Anda di halaman 1dari 84

SKRIPSI

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN


PROSES PERAWATAN LUKA DIABETES
MELITUS DI RUMAH SAKIT
PELAMONIA TK.II
MAKASSAR

HALLWARD ADRIAN EDMUND M.


21906049

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAKASSAR
MAKASSAR
2022

1
PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi dengan judul: “HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN


KEPATUHAN PROSES PERAWATAN LUKA DIABETES MELITUS DI RS
TK II PELAMONIA MAKASSAR”

Makassar, September 2022

Tim Pembimbing

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Hj. Esse Puji Pawenrusi, SKM, M.Kes Andi Wahyuni, S.Kep.,Ns.,M.Kep

Mengetahui:
Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Makassar

Muhammad Sahlan Zamaa, S.Kep.,Ns.,Sp. Kep.M.B

i
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Hallward Adrian Edmund M.


Nim : 21906049
Institusi : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Makassar
Program Studi : Ilmu Keperawatan

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi dengan judul “Hubungan


Pengetahuan Dengan Kepatuhan Proses Perawatan Luka Diabetes Melitus Di RS
TK II Pelamonia Makassar” yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya
sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau pemikiran orang lain.
Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan sebagian atau keseluruhan
skripsi ini hasil karya orang lain, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan
tersebut.

Makassar, September 2022


Yang menyatakan

Hallward Adrian Edmund M.

ii
ABSTRAK

Hubungan Pengetahuan Dengan Kepatuhan Proses Perawatan Luka


Diabetes Melitus Di RS TK II Pelamonia Makassar

Hallward Adrian Edmund M.


(Dibimbing Oleh Hj. Esse Puji Pawenrusi dan Andi Wahyuni)

Perawatan luka merupakan tindakan keperawatan yang sering dilakukan di


rumah sakit yang apabila tidak dilakukan sesuai dengan prosedur maka akan
menyebabkan terjadinya infeksi klinis. Kepatuhan melakukan perawatan luka
diabetik salah satunya dapat dipengaruhi oleh pengetahuan penderita Diabetes
Melitus.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan
kepatuhan proses perawatan luka diabetes melitus di RS TK II Pelamonia
Makassar.
Metode penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Populasi dalam
penelitian adalah penderita Diabetes Melitus yang melakukan perawatan luka Diabetes
Melitus sebanyak 36 orang dan sampel sebanyak 36 orang dengan teknik total sampling.
Hasil penelitian ini diperoleh responden terbanyak dengan pengetahuan yaitu
sebanyak 19 responden (52.8%) yang berpengetahuan cukup dan sebanyak 17
responden (47.2%) yang berpengetahuan kurang. Pada kepatuhan diperoleh hasil
sebanyak 18 responden (50.0%) yang patuh dan sebanyak 18 responden (50.0%) yang
tidak patuh Berdasarkan hasil uji statistic Chi Square diperoleh nilai p = 0,000 (α < 0,05).
Simpulan penelitian ini ada hubungan pengetahuan dengan kepatuhan proses
perawatan luka diabetes melitus di RS TK II Pelamonia Makassar. Saran yang
dapat diberikan dari hasil penelelitian ini adalah untuk mewujudkan tercapainya
perawatan luka diabetik diperlukan adanya pengetahuan yang cukup disertai dengan
dukungan keluarga.

Kata Kunci : Pengetahuan, Perawatan luka, Diabetes Melitus


Daftar Pustaka : 35 (2014-2022)

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat

dan Taufiq-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

“Hubungan Pengetahuan Dengan Kepatuhan Proses Perawatan Luka Diabetes

Melitus Di RS TK II Pelamonia Makassar” sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Keperawatan.

Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua saya

yang telah meberikan semangat dan mendoakan saya sehingga skripsi ini dapat

saya selesaikan. Saya juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada Ibu Hj. Esse Puji Pawenrusi, SKM, M.Kes, selaku pembimbing I dan Andi

Wahyuni S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku pembimbing II yang telah banyak

memberikan bimbingan dan arahan dengan penuh keikhlasan dan kesabaran

dalam membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini hingga selesai. Ucapan

terima terima kasih tak lupa pula saya ucapkan kepada Bapak Andi Arnoli,

S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku penguji I dan Ibu Dewi Purnama Widasari,

S.Kep.,Ns.,M.Kes selaku penguji II yang telah memberikan masukan dan saran

sehingga skripsi ini dapat diselesaikan sesuai waktu yang ditentukan.

Demikian pula ucapan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada :

1. Andi Indri Damayanti Assad Lantara, SH, M.Adm, SDA. Selaku Ketua

Pelaksana Harian Yayasan pendidikan Makassar

2. Ibu Hj. Esse Puji Pawenrusi, SKM, M.Kes, selaku Ketua Sekolah Tinggi

Ilmu Kesehatan (STIK) Makassar

iv
3. Bapak Kolonel (CKM) dr. Krisna Murti, Sp.BS selaku Kepala Rumah Sakit

TK. II Pelamonia

4. Bapak Muhammad Sahlan Zamaa, S.Kep.,Ns.Sp, Kep.M.B sebagai Ketua

Program Studi S1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIK)

Makassar

5. Bapak dan Ibu dosen yang telah membimbing dan mengajar penulis selama

perkuliahan yang sangat berguna bagi penulis, serta staf akademik yang telah

banyak membantu.

6. Teman-teman terkhusus kelas Non Reguler Keperawatan Makassar yang

senantiasa membantu dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih banyak

kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis

mengharapkan saran dan kritikan yang bersifat membangun demi penyempurnaan

skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Makassar, September 2022


Penulis

Hallward Adrian Edmund M.

v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI................................................... ii

PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ......................................... iii

ABSTRAK .................................................................................................. iv

KATA PENGANTAR ............................................................................... v

DAFTAR ISI .............................................................................................. vii

DAFTAR TABEL ...................................................................................... ix

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. x

DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN ................................. xi

BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 1

A..Latar Belakang................................................................................. 1
B..Rumusan Masalah............................................................................ 6
C..Tujuan Penelitian.............................................................................. 6
D..Manfaat Penelitian............................................................................ 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................ 8

A..Tinjauan tentang Diabetes Melitus................................................... 8


B..Tinjauan tentang Pengetahuan.......................................................... 20
C..Tinjauan Tentang Kepatuhan........................................................... 24
D..Tabel Sintesa.................................................................................... 32

BAB III KERANGKA KONSEP.............................................................. 34

A..Dasar Pemikiran Variabel Penelitian............................................... 34


B..Pola Pikir Variabel penelitian........................................................... 34
C..Defenisi Operasional dan Kriteria Onjektif...................................... 34

BAB IV METODE PENELITIAN............................................................ 37

A..Jenis Penelitian................................................................................. 37
B..Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................... 37
C..Populasi dan Sampel........................................................................ 37
D..Pengumpulan Data........................................................................... 38
E.. Pengolahan Data............................................................................... 38

vi
F.. Analisis Data.................................................................................... 39
G..Etika Penelitian................................................................................. 40

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................... 44

A...Hasil Penelitian ............................................................................. 44


B...Pembahasan .................................................................................... 48

BAB VI PENUTUP ................................................................................... 51

A...Kesimpulan .................................................................................... 52
B...Saran .............................................................................................. 52

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vii
DAFTAR TABEL

No. Halaman

1.....Tabel Sintesa....................................................................................... 35

2.....Karakteristik Responden Berdasarkan Umur, Jenis Kelamin dan


pendidkan............................................................................................ 45

3.....Distribusi pengetahuan tentang proses perawatan luka diabetes


melitus pada penderita DM di RS TK II Pelamonia Makassar.......... 46

4.....Distribusi kepatuhan proses perawatan luka diabetes melitus di


RS TK II Pelamonia Makassar........................................................... 47

5.....Hubungan pengetahuan dengan kepatuhan proses perawatan luka


diabetes melitus di RS TK II Pelamonia Makassar............................ 47

viii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 2 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 3 : Kuisioner penelitian

Lampiran 4 : Hasil SPSS

Lampiran 5 : Surat Izin Meneliti Dari STIK Makassar

Lampiran 6 : Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian di RS TK. II

Pelamonia

Lampiran 7 : Dokumentasi Penelitian

Lampiran 8 : Master Tabel

ix
DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN

Lambang dan Singkatan Arti

% Persen

≥ Lebih dari atau sama dengan

< Kurang dari

ACTH Adrenocortocotropic Hormone

DM Diabetes Melitus

Ha Hipotesis Alternatif

HDL High Density Lipoprotein

Ho Hipotesis Nol

ICA Islet Cell Antibody

IDDM Insulin Dependent Diabetes Melitus

IDF International Diabetes Federation

IMT Indeks Massa Tubuh

LDL Low Density Lipoprotein

NIDDM Non Insulin Dependent Diabetes Melitus

RS Rumah Sakit

SMP Sekolah Mengah Atas

SMU Sekolah Menengah Umum

SPSS Statistical Product and Service Solution

WHO World Health Organization

x
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Luka Diabetes adalah komplikasi Diabetes yang membutuhkan

perawatan optimal di Rumah Sakit akibat ulkus, infeksi dan gangren yang

menyebabkan beban biaya yang berat bagi pasien dan keluarga serta pasien

dapat mengalami amputasi (Kirana et al., 2019). Setiap tahun lebih dari satu

juta orang penderita Diabetes kehilangan salah satu kakinya sebagai salah

satu komplikasi Diabetes, ini berarti bahwa setiap 30 detik satu tungkai hilang

karena Diabetes di suatu tempat di dunia. Dari semua amputasi tungkai

bawah 40-70% berkaitaan dengan Diabetes banyak insiden amputasi tungkai

bawah di perkirakan 5-25/100,000 orang/tahun sedangkan penderita Diabetes

jumlah penderita yang di amputasi sebanyak 6-8/1000 orang mayoritas

amputasi ini di dahului ulkus (Yuliani et al., 2019).

Menurut Notoatmodjo (2018) salah satu faktor yang dapat

mempengaruhi pengetahuan adalah informasi. Informasi DM bisa didapatkan

melalui edukasi DM. Edukasi DM merupakan salah satu bentuk empat pilar

penatalaksanaan DM yang bertujuan untuk memberikan informasi mengenai

DM agar dapat meningkatkan kemampuan pasien dalam mengelola

penyakitnya. Informasi minimal diberikan setelah diagnosis ditegakkan,

mencakup pengetahuan dasar tentang diabetes, penatalaksanaan DM,

pemantauan mandiri kadar gula darah, sebab-sebab tingginya kadar gula

darah dan lain-lain (Suyono, 2018).

1
Sebuah studi yang dilakukan oleh Sukmawati (2019) menemukan

bahwa bila glukosa darah tetap tinggi karena tidak terkontrol dengan baik

maka fungsi sel darah putih akan terganggu sehingga tidak mampu melawan

bakteri, juga terkait dengan masalah sirkulasi yang buruk. Seiring sirkulasi

melambat, sel darah merah bergerak lebih lambat. Hal ini membuat tubuh

lebih sulit mengantarkan nutrisi ke Luka. akibatnya luka sembuh perlahan,

atau mungkin tidak sembuh sama sekali. Kerusakan syaraf merupakan faktor

lain yang mempengaruhi penyembuhan luka. Gangguan berkeringat, kulit

kering dan retak, infeksi kuku dan kelainan bentuk kaki lebih sering di

temuken pada orang dengan Diabetes meningkatkan resiko infeksi bakteri.

Penyembuhan luka Diabetes yang lama juga akibat efek peredaran darah dan

neorologis Diabetes dengan komplikasi lain termasuk penyakit jantung, ginjal

dan masalah mata (Sukmawati et al., 2019).

Diabetes Mellitus merupakan penyakit metabolik yang berlangsung

kronik progresif, dengan manifestasi klinis gangguan metabolisme glukosa

dan lipid, disertai oleh komplikasi kronik penyempitan pembuluh darah,

akibat terjadinya kemunduran fungsi sampai dengan kerusakan organ – organ

tubuh. Pengetahuan tentang diabetes mellitus dan kepatuhan perawatan pada

luka diabetes sangat diperlukan bagi para pasien untuk kesembuhan,

mencegah infeksi dan diamputasi organ yang mengalami luka pada pasien

diabetes mellitus serta komplikasi yang tidak diharapkan.Tingkat

pengetahuan yang kurang dapat menyebabkan komplikasi dan keluhan yang

2
membahayakan bagi pasien, sehingga dapat menyebabkan kematian

(Sukmawati et al., 2019).

Penyakit diabetes melitus dibagi menjadi 2 tipe yaitu diabetes melitus

tipe 1 dan diabetes melitus tipe 2. Diabetes melitus 1 muncul ketika pankreas

sebagai pabrik insulin tidak dapat atau kurang mampu memproduksi insulin.

Akibatnya, insulin tubuh kurang atau tidak ada sama sekali. Gula menjadi

menumpuk dalam peredaran darah karena tidak dapat diangkut ke dalam sel.

Diabetes Melitus tipe I juga disebut Insulin Dependent Diabetes Melitus

(IDDM) karena pasien sangat bergantung pada insulin.

Diabetes melitus tipe 2 disebut juga sebagai Non Insulin Dependent

Diabetes Melitus (NIDDM) merupakan suatu penyakit akibat gangguan

metabolis yang disebabkan oleh ketidakmampuan tubuh menggunkan insulin

secara tepat. Diabetes tipe ini adalah jenis yang paling sering dijumpai.

Biasanya terjadi pada usia di atas 40 tahun, tetapi bisa pula timbul pada usia

di atas 20 tahun. Sekitar 90-95% penderita diabetes adalah tipe 2. Pada

diabetes tipe 2, pankreas masih bisa membuat insulin, tetapi kualitas

insulinnya buruk, tidak dapat berfungsi dengan baik sebagai kunci untuk

memasukkan gula ke dalam sel. Akibatnya, gula dalam darah meningkat.

Pasien biasanya tidak perlu tambahan suntikan insulin dalam pengobatannya,

tetapi memerlukan obat untuk memperbaiki fungsi insulin itu, menurunkan

gula, memperbaiki pengolahan gula di hati, dan lain-lain (Tandra, 2019).

WHO menunjukan terdapat 422 juta penderita Diabetes di Dunia, 1.6

juta meninggal setiap tahunnya. Angka morbiditas dan mortalitas meningkat,

3
khususnya populasi di negara dengan tingkat pendapatan rendah – menegah.

Selanjutnya, data menunjukan bahwa penyakit Diabetes menduduki tingkat

ke 3 dari 10 penyakit terbesar di Indonesia tahun 2018 (CDC). Sementara itu,

pada tahun 2019 beberapa provinsi masih berada pada capaian cakupan

pemberian pelayanan kesehatan sesuai standar kurang dari 85%. Menurut data,

persentase penderita Diabetes yang mendapatkan pelayanan Kesehatan sesuai

standar terendah yaitu Sulawesi Tengah (0.47%); dan yang tertinggi di

Provinsi Lampung yaitu 129% (Primadi, 2020).

Pada tahun 2018 wilayah Asia Tenggara dimana Indonesia berada,

menempati peringkat ke-3 dengan prevalensi sebesar 11,3%. Organisasi

International Diabetes Federation (IFD) juga memproyeksikan jumlah

penderita diabetes pada penduduk umur 20-79 tahun pada beberapa negara di

dunia yang telah mengindentifikasi 10 negara dengan jumlah penderita

tertinggi. Cina, India, dan Amerika Serikat menempati urutan tiga teratas

dengan jumlah penderita 116,4 juta, 77 juta, dan 31 juta. Indonesia berada di

peringkat ke-7 di antara 10 negara dengan jumlah penderita terbanyak, yaitu

sebesar 10,7 juta. Indonesia menjadi satu-satunya Negara di Asia tenggara

pada daftar tersebut, sehingga dapat diperkirakan besarnya kontribusi

Indonesia terhadap prevalensi kasus diabetes di Asia Tenggara (Kemenkes,

2018).

Berdasarkan laporan Provinsi Sulawesi Selatan, prevalensi diabetes

mellitus pada semua umur di Sulawesi Selatan yaitu 1,3%. kelompok umur

65–74 tahun (5.48%), berjenis kelamin perempuan (1,67%), pendidikan tamat

4
D1/D2/D3/PT (2,1%), pekerjaan sebagai PNS/TNI/Polri/BUMN/BUMD

(3,64%), dan tempat tinggal di perkotaan (1,71%). Sedangkan Makassar

prevalensi diabetes mellitus yaitu 1,73% (RISKESDAS, 2018).

Penderita DM memiliki potensi 15-25% mengalami ulkus kaki diabetik

selama hidup mereka, dengan tingkat kekambuhan 50% sampai 70%. Hal ini

disebabkan karena penderita diabetes mellitus rentan terkena infeksi yang erat

hubungannya dengan perkembangbiakkan kuman pada lingkungan dengan

kadar glukosa yang tinggi (Suyono, 2018).

Ulkus diabetik merupakan komplikasi dari penyakit diabetes mellitus

yang disebabkan karena kerusakan jaringan nekrosis oleh emboli

pembuluh darah besar arteri pada bagian tubuh sehingga suplai darah terhenti.

Ulkus diabetik biasanya muncul di daerah kaki dalam bentuk luka terbuka

yang diikuti kematian jaringan setempat dengan tingkat kejadian per tahun

1% sampai 4% dan memilki risiko 15% sampai 25% seumur hidup

(Kirana dkk, 2019).

Faktor risiko terjadinya komplikasi bukan hanya faktor diabetes

mellitus saja, tetapi adanya faktor penyerta lain seperti umur, jenis kelamin,

gaya hidup termasuk di dalamnya adalah aktivitas fisik, kolesterol, hipertensi,

obesitas, lama menderita diabetes mellitus, dan lain-lain (Yuliani dkk, 2014).

Berdasarkan data yang diperoleh di Rumah Sakit Pelamonia TK.II

Makassar pada bulan Maret sampai Mei 2022, diperoleh sebanyak 86 kasus

diabetes melitus dengan rincian sebanyak 36 pasien diabetes melitus yang

5
disertai dengan komplikasi ulkus diabetik dan 50 pasien yang tanpa disertai

dengan ulkus diabetik.

Tingginya angka kejadian ulkus diabetik di Indonesia, sehingga

menarik perhatian beberapa peneliti melakukan penelitian untuk mengetahui

faktor penyebabnya, diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Samidah

(2018) dengan hasil penelitiannya mengatakan bahwa ada hubungan yang

signifikan antara usia berisiko, lamanya menderita diabetes dan perawatan

kaki dengan kejadian ulkus diabetik. Penelitian yang kedua yang dilakukan

oleh Kirana (2019) dengan hasil penelitiannya mengatakan bahwa usia, jenis

kelamin, lama menderita DM, riwayat ganggren, kebiasan menggunakan

alas kaki dan kebiasaan memotong kuku mempunyai hubungan dengan

kejadian ulkus diabetik. Penelitian yang ketiga yang dilakukan oleh (Roza

et al., 2019) dengan hasil penelitiannya mengatakan bahwa lama menderita

DM, neuropati, Peripheral Arterial Desease, riwayat trauma dan perawatan

kaki mempunyai hubungan dengan kejadian ulkus diabetik.

Diantara ketiga hasil studi tersebut belum ada yang meneliti terkait

hubungan pengetahuan dengan kepatuhan proses perawatan luka diabetes

mellitus. Untuk mengisi kesenjangan tersebut, maka peneliti akan

melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Pengetahuan dengan

Kepatuhan Proses Perawatan Luka Diabetes Mellitus Di RS TK II Pelamonia

Makassar”.

6
B. Rumusan Masalah

Berdasarakan latar belakang diatas, penulis menetapkan permasalahannya

sebagai berikut : “Bagaimanakah Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan

Proses Perawatan Luka Diabetes Mellitus Di RS TK II Pelamonia

Makassar?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahuinya hubungan pengetahuan dengan kepatuhan proses perawatan

luka diabetes mellitus di RS TK II Pelamonia Makassar.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya Pengetahuan perawatan luka Diabetes Mellitus pada

penderita DM.

b. Diketahuinya Kepatuhan Proses Perawatan Luka Diabetes Mellitus.

c. Diketahuinya Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Proses

Perawatan Luka Diabetes Mellitus Di RS TK II Pelamonia Makassar.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Ilmiah

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber ilmu pengetahuan dan

sebagai bahan acuan dalam penelitian selanjutnya.

2. Manfaat Institusi

Penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi institusi terkait sebagai

salah satu sumber informasi untuk pengembangan ilmu pengetahuan

khususnya di kompetensi perawatan luka.

7
3. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan informasi mengenai

Hubungan Pengetahuan Dengan Kepatuhan Proses Perawatan Luka

Diabetes Mellitus.

4. Manfaat Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat

khususnya untuk proses perawatan luka Diabetes Mellitus.

8
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan tentang Diabetes Melitus

1. Definisi Diabetes Melitus

Berbagai sumber referensi baik dari buku maupun dari jurnal yang

menjelaskan tentang definisi Diabetes Melitus antara lain menurut

AmericanDiabetes Association (ADA) yang menjelaskan bahwa Diabetes

Melitus adalah penyakit yang sumber penyebabnya akibat gangguan

metabolik dan dapat ditangani melalui penstabilan atau pengontrolan

kadar glukosa darah pada batas nilai rujukan yang normal (Laili dkk, 2019)

Diabetes Melitus yaitu suatu kelompok penyakit yang memiliki

karakterisik khusus dengan kadar glukosa dalam darah melebihi batas normal

yang diakibatkan oleh defisiensi insulin dalam tubuh (Hasdianah, 2019).

Diabetes Melitus juga didefinisikan sebagai suatu penyakit tidak menular

yang ditandai adanyamasalah dalam metabolisme karbohidrat,lemak dan

protein sehingga menyebabkan terjadinya peningkatan kadargula yang

diakibatkan oleh kerusakan sintesis pada sel beta pankreas.

2. Klasifikasi Diabetes Melitus

Adapun klasifikasi penyakit Diabetes Melitus yang disebutkan dari

berbagai referensi yaitu:

9
a. Diabetes Melitus Tipe I

Muncul penyakit Diabetes Melitus tipe I diawali ketika pankreas sebagai

pabrik insulin tidak dapat atau kurang mampu memproduksi insulin.

Akibatnya, insulin tubuh kurang atau tidak ada sama sekali. Gula menjadi

menumpuk dalam peredaran darah karena tidak dapat diangkut ke dalam sel.

Diabetes Melitus tipe I juga disebut Insulin Dependent Diabetes Melitus

(IDDM) karena pasien sangat bergantung pada insulin. Pasien memerlukan

suntikan insulin setiap hari untuk mencukupi kebutuhan insulin dalam tubuh.

Diabetes Melitus tipe I disebut juga sebagai penyakit autoimun, yaitu

penyakit yang disebabkan oleh gangguan sistem imun atau kekebalan tubuh

pasien dan mengakibatkan rusaknya sel pankreas. Teori lain juga

menyebutkan bahwa kerusakan pankreas akibat pengaruh genetik (keturunan),

infeksi virus, atau malnutrisi.

b. Diabetes Melitus Tipe II

Penyakit Diabetes Melitus tipe II atau Non Insulin Dependent Diabetes

Melitus (NIDDM) merupakan suatu penyakit akibat gangguan metabolis yang

disebabkan oleh ketidakmampuan tubuh menggunkan insulin secara tepat.

Penyakit yang tergolong Non Insulin Dependent Diabetes Melitus jenis

inilah yang paling banyak terjadi pada usia > 40 tahun, tetapi dapat pula

dijumpai pada usia di atas 20 tahun. Sekitar 90%-95% penderita diabetes

adalah tipe 2. Pada diabetes tipe 2, organ pankreas masih bisa membuat insulin,

tetapi kualitas insulinnya sudah mulai memburuk, tidak dapat berfungsi

dengan baik sebagai kunci untuk mengantarkan gula ke dalam sel. Akibatnya,

10
gula dalam darah meningkat, pasien biasanya tidak perlu tambahan suntikan

insulin dalam pengobatannya, tetapi memerlukan obat untuk memperbaiki

fungsi insulin, menurunkan gula darah dan memperbaiki pengolahan gula di

hati.

Masalah lain yang dapat terjadi pada diabetes tipe 2 adalah sel-sel

jaringan tubuh dan otot pasien tidak peka atau sudah resisten terhadap insulin

(dinamakan resistensi insulin atau insulin resistance) sehingga gula tidak

dapat masuk ke dalam sel dan akhirnya tertimbun dalam peredaran darah.

Keadaan ini umumnya terjadi pada pasien yang gemuk atau mengalami

obesitas (Suyono, 2018).

c. Diabetes Gestasional

Diabetes yang muncul hanya pada saat hamil disebut diabetes tipe

gestasi atau gestational diabetes. Keadaan ini terjadi karena pembentukan

beberapa hormon pada ibu hamil yang menyebabkan resistensi insulin.

Diabetes semacam ini biasanya baru diketahui setelah kehamilan bulan

keempat ke atas, kebanyakan pada trimester ketiga (tiga bulan terakhir

kehamilan).

d. Diabetes Jenis Lainnya

Ada pula diabetes yang tidak termasuk dalam kelompok di atas yaitu

diabetes sekunder atau akibat dari penyakit lain, yang mengganggu produksi

insulin atau memengaruhi kerja insulin. Penyebab diabetes macam ini adalah

Radang pankreas (pankreatitis). Gangguan kelenjar adrenal atau hipofisis.

11
Peran hormon kortikosteroid. pemakaian beberapa obat antihipertensi atau

antikolesterol, malnutrisi, dan infeksi (Tandra, 2019).

3. Faktor Penyebab Diabetes Melitus

Adapun faktor penyebab terjadinya penyakit Diabetes Melitus antara

lain adalah:

a. Faktor keturunan (genetik)

Memiliki keluarga yang berstatus penyandang DM tipe II, akan memiliki

risiko menderita DM sebesar 15.0% dan risiko mengalami intoleransi glukosa

yaitu ketidakmampuan dalam memetabolisme karbohidrat secara normal

sebesar 30.0%. Faktor genetik dapat langsung mempengaruhi sel beta dan

mengubah kemampuannya untuk mengenali dan menyebarkan rangsang

sekretoris insulin. Keadaan ini meningkatkan kerentanan individu tersebut

terhadap faktor lingkungan yang dapat mengubah integritas dan fungsi sel beta

pankreas. Secara genetik risiko DM tipe II meningkat pada saudara kembar

monozigotik seorang DM tipe II, ibu dari neonatus yang beratnya lebih dari 4

Kg, individu dengan gen obesitas, ras atau etnis tertentu yang mempunyai

insiden tinggi terhadap Diabetes Melitus.

b. Pola Makan

Makan secara berlebihan dan melebihi jumlah kadar kalori yang

dibutuhkan oleh tubuh dapat memacu timbulnya Diabetes Melitus. Komsumsi

makanan yang berlebihan dan tidak diimbangi sekresi insulin dalam jumlah

yang memadai dapat menyebabkan kadar gula dalam darah meningkat dan

pastinya akan menyebabkan Diabetes Melitus (Hasdianah, 2019).

12
c. Obesitas

Obesitas menyebabkan berkurangnya jumlah reseptor insulin yang dapat

bekerja di dalam sel pada otot skeletal dan jaringan lemak. Hal ini dinamakan

resistensi insulin perifer. obesitas juga merusak kemampuan sel beta untuk

melepas insulin saat terjadi peningkatan glukosa. Kenaikan berat badan yang

melebihi batas normal akan menyebabkan respons sel beta pankreas terhadap

peningkatan glukosa darah berkurang, selain itu reseptor insulin pada sel di

seluruh tubuh termasuk di otot berkurang jumlah dan keaktifannya (kurang

sensitif).

d. Usia

Umur atau usia seseorang menjadi salah satu pemicu terjadinya DM tipe

II khususnya usia >30 tahun, hal ini karena adanya perubahan anatomis,

fisiologis dan biokimia. Perubahan dimulai dari tingkat sel, kemudian

berlanjut pada tingkat jaringan dan akhirnya pada tingkat organ yang dapat

mempengaruhi homeostasis. Setelah seseorang mencapai umur 30 tahun, maka

kadar glukosa darah naik 1.0-2.0 % tiap tahun saat puasa dan akan naik 6.0-

13.0% pada 2 jam setelah makan, berdasarkan hal tersebut, umur merupakan

faktor utama terjadinya gangguan toleransi glukosa.

e. Aktivitas fisik

Kurangnya aktivitas fisik menyebabkan resistensi insulin pada DM tipe

II. Menurut Ketua Indonesian Diabetes Association menyatakan bahwa DM

13
tipe II selain faktor genetik, juga bisa dipicu oleh lingkungan yang

menyebabkan perubahan gaya hidup tidak sehat, seperti makan berlebihan

(berlemak dan kurang serat), kurang aktivitas fisik, stres. DM tipe II

sebenarnya dapat dikendalikan atau dicegah terjadinya melalui gaya hidup

sehat, seperti makanan sehat dan aktivitas fisik teratur.

f. Kadar kolesterol

Kolesterol yang melebihi nilai rujukan erat kaitannya dengan obesitas

dan DM tipe II. Kurang lebih 38.0% pasien dengan BMI 27 adalah penderita

hiperkolesterolemia. Pada kondisi ini, perbandingan antara HDL (High

Density Lipoprotein) dengan LDL (Low Density Lipoprotein) cenderung

menurun (dimana kadar trigliserida secara umum meningkat) sehingga

memperbesar risiko atherogenesis. Salah satu mekanisme yang diduga

menjadi predisposisi diabetes tipe II adalah terjadinya pelepasan asam lemak

bebas secara cepat yang berasal dari suatu lemak visceral yang membesar.

Proses ini menerangkan terjadinya sirkulasi tingkat tinggi dari asam lemak

bebas di hati, sehingga kemampuan hati untuk mengikat dan mengekstrak

insulin dari darah menjadi berkurang. Hal ini dapat mengakibatkan

hiperinsulinemia.

g. Stres

Stres dapat memicu reaksi biokimia tubuh melalui 2 jalur, yaitu neural

dan neuroendokrin. Reaksi pertama respon stres yaitu sekresi sistem saraf

simpatis untuk mengeluarkan norepinefrin yang menyebabkan peningkatan

frekuensi jantung. Kondisi ini menyebabkan glukosa darah meningkat guna

14
sumber energi untuk perfusi. Bila stres menetap akan melibatkan hipotalamus-

pituitari. Hipotalamus mensekresi corticotropin-releasing factor, yang

menstimulasi pituitari anterior untuk memproduksi Adrenocortocotropic

Hormone (ACTH) kemudian ACTH menstimulasi pituitari anterior untuk

memproduksi glukokortikoid, terutama kortisol. Peningkatan kortisol

mempengaruhi peningkatan glukosa darah melalui glukoneogenesis,

katabolisme protein dan lemak.

h. Riwayat diabetes gestasional

Para wanita yang mempunyai riwayat diabetes gestasional mempunyai

risiko untuk menderita DM tipe II. DM tipe ini terjadi ketika ibu hami,l gagal

mempertahankan euglikemia (kadar glukosa darah normal). Faktor resiko DM

gestasional adalah riwayat keluarga dan obesitas. DM tipe ini dijumpai pada 2-

5 populasi ibu hamil. Biasanya gula darah akan kembali normal setelah

melahirkan, namun resiko ibu untuk mendapatkan DM tipe II di kemudian

hari cukup besar (Tandra, 2019).

4. Patofisiologi

Tubuh memerlukan bahan untuk membentuk sel baru dan mengganti sel

yang rusak. Di samping itu tubuh juga memerlukan energi supaya sel badan

dapat berfungsi dengan baik. Pada manusia bahan bakar itu berasal dari bahan

makanan yang kita makan setiap hari, yang terdiri dan karbohidrat (gula dan

tepung), protein (asam amino) dan lemak (asam lemak). Pengolahan bahan

makanan dimulai di mulut kemudian ke lambung dan selanjutnya ke usus. Di

dalam saluran pencernaan itu makanan dipecah menjadi bahan dasar dari

15
makanan itu. Karbohidrat menjadi glukosa, protein menjadi asam amino dan

lemak menjadi asam lemak. Ketiga zat makanan itu akan diserap oleh usus

kemudian masuk ke dalam pembuluh darah dan diedarkan ke seluruh tubuh

untuk dipergunakan oleh organ di dalam tubuh sebagai bahan bakar. Supaya

dapat berfungsi sebagai bahan bakar zat makanan itu harus masuk dulu ke

dalam sel supaya dapat diolah (Suyono, 2018).

Pada sel, zat makanan terutama glukosa dibakar melalui proses kimia

yang rumit, yang hasil akhimya adalah timbulnya energi. Proses ini disebut

metabolisme. Dalam proses metabolisme itu insulin memegang peran yang

sangat penting yaitu bertugas memasukkan glukosa ke dalam sel, untuk

selanjutnya dapat digunakan sebagai bahan bakar. Insulin ini adalah hormon

yang dikeluarkan oleh sel beta di pankreas. Dalam keadaan normal artinya

kadar insulin cukup dan sensitif, insulin akan ditangkap oleh reseptor insulin

yang ada pada permukaan sel otot, kemudian membuka pintu masuk sel

hingga glukosa dapat masuk sel untuk kemudian dibakar menjadi energi

tenaga. Akibatnya kadar glukosa dalam darah normal. Pada diabetes dimana

didapatkan jumlah insulin yang kurang atau pada keadaan kualitas insulinnya

tidak baik (resitensi insulin), meskipun insulin ada dan reseptor juga ada, tapi

karena ada kelainan di dalam sel itu sendiri pintu masuk sel tetap tidak dapat

terbuka tetap tertutup hingga glukosa tidak dapat masuk sel untuk dibakar

(dimetabolisme), akibatnya glukosa tetap berada di luar sel, hingga kadar

glukosa dalam darah meningkat.

16
Seseorang yang rentan terhadap diabetes tipe I, ditemukan adanya ICA

(Islet Cell Antibody) yang meningkat kadarnya oleh karena beberapa faktor

pencetus seperti infeksi virus, virus tetangga, rubella, herpes dan lainnya

hingga timbul peradangan sel beta (insulitis) yang akhirnya menyebabkan

kerusakan sel beta permanen. Bagian yang diserang pada insulitis itu hanya sel

beta, biasanya sel alfa dan delta tetap utuh.

Patogehesis penyakit Diabetes Melitus tipe II ditandai dengan adanya

resistensi insulin perifer, gangguan “Hepatic Glucose Production (HGP)”, dan

penurunan fungsi cell β, yang akhirnya akan menuju ke kerusakan total sel β.

Pada stadium prediabetes mula timbul resistensi insulin yang kemudian

disusul oleh peningkatan sekresi insulin untuk mengkompensasi resistensi

insulin itu agar kadar glukosa darah tetap normal. Lama kelamaan sel beta

akan tidak sanggup lagi mengkompensasi resistensi insulin hingga kadar

glukosa darah meningkat dan fungsi sel beta makin menurun. Saat itulah

diagnosis diabetes ditegakkan (Suyono, 2018).

5. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala yang dapat ditemukan pada penyandang Diabetes

Melitus antara lain adalah :

a. Peningkatan kadar glukosa (hiperglikemia)

b. Kadar glukosa yang berlebihan dalam waktu yang lama akan menyebabkan

glukosuria dan selanjutnya akan menjadi diuresisosmotic yaitu peningkatan

produksi urin (poliuria) dan timbul rasa haus (polidipsia).

c. Banyak makan karena sering merasa lapar (polifagia), penurunan berat badan.

17
d. Rasa kesemuatan khususnya pada bagian ekstermitas, gatal, mata kabur,

mudah lelah dan impotensi (Magee, 2017).

6. Diagnosis Diabetes Melitus

Untuk mengetahui adanya diabetes mellitus, maka perlu dilakukan

pemeriksaan gula darah (Damayanti, 2017). Kriteria diagnostik diabetes dapat

dilihat sebagai berikut :

Tabel 1
Kriteria diagnostik diabetes
Kadar Glukosa Nilai Normal
Glukosa darah sewaktu (mg/dL) <200mg/dL
GDP (mg/dL) <100mg/dL
Glukosa darah 2 jam Postprandial <140mg/dL
Sumber : (Kemenkes, 2018).

7. Komplikasi Diabetes Melitus

Komplikasi Diabetes Melitus diklasifikasikan menjadi 2 kelompok besar,

yaitu :

a. Komplikasi Akut

Terjadi akibat ketidakseimbangan akut kadar glukosa darah, yaitu :

hipoglikemia, diabetic ketoasidosis dan hiperglikemia. Hipoglikemia secara

harfiah berarti kadar glukosa darah di bawah normal. Hipoglikemia

merupakan komplikasi akut diabetes melitus yang dapat terjadi secara

berulang dan dapat memperberat penyakit diabetes bahkan menyebabkan

kematian. Hipoglikemia diabetik (insulin reaction) terjadi karena peningkatan

insulin dalam darah dan penurunan kadar glukosa darah yang diakibatkan oleh

terapi insulin yang tidak adekuat.

18
b. Komplikasi Kronik

Bentuk komplikasi kronik yang dapat terjadi pada pasien Diabetes

Melitus antara lain adalah komplikasi makrovaskuler, mikrovaskuler dan

neuropati (Damayanti, 2019).

8. Diet Nutrisi Diabetes Melitus

Penyakit diabetes melitus merupakan salah satu penyakit serius yang

bisa mengancam jiwa. Penyakit ini bahkan termasuk ke dalam golongan

penyakit silent killer karena banyak penderitanya yang tak menyadari jika

tengah mengidap diabetes melitus hingga akhirnya menyebabkan kematian

(Nusdin, 2020).

Olehnya itu, penderita dibiates mellitus sangat dianjurkan untuk

menjaga pola makan dengan benar. Kesalahan dalam mengonsumsi makanan

tertentu akan memberikan dampak pada peningkatkan kadar gula darah.

Terapi diet nutrisi untuk penyakit diabetes melitus merupakan

rancangan pola makan sehat dalam porsi secukupnya dan mengacu pada

jadwal makan rutin untuk membantu mengontrol gula darah bagi penderita

diabetes mellitus. Kunci kesuksesan penderita diabetes mellitus dalam

menjalankan terapi nutrisi medis sangat dipengaruhi oleh keterlibatan secara

menyeluruh dari anggota tim yang terdiri dari dokter, ahli gizi, petugas

kesehatan yang lain serta pasien dan keluarganya (Nusdin, 2020).

Penyediaan nutrisi untuk dikomsumsi bagi penderita diabetes mellitus

pada prinsipnya tidak jauh berbeda dengan penyediaan nutrisi untuk

dikomsumsi bagi masyyarakat umum, hanya saja pada penderita diabetes

19
mellitus perlu diberikan penekanan mengenai pentingnya menerapkan

kedisiplinan dalam hal keteraturan jadwal makan, jenis dan jumlah

kandungan kalori, terutama pada penderita diabetes melitus yang

mendapatkan obat dari dokter seperti insulin atau obat lain yang dapat

meningkatkan sekresi insulin (Nusdin, 2020).

Adapun komposisi makanan yang dianjurkan untuk penderita diabetes

mellitus adalah sebagai berikut :

a. Karbohidrat

Jenis Nutrisi Komposisi yang dianjurkan

1. American Diabetes Association menyarankan


karbohidrat untuk penderita diabetes yang aman
dikonsumsi adalah sekitar 45-60 gram per kali makan,
atau sebesar 135-180 gram karbohidrat per hari terutama
karbohidrat yyang berserat tinggi. Diet rendah
karbohidrat penting dalam mengontrol kadar gula darah.
2. Glukosa dalam bumbu diperbolehkan sehingga
penyandang diabetes dapat makan sama dengan makanan
Karbohidrat keluarga yang lain.
3. Sukrosa tidak boleh lebih dari 5% total asupan
energi.
4. Pemanis alternatif dapat digunakan sebagai
pengganti glukosa, asal tidak melebihi batas aman
konsumsi harian.
5. Dianjurkan makan tiga kali sehari dan bila perlu dapat
diberikan makanan selingan seperti buah atau makanan
lain sebagai bagian dari kebutuhan kalori sehari.

20
b. Lemak

Jenis Nutrisi Komposisi yang dianjurkan

1. Asupan lemak dianjurkan sekitar 20-25% kebutuhan


kalori, dan tidak diperkenankan melebihi 30%
total asupan energi.
2. Komposisi lemak yang dianjurkan :
a. Lemak jenuh < 7 % kebutuhan kalori.
Lemak b. lemak tidak jenuh ganda < 10 %.
c. selebihnya dari lemak tidak jenuh tunggal
3. Bahan makanan yang perlu dibatasi adalah yang
banyak mengandung lemak jenuh dan lemak trans
antara lain: daging berlemak dan susu fullcream.
4. Konsumsi kolesterol dianjurkan < 200 mg/hari.

c. Protein

Jenis Nutrisi Komposisi yang dianjurkan

1. Kebutuhan protein sebesar 10–20% total asupan energi.


2. Sumber protein yang baik adalah ikan, udang, cumi,
daging tanpa lemak, ayam tanpa kulit, produk susu
Protein rendah lemak, kacang-kacangan, tahu dan tempe.
3. Pada pasien dengan nefropati diabetik perlu
penurunan asupan protein menjadi 0,8 g/kg BB
perhari atau 10% dari kebutuhan energi, dengan 65%
diantaranya bernilai biologik tinggi. Kecuali pada
penderita DM yang sudah menjalani hemodialisis

21
asupan protein menjadi 1-1,2 g/kg BB perhari.

Sumber : (Nusdin, 2020)

9. Pencegahan Diabetes Melitus

Kunci utama pencegahan diabetes terletak pada tiga permasalahan yang

saling berkaitan, antara lain :

a. Pengendalian berat badan

b. Aktif olahraga

c. Makan makanan sehat

Bentuk pengendalian ini dilakukan dengan menurunkan berat badan

sedikit (5-7% dari total berat) disertai dengan 30 menit kegiatan fisik olahraga

5 hari per minggu, sambil makan secukupnya yang sehat. Selain itu, untuk

identifikasi diri terhadap risiko diabetes, maka setiap orang mulai berusia 45

tahun, terutama yang berat badan lebih, seharusnya uji diabetes.

Pencegahan komprehensif penyakit Diabetes Melitus sepenuhnya

meliputi antara lain :

a. Pencegahan premordial kepada masyarakat yang sehat, untuk berperilaku

positif mendukung kesehatan umum dan upaya menghindarkan diri dari risiko

diabetes melitus. Misalnya, berperilaku hidup sehat, tidak merokok, makanan

bergizi dan seimbang, ataupun bisa diet, diri terhadap makanan tertentu atau

kegiatan jasmani yang memadai.

22
b. Promosi kesehatan ditujukan pada kelompok berisiko, untuk mengurangi atau

menghilangkan risiko yang ada. Dapat dilakukan penyuluhan dan penambahan

ilmu terhadap masyarakat.

c. Pencegahan khusus ditujukan kepada mereka yang mempunyai risiko tinggi

untuk melakukan pemeriksaan atau upaya sehingga tidak jatuh ke diabetes

melitus. Upaya ini dapat berbentuk konsultasi gizi/dietetik.

d. Diagnosis awal dapat dilakukan dengan penyaringan (screening), yakni

pemeriksaan kadar gula darah kelompok risiko. Pada dasarnya Diabetes

Melitus mudah didiagnosis, dengan bantuan pemeriksaan sederhana, terlebih

dengan teknologi canggih. Hanya saja keinginan masyarakat untuk memeriksa

dini dan aksesibilitas yang rendah (pelayanan yang tersedia masih kurang dan

belum mudah didapatkan oleh masyarakat).

e. Pengobatan yang tepat dikenal berbagai macam upaya dan pendekatan

pengobatan terdapat penderita untuk tidak jatuh ke diabetes melitus yang lebih

berat atau komplikasi.

f. Disability limitation (pembatasan kecacatan) yang ditujukan kepada upaya

maksimal mengatasi dampak komplikasi Diabetes Melitus sehingga tidak

menjadi lebih berat.

g. Rehabilitasi, sosial maupun medis (Putri & Isfandiari, 2019)

10. Pengobatan Diabetes Melitus

Terapi bagi penyandang DM diberikan sesuai dengan peranan obat itu

sendiri meliputi :

23
a. Kategori obat yang meberikan stimulus sel beta untuk memproduksi insulin

(insulin secretagogue), contohnya noporavid, lantus dan sansulin.

b. Kelompok obat yang fungsi utamanya bekerja di perifer, bagian otot dan

lemak dan dapat mensensitifkan otot, contohnya Metformin.

Kelompok obat yang berfungsi mencegah terjadinya penyerapan

glukosa di usus dengan menghambat kerja enzim alpha glucosidase, misalnya

Acar Bosein (Lathifah, 2019).

B. Tinjauan Tentang Pengetahuan

1. Pengertian

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi

melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar, pengetahuan mahanusia

diperoleh dari mata dan telinga (Notoatmodjo, 2018). Pengetahuan adalah

hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya .

Pengetahuan tiap orang akan berbeda-beda tergantung dari bagaimana

penginderaannya masing-masing terhadap objek atau sesuat (Imas M,

2018). Pengetahuan adalah suatu hasil tau dari manusia atas penggabungan

atau kerjasama antara suatu subyek yang mengetahui dan objek yang

diketahui. Segenap apa yang diketahui tentang sesuatu objek tertentu

(Rahayu et al., 2018). Dapat disimpulkan bahwan pegetahuan adalah hasil

24
pandangan atau pembelajaran yang di dapatkan oleh seseorang sehingga

seseorang itu tahu sesuatu yang sebelumnya belum pernah di ketahui.

2. Tingkatan Pengetahuan

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai recall atau memanggil memori yang


telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu yang spesifik dan
seluruh bahan yang telah dipelajari atau rangsangan yang telah
diterima. Tahu disisni merupakan tingkatan yang paling rendah. Kata

kerja yang digunakan untuk mengukur orang yang tahu tentang apa
yang dipelajari yaitu dapat menyebutkan, menguraikan,
mengidentifikasi, menyatakan dan sebagainya (Imas M, 2018).
b. Memahami (Comprehention)
Memahami suatu objek bukan hanya sekedar tahu terhadap
objek tersebut, dan juga tidak sekedar menyebutkan, tetapi orang
tersebut dapat menginterpretasikan secara benar tentang objek yang
diketahuinya. Orang yang telah memahami objek dan materi harus
dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menarik kesimpulan,
meramalkan terhadap suatu objek yang dipelajari (Imas M, 2018).
c. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek
yang dimaksud dapat menggunakan ataupun mengaplikasikan prinsip
yang diketahui tersebut pada situasi atau kondisi yang lain. Aplikasi
juga diartikan aplikasi atau penggunaan hukum, rumus, metode,
prinsip, rencana program dalam situasi yang lain (Imas M, 2018).
d. Analisis (Analysis)

25
Analisis adalah kemampuan seseorang dalam menjabarkan atau
memisahkan, lalu kemudian mencari hubungan antara komponen
komponen dalam suatu objek atau masalah yang diketahui. Indikasi
bahwa pengetahuan seseorang telah sampai pada tingkatan ini adalah
jika orang tersebut dapat membedakan, memisahkan,
mengelompokkan, membuat bagan (diagram) terhadap pengetahuan

objek tersebut (Imas M, 2018).


e. Sintesis (Synthesis)
Sintesis merupakan kemampuan seseorang dalam merangkum
atau meletakkan dalam suatu hubungan yang logis dari komponen
pengetahuan yang sudah dimilikinya. Dengan kata lain suatu
kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang sudah
ada sebelumnya (Imas M, 2018).
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi merupakan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian berdasarkan
suatukriteria yang ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku
dimasyarakat (Imas M, 2018).
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut (Wawan & M, 2018) factor-faktor yang mempengaruhi
pengetahuan adalah sebagai berikut :
a. Pendidikan

Pendidikan merupakan bimbingan yang diberikan seseorang


terhadap perkembangan orang lain menuju impian atau cita-cita
tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi
kehidupan agar tercapai keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan

26
diperlukan untuk mendapatkan informasi berupa hal hal yang
menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup.
Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku
akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap berpesan
serta dalam pembangunan pada umumnya makin tinggi pendidikan
seseorang maka semakin mudah menerima informasi.

b. Pekerjaan
Pekerjaan adalah suatu keburukan yang harus dilakukan demi
menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarganya. Pekerjaan tidak
diartikan sebagai sumber kesenangan, akan tetapi merupakan cara
mencari nafkah yang membosankan, berulang, dan memiliki banyak
tantangan. Sedangkan bekerja merupakan kagiatan yang menyita
waktu.
c. Umur
Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan
sampai berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan
kekuatan seseorang akan lebih matangdalam berfikir dan bekerja. Dari
segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa dipercaya
dari orang yang belum tinggi kedewasaannya.
d. Faktor Lingkungan
Lingkungan ialah seluruh kondisi yang ada sekitar manusia dan

pengaruhnya dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku

individu atau kelompok. Lingkungan merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi pengetahuan seseorang. Lingkungan memberikan

pengaruh pertama bagi seseorang, di mana seseorang dapat

27
mempelajari hal-hal yang baik dan juga hal-hal yang buruk tergantung

pada sifat kelompoknya.

e. Sosial Budaya

Perkembangan dan perubahan pada masyarakat yang

mengarah pada suatu dinamika sosial berawal dari masyarakat tersebut

melakukan sebuah komunikasi dengan masyarakat lainnya, mereka

membina hubungan baik itu secara kelompok ataupun perorangan.

Namun sebelum hubungan bisa terjadi perlu ada proses berkaitan

dengan nilai-nilai sosial budaya dalam masyarakat. Dengan

masyarakat yang melihat nilai-nilai yang berkaitan dengan sosial dan

budaya masyarakat lain hubungan nisa akan terbentuk. Maka bisa

diartikan bahwa proses sosial merupakan sebagai pengaruh timbal

balik antara semua segi kehidupan bersama dan sistem sosial budaya

pada masyarakat dapat memberikan pengaruh dari sikap dalam

menerima informasi.

4. Pengukuran Tingkat Pengetahuan

Diinterpretasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu :

a) Baik

Bila subyek mampu menjawab dengan benar 76% - 100% dari seluruh

pertanyaan

b) Cukup

Bila mampu menjawab dengan benar 56% - 75% dari seluruh

pertanyaan

28
c) Kurang

Bila subyek mampu menjawab dengan benar 0% - 55% dari seluruh

pertanyaan.

C. Tinjauan Tentang Kepatuhan Perawatan Luka Diabetes Mellitus

1. Kepatuhan

a. Definisi

Patuh adalah sikap positif individu yang ditunjukkan dengan

adanya perubahan secara berarti sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.

Menurut Haynes dan Sacket Kepatuhan adalah sejauh mana perilaku

seseorang sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh professional

kesehatan. Perilaku yang disiplin merupakan perilaku yang taat dan

patuh dalam peraturan. Kepatuhan merupakan suatu tahap awal

perilaku, maka semua faktor yang mendukung atau mempengaruhi

perilaku juga akan mempengaruhi kepatuhan (Haynes et al., 2019).

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Seseorang

Menurut Gibson (2018) ada tiga faktor yang mempengaruhi

kepatuhan seseorang yaitu :

1) Faktor individu

Faktor individu merupakan faktor yang memiliki dampak

langsung pada kinerja seseorang. Hal ini didukung oleh

29
Gibson, yang menyatakan bahwa variabel individu dikelompokkan

pada sub variabel kemampuan dan keterampilan, latar belakang dan

demografi. Variabel kemampuan dan keterampilan meliputi: fisik,

mental (EQ) dan intelegensi (IQ). Sub variabel kemampuan dan

keterampialan merupakan faktor utama yang mempengaruhi perilaku

dan individu. Sub variabel demografi mempunyai efek tidak langsung

pada perilaku dan kinerja individu. Karakteristik demografi meliputi

usia, jenis kelamin, latar belakang pendidikan, masa kerja dan status

perkawinan.

a) Usia

Usia berkaitan dengan kematangan, kedewasaan, dan

kemampuan seseorang dalam bekerja. Semakin bertambah usia

semakin mampu menunjukkan kematangan jiwa dan semakin tepat

berfikir rasional, mampu untuk menentukan keputusan, semakin

bijaksana, mampu mengontrol emosi, taat terhadap aturan dan

norma dan komitmen terhadap pekerjaan. Seseoarang yang

semakin bertambah usia, akan semakin terlihat berpengalaman,

pengambilan keputusan dengan penuh pertimbangan, bijaksana,

mampu mengendalikan emosi dan mempunyai etika kerja yang

kuat dan komitmen terhadap mutu.

b) Jenis Kelamin

Jenis kelamin kali-laki dan perempuan secara umum tidak

menunjukkan perbedaan yang berarti dalam melaksanakan

30
pekerjaan. Teori psikologi menjumpai bahwa wanita lebih

bersedia untuk mematuhi wewenang dan pria lebih agresif dan

lebih besar kemungkinan dari pada wanita dalam memiliki

pengharapan untuk sukses, meskipun perbedaan ini kecil. Wanita

yang berumah tangga memiliki tugas tambahan sehingga

kemangkiran lebih sering dari pada pria.

c) Pendidikan

Tingkat pendidikan akan berpengaruh terhadap kemampuan

seseorang dalam bekerja. Seseorang dengan tingkat pendidikan

yang lebih tinggi diasumsikan memiliki pengetahuan dan

keterampilan yang lebih baik dalam kemampuan menyelesaikan

pekerjaan.

d) Lama Kerja

Masa kerja berkaitan dengan lama seseorang bekerja

menjalankan pekerjaan tertentu. Seseorang yang bekerja lebih lama

diharapkan lebih berpengalaman dan senior. Senioritas dan

produktivitas pekerjaan berkaitan secara positif. Seseorang yang

bekerja lebih lama akan lebih berpengalaman dalam melakukan

pekerjaannya dan semakin rendah keinginan seseorang untuk

meninggalkan pekerjaannya.

e) Status Perkawinan

Status perkawinan seseorang berpengaruh terhadap

perilaku seseorang dalam bekerja. Karyawan yang menikah lebih

31
sedikit absensinya, lebih puas dengan pekerjaannya dibandingkan

dengan temannya yang belum menikah. Status perkawinan

merupakan salah faktor seseorang yang mempengaruhi kenerja

seseorang perawat. Perkawinan membuat seserang menjadi

mempunyai rasa tanggung jawab. Ada suatu yang berbeda dalam

memaknaik suatu pekerjaan. Seseorang yang sudah menikah

menilai pekerjaan sangat penting karena sudah memiliki sejumlah

tanggung jawab sebagai keluarga dibandingkan dengan yang

belum menikah.

2) Faktor Organisasi

Organisasi adalah suatu sistem perserikatan formal dari dua

orang atau lebih yang bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu.

Karakteristik organisasi yang mempengaruhi perilaku patuh dan

kinerja seseorang yaitu sumber daya, kepemimpinan, imbalan, struktur,

dan desain pekerjaan.

3) Faktor Psikologi

a) Sikap

Menurut Gibson menjelaskan sikap sebagai perasaaan

positif atau negatif atau keadaan mental yang selalu disiapkan,

dipelajari, dan diatur melalui pengamatan yang memberikan

pengaruh khusus pada respon seseorang terhadap orang, obyek

ataupun keadaan. Sikap merupakan suatu sikap tertutup dari

seseorang untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu

32
sebagai suatu penghayatan tehadap objek. Sikap terdiri dari

berbagai tingkatan antara lain adalah :

1) Menerima (receiving) diartikan bahwa orang (subyek) mau dan

memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek).

2) Merespon (responding) memberikan jawaban apabila ditanya,

mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah

indikasi dari sikap.

3) Menghargai (valuing) mengajak orang lain untuk mengerjakan

dan mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap

tingkat tiga

4) Bertanggung jawab (responsible) bertanggung jawab atas

segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko

adalah merupakan sikap yang paling tinggi.

b) Motivasi

Faktor yang menyebabkan seseorang mau bekerja adalah motivasi.

Motivasi berasal dari aneka kebutuhan manusia untuk memenuhi

kebutuhannya. Maslow mengembangkan teori kebutuhan kedalam

suatu bentuk hierarki yang dikenal dengan hierarki kebutuhan

Maslow. Menurt Maslow bila suatu kebutuhan telah tercapai oleh

individu, maka kebutuhan yang tinggi akan segera menjadi

kebutuhan baru yang harus dicapai.

33
c) Persepsi

Persepsi merupakan proses pemberian arti terhadap

lingkungan oleh individu, oleh karena itu setiap individu akan

memberikan arti kepada stimulus secara berbeda meskipun

objeknya sama. Persepsi merupakan proses kognitif dimana

seseorang individu memberikan arti terhadap lingkungan. Persepsi

juga dipengaruhi oleh beberpa faktor yaitu faktor situasional,

kebutuhan, keinginan dan emosi (Gibson, 2018).

5) Faktor dukungan keluarga

Segala bantuan yang diterima salah satu anggota keluarga dari

anggota keluarga lainnya dalam rangka melakukan atau menjalankan

fungsi–fungsi yang terdapat di dalam sebuah keluarga, yaitu dukungan

emosional, instrumental, informatif, maupun penilaian (Gibson, 2018).

2. Perawatan Luka Diabetes Mellitus

Luka merupakan suatu bentuk kerusakan jaringan pada kulit yang

disebabkan kontak dengan sumber panas (seperti bahan kimia, air panas, api,

radiasi, dan listrik), hasil tindakan medis, maupun perubahan kondisi fisiologis.

Luka menyebabkan gangguan pada fungsi dan struktur anatomi tubuh.1

Berdasarkan waktu dan proses penyembuhannya, luka dapat diklasifikasikan

menjadi luka akut dan kronik (Aprilani, 2018).

Luka akut merupakan cedera jaringan yang dapat pulih kembali seperti

keadaan normal dengan bekas luka yang minimal dalam rentang waktu 8-12

34
minggu. Penyebab utama dari luka akut adalah cedera mekanikal karena faktor

eksternal, dimana terjadi kontak antara kulit dengan permukaan yang keras

atau tajam, luka tembak, dan luka pasca operasi. Penyebab lain luka akut

adalah luka bakar dan cedera kimiawi, seperti terpapar sinar radiasi, tersengat

listrik, terkena cairan kimia yang besifat korosif, serta terkena sumber panas

(Aprilani, 2018).

Sementara luka kronik merupakan luka dengan proses pemulihan yang

lambat, dengan waktu penyembuhan lebih dari 12 minggu dan terkadang dapat

menyebabkan kecacatan. Ketika terjadi luka yang bersifat kronik, neutrofil

dilepaskan dan secara signifikan meningkatkan ezim kolagenase yang

bertnggung jawab terhadap destruksi dari matriks penghubung jaringan.3

Salah satu penyebab terjadinya luka kronik adalah kegagalan pemulihan

karena kondisi fisiologis (seperti diabetes melitus (DM) dan kanker), infeksi

terus-menerus, dan rendahnya tindakan pengobatan yang diberikan.

Perawatan luka dapat dilakukan dengan menggunakan terapi

pengobatan. Salah satunya adalah menggunakan selulosa mikrobial yang

dapat digunakan untuk luka maupun ulser kronik. Selulosa mikrobial dapat

membantu proses penyembuhan, melindungi luka dari cedera lebih lanjut, dan

mempercepat proses penyembuhan. Selulosa mikrobial yang diperoleh dari

bakteri Acetobacter xylinum menunjukkan potensi yang baik dalam sistem

penyembuhan luka. Kekuatan mekanik yang tinggi dan sifat fisik yang luar

biasa dihasilkan dari struktur nano membran. Metode perawatan luka lainnya

dengan balutan madu untuk pasien trauma dengan luka terbuka, dimana pasien

35
tidak merasakan nyeri dibandingkan dengan penggunaan balutan normal

salinpovidon iodin. Selain itu dapat juga dilakukan modifikasi sistem vakum

dalam perawatan luka. Pemberian tekanan negatif dapat meningkatkan

pengeluaran cairan dari luka, sehingga dapat mengurangi populasi bakteri dan

udema, serta meningkatkan aliran darah dan pembentukkan jaringan yang

tergranulasi. Melalui metode ini, kondisi pasien dapat ditingkatkan karena

memberikan rasa nyaman yang lebih baik sebelum prosedur operasi (Sari &

Wiryansyah, 2018).

Tabel 1

Sintesa Hasil Penelitian Sebelumnya


Judul Jenis Populasi Dan
NO Hasil
Penelitian penelitian Sampel
1. Ermalynda Penelitian ini Populasi Hasil uji korelasi
Sukmawati, menggunakan penelitian ini product moment
Nia Novita desain cross dilakukan mulai digunakan untuk
Sari, Agustina sectional yaitu bulan Mei – Juni analisis data tidak
Chriswinda jenis penelitian 2018 di Klinik signifikan (p
B.M yang Rumah Luka <0,129) Mayoritas
menekankan Surabaya (RLS) responden dalam
Hubungan pada waktu Sidoarjo adalah penelitian ini
Tingkat pengukuran/ob keseluruhan adalah perempuan
Pengetahuan servasi data pasien diabetes (60%), 45-59
Pasien variable mellitus datang tahun (60%),
Diabetes independen berobat ke Rumah Sekolah
Mellitus dan dependen Luka Surabaya Menengah Atas
dengan hanya satu kali (RLS) Sidoarjo (32%), pekerjaan
Perawatan pada satu saat. yang dilakukan swasta (52%),
Luka perawatan luka lama menderita
Menggunakan menggunakan diabetes mellitus
Tekhik teknik modern 1 - 3 tahun (80%),
Modern dressingsebanyak dan diabetes
Dressing 100 orang. mellitus yang
(Studi RLS mengalami luka
Sidoarjo) ( 96%).

36
Pengetahuan dan
pengobatan luka
dengan teknik
modern dressing
secara signifikan
(p<0,129)
2. Lely Herawati Penelitian ini Populasi adalah Pelaksanaan
Tingkat bersifat seluruh subjek penelitian Tingkat
Pengetahuan observasional atau objek dengan Pengetahuan
Pasien Tentang deskriptif di karakteristik Pasien tentang
Perawatan lakukan tertentu yang akan Perawatan Luka
Luka Diabetes terhadap diteliti (Hidayat, Daibetes di
Melitus Di sekumpulan 2007). Populasi Ruang Wanita
Rumah Sakit objek yang dalam penelitian Rumah Sakit
PTPN II biasanya ini adalah seluruh PTPN II
bertujuan pasien yang Bangkatan Binjai
untuk melihat dirawat di Ruang Tahun 2016 yang
gambaran Wanita RS PTPN dilakukan pada
fenomena II Bangkatan bulan Januari
(termasuk Binjai, berjumlah sampai dengan
kesehatan) 20 orang metode April 2016 .
yang terjadi di penentuan sampel Sampel dalam
dalam suatu menggunakan penelitian adalah
populasi aksidental Pasien Diabetes
tertentu. sampling Melitus di Ruang
Wanita Rumah
Sakit PTPN II
Bangkatan
dengan jumlah
sampel 10 orang.
3. Hobertina Jenis Populasi dalam Berdasarkan tabel
Songjanan Penelitian yang penelitian ini 1 dapat diketahui
digunakan adalah seluruh bahwa pasien
Hubungan adalah deskritif pasien DM yang Diabetes Melitus
Pengetahuan analitik dengan mengalami luka di Poliklinik
dan Sikap pendekatan diabetes yang Bedah di RSU
Kepatuhan cross sectional berobat/berkunjun Karel
Diet DM study untuk g ke Polik Bedah Sadsuitubun
Dengan mengetahui RSU Karel Langgur lebih
Penyembuhan hubungan Sadsuitubun dari separuh
Luka Diabetes pengetahuan, Langgur mulai berumur 50 – 64
di Rumah sikap dan dari bulan Mei tahun (56,3%).
Sakit Umum kepatuhan diet 2018 s. d. Mei Penelitian
Karel DM dengan 2019 yaitu sebelumnya Sri
Sadsuitubun penyembuhan sebanyak 432 Trisnawati (2013),
Langgur luka diabetes pasien. mengungkapkan

37
di polik Bedah 61,4% pasien DM
RSU Karel berumur lebih
Sadsuitubun dari 50 tahun.
Langgur Salah satu faktor
risiko terjadinya
DM adalah usia >
40 tahun, karena
pada usia ini
umumnya
manusia
mengalami
penurunan fungsi
fisiologis dengan
cepat, sehingga
terjadi defisiensi
sekresi insulin.

38
BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Dasar Pemikiran Variabel yang Diteliti

Pengetahuan tentang diabetes melitus dan kepatuhan perawatan pada luka

diabetes sangat diperlukan bagi para pasien untuk kesembuhan.

B. Pola Pikir Variabel yang Diteliti

Berdasarkan landasan teori yang telah diuraikan pada tinjauan pustaka

pengetahuan merupakan variabel independen dan proses perawatan luka

diabetes mellitus merupakan variabel dependen. Adapun gambaran variabel

dapat dilihat pada skema dibawah ini :

Variabel Independen Variabel Dependen

Kepatuhan Proses
Pengetahuan Perawatan Luka
Diabetes Mellitus

Keterangan :

: Variabel Independen

: Variabel Dependen

: Variabel yang diteliti

39
C. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

1. Definisi Operasional

a) Pengetahuan adalah pemahaman atau pandangan penderita diabetes

melitus terhadap cara perawatan luka diabetik yang dialaminya akibat

komplikasi dari penyakit DM yang dideritanya.

Kriteria Objektif :

Cukup : Apabila responden menjawab kuisioner dan memperoleh

nilai 56 %-75%

Kurang : Apabila responden menjawab kuisioner dan memperoleh

nilai 0 %-55%

Rumus penentuan kriteria objektif variabel pengetahuan dibagi dalam

tiga tingkatan yaitu baik, cukup dan kurang adalah sebagai berikut :

f
P = X 100
N

Keterangan :

P : Persentase

F : Jumlah jawaban benar responden

N : Jumlah banyaknya pertanyaan pada kuisioner pengetahuan

(Arikunto, 2019).

b) Kepatuhan merupakan tingkat seseorang penderita diabetes melitus

dalam melaksanakan perawatan, pengobatan dan perilaku yang

disarankan oleh perawat, dokter atau tenaga kesehatan lainnya.

40
Perawatan luka dapat dilakukan dengan menggunakan terapi

pengobatan. Salah satunya adalah menggunakan selulosa mikrobial

yang dapat digunakan untuk luka maupun ulser kronik.

Kriteria Obejektif :

Patuh : Apabila responden menjawab kuisioner dan

memperoleh nilai 4

Tidak Patuh : Apabila responden menjawab kuisioner dan

memperoleh nilai <4

D. Hipotesis Penelitian

1. Hipotesis Alternatif (Ha)

Ada Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Proses Perawatan Luka

Diabetes Mellitus Di RS TK II Pelamonia Makassar.

41
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Desaian penelitian merupakan strategi pembuktian atau pengujian atas

variabel dilingkup penelitian. Jenis penelitian yang digunakan untuk penelitian

ini adalah penelitian analitik dengan desain studi cross sectional, dimana

pengukuran terhadap variabel dapat dilakukan dalam waktu bersamaan

sehingga cukup efektif dan efisien. Dengan metode ini diharapkan dapat

diketahuinya hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Proses Perawatan

Luka Diabetes Mellitus Di RS TK II Pelamonia Makassar.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di RS TK II Pelamonia Makassar.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan tanggal 15 Agustus sampai 8 September

2022.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi merupakan seluruh karakteristik yang menjadi objek penelitian,

dimana karakteristik tersebut berkaitan dengan seluruh kelompok orang,

peristiwa, atau benda yang menjadi pusat perhatian bagi peneliti (Dahlan,

2018). Populasi dalam penelitian ini adalah pasien diabetes melitus disertai

42
ulkus diabetik yang datang berobat di RS TK II Pelamonia sebanyak 36

orang.

2. Sampel

Sampel adalah keseluruhan objek yang diteliti atau dianggap mewakili

seluruh populasi dan yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah

pasien diabetes melitus yang disertai ulkus diabetik yang datang berobat di

RS TK II Pelamonia. Pengambilan sampel dalam penelitian ini

menggunakan metode Total Sampling

D. Pengumpulan Data

1. Sumber data

a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh peneliti secara langsung dari

individu ataupun perorangan melalui hasil pengisian kuesioner dengan

menggunakan skala Guttman.

b. Data Sekunder

Data Sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari pihak lain

seperti lembaga atau instansi yang secara rutin mengumpulkan data

(Puji et al., 2018). Data sekunder dalam penelitian ini ialah data Jumlah

penderita DM di RS TK II Pelamonia Makassar.

E. Pengolahan Data

Proses Pengolahan data terdapat langkah-langkah yang harus ditempuh,

diantaranya sebagai berikut:

43
1. Penyuntingan ( Editing)

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang

diperoleh atau di kumpulkan.

2. Pengkodean (coding)

Coding merupakan kegiatan pemberian kode numeric ( angka) terhadap

data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat

penting bila pengolahan dan analisis data menggunakan

computer.Biasanya dalam pemberian kode di buat juga daftar kode dana

artinya dalam satu buku (codebook) untuk memudahkan kemnali melihat

lokasi dan arti suatu kode dari suatu variabel.

3. Pemasukan Data ( Entry Data)

Entry data adalah kegiatan memasukkan data yang telah di kumpulkan

kedalam master tabel atau database computer, kemudian membuat

distribusi frekuensi sederhana atau dengan membuat tabel kontigensi.

4. Melakukan Teknik Analisis

Dalam melakukan analisis, khususnya terdapat data penelitian akan

menggunakan ilmu statistik terapan, yang disesuaikan dengan tujuan yang

hendak dianalisis. Apabila penelitiannya analitik maka menggunakan

analisis analitik . analisis analitik adalah statistika yang membahas cara-

cara meringkas, menyajikan dan mendeskripsikan suatu data dengan

tujuan agar mudah dimengerti dan lebih mempunyai makna (Puji et al.,

2018).

44
F. Analisis Data

1. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk memperoleh gambaran/deskripsi pada

masing-masing variabel tidak terikat maupun terikat.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga

berhubungan atau berkorelasi. Uji statistik yang digunakan dalam

penelitian ini apabila memenuhi syarat adalah uji Chi Square Test dengan

tingkat Signifikansi 0,05 dengan tingkat kepercayaan 95%, untuk

mengetahui hubungan pengetahuan dengan kepatuhan proses perawatan

luka diabetes mellitus di RS TK II Pelamonia Makassar. Analisa data yang

dilakukan menggunakan program SPSS (Statistical Product and Service

Solution) dengan menggunakan uji nonparametrik yaitu uji Chi Square.

G. Penyajian Data

Penyajian data dalam bentuk narasi, tabel dan grafik.

H. Etika Penelitian

Masalah etika yang harus diperhatikan dalam sebuah penelitian antara lain

sebagai berikut :

1. Informed Consent (lembar persetujuan)

Diberikan kepada subjek yang akan diteliti. Peneliti menjelaskan maksud

dan tujuan riset yang dilakukan serta dampak yang mungkin terjadi

selama dan sesudah pengumpulan data. Jika responden bersedia diteliti,

maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan tersebut, jika

45
responden menolak untuk diteliti, maka peneliti tidak akan memaksa dan

tetap menghormati hak-haknya.

2. Anonimity (tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak boleh

mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data, cukup

dengan memberi kode pada masing-masing lembar tersebut.

3. Confidentiality (kerahasiaan)

Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti hanya kelompok

data tertentu saja akan disajikan atau dilaporkan sebagai hasil riset.

46
BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian tentang “Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Proses

Perawatan Luka Diabetes Mellitus Di RS TK II Pelamonia Makassar”

dilaksanakan pada tanggal 15 Agustus sampai dengan 8 September 2022 di RS

Pelamonia Makassar.

1. Karakteristik Responden

Tabel 2
Karakteristik Responden Proses Perawatan Luka Diabetes Melitus Di RS TK
II Pelamonia Makassar
Variabel n %
Umur
36-45 Tahun 5 13.9
46-55 Tahun 16 44.4
56-65 Tahun 15 41.7
Jenis Kelamin
Perempuan 21 58.3
Laki-Laki 15 41.7
Pekerjaan
IRT 10 27.8
PNS 8 22.2
Wiraswasta 18 50.0
Pendidikan 71 69.6
SD 6 16.7
SMP 9 25.0
SMU 14 38.9
S1 7 19.4
Jumlah 36 100
Sumber : Data Primer 2022

Berdasarkan Tabel 2 karakteristik responden pada kategori umur,

responden terbanyak pada umur 46-55 tahun sebanyak 16 orang (44.4%) dan

47
responden yang paling sedikit pada umur 36-45 tahun sebanyak 5 orang

(13.9%).

Karakteristik responden pada kategori jenis kelamin, responden

terbanyak pada responden yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 21

orang (58.3%) dan responden yang paling sedikit pada responden yang

berjenis kelamin laki-laki sebanyak 15 orang (42.7%).

Karakteristik responden pada kategori pekerjaan, responden terbanyak

pada responden yang memiliki pekerjaan sebagai wiraswasta sebanyak 18

orang (50.0%) dan responden yang paling sedikit yang memiliki pekerjaan

sebagai PNS sebanyak 8 orang (22.2%).

Karakteristik responden pada kategori tingkat pendidikan, hasil

responden terbanyak pada responden dengan tingkat pendidikan SMU

sebanyak 14 orang (38.9%) dan responden yang paling sedikit pada responden

dengan tingkat pendidikan SD sebanyak 6 orang (16.7%).

2. Analisis Univariat

a. Pengetahuan penderita DM terhadap Proses Perawatan Luka Diabetes Melitus

Di RS TK II Pelamonia Makassar

Tabel 3
Pengetahuan penderita DM terhadap Proses Perawatan Luka Diabetes Melitus
Di RS TK II Pelamonia Makassar

Pengetahuan n %

Cukup 19 52.8
Kurang 17 47.2
Jumlah 36 100
Sumber : Data Primer 2022

48
Berdasarkan tabel 3 diperoleh hasil sebanyak 19 responden (52.8%) yang

memiliki pengetahuan cukup dan sebanyak 17 responden (47.2%) yang

berpengetahuan kurang (47.2%).

b. Kepatuhan penderita DM terhadap Proses Perawatan Luka Diabetes Melitus

Di RS TK II Pelamonia Makassar

Tabel 4
Distribusi Kepatuhan penderita DM terhadap Proses Perawatan Luka Diabetes
Melitus Di RS TK II Pelamonia Makassar
Kepatuhan n %

Patuh 18 50.0
Tidak Patuh 18 50.0
Jumlah 36 100
Sumber : Data Primer 2022

Berdasarkan tabel 4 diperoleh hasil sebanyak 18 responden (50.0%) yang

patuh dan sebanyak 18 responden (50.0%) yang tidak patuh.

3. Analisis Bivariat

Tabel 5
Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Proses Perawatan Luka Diabetes
Melitus Di RS TK II Pelamonia Makassar

Kepatuhan
Tidak Patuh Patuh Total Nilai P
Pengetahuan
n % n % n %
Kurang 13 72.8 4 27.2 17 100
0,000
Cukup 5 22.2 14 77.8 19 100
Jumlah 18 28.4 73 71.6 36 100
Sumber : Data Primer 2022

Berdasarkan tabel 5 diperoleh pengetahuan cukup dengan tidak patuh

sebanyak 5 responden (22.2%) dan patuh sebanyak 14 responden (77.8%).

Pengetahuan kurang dengan tidak patuh sebanyak 13 responden (72.8%) dan

49
patuh sebanyak 4 responden (27.2%).

Berdasarkan hasil uji statistic Chi Square dengan menggunakan SPSS

maka diperoleh nilai p = 0,000 (α < 0,05). Hal ini berarti bahwa Ha diterima

dan Ho ditolak dengan interpretasi bahwa ada hubungan pengetahuan dengan

kepatuhan proses perawatan luka Diabetes Mellitus Di RS TK II Pelamonia

Makassar.

B. Pembahasan

1. Karakteristik Responden

Berdasarkan karakteristik responden pada kategori umur,

pengelopokan umur dibagi menjadi 3 bagian yaitu umur 36-45 tahun, umur 46-

55 tahun dan umur 56-66 tahun. Peneliti mengelompokkan umur responden

berdasarkan pengelompokan umur menurut (WHO, 2020). Responden

terbanyak pada penelitian ini yaitu pada kelompok umur 45-55 tahun sebanyak

16 responden dan yang paling sedikit pada kelompok umur 36-45 tahun. Hasil

penelitian ini didukung teori yang dikemukan oleh (Nusdin & Handayani,

2020) yang mengatakan bahwa penderita diabetes melitus tipe 2 dapat dialami

oleh seseorang bila memasuki usia di atas 30 tahun.

Karakteristik responden pada kategori jenis kelamin, responden

terbanyak pada jenis kelamin perempuan sebanyak 21 orang dan responden

yang paling sedikit pada jenis kelamin laki-laki sebanyak 15 orang. Hasil

penelitian ini didukung teori yang dikemukakan oleh (Nusdin & Handayani,

2020) yang mengatakan bahwa perempuan memiliki potensi yang lebih tinggi

mengidap penyakit diabetes melituis karena perempuan banyak mengalami

50
obesitas sebagai salah satu dari faktor risiko pencetus terjadinya diabetes

melitus. Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh

(Gibson, 2018) yang mengatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi

kepatuhan seseorang antara lain adalah adanya sikap positif yang dimiliki dan

adanya dukungan dari keluarga.

2. Analisis Univariat

Berdasarkan penelitian diperoleh tingkat pengetahuan responden pada

kategori cukup sebanyak 19 orang dan pada kategori kurang sebanyak 17

orang. Banyaknya responden yang memiliki pengetahuan cukup dalam proses

perawatan luka diabetes melitus disebabkan karena tingkat pendidikan

responden berada pada tingkat SMU dan Sarjana (S1) sedangkan responden

yang memiliki pengetahuan kurang karena dilatarbelakangi dengan tingkat

pendidikan yang rendah pula yakni SMP dan SD. Hal ini sejalan teori yang

dikemukakan oleh (Notoatmodjo, 2018) yang mengatakan bahwa salah satu

yang mempengaruhi pengetahuan seseoarang adalah dari tingkat

pendeidikannya.

Pada penelitian ini pula didapatkan hasil sebanyak 18 responden (50.0%)

yang patuh dan sebanyak 18 responden (50.0%) yang tidak patuh. Kepatuhan pada

pasien Diabetes Melitus dalam melakukan proses perawatan luka diabetes dapat

dicapai karena adanya dukungan dari keluarga pasien yang selalu membantu

mengantar ke rumah sakit.dan juga adanya sikap positif yang dimiliki oleh penderita

Diabetes Melitus bahwa untuk mencapai proses penyembuhan pada luka diabetiknya

maka, responden tersebut mempercayakan kepada petugas kesehatan untuk

mendapatkan perawatan luka diabetik. Hasil penelitian ini didukung oleh teori

51
3. Analisis Bivariat

a. Hubungan pengetahuan dengan kepatuhan proses perawatan luka Diabetes

Mellitus Di RS TK II Pelamonia Makassar

Berdasarkan penelitian ini, diperoleh pengetahuan cukup dengan tidak

patuh sebanyak 5 responden (22.2%) dan patuh sebanyak 14 responden

(77.8%). Pengetahuan kurang dengan tidak patuh sebanyak 13 responden

(72.8%) dan patuh sebanyak 4 responden (27.2%). Berdasarkan hasil uji

statistic Chi Squre dengan menggunakan SPSS maka diperoleh nilai p = 0,000

(α < 0,05). Sehingga dapat diinterpretasikan bahwa ada hubungan pengetahuan

dengan kepatuhan proses perawatan luka Diabetes Melitus Di RS TK II

Pelamonia Makassar.

Perawatan luka merupakan tindakan keperawatan yang sering

dilakukan di rumah sakit yang apabila tidak dilakukan sesuai dengan prosedur

maka akan menyebabkan terjadinya infeksi klinis. Selain terjadinya infeksi,

apabila tindakan perawatan luka tidak dilakukan sesuai dengan prosedur

maka dapat menyebabkan berbagai komplikasi, diantaranya adalah syok yang

ditandai dengan adanya perdarahan disertai perubahan tanda vital, dehiscene

yaitu pecahnya luka sebagian atau seluruhnya yang ditandai dengan kenaikan

suhu tubuh (demam), takikardia, dan rasa nyeri pada daerah luka, eviceration

yaitu menonjolnya organ tubuh bagian dalam ke arah luar melalui luka yang

dapat terjadi jika luka tidak segera menyatu dengan baik atau akibat proses

penyembuhan yang lambat, hingga komplikasi yang lebih berat seperti

kecacatan dan kematian (Hidayat, 2016).

52
Adanya 5 responden yang memiliki pengetahuan cukup namun tidak

patuh dalam proses perawatan luka diabetes melitus disebabkan karena 3

diantara 5 responden tersebut memiliki keluarga (anak) yang jauh darinya

sehingga kurang mendapatkan dukungan dari keluarga, responden mengatakan

terkadang tidak ada yang bisa mengantar ke rumah sakit sehingga proses

perawatan luka diabetik tidak rutin dilakukan. Selanjutnya 2 responden yang

yang memiliki pengetahuan cukup namun tidak patuh dalam proses perawatan

luka diabetes melitus disebabkan karena alasan ekonomi. Jarak tempuh antara

rumah sakit dengan tempat tinggal yang jauh yang membutuhkan biaya

menjadi faktor ketidakpatuhan dalam proses perawatan luka diabetes melitus.

Sebaliknya dari hasil penelitian ini pula terdapat 4 responden yang memiliki

pengetahuan yang kurang namun patuh dalam proses perawatan luka diabetes

melitus disebabkan karena adanya dukungan dari keluarga dan didukung oleh

semangat yang dimiliki untuk sembuh dari sakitnya.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Niven (2017) yang mengatakan bahwa faktor yang mempengaruhi kepatuhan

sesorang salah satunya adalah faktor ekstrinsik yaitu faktor yang memerlukan

rangsangan dari luar seperti dukungan sosial yakni dalam bentuk dukungan

emosional dari keluarga sehingga mempengaruhi seseorang pada kepatuhan

dalam menjalankan program-program medis. Selain itu, faktor lainnya yang

mempengaruhi kepatuhan seseorang dalam proses perawatan luka diabetes

melitus adalah status ekonomi. Kemampuan finansial dibutuhkan untuk

membiayai program pengobatan dan proses perawatan luka diabetes melitus

53
(Niven, 2017).

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Rita (2018), dengan hasil penelitiannya yang mengatakan terdapat berbagai

alasan kenapa pasien tidak patuh melakukan perawatan luka seperti tidak ada

keluarga yang mengantar, rasa bosan karena lamanya pengobatan, jarak ke

puskesmas atau rumah sakit yang jauh, tidak kembalinya bentuk fisik yang

semula meskipun sering berobat, dan tidak ada biaya. Alasan-alasan yang

dikemukakan ini bisa menjadi faktor yang mengakibatkan proses

penyembuhan luka gangren menjadi lebih panjang atau tertunda (Rita, 2018).

Sedangkan penelitian menurut Habtu et al (2019) mengungkapkan bahwa

pengetahuan rendah dan sikap negatif terhadap pengobatan diabetes melitus,

pencegahan dan faktor risiko, hal ini dapat menghambat praktik kepatuhan

pada rejimen pengobatan di antara pasien diabetes (Habtu et al., 2018).

Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti dapat berasumsi bahwa

pengetahuan yang cukup bukan satu-satunya jaminan seorang penderita

diabetes melitus patuh dalam proses perawatan luka diabetes melitus,

demikian juga sebeliknya bahwa pengetahuan yang kurang bukanlah hal yang

mutlak menjadi penghambat atau penyebab terjadinya ketidakpatuhan.

Kepatuhan seorang penderita DM pada proses perawatan luka diabetes melitus

sangat dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain dukungan sosial dan

keluarga, sosial ekonomi, tingkat pendidikan, dukungan petugas kesehatan,

usia dan sikap positi

54
BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari 36 responden sebanyak 19

responden (52.8%) yang berpengetahuan cukup dan sebanyak 17 responden

(47.2%) yang berpengetahuan kurang (47.2%).

2. Kepatuhan penderita diabetes melitus dalam melakukan proses perawatan luka di

rumah sakit penelitian ini diperoleh hasil sebanyak 18 responden (50.0%) yang patuh

dan sebanyak 18 responden (50.0%) yang tidak patuh.

3. Hasil uji statistic Chi Squre diperoleh nilai p = 0,000 (α < 0,05), sehingga dapat

diinterpretasikan bahwa ada hubungan pengetahuan dengan kepatuhan proses

perawatan luka Diabetes Melitus Di RS TK II Pelamonia Makassar

B. Saran

1. Disarankan kepada penderita Diabetes Melitus yang memiliki luka diabetik

agar melakukan perawatan luka secara rutin untuk mencegah terjadinya

komplikasi

2. Disarankan bagi para keluarga untuk memberikan dukungan kepada para

penderita Diabetes Melitus dalam menjalani perawatan luka baik di rumah

sakit maupun di tempat pelayanan kesehatan lainnya

3. Disarankan kepada penderita Diabetes Melitus agar mempercayakan kepada

petugas kesehatan untuk diberikan perawatan luka diabetik yang dialaminya

55
4. Disarankan kepada peneliti selanjutnya agar dapat melakukan penelitian

dengan melihat faktor-faktor lainnya selain dari faktor pengetahuan.

56
DAFTAR PUSTAKA

Aprilani, Y. dan. (2018). Perawatan Luka Kaki Diabetik Pada Pasien Diabetes
Mellitus Di Cindara Wound Care Center Jepara. Jpk, 2, 55–65.
Arikunto. (2019). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. PT Rineka Cipta.
Dahlan, S. (2018). Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta :
Epidemiologi Indonesia.
Damayanti. (2019). Diabetes Melitus dan Pelaksanaan Keperawatan. Yogyakarta:
Nuha Medika.
Gibson. (2018). Manajemen Sumber Daya manusia. Cetakan Kedua. Erlangga.
Habtu, Uwingabire, Mureithi, & Gashegu. (2018). Knowledge and Attitude of
Diabetes Mellitus and Adherence to Treatment Regimen among Diabetic
Patients Attending Kirehe District Hospital, Rwanda. J Diabetes Clin Pract,
2(2).
Hasdianah. (2019). Mengenal Diabetes Melitus Pada orang Dewasa dan Anaka-
Anak dengan Solusi Herbal. Yogyakarta : Nuha Medika.
Haynes, Taylor, & Sackett. (2019). Compliance in health care. John Hopkins
University Press.
Hidayat, A. A. (2016). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikas Konsep dan
Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Imas M, N. A. (2018). Metodologi penelitian kesehatan. In 01 agustus 2018 (1st ed.,
Vol. 59).
Kemenkes. (2018). Hari Diabetes Sedunia. Jakarta: Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia.
Kirana, S., Rosa, D., Udiyono, A., Kusariana, N., & Dian, L. (2019). Faktor-
Faktor Yang Berhubungan Dengan Timbulnya Gangren Pada Pasien
Diabetes Mellitus Di RSUD K.R.M.T. Wongsonegoro Semarang. Jurnal
Kesehatan Masyarakat, 7, 192–202.
Laili, N. R., Dewi, Y. S., & Wahyuni, E. D. (2019). Edukasi Dengan Pendekatan
Prinsip Diabetes Self Management Education (Dsme) Meningkatkan
Perilaku Kepatuhan Diet Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2. Critical
Medical and Surgical Nursing Journal, 1(1).
Lathifah, N. L. (2019). The Relationship Between Duration Disease and Glucose
Blood Related to Subjective Compliance in Diabetes Mellitus. Jurnal
Berkala Epidemiologi, 5(2), 218.
Magee. (2017). Hidup Lebih Baik Bersama Diabetes. Jakarta: PT Bhuana Ilmu
Populer.
Niven. (2017). Psikologi Kesehatan. Jakarta : EGC.
Notoatmodjo. (2014). Metodologi penelitian kesehatan (Vol. 1).
Notoatmodjo. (2018). Promosi kesehatan dan perilaku kesehatan. Rineka Cipta.
Nusdin. (2020). Program Layanan Kesehatan Berbasis Evidance Dalam
Penanganan Penyakit Diabetes Melitus. CV. AA. Rizky.
Nusdin, & Handayani, T. (2020). Program Layanan Kesehatan Berbasis Evidance
dalam Penanganan Penyakit Diabetes. Serang Banten : CV. AA. Rezky.
Primadi, O. (2020). Profil Kesehatan Tahun 2019.
https://www.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-
indonesia/Profil-Kesehatan-Indonesia-2019.pdf
Puji, E., Syatriani, S., Efendi, S., & Bustan, N. (2018). Pedoman Penulisan Skripsi.
Makassar : Sekolah TinggiIlmu Kesehatan Makassar.
Putri, N., & Isfandiari, M. (2019). Hubungan Empat Pilar Pengendalian Dm Tipe 2
dengan Rerata Kadar Gula Darah. Jurnal Berkala Epidemiologi, 1(2), 234–
243.
Rahayu, E., Kamaluddin, R., & Sumarwati, M. (2018). Pengaruh Program
Diabetes Self Management Education Berbasis Keluarga terhadap Kualitas
Hidup Penderita Diabetes Melitus Tipe II di Wilayah Puskesmas II
Baturraden. Jurnal Keperawatan Soedirman, 9(3), 163–172.
RISKESDAS. (2018). Prevalensi Penyakit Diabetes Melitus Di Indonesia Tahun
2018. Jakarta : Kementrian Kesehatan RI.
Rita. (2018). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan Pasien
Diabetes Mellitus Dalam Perawatan Ulkus Gangren Di Puskesmas
Bojonggede Kabupaten Bogor Tahun 2018. Universitas Indonesia.
Roza, R. L., Afriant, R., & Edward, Z. (2019). Faktor Risiko Terjadinya Ulkus
Diabetikum pada Pasien Diabetes Mellitus yang Dirawat Jalan dan Inap di
RSUP Dr. M. Djamil dan RSI Ibnu Sina Padang. Jurnal Kesehatan Andalas,
4(1), 243–248.
Samidah, I., , M., & Mariyati, D. (2018). Faktor-Faktor Yang Berhubungan
Dengan Kejadian Ulkus Diabetik Pada Penderita Diabetes Melitus Di Rs
Bhayangkara Tk III Polda Bengkulu Tahun 2016. Journal of Nursing and
Public Health, 5(1), 6–10.
Sari, L., & Wiryansyah, O. A. (2018). Hubungan Tingkat Pengetahuan Perawatan
Luka Terhadap Kepatuhan Perawat Dalam Prosedur Perawatan LukA.
Perawatan Luka, 53(9), 1–12.
Sukmawati, E., Sari, N. N., & Chriswinda B.M, A. (2019). Hubungan Tingkat
Pengetahuan Pasien Diabetes Mellitus dengan Perawatan Luka
Menggunakan Tekhik Modern Dressing (Studi RLS Sidoarjo). Jurnal Ilmiah
Keperawatan Stikes Hang Tuah Surbaya, 14(1), 35–42. \
Suyono. (2018). Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta: FKUI.
Tandra. (2019). Segala Sesuatu yang Harus Anda Ketahui tentang Diabetes.
Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Wawan, A., & M, D. (2018). Teori & Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan
Perilaku Manusia Jakarta : Nuha Medika.
WHO. (2020). Global recommendations on physical activity for health. Geneva :
witzerland.
Yuliani, F., Oenzil, F., & Iryani, D. (2019). Hubungan Berbagai Faktor Risiko
Terhadap Kejadian Penyakit Jantung Koroner Pada Penderita Diabetes
Melitus Tipe 2. Jurnal Kesehatan Andalas, 3(1), 37–40.
LAMPIRAN 1

SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN


Kepada Yth :
Bapak/Ibu/Sdr/I Calon Responden
Di –
Tempat

Dengan hormat, Saya yang bertangan di bawah ini, Mahasiswa Ilmu


Keperawatan Sekolah Tinggi Kesehatan Makassar :
Nama : Hallward Adrian Edmund M.
Nim : 21906049
Akan mengadakan penelitian dengan judul ” Hubungan pengetahuan
dengan kepatuhan proses perawatan luka Diabetes Melitus Di RS TK II
Pelamonia Makassar”. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan dan tidak akan menimbulkan akibat buruk bagi Bapak/Ibu/Sdr/i
sebagai responden. Kerahasian informasi yang diberikan akan dijaga dan hanya
digunakan untuk tujuan penelitian.
Apabila Bapak/Ibu/Sdr/i menyetujui, maka dengan ini saya mohon
kesediaan bapak untuk menandatangani lembar persetujuan ini dan menjawab
pertanyaan yang saya ajukan dalam lembar kuisioner.
Atas perhatian Bapak/Ibu/Sdr/I sebagai responden, saya ucapkan banyak
terima kasih.

Hormat saya,

Hallward Adrian Edmund M.


LAMPIRAN 2

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN PROSES


PERAWATAN LUKA DIABETES MELLITUS DI RS TK II
PELAMONIA MAKASSAR

Oleh:
HALLWARD ADRIAN EDMUND. M

Saya adalah mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi


Ilmu Kesehatan Makassar yang sedang melakukan penelitian dengan tujuan
mengetahui Hubungan pengetahuan dengan kepatuhan proses perawatan luka
Diabetes Melitus Di RS TK II Pelamonia Makassar
Saya mengharapkan kesediaan Bapak/Ibu untuk berpartisipasi dalam
penelitian ini. Penelitian ini tidak memberikan dampak yang membahayakan. Jika
Bapak/Ibu bersedia maka saya akan memberikan kuesioner kepada Bapak/Ibu
untuk dijawab. Peneliti memohon kesediaan Bapak/Ibu memberikan jawaban
berdasarkan kuesioner dengan jujur apa adanya.
Partisipasi Bapak/Ibu bersifat sukarela, sehingga Bapak/Ibu bebas untuk
mengundurkan diri setiap saat tanpa sanksi apapun. Semua informasi yang Ibu
berikan akan dirahasiakan dan hanya akan dipergunakan dalam penelitian ini.
Terimakasih atas partisipasi Ibu dalam penelitian ini. Jika Bapak/Ibu
bersedia menjadi responden dalam penelitian ini, maka dimohon untuk
menandatangani lembar persetujuan ini.
MAKASSAR, Juli 2022
Peneliti Responden

(Hallward Adrian Edmund M.) (…………………………..)


KUISIONER PENELITIAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN PROSES


PERAWATAN LUKA DIABETES MELLITUS DI RS TK II
PELAMONIA MAKASSAR

A. Identitas Responden
1. Nama (inisial) :.……….
2. Umur :………..(Tahun)
3. Pendidikan :………..
4. Pekerjaan :………..
5. Daerah tubuh yang luka :………..
6. DM Tipe :………..
7. Adakah yang mengantar ke RS?
a. Anak c. Istri e. Keluarga lainnya
b. Saudara d. Suami

B. Kuisioner Pengetahuan Perawatan Luka Diabetik


Petunjuk Pengisian Kuisioner
1. Isilah kuisioner dengan menggunakan tanda (√) pada jawaban yang dipilih
2. Semua pernyataan atau petanyaan pada kuisioner wajib untuk dijawab
No Pernyataan Benar Salah
(Nilai :1) (Nilai : 0)
1 Penyakit Diabetes Mellitus
disebut juga dengan penyakit
kencing manis
2 Penyakit diabetes adalah
penyakit karena kelebihan kadar
gula dalam darah
3 Lama menderita diabetes
mellitus dapat berpengaruh
terhadap kondisi kaki seperti
kaki menjadi lebih kering dan
menyebabkan
Luka
4 Luka diabetic adalah luka yang
terjadi pada
penderita diabetes yang
pada umumnya terjadi di kaki
5 Luka diabetic biasanya dalam
dan berlubang
6 Pengontrolan kadar gula darah
dengan cara mematuhi diet
diabetes dan olah raga sehingga
dapat mencegah terjadinya
luka
Diabetic
7 Gaya gesekan antara permukaan
kulit kaki dengan permukaan
sepatu saat berjalan salah satu
factor yang mempengaruhi
timbulnya masalah kaki diabetic
8 Merawat kaki adalah salah satu
hal yang paling penting yang
dapat dilakukan untuk
mencegah dan menyembuhkan
luka diabetic
9 Penderita diabetes mellitus
harus selalu menjaga kebersihan
kakinya
10 Perawatan luka DM dapat
dilakukan minimal 1 kali dalam
sehari
Sumber : (Sari & Wiryansyah, 2018)

C. Kuisioner Kepatuhan Perawatan Luka Diabetik


No Pertanyaan Ya Tidak
(Nilai :1) (Nilai :0)
1 Apakah Bapak/Ibu melakukan
perawatan luka diabetik sesuai
jadwal yang dianjurkan oleh
dokter atau perawat?
2 Apakah Bapak/Ibu datang
melakukan perawatan luka pada
jadwal yang sudah ditentukan?
3 Apakah Bapak/Ibu selalu
mempercayakan kepada dokter
atau perawat dalam melakukan
perawatan luka diabetik yang
Bapak/Ibu alami?
4 Apakah Bapak/Ibu mengikuti
anjuran dokter atau perawat
terhadap segala pantangan yg tidak
boleh dilakukan demi menunjang
kecepatan penyembuhan luka yg
Bapak/Ibu alami?
Sumber : (Sari & Wiryansyah, 2018)
Lampiran 4

Hasil SPSS

Umur
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 36-45 5 13.9 13.9 13.9

46-55 16 44.4 44.4 58.3


56-65 15 41.7 41.7 100.0
Total 36 100.0 100.0

Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Perempuan 21 58.3 58.3 58.3
Laki-laki 15 41.7 41.7 100.0
Total 36 100.0 100.0

Pekerjaan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid IRT 10 27.8 27.8 27.8
PNS 8 22.2 22.2 50.0
Wiraswasta 18 50.0 50.0 100.0

Total 36 100.0 100.0

Pendidikan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid SD 6 16.7 16.7 16.7
SMP 9 25.0 25.0 41.7
SMU 14 38.9 38.9 80.6
S1 7 19.4 19.4 100.0
Total 36 100.0 100.0
Kepatuhan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Patuh 18 50.0 50.0 50.0

Tidak Patuh 18 50.0 50.0 100.0


Total 36 100.0 100.0

Pengetahuan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Cukup 19 52.8 52.8 52.8
Kurang 17 47.2 47.2 100.0

Total 36 100.0 100.0

Pengetahuan * Kepatuhan Crosstabulation

Kepatuhan
Patuh Tidak Patuh Total
Pengetahuan Cukup Count 14 5 19
% within Kepatuhan 77.8% 27.8% 52.8%
Kurang Count 4 13 17
% within Kepatuhan 22.2% 72.2% 47.2%
Total Count 18 18 36
% within Kepatuhan 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df (2-sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 9.028 a
1 .003
Continuity Correction b
7.133 1 .008
Likelihood Ratio 9.456 1 .002
Fisher's Exact Test .007 .003
Linear-by-Linear Association 8.777 1 .003
N of Valid Cases 36
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8.50.
b. Computed only for a 2x2 table
Lampiran 5

SURAT IZIN MENELITI DARI STIK MAKASSAR


Lampiran 6

SURAT KETERANGAN TELAH MELAKUKAN PENELITIAN


DI RS TK. II PELAMONIA
Lampiran 7

DOKUMENTASI PENELITIAN
LAMPIRAN 8
MASTER TABEL

Jenis Pengetahuan
Umur Pekerjaan Pendidikan
N Kelamin Pertanyaan
o JM Skor KD
KD KD KT KT KD P P P P P P P P1 KTG
L e G
KTG G KTG G G KDG G G 1 P2 3 4 5 6 P7 8 9 0
36-45 Kuran
1 Th 1 PNS 2 SD 1 P 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 4 40% g 2
56-65 SM Kuran
2 Th 3 IRT 1 U 3 P 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 4 40% g 2
36-45 SM
3 Th 1 PNS 2 U 3 L 2 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 7 70% Cukup 1
46-55 SM
4 Th 2 IRT 1 U 3 P 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 7 70% Cukup 1
46-55 WRSW SM
5 Th 2 TA 3 U 3 L 2 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 7 70% Cukup 1
46-55 WRSW SM Kuran
6 Th 2 TA 3 P 2 L 2 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 4 40% g 2
56-65 SM Kuran
7 Th 3 IRT 1 U 3 P 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 4 40% g 2
56-65 SM
8 Th 3 IRT 1 P 2 P 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 7 70% Cukup 1
46-55
9 Th 2 PNS 2 SD 1 P 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 7 70% Cukup 1
56-65 WRSW SM Kuran
10 Th 3 TA 3 U 3 L 2 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 4 40% g 2
56-65 WRSW
11 Th 3 TA 3 S1 4 L 2 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 7 70% Cukup 1
46-55 Kuran
12 Th 2 IRT 1 SD 1 P 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 4 40% g 2
46-55 SM
13 Th 2 IRT 1 U 3 P 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 7 70% Cukup 1
36-45 Kuran
14 Th 1 PNS 2 SD 1 P 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 4 40% g 2
36-45 WRSW SM
15 Th 1 TA 3 P 2 L 2 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 7 70% Cukup 1
56-65 SM
16 Th 3 IRT 1 U 3 P 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 7 70% Cukup 1
46-55 SM Kuran
17 Th 2 PNS 2 P 2 P 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 4 40% g 2
18 46-55 2 WRSW 3 SM 2 L 2 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 7 70% Cukup 1
Th TA P
56-65 WRSW
19 Th 3 TA 3 S1 4 L 2 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 7 70% Cukup 1
46-55 WRSW Kuran
20 Th 2 TA 3 S1 4 L 2 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 4 40% g 2
46-55 WRSW SM
21 Th 2 TA 3 P 2 L 2 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 7 70% Cukup 1
46-55 SM Kuran
22 Th 2 IRT 1 P 2 P 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 7 70% g 2
46-55 SM
23 Th 2 IRT 1 U 3 P 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 7 70% Cukup 1
56-65
24 Th 3 IRT 1 SD 1 P 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 7 70% Cukup 1
56-65 WRSW Kuran
25 Th 3 TA 3 S1 4 L 2 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 4 40% g 2
36-45 Kuran
26 Th 1 IRT 1 S1 4 P 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 4 40% g 2
46-55 SM
27 Th 2 PNS 2 U 3 P 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 7 70% Cukup 1
46-55 SM Kuran
28 Th 2 IRT 1 P 2 P 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 4 40% g 2
56-65 WRSW
29 Th 3 TA 3 SD 1 L 2 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 7 70% Cukup 1
56-65 WRSW Kuran
30 Th 3 TA 3 S1 4 L 2 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 4 40% g 2
56-65 WRSW Kuran
31 Th 3 TA 3 S1 4 L 2 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 4 40% g 2
56-65 SM
32 Th 3 IRT 1 U 3 P 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 7 70% Cukup 1
46-55 SM
33 Th 2 IRT 1 P 2 P 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 7 70% Cukup 1
56-65 SM Kuran
34 Th 3 IRT 1 U 3 P 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 4 40% g 2
46-55 SM
35 Th 2 PNS 2 U 3 P 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 7 70% Cukup 1
36-45 SM Kuran
36 Th 3 IRT 1 U 3 P 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 4 40% g 2

KETERANGAN : Pekerjaan Pendidikan Umur Jenis Kelamin Pengetahuan


:
1 : IRT 1 SD 1 : 36-45 Th 1 : Perempuan 1 : Cukup
2 : PNS 2 : SMP 2 : 46-55 Th 2 : Laki-Laki 2 : Kurang
3 : Wiraswasta 3 : SMU 3 : 56-65 Th
4 : S1
Kepatuhan
Pertanyaan
JML KTG KDG
P1 P2 P3 P4
1 0 1 0 2 Tdk Patuh 2
1 0 0 1 2 Tdk Patuh 2
1 1 1 1 4 Patuh 1
0 1 1 0 2 Tdk Patuh 2
1 1 1 1 4 Patuh 1
1 1 0 0 2 Tdk Patuh 2
1 0 1 1 3 Tdk Patuh 2
1 0 1 0 2 Patuh 1
1 1 1 1 4 Patuh 1
1 1 0 0 2 Tdk Patuh 2
1 1 1 1 4 Patuh 1
1 1 1 1 4 Patuh 1
1 1 0 0 2 Tdk Patuh 2
1 1 1 1 4 Patuh 1
1 1 0 0 2 Tdk Patuh 2
1 1 1 1 4 Patuh 1
1 1 0 0 2 Tdk Patuh 2
1 1 1 1 4 Patuh 1
1 1 1 1 4 Patuh 1
1 1 0 0 2 Tdk Patuh 2
1 1 1 1 4 Patuh 1
1 0 1 0 2 Tdk Patuh 2
1 0 1 0 2 Tdk Patuh 2
1 1 1 1 4 Patuh 1
1 1 0 0 2 Tdk Patuh 2
1 1 0 0 2 Tdk Patuh 2
1 1 1 1 4 Patuh 1
1 1 1 1 4 Patuh 1
1 1 0 0 2 Tdk Patuh 2
1 1 0 0 2 Tdk Patuh 2
1 1 0 0 2 Tdk Patuh 2
1 1 1 1 4 Patuh 1
1 1 1 1 4 Patuh 1
1 1 0 0 2 Tdk Patuh 2
1 1 1 1 4 Patuh 1
1 1 1 1 4 Patuh 1
Keterangan :
1 : Patuh
2 : Tidak Patuh

Anda mungkin juga menyukai