Diajukan sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar Ahli Madya Keperawatan
Oleh :
MUHAMMAD SHOLIKAN
NIM: 17.1456
2020
KARYA TULIS ILMIAH
Halaman judul
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DIABETES MELITUS DENGAN
MASALAH GANGGUAN INTEGRITAS KULIT DI RUMAH SAKIT
PANTI WALUYA SAWAHAN MALANG
Oleh :
MUHAMMAD SHOLIKAN
NIM: 17.1456
2020
ii
iii
iv
v
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan rahmat serta kasih-
Nya bagi peneliti karena dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul
Integritas Kulit di Rumah Sakit Panti Waluya Malang”. Penulis menyusun Karya
Tulis Ilmiah ini sebagai salah satu syarat dalam mendapatkan gelar Ahli Madya
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Panti Waluya Malang. Tidak lupa pula
dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, peneliti mendapat banyak sekali bantuan dari
para pembimbing dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan banyak
terimakasih kepada:
1. Ibu Ns. Ellia Ariesti, M.Kep selaku Pjs Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
2. Ibu Maria Magdalena Setyaningsih, Ns. Sp. Kep. Mat selaku pembimbing 1
penyusunan ini.
penyusunan ini.
5. Ibu Ns. Nanik Dwi Astutik, S.Kep., M.Kes selaku asisten dosen 1 yang telah
vii
6. Bpk Ns. Kristianto Dwi Nugroho, M.Kep selaku asisten dosen 2 yang telah
7. Keluarga tercinta Bapak Suparman dan ibu Muslimah yang telah memberikan
8. Kakak tercinta Siti Nur Sholichah dan Taufik Afriyanto yang telah
10. Serta semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu-persatu dalam
Penulis menyadari bahwa penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini jauh dari kata
sempurna. Oleh karna itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat
menyempurnakan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini. Semoga Karya Tulis Ilmiah
ini dapat bermanfaan bagi penulis pada khususnya institusi, lahan penelitian, dan
Muhammad Sholikan
viii
ABSTRAK
ix
ABSTRACT
Sholikan, Muhammad. 2020. Nursing Care for Diabetes Melitus clients with
problems with skin integrity disorders at Panti Waluya Sawahan Hospital
Malang, Scientific Writing, Panti Waluya Malang College of Health Sciences.
Advisors: (1) Maria Magdalena Setyaningsih, Ns. Sp. Kep. Mat (2)
Wisoedhanie Widi Anugrahanti, SKM., M.Kes
Diabetes mellitus is a chronic metabolic disorder characterized by an increase in
blood glucose levels, this condition can cause blood to become concentrated so that it
affects circulation to not smooth, thus food juices and O2 cannot circulate throughout
the body, these conditions can cause injury, so In Diabetes Mellitus clients, skin
integrity disorders can occur. The study was conducted in May 2020, with a length of
treatment for three days for both clients, the results of the study showed that the
problem had not been resolved, the problem of damage to skin integrity could be
resolved through the implementation of wound care, controlling blood sugar and
fulfilling nutrition, for further researchers to pay more attention to the patient's
condition in particular. Diabetes Mellitus with problems with impaired skin integrity,
both in terms of pattern of care and providing maximum follow-up to clients with
problems with skin integrity disorders.
x
DAFTAR ISI
xi
xii
xiv
DAFTAR GAMBAR
xv
DAFTAR BAGAN
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 11 Leaflet……………………………….……………………………….108
Lampiran 12 Manuskrip…………………………….……………………………...110
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diabetes melitus yang dikenal sebagai penyakit kencing manis adalah kumpulan
gejala pada seseorang dikarenakan kadar gula darah yang meningkat (glukosa),
melitus juga merupakan penyakit metabolisme timbul dengan gejala yang khas,
menjadi pekat dan menyebabkan aliran darah tidak lancar sehingga dapat
Menurut WHO pada tahun 2014 terdapat 422 juta jiwa penderita Diabetes
global penderita Diabetes Melitus di Asia Tenggara pada tahun 2014 sebesar
Jumlah penderita Diabetes Melitus di Indonesia pada tahun 2015 dari data
Riskesdas sebanyak 3,9 juta jiwa (Fitri, 2015). Angka kejadian Diabetes Melitus
di Jawa Timur yang terdiagnosa Diabetes Melitus ditahun 2018 mencapai 83.160
jiwa, Angka kejadian di Kota Malang pada tahun 2014 menempati urutan ke-3 di
1
2
Jawa timur yang terdiagnosa Diabetes Melitus sebesar 7.534 penderita (Lukita,
2018). Prevalensi di Rumah Sakit Panti Waluya Sawahan Malang didapatkan data
dari Rekam Medik pasien yang mengalami Diabetes melitus pada bulan Januari–
pasien dan 28 pasien dengan adanya luka (Rekam Medis RS Panti Waluya
Malang, 2018 ).
disebabkan oleh tingginya glukosa dalam darah dan tidak cukupnya sediaan
insulin yang dihasilkan tubuh, sehingga glukosa tidak dapat dikirim ke sel tubuh
untuk dijadikan sumber energi yang dapat menopang sistem kerja organ, sehingga
organ tidak dapat bekerja secara optimal (Damayanti & Kurniawan, 2014).
aliran darah tidak lancar, aliran darah yang tidak lancar menyebabkan neuropati
pada saraf perifer karena suplai oksigen dan nutrisi kejaringan terhambat
2015).
Fenomena yang ditemukan oleh penulis saat praktek klinik di Rumah Sakit Panti
Waluya Malang pada bulan Februari 2019. didapatkan dua klien diruang Isolasi
pada saat dilakukan pengkajian terdapat luka pada kaki bagian kiri dan tungkai
sebelah kanan dengan lebar 5 cm kedalaman luka 1 cm, luka mengeluarkan bau
berwarna kuning encer, saat dilakukan pemeriksaan gula darah mendapatkan hasil
Diabetes Melitus selama 2 tahun yang lalu. Luka klien diawali saat kakinya
terkena kaca. Luka tersebut semakin lama semakin memburuk pada saat
dilakukan pengkajian terdapat luka pada bagian ibu jari, berwarna hitam
pemeriksaan gula darah didapatkan hasil 380 mg/dl. Kedua klien berdasarkan data
dampak buruk karena terdapat luka seperti ulkus, bula diabetik, dan gangrene,
dengan demikian akan mudah terinfeksi dan menimbulkan bau yang tidak sedap
(Ali maghfuri, 2016). Jika Gangguan Integritas Kulit tidak segera ditangani dapat
membahayakan bagi penderita karena adanya jaringan kulit yang terbuka maka
dan cemas, sehingga akan berdampak pada 5 kebutuhan dasar manusia terutama
ketubuhan fisiologi makan dan minum (Baxter, Hastings, Law, & Glass, 2012)
memonitor nutrisi yang masuk dan perawatan luka, jika luka tidak segera dirawat
informasi tentang cara mengontrol gula darah seperti pola makan yang dianjurkan
dan tidak, olah raga yang tepat, pengobatan secara rutin, dan tanda gejala yang
study kasus yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada klien Diabetes Melitus
Malang“.
Karya Tulis Ilmiah ini dibatasi pada Asuhan Keperawatan Pada Klien Diabetes
Melitus dengan Gangguan Integritas Kulit di Rumah Sakit Panti Waluya Malang.
Diabetes Melitus dengan masalah Gangguan Integritas Kulit di Rumah Sakit Panti
Waluya Malang?
5
1.4 Tujuan
1.5 Manfaat
Karya Tulis Imliah ini dapat dijadikan referensi dalam penulisan asuhan
2) Bagi Perawat
Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan bisa menjadi acuan dan masukan pada
Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan dapat menjadi acuan dan data awal dalam
Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan dapat memberikan informasi yang tepat
kepada klien dan keluarga dalam menjaga dan melakukan perawatan luka
TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini penulis mengemukakan teori-reori yang mendukung study kasus tentang
kulit di Rumah Sakit Panti Waluya Malang” yang terdiri dari konsep Diabetes
Melitus, Konsep Gangguan Integritas Kulit pada Klien Diabetes Melitus dengan
dan protein yang berkaitan dengan defisiensi atau resistensi insulin secara absolute
maupun relatif yang bersifat kronis, ditandai dengan ciri khas peningkatan kadar
karena adanya gangguan kerja insulin atau sekresi insulin didalam tubuh (Miharja,
2013, Awad dkk, 2013). Glukosa darah dikatakan normal jika tidak melebihi 70-
<100 mg/dl pada gula darah puasa, jika melebihi gula darah puasa antara 100-125
7
8
tubuh yang bersifat kronis, sehingga berakibat meningkatnya kadar gula didalam
darah.
besar atau kecil sel betha pankreas yang berfungsi sebagai penghasil insulin
didalam tubuh, karena ada kerusakan sel betha maka berakibat tubuh akan
kekurangan insulin (Riyadi, 2012). Selain itu terdapat juga faktor-faktor resiko
yang mempengaruhi terjadinya Diabetes Melitus faktor tersebut ada yang bisa
diubah dan tidak dapat diubah, Faktor resiko yang tidak dapat diubah yaitu:
1. Faktor Genetik
Penyebabnya yaitu Gen orangtua akan dibawa oleh anak pada saat anak masih
bahkan bisa sampai cicit walaupun resikonya sangat kecil (Kekenusa, 2013).
2. Usia
3) Gender
Meskipun sampai saat ini belum ditemukan prevalensi Diabetes Melitus pada
wanita dan pria, namun berbagai study menyatakan bahwa ada perbedaan
prevelensi antara jenis kelamin tersebut, study yang dilakukan pencegahan dan
9
Melitus pada wanita sebasar 4,8%, dan 3,2% pada pria (Hotma,2014).
Adalah suatu kondisi intoleransi terhadap glukosa yang ditemukan pada ibu
2015).
1) Obesitas
Pola makan yang tidak sehat yang banyak mengandung gula dan lemak akan
lebih keras untuk menghasilkan insulin untuk mengelola gula yang masuk
2) Pola hidup
olahraga dan aktifitas fisik dapat beresiko tinggi terkena Diabetes Melitus
karena fungsi olahraga yaitu untuk membakar kalori yang berlebihan didalam
tubuh, kalori yang terlalu banyak didalam tubuh merupakan faktor utama
2.1.3 Klasifikasi
Diabetes Melitus tipe 1 terjadi akibat kerusakan dari sel beta pankreas
b) Diabetes Melitus tipe tipe 2 (Diabetes Melitus tidak tergantung pada insulin)
Diabetes Melitus tipe 2 ini disebabkan insulin yang berada didalam tubuh
tidak bekerja dengan baik, bisa meningkat bahkan menurun , Diabetes tipe ini
umum terjadi dikarenakan oleh faktor resikonya yaitu malas olahraga dan
gaya hidup dan usia yang lebih 65 tahun memiliki resiko tinggi
(Muhlisin, 2015).
2.1.4 Patofisiologi
Gejala awalnya berhubungan dengan efek langsung dari gula darah yang tinggi.
Jika kadar gula darah melebihi 160-180 mg/dl maka glukosa akan dikeluarkan
melalui air kemih dengan jumlah yang banyak (poliuri). Sehingga penderita akan
sering haus dan akan banyak minum (polidipsi). Sejumlah kalori akan hilang ikut
terbuang didalam air kemih sehingga penderita akan mengalami penurunan berat
badan. Untuk mengkompensasi hal ini seringkali penderita akan merasakan lapar
yang luar biasa sehingga penderita akan banyak makan dalam jumlah yang
banyak (polifagi). Gejala lainya adalah pandangan kabur, pusing, mual, dan
Diabetes Melitus dengan kadar gula kurang terkontrol lebih peka terhadap infeksi
(Muttaqin, 2010).
Pada penderita Diabetes Melitus tipe 1 akan menimbulkan keadaan yang disebut
ketoasidosis diabetikum, Meskipun kadar glukosa tinggi tetapi sebagian besar sel
tidak dapat menggunakan gula tanpa insulin, sehingga kebutuhan energi sel
diambil dari sumber lain, sumber lain biasanya diambi dari lemak tubuh. Sel
lemak dipecah dan akan menghasilkan keton, yang merupakan senyawa kimia
dari ketoadosis diabetikum adalah rasa haus dan berkemih dengan jumlah yang
banyak, mual, muntah, lelah dan nyeri perut. nafas menjadi dalam dan cepat
karena tubuh berusaha memperbaiki keasaman darah, bau nafas penderita akan
berkembang menjadi koma, biasanya hanya dalam waktu beberapa jam. Bahkan
12
setelah rutin terapi insulin, penderita Diabetes Melitus tipe I bisa mengalami
penderita mengalami stres akibat infeksi, kecelakaan atau penyakit yang serius
(Soegondo, 2010).
Pada Diabetes Melitus tipe II terdapat dua masalah yang berhubungan dengan
insulin, yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Pada normalnya
insulin akan terikat reseptor kusus pada permukaan sel. Akibat terikatnya
reseptor dengan insulin maka terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme
glukosa didalam sel. Resistensi insulin pada Diabetes Melitus tipe II disertai
dengan penurunan reaksi intrasel. Dengan demikian insulin tidak efektif untuk
glukosa yang lambat maka Diabetes Melitus tipe II dapat berjalan tanpa
terdeteksi. Jika pasien mengalami gejala tersebut bersifat ringan dan mencakup
infeksi vagina atau pandangan kabur (jika kadar glukosa sangat tinggi) (Andra
Saferi, 2013)
pembuluh darah diseluruh tubuh yang disebut juga dengan angiopati diabetik.
Penyakit ini bisa menjadi kronis dan dibagi menjadi gangguan pembuluh darah
saraf perifer dan suplay faskuler gangguan pada pembuluh darah kecil dapat
13
(Subekti,2012)
2.1.5 Pathway Diabetes Melitus
DM Tipe I DM Tipe II
Genetik, Reaksi auto Ideopatik, Usia, Gaya hidup
imun
Defisiensi insulin
Penurunan
pemakaian
GANGGUAN Terjadi ulkus glukosa oleh sel
INTEGRITAS
KULIT
Hiperglikemia
Luka sukar sembuh
Mikrovaskuler
Jaringan terjauh
tubuh
Penyempitan
pembuluh darah
Suplay darah &
oksigen ke jaringan
perifer menurun Gangguan
sirkulasi
Bagan 2.1: Diabetes Melitus
14
15
tidak dapat diproduksi dengan demikian gula darah tidak dapat masuk
dalam sel sehingga terjadi penumpukan gula darah atau disebut juga
2) Poliuria
gula darah tidat dapat masuk dalam sel dan terjadi penumpukan gula
Pada Saat berkemih kalori yang berada dipembuluh darah akan ikut hilang
mengkompensasi hal ini penderita sering merasa lapar yang luar biasa
(Perkeni, 2015).
Disebabkan jumlah urin yang sangat besar dan keluarnya air yang
karena air intrasel akan berdifusi keluar sel mengikuti penurunan gradient
2) Kesemutan
3) Gatal
4) Mata kabur
5) Mudah mengantuk
2.1.7 Komplikasi
1) Komplikasi akut :
a) Hipoglikemia
Adalah penurunan kadar gula darah lebih rendah dari 60 mg/dl dan akan
b) Diabetes Ketoasidosis
Merupakan gejala yang paling buruk dari Diabetes yang timbul secara tiba-tiba
karena adanya stres fisik seperti kehamilan atau mengalami penyakit akut dan
c) Hiperglikemia
hiperglikemia berat dengan kadar glukosa darah lebih dari 300mg/100 ml bagi
2) Komplikasi kronik
a) Komplikasi makrovaskuler
b) Komplikasi mikrovaskuler
1) Retinopati Diabetikum
diretina mata yang banyak mengandung pembuluh darah kecil sehingga dapat
2) Nefropati diabetikum
3) Neuropati Diabetikum
sehingga aliran darah kepembuluh darah perifer tidak lancar. Terdapat 2 tipe
2.1.8 Penatalaksanaan
aktivitas insulin dan kadar gula darah dalam upaya mengurangi komplikasi
vaskuler dan neuropatik, Dengan tujuan kadar gula dalam darah menjadi
normal tanpa adanya gangguan yang serius pada pola aktivitas klien (Perkeni,
2015).
penjelasan tentang cara memperbaiki gaya hidup yang lebih sehat kususnya
dalam pola makan dan olahraga. Penyuluhan bisa mengguanakan media lain
seperti leaflet, poster, video dan diskusi kelompok agar lebih jelas dan mudah
2) Latihan Fisik
makan.
c) Dapat merangsang glikogen baru, karena kadar glukosa otot dan hati
berkurang.
d) Pembakaran asam lemak lebih baik karena kolestrol dan trigliserida menurun
(Suyono, 2010).
19
3) Terapi gizi
Menurut Brunner& Suddarth tahun 2012, Prinsip pengaturan gizi pada Diabetes
Melitus adalah pada gizi seimbang serta pengaturan jumlah kalori, jenis
a) Karbohidrat
(khususnya yang berserat tinggi) seperti roti, gandum utuh, nasi beras
tumbuk, sereal dan pasta/mie yang berasal dari gandum yang masih
jumlah yang tidak berlebihan dan lebih baik jika dicampur ke dalam sayuran
b) Lemak
Asupan lemak yang dianjurkan sekitar 20-25% dari total kebutuhan Kalori.
c) Protein
d) Serat
4) Farmakoterapi
1) Pemeriksaan Laboratorium
normal 100-126 mg/dl, gula darah puasa 70-<100 mg/dl. Dan gula darah 2
Menurut Muttaqin tahun 2013 terdapat lima komponen dari kulit dimulai dari
lapisan terluar:
1) Epidermis
Lapisan kulit yang paling luar terdiri dari selapis sel yang berbentuk pipih dan
rapat, sel epidermis yang terus mengalami mitosis dan akan berganti dengan
sensori untuk sentuhan, suhu, getaran, dan nyeri, tersusun komponen utama
epidermis yaitu protein keratin, yang dihasilkan oleh sel yang disebut
keratinosit. Fungsi keratin adalah menjaga air tubuh dan untuk melindungi
2) Dermis
dan struktur pada kulit dengan bagian terbesar dari kulit. Fungsinya untuk
menyokong dan memberi nutrisi pada epidermis, proteksi terhadap injuri dan
3) Lapisan subkutis
Letak dari lapisan subkutis terletak dibawah dermis terdiri dari lemak dan
jaringan ikat yang berfungsi untuk memberikan bantalan antara lapisan kulit
dan struktur internal otot dan tulang dan sebagai peredam kejut dan isolator
panas.
4) Rambut
terbentuk dan akan keluar rambut melalui saluran epitel dan akan keluar
kepermukaan tubuh.
5) Kuku
keratin mati.
1) Proteksi
2) Sensasi
Untuk merasakan sentuhan, panas, tekanan dan dingin karena terdapat saraf-
3) Sistensi vitamin D
Kulit yang terpapar sinar matahari akan membantu produksi vitamin D yang
4) Gambaran Tubuh
5) Imunitas tubuh
Didalam kulit mengandung sel memiliki peran yang penting dalam imunitas
tubuh, disebut juga dengan sel langerhan dan sel dendritik dermal.
6) Termoregulasi
Melitus meliputi Dermopati Diabetes, diabetik foot atau luka pada kaki yang
biasanya muncul dikaki dan jari tengah, berisi cairan dan tidak edema. Apabila
a) Valnus scussum atau luka sayat benda tajam pinggiran luka kelihatan rapi
b) Vulnus contusum luka memar dikarenakan cedera pada bagian bawah kulit
c) Vulnus kaceratum, luka robek akibat terkena mesin atau benda lainya yang
d) Vulnus punctum, luka tusuk yang kecil dibagian luar bagian muka, mulut,
e) Vulnus seloferadum, luka tembak akibat tembakan peluru bagian tepi luka
tampak kehitam-hitaman.
f) Vulnus abrasion, luka terkikis yang terjadi pada bagian luka dan tidak
a) Stadium 1 luka superficial, yaitu luka yang terjadi pada lapisan epidermis
kulit
kerusakan dan nekrosis pada jaringan subkutan yang dapat meluas sampai
d) Stadium 4 luka full thickness yang telah mencapai lapisan otot tendon dan
(Ali maghfuri,2016)
2) Berdasarkan waktu penyembuhan
1. Ulkus
glukosa tidak dapat dikirim ke sel tubuh (Damayanti & Kurniawan, 2014).
26
27
2. Bula Diabetik
Bula Diabetik atau Bulosis Diabetikum adalah bula yang muncul secara
spontan diarea extremitas bawah tidak ada riwayat trauma atau infeksi
terjadi secara akut penyebabnya dikareana kulit yang rapuh pada penderita
3. Gangrene
pasokan darah dan nutrisi yang cukup dan adanya infeksi pada area luka
(Ali maghfuri,2016).
a. Derajat 0 : Tidak ada lesi yang terbuka, Bisa terdapat deformitas atau selulitis
(dengan kata lain: kulit utuh, tetapi ada kelainan bentuk kaki akibat neuropati).
e. Derajat 4: Gangren setempat, di telapak kaki atau tumit ( dengan kata lain :
2.3.1 Pengkajian
1) Biodata
Informasi yang harus ditanyakan meliputi (nama, tempat tanggal lahir, umur,
2) Riwayat kesehatan
a) Keluhan utama
Diaknosa Diabetes Melitus serta adanya luka yang lama sembuh sampai
Data yang berisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab terjadinya dan
(Purwaningsih, 2012).
e) Riwayat psikososial
Berisi tentang riwayat adanya pasien stres fisik maupun emosional karena
sirkulasi, pada pasien Diabetes Melitus yang mengalami luka pada kaki
(Purwaningsih, 2012).
pasien akan mengalami neuropati diabetikum, dan harus dilihat dari bentuk
makan tetapi berat badan akan semakin turun, karena glukosa didalam
darah tidak bisa dihantar oleh insulin ke sel-sel tubuh sehingga sel
i) Pola eliminasi
Berisi data tentang eliminasi dan BAB, jumlah urin yang banyak dijumpai
baik volume maupun frekuensi pada frekuensi biasa lebih dari 10 x /hari
terjadi (poliuria) penderita akan sering kencing pada malam hari yang
2012).
(Kasron, 2012).
31
3) Pemeriksaan fisik
a) Tanda-tanda vital
2. Nadi : Kaji adanya sirkulasi yang adekuat pada klien Diabetes Melitus
c) Mata
d) Hidung
2) Palpasi: kaji ada tidaknya nyeri tekan pada sinus (Susilowati, 2014).
e) Mulut
1) Inspeksi: kaji mukosa bibir, lidah terasa tebal, gigi mudah goyah,
terdapat caries dentis, ada tidaknya perdarahan pada gusi, dan apakah
f) Telinga
telinga.
2011).
g) Leher
(Kasron, 2012).
h) Paru-paru
i) Jantung
j) Abdomen
1) Inspeksi: kaji persebaran warna kulit, ada tidaknya bekas luka dan
bentuk abdomen.
4) Palpasi: kaji ada tidaknya pembesaran hepar kaji ada tidaknya nyeri
k) Extremitas
1) Inspeksi: kaji persebaran warna kulit, turgor kulit kembali <2 detik,
luka, luas luka, adanya nekrosis (jaringan mati atau tidak ) adanya
2012).
34
1) Inspeksi: lihat adanya luka, warna luka, dan edema, kedalaman luka,
pada ulkus terbentuk kalus yang tebal atau juga bisa teraba lembek
(Kasron, 2012).
1) Diagnosa keperawatan
sensabilitas.
Batasan karakteristik
Batasan mayor:
Batasan minor:
d) Hematoma
e) Kemerahan
35
Perawatan luka:
1.14564 6.Untuk mengetahui
6.Monitor karakteristik perkembangan luka
luka (mis. Drainase
warna, ukuran, bau)
7.Untuk mengetahui
7.Monitor tanda-tanda terdapat infeksi atau
infeksi tidak
antara intervensi hasil dari asuhan keprawatan yang telah diberikan (Nikmatur&
2. Perdarahan sedang
3. Kemerahan sedang
4. Hematoma menurun
5. Nekrosis menurun
7. Sensasi meningkat
(SLKI, 2018)
BAB III
METODE PENELITIAN
Studi kasus ini adalah studi untuk mengeksplorasi Asuhan Keperawatan pada
Klien Diabetes Melitus dengan masalah Gangguan Integritas Kulit di Rumah Sakit
Asuhan keperawatan Diabetes Melitus pada pasien dewasa dan lansia dengan di
Diagnosa Diabetes Melitus Di Ruang rawat inap Rumah Sakit Panti Waluya
Malang. Pada kasus ini dibutuhkan 2 klien untuk dilakukan asuhan keperawatan
40
41
3.3 Partisipan
Pada penelitian ini yang menjadi partisipan adalah 2 pasien Diabetes melitus
dengan masalah Gangguan integritas kulit di Ruang rawat inap Rumah Sakit Panti
Waluya Malang yaitu Tn. M 56 tahun dan Tn. I 39 tahun data didapatkan dari
di ruang rawat inap dewasa (Santa Anna Atas, Santa Ana Bawah, Ruang Isolasi,
Placida Paviliun, Maria Paviliun) yang akan dilaksanakan pada bulan April 2020
klien pertama masuk pada tanggal 14-05-2020 di ruang Placida Paviliun dank lien
kedua masuk pada tanggal 22-05-2020 di ruang Santa Anna Bawah, Masing-
masing pasien diberikan Asuhan Keperawatan 3 kali 24 jam. Jika < 3 kali 24 jam
pasien meninggal maka akan dibuat resume, data didapatkan dari perawat atau
data skunder.
1. Data Skunder
42
Data yang dapat digunakan untuk melengkapi hasil penilitain yang didapatkan dari
list klien Diabetes Melitus dengan masalah Gangguan Integritas Kulit di RS Panti
Disamping integritas penulis, uji keabsahan data dilakukan dengan cara berikut ini:
utama yaitu pasien, data rekam medik dan keluarga pasien yang berkaitan
1) Pengumpulan data
ditulis dalam bentuk catatan lapangan, kemudian disalin dalam bentuk transkrip
(catatan terstruktur).
2) Penyajian data
Penyajian data dapat dilakukan dengan tabel, gambar, bagan maupun teks
naratif. Kerahasiaan dari pasien dijamin dengan jalan identitas pasien dibuat
inisial.
3) Kesimpulan
43
Dari data yang disajikan, kemudian data dibahas dan dibandingkan dengan
dan evaluasi.
manusia dan hak penelitian mambatasi apa yang boleh dilakukan dan apa yang
pasien2 yang akan diteliti dan memenuhi kriteria sesuai batasan istilah dan
saja.
3) Confidentiality (kerahasiaan)
responden dijamin oleh penulis dan hanya kelompok data tertentu yang
Pada BAB ini penulis membahas hasil dan pembahasan tentang Asuahan
Keperawatan pada Klien Diabetes Melitus dengan masalah Gangguan Integritas Kulit
4.1 Hasil
Penelitian ini dilaksanakan di ruang rawat inap dewasa yaitu Placida Paviliun dan
Santa Ana Bawah Rumah Sakit Panti Waluya Malang. Ruang Placida Paviliun
dengan kapasitas 11 kamar, 35 tempat tidur setiap kamar terdiri dari 3 tempat tidur,
masing-msing tempat tidur dilengkapi dengan bed side rail dan dapat diatur derajad
sudutnya, dilengkapi 2 kamar mandi, serta tersedia pispot dan urinal, 1 almari pakaian
klien, kursi yang disediakan untuk keluarga, untuk menjaga privasi klien, antara
Ruang Santa Anna Bawah (STAB) dengan kapasitas 8 kls III (5 kamar 15 tempat
tidur). Masing-masing kamar terdiri 2 tempat tidur, yang dilengkapi dengan bedside
rail dan dapat diatur derajad sudutnya, dilengkapi 1 kamar mandi dan perlengkapan
kebutuhan klien seperti pispot dan urinal, almari pakaian, kursi yang disediakan
untuk keluarga, untuk menjaga privasi klien, antara tempat tidur satu dengan yang
45
46
Pengkajian klien 1 dilakukan tanggal 15 Mei 2020 di ruang Placida Paviliun di kamar
nomor 107 bed 2. Pengkajian klien ke 2 di lakukan pada tanggal 23 mei 2020 di
ruang Santa Ana Bawah kamar 69 bed 1 dan dijaga oleh saudaranya.
: :laki-laki :laki-laki
:perempuan :perempuan
:menikah :menikah
:keturunan :keturunan
:tinggalserumah :tinggalserumah
X :meninggal X :meninggal
:klien :klien
4). PemeriksaanFisik
Tabel 4. 6 Pemeriksaan Fisik
Observasi Klien 1 Klien 2
Berdasarkan
informasi dari
perawat,
didapatkan data
sekunder
Kesadaran
52
Umum
Kesadaran Cukup Cukup
GCS
TD Composmentis Composmentis
Nadi E4V5M6 E4V5M6
Suhu 110/80 mmHg 130/80 mmHg
Respirasi 100 x/menit 80 x/menit
Spo2 36,8 0C 36,3 0C
20x/menit 20x/menit
98% 97%
- - Pemeriksaan jantung
Inspeksi:
Pemeriksaan jantung Ictus tampak pada ICS 5 midclavicula
Inspeksi: line sinistra, persebaran warna kulit
Ictus tampak pada ICS 5 midclavicula merata, tidak ada lesi.
line sinistra, persebaran warna kulit Palpasi:
merata, tidak ada lesi. Teraba ictus cordis pada ICS 5
Palpasi: midclavicula sinistra.
Teraba ictus cordis pada ICS 5 Perkusi:
midclavicula sinistra. Terdengar pekak (ICS 3-5 sebelah kiri
Perkusi: sternum).
Terdengar pekak (ICS 3-5 sebelah Auskultasi:
kiri sternum). Tidak terdengar bunyi jantung tambahan.
Auskultasi:
Tidak terdengar bunyi jantung
tambahan.
- Kekuatan otot :
- Kekuatan otot :
55
5 5 5 5
5 5 4 4
Terdapat luka pada extremitas bawah
kanan warna dasar luka merah dengan
ukuran 8x12 cm dan terdapat pus, dan
luka pada extremitas kiri warna dasar
luka merah dengan ukuran 10x8 cm
terdapat pus,
Pemeriksaan Berdasarkan informasi dari perawat, Berdasarkan informasi dari perawat,
Kulit dan Kuku didapatkan data sekunder didapatkan data sekunder
Inspeksi: warna kulit sawo matang, Inspeksi: warna kulit kuning sawo
persebaran merata, terdapat luka pada matang, persebaran merata, adanya
area punggung , kuku sedikit panjang edema di bagian extremitas atas
belum gunting kuku bawah,terdapat luka pada kedua
Palpasi:Kondisi kulit kering, akral extremitas, kuku bersih dan pendek
teraba hangat, kulit lembab, turgor Palpasi: kondisi kulit lembab, akral
kulit kembali< 2 detik, CRT teraba hangat, kulit lembab, turgor kulit
kembali< 2 detik kembali> 2 detik, CRT kembali> 2 detik
kemerahan, terdapat
jaringan nekrotik, luka Suplai darah &O2
tampak kotor, tepi luka kejaringan menurun
nekrotik teraba hangat
- GDA: 397 mg/dL Terjadi ulkus
TTV
TD : 110/70 mmHg
Gangguan Integritas
S : 37.2C
Kulit
N: 125x/menit
RR : 20x/menit
SpO2: 98%
Kien 2
Tgl Analisa Data Etiologi Masalah
23 Mei DS: Penyempitan Gangguan Integritas
2020 - Klien mengatakan pembuluh darah Kulit
kakinya bengkak sudah
2-3 bulan Gangguan sirkulasi
- Klien mengatakan
kakinya sering
Suplay darah &
kebas(sensasi menurun) oksigen ke jaringan
dan kesemutan perifer menurun
- Klien mengatakan
terdapat luka pada
kedua kakinya Jaringan terjauh
- Klien mengatakan luka tubuh
sejak 4 hari terahir
- Klien mengatakan luka
pada kaki disebebkan Terjadi luka
saat merendam kaki
dengan air panas
karena kebas Gangguan Integritas
- Klien mengatakan kulit
mempunyai riwayat
Diabetes Melitus sejak
tahun 2017
DO:
- Klien berbaring
ditempat tidur
- Tampak adanya luka
diarea kaki kanan
dengan warna dasar
luka merah dengan
ukuran 8x12 cm ,
terdapat pus, tidak ada
60
Perawatan luka:
1.14564 6. untuk mengetahui
6.Monitor karakteristik perkembangan luka
luka (mis. Drainase
warna, ukuran, bau)
7. untuk mengetahui
7.Monitor tanda-tanda terdapat infeksi atau
infeksi tidak
baru
Perawatan luka:
1.14564 6. untuk mengetahui
6.Monitor karakteristik perkembangan luka
luka (mis. Drainase
warna, ukuran, bau)
7. untuk mengetahui
7.Monitor tanda-tanda terdapat infeksi atau
infeksi tidak
Kulit - Memonitor perubahan status nutrisi - Memonitor perubahan status nutrisi - Memonitor perubahan status nutrisi
berhubungan - Memonitor penurunan kelembapan - Memonitor penurunan kelembapan - Memonitor penurunan kelembapan
dengan suhu Rawat luka: Rawat luka: Rawat luka:
lingkungan - Memonitor karakteristik luka (mis. - Memonitor karakteristik luka (mis. - Memonitor karakteristik luka (mis.
yang ekstrim Drainase warna, ukuran, bau) Drainase warna, ukuran, bau) Drainase warna, ukuran, bau)
- Memonitor tanda-tanda infeksi - Memonitor tanda-tanda infeksi - Memonitor tanda-tanda infeksi
- Melepaskan balutan dan plester secara - Melepaskan balutan dan plester secara - Melepaskan balutan dan plester secara
berlahan berlahan berlahan
- Memersihkan dengan cairan NaCL+ - Memersihkan dengan cairan NaCL+ - Memersihkan dengan cairan NaCL+
betadine betadine betadine
- Membersihkan jaringan nekrotik - Membersihkan jaringan nekrotik
- Memasang balutan sesuai dengan jenis - Membersihkan jaringan nekrotik - Memasang balutan sesuai dengan jenis
luka - Memasang balutan sesuai dengan jenis luka
- Mempertahankan tehnik steril pada luka - Mempertahankan tehnik steril pada
saat perawatan luka - Mempertahankan tehnik steril pada saat perawatan luka
- Memberikan nutrisi sesuai dengan saat perawatan luka - Memberikan nutrisi sesuai dengan
anjuran - Memberikan nutrisi sesuai dengan anjuran
- Menganjurkan mika miki anjuran - Menganjurkan mika miki
- Mengedukasi perawatan kulit - Menganjurkan mika miki - Mengedukasi perawatan kulit
- Mengedukasi pola perilaku kebersihan - Mengedukasi perawatan kulit - Mengedukasi pola perilaku kebersihan
- Menginformasikan tentang 5 pilar DM - Mengedukasi pola perilaku kebersihan - Menginformasikan tentang 5 pilar DM
- Memeriksa kadar gula darah - Menginformasikan tentang 5 pilar DM - Memeriksa kadar gula darah
- Memeriksa kadar gula darah
dengan Faktor O: O: O:
mekanis - K/U cukup - K/U cukup - K/U cukup
- Kesadaran composmentis. - Kesadaran composmentis. - Kesadaran composmentis.
- Klien mengerti tentang Diabetes Melitus - Klien ter pasang Infus NS 500 , 30 tpm - Klienter pasang Infus NS 500 , 20 tpm
- Klien terpasang Infus NS 500 , 30 tpm - GCS:E 4 V 5 M 6 - GCS:E 4 V 5 M 6
- GCS:E 4 V 5 M 6 - GD2j PP : 132 mg/dl - GD2j PP : 128 mg/dl
- GD2j PP : 155 mg/dl - Terdapat luka diarea punggung dengan - Terdapat luka diarea punggung dengan
- Terdapat luka diarea punggung dengan ukuran 10x7 cm ukuran 10x7 cm jaringan nekrosis menurun
ukuran 10x7 cm terdapat jaringan nekrotik - Warna luka kemerahan terdapat jaringan warna dasar luka merah
- TTV nekrotik - TTV
TD: 120/85 mmHg - TTV TD: 120/90 mmHg
N: 90 x/menit TD: 110/85 mmHg N: 85 x/menit
S: 37,0 0C N: 85 x/menit S: 36,5 0C
RR: 20x/menit S: 36,7 0C RR: 20x/menit
- mobilisasi aktif RR: 20x/menit - mobilisasi aktif
- Kekuatan otot klien: - mobilisasi aktif - Kekuatan otot klien:
Mobilisasi : mika miki - Kekuatan otot klien: Mobilisasi : mika miki
Mobilisasi : mika miki
5 5
5 5
5 5 5 5
5 5
A:masalah belum teratasi 5 5
A:masalah belum teratasi
P:lanjutkan intervensi A:masalah belum teratasi
P:lanjutkan intervensi
P:lanjutkan intervensi
Klien 2
Diagnosa 23-05-2020. 18.00 24-05-2020. 13.00 25-05-2020. 12.30
Gangguan S: S: S:
Integritas Kulit - Klien mengatakan badanya lemas - Klien mengatakan badanya lemas - Klien mengatakan badanya masih lemas
berhubungan - Klien mengatakan kakinya terasa kebas - Klien mengatakan kakinya terasa kebas - Klien mengatakan kakinya masih terasa
dengan suhu O: O: kebas
68
5 5 4 4
5 5
4 4 A:masalah belum teratasi
4 4
A:masalah belum teratasi P:lanjutkan intervensi
A:masalah belum teratasi
P:lanjutkan intervensi
P:lanjutkan intervensi
69
4.2 Pembahasan
4.2.1 Pengkajian
Berdasarkan data pengkajian, didapatkan data jika kedua klien mengalami Diabetes Melitus
dengan masalah Gangguan Integritas Kulit kedua klien mengalami masalah ketidak setabilan
kadar gula darah sehingga menyebabkan suplai O2 dan sari-sari makanan tidak dapat beredar ke
jaringan dan menyebebkan timbulnya luka. Hal ini juga dapat ditegakkan diagnosis
70
Teori:
Hal ini bisa dijelaskan dari (Jennifer, 2010) Dimana penderita mengalami gangguan epidermis
pada lapisan kulit disebabkan oleh metabolic Diabetes, sehingga dapat memunculkan luka
(Hermand, 2013). Luka yang disebabkan oleh kadar gula darah yang tidak stabil sehingga darah
menjadi pekat, dengan darah menjadi pekat maka aliran darah dipembuluh darah menjadi tidak
lancar sehingga kebutuhan O2 dan sari-sari makanan tidak dapat beredar keseluruh tubuh
sehingga dapat memunculkan luka, pada Diabetes Melitus jenis luka meliputi Dermopati
Diabetes, diabetik foot atau luka pada kaki yang dipengarui oleh neuropati, vaskulopati
(iskemia) dan imunopati, Lokasi luka biasanya muncul dikaki dan jari tengah, berisi cairan dan
tidak edema. Apabila luka tersebut tidak dilakukan penanganan yang serius akan
mengakibatkan Gangguan integritas kulit (Harahap, 2012).
Teori:
Dari tujuan ditentukan pada kedua klien dan pada tinjaun pustaka sudah sesuai dengan teori
subekti, (2011) menyatakan bahwa penetapan tujuan rencana keperawatan bagi klien Diabetes
Melitus dengan masalah Keperawatan Gangguan Integritas Kulit supaya kadar gula darah menjadi
normal dan luka membaik
Opini:
Kriteria hasil yang telah ditetapkan pada kedua klien sudah sesuai dengan teori penulis pada
tinjauan pustaka. Pada klien 1 dan 2 ditentukan kriteria hasil diatas dikarenakan sudah sesuai
dengan masalah Diabetes Melitus dengan Gangguan Integritas Kulit, Perfusi jaringan
meningkat(warna luka, sensabilitas baik), Perdarahan sedang, Kemerahan sedang, Hematoma
menurun, Nekrosis menurun, Suhu kulit membaik, Sensasi meningkat
Apabila kedua klien mampu mencapai kriteria hasil yang sudah ditetapkan, maka hal ini
menunjukkan bahwa ada perbaikan dalam proses penyembuhan luka
Teori:
Dari kriteria yang ada menunjukkan teori Tim Pokja SLKI DPP PPNI (2019), yang dapat
dicapai dengan kriteria hasil:. Perfusi jaringan meningkat(warna luka, sensabilitas baik),
Perdarahan sedang, Kemerahan sedang, Hematoma menurun, Nekrosis menurun, Suhu kulit
membaik, Sensasi meningkat.
12.Pasang balutan sesuai dengan jenis luka 12.Pasang balutan sesuai dengan jenis luka
13.Pertahankan tehnik steril pada saat 13.Pertahankan tehnik steril pada saat
perawatan luka perawatan luka
14.Ganti balutan sesuai jumlah exsudat dan 14.Ganti balutan sesuai jumlah exsudat dan
drainase drainase
15.Edukasi perawatan kulit 15.Edukasi perawatan kulit
16.Edukasi pola 16.Edukasi pola
perilaku kebersihan perilaku kebersihan
17.Edukasi 5 pilar DM 17.Edukasi 5 pilar DM
18.Kolaborasi dengan dokter dan ahli gizi 18.Kolaborasi dengan dokter dan ahli gizi
dalam pemberian terapi dan diit dalam pemberian terapi dan diit
19.Pemeriksaan gula darah 19.Pemeriksaan gula darah
Opini:
Pada klien 1 dan 2 diberikan rencana keperawatan yang sesuai dengan tinjauan pustaka. Pada
setiap klien, intervensi yang direncanakan intervensi sama, ialah mulai dari mengidentifikasi,
memonitor, pemeriksaan gejala dan perawatan luka. Intervensi memiliki maksud dan tujuan
yang sama yaitu membantu mengatasi masalah yang dialami klien saat ini yaitu Gangguan
integritas kulit, hal ini sesuai dengan teori dibawah.
Teori:
Teori yang dibuat ini sama bagi kedua klien dan juga sesuai dengan teori menurut Tim Pokja
SDKI DPP PPNI (2017), Monitor perubahan sirkulasi (dengan mengukur tanda-tanda vital),
Monitor perubahan status nutrisi, Monitor penurunan kelembapan, Gunakan produk berbahan
petrolium atau minyak pada kulit kering, Anjurkan mengguanakan pelembab (mis.
Lotion,serum), Rawat luka : Monitor karakteristik luka (mis. Drainase warna, ukuran, bau) ,
Monitor tanda-tanda infeksi, Lepaskan balutan dan plester secara berlahan, Bersihkan dengan
cairan NaCl atau pembersih non toksik, Bersihkan jaringan nekrotik , Berikan salep yang sesuai
kekulit/lesi,jika perlu, Pasang balutan sesuai dengan jenis luka, Pertahankan tehnik steril pada
saat perawatan luka, Ganti balutan sesuai jumlah exsudat dan drainase, Edukasi perawatan kulit,
Edukasi pola perilaku kebersihan, Edukasi 5 pilar DM , Kolaborasi dengan dokter dan ahli gizi
dalam pemberian terapi dan diit, Pemeriksaan gula darah.
RR: 20x/menit
- Kekuatan otot klien:
5 5 Mobilisasi : mika miki
5 5 5 5
P:lanjutkan intervensi
Opini:
Berdasarkan tindakan keperawatan yang dilakukan sudah berhasil sebagian dapat dibuktikan
dengan perbedaan dari kedua klien tersebut yaitu, klien 1 saat evaluasi hari kedua nyeri
berkurang kadar gula darah sudah mulai menurun warna dasar luka memerah, saat evaluasi hari
ketiga nyeri berkurang, kadar gula darah menurun dan luka menunjukan perbaikan dengan
warna dasar luka merah dan jaringan nekrotik menurun. Sedangkan pada klien kedua
menunjukan perbaikan pada kadar Guladarah yang sebelumnya kurang menjadi membaik serta
perbaikan luka dengan warna dasar luka merah dan tidak terdapat pus.
Teori:
Menurut teori kriteria hasil yang dapat terpenuhi dari Tim Pokja SLKI DPP PPNI (2019), ialah
Hasil pemeriksaan kadar gula darah menunjukan pembaikan dari yang tinggi menjadi stabil dan
dari yang rendah mulai meningkat serta menunjukan perbaikan dengan perfusi jaringan
meningkat warna luka semakin memerah, sensabilitas baik Perdarahan sedang, nekrosis
menurun.
BAB V
Pada bab ini akan disajikan kesimpulan dan saran peneliti tentang “Asuhan
Keperawatan Pada Klien Diabetes Melitus dengan masalah Gangguan Integritas Kulit
5.1 Kesimpulan
Integritas Kulit di Rumah Sakit Panti Waluya ini dapat dilaksanakan pada klien1 dan
2 selama 3 hari dirawat dirumah sakit dengan ruangan yang berbeda yaitu ruang PP
5.1.1 Pengkajian
Pengkajian dapat dilakukan pada kedua klien untuk mendapatkan data guna
menetapkan masalah yang ada. Hasil pengkajian kedua klien ialah klien Diabetes
Melitus mengalami ketidak stabilan kadar gula darah. Dan adanya gangguan
integritas kulit pada kasus ini sehingga klien mengalami adanya luka pada area tubuh.
Dalam menentukan diagnosa keperawatan, penulis mengacu pada teori dan kondisi
klien saat dilakukan pengkajian. Berdasarkan hasil pengkajian pada kedua klien dapat
75
76
Berdasarkan diagnose keperawatan yang telah ditegakkan maka kedua klien telah
disusun rencana keperawatan pada klien Diabetes Melitus dengan masalah Gangguan
Integritas Kulit. Rencana keperawatan pada klien 1 dan 2 tidak memiliki perbedaan,
Gangguan Integritas Kulit. pada klien 1 dan 2 dari 19 rencana keperawatan yang telah
dilakukan.
Evaluasi dari tindakan keperawatan yang telah diberikan kepada klien 1 menunjukkan
adanya kondisi luka yang membaik, sedangkan pada klien 2 adanya perubahan pada
kondisi luka yang menunjukan pembaikan, Pada keduanya menunjukan kadar gula
5.2 Saran
Melalui hasil penelitian ini, dapat menjadi masukan untuk rumah sakit dalam
peningkatan pelayanan dan perawatan yang diberikan pada klien, agar tercapai
77
kepuasan klien. Pada kasus klien Diabetes Melitus dengan Gangguan Integritas Kulit
ini bisa ditingkatkan dengan perawatan luka serta menormalkan kadar gula darah
penyembuhan luka.
memberikan asuhan keperawatan yang baik bagi klien Diabetes Melitus dengan
kususnya klien Diabetes Melitus dengan masalah Gangguan Integritas Kulit dengan
cara mengecek kadar gula darah secara rutin dan memperhatikan asupan nutrisi
Ali Maghfuri. 2016. Buku pintar perawatan luka Diabetes Melitus. Jakarta selatan :
Salemba Medika.
Baxter, R., Hastings, N., Law, A., & Glass, E. J. . (2012). Kebutuhan dasar manusia.
R.Baxter,dkk, 39(5), 561–563. https://doi.org/10.1097/QAI.0000000000000915
Boedisantoso, A. 2011. Komplikasi Akut Diabetes Mellitus. Jakarta: Fakultas
Kedokteran UI.
Damayanti, S., & Kurniawan, T. (2014). Dukungan Keluarga pada Pasien Diabetes
Melitus Tipe 2 dalam Menjalankan Self-Management Diabetes Family Support
of Patients Type 2 Diabetes Mellitus in Performing Diabetes Self-management.
Jurnal Keperawatan Padjajaran, 2(1).
Dyah restuning P. (2015). Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. In : FKUI
(Vol. 15).
Fitri. (2015). Data Prevalensi Penderita Diabetes di Indonesia. Sehat.link.
Fady, F.A.2015. Luka Diabetik. Yogyakarta: Gosyen.
Hasdianah. 2012. Mengenal Diabetes Mellitus Pada Orang Dewasa dan Anak – Anak
Dengan Solusi Herbal. Yogyakarta : Nuha Medika
Hotma. 2014. Diabetes Melitus dengan Perubahan Gaya Hidup. Bogor : In Media
Mencegah
International Diabetes Federation.WDD 2015 Campaign. Sara Webber International
Diabetes Federation. 2015.
PPNI Tim,2016. Standar Diagnosa Keperawatan Indosesia. Jakarta Selatan : Dewan
Pengurus Pusat
PPNI Tim. 2018 Standar intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan : Dewan
Pengurus Pusat
PPNI Tim. 2018 Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan : Dewan
Pengurus Pusat
78
79
Lukita, Y. I. (2018). Pengaruh Range Of Motion (ROM) Aktif Kaki Terhadap Risiko
Terjadinya Ulkus Kaki Diabetik Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di Desa
Kaliwining Kecamatan Rambipuji Kabupaten Jember. E-Jurnal Pustaka
Kesehatan.
Kasron. 2012. Kelainan dan pengobatan penyakit jantung : pencegahan dan
pengobatan. Jakarta : Nuha Medika
Kekenusa J. 2013. Analisis hubungan antara umur dan riwayat keluarga menderita
Diabetes Mellitus Dengan Kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2 pada pasien
rawat jalan di Poliklinik Penyakit Dalam BLU RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou
Manado. Jurnal Kesehatan. Manado: Universitas Sam Ratulangi.
Kaku K, 2010, Pathophysiology of Type 2 Diabetes and its Treatment Policy, in
Japan Medical Association Journal, vol. 53, no 1, p.41-6
Lemone, Priscilla. Burke, Karen M. 2016. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta: EGC.
Miharja, A., 2013.faktor yang Berhubungan dengan Pengendalian Gula Darah
Pada penderita Diabetes Melitus.Buku kedokteran Indonesia. 59:9.
Muttaqin, Arif. 2010.Buku ajar asuhan keperawatan dengan gangguan sistem
endokrin. Jakarta : Salemba Medika.
Muhlisin, A., Ambarwati, W.N., Pratiwi, A. (2015). Model Terapi Kognitif Untuk
Meningkatkan Kualitas Hidup Penderita Diabetes Melitus di Komunitas.
University Research Colloquium. Fakultas Ilmu Kesehatan. Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Nikmatur Rohmah& Saiful Walid, 2012, Proses Keperawatan Teori & Aplikasi. AR-
RUZZ MEDIA, Yogyakarta
Organization, W. H. (2014). WHO | Noncommunicable diseases country profiles
2014. WHO.
Perkeni. (2015). Penatalaksanaan DM Sesuai Konsensus Perkeni 2015. Perkeni, 1–7.
https://doi.org/10.1002/ijc.25801
Purwaningsih, W dan Ina Karlina. 2012. Asuhan Keperawatan DM. Cetakan II.
Yogyakarta : Nuha Medika.
Subekti. 2012. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta : FKUI
Riyadi, S.J. 2012.keperawatan medikal bedah. Yogyakarta : Pustaka pelajar
Hardianah . 2014. Mengenal Diabetes Melitus pada orang dewasa dan anak-anak .
Yogyakarta : Nuha Medika
80
Riset Kesehatan Dasar , 2016 . Hasil laporan Riset Kesehatan Dasar Tahun 2016 .
Jakarta : Depertemen Kesehatan RI.
Rekam Medik 2018 .Indeks Penyakit Diabetes Melitus Rumah Sakit Panti Waluya
Sawahan Malang.
Rohman, Nikmatur & Walid Saiful. 2011. Proses Keperawatan Teori dan Aplikasi.
Yogyakarta : Ar-ruz Media
Tim Pokja DPP PPNI. 2O16 . Standar diagnosis keperawatan Indonesia( SDKI)
Edisi 1. DPP PPNI. Jakarta
Waktu : 20 menit
90
91
A. LATAR BELAKANG
lemak dan protein yang berkaitan dengan defisiensi atau resistensi insulin
secara absolute maupun relatif yang bersifat kronis, ditandai dengan ciri
sekresi insulin didalam tubuh (Miharja, 2013, Awad dkk, 2013). Glukosa
darah dikatakan normal jika tidak melebihi 70-<100 mg/dl pada gula darah
puasa, jika melebihi gula darah puasa antara 100-125 dikatakan pre
(penyakit ginjal dan mata) dan komplikasi neuropati (penyakit pada saraf).
vaskuler perifer.
92
B. TUJUAN
1. TujuanUmum
2. TujuanKhusus
mellitus
Melitus
Melitus
C. PENATALAKSANAAN KEGIATAN
1. Judul Kegiatan
2. Peserta
Waluya malang
3. Metode
a. Ceramah
b. Diskusi
c. Tanya jawab
93
a. Leaflet
a. Hari/Tanggal : 23-05-2020
6. Pengorganisasian
7. UraianTugas
a. Penanggung jawab :
b. Moderator:
c. Pemateri :
d. Fasilitator :
94
menyebarkan kuesioner.
e. Dokumentasi :
pelaporan.
f. Observer :
8. Setting Acara
1 Pembukaan
9. Strategi Pelaksanaan
1. 10 Pembukaan :
Menit
a. Mengucapkan salam Menjawab salam
b. Memperkenalkan mahasiswa Memperhatikan
c. Memperkenalkan dosen
pembimbing
Memperhatikan
d. Menjelaskan tujuan
Memperhatikassn
e. Menjelaskan kontrak waktu
Memperhatikan
2. 20 Kegiatan Inti :
menit
a. Memberikan penyuluhan tentang Memperhatikan
Diabetes Militus
Keterangan :
: Penanggung Jawab
: Moderator
: Pemateri
: Pembimbing
: Fasilitator
: Observer
: keluarga
1. Evaluasi struktur
2. Evaluasi proses
sampai akhir
kegiatan
97
3. Evaluasi hasil
Diabetes Melitus
98
A. Pengertian
dan protein yang berkaitan dengan defisiensi atau resistensi insulin secara
absolute maupun relatif yang bersifat kronis, ditandai dengan ciri khas
Hiperglikemia terjadi karena adanya gangguan kerja insulin atau sekresi insulin
didalam tubuh (Miharja, 2013, Awad dkk, 2013). Glukosa darah dikatakan
normal jika tidak melebihi 70-<100 mg/dl pada gula darah puasa, jika melebihi
gula darah puasa antara 100-125 pdikatakan pre Diabetes, sedangkan seseorang
dikatakan terkena Diabetes Melitus jika kadar Glukosa darah >126 mg/dl
(Subekti, 2012).
B. Penyebab
1. Faktor keturunan
Penderita Diabetes tidak mewarisi diabetes itu sendiri tetapi Mewarisi suatu
kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen tranplantasi dan proses
imun lainnya.
sumber dari penyakit tersebut. Bagi anda yang gemar dalam mengkomsumsi
makanan yang berlemak tinggi anda harus berhati-hati karena makanan yang
gemuk makanan tersebut juga bisa membuat kadar gula darah didalam tubuh
menjadi meningkat dan melebihi batas normalnya sehingga anda bisa terkena
3. Obesitas/ kegemukan
Hal ini terjadi karena pada individu yang obesitas dapat mengakibatkan organ
pancreas bekerja lebih keras untu kmenghasilkan insulin, akibatnya sel beta
4. Penuaan (usia)
Sehingga untuk usia lanjut diperlukan batas glukosa darah yang lebi htinggi .
Pada usia lanjut terjadi penurunan sekresi insulin dan resistensi insulin.
Rusaknya sebagian kecil atau sebagian besar dari sel-sel betha dari pulau-
(Misnadiarly, 2006)
Akibat volume urin yang sangatbesar dan keluarnya air yang menyebabkan
di ginjal yang membawa glukosa keluar urin untuk masuk kembali kedarah
akan mengalami kejenuhan dan tidak dapat mengangkut glukosa lebih banyak.
Karena glukosa di dalam urin memiliki aktivitas osmotik, maka air akan
Akibat keadaan pasca absorptif yang kronik, katabolik protein dan lemak, dan
5. Seringnya terjadi luka (infeksi), gatal-gatal, dan luka yang tidak sembuh-
sembuh
Ini Kadar gula yang tinggi dan berlangsung terus menerus dapat
wajar bila penyembuhan luka berjalan sangat lambat. Disamping itu kadar
gula yang tinggi juga akan menghambat dan mengurangi fungsi sel-sel darah
merah (eritrosit) untuk membawa nutrisi keseluruh jaringan tubuh, dan juga
mengurangi fungsi dari sel-sel darah putih yang mempunyai peranan melawan
infeksi.
6. Kesemutan, rasa baal pada bagian tubuh terutama pada tangan atau
kaki
Penyakit kencing manis dengan kadar gula yang tinggi dan tidak terkontrol
lama kelamaan akan membuat saraf mengalami kerusakan pada saraf perifer
hal ini terjadi karena darah yang mengalir pada ujungsaraf yang menurun
(Misnadiarly, 2006)
D. Komplikasi
1. Penyakit jantung
(2) hiperlipo proteinemia dan, (3) kelainan pembekuan darah. Pada akhirnya
2. Gagal ginjal
ginjal akibat peningkatan kerja yang harus dilakukan oleh ginjal pengidap DM
3. Retinopati
jaringan yang sangat aktif bermetabolisme dan pada hipoksia kronik akan
4. Stroke
5. Impotensi
tidak bisaereksi. Impotensi pada penderita diabetes juga bisa disebabkan oleh
6. Luka gangrene
(luka yang lama sembuh dan cenderung membusuk) yang harus di amputasi,
Infeksi kaki mudah timbul pada penderita diabetes kronis dan dikenal sebagai
pembusukan pada bagian luka karena tidak mendapat aliran darah. Pasalnya,
luka membusuk, mau tidak mau bagian yang terinfeksi harus diamputasi.
103
Penderita diabetes yang terkena gangrene perlu dikontrol ketat gula darahnya
serta diberi antibiotika. Penanganan gangrene perlu kerja sama dengan dokter
bedah.
(Mistral. 2008)
E. Prinsip Perawatan DM
akan diambil oleh darah. Darah yang mengandung nikotin akan merusak
adalah salah satu pemicu beberapa jenis penyakit dalam tubuh seperti
jantung, stroke, kanker hati dan beberapa jenis penyakit lain. Jantung menjadi
potensi diabetes.
3. Olah raga
Berbagai cara gerakan dan latihan fisik bisa menghindari tubuh dari
penumpulan lemak, resiko obesitas dan membuat jantung menjadi lebih sehat.
104
Dengan gaya hidup seperti ini maka tubuh akan meningkatkan produksi
Anda bisa memilih beberapa aktifitas fisik seperti berenang, senam dan lari.
Latihan fisik 20 menit setiap hari sudah bisa menurunkan resiko terkena
diabetes.
5. Menghindari stress
Minuman manis yang mengandung gula dan bahan pemanis lain telah
tubuh sebagai sumber tenaga tapi dalam jumlah yang kecil. Selain minuman
manis maka minuman yang mengandung soda dan berbagai bahan pengawet
(Mistral. 2008)
5. PILAR DM:
penjelasan tentang cara memperbaiki gaya hidup yang lebih sehat kususnya
105
dalam pola makan dan olahraga. Penyuluhan bisa mengguanakan media lain
seperti leaflet, poster, video dan diskusi kelompok agar lebih jelas dan mudah
2. Latihan Fisik
makan.
g) Dapat merangsang glikogen baru, karena kadar glukosa otot dan hati
berkurang.
h) Pembakaran asam lemak lebih baik karena kolestrol dan trigliserida menurun
(Suyono, 2010).
3. Terapi gizi
Menurut Brunner& Suddarth tahun 2012, Prinsip pengaturan gizi pada Diabetes
Melitus adalah pada gizi seimbang serta pengaturan jumlah kalori, jenis
a. Karbohidrat
(khususnya yang berserat tinggi) seperti roti, gandum utuh, nasi beras
tumbuk, sereal dan pasta/mie yang berasal dari gandum yang masih
jumlah yang tidak berlebihan dan lebih baik jika dicampur ke dalam sayuran
b. Lemak
Asupan lemak yang dianjurkan sekitar 20-25% dari total kebutuhan Kalori.
c. Protein
d. Serat
4. Farmakoterapi
F. Diet Pada DM
Manisan buah, gula pasir, gula jawa, susu kental manis, madu, abon, kecap,
sirup, es krim, selai, makanan yang digoreng dan berlemak, pudding, permen,
buahan (apel, pepaya, jeruk, pisang, labu siam), roti yang terbuat dari gandum,
F. TERAPI
1. 3 J (jumlah, jenis, dan
jadwal)
110
ABSTRAK
Diabetes Melitus merupakan gangguan metabolisme yang bersifat kronis ditandai dengan
peningkatan kadar glukosa darah, kondisi tersebut depat menyebabkan darah menjadi pekat
sehingga mempengaruhi sirkulasi menjadi tidak lancar, dengan demikian sari-sari makanan
dan O2 tidak dapat beredar keseluruh tubuh kondisi tersebut dapat menyebabkan timbulnya
luka, sehingga pada klien Diabetes Melitus dapat terjadi gangguan integritas kulit. Penelitian
dilakukan pada bulan Mei 2020,dengan lama waktu perawatan selama tiga hari untuk kedua
klien hasil penelitian menunjukan masalah belum teratasi, masalah kerusakan integritas kulit
dapat teratasi melalui implementasi perawatan luka, mengontrol gula darah dan memenuhi
nutrisi, bagi peneliti selanjutnya lebih memperhatikan keadaan pasien khususnya Diabetes
Melitus dengan masalah gangguan integritas kulit, baik segi pola asuhan dan pemberian
tindak lanjut yang lebih maksimal kepada klien dengan masalah gangguan integritas kulit
secara lebih baik.
ABSTRACT
(Maghfuri ali, 2016). Terjadinya ulkus bulan Februari 2019. didapatkan dua
sehingga organ tidak dapat bekerja duduk waktu bekerja. pada saat
Kurniawan, 2014). Glukosa dengan pada kaki bagian kiri dan tungkai
tidak lancar, aliran darah yang tidak mengeluarkan bau yang menyengat
saraf perifer karena suplai oksigen dan mengeluarkan pus berwarna kuning
lalu. Luka klien diawali saat kakinya makan yang dianjurkan dan tidak, olah
terkena kaca. Luka tersebut semakin raga yang tepat, pengobatan secara
lama semakin memburuk pada saat rutin, dan tanda gejala yang akan
pada bagian ibu jari, berwarna hitam tersebut, peneliti tertarik melakukan
hasil 380 mg/dl. Kedua klien Integritas Kulit di Rumah Sakit Panti
yang masuk dan perawatan luka, jika pada tanggal 15-23 Mei 2020. Penulis
1. Pengkajian |
kekuatan otot |
hasil TTV; TD:
Pada klien 1 Keluarga mengatakan
111/72 mmHg, N: 129 x/menit, S:
pada tanggal 14-05-2020 pukul 16.00
37,3 ºC, RR:20x /menit. pemeriksaan
WIB klien mengeluhkan, nyeri direa
Gula darah dengan hasil 397 mg/dL,
punggung dikarenakan adanya luka,
Kemudian dokter memberikan advice
luka disebabkan sering tertekan pada
infuse Ns 500 ml 30 tpm ditangan
area tulang punggung(tulang sakrum),
kanan, Kemudian dokter menyarankan
skala nyeri 6 dan hilang timbul,
untuk rawat inap, karena klien
kluarga mengatakan luka dipunggung
membutuhkan perawatan khusus, atas
klien sejak 25-04-2020, keluarga
persetujuan keluarga, klien
mengatakan klien sebelumnya pernah
dipindahkan keruang Placida Paviliun,
masuk rumah sakit 2 minggu yang lalu
hasil pemeriksaan kesadaran
dikarenakan Diabetes Melitus
composmentis, GCS E 4 V 5 M 6,
Keluarga membawa klien ke RS Panti
Klien tidak bisa memenuhi ADL
Waluya pukul 09.15 WIB lalu masuk
secara mandiri (makan, oral hygiene,
di ruang IGD .Saat dilakukan
toileting, berpakaian, mandi),
pemeriksaan didapatkan data
kebutuhan aktivitas klien dibantu oleh
kesadaran Composmentis , GCS: E 4
keluarga dan perawat. Pada klien 2
V 5 M 6, terdapat luka diarea
Klien mengatakan kaki klien bengkak
punggung pada tulang sakrum dengan
sudah 2-3 bulan, klien mengatakan
ukuran 10cm x 7cm, dasar luka pus,
terdapat luka dikedua kakinya sejak
berwarna kuning kemerahan, terdapat
tanggal 18-05-2020, klien mengatakan
jaringan nekrotik, luka tampak kotor,
luka disebabkan karena merendam
115
kesemutan, klien mengatakan badanya tpm, D40 2 flas langsung per IV, O2
membawa klien ke Rumah Sakit Panti menyarankan pada klien untuk rawat
Waluya pukul 22.40 masuk memalui inap, karena kondisi klien harus
badan lemas, sesak (+), extremitas atas dewasa yaitu ruang Santa Anna
dasar luka merah dengan ukuran 8x12 4 V 5 M 6, badan lemas, sesak (+),
cm , terdapat pus, tidak ada jaringan semua kebutuhan ADL di bantu oleh
|
2 yaitu
kekuatan otot |
hasil TTV; TD:
Gangguan Integritas Kulit
149/92 mmHg, N: 82 x/menit, S: 36,6
berhubungan dengan Faktor
ºC, RR:22x /menit, dan dilakukan
Mekanis(penekanan pada tonjolan
pemeriksaan GDA mendapatkan hasil:
tulang sekrum ) ditandai dengan
116
adanya luka diarea punggung dan perawatan kurang, pada klien 1 dan 2
tulang ) ditandai dengan adanya luka atau minyak pada kulit kering,
sesuai kekulit/lesi,jika perlu, Pasang Hal ini sudah sesuai dengan intervensi
balutan sesuai dengan jenis luka, yang ada yaitu. Tim Pokja SIKI DPP
jumlah exsudat dan drainase, Edukasi tanda vital), Monitor perubahan status
Kolaborasi dengan dokter dan ahli gizi berbahan petrolium atau minyak pada
keperawatan yang telah disusun pada dan plester secara berlahan, Bersihkan
tahap perencanaan. Pada penelitian ini, dengan cairan NaCl atau pembersih
implementasi menjelaskan tujuan dan tehnik steril pada saat perawatan luka,
prosedur penanganan yang tepat pada Ganti balutan sesuai jumlah exsudat
Kulit pada klien dan keluarga untuk Edukasi pola perilaku kebersihan,
dengan dokter dan ahli gizi dalam Menurt PPNI (2018) evaluasi adalah
selama 3 hari perawatan, pada klien 1 yang sudah ditetapkan serta menilai
pada klien 1 mencapai 7 kriteria hasil, atau bahkan belum teratasi semuanya.
hasil yang sudah ditetapkan, pada integritas kulit, baik segi pola asuhan,
belum teratasi ditandai dengan nyeri tindak lanjut yang lebih maksimal
serta perbaikan luka dengan warna Ali Maghfuri. 2016. Buku pintar
perawatan luka Diabetes
dasar luka merah dan tidak terdapat Melitus. Jakarta selatan :
Salemba Medika
pus. Data tersebut sesuai dengan teori
Dyah restuning P. (2015).
untuk dilakukan asuhan keperawatan Penatalaksanaan Diabetes
Melitus Terpadu. In : FKUI
pada klien Diabetes Melitus dengan (Vol. 15).