PENDAHULUAN
Remaja adalah harapan orang tua, bahkan dalam lingkup yang lebih luas,
remaja adalah harapan negara. Bagi suatu negara, salah satu aset paling berharga bagi
kemajuan negara adalah aset sumber daya manusia yaitu remaja sebagai cikal bakal
genarasi muda penerus bangsa dan agama. Hal ini dapat dipahami karena sebagai
generasi penerus, peran remaja adalah sebagai tulang punggung bangsa untuk
Indonesia sebagai bangsa yang sedang menuju untuk menjadi bangsa yang
maju, menuntut adanya peran serta elemen-elemen bangsa guna mewujudkan cita-cita
Indonesia. Partisipasi pemuda sangat dibutuhkan dalam membentuk jati diri bangsa
untuk bersaing dengan dunia global. Oleh karena itu pemuda harus menunjukkan
bangsa. Jika remaja sudah memiliki sikap, karakter, perilaku, dan kepribadian yang
kuat dan bersahaja akan membawa bangsa Indonesia sebagai bangsa yang maju yang
Karakter bangsa yang kuat menjadi salah satu faktor dalam pembangunan
bangsa. Karakter ini akan akan membentuk moral bangsa. Hal ini penting karena
1
2
bangsa Indonesia adalah bangsa yang berbudaya dan berbudi pekerti luhur. Dengan
demikian, orang tua harus mempersiapkan mental, melatih emosi, dan menegakkan
disiplin mereka sejak dini agar kelak mampu mengemban tugas dan tanggung jawab
Masa remaja dikatakan sebagai suatu masa labil/transisi karena pada periode itu
masa ini, “remaja dianggap sedang mencari jati diri dengan mencoba hal-hal baru”.1
Pada umumnya remaja ingin melepaskan diri secara emosional dengan orang tua
mereka dan belajar menjadi diri mereka sendiri. “Menjadi diri mereka sendiri, berarti
memiliki ciri-ciri sendiri yang terlepas dari ciri-ciri orang tua yang selama ini
interaksi sosial baik antara remaja maupun dengan lingkungan. Melalui pergaulan
teman sebaya anak mudah mencontoh dan menyerap perilaku teman-temannya tanpa
perilaku. Tidak jarang remaja yang lepas dari perhatian orang tua akan terjerumus
informasi dapat diperoleh dengan sangat mudah.hal itu membawa dampak yang
1
Waluya Bagja, Sosiologi Menyelami Fenomena Sosial di Masyarakat, PT. Setia Purna Inves,
Bandung, 2007. Hal. 19
2
Surbakti E. B, Kenalilah Anak Remaja Anda, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta, 2009. Hal.
19
3
kompleks baik bersifat positif dan negatif. Ada banyak peroblema remaja di
Kenakalan yang bersifat biasa seperti: berkelahi, membolos sekolah, kabur dari rumah,
berbohong, mrnyontek, keluyuran tanpa tujuan, kebut-kebutan, membaca buku porno, merokok
di sekolah. Sampai pada kenakalan yang bersifat khusus seperti: minum-minuman keras,
berjudi, melakukan sex bebas, mencuri, dan lain-lain.3
Berbagai bentuk hiburan yang dapat diperoleh remaja selama bergaul dengan
teman sebaya, seperti tayangan berbau porno, kekerasan, dan gaya hidup glamour,
dengan baik, maka remaja akan tumbuh dengan akhlaq yang baik. Begitupun
sebaliknya. Dari kedua faktor tersebut, peran aktif orang tua dalam mengawasi
Sebagai institusi yang memberikan sumbangan besar bagi perubahan sosial yang menghasilkan
banyak perubahan penting dalam kehidupan sosial. Melemahnya ikatan keluarga dan makin
banyak ibu yang bekerja diluar rumah, membuat anak-anak lebih sedikit berhubungan dengan
anggota keluarga. Kurangnya pengawasan orang tua, penolakan orang tua, dan hubungan orang
tua yang jelek adalah penyebab utama perilaku deliquen. Dan anak-anak keluarga broken home
dan perceraian munculnya perilaku menyimpang.5
nyatanya tidak selalu orang tua dapat mengawasi anaknya setiap saat. Karena remaja
lebih banyak menghabiskan waktu mereka untuk bersama dengan teman sebayanya
3
Kartono, Kartini, Kenakalan Remaja, PT. Raja Grafindo, Jakarta, 2003. Hal. 107-109
4
Jokie dan Siahaan, Sosiologi Perilaku Menyimpang, Universitas Terbuka, Jakarta, 2010. Hal. 23
5
Ibid. p. 22-23
4
dibanding dengan keluarga. Penelitian yang dilakukan Condry, Simon, dan Bronf-
menghabiskan waktu 2 kali lebih banyak dengan teman sebaya dari pada waktu
Begitu besarnya pengaruh teman bagi remaja, hal ini dibuktikan dari penelitian
yang dilakukan Glueck dan Glueck menemukan bahwa, “94% dari anak-anak nakal
adalah akibat pengaruh anak nakal lainnya, dan hanya 74% saja dari anak yang tidak
Fenomena yang terjadi di sekolah dikalangan remaja saat ini, telah menunjukan
Makassar yang dilakukan oleh orang tua dan peserta didik karena tak terima anaknya
Kasus kekerasan juga terjadi di Jakarta pada 18 september 2015, yaitu tewasnya
A usia 8 tahun, peserta didik kelas 2 SD 07 Pagi Kebayoran Lama Utara yang tewas
akibat ditendang oleh teman sekelasnya R usia 8 tahun. Penganiayaan terjadi saat
korban tengah mengikuti lomba menggambar. “Hal ini terjadi karena A dan R kerap
6
Santrock John W, Adolescence Perkembangan Remaja Edisi Keenam, Erlangga, Jakarta, 2003.
Hal. 220
7
Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Remaja Rosdakarya, Bandung,
2006. Hal. 61
8
Zulfikarnain, Kronologi Ayah dan Anak Kompak Aniaya Guru di Sekolah, diakses dari
m.okezone.com/read/2016/08/10/340/1460402/kronologi-ayah-dan-anak-kompak-aniaya-guru-
di-sekolah, 1 September 2016
5
mengejek satu sama lain, A mengejek R dengan sebutan gendut, dan R mengejek A
Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Asrorun Niam Sholeh mengatakan, bahwa
kenaikan jumlah anak sebagai pelaku kekerasan dan bullying di sekolah sepanjang tahun 2015
meningkat yaitu ada 79 kasus anak sebagai pelaku bullying dan 103 kasus dengan anak sebagai
pelaku tawuran. Jumlah ini bertambah jika dibandingkan tahun 2014, dimana bullying ada 67
kasus dan tawuran ada 46 kasus.10
Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) pada 14 Maret sampai dengan 14 Juni 2016.
anak-anak sering berkata kasar terhadap sesama teman. Perkelahian antar anak seperti
memaki atau mengejek, anak yang mendapat makian atau ejekan akan membalas
memaki-maki temannya dengan kata-kata kasar. Ada beberapa anak yang memakai
seragam yang tidak sesuai dengan standar sekolah, seperti celana bermodel ketat
(pinsil), dan dirobek pada bagian lutut, baju tidak dimasukkan, serta tidak memakai
ikat pinggang. Setiap hari senin saat upacara banyak peserta didik yang datang
terlambat, beberapa peserta didik didapati tidak mengenakan topi. Bahkan ada peserta
Menurut guru Bimbingan Konseling (BK) SMP PGRI 1 Ciputat, peserta didik
yang bermasalah disekolah adalah peserta didik dengan orang tua yang tidak beperan
9
Aziza Kurnia Sari, Kasus Kekerasan di Sekolah, KPAI Sebut Guru Kerap Abaikan Ejekan
Antar Siswa, diakses dari
megapolitan.kompas.com/read/2015/09/19/11324731/Kasus.Kekerasan.di.Sekolah.KPAI.Sebut.
Guru.Kerap.Abaikan.Ejekan.Antarsiswa, 1 September 2016
10
Donnal Putera Andri, KPAI: Pelaku Kekerasan dan “Bullying” di Sekolah Tahun 2015
Meningkat, diakses dari
megapolitan.kompas.com/read/2015/12/30/16480051/KPAI.Pelaku.Kekerasan.dan.Bullying.di.
Sekolah.Tahun.2015.Meningkat, 30 Agustus 2016
6
dalam memantau anak di sekolah. Sehingga anak-anak bergaul dengan teman yang
sebagai pembimbing, maka anak remaja akan bergantung semata-mata pada teman
sebaya. Ibu dan Bapak guru perlu memainkan peranan yang lebih lagi untuk
kelak. Karena remaja tidak dapat lari dari konteks sekeliling seperti keluarga, teman
interaksi yang saling mempengaruhi ini membentuk cara pemikiran, emosi, dan
B. Identifikasi Masalah
C. Pembatasan Masalah
ini dibatasi pada: pengaruh teman sebaya terhadap perilaku menyimpang peserta
didik. Adapun teman sebaya adalah remaja yang memiliki kesamaan usia, tingkat
menyimpang adalah perilaku yang tidak sesuai dengan nilai dan norma yang ada di di
dalam masyarakat.
2016/2017.
D. Rumusan Masalah
masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: Apakah
terdapat pengaruh teman sebaya terhadap perilaku menyimpang peserta didik di kelas
1. Tujuan Penelitian
2. Manfaat Penelitian
sekolah.
yang pernah peneliti terima dengan keadaan yang ada di lapangan, sehingga
sehari-hari.