes RI, 2010). Pada luka kronik waktu
penyembuhannya tidak dapat di prediksi dan dikatakan sembuh jika fungsi
dan struktur kulit telah utuh.Jenis luka kronik yang paling banyak adalah
luka dekubitus, luka diabetik dan luka kanker.

Beberapa jurnal penelitian yang menjadi acuan oleh penulis mengacu


kepada manfaat dan efektivitas dari perawatan luka ulkus DM secara
modern. Salah satu jurnal keperawatan tentang perawatan luka secara
modern oleh Sri Anggraini (2018), dengan judul penelitian “Efektifitas
Perawatan Luka Modern Dressing Dengan Metode Moist Wound Healing
pada Ulkus Diabetik di Klinik Perawatan Luka ETN Centre Makassar”.
Metode perawatan luka secara modern yang mempunyai prinsip Moist
Wound Healing atau membuat luka lembab tapi bersih sehingga proses
penyembuhan luka menjadi cepat.

Dari beberapa kajian di atas maka penulis tertarik untuk menenerapkan


intervensi metode perawatan luka modern terhadap luka ulkus diabetes
mellitus untuk mengdapatkan hasil yang optimal terhadap perawatan luka,
sehingga tidak perlu lagi adanya amputasi untuk luka yang masih bisa di
sembuhkan dengan metode yang tepat atau menggunakan metode
perawatan luka modern.

B. Rumusan Masalah

Diabetes melitus merupakan kumpulan gangguan metabolik yang berakibat


pada kondisi hiperglikemia (Harrison’s, 2018), komplikasi dari Diabetes
Mellitus jika pasien mempunyai luka akan menjadi luka ulkus diabetikum.
Ulkus kaki diabetes adalah erosi yang terjadi pada jaringan epidermis/luka
di sisi distal telapak kaki, bagian dasar kaki penderita DM tipe 1 dan DM
3

tipe 2 (Norwood, 2011). Salah satu perawatan luka ulkus diabetikum terbaru
adalah dengan menggunakan metode Modern Dressing salah satu nya
dengan balutan Oklusi Hidrokoloid. Hidrokoloid merupakan salah satu jenis
balutan yang bersifat absorble sehingga memiliki penyerapan yang baik,
komposisi bahan yang terdapat didalamnya yaitu Sodium
Carboxymethylcellulose (NaCMC), pectin dan gelatin. Hydrocolloid akan
membentuk gel kecokelatan dan menyerupai nanah ketika bertemu dengan
cairan luka sehingga akan terlihat seperti tumpukan nanah.
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis membahas mengenai Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Ulkus DM dengan Pemberian Intervensi
Perawatan Luka dengan Metode Modern Dressing dengan balutan Oklusi
Hidrokolid Terhadap Penyembuhan Luka Tahun 2020.

C. Tujuan Masalah

1. Tujuan Umum
Penulis dapat mempelajari asuhan keperawatan pada Tn. D dengan
Ulkus DM.
2. Tujuan Khusus
a. Dijelaskan pengkajian pada pasien dengan Ulkus DM
b. Dirumuskan masalah dan membuat diagnosa keperawatan pada
pasien dengan Ulkus DM.
c. Direncanakan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Ulkus DM.
d. Dipaparkan aplikasi perawatan luka dengan dengan menggunakan
metode Modern Dressing salah satu nya dengan balutan Oklusi
Hidrokoloid

D. Manfaat Makalah

1. Instansi Pelayanan Kesehatan


4

Sebagai refrensi untuk evaluasi tindakan keperawatan khususnya


perawatan luka dengan dengan menggunakan metode Modern Dressing
salah satu nya dengan balutan Oklusi Hidrokoloid.

2. Institusi Pendidikan
Menjadi bahan landasan penelitian lebih lanjut terhadap manfaat
perawatan luka Ulkus DM dengan menggunakan metode Modern
Dressing salah satu nya dengan balutan Oklusi Hidrokoloid.
3. Penulis
Manjadikan hasil penelitian sumber refrensi terhadap penulis lain
tentang teknik balutan luka modern dengan menggunakan metode
Modern Dressing salah satu nya dengan balutan Oklusi Hidrokoloid.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Diabetes Mellitus

1. Definisi
Penderita Diabetes melitus (Diabetisi) secara global terus mengalami
peningkatan. Prevalensi diabetisi (tipe 1 dan tipe 2) di hampir 80 negara di
dunia berada pada rentang usia 20-79 tahun. Prediksi peningkatan jumlah
diabetisi pada tahun 2011 – 2030 di dunia sebesar 20,26%, sementara di
Indonesia sebesar 23,6% (Whiting, 2011).

Guven, Matfin dan Kuenzi di dalam Porth dan Matfin (2012)


mendefinisikan Diabetes melitus (DM) sebagai gangguan metabolisme
karbohidrat, protein dan lemak yang disebabkan ketidakseimbangan antara
ketersediaan insulin dengan kebutuhan insulin. Diabetes yang tidak
terkontrol akan mengakibatkan ketidakmampuan tubuh dalam membawa
glukosa ke dalam lemak dan sel otot, akibatnya sel menjadi lapar dan terjadi
peningkatan pemecahan lemak dan protein untuk menghasilkan energi
alternatif bagi tubuh.

Diabetes melitus merupakan kumpulan gangguan metabolik yang berakibat


pada kondisi hiperglikemia (Harrison’s, 2011). Senada dengan definisi
tersebut, Suyono di dalam Soegondo, Soewondo dan Subekti (2011)
menyebutkan bahwa DM adalah kumpulan gejala yang timbul pada
seseorang yang diakibatkan peningkatan kadar glukosa darah. Lebih lanjut
Suyono menjelaskan bahwa peningkatan glukosa darah tersebut akibat
penurunan sekresi insulin yang progresif, yang disebabkan adanya
resistensi insulin. Hal ini diperjelas oleh Fauci (2011), bahwa faktor-faktor
yang berkontribusi dalam terjadinya hiperglikemia terdiri dari menurunnya
sekresi insulin, menurunnya penggunaan glukosa, dan meningkatnya
produksi glukosa.

6
7

Diabetisi mengalami kesulitan dalam memindahkan glukosa darah yang


tinggi dari dalam darah. Pada kondisi normal, setelah makan makanan yang
kaya akan karbohidrat, terjadi peningkatan glukosa. Kondisi hiperglikemi
ini seharusnya akan menghilang dengan cepat dari plasma, dan hanya akan
terjadi peningkatan sedikit glukosa darah. Pada diabetisi terjadi intoleransi
glukosa dan tidak mampu memindahkan glukosa dari plasma darah (Fauci,
2011).

2. Klasifikasi
DM diklasifikasikan berdasarkan proses patogenesis yang menyebabkan
hiperglikemi. Dua kategori besar DM adalah tipe 1 dan tipe 2 (Fauci, 2011).
Berdasarkan etiologi DM diklasifikasikan menjadi empat, yaitu DM tipe 1,
DM tipe 2, DM tipe spesifik dan DM karena kehamilan (gestasional).
Untuk lebih jelasnya disajikan dalam tabel 2.1 berikut ini.
Etiologi Intoleransi
Tipe Sub Tipe
Glukosa
Tipe 1 Kerusakan sel β
menyebabkan defisiensi
insulin absolute
A. Dimensi Imun Auto imun merusak
sel β
B. Idiopatik Tidak diketahui
Tipe 2 Memiliki rentang dari
predominan resisten insulin
dengan defisiensi insulin
relative, sampai kerusakan
sekresi predominan dengan
resistensi insulin
Tipe spesifik A. Kelainan genetik di Disregulasi sekresi
dalam fungsi sel β, insulin akibat kelainan
contoh: glukokinase dalam pembentukan
glukokinase
B. Kelainan genetic Sindrom pada anak –
dalam aksi insulin anak yang memiliki
Contoh : mutasi pada reseptor
leprechaunism, insulin
Rabson-Mendenhall
C. Penyakit eksokrin Hilang atau rusaknya
pancreas, contoh: sel β sebagai produsen
pancreatitis, insulin
8

neoplasma, cystic
fibrosis
D. Gangguan endokrin, Efek diabetogenik
seperti acromegaly, sebagai akibat dari
Cushing syndrome peningkatan kadar
hormone
E. Dicetuskan oleh
obat-obatan dan Perusakan sel β secara
bahan kimia, seperti toksik
Vacor, Resisten insulin
glucocorticosteroid, Gangguan sekresi
thiazid diuretics, insulin
interferon-alfa Produksi antibody dari
sel - sel islet

F. Infeksi, seperti Kerusakan sel β yang


rubella congenital, diikuti respon
cytomegalovirus autoimun
Gangguan autoimun
dari sistem saraf pusat
dengan kerusakan
imun yang dimediasi
sel β
G. Diabetes yang
dimediasi oleh Gangguan toleransi
bentuk imun yang glukosa berhubungan
tidak bias, yaitu dengan kelainan
“stiff msn terkait abnormalitasa
syndrome” kromosom.
H. Syndrome genetik
lain yang biasanya
dihubungkan dengan
diabetes, seperti :
down syndrome,
klinefelter syndrome,
Turner syndrome.
I.
Gestasional Terdapat berbagai tingkatan Kombinasi resistensi
DM (GDM) intoleransi glukosa dengan insulin dan gangguan
kejadian awal selama sekresi insulin
kehamilan
Sumber: Gardner dan Shoback (2017) yang telah dimodifikasi oleh peneliti

3. Komplikasi
Komplikasi DM dibagi menjadi dua, yaitu komplikasi akut dan komplikasi
kronik. Pada bagian ini akan lebih banyak membahas komplikasi kronik
9

terutama pada neuropati sebagai penyebab kaki diabetes. Komplikasi


terjadi akibat pengendalian glukosa darah, dan penanganan hipertensi dan
hiperlipidemia yang kurang baik (Igntavicius, 2010). Penyebab utama
komplikasi akut adalah ketoasidosis diabetikum, hiperosmolar
hiperglikemia, dan hipoglikemia (Matfin, 2012). Semua kondisi
komplikasi akut merupakan kondisi yang mengancam nyawa dan
membutuhkan penanganan segera.

Berbeda dengan komplikasi DM akut, komplikasi DM kronik tidak


mengancam dan dapat dicegah atau dikurangi dengan penanganan diabetes
yang intensif. Komplikasi DM kronik terjadi akibat peningkatan kadar gula
darah dan dihubungkan dengan gangguan metabolism lipid dan yang
lainnya (Matfin, 2012). Fauci (2011), menjelaskan bahwa kondisi
hiperglikemia membuat beberapa glukosa dirubah menjadi sorbitol oleh
enzim aldose reductase. Peningkatan konsentrasi sorbitol menyebabkan
peningkatan osmolalitas di dalam sel yang membentuk jenis reactive
oxygen, dan pada akhirnya menyebabkan disfungsi sel (Fauci, 2011).
Disfungsi sel ini selanjutnya bisa membuat berbagai komplikasi pada
diabetisi. Komplikasi kronik DM dapat mengenai makrovaskular (rusaknya
pembuluh darah besar) dan mikrovaskular (rusaknya pembuluh darah
kecil). Komplikasi makrovaskular meliputi penyakit seperti serangan
jantung, stroke dan insufisiensi aliran darah ke tungkai. Sedangkan
komplikasi mikrovaskular meliputi kerusakan pada mata (retinopati) yang
bisa menyebabkan kebutaan, kerusakan pada ginjal (nefropati) yang bisa
berakhir pada gagal ginjal, dan juga kerusakan pada syaraf (neuropati) yang
bisa berakibat pada gangguan kaki diabetes sampai kemungkinan
terjadinya amputasi pada tungkai. (Harrisons, 2011).

B. Ulkus Kaki Diabetes

1. Definisi
10

Ulkus kaki diabetes adalah erosi yang terjadi pada jaringan epidermis/luka
di sisi distal telapak kaki, bagian dasar kaki penderita DM tipe 1 dan DM
tipe 2 (Norwood, 2011). Senada dengan definisi tersebut, Vancouver Costal
Health (2010) menjelaskan bahwa ulkus kaki adalah rusak atau terbukanya
kulit yang mengganggu fungsi proteksi kulit dalam melawan bakteri.

2. Faktor Resiko dan Patofisiologi


Komplikasi DM kronik secara prinsip dapat dicegah dan dikurangi dengan
memantau dan mengendalikan kadar glukosa darah, tekanan darah, dan
kadar lipid darah (National Diabetes Fact Sheet, 2011). Fauci (2011)
menyebutkan beberapa faktor risiko yang bisa menyebabkan terjadinya
ulkus kaki dan amputasi antara lain: jenis kelamin laki-laki, menderita
diabetes >10tahun, terdapat neuropati perifer, struktur kaki yang abnormal
(kelainan bentuk tulang, kalus, penebalam kuku), penyakit arteri perifer,
perokok, riwayat ulkus atau amputasi, dan juga pengendalian glukosa darah
yang kurang baik. Kalus yang tebal juga sering menjadi pencetus atau
menutupi terjadinya ulkus (Fauci, 2011).

Fauci (2011) menjelaskan beberapa proses terjadinya komplikasi pada


ekstremitas bawah pada diabetisi. Neuropati sensori perifer mengganggu
mekanisme perlindungan dan menyebabkan diabetisi tidak merasakan
adanya trauma minor yang berulang di kaki, atau tidak memiliki
pengetahuan terhadap luka. Diabetisi juga mengalami gangguan pada
propriception yang membuat ketidakseimbangan dalam pembebanan berat
badan (abnormal weight bearing) sehingga mudah terbentuk kalus ataupun
ulkus. Neuropati motorik dan sensorik membuat pembentukan otot kaki
yang abnormal, terjadi perubahan struktur pada bentuk kaki (hammer toe,
claw toe, charcot joint). Sedangkan neuropati otonom membuat anhidrosis,
mengganggu aliran darah superfisial ke kaki. Hal ini membuat kondisi kulit
menjadi kering dan pecah-pecah.
11

Kondisi diabetisi dengan hiperglikemia yang tidak terkontrol dengan baik


akan menyebabkan sirkulasi ke ekstremitas bawah menjadi buruk atau
biasa disebut dengan penyakit arteri perifer. Hal ini disebabkan dari
deposit lemak di arteri yang mengakibatkan pengerasan awal arteri
(arteriosklerosis). Tanda awal yang terjadi jika terjadi penyakit arteri
perifer antara lain : 1) Nyeri kaki baik pada saat istirahat maupun berjalan;
2) Hilangnya sensasi sentuh dan juga terasa kebal, kesemutan pada kaki;
3)Terdapat luka pada kaki yang lambat, atau bahkan tidak sembuh; 4)
Perubahan kulit seperti terdapat kalus, kulit yang menebal, kulit kering,
bersisik dan mengkilat.

Faktor risiko yang bisa menyebabkan terjadinya ulkus kaki diabetes


menurut Norwood (2011) adalah diabetisi dengan neuropati (perasaan
kebal, kesemutan di kaki), penyakit vaskular perifer, menggunakan alas
kaki yang tidak tepat, terdapat deformitas kaki, dan riwayat merokok.
Selain faktor tersebut, Vancouver Costal Health (2010) menyebutkan
bahwa pertumbuhan kuku ke arah dalam, kalus, kulit kering juga menjadi
faktor risiko ulkus kaki diabetes. Selain faktor risiko, Boulton (2014)
menegaskan bahwa tiga faktor utama penyebab ulkus kaki diabetes adalah
neuropati, deformitas dan trauma. Kondisi vaskular perifer yang buruk dan
proses penyembuhan luka yang lama menyebabkan luka kecil menjadi
meluas dan terinfeksi (Fauci, 2011) Rogers (2011) menambahkan bahwa
selain neuropati dan deformitas, trauma kecil yang berulang juga menjadi
penyebab ulkus.
Faktor risiko yang menyebabkan ulkus kaki diabetes menurut May (2014)
meliputi:

a. Neuropati Perifer
Pasien yang mengalami neuropati perifer tidak mengetahui trauma dan
cedera yang dialaminya. Neuropati mengganggu biomekanika kaki,
yang menyebabkan peningkatan gesekan dan tekanan. Hal ini
12

mengakibatkan risiko injuri dan komplikasi menjadi meningkat


(Ayello, 2018).

Diabetisi yang mengalami neuropati tidak mampu mendeteksi benda


asing yang terdapat di sepatu, dan tidak dapat merasakan
ketidaknyamanan akibat dari sepatu yang tidak sesuai di kakinya.
Trauma yang tidak terdeteksi ini sering menjadi trauma yang tidak
tertangani dan tidak bisa sembuh, dan potensial mengalami
konsekuensi amputasi ekstremitas bawah.

Neuropati perifer juga berkontribusi dalam membentuk deformitas kaki


dan perubahan pada kulit kaki. Ayello (2018) menjelaskan bahwa
neuropati yang terjadi pada diabetisi meliputi neuropati pada sensorik,
motorik dan autonom. Sensori neuropati merupakan hilangnya sensasi
terhadap perlindungan, dimana diabetisi tidak bisa merasakan adanya
injuri pada kakinya. Motor neuropati menyebabkan menurunnya
kemampuan otot-otot kaki, ketidakseimbangan otot, deformitas struktur
kaki seperti claw toes, charcot foot dan juga terbatasnya pergerakan
sendi.

b. Deformitas Kaki
Deformitas kaki disebabkan dari meningkatnya tekanan kaki, dan jika
dikombinasikan dengan adanya neuropati, akan meningkatkan risiko
komplikasi pada kaki. Deformitas kaki bisa didapat secara kongenital,
atau bisa berkembang akibat alas kaki yang kurang sesuai dan juga bisa
diakibatkan dari proses penyakit terutama rheumatoid arthritis dan
diabetes. Deformitas kaki yang paling sering terjadi adalah claw atau
hammer toes, bunions, kalus, dan sisi kaki yang pernah dilakukan
pembedahan.

Gambar 2.1. Deformitas Kaki: a) Claw Toes; b) Hammer toes; c) Hallax


valgus
13

Sumber: Nancy dan Admin dalam Registered Nurse Association of


Ontario (2014).

c. Penyakit Vasuklar Perifer


Penyakit vaskular perifer bukan penyebab langsung ulkus kaki diabetes,
namun sebagai faktor yang berkontribusi dalam menghambat penyembuhan
ulkus kaki diabetes. Cara mengetahui penyakit arteri perifer secara klinis
sangat mudah dilakukan dengan melakukan palpasi pada denyut arteri yang
terdapat pada kaki. Tidak terabanya denyut arteri kaki mengindikasikan
penyakit vaskular perifer.

d. Trauma
Masyarakat pada umumnya sering menganggap trauma sebagai pencetus
ulkus kaki diabetes, tanpa memperhatikan bahwa terdapat faktor lain yang
berkontribusi seperti proses penyakit ataupun faktor-faktor risiko. Trauma
yang sering mencetuskan terjadinya ulkus biasanya berawal dari luka lecet
akibat sepatu baru atau luka bakar akibat air panas. Proses penyakit dan
faktor risiko lain yang dialami diabetisi dapat memperburuk dan
menghambat proses penyembuhan ulkus. Oleh sebab itu, penting mencegah
terjadinya trauma guna menghindari terjadinya ulkus kaki diabetes.
e. Riwayat ulkus kaki diabetes atau amputasi
Riwayat ulkus dan amputasi di masa lalu merupakan faktor risiko yang
sangat signifikan dalam pembentukan ulkus selanjutnya. Hal ini sebagai
representasi adanya proses penyakit pada ekstremitas bawah. Diabetisi
dengan riwayat ulkus dan amputasi bisa diklasifikasikan sebagai kelompok
14

risiko tinggi yang memerlukan penanganan oleh perawat dan tim kesehatan
lainnya dalam memantau dan menangani kaki diabetesnya.

Ulkus kaki diabetes yang tidak mendapatkan perawatan yang tepat dari
tenaga kesehatan akan berakhir dengan amputasi. Lebih dari 24% diabetisi
dengan ulkus kaki diabetes akan mengalami amputasi pada seluruh atau
sebagian kakinya, yang diakibatkan ulkus yang tidak bisa sembuh
(Vancouver Costal Health, 2010). Pernyataan ini diperkuat oleh Norwood
(2011), bahwa lebih dari 25% diabetisi akan mengalami ulkus kaki diabetes.
Walaupun terdapat kemungkinan terburuk, yaitu amputasi jika luka ulkus
tidak sembuh, ternyata masih terdapat harapan bagi diabetisi.WHO dan
International Diabetes Federation menyatakan bahwa lebih dari 85%
amputasi pada kaki diabetisi bisa dicegah (Rogers, 2012).

C. Teknik Perawatan Luka

Secara umum teknik perawatan luka dapat di bedakan menjadi dua yaitu teknik
perawatan konvensional dan teknik perawatan modern, saat ini tengah
dikembangkan teknik perawatan luka dengan berorientasi pada kelembaban
lingkungan luka atau yang dikenal dengan moist wound healing, seperti yang
di ungkapkan Blackley dalam Septiyanti, 2014) bahwa suasana lembab
mendukung terjadinya proses penyembuhan luka.

Hal ini didasari pada metode perawatan luka yang lama atau sering di sebut
juga metode konvensional yang berorientasi pada luka kering, dapat menggang
proses penyembuhan luka karena balutan dapat menempel yang menyebabkan
rasa sakit pada klien dan sel-sel yang baru tumbuh akan mengalami kerusak.
Perbedaan kedua teknik ini terdapat pada manajemen luka, balutan, larutan dan
obat topikal yang digunakan.
1. Pengkajian Luka
Pengkajian merupakan salah satu bagian penting dalam proses perawatan
luka, pengkajian tidak hanya dilakukan pada luka saja tetapi, faktor-faktor
15

lain yang akan mempengaruhi proses penyembuhan luka. Menurut


Arisanty (2014) parameter yang dibutuhkan selama pengkajian adalah
pengkajian umum dan pengkajian lokal. Pengkajian pasien secara umum
atau general health assessment merupakan pengkajian mengenai identitas
pasien, usia, berat badan dan perubahannya, riwayat penyakit dan penyakit
yang menyertai, keluhan saat ini, vaskularisasi (menggunakan alat vascular
Doppler), status nutrisi, gangguan sensasi atau pergerakan, status psikologi,
terapi kanker (radiasi) dan obat-obatan.
Pengkajian lokal pada luka meliputi riwayat luka (penyebab luka, waktu
kejadian) dan karakteristik luka (tipe luka, tipe penyembuhan, lokasi,
stadium/grade luka, ukuran luka, eksudat/cairan luka, warna dasar luka,
tepi luka, kuli sekitar luka, tanda infeksi, dan nyeri).

a. Tipe luka
Pengkajian tipe luka dilakukan untuk menentukan penatalaksanaan
yang akan diberikan, dalam pengkajian ini dapat ditentukan.

b. Tipe eksudat atau cairan luka


Luka akan mengeluarkan cairan yang merupakan hasil plasma dasar
yang keluar dari pembuluh darah karena reaksi kerusakan jaringan
berupa sel darah putih ke daerah luka. Pada luka dalam proses
penyembuhan yang baik, eksudat akan berkurang dan sebaliknya bila
penyembuhan luka memburuk produksi eksudat meningkat sejalan
dengan inflamasi dan proses lainnya. Eksudat mengandung air,
eketrolit, nutrient, mediato inflamasi, sel darah putih, enzim pencerna
protein (mis., matrix metalloproteinase), faktor pertumbuhan (growth
factor), dan sisa metabolism lain. Hal yang harus dikaji pada eksudat
yang dihasilkan luka yaitu warna, konsistensi, bau, dan jumlah.

c. Tepi dan kulit sekitar luka


Tepi luka menjadi tempat terjadinya proses epitalisasi meskipun dalam
beberapa proses ini terjadi dari tengah ke tepi, tepi luka yang baik dapat
16

terjadi epitalisasi apabila tepi luka halus, tipis bersih, dan lunak. Twpi
luka yang menebal harus ditipiskan, tepi luka yang kasar harus di
haluskan, tepi luka yang kotor harus dihaluskan dan tepi luka yang
keras harus dilunakan. Tepi luka untuk penyembuhan luka adalah kulit
sekitar luka yang utuh, tidak bengkak, tidak kemerahan, tidak nyeri,
tidak mengeras dan tidak berwarna kebiruan (sianosis) atau pucat.

d. Ukuran luka Ukuran luka dapat menjadi ukuran berapa lama bisa
sembuh. Semakin besar luka dan semakin dalam luka (gua), waktu
penyembuhannya semakin lama. Beberapa referensi menunjukan
banyak cara untuk melakukan pengukuran luka, yaitu dengan teknik
wound tracing, wound molds, fluids instillation, kundin wound gauze,
planimetry, dan digital/computerized. wound tracing yaitu mengukur
luka dengan membuat pola (mole) luka dengan menggunakan plastic
transparent dan spidol. Wound Molds yaitu menggunakan dreesing
seperti kalsium alginate dan/atau foam dan kolagen, kemudian luka di
isi dengan dressing tersebut, dan setelah tebal, dressing diukur beratnya
sehingga luka volume dapat ditemukan. Fluid insillation yaitu mengisi
luka dengan cairan pencuci hingga penuh, kemudian menggunakan
spuit atau suction untuk menghitung berapa volume cairan tersebut.
Kundin wound gauze yaitu menggunakan tiga penggaris yang diletakan
pada permukaan luka, penggaris pertama dan kedua untuk mengukur
panjang dan lebar luka, dan penggaris ketiga untuk ukuran
kedalamanan luka. Planimetry adalah cara sederhana yang sering
digunakan untuk mengukur luka dalam dua dimensi dan tiga dimensi.

2. Teknik perawatan luka konvensional


Teknik perawatan luka ini lebih berorinetasi pada luka kering dan
umumnya menggunakan kasa sebagai balutanya, metode ini masih menjadi
standar yang di terapkan disemua Rumah sakit.
a. Bahan pembalut
17

Bahan untuk membalut pada teknik perawatan ini adalah kasa katun,
digunakan untuk menutup luka dan dilakukan dengan cara
membentangkan kasa secara penuh, prinsip pada teknik perawatan ini
yaitu, tidak ada kata steril untuk luka terbuka, bakteri akan selalu
berkoloni didalam luka, teknik ini memiliki dua acara dalam
perawatannya yaitu teknik steril dan teknik bersih.
1) Teknik steril
Teknik steril menggunakan peralatan dan bahan yang telah
disterilisasi sehingga tidak ada bakteri patogen, apatogen atau
partikel virus yang menempel di permukaannya. Instrumen
disterilkan memakai sterilisator untuk dapat digunakan, saat
perawatan bahan habis pakai (disposable) umumnya dibungkus
satuan.
2) Teknik bersih
Teknik ini memakai peralatan dan bahan yang tidak memerlukan
perlakukan khusus seperti memperlakukan instrumen steril, bahan
habis pakai seperti kasa banyak dalam satu pengepakan, alat bersih
lebih murah dan lebih mudah disimpan dari pada alat steril teknik
perawatan bersih efektif jika digunakan sesuai dengan petunjuk
pengunaan.

3) Larutan pembersih luka


Berbagai larutan dapat digunakan untuk perawatan luka. Berikut
adalah beberapa larutan yang dapat digunakan untuk membersihkan
luka pada saat penggantian balutan.

4) Salep Antibiotik
Beberapa UK dapat diberikan salep antibiotik topikal, salep dapat
membuat luka tetap lembab dan mengurangi nyeri yang berkaitan
dengan luka yang telah mengering. Salep antibiotik dapat
menembus luka dan mencegah jadi infeksi.
18

5) Teknik membalut
Perawatan luka konvensional memiliki dua cara yaitu dengan
teknik basah ke kering dan basah ke basah.
a) Basah ke kering
Indikasi dilakukan tindakan ini yaitu untuk membersihkan
kotoran atau luka terinfeksi.
(1) Teknik perawatan
(a) Lembabkan selembar kasa dengan larutan dan peras
untuk mengeluarkan cairan yang berlebih.
(b) Kasa harus lembab, bukan basah. Buka kasa dan
letakkan diatas luka untuk menutupinya.
(c) Letakkan kasa kering di atasnya.
(d) Biarkan pembalut mengering, ketika balutan diangkat
kotoran akan ikut tertarik.
(e) Bila balutan lengket dapat dilembabkan dengan
memberikan normal salin untuk mempermudah
pengangkatan balutan.
(f) Frekuensi penggantian balutan bisa 3-4 kali per hari.
Dapat lebih sering pada luka yang memerlukan
debridemen.
(g) Jika luka sudah bersih, ganti teknik balutan menjadi
basah dan berikan obat topikal.

Gambar 2. 2 cara menggunakan kasa Gambar 2. 3 cara menggunakan kasa


Sumber: Semer 2013

b) Basah ke basah
19

Indikasi dilakukanya teknik ini adalah untuk menjaga luka


bersih tetap bersih dan mencegah pembentukan eksudat.
(1) Teknik
Basahi selembar kasa dengan larutan dan peras hingga
tidak terlalu basah.
(2) Buka kasa dan letakkan di atas luka untuk menutupinya.
(3) Letakkan kasa kering di atasnya. Kasa dijaga jangan
sampai kering dan melengket terhadap luka.
(4) Frekuensi pengunaan idealnya 2-3 kali per hari.
(5) Jika balutan menjadi terlalu kering, berikan larutan salin
di atas kasa untuk menjaganya tetap lembab.

c) Waktu pengggunan teknik balutan


Penggunaan balutan dapat disesuaikan dengan kondisi dan jenis
luka, prinsipnya keadaan lembab dapat mempercepat
penyembuhan luka. Menurut Semer (2013), perawatan luka
bersih sebaiknya harus dilakukan dengan debridemen tajam
selanjutnya luka bisa disesuaikan dengan teknik balutan yang
sesuai.

3. Teknik perawatan luka modern


Prinsip dasar dari perawatan luka modern adalah menjaga kelembaban pada
lingkungan luka, teknik ini sering digunakan pada pasien yang mengalami
luka kronis termasuk ulkus diabetik, hal ini dikarenakan suasana lembab
mendukung terjadinya proses penyembuhan luka (Septiyanti 2014).
Penatalaksanaan perawatan ini berfokus pada tiga hal yaitu, menghilakan
penyebab luka (pressure, shear, friction, moisture, neuropati),
menciptakan dukungan sistematik (nutrisi dan cairan, edema, GDS) dan
menciptakan serta mempertahankan lingkungan luka (mencegah infeksi,
kebersihan luka, jaringan mati, lembab, dll ). Menurut Ariyanti (2015), ada
beberapa hal yang harus diperhatikan saat merawat luka yaitu, pengkajian
berkelanjutan, persiapan dasar luka, kebutuhan penanganan dengan prinsip
20

steril atau bersih, peningkatan kualitas hidup klien, pendidikan kesehatan


klien dan keluarga, dan perbaikan aktivitas sehari-hari klien hingga
kemampuan optimal.
a. Persiapan dasar luka (wound bad preparation)
International Wound Bed Preparation Advisory Board (IWBPAB)
banyak mengembangkan konsep persiapan dasar luka. Menurut Schultz
dalam Arisanty (2014), persiapan dasar luka adalah menggunakan
teknik basah ke basah atau dapat ditambahkan obat topikal dan ditutup
dengan balutan. Luka yang memerlukan debridemen bisa dilakukan
dengan teknik basah ke kering harus dilakukan sampai luka menjadi
bersih lalu ganti dengan teknik balut yang lain. Luka yang terdapat
jaringan nekrotik, balutan tidak dapat menggantikan peran debridemen
mekanik maka jaringan nekrotik penatalaksaan luka sehingga dapat
meningkatkan penyembuhan dari dalam tubuh dan memfasilitasi
efektivitas terapi lainnya. Metode ini bertujuan untuk mempersiapkan
dasar luka dari adanya infeksi dan benda asing untuk mengubah
jaringan mati menjadi merah terang yang menandakan proses
epitelisasi yang baik. Terdapat dua Metode yang bisa digunakan untuk
persiapan dasar luka yaitu managemen 3M dan metode TIME, Metode
TIME diperkenalkan oleh Prof. Vincent falanga dalam Arisanty (2014)
yaitu merupakan akronim dari Tissue management, Infection-
inflammation control, Moisture balance management, Epithelization
advancement.
1) Tissue management (manajemen jaringan)
Merupakan manajemen jaringan pada dasar luka. Tindakan utama
manajemen jaringan adalah melakukan debridemen (debridement)
yang diawali dengan pengkajian dasar luka sehingga bisa dipilih
jenis debridemen yang akan dilakukan. Debridemen merupakan
kegiatan mengangkat atau menghilangkan jaringan mati
(devaskularisasi), jaringan infeksi dan benda asing dari dasar hal ini
bertujuan agar vaskularisasi dasar luka berjalan baik.
21

Menurut Arisanty (2014), Metode debridemen diklasifikasikan


sebagai berikut.
a) Chemical debridement
Yaitu pengangkatan jaringan mati dengan menggunakan enzim
(papaya), sodium hypochlorite (dakin’s solution), atau maggot
(larva/belatung) yang biasanya disebut biolysis.
b) Mechanical debridement
Yaitu pengangkatan jaringan mati dengan menggunakan kasa
(digosok/usap), pingset, dengan konsep wet-dry dressing, atau
dengan irigasi tekanan tinggi dan hidroterapi/whirlpool.
c) Autolysis debridement
Yaitu pengangkatan jaringan mati sendiri oleh tubuh dengan
menciptakan kondisi lembab pada luka. Luka hitam dan kuning
akan melunak dan mudah diangkat, bahkan hilang diserap oleh
absorbent dressing. Tubuh akan mengeluarkan enzim
proteolitik endogen yang berperan penting selama proses
autolysis berlangsung. Balutan yang melunakkan seperti gel,
koloid, cream, salf dapat membantu proses ini.

d) Surgical debridement
Merupakan tindakan pembedahan dengan menggunakan benda
tajam dan tindak hanya pada jaringan yang mati, tetapi juga
pada jaringan yang sehat (fasiotomi) yang memerlukan anestesi
untuk mengurangi nyeri sehingga tindakan ini hanya boleh
dilakukan oleh dokter (umum dan bedah), hal ini disesuaikan
pada situasi dan bentuk luka.
e) Conservative sharp wound debridement (CSWD) Merupakan
pengangkatan jaringan mati dengan menggunakan gunting,
pinset, dan bisturi hanya pada jaringan mati sehingga tidak
banyak berdarah dan tidak menimbulkan nyeri pada pasien.
22

2) Infection-inflammation control (manajemen infeksi dan inflamasi)


merupakan kegiatan mengatasi perkembangan jumlah kuman pada
luka. Semua luka dapat terkontaminasi, namun tidak selalu ada
infeksi (Smith, 2014). Sebelum terjadi infeksi, ada proses
perkembangbiakan kuman mulai dari kontaminasi, kolonisasi,
kolonisasi kritis, kemudian infeksi (Schlutz, 2013).
3) Moisture balance management (manajemen pengaturan
kelembapan luka) Winter, (2014) menemukan evolusi proses
kelembapan pada penyembuhan luka (moist wound healing) dan
didukukung oleh Falanga, (2013) yang mengemukakan bahwa
cairan yang berlebih pada luka kronis dapat menyebabkan
gangguan kegiatan sel mediator seperti growth factor pada jaringan.
4) Epithelization advancement managemen (management tepi luka)
Proses penutupan luka yang dimulai dari tepi luka dan disebut
dengan epitelisasi. Proses penutupan luka ini terjadi pada fase
proliferasi. Epitel (tepi luka) sangat penting untuk diperhatikan agar
proses epitelisasi dapat berlangsung secara efektif. Tepi luka yang
siap melakukan proses epitelisasi bila tepi luka yang halus, bersih,
tipis, menyatu dengan dasar luka.

Manajemen 3M merupakan satu rangkaian kegiatan untuk


mempersiapkan dasar luka, 3M merupakan akronim dari mencuci
luka, membuang jaringan mati dan benda asing dan memilih
balutan yang tepat.
1) Mencuci luka
Pencucian luka telah mengalami perkembang seiring dengan
berkembangnya ilmu pengetahuan, baik dalam cara
pencucianya maupun larutan yang digunakan. Hal yang harus
diperhatikan dalam proses ini adalah Bagaimana memilih
gosokan yang tepat pada daerah luka atau undermining, apakah
menggunakan cara swabbing, whirlpool, atau showering.
2) Membuang jaringan mati
23

Debridemen adalah kegiatan untuk mengangkat jaringan mati.


3) Memilih balutan yang tepat
Balutan merupakan salah satu faktor penting dalam manajemen
perawatan luka karena balutan dapat mempengaruhi lama atau
sebentarnya penyembuhan luka, maka pemilihan balutan harus
disesuaikan dengan situasi dan kondisi pada luka.

b. Terapi topikal dan seni membalut


Terapi topikal atau bahan balutan luar atau dikenal dengan istilah
dressing merupakan bahan yang digunakan secara topikal atau
menempel pada permukaan kulit.
1) Tujuan pemilihan balutan
Menurut Arisanty (2014) pemilihan balutan dalam perawatan luka
sangat penting karena memiliki tujuan sebagai berikut :
a) Menciptakan lingkungan yang kondusif dalam pemyembuhan
luka.
b) Meningkatkan kenyamanan klien.
c) Melindungi luka dan kulit sekitarnya.
d) Mengurangi nyeri dengan mengeluarkan udara dari ujung saraf
(kondisi oklusif).
e) Mempertahankan suhu pada luka.
f) Mengontrol dan mencegah perdarahan.
g) Menampung eksudat.
h) Imobilisasi bagian kulit yang luka.
i) Aplikasi penekanan pada area perdarahan atau vena yang statis.
j) Mencegah dan menangani infeksi pada luka.
k) Mengurangi stress yang ditimbulkan oleh luka dengan menutup
secara tepat.

2) Jenis balutan
24

Beberapa jenis bahan terapi topikal yang dapat digunakan untuk


penatalaksanaan luka pada umumnya adalah calcium alginate,
hydrocolloid, hydroactive gel, hydrocellulose, collagen,
polyurethane foam, metronidazole powder, silver sulfadiazine, dan
hydrophobic gauze. Balutan dapat dibagi menjadi dua yaitu balutan
utama (primer/primary) dan balutan penutup (sekunder/secondary).
Masing-masing harus disesuaikan dengan jenis dan kondisi luka.

a) Hydrocolloid (hidrokoloid)
Hidrokoloid merupakan salah satu jenis balutan yang bersifat
absorble sehingga memiliki penyerapan yang baik, komposisi
bahan yang terdapat didalamnya yaitu Sodium
Carboxymethylcellulose (NaCMC), pectin dan gelatin.
Hydrocolloid akan membentuk gel kecokelatan dan menyerupai
nanah ketika bertemu dengan cairan luka sehingga akan terlihat
seperti tumpukan nanah.
Menurut Arisanty (2014), dalam perawatan luka Beberapa
bahan hydrocolloid dapat digabung dengan elastomer, adhesive,
polyurethane foam dan film sehingga bersifat adhesive
(merekat), waterproof (tahan air) dan absorble (menyerap), sifat
ini sangat memungkinkan untuk menyerap eksudat dan
mempertahankan lingkungan luka dalam kondisi lembab,
karena sifat oklusif pada hidrokoloid dapat mencegah
masuknya air, oksigen, dan kuman ke dalam luka dan hal ini
akan mempengaruhi percepatan proses penyembuhan serta
mencegah penyebaran infeksi. Frekuensi penggantian balutan
ditentukan oleh jumlah eksudat yang dihasilkan oleh luka.
Meskipun rata-rata penggantian balutan di lakukan 3-5 hari
sekali, terkadang penutup luka dipertahankan selama 7 hari.
Pada balutan oklusi hidrokoloid harus di pastikan luka tertutup
oleh balutan 1,5 – 2 cm dari tepi luka untuk menurunkan resiko
kebocoran. Karena menurut Novriansyah (2014), produk
25

hidrokoloid memiliki komposisi dan karakter fisik yang


bermacam-macam. Beberapa penelitian pada pasien ulkus
dilakukan pembalutan dengan oklusif hidrokoloid yang bersifat
mempertahankan kelembaban dengan balutan kasa
konvensional yang bersifat kering dan beberapa pembalut luka
dilembabkan dengan cairan normal salin. Hasil dari penelitian
tersebut berkesimpulan bahwa penutup luka oklusif hidrokoloid
memiliki keuntungan dalam kecepatan penyembuhan luka.

Penelitian yang dilakukan Ismail, (2009) dengan judul


penggunaan balutan modern memperbaiki proses penyembuhan
luka diabetik. Menunjukan bahwa balutan modern mempunya
tingkat perkembangan perbaikan luka diabetic yang lebih baik
dibandingkan dengan menggunakan balutan konvensional.
Penelitian ini menggunakan alat ukur pengkajian bates jansen
sebagai instrument penelitiannya dan didapatkan mean dan
standar defiasi dari perawatan luka modern adalah 16,00/6,047
dan perawatan luka konvensional adalah 8,75/6,042.

Penelitian yang dilakukan Handayani, (2016) mendukung teori


tersebut, disampaikan dalam penelitiannya bahwa metode
perawatan luka moisture balance (metode perawatan luka
modern) lebih efektif dibandingkan metode
konvensional,dalam penelitianya beliau menggunakan metode
studi meta analisi dan di dalamnya penulis menemukan 7
penelitian yang mendukung hasil dari penelitian ini, salah
satunya berjudul. Pengaruh perawatan luka teknik balutan Wet-
Dry dan moist wound healing dengan hydrokoloid dressing
pada penyembuhan ulkus diabetik. Hasil penelitian ini
menunjukan nilai Signifikasi Kolmogorov Smirnov sebesar
1,643 yang berada dibawah nilai P > 0,05. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan
26

pada proses penyembuhan luka dengan menggunakan teknik


moist healing dengan wet-dry. Kesimpulan dari penelitian ini
perawatan luka pada ulkus diabetik dengan teknik moist healing
lebih cepat proses penyembuhannya. Penelitian lainnya lebih
terperinci dalam pemilihan balutan yang di gunakan dengan
metode perawatan luka modern, Pengaruh Perawatan Luka
Teknik Balutan Wet-Dry Dan Moist Wound Healing Dengan
Hydrocoloid Dressing Pada Penyembuhan Ulkus Diabetik,
didapatkan hasil terdapat perbedaan yang signifikan pada
proses penyembuhan luka dengan menggunakan teknik moist
healing dengan wet-dry.

Kesimpulan dari penelitian ini perawatan luka pada ulkus


diabetik dengan teknik moist healing lebih cepat proses
penyembuhannya.

e. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut
2. Gangguan mobilitas fisik
3. Kerusakan kontinuitas jaringan

f. Rencana Keperawatan

No. SDKI SLKI SIKI

1. Kategori : Psikologis Setelah dilakukan  Manajemen Nyeri


Subkategori : Nyeri dan intervensi keperawatan Observasi
Kenyamanan selama 30 menit maka 1. Identifikasi
Nyeri Akut (D.0077) tingkat nyeri menurun lokasi,
dengan kriteria hasil : karaktersitik,
1. Keluhan nyeri dan nintensitas
(cukup menurun) nyeri
Meringis (cukup 2. Identifikasi
menurun) skala nyeri
27

3. Identifikasi
respons nyeri
non verbal
4. Identifikasi
faktor yang
memperberat
dan
memperingan
nyeri
Terapeutik
5. Berikan tehnik
nonfarmakologi
untik
mengurangi
nyeri
6. Fasilitasi
istirahat dan
tidur
7. Pertimbangkan
jenis dan sumber
nyeri dalam
pemilihan
strategi
meredakan nyeri
Edukasi
8. Jelaskan
penyebab nyeri
9. Jelaskan strategi
pereda nyeri
10. Anjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri
11. Anjurkan
menggunakan
tehnik
nonfarmakologi

2 Kategori : Fisiologis Setelah dilakukan 1. Teknik latihan


Subkategori : tindakan keperawatan penguatan sendi
Aktivitas/Istirahat selama 30 menit maka Tindakan :
mobilitas fisik Observasi
Gangguan Mobilitas meningkat dengan 2. Identifikasi
Fisik (D.0054) kriteria hasil : keterbatan fungsi
1. Pergerakan dan gerak sendi
ekstremitas sedang 3. Monitor lokasi dan
2. Kekuatan otot sifat
sedang ketidaknyamanan
atau rasa sakit
28

3. Rentang gerak selama


(ROM) sedang gerakan/aktivitas
4. Kecemasan cukup Terapeutik
meningkat 4. Lakukan
Kelemahan fisik sedang pengedalian nyeri
sebelum memulai
latihan
5. Berikan posisi tubuh
optimal untuk
gerakan sendi aktif
atau pasif
6. Fasilitasi menyusun
jadwal latihan
rentang gerak aktif
maupun pasif
7. Fasilitasi sendi
teratur dalam batas-
batas rasa sakit,
ketahanan, dan
mobilisasi sendi
8. Berikan penguatan
positif untuk
melakukan latihan
bersama
Edukasi
9. Anjukan duduk
ditempat tidur, disisi
tempat tidur
(menjuntai) atau
dikursi, sesuai
toleransi
10. Ajarkan melakukan
latihan tentang gerak
aktif dan pasif
secara sistematis

3 Kategori : Lingkungan Integritas Kulit dan Eedukasi Pencegahan


Subkategori : Jaringan (L.14125) infeksi (I.12406)
Keamanan dan proteksi Setelah dilakukan Observasi
Gangguan Integritas tindakan keperawatan - Periksa kesiapan dan
Kulit/Jaringan selama 1x30 menit kemampuan
(D.0192) maka gangguan menerima informasi
integritas kullit Terapeutik
berkurang dengan - Siapkan materi, media
kriteria : tentang faktor – faktor
1. Elastisitas penyebab, cara
meningkat (5) identifikasi dan
pencegahan infeksi di
29

2. Hidrasi meningkat rumah sakit maupun di


(5) rumah
3. Perfusi jaringan - Jadwalkan waktu yang
meningkat (5) tepat untuk
Kerusakan Jaringan memberikan
Kerusakan lapisan kulit pendidikan kesehatan
1. Nyeri menurun (5) sesuai kesepakatan
2. Perdarahan menurun dengan pasien dan
(5) keluarga
3. Kemerahan menurun - Berikan kesempatan
(5) untuk bertanya
4. Hematoma menurun Edukasi
(5) - Jelaskan tanda dan
5. Pigmentasi gejala infeksi local
abnormal menurun dan sistemik
(5) - Informasikan hasil
6. Jaringan parut dan pemeriksaan
menurun (5) laboratorium (mis.
7. Nekrosis menurun Leukosit, WBC).
(5) - Anjurkan mengikuti
8. Suhu kulit membaik tindakan pencegahan
(5) sesuai kondisi
9. Sensai membaik (5) - Anjurkan membatasi
10. Tekstur membaik (5) pengunjung
11. Pertumbuhan rambut - Ajarkan cara merawat
membaik (5) kulit pada area yang
edema
- Ajarkan cara
memeriksa kondisi
luka atau luka operasi
- Anjurkan kecukupan
nutrisi, cairan dan
istirahat
- Anjurkan kecukupan
nutrisi, cairan dan
istirahat
- Anjurkan kecukupan
mobilisasi dan olah
aga sesuai kebutuhan
- Lakukan perawatan
luka dengan teknik
oklusi hidrokoloid
untuk mempercepat
penyembuhan luka
30

g. Intervensi metode Modern Dressing terhadap penyembuhan luka Ulkus

DM

Manajemen perawatan luka diabetik dapat dilakukan dengan teknik perawatan


luka konvensional dan perawatan luka modern. Untuk itu perlu dikaji seberapa
besar dampak teknik perawatan luka modern akan mempengaruhi proses
regenerasi jaringan sampai penyembuhan luka. Ada 5 konsep kerja moist
dressing : pembalut luka memberikan kelembaban (Wound Hydration
Dressing) contoh : Hydrogel, pembalut luka menjaga kelembaban (Moist
Retentive Dressing) contoh : Hydrocolloid (pasta sheat dan powder), pembalut
luka penyerap cairan (Exudate Management Dressing). Contoh : Hydrofiber
(aquacel, caltostat, aginate dan foam), Pembalut luka sebagai proses
debridement (debridement wound). Contoh : Hydrogel, trans-parans film,
ekstrak nanas, Pembalut luka sebagai anti mikroba/bakteri. Contoh: Supratulle,
Silver Dressing, Cutisorb Sorbact, Curasalt, Anticoat, Indosorb.
31

BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian
1. Biodata Pasien
a. Nama : Tn A
b. Umur : 35 thn
c. Jenis Kelamin : Laki - laki
d. No. Register : 10.11.25.90
e. Alamat : Kota Serang
f. Status Pernikahan : Menikah
g. Keluarga Terdekat : Ny. E (Istri)
h. Diagnosa Medis : Diabetes Mellitus
i. Tanggal Pengkajian : 20 Juli 2020

2. Anamnesa
a. Keluhan Utama ( Alasan MRS ) :
Saat masuk rumah sakit : Klien mengatakan pusing. Lemas.
Saat Pengkajian : Klien mengatakan bahwa dirinya merasakan
pusing dan lemas 1 hari sebelum masuk rumah sakit dan bertambah
ketika malam hari.

b. Riwayat Penyakit Sekarang :


Klien mengatakan bahwa dirinya sudah mengetahui mengidap penyakit
Diabetes Melitus sejak 1 tahun yang lalu dan menunjukkan di kaki
kanan nya terdapat luka yang tak kunjung sembuh sejak satu minggu
yang lalu dan bertambah luas.
32

c. Riwayat Penyakit Yang Lalu :


Klien mengatakan bahwa dirinya memang sudah rutin meminum obat
untuk diabetes nya.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga :
Menurut klien di dalam keluarganya tidak ada yang mengalami hal
yang serupa, keluarga klien hanya mengalami sakit biasa dan tidak
pernah di rawat di rumah sakit.

3. Pola Pemeriksaan Kesehatan


a. Pola Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi
No Pemenuhan Di Rumah Di Rumah Sakit
Makan/Minum
1 Jumlah / Waktu Pagi : Susu Pagi : ½ porsi
diabetes ± 200 ml Siang : ½ porsi
Siang : Nasi merah Malam : ½ porsi
± ½ porsi
Malam : Susu
diabetes ± 200 ml
2 Jenis Nasi : Nasi merah Nasi : Putih
Lauk : ikan Lauk : Daging
Sayur : bayam Sayur : Bayam
Minum : Air putih Minum/ Infus : Air
putih / infus
maintenance (RL 20
tpm)
3 Pantangan Gula Gula
4 Kesulitan Tidak ada Lemah
Makan / Minum
5 Usaha-usaha Tidak ada Di suapi
mengatasi
masalah
Masalah Keperawatan : Kelemahan

b. Pola Eliminasi
No Pemenuhan Di Rumah Di Rumah Sakit
33

Eliminasi BAB
/BAK
1 Jumlah / Waktu Pagi : 1 kali ± Pagi : 2 kali ± 200
150 ml mml
Siang : 1 kali Siang : 1 kali ± 150
± 150 ml ml
Malam : 2 Malam : 2 kali ± 250
kali ± 300 ml ml
2 Warna Kuning jernih Kuning keruh

3 Bau Keton Keton


4 Konsistensi
Tidak ada Tidak ada
5 Masalah Eliminasi
6 Cara Mengatasi Tidak ada Tidak ada
Masalah
Masalah Keperawatan : Tidak ada

c. Pola Istirahat Tidur


No Pemenuhan Istirahat Di Rumah Di Rumah Sakit
Tidur
1 Jumlah / Waktu Pagi : - Pagi : 1 kali ± 1
Siang : 1 kali ± 2 jam
jam Siang : 1 kali ± 2
Malam : 1 kali ± jam
6 jam Malam : 1 kali ± 45
jam
2 Gangguan Tidur Tidak ada Tidak ada

3 Upaya Mengatasi Tidak ada Tidak ada


Gangguan tidur
4 Hal Yang Memper- Membaca buku Membaca buku
mudah Tidur
5 Hal Yang Memper- Suara keras Suara keras /
mudah bangun bising
Masalah Keperawatan : Tidak ada

d. Pola Kebersihan Diri / Personal Hygiene


No Pemenuhan Personal Di Rumah Di Rumah Sakit
Hygiene
1 Frekuensi Mencuci 3 hari sekali Seminggu sekali
Rambut
2 Frekuensi Mandi 2 kali sehari 2 kali sehari
34

3 Frekuensi Gosok Gigi 2 kali sehari 1 kali sehari


4 Keadaan Kuku Bersih Bersih
Masalah Keperawatan : Ttidak ada

4. Riwayat Sosial Ekonomi


a. Latar belakang sosial, budaya dan spiritual klien
Kegiatan Kemasyarakatan :
Klien termasuk orang yang aktif bermsyarakat dan menjadi pengurus
organisasi di masyarakat

Konflik sosial yang dialami klien :


Klien tidak pernah mengalami konflik social di masyarakat, klien
termasuk masyarakat yang mau bergaul dengan yang lain.

Ketaatan klien dalam menjalani agamanya :


Menurut keluarganya, klien adalahh orang yang taat beribadah, setiap
hari klien tidak lupa untuk pergi ke masjid untuk salat berjamaah dan
perintah – perintah wajib lainnya dilakukan oleh klien dengan teratur.

Teman dekat yang senantiasa siap membantu :


Tetangga klien selalu membantu klien jika terkena musibah, ini karena
klien juga selalu membantu tetangga yang terkena musibah.

Masalah Keperawatan : Tidak ada

b. Ekonomi
Siapa yang membiayai perawatan klien selama dirawat :
Klien menggunakan jaminan kesehatan dari pemerintah (BPJS).
Apakah ada masalah keuangan dan bagaimana mengatasinya :
Tidak ada

Masalah Keperawatan : Tidak ada


35

5. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan Tanda – tanda Vital
1. Tekanan darah : 110/90 mmHg
2. Nadi : 84 x/menit
3. RR : 22 x/menit
4. Suhu : 3650C
5. BB : 55 Kg
6. TB : 170 cm
(Setelah dihitung berdasar rumus Borbowith Pasien termasuk :
Normal)

b. Keadaan Umum
Keadaan umum pasien sedang, kesadaran compos mentis.

c. Pemeriksaan integument, rambut dan kuku


1) Integument
Inspeksi : Tidak ada lesi, tidak ada jaringan parut
Warna Kulit : Sawo matang
Palpasi : Tekstur kulit klien halus, turgor kulit baik, struktur kulit
masih tegang, lemak subkutan tipis, terdapat nyeri tekan pada
daerah kaki kanan dikarenakan terdapat luka ulkus DM.
Masalah keperawatan : Gangguan integritas kulit
2) Pemeriksaan Rambut
Inspeksi dan Palpasi : Sebaran merata, tercium sedikit bau keringat,
tidak rontok, sebagian besar warna rambut hitam, hirsutisme (-),
alopesia (-).

3) Pemeriksaan Kuku
Inspeksi dan palpasi, segar, CRT < 2 detik
Kebersihan kuku tangan bersih, kuku kaki bersih.
36

d. Pemeriksaan wajah dan leher


1) Pemeriksaan Kepala
Inspeksi : bentuk kepala (Brakhiocephalus/ bulat), kesimetrisan
(+).
Palpasi : Nyeri tekan ( - )

2) Pemeriksaan Mata
Inspeksi :
a. Kelengkapan dan kesimetrisan mata ( + )
b. Ekssoftalmus ( - ), Endofthalmus ( - )
c. Kelopak mata / palpebra : oedem ( - ), ptosis ( - ),
Peradangan ( - ) luka (- ), benjolan (- )
d. Bulu mata : tidak rontok
e. Konjunctiva dan sclera : An anemis & an ikterik
f. Warna iris hitam, reaksi pupil terhadap cahaya (+)
g. (miosis) isokor ( + )
Kornea : warna Putih
Nigtasmus ( - )
Strabismus ( - )

3) Pemeriksaan Telinga
1) Inspeksi dan palpasi
Ukuran normal, simetris antara kiri dan kanan, ukuran normal,
nyeri tekan (-), peradangan (-), penumpukan serumen (-).
Uji kemampuan kepekaan telinga :
- Tes bisik : Terdengar kiri dan kanan
- Dengan arloji Terdengar kiri dan kanan
- Uji weber : Seimbang
- Uji rinne : Hantaran` tulang lebih keras
- Uji swabach : memanjang / memendek / sama

4) Pemeriksaan Hidung
37

a. Inspeksi dan palpasi


Bentuk hidung simetris, tidak ada pembengkokan,
perdarahan (-), kotoran (-), pembesaran polip (-).

5) Pemeriksaan mulut dan faring


a. Inspeksi dan Palpasi
Bibir normal tidak ada lesi, simetris kiri dan kanan, tidak ada
pembesaran tonsil, semua dalam batas normal.

6) Pemeriksaan Wajah
Ekspresi wajah klein tenang/rileks, simetris tidak ada kelainan.

7) Pemeriksaan Leher
Keadaan umum leher pasien baik, tidak ada kelainan, tidak ada
peradangan, tidak ada perubahan warna, masa (-), pembesaran
kelenjar tiroid (-), pembesaran vena jugulasir (-), pembesaran
kelenjar limfe (-).
Masalah Keperawatan : Tidak ada

e. Pemeriksaan Payudara dan Ketiak


a. Inspeksi
Bentuk lengkap, simetris kiri dan kanan, tidak ada lesi, kulit sesuai
dengan anggota tubuh yang lain
b. Palpasi
Tidak ada nyeri tekan, benjolan (-)
c. Keluhan lain yang terkait dengan Px. Payudara dan ketiak :
Tidak ada
Masalah Keperawatan : Tidak ada

f. Pemeriksaan Torak dan Paru


a. Inspeksi
38

Bentuk dada normal, simetris, tidak ada keluhan, tidak ada retraksi
otot bantu tambahan, pernafasan cuping hidung (-), dalam batas
normal.

b. Palpasi
Pekeriksaan taktil / vocal fremitus teraba sama.
c. Perkusi
Suara perkusi paru sonor.
d. Auskultasi
1. Suara nafas
Suara nafas vesikuler, area bronchial bersih
2. Suara Ucapan
Tidak terdengar suara tambahan
3. Suara tambahan
Tidak terdengar
g. Pemeriksaan Jantung
a. Inspeksi
Ictus cordis (+), pelebaran kira – kira 2 cm
b. Palpasi
Pulsasi pada dinding torak teraba Kuat.
c. Perkusi
Batas-batas jantung normal adalah :
Batas atas : ICS 2 ( N = ICS II )
Batas bawah : ICS 5 ( N = ICS V)
Batas Kiri : ICS V Mid Clavikula Sinistra
Batas Kanan : N = ICS IV Mid Sternalis Dextra
d. Auskultasi
BJ I terdengar tunggal reguler
BJ II terdengar tunggal reguler
Tidak ada bunyi jantung tambahan

h. Pemeriksaan Abdomen
39

a. Inspeksi
Bentuk abdomen datar, tidak ada benjolan, simetris kiri dan kanan.
b. Auskultasi
Terdengar suara bising usus 10-12 kali /menit
c. Palpasi
Palpasi Hepar :
Diskripsikan :
Nyeri tekan ( - ), tidak da pembesaran hepar, hepar tidak teraba).
Palpasi Appendik :
Tidak ada nyeri tekan saat di palpasi
Normalnya hasil perkusi pada abdomen adalah tympani.
Palpasi Ginjal :
Tidak teraba
Masalah Keperawatan : Tidak ada

i. Pemeriksaan Genitalia
1) Genitalia Pria
Inspeksi :
Rambut pubis bersih, lesi (- ), benjolan ( - )
Lubang uretra : penyumbatan ( - ), Hipospadia ( - ), Epispadia ( - )
Palpasi
Penis : nyeri tekan ( - ), benjolan ( - ), cairan -
Scrotum dan testis : beniolan ( - ), nyeri tekan ( - ),
Kelainan-kelainan yang tampak pada scrotum :
Hidrochele ( - ), Scrotal Hernia ( - ), Spermatochele ( - ) Epididimal
Mass/Nodularyti ( - ) Epididimitis ( - ), Torsi pada saluran sperma
( - ), Tumor testiscular ( - )
Inspeksi dan palpasi Hernia :
Inguinal hernia ( - ), femoral hernia ( - ), pembengkakan ( - )
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah

j. Pemeriksaan Anus
40

a. Inspeksi
Atresia ani ( - ), tumor ( - ), haemorroid ( - ), perdarahan ( - )
b. Palpasi
Nyeri tekan pada daerah anus ( - )
Masalah Keperawatan : Tidak ada

k. Pemeriksaan Muskuloskeletal (Ekstremitas)


a. Inspeksi
Otot antar sisi kanan dan kiri (simetris), deformitas (-), fraktur (-)
erdapat luka ulkus DM di kaki sebelah kanan.
b. Palpasi
Oedem : tidak ada
Lakukan uji kekuatan otat : 4 4
3 4
Masalah Keperawatan : Kerusakan integritas jaringan

l. Pemeriksaan Neurologis
a. Menguji tingkat kesadaran dengan GCS ( Glasgow Coma Scale )
1. Menilai respon membuka mata 5
2. Menilai respon Verbal 4
3. Menilai respon motorik 6
Setelah dilakukan scoring maka dapat diambil kesimpulan :
(Compos Mentis)

d. Memeriksa fungsi motorik


Ukuran otot (simetris), atropi ( -) gerakan-gerakan yang tidak disadari
oleh klien ( -)
e. Memeriksa fungsi sensorik

6. Riwayat Psikologis
a. Status Nyeri
1) Menurut Skala Intensitas Numerik
41

● ● ● ● ● ● ● ● ● ●
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
No Intensitas Nyeri Diskripsi

1 □ Tidak Nyeri Pasien mengatakan tidak


merasa nyeri
2 □ Nyeri ringan Pasien mengatakan sedikit nyeri atau
ringan.
Pasien nampak gelisah
3 √□ Nyeri sedang Pasien mengatakan nyeri masih bisa
ditahan atau sedang
Pasien nampak gelisah
Pasien mampu sedikit berparsitipasi
dalam perawatan
4 □ Nyeri berat Pasien mangatakan nyeri tidak dapat
ditahan atau berat.
Pasien sangat gelisah
Fungsi mobilitas dan perilaku pasien
berubah
5 □ Nyeri sangat Pasien mengatan nyeri tidak
berat tertahankan atau sangat berat
Perubahan ADL yang mencolok
( Ketergantungan ), putus asa.
Masalah Keperawatan : Nyeri akut

b. Status Emosi
Klien terlihat tidak terlalumenampilkan ekspresi wajahnya, tetapi klien
mengatakan bahwa dirinya ikhlas menerima cobaan yang di berikan
oleh Allah SWT.
Masalah Keperawatan : Tidak ada

c. Gaya Komunikasi

Apakah klien tampak hati-hati dalam berbicara ( ya / tdk ), apakah pola

komunikasinya ( spontan / lambat ), apakah klien menolak untuk diajak
√ √
komunikasi ( ya / tdk ), Apakah komunikasi klien jelas ( ya / tdk ),

apakah klien menggunakan bahasa isyarat ya / tdk ).
Masalah Keperawatan : Tidak ada
42

d. Pola Interaksi
Kepada siapa klien berspon :Semua orang
Siapa orang yang dekat dan dipercaya klien : Istri klien
Bagaimanakah klien dalam berinteraksi (aktif), Apakah tipe
kepribadian klien (terbuka).
Masalah Keperawatan : Tidak ada

e. Pola Pertahanan
Klien berusaha selalu berfikir positif dan berdoa meminta kesembuhan
kepada Allah SWT.
Masalah Keperawatan : Tidak ada

f. Dampak di Rawat di Rumah Sakit


Saat di kaji pada hari pertama masuk rumah sakit, klien tidak
menunjukkan perubahan tubuh maupun psikologis.
Masalah Keperawatan : Tidak ada

7. Pemeriksaan Status Mental dan Spiritual


a. Kondisi emosi / perasaan klien
Apa suasana hati yang menonjol pada klien ( sedih)
- Apakah emosinya sesuai dengan ekspresi wajahnya ( ya )
Masalah Keperawatan : Dampak hospitalisasi
b. Kebutuhan Spiritual Klien
Kebutuhan untuk beribadah ( terpenuhi )
- Masalah- masalah dalam pemenuhan kebutuhan spiritual :
Tidak ada
Masalah Keperawatan : Tidak ada
c. Tingkat Kecemasan Klien
Komponen Cemas Cemas Cemas
No Panik
Yang dikaji Ringan Sedang Berat
Orintasi
terhadap √ Baik
□ □ Tidak
1 □ Menurun □ Salah
Orang, ada reaksi
tempat,waktu


43

□ Baik
2 Lapang persepsi □ Menurun □ Menyempit □ Kacau
Kemampuan
√□ Mampu □ Mampu □ Tidak ada
3 menyelesaikan □Tidak mampu
dengan bantuan tanggapan
masalah
□ Mampu
√ □Tidak mampu
berkonsen
□ Kurang mampu mengingat
trasi dan □Alur fikiran
4 Proses Berfikir mengingat dan dan
mengingat kacau
berkonsentrasi berkonsentr
dengan
asi
baik
√ Baik
□ □ Menurun
5 Motivasi □ Kurang □ Putus asa

d. Konsep diri klien :


b. Identitas diri : Mengetahui dengan baik tentang dirinya
c. Ideal diri : Klien mengatakan ingin cepat sembuh
d. Gambaran diri : Menggambarkan dengan jelas tentang dirinya
e. Harga diri : Klien mengatakan hubungan dengan klien sekitarnya
baik
f. Peran : Peran nya sebagai kepala rumah tangga baik
Masalah Keperawatan : Tidak ada

8. Pemeriksaan Laboratorium
a. Darah Lengkap 20 Juli 2020
Leukosit : 4000 ( N : 3.500 – 10.000 / µL )
Eritrosit : 1.3 juta ( N : 1.2 juta – 1.5 juta µL )

Trombosit : 170.000 ( N : 150.000 – 350.000 / µL )


Haemoglobin : 10 gr/dl ( N : 11.0 – 16.3 gr/dl )
Haematokrit : 36 gr/dl ( N : 35.0 – 50 gr / dl )
Masalah Keperawatan : Tidak ada
b. Kimia Darah
Ureum :17 ( N : 10 – 50 mg / dl )
Creatinin : 0.8 ( N : 0,7 – 1.5 mg / dl )
GDS : 325 mg/dl
44

Glukosa Puasa : 110 mg/dl


Masalah Keperawatan : Ketidakseimbangan kadar glukosa
c. Analisa Elektrolit
Natrium : 144 ( N : 136 – 145 mmol / l )
Kalium : 4.0 ( N ; 3,5 – 5,0 mmol / l )
Masalah Keperawatan : Tidak ada
d. Analisa Gas Darah
Saturasi Oksigen : 99% (N : >90%)

9. Pemeriksaan Penunjang
Jika ada jelaskan gambaran hasil foto Rongent, USG, EEG, EKG,CT-
Scan, MRI, Endoscopy dll.
Masalah Keperawatan : Tidak ada

10. Terapi yang telah diberikan


IVRL 20 Tpm
Cefotaxim 3 x 1 gr
Metformin tab 3x1

11. Data Fokus


Data fokus Problem Etiologi
DS : Klien mengatakan Ketidakstabilan kadar Kadar gula
pusing, mual dan glukosa darah meningkat
muntah
Pusing, mual dan
DO : muntah
1. Klien terlihat lemah
2. Muka pucat Ketidakstabilan
3. Tidak nafsu makan kadar glukosa darah
DS : Klien mengatakan Nyeri akut Kadar gula
nyeri pada luka DM di meningkat
kaki nya
Terdapat luka tidak
DO : kunjung sembuh
4. Terdapat luka di
kaki kanan klien Nyeri akut
5. Luka kurang lebih
berukuran 10 cm
45

6. Skala nyeri 5 dari


0-10
DS : Klien mengatakan Gangguan integritas Terdapat luka di
luka nya tidak kunjung jaringan / kulit kaki kanan
sembuh
Luka berukuran 10
DO : cm
7. Terdapat luka di
kaki kanan Gangguan integritas
seukuran ± 10 cm jaringan

12. Diagnosa Keperawatan


a. Nyeri akut
b. Ketidakstabilan kadar glukosa darah
c. Gangguan Integritas Kulit/Jaringan

13. Rencana Asuhan Keperawatan


Nama Pasien : Tn. A Nama Mahasiswa : Intan
Ruang : Penyakit dalam NIM :
No. M.R :
Diagnosa medis : Diabetes Mellitus

No SDKI SIKI SLKI


Kategori : Setelah dilakukan  Manajemen Nyeri
Psikologis intervensi keperawatan Observasi
Subkategori : Nyeri selama 30 menit maka 1. Identifikasi lokasi,
dan Kenyamanan tingkat nyeri menurun karaktersitik, dan
Nyeri Akut dengan kriteria hasil : nintensitas nyeri
(D.0077) 2. Identifikasi skala
1. Keluhan nyeri (cukup nyeri
menurun) 3. Identifikasi respons
2. Meringis (cukup nyeri non verbal
menurun) 4. Identifikasi faktor
yang memperberat
dan memperingan
nyeri
Terapeutik
5. Berikan tehnik
nonfarmakologi
untik mengurangi
nyeri
46

6. Fasilitasi istirahat
dan tidur
7. Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri
dalam pemilihan
strategi meredakan
nyeri
8. Berikan terapi
komplementer
berupa rebusan daun
sirsak untuk
mengurangi nyeri
dan kadar asam urat
Edukasi
9. Jelaskan penyebab
nyeri
10. Jelaskan strategi
pereda nyeri
11. Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
12. Anjurkan
menggunakan tehnik
nonfarmakologi

2 Kategori : Ketidakstabilan kadar Manajemen Hiperglikemia


Fisiologis glukosa darah (L.03022) (I.03115)
Subkategori : Observasi
Setelah dilakukan 1. Identifikasi
Nutrisi dan
tindakan keperawatan kemungkinan penyebab
Cairan
selama 30 menit maka hiperglikemia
Ketidakstabilan ketidakstabilan kadar 2. Identifikasi situasi yang
kadar glukosa darah glukosa darah teratasi menyebabkan kebutuhan
(D.0027) dengan kriteria hasil : insulin meningkat
1. Kesadaran meningkat 3. Monitor kadar glukosa
(5) darah jika perlu
2. Pusing menurun (5) 4. Monitor intake dan
3. Lelah lesu menurun output cairan
(5) Terapeutik
5. Berikan asupan cairan
oral
6. Konsultasi dengan medis
jika tanda dan gejala
hiperglikemia tetap ada
atau memburuk
Edukasi
7. Anjurkan monitor kadar
gula darah secara
mandiri
47

8. Anjjurkan kepatuhan
terhadap diet dan olah
raga
Kolaborasi
9. Kolaborasi pemberian
insulin jika perlu

3 Kategori : Integritas Kulit dan Eedukasi Pencegahan


Lingkungan Jaringan (L.14125) infeksi (I.12406)
Subkategori : Setelah dilakukan Observasi
Keamanan dan tindakan keperawatan
proteksi - Periksa kesiapan dan
selama 1x30 menit maka
kemampuan menerima
Gangguan gangguan integritas kullit informasi
Integritas berkurang dengan kriteria Terapeutik
Kulit/Jaringan :
(D.0192) - Siapkan materi, media
1. Elastisitas meningkat tentang faktor – faktor
(5) penyebab, cara identifikasi
2. Hidrasi meningkat (5) dan pencegahan infeksi di
3. Perfusi jaringan rumah sakit maupun di
meningkat (5) rumah
Kerusakan Jaringan - Jadwalkan waktu yang
Kerusakan lapisan kulit tepat untuk memberikan
pendidikan kesehatan
1. Nyeri menurun (5) sesuai kesepakatan dengan
2. Perdarahan menurun pasien dan keluarga
(5) - Berikan kesempatan untuk
3. Kemerahan menurun bertanya
(5) Edukasi
4. Hematoma menurun
(5) - Jelaskan tanda dan gejala
5. Pigmentasi abnormal infeksi local dan sistemik
menurun (5) - SInformasikan hasil dan
6. Jaringan parut pemeriksaan laboratorium
menurun (5) (mis. Leukosit, WBC).
7. Nekrosis menurun (5) - Anjurkan mengikuti
8. Suhu kulit membaik tindakan pencegahan
(5) sesuai kondisi
9. Sensai membaik (5) - Anjurkan membatasi
10. Tekstur membaik (5) pengunjung
11. Pertumbuhan rambut - Ajarkan cara merawat kulit
membaik (5) pada area yang edema
- Ajarkan cara memeriksa
kondisi luka atau luka
operasi
48

- Anjurkan kecukupan
nutrisi, cairan dan istirahat
- Anjurkan kecukupan
nutrisi, cairan dan istirahat
- Lakukan perawatan luka
dengan teknik oklusi
hidrokoloid untuk
mempercepat
penyembuhan luka
49

BAB IV
PEMBAHASAN

A. Literatur Review

No Peneliti Sampel Judul Sumber Hasil / Kesimpulan


1 1. Sri Pasien Efektifitas Jurnal Media Kesimpulan hasil yang
Anggraini rawatan Perawatan Luka Keperawatan : didapatkan pada
2. Hj. Hariani luka di Modern Dressing Politeknik Kesehatan penelitian ini adalah perawatan
3. Ulfa klinik Dengan Metode Makassar luka modern dengan metode
Dwianti Perawatan Moist Vol. 10 No 01 2019 moist wound healing efektif
Luka ETN Wound Healing E-ISSN : 2622-0148, terhadap proses penyembuhan
Centre pada Ulkus P-ISSN : 2087-0035 luka ulkus diabetik
Makassar Diabetik di
Klinik Perawatan
Luka ETN Centre
Makassar
2 1. Nadya 2 orang Proses Jurnal Medika Hasil yang didapatkan dari
Putri responden Penyembuhan Kesehatan, Volume 10 penelitian ini adalah proses
Nabila pasien di Luka Ulkus Nomor 2. Oktober penyembuah responden dengan
2. Pauzan klinik Diabetikum 2017, hlm. 102-204 ulkus DM tersebut mengalami
Efendi Maitis dengan Metode kemajuan, total skor akhir
3. Husni Efran Modern Dressing responden satu bernilai 30 dan
Wound Di Klinik Maitis responden dua bernilai 28.
Care Kota Efrans Wound Kemajuan pada responden dua
Bengkulu Care tersebut dinyatakan lebih bagus
dipengaruhi oleh faktor
penyembuhan luka yaitu factor
usia
3 1. Ratna 2 Asuhan MEDIKA Hasil studi kasus menunjukan
Devi responden Keperawatan TADULAKO, Jurnal bahwa perawatan luka modern
2. Parmin pasien pada Pasien Ilmiah Kedokteran, dressing memberikan pengaruh
3. Ziand dengan Diabetes Melitus Vol. 6 No. 2 Mei 2019 terhadap penyembuhan luka dan
Aswira ulkus DM yang Mengalami mengatasi masalah
yang Masalah integritas kulit
dirawat di Kerusakan
ruangan Integritas Kulit
kenari Dengan
RSU Penerapan
Anutapura Keperawatan
Palu Luka Modern
Dressing di
Ruangan
Kenari RSU
Anutapura Palu
2018

4 1. Dwi 17 Pengaruh Jurnal Keperawatan Kesimpulan penelitian ini


Kartika responden Implementasi Respati Yogyakarta, adalah perawatan luka dengan
2. Arip dari pasien Modern Dressing 5(Suppl 1), 2018, 19-23 modern dressing dapat
Hidayat Klinik Terhadap meningkatkan
Griya Kualitas Hidup kualitas hidup, terlihat dari
Pusat Pasien Ulkus adanya peningkatan hasil
Perawatan Diabetikum
50

Luka perhitungan kualitas hidup pada


Jogjakarta pasien dengan
ulkus diabetikum. Perbaikan
derajat luka serta karakteristik
luka sebelum dan setelah
dilakukan
perawatan luka dapat
mempengaruhi dari perbaikan
kualitas hidup.
5 1. Dina Dewi 16 Sampel Penggunaan Jurnal Kedokteran Hasil yang didapatkan dari
Sartika dari pasien Balutan Modern Brawijaya, Vol. XXV, perbandingan perawatan luka
Lestari dengan Memperbaiki No. 1, April 2019 konvensional dengan perawatan
Ismail ulkus DM Proses luka modern adalah masing –
2. Dewi Penyembuhan masing penelitian menunjukkan
Irawaty Luka Diabetik hasil yang signifikan yaitu dari
3. Tutik Sri segi nilai dan efektifan. Dapat
Haryati disimpulkan bahwa perawatan
luka modern meningkatkan
proses penyembuhan pada
pasien dengan luka ulkus DM

6 1. Rika Seluruh Aplikasi Modern NERS JURNAL Materi yang disampaikan


Fatmadona peserta Wound Care pada KEPERAWATAN,Vol mampu memberikan wawasan
2. Elvi perawatan Perawatan Luka ume 12, No.2, Oktober kepada perawat peserta dari
Oktarina luka Infeksi di RS 2016, (Hal.159-165) pelatihan perawatan luka
modern Pemerintah Kota modern
Padang
7 1. Maria 18 Efektivitas Journal of Borneo Kesimpulan dari penelitian ini
Imaculata Responden perawatan luka Holistic Health, perawatan luka pada ulkus
Ose yang teknik balutan Volume 1 No. 1 Juni diabetic dengan teknik moist
2. Putri Ayu mengalami wet dry Dan 2018 hal 101-112 healing lebih cepat proses
Utami luka ulkus Moist Wound P ISSN 2621-9530 e penyembuhannya sehingga
3. Ana DM Healing Pada ISSN 2621-9514 pasien mendapatkan perawatan
Damayanti Penyembuhan lebih efektif dan efisien baik
Ulkus Diabetik. dari segi waktu dan biaya

8 1. Adriani Sampel 10 Penggunaan JURNAL IPTEKS Disimpulkan bahwa


2. Teti orang di Balutan Modern TERAPAN balutan modern (hydrocoloid)
Mardianti pilih (Hydrocoloid) ISSN: 1979-9292 efektif dalam penyembuhan
secara untuk E-ISSN: 2460-5611 luka diabetic. Diharapkan
purposive penyembuhan penderita diabetes
sampling luka Diabetes Research of Applied mellitus dapat memanfaatkan
Mellitus tipe II Science and Education balutan modern (hydrocoloid)
V10.i1 (18-23) untuk penyembuhan luka kaki
pada
penderita DM Tipe II sebagai
salah satu cara penyembuhan
yang aman dan efectif.
51

9 1. Rizaldi 10 Penggunaan JURNAL IPTEKS Kesimpulan penelitian ini


2. Sudarman responden Primary Dressing TERAPAN adalah ada pengaruh
dipilih Pada Penderita Research of Applied penggunaan primary dressing
secara Luka Science and Education terhadap karakteristik
accidental Diabetes Mellitus V14.i1 (12-18) penyembuhan luka pada
sampling di ETN Centre ISSN : 1979-9292 penderita luka diabetes
Kota Makassar E-ISSN : 2460-5611 mellitus di ETN Centre Kota
Makassar. Diharapkan tenaga
perawat memberikan perawatan
luka
dengan menggunakan primary
dressing bagi penderita luka
diabetes mellitus.
10 1. Endang 15 Efektifitas http://jurnal.stikescireb Hasil penelitian didapatkan ada
Subandi responden Modern Dressing on.ac.id/ perbedaan skor luka sebelum
2. Kelvin yang di Terhadap Proses index.php/kesehatan/ar dan sesudah pada kelompok
Adam pilih Penyembuhan ticle/view/7 pada kelompok perlakuan
Sanjaya secara Luka Diabetes dengan p-value =0.005 (≤ 0.05)
Accidental Melitus Tipe 2 dan pada kelompok kontol
sampling dengan p-value =1.000 (≥ 0,05).
Lalu hasil uji beda antar
kelompok dengan p-
value=0,001(≤0,05). Jadi dapat
disimpulkan bahwa modern
dressing memiliki efektifitas
terhadap proses
penyembuhan luka Diabetes
Mellitus tipe 2

Analisis Jurnal menggonakan metode SWOT. Analisis ini dilakukan untuk


mengetahui berbagai faktor yang mempengaruhi kinerja pengelolaan urnal ilniah
secara sistematis dalam rangka merumuskan strategi model pengembangan jurnal
ilmiah yang bermutu dan terakreditasi.

Secara umum dari 10 jurnal yang di angkat analisa SWOT yang didapat adalah :
1. Strengths (Kekuatan) meliputi : Metode balutan luka modern lebih efisien,
cepat untuk sembuh dan relative murah.
2. Weaknesses (Kelemahan) : metode balutan modern memiliki kelemahan yaitu
kurang nya kesadaran manusia untuk mencoba suatu teknik baru.
3. Opportunities (Peluang) : Banyak teman sejawat (Paramedis) yang sudah
memiliki sertifikat pelatihan dan bisa menerapkan balutan luka efektif
4. Threats (Ancaman) : Menurunnya kesadaran untuk merawat luka diabetes
menjadi salah satu faktor klien enggan untuk menerapkan balutan luka.
52

B. Pembahasan

Pada BAB ini penulis akan coba membahas intervensi yang dilakukan dengan
jurnal yang menjadi acuan penulis dalam melakukan penelitian. Intervensi
yang diangkat oleh penulis adalah dengan menggunakan metode perawatan
luka ulkus DM sevara modern. Ada dua metode perawatan luka yaitu metode
konvensional dan modern. Perawatan luka modern mengacu kepada stimulasi
dari jaringan luka itu sendiri. Memiliki beberapa prinsip dalam perawatan luka,
metode yang di pilih adalah dengan metode Hydrocoloid. Prinsip perawatan
dengan metode Hydrocoloid adalah jenis balutan yang bersifat Absorble
sehingga memiliki penyerapan yang baik. Balutan ini baik bagi luka ulkus yang
memiliki produksi nanah / pus yang banyak sehingga mampu diserap dengan
baik oleh balutan. Beberapa jurnal penelitian serupa penulis bandingkan untuk
mencari hasil mana yang terbaik dari penenelitian ini.

Jurnal penelitian yang pertama adalah jurnal penelitian dari Sri Anggraini
(2018), dengan judul penelitian “Efektifitas Perawatan Luka Modern Dressing
Dengan Metode Moist Wound Healing pada Ulkus Diabetik di Klinik
Perawatan Luka ETN Centre Makassar”. Penelitian yang dilakukan kepada
pasien rawatan Klinik Perawatan luka ETN dengan menggunakan metode
modern dressing mendapatkan hasil bahwa perawatan luka ulkus Dm dengan
menggunakan Metode Modern Dressing mendapatkan hasil efektif terhadap
luka dengan ulkus DM.

Jurnal penelitian kedua adalah jurnal penelitian oleh Nadya Putri Nabila
(2017), dengan judul penelitian “Proses Penyembuhan Luka Ulkus Diabetikum
dengan Metode Modern Dressing Di Klinik Maitis Efrans Wound Care”.
Peneliti melakukan penelitian terhadap 2 orang responden pasien di Klinik
Maitis Efran Bengkulu dengan ulkus DM. Pasien diberikan perlakuan
perawatan luka dengan menggunakan metode modern dressing dan mengamati
bagaimana proses penyembuhan terjadi. Hasil yang didapatkan dari penelitian
53

tersebut adalah setelah dilakukan perawatan pasien dengan ulkus DM


mengalami penyembuhan secara cepat dan tepat.

Jurnal ketiga adalah peneltian yang dilakukan oleh Ratna Devi (2019), dengan
judul penelitian adalah “Asuhan Keperawatan pada Pasien Diabetes Melitus
yang Mengalami Masalah Kerusakan Integritas Kulit Dengan Penerapan
Keperawatan Luka Modern Dressing di Ruangan Kenari RSU Anutapura Palu
2018”. Dari hasil penelitian didapatkan hasil bahwa perawatan luka modern
dressing memberikan pengaruh terhadap penyembuhan luka dan mengatasi
masalah integritas kulit.

Jurnal keempat adalah jurnal penelitian yang dilakukan oleh Dwi Kartika
(2018), judul yang diangkat adalah “Asuhan Keperawatan pada Pasien
Diabetes Melitus yang Mengalami Masalah Kerusakan Integritas Kulit Dengan
Penerapan Keperawatan Luka Modern Dressing di Ruangan Kenari RSU
Anutapura Palu 2018”. Hasil penelitian yang dilakukan kepada 17 responden
adalah terdapat perubahan kualitas luka yang dirawat menggunakan metode
Modern Dressing sehingga hasil perawatan yang di lakukan sesuai dengan
penelitian.

Jurnal penelitian yang kelima adalah jurnal penelitian yang di teliti oleh Dina
Dewi Sartika Lestari Ismail (2019) dengan judul penelitian adalah
“Penggunaan Balutan Modern Memperbaiki Proses Penyembuhan Luka
Diabetik” dari 16 responden yang diteliti didapatkan hasil bahwa metode
perawatan luka menggunakan metode modern dressing mengalami hasil yang
cukup baik di bandingkan menggunakan metode konvensional.

Jurnal penelitian ke enam adalah jurnal penelitian karya Rika Fatmadona


(2016), jurnal penelitian yang berjudul “Aplikasi Modern Wound Care pada
Perawatan Luka Infeksi di RS Pemerintah Kota Padang”. Dari hasil penelitian
didapatkan hasil bahwa perawat perlu meningkatkan kemampuan perawatan
54

luka infeksi khusus nya luka ulkus DM demi meningkatkan kualitas perawatan
luka sehingga pasien mampu meningkatkan kehidupan nya.

Jurnal selanjutnya yaitu jurnal penelitian yang dilakukan oleh Maria Imaculata
Ose (2018), penelitian yang dilakukan kepada 18 responden yang di pilih
secara purposive dengan judul penelitian “Efektivitas perawatan luka teknik
balutan wet dry Dan Moist Wound Healing Pada Penyembuhan Ulkus
Diabetik” didapatkan hasil yaitu dengan menggunakan teknik modern Mist
Wound Healing mampu mempercepat proses penyembuhan luka ulkus yang
dialami oleh pasien.

Jurnal penelitian ke delapan adalah jurnal penelitian yang dilakukan oleh


Adriani (2016), dengan judul penelitian “Penggunaan Balutan Modern
(Hydrocoloid) untuk penyembuhan luka Diabetes Mellitus tipe II”. Hasil
penelitian yang diperoleh adalah dari 10 orang yang menjadi responden
mengalami pengaruh dari perawatan luka yang menggunakan metode
Hydrocoloid.

Penelitian selanjutnya berdasarkan jurnal adalah penelitian yang dilakukan


oleh Rizaldi (2020), dengan judul penelitian “Efektifitas Modern Dressing
Terhadap Proses Penyembuhan Luka Diabetes Melitus Tipe 2”. Hasil
penelitian yang dilakukan kepada 10 responden dengan memberikan perawatan
luka pada pasien dengan ulkus DM didapatkan hasil bahwa dengan
menggunakan metode modern dressing memiliki efektivitas penyembuhan
lebih baik dari metode perawatan luka konvensional.
BAB V
KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Pada BAB ini penulis akan membahas kesimpulan yang didapatkan dari hasil
penelitian dan perbandingan dengan jurnal penelitian yang menjadi acuan
penulis untuk menyusun karya tulis ini. Penulis mengangkat kasus pasien
dengan Diabetes Mellitus dan mempunyai luka Ulkus DM. Intervensi yang di
lakukan oleh penulis adalah melalukan perawatan luka untuk pasien dengan
ulkus DM. Metode perawatan luka yang dilakukan oleh penulis adalah dengan
menggunakan metode Modern Dressing. Prinsip dasar dari perawatan luka
modern adalah menjaga kelembaban pada lingkungan luka, teknik ini sering
digunakan pada pasien yang mengalami luka kronis termasuk ulkus diabetik,
hal ini dikarenakan suasana lembab mendukung terjadinya proses
penyembuhan luka.

Penulis mencantumkan 10 jurnal penelitian serupa tentang metode perawatan


luka pada pasien dengan ulkus DM menggunakan metode Modern dressing.
Hasil jurnal penelitian yang penulis cantumkan sebagian besar memiliki hasil
yang sama. Metode perawatan luka dengan menggunakan prinsip modern
dressing memmiliki efektivitas penyembuhan luka sangat tinggi sehingga
mampu untuk menggantikan metode perawatan luka secara konvensional
menggunakan kasa.

Hasil yang didapatkan oleh penulis menemukan bahwa dengan metode modern
dressing mampu meningkatkan tingkat kesembuhan luka lebih cepat dari
metode konvensional. Maka dari itu hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa
terdapat pengaruh yang signifikan dari metode perawatan luka dengan metode
modern dressing.

55
56

B. Saran

1. Institusi Pelayanan Kesehatan


Diharapkan institusi mulai menerapkan metode perawatan luka dengan
menggunakan metode modern dressing sehingga cost effective yang
dikeluarkan bisa lebih terjangkau dan waktu sembuh bisa lebih cepat.
2. Institusi Pendidikan
Bagi institusi pendidikan mulai beralih untuk menerapkan metode
perawatan secara modern sehingga mahasiswa dapat menambah
wawasan teknik perawatan luka yang lain.
3. Bagi Perawat
Selalu menambah pengetahuan tentang perawatan luka secara modern
karena jenis metode perawatan luka tak terfokus pada satu metode.
DAFTAR PUSTAKA

Agale, S. V. (2013). Chronic Leg Ulcers: Epidemiology, aetiopathogenesis, and


Management. Ulcers, 1-9.

American Diabetes Association. (2017). Standars of Medical care in Diabetes –


2017. Diabetes Care, 37(1).

Arisanty, I. P. (2014). Konsep dasar: Managemen Perawatan Luka. Jakarata EGC.

Armstrong et al. (2017). Identification and Management of infection in diabetic foo


ulcers. Wound international.hal 2

Bilous, R. & donelly, R. (2010). Buku pegangan Diabetes Edisi ke 4. E. K.


Yudha.(2014). Jakarata: Bumi medika.

Dinh, t. (2011). Global Perspective on Diabetic Foot Ulcerations Rijeka, Croatia:


InTech. 66(4).

Fortuna., S. (2016). Studi penggunaan antibiotika pada pasien diabetes mellitus


dengan ulkus gangrene Skripsi. Surabaya: Departemen farmasi klinis, FF
UNAIR Surabaya.

Handayani, H. T. (2016). Studi meta analisis perawatan luka kaki diabetes dengan
modern dressing. The Indonesia journal of health science, 6 (2). 1-11.

Hidayat., A. (2017). Pengaruh perawatan luka dengan modern dreesing terhadap


kualitas hidup pasien ulkus diabetikum di griya pusat perawatan luka
caturharjo.Skripsi. Yogyakarta: program studi ilmu keperawatan, STIKES
JENDRALACHMAD YANI YOGYAKARTA.

Ismail., D, (2019). Penggunaan balutan modern memperbaiki proses penyembuhan


luka diabetik. Jurnal kedokteran Brawijaya, 25 (1) 1-5.

Nontji., W. hariati, H., Arafat, R. (2015). Teknik perawatan luka modern dan
konvensional terhadap kadar intelukin 1 dan interleukin 6 pada pasien luka
diabetik. Jurnal ners. 10 (1) 133-137.

PERKENI., (2011). Konsensus Pengendalian dan Pencegahan Diabetes Mellitus


Tipe 2 di Indonesia. Jakarta, PERKENI.

Semer., N. B. (2013) dasar-dasar Perawatan luka. (Nugroho., S. W., Trans) Global-


HELP Organization.

Sujarweni., W. V. (2014) metodologi penelitian keperawatan. Yogyakarta:


Gavamedia
Smeltzer S. C., Bare, B. G., Hingkle, J. L.,& Cheever, K. H. Brunner and
Suddarth’stextbook of Medical surgical Nursing (9 th Ed). Philadelpia;
Lippincott; 2000.

World Health Organization. (2016). Global report on diabetes. World Health


Organization.

Anda mungkin juga menyukai