1
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Tim Pembimbing
Pembimbing 1 Pembimbing 2
Mengetahui:
Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Makassar
i
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
ii
ABSTRAK
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua saya
yang telah meberikan semangat dan mendoakan saya sehingga skripsi ini dapat
kepada Ibu Hj. Esse Puji Pawenrusi, SKM, M.Kes, selaku pembimbing I dan Andi
dalam membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini hingga selesai. Ucapan
terima terima kasih tak lupa pula saya ucapkan kepada Bapak Andi Arnoli,
Demikian pula ucapan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada :
1. Andi Indri Damayanti Assad Lantara, SH, M.Adm, SDA. Selaku Ketua
2. Ibu Hj. Esse Puji Pawenrusi, SKM, M.Kes, selaku Ketua Sekolah Tinggi
iv
3. Bapak Kolonel (CKM) dr. Krisna Murti, Sp.BS selaku Kepala Rumah Sakit
TK. II Pelamonia
Makassar
5. Bapak dan Ibu dosen yang telah membimbing dan mengajar penulis selama
perkuliahan yang sangat berguna bagi penulis, serta staf akademik yang telah
banyak membantu.
kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis
v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i
ABSTRAK .................................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 1
A..Latar Belakang................................................................................. 1
B..Rumusan Masalah............................................................................ 6
C..Tujuan Penelitian.............................................................................. 6
D..Manfaat Penelitian............................................................................ 6
A..Jenis Penelitian................................................................................. 37
B..Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................... 37
C..Populasi dan Sampel........................................................................ 37
D..Pengumpulan Data........................................................................... 38
E.. Pengolahan Data............................................................................... 38
vi
F.. Analisis Data.................................................................................... 39
G..Etika Penelitian................................................................................. 40
A...Kesimpulan .................................................................................... 52
B...Saran .............................................................................................. 52
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
No. Halaman
1.....Tabel Sintesa....................................................................................... 35
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Pelamonia
ix
DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN
% Persen
DM Diabetes Melitus
Ha Hipotesis Alternatif
Ho Hipotesis Nol
RS Rumah Sakit
x
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
perawatan optimal di Rumah Sakit akibat ulkus, infeksi dan gangren yang
menyebabkan beban biaya yang berat bagi pasien dan keluarga serta pasien
dapat mengalami amputasi (Kirana et al., 2019). Setiap tahun lebih dari satu
juta orang penderita Diabetes kehilangan salah satu kakinya sebagai salah
satu komplikasi Diabetes, ini berarti bahwa setiap 30 detik satu tungkai hilang
melalui edukasi DM. Edukasi DM merupakan salah satu bentuk empat pilar
1
Sebuah studi yang dilakukan oleh Sukmawati (2019) menemukan
bahwa bila glukosa darah tetap tinggi karena tidak terkontrol dengan baik
maka fungsi sel darah putih akan terganggu sehingga tidak mampu melawan
bakteri, juga terkait dengan masalah sirkulasi yang buruk. Seiring sirkulasi
melambat, sel darah merah bergerak lebih lambat. Hal ini membuat tubuh
atau mungkin tidak sembuh sama sekali. Kerusakan syaraf merupakan faktor
kering dan retak, infeksi kuku dan kelainan bentuk kaki lebih sering di
Penyembuhan luka Diabetes yang lama juga akibat efek peredaran darah dan
mencegah infeksi dan diamputasi organ yang mengalami luka pada pasien
2
membahayakan bagi pasien, sehingga dapat menyebabkan kematian
tipe 1 dan diabetes melitus tipe 2. Diabetes melitus 1 muncul ketika pankreas
sebagai pabrik insulin tidak dapat atau kurang mampu memproduksi insulin.
Akibatnya, insulin tubuh kurang atau tidak ada sama sekali. Gula menjadi
menumpuk dalam peredaran darah karena tidak dapat diangkut ke dalam sel.
secara tepat. Diabetes tipe ini adalah jenis yang paling sering dijumpai.
Biasanya terjadi pada usia di atas 40 tahun, tetapi bisa pula timbul pada usia
insulinnya buruk, tidak dapat berfungsi dengan baik sebagai kunci untuk
3
khususnya populasi di negara dengan tingkat pendapatan rendah – menegah.
pada tahun 2019 beberapa provinsi masih berada pada capaian cakupan
pemberian pelayanan kesehatan sesuai standar kurang dari 85%. Menurut data,
penderita diabetes pada penduduk umur 20-79 tahun pada beberapa negara di
tertinggi. Cina, India, dan Amerika Serikat menempati urutan tiga teratas
dengan jumlah penderita 116,4 juta, 77 juta, dan 31 juta. Indonesia berada di
2018).
mellitus pada semua umur di Sulawesi Selatan yaitu 1,3%. kelompok umur
4
D1/D2/D3/PT (2,1%), pekerjaan sebagai PNS/TNI/Polri/BUMN/BUMD
selama hidup mereka, dengan tingkat kekambuhan 50% sampai 70%. Hal ini
disebabkan karena penderita diabetes mellitus rentan terkena infeksi yang erat
pembuluh darah besar arteri pada bagian tubuh sehingga suplai darah terhenti.
Ulkus diabetik biasanya muncul di daerah kaki dalam bentuk luka terbuka
yang diikuti kematian jaringan setempat dengan tingkat kejadian per tahun
mellitus saja, tetapi adanya faktor penyerta lain seperti umur, jenis kelamin,
obesitas, lama menderita diabetes mellitus, dan lain-lain (Yuliani dkk, 2014).
Makassar pada bulan Maret sampai Mei 2022, diperoleh sebanyak 86 kasus
5
disertai dengan komplikasi ulkus diabetik dan 50 pasien yang tanpa disertai
kaki dengan kejadian ulkus diabetik. Penelitian yang kedua yang dilakukan
oleh Kirana (2019) dengan hasil penelitiannya mengatakan bahwa usia, jenis
kejadian ulkus diabetik. Penelitian yang ketiga yang dilakukan oleh (Roza
Diantara ketiga hasil studi tersebut belum ada yang meneliti terkait
Makassar”.
6
B. Rumusan Masalah
Makassar?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
penderita DM.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Ilmiah
2. Manfaat Institusi
7
3. Manfaat Praktis
Diabetes Mellitus.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Berbagai sumber referensi baik dari buku maupun dari jurnal yang
kadar glukosa darah pada batas nilai rujukan yang normal (Laili dkk, 2019)
karakterisik khusus dengan kadar glukosa dalam darah melebihi batas normal
9
a. Diabetes Melitus Tipe I
Akibatnya, insulin tubuh kurang atau tidak ada sama sekali. Gula menjadi
menumpuk dalam peredaran darah karena tidak dapat diangkut ke dalam sel.
suntikan insulin setiap hari untuk mencukupi kebutuhan insulin dalam tubuh.
penyakit yang disebabkan oleh gangguan sistem imun atau kekebalan tubuh
inilah yang paling banyak terjadi pada usia > 40 tahun, tetapi dapat pula
adalah tipe 2. Pada diabetes tipe 2, organ pankreas masih bisa membuat insulin,
dengan baik sebagai kunci untuk mengantarkan gula ke dalam sel. Akibatnya,
10
gula dalam darah meningkat, pasien biasanya tidak perlu tambahan suntikan
hati.
Masalah lain yang dapat terjadi pada diabetes tipe 2 adalah sel-sel
jaringan tubuh dan otot pasien tidak peka atau sudah resisten terhadap insulin
dapat masuk ke dalam sel dan akhirnya tertimbun dalam peredaran darah.
Keadaan ini umumnya terjadi pada pasien yang gemuk atau mengalami
c. Diabetes Gestasional
Diabetes yang muncul hanya pada saat hamil disebut diabetes tipe
kehamilan).
Ada pula diabetes yang tidak termasuk dalam kelompok di atas yaitu
diabetes sekunder atau akibat dari penyakit lain, yang mengganggu produksi
insulin atau memengaruhi kerja insulin. Penyebab diabetes macam ini adalah
11
Peran hormon kortikosteroid. pemakaian beberapa obat antihipertensi atau
lain adalah:
sebesar 30.0%. Faktor genetik dapat langsung mempengaruhi sel beta dan
terhadap faktor lingkungan yang dapat mengubah integritas dan fungsi sel beta
monozigotik seorang DM tipe II, ibu dari neonatus yang beratnya lebih dari 4
Kg, individu dengan gen obesitas, ras atau etnis tertentu yang mempunyai
b. Pola Makan
makanan yang berlebihan dan tidak diimbangi sekresi insulin dalam jumlah
yang memadai dapat menyebabkan kadar gula dalam darah meningkat dan
12
c. Obesitas
bekerja di dalam sel pada otot skeletal dan jaringan lemak. Hal ini dinamakan
resistensi insulin perifer. obesitas juga merusak kemampuan sel beta untuk
melepas insulin saat terjadi peningkatan glukosa. Kenaikan berat badan yang
melebihi batas normal akan menyebabkan respons sel beta pankreas terhadap
peningkatan glukosa darah berkurang, selain itu reseptor insulin pada sel di
sensitif).
d. Usia
Umur atau usia seseorang menjadi salah satu pemicu terjadinya DM tipe
II khususnya usia >30 tahun, hal ini karena adanya perubahan anatomis,
berlanjut pada tingkat jaringan dan akhirnya pada tingkat organ yang dapat
kadar glukosa darah naik 1.0-2.0 % tiap tahun saat puasa dan akan naik 6.0-
13.0% pada 2 jam setelah makan, berdasarkan hal tersebut, umur merupakan
e. Aktivitas fisik
13
tipe II selain faktor genetik, juga bisa dipicu oleh lingkungan yang
f. Kadar kolesterol
dan DM tipe II. Kurang lebih 38.0% pasien dengan BMI 27 adalah penderita
bebas secara cepat yang berasal dari suatu lemak visceral yang membesar.
Proses ini menerangkan terjadinya sirkulasi tingkat tinggi dari asam lemak
hiperinsulinemia.
g. Stres
Stres dapat memicu reaksi biokimia tubuh melalui 2 jalur, yaitu neural
dan neuroendokrin. Reaksi pertama respon stres yaitu sekresi sistem saraf
14
sumber energi untuk perfusi. Bila stres menetap akan melibatkan hipotalamus-
risiko untuk menderita DM tipe II. DM tipe ini terjadi ketika ibu hami,l gagal
gestasional adalah riwayat keluarga dan obesitas. DM tipe ini dijumpai pada 2-
5 populasi ibu hamil. Biasanya gula darah akan kembali normal setelah
4. Patofisiologi
Tubuh memerlukan bahan untuk membentuk sel baru dan mengganti sel
yang rusak. Di samping itu tubuh juga memerlukan energi supaya sel badan
dapat berfungsi dengan baik. Pada manusia bahan bakar itu berasal dari bahan
makanan yang kita makan setiap hari, yang terdiri dan karbohidrat (gula dan
tepung), protein (asam amino) dan lemak (asam lemak). Pengolahan bahan
dalam saluran pencernaan itu makanan dipecah menjadi bahan dasar dari
15
makanan itu. Karbohidrat menjadi glukosa, protein menjadi asam amino dan
lemak menjadi asam lemak. Ketiga zat makanan itu akan diserap oleh usus
untuk dipergunakan oleh organ di dalam tubuh sebagai bahan bakar. Supaya
dapat berfungsi sebagai bahan bakar zat makanan itu harus masuk dulu ke
Pada sel, zat makanan terutama glukosa dibakar melalui proses kimia
yang rumit, yang hasil akhimya adalah timbulnya energi. Proses ini disebut
selanjutnya dapat digunakan sebagai bahan bakar. Insulin ini adalah hormon
yang dikeluarkan oleh sel beta di pankreas. Dalam keadaan normal artinya
kadar insulin cukup dan sensitif, insulin akan ditangkap oleh reseptor insulin
yang ada pada permukaan sel otot, kemudian membuka pintu masuk sel
hingga glukosa dapat masuk sel untuk kemudian dibakar menjadi energi
tenaga. Akibatnya kadar glukosa dalam darah normal. Pada diabetes dimana
didapatkan jumlah insulin yang kurang atau pada keadaan kualitas insulinnya
tidak baik (resitensi insulin), meskipun insulin ada dan reseptor juga ada, tapi
karena ada kelainan di dalam sel itu sendiri pintu masuk sel tetap tidak dapat
terbuka tetap tertutup hingga glukosa tidak dapat masuk sel untuk dibakar
16
Seseorang yang rentan terhadap diabetes tipe I, ditemukan adanya ICA
(Islet Cell Antibody) yang meningkat kadarnya oleh karena beberapa faktor
pencetus seperti infeksi virus, virus tetangga, rubella, herpes dan lainnya
kerusakan sel beta permanen. Bagian yang diserang pada insulitis itu hanya sel
penurunan fungsi cell β, yang akhirnya akan menuju ke kerusakan total sel β.
insulin itu agar kadar glukosa darah tetap normal. Lama kelamaan sel beta
glukosa darah meningkat dan fungsi sel beta makin menurun. Saat itulah
b. Kadar glukosa yang berlebihan dalam waktu yang lama akan menyebabkan
c. Banyak makan karena sering merasa lapar (polifagia), penurunan berat badan.
17
d. Rasa kesemuatan khususnya pada bagian ekstermitas, gatal, mata kabur,
Tabel 1
Kriteria diagnostik diabetes
Kadar Glukosa Nilai Normal
Glukosa darah sewaktu (mg/dL) <200mg/dL
GDP (mg/dL) <100mg/dL
Glukosa darah 2 jam Postprandial <140mg/dL
Sumber : (Kemenkes, 2018).
yaitu :
a. Komplikasi Akut
insulin dalam darah dan penurunan kadar glukosa darah yang diakibatkan oleh
18
b. Komplikasi Kronik
penyakit silent killer karena banyak penderitanya yang tak menyadari jika
(Nusdin, 2020).
rancangan pola makan sehat dalam porsi secukupnya dan mengacu pada
jadwal makan rutin untuk membantu mengontrol gula darah bagi penderita
menyeluruh dari anggota tim yang terdiri dari dokter, ahli gizi, petugas
19
mellitus perlu diberikan penekanan mengenai pentingnya menerapkan
mendapatkan obat dari dokter seperti insulin atau obat lain yang dapat
a. Karbohidrat
20
b. Lemak
c. Protein
21
asupan protein menjadi 1-1,2 g/kg BB perhari.
b. Aktif olahraga
sedikit (5-7% dari total berat) disertai dengan 30 menit kegiatan fisik olahraga
5 hari per minggu, sambil makan secukupnya yang sehat. Selain itu, untuk
identifikasi diri terhadap risiko diabetes, maka setiap orang mulai berusia 45
positif mendukung kesehatan umum dan upaya menghindarkan diri dari risiko
bergizi dan seimbang, ataupun bisa diet, diri terhadap makanan tertentu atau
22
b. Promosi kesehatan ditujukan pada kelompok berisiko, untuk mengurangi atau
dini dan aksesibilitas yang rendah (pelayanan yang tersedia masih kurang dan
pengobatan terdapat penderita untuk tidak jatuh ke diabetes melitus yang lebih
sendiri meliputi :
23
a. Kategori obat yang meberikan stimulus sel beta untuk memproduksi insulin
b. Kelompok obat yang fungsi utamanya bekerja di perifer, bagian otot dan
1. Pengertian
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang
2018). Pengetahuan adalah suatu hasil tau dari manusia atas penggabungan
atau kerjasama antara suatu subyek yang mengetahui dan objek yang
24
pandangan atau pembelajaran yang di dapatkan oleh seseorang sehingga
2. Tingkatan Pengetahuan
a. Tahu (Know)
kerja yang digunakan untuk mengukur orang yang tahu tentang apa
yang dipelajari yaitu dapat menyebutkan, menguraikan,
mengidentifikasi, menyatakan dan sebagainya (Imas M, 2018).
b. Memahami (Comprehention)
Memahami suatu objek bukan hanya sekedar tahu terhadap
objek tersebut, dan juga tidak sekedar menyebutkan, tetapi orang
tersebut dapat menginterpretasikan secara benar tentang objek yang
diketahuinya. Orang yang telah memahami objek dan materi harus
dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menarik kesimpulan,
meramalkan terhadap suatu objek yang dipelajari (Imas M, 2018).
c. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek
yang dimaksud dapat menggunakan ataupun mengaplikasikan prinsip
yang diketahui tersebut pada situasi atau kondisi yang lain. Aplikasi
juga diartikan aplikasi atau penggunaan hukum, rumus, metode,
prinsip, rencana program dalam situasi yang lain (Imas M, 2018).
d. Analisis (Analysis)
25
Analisis adalah kemampuan seseorang dalam menjabarkan atau
memisahkan, lalu kemudian mencari hubungan antara komponen
komponen dalam suatu objek atau masalah yang diketahui. Indikasi
bahwa pengetahuan seseorang telah sampai pada tingkatan ini adalah
jika orang tersebut dapat membedakan, memisahkan,
mengelompokkan, membuat bagan (diagram) terhadap pengetahuan
26
diperlukan untuk mendapatkan informasi berupa hal hal yang
menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup.
Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku
akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap berpesan
serta dalam pembangunan pada umumnya makin tinggi pendidikan
seseorang maka semakin mudah menerima informasi.
b. Pekerjaan
Pekerjaan adalah suatu keburukan yang harus dilakukan demi
menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarganya. Pekerjaan tidak
diartikan sebagai sumber kesenangan, akan tetapi merupakan cara
mencari nafkah yang membosankan, berulang, dan memiliki banyak
tantangan. Sedangkan bekerja merupakan kagiatan yang menyita
waktu.
c. Umur
Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan
sampai berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan
kekuatan seseorang akan lebih matangdalam berfikir dan bekerja. Dari
segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa dipercaya
dari orang yang belum tinggi kedewasaannya.
d. Faktor Lingkungan
Lingkungan ialah seluruh kondisi yang ada sekitar manusia dan
27
mempelajari hal-hal yang baik dan juga hal-hal yang buruk tergantung
e. Sosial Budaya
balik antara semua segi kehidupan bersama dan sistem sosial budaya
menerima informasi.
a) Baik
Bila subyek mampu menjawab dengan benar 76% - 100% dari seluruh
pertanyaan
b) Cukup
pertanyaan
28
c) Kurang
pertanyaan.
1. Kepatuhan
a. Definisi
1) Faktor individu
29
Gibson, yang menyatakan bahwa variabel individu dikelompokkan
usia, jenis kelamin, latar belakang pendidikan, masa kerja dan status
perkawinan.
a) Usia
b) Jenis Kelamin
30
pekerjaan. Teori psikologi menjumpai bahwa wanita lebih
c) Pendidikan
pekerjaan.
d) Lama Kerja
meninggalkan pekerjaannya.
e) Status Perkawinan
31
sedikit absensinya, lebih puas dengan pekerjaannya dibandingkan
belum menikah.
2) Faktor Organisasi
orang atau lebih yang bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu.
3) Faktor Psikologi
a) Sikap
32
sebagai suatu penghayatan tehadap objek. Sikap terdiri dari
tingkat tiga
b) Motivasi
33
c) Persepsi
disebabkan kontak dengan sumber panas (seperti bahan kimia, air panas, api,
radiasi, dan listrik), hasil tindakan medis, maupun perubahan kondisi fisiologis.
Luka akut merupakan cedera jaringan yang dapat pulih kembali seperti
keadaan normal dengan bekas luka yang minimal dalam rentang waktu 8-12
34
minggu. Penyebab utama dari luka akut adalah cedera mekanikal karena faktor
eksternal, dimana terjadi kontak antara kulit dengan permukaan yang keras
atau tajam, luka tembak, dan luka pasca operasi. Penyebab lain luka akut
adalah luka bakar dan cedera kimiawi, seperti terpapar sinar radiasi, tersengat
listrik, terkena cairan kimia yang besifat korosif, serta terkena sumber panas
(Aprilani, 2018).
lambat, dengan waktu penyembuhan lebih dari 12 minggu dan terkadang dapat
karena kondisi fisiologis (seperti diabetes melitus (DM) dan kanker), infeksi
dapat digunakan untuk luka maupun ulser kronik. Selulosa mikrobial dapat
membantu proses penyembuhan, melindungi luka dari cedera lebih lanjut, dan
penyembuhan luka. Kekuatan mekanik yang tinggi dan sifat fisik yang luar
biasa dihasilkan dari struktur nano membran. Metode perawatan luka lainnya
dengan balutan madu untuk pasien trauma dengan luka terbuka, dimana pasien
35
tidak merasakan nyeri dibandingkan dengan penggunaan balutan normal
salinpovidon iodin. Selain itu dapat juga dilakukan modifikasi sistem vakum
pengeluaran cairan dari luka, sehingga dapat mengurangi populasi bakteri dan
memberikan rasa nyaman yang lebih baik sebelum prosedur operasi (Sari &
Wiryansyah, 2018).
Tabel 1
36
Pengetahuan dan
pengobatan luka
dengan teknik
modern dressing
secara signifikan
(p<0,129)
2. Lely Herawati Penelitian ini Populasi adalah Pelaksanaan
Tingkat bersifat seluruh subjek penelitian Tingkat
Pengetahuan observasional atau objek dengan Pengetahuan
Pasien Tentang deskriptif di karakteristik Pasien tentang
Perawatan lakukan tertentu yang akan Perawatan Luka
Luka Diabetes terhadap diteliti (Hidayat, Daibetes di
Melitus Di sekumpulan 2007). Populasi Ruang Wanita
Rumah Sakit objek yang dalam penelitian Rumah Sakit
PTPN II biasanya ini adalah seluruh PTPN II
bertujuan pasien yang Bangkatan Binjai
untuk melihat dirawat di Ruang Tahun 2016 yang
gambaran Wanita RS PTPN dilakukan pada
fenomena II Bangkatan bulan Januari
(termasuk Binjai, berjumlah sampai dengan
kesehatan) 20 orang metode April 2016 .
yang terjadi di penentuan sampel Sampel dalam
dalam suatu menggunakan penelitian adalah
populasi aksidental Pasien Diabetes
tertentu. sampling Melitus di Ruang
Wanita Rumah
Sakit PTPN II
Bangkatan
dengan jumlah
sampel 10 orang.
3. Hobertina Jenis Populasi dalam Berdasarkan tabel
Songjanan Penelitian yang penelitian ini 1 dapat diketahui
digunakan adalah seluruh bahwa pasien
Hubungan adalah deskritif pasien DM yang Diabetes Melitus
Pengetahuan analitik dengan mengalami luka di Poliklinik
dan Sikap pendekatan diabetes yang Bedah di RSU
Kepatuhan cross sectional berobat/berkunjun Karel
Diet DM study untuk g ke Polik Bedah Sadsuitubun
Dengan mengetahui RSU Karel Langgur lebih
Penyembuhan hubungan Sadsuitubun dari separuh
Luka Diabetes pengetahuan, Langgur mulai berumur 50 – 64
di Rumah sikap dan dari bulan Mei tahun (56,3%).
Sakit Umum kepatuhan diet 2018 s. d. Mei Penelitian
Karel DM dengan 2019 yaitu sebelumnya Sri
Sadsuitubun penyembuhan sebanyak 432 Trisnawati (2013),
Langgur luka diabetes pasien. mengungkapkan
37
di polik Bedah 61,4% pasien DM
RSU Karel berumur lebih
Sadsuitubun dari 50 tahun.
Langgur Salah satu faktor
risiko terjadinya
DM adalah usia >
40 tahun, karena
pada usia ini
umumnya
manusia
mengalami
penurunan fungsi
fisiologis dengan
cepat, sehingga
terjadi defisiensi
sekresi insulin.
38
BAB III
KERANGKA KONSEP
Kepatuhan Proses
Pengetahuan Perawatan Luka
Diabetes Mellitus
Keterangan :
: Variabel Independen
: Variabel Dependen
39
C. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif
1. Definisi Operasional
Kriteria Objektif :
nilai 56 %-75%
nilai 0 %-55%
tiga tingkatan yaitu baik, cukup dan kurang adalah sebagai berikut :
f
P = X 100
N
Keterangan :
P : Persentase
(Arikunto, 2019).
40
Perawatan luka dapat dilakukan dengan menggunakan terapi
Kriteria Obejektif :
memperoleh nilai 4
D. Hipotesis Penelitian
41
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
ini adalah penelitian analitik dengan desain studi cross sectional, dimana
sehingga cukup efektif dan efisien. Dengan metode ini diharapkan dapat
1. Lokasi Penelitian
2. Waktu Penelitian
2022.
1. Populasi
peristiwa, atau benda yang menjadi pusat perhatian bagi peneliti (Dahlan,
2018). Populasi dalam penelitian ini adalah pasien diabetes melitus disertai
42
ulkus diabetik yang datang berobat di RS TK II Pelamonia sebanyak 36
orang.
2. Sampel
seluruh populasi dan yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah
pasien diabetes melitus yang disertai ulkus diabetik yang datang berobat di
D. Pengumpulan Data
1. Sumber data
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh peneliti secara langsung dari
b. Data Sekunder
Data Sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari pihak lain
(Puji et al., 2018). Data sekunder dalam penelitian ini ialah data Jumlah
E. Pengolahan Data
43
1. Penyuntingan ( Editing)
2. Pengkodean (coding)
data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat
tujuan agar mudah dimengerti dan lebih mempunyai makna (Puji et al.,
2018).
44
F. Analisis Data
1. Analisis Univariat
2. Analisis Bivariat
penelitian ini apabila memenuhi syarat adalah uji Chi Square Test dengan
G. Penyajian Data
H. Etika Penelitian
Masalah etika yang harus diperhatikan dalam sebuah penelitian antara lain
sebagai berikut :
dan tujuan riset yang dilakukan serta dampak yang mungkin terjadi
45
responden menolak untuk diteliti, maka peneliti tidak akan memaksa dan
3. Confidentiality (kerahasiaan)
data tertentu saja akan disajikan atau dilaporkan sebagai hasil riset.
46
BAB V
A. Hasil Penelitian
Pelamonia Makassar.
1. Karakteristik Responden
Tabel 2
Karakteristik Responden Proses Perawatan Luka Diabetes Melitus Di RS TK
II Pelamonia Makassar
Variabel n %
Umur
36-45 Tahun 5 13.9
46-55 Tahun 16 44.4
56-65 Tahun 15 41.7
Jenis Kelamin
Perempuan 21 58.3
Laki-Laki 15 41.7
Pekerjaan
IRT 10 27.8
PNS 8 22.2
Wiraswasta 18 50.0
Pendidikan 71 69.6
SD 6 16.7
SMP 9 25.0
SMU 14 38.9
S1 7 19.4
Jumlah 36 100
Sumber : Data Primer 2022
responden terbanyak pada umur 46-55 tahun sebanyak 16 orang (44.4%) dan
47
responden yang paling sedikit pada umur 36-45 tahun sebanyak 5 orang
(13.9%).
orang (58.3%) dan responden yang paling sedikit pada responden yang
orang (50.0%) dan responden yang paling sedikit yang memiliki pekerjaan
sebanyak 14 orang (38.9%) dan responden yang paling sedikit pada responden
2. Analisis Univariat
Di RS TK II Pelamonia Makassar
Tabel 3
Pengetahuan penderita DM terhadap Proses Perawatan Luka Diabetes Melitus
Di RS TK II Pelamonia Makassar
Pengetahuan n %
Cukup 19 52.8
Kurang 17 47.2
Jumlah 36 100
Sumber : Data Primer 2022
48
Berdasarkan tabel 3 diperoleh hasil sebanyak 19 responden (52.8%) yang
Di RS TK II Pelamonia Makassar
Tabel 4
Distribusi Kepatuhan penderita DM terhadap Proses Perawatan Luka Diabetes
Melitus Di RS TK II Pelamonia Makassar
Kepatuhan n %
Patuh 18 50.0
Tidak Patuh 18 50.0
Jumlah 36 100
Sumber : Data Primer 2022
3. Analisis Bivariat
Tabel 5
Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Proses Perawatan Luka Diabetes
Melitus Di RS TK II Pelamonia Makassar
Kepatuhan
Tidak Patuh Patuh Total Nilai P
Pengetahuan
n % n % n %
Kurang 13 72.8 4 27.2 17 100
0,000
Cukup 5 22.2 14 77.8 19 100
Jumlah 18 28.4 73 71.6 36 100
Sumber : Data Primer 2022
49
patuh sebanyak 4 responden (27.2%).
maka diperoleh nilai p = 0,000 (α < 0,05). Hal ini berarti bahwa Ha diterima
Makassar.
B. Pembahasan
1. Karakteristik Responden
pengelopokan umur dibagi menjadi 3 bagian yaitu umur 36-45 tahun, umur 46-
terbanyak pada penelitian ini yaitu pada kelompok umur 45-55 tahun sebanyak
16 responden dan yang paling sedikit pada kelompok umur 36-45 tahun. Hasil
penelitian ini didukung teori yang dikemukan oleh (Nusdin & Handayani,
2020) yang mengatakan bahwa penderita diabetes melitus tipe 2 dapat dialami
yang paling sedikit pada jenis kelamin laki-laki sebanyak 15 orang. Hasil
penelitian ini didukung teori yang dikemukakan oleh (Nusdin & Handayani,
2020) yang mengatakan bahwa perempuan memiliki potensi yang lebih tinggi
50
obesitas sebagai salah satu dari faktor risiko pencetus terjadinya diabetes
melitus. Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh
kepatuhan seseorang antara lain adalah adanya sikap positif yang dimiliki dan
2. Analisis Univariat
responden berada pada tingkat SMU dan Sarjana (S1) sedangkan responden
pendidikan yang rendah pula yakni SMP dan SD. Hal ini sejalan teori yang
pendeidikannya.
yang patuh dan sebanyak 18 responden (50.0%) yang tidak patuh. Kepatuhan pada
pasien Diabetes Melitus dalam melakukan proses perawatan luka diabetes dapat
dicapai karena adanya dukungan dari keluarga pasien yang selalu membantu
mengantar ke rumah sakit.dan juga adanya sikap positif yang dimiliki oleh penderita
Diabetes Melitus bahwa untuk mencapai proses penyembuhan pada luka diabetiknya
mendapatkan perawatan luka diabetik. Hasil penelitian ini didukung oleh teori
51
3. Analisis Bivariat
statistic Chi Squre dengan menggunakan SPSS maka diperoleh nilai p = 0,000
Pelamonia Makassar.
dilakukan di rumah sakit yang apabila tidak dilakukan sesuai dengan prosedur
yaitu pecahnya luka sebagian atau seluruhnya yang ditandai dengan kenaikan
suhu tubuh (demam), takikardia, dan rasa nyeri pada daerah luka, eviceration
yaitu menonjolnya organ tubuh bagian dalam ke arah luar melalui luka yang
dapat terjadi jika luka tidak segera menyatu dengan baik atau akibat proses
52
Adanya 5 responden yang memiliki pengetahuan cukup namun tidak
terkadang tidak ada yang bisa mengantar ke rumah sakit sehingga proses
yang memiliki pengetahuan cukup namun tidak patuh dalam proses perawatan
luka diabetes melitus disebabkan karena alasan ekonomi. Jarak tempuh antara
rumah sakit dengan tempat tinggal yang jauh yang membutuhkan biaya
Sebaliknya dari hasil penelitian ini pula terdapat 4 responden yang memiliki
pengetahuan yang kurang namun patuh dalam proses perawatan luka diabetes
melitus disebabkan karena adanya dukungan dari keluarga dan didukung oleh
sesorang salah satunya adalah faktor ekstrinsik yaitu faktor yang memerlukan
rangsangan dari luar seperti dukungan sosial yakni dalam bentuk dukungan
53
(Niven, 2017).
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
alasan kenapa pasien tidak patuh melakukan perawatan luka seperti tidak ada
puskesmas atau rumah sakit yang jauh, tidak kembalinya bentuk fisik yang
semula meskipun sering berobat, dan tidak ada biaya. Alasan-alasan yang
penyembuhan luka gangren menjadi lebih panjang atau tertunda (Rita, 2018).
pencegahan dan faktor risiko, hal ini dapat menghambat praktik kepatuhan
demikian juga sebeliknya bahwa pengetahuan yang kurang bukanlah hal yang
sangat dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain dukungan sosial dan
54
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
rumah sakit penelitian ini diperoleh hasil sebanyak 18 responden (50.0%) yang patuh
3. Hasil uji statistic Chi Squre diperoleh nilai p = 0,000 (α < 0,05), sehingga dapat
B. Saran
komplikasi
55
4. Disarankan kepada peneliti selanjutnya agar dapat melakukan penelitian
56
DAFTAR PUSTAKA
Aprilani, Y. dan. (2018). Perawatan Luka Kaki Diabetik Pada Pasien Diabetes
Mellitus Di Cindara Wound Care Center Jepara. Jpk, 2, 55–65.
Arikunto. (2019). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. PT Rineka Cipta.
Dahlan, S. (2018). Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta :
Epidemiologi Indonesia.
Damayanti. (2019). Diabetes Melitus dan Pelaksanaan Keperawatan. Yogyakarta:
Nuha Medika.
Gibson. (2018). Manajemen Sumber Daya manusia. Cetakan Kedua. Erlangga.
Habtu, Uwingabire, Mureithi, & Gashegu. (2018). Knowledge and Attitude of
Diabetes Mellitus and Adherence to Treatment Regimen among Diabetic
Patients Attending Kirehe District Hospital, Rwanda. J Diabetes Clin Pract,
2(2).
Hasdianah. (2019). Mengenal Diabetes Melitus Pada orang Dewasa dan Anaka-
Anak dengan Solusi Herbal. Yogyakarta : Nuha Medika.
Haynes, Taylor, & Sackett. (2019). Compliance in health care. John Hopkins
University Press.
Hidayat, A. A. (2016). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikas Konsep dan
Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Imas M, N. A. (2018). Metodologi penelitian kesehatan. In 01 agustus 2018 (1st ed.,
Vol. 59).
Kemenkes. (2018). Hari Diabetes Sedunia. Jakarta: Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia.
Kirana, S., Rosa, D., Udiyono, A., Kusariana, N., & Dian, L. (2019). Faktor-
Faktor Yang Berhubungan Dengan Timbulnya Gangren Pada Pasien
Diabetes Mellitus Di RSUD K.R.M.T. Wongsonegoro Semarang. Jurnal
Kesehatan Masyarakat, 7, 192–202.
Laili, N. R., Dewi, Y. S., & Wahyuni, E. D. (2019). Edukasi Dengan Pendekatan
Prinsip Diabetes Self Management Education (Dsme) Meningkatkan
Perilaku Kepatuhan Diet Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2. Critical
Medical and Surgical Nursing Journal, 1(1).
Lathifah, N. L. (2019). The Relationship Between Duration Disease and Glucose
Blood Related to Subjective Compliance in Diabetes Mellitus. Jurnal
Berkala Epidemiologi, 5(2), 218.
Magee. (2017). Hidup Lebih Baik Bersama Diabetes. Jakarta: PT Bhuana Ilmu
Populer.
Niven. (2017). Psikologi Kesehatan. Jakarta : EGC.
Notoatmodjo. (2014). Metodologi penelitian kesehatan (Vol. 1).
Notoatmodjo. (2018). Promosi kesehatan dan perilaku kesehatan. Rineka Cipta.
Nusdin. (2020). Program Layanan Kesehatan Berbasis Evidance Dalam
Penanganan Penyakit Diabetes Melitus. CV. AA. Rizky.
Nusdin, & Handayani, T. (2020). Program Layanan Kesehatan Berbasis Evidance
dalam Penanganan Penyakit Diabetes. Serang Banten : CV. AA. Rezky.
Primadi, O. (2020). Profil Kesehatan Tahun 2019.
https://www.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-
indonesia/Profil-Kesehatan-Indonesia-2019.pdf
Puji, E., Syatriani, S., Efendi, S., & Bustan, N. (2018). Pedoman Penulisan Skripsi.
Makassar : Sekolah TinggiIlmu Kesehatan Makassar.
Putri, N., & Isfandiari, M. (2019). Hubungan Empat Pilar Pengendalian Dm Tipe 2
dengan Rerata Kadar Gula Darah. Jurnal Berkala Epidemiologi, 1(2), 234–
243.
Rahayu, E., Kamaluddin, R., & Sumarwati, M. (2018). Pengaruh Program
Diabetes Self Management Education Berbasis Keluarga terhadap Kualitas
Hidup Penderita Diabetes Melitus Tipe II di Wilayah Puskesmas II
Baturraden. Jurnal Keperawatan Soedirman, 9(3), 163–172.
RISKESDAS. (2018). Prevalensi Penyakit Diabetes Melitus Di Indonesia Tahun
2018. Jakarta : Kementrian Kesehatan RI.
Rita. (2018). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan Pasien
Diabetes Mellitus Dalam Perawatan Ulkus Gangren Di Puskesmas
Bojonggede Kabupaten Bogor Tahun 2018. Universitas Indonesia.
Roza, R. L., Afriant, R., & Edward, Z. (2019). Faktor Risiko Terjadinya Ulkus
Diabetikum pada Pasien Diabetes Mellitus yang Dirawat Jalan dan Inap di
RSUP Dr. M. Djamil dan RSI Ibnu Sina Padang. Jurnal Kesehatan Andalas,
4(1), 243–248.
Samidah, I., , M., & Mariyati, D. (2018). Faktor-Faktor Yang Berhubungan
Dengan Kejadian Ulkus Diabetik Pada Penderita Diabetes Melitus Di Rs
Bhayangkara Tk III Polda Bengkulu Tahun 2016. Journal of Nursing and
Public Health, 5(1), 6–10.
Sari, L., & Wiryansyah, O. A. (2018). Hubungan Tingkat Pengetahuan Perawatan
Luka Terhadap Kepatuhan Perawat Dalam Prosedur Perawatan LukA.
Perawatan Luka, 53(9), 1–12.
Sukmawati, E., Sari, N. N., & Chriswinda B.M, A. (2019). Hubungan Tingkat
Pengetahuan Pasien Diabetes Mellitus dengan Perawatan Luka
Menggunakan Tekhik Modern Dressing (Studi RLS Sidoarjo). Jurnal Ilmiah
Keperawatan Stikes Hang Tuah Surbaya, 14(1), 35–42. \
Suyono. (2018). Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta: FKUI.
Tandra. (2019). Segala Sesuatu yang Harus Anda Ketahui tentang Diabetes.
Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Wawan, A., & M, D. (2018). Teori & Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan
Perilaku Manusia Jakarta : Nuha Medika.
WHO. (2020). Global recommendations on physical activity for health. Geneva :
witzerland.
Yuliani, F., Oenzil, F., & Iryani, D. (2019). Hubungan Berbagai Faktor Risiko
Terhadap Kejadian Penyakit Jantung Koroner Pada Penderita Diabetes
Melitus Tipe 2. Jurnal Kesehatan Andalas, 3(1), 37–40.
LAMPIRAN 1
Hormat saya,
Oleh:
HALLWARD ADRIAN EDMUND. M
A. Identitas Responden
1. Nama (inisial) :.……….
2. Umur :………..(Tahun)
3. Pendidikan :………..
4. Pekerjaan :………..
5. Daerah tubuh yang luka :………..
6. DM Tipe :………..
7. Adakah yang mengantar ke RS?
a. Anak c. Istri e. Keluarga lainnya
b. Saudara d. Suami
Hasil SPSS
Umur
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 36-45 5 13.9 13.9 13.9
Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Perempuan 21 58.3 58.3 58.3
Laki-laki 15 41.7 41.7 100.0
Total 36 100.0 100.0
Pekerjaan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid IRT 10 27.8 27.8 27.8
PNS 8 22.2 22.2 50.0
Wiraswasta 18 50.0 50.0 100.0
Pendidikan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid SD 6 16.7 16.7 16.7
SMP 9 25.0 25.0 41.7
SMU 14 38.9 38.9 80.6
S1 7 19.4 19.4 100.0
Total 36 100.0 100.0
Kepatuhan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Patuh 18 50.0 50.0 50.0
Pengetahuan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Cukup 19 52.8 52.8 52.8
Kurang 17 47.2 47.2 100.0
Kepatuhan
Patuh Tidak Patuh Total
Pengetahuan Cukup Count 14 5 19
% within Kepatuhan 77.8% 27.8% 52.8%
Kurang Count 4 13 17
% within Kepatuhan 22.2% 72.2% 47.2%
Total Count 18 18 36
% within Kepatuhan 100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df (2-sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 9.028 a
1 .003
Continuity Correction b
7.133 1 .008
Likelihood Ratio 9.456 1 .002
Fisher's Exact Test .007 .003
Linear-by-Linear Association 8.777 1 .003
N of Valid Cases 36
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8.50.
b. Computed only for a 2x2 table
Lampiran 5
DOKUMENTASI PENELITIAN
LAMPIRAN 8
MASTER TABEL
Jenis Pengetahuan
Umur Pekerjaan Pendidikan
N Kelamin Pertanyaan
o JM Skor KD
KD KD KT KT KD P P P P P P P P1 KTG
L e G
KTG G KTG G G KDG G G 1 P2 3 4 5 6 P7 8 9 0
36-45 Kuran
1 Th 1 PNS 2 SD 1 P 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 4 40% g 2
56-65 SM Kuran
2 Th 3 IRT 1 U 3 P 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 4 40% g 2
36-45 SM
3 Th 1 PNS 2 U 3 L 2 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 7 70% Cukup 1
46-55 SM
4 Th 2 IRT 1 U 3 P 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 7 70% Cukup 1
46-55 WRSW SM
5 Th 2 TA 3 U 3 L 2 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 7 70% Cukup 1
46-55 WRSW SM Kuran
6 Th 2 TA 3 P 2 L 2 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 4 40% g 2
56-65 SM Kuran
7 Th 3 IRT 1 U 3 P 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 4 40% g 2
56-65 SM
8 Th 3 IRT 1 P 2 P 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 7 70% Cukup 1
46-55
9 Th 2 PNS 2 SD 1 P 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 7 70% Cukup 1
56-65 WRSW SM Kuran
10 Th 3 TA 3 U 3 L 2 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 4 40% g 2
56-65 WRSW
11 Th 3 TA 3 S1 4 L 2 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 7 70% Cukup 1
46-55 Kuran
12 Th 2 IRT 1 SD 1 P 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 4 40% g 2
46-55 SM
13 Th 2 IRT 1 U 3 P 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 7 70% Cukup 1
36-45 Kuran
14 Th 1 PNS 2 SD 1 P 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 4 40% g 2
36-45 WRSW SM
15 Th 1 TA 3 P 2 L 2 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 7 70% Cukup 1
56-65 SM
16 Th 3 IRT 1 U 3 P 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 7 70% Cukup 1
46-55 SM Kuran
17 Th 2 PNS 2 P 2 P 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 4 40% g 2
18 46-55 2 WRSW 3 SM 2 L 2 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 7 70% Cukup 1
Th TA P
56-65 WRSW
19 Th 3 TA 3 S1 4 L 2 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 7 70% Cukup 1
46-55 WRSW Kuran
20 Th 2 TA 3 S1 4 L 2 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 4 40% g 2
46-55 WRSW SM
21 Th 2 TA 3 P 2 L 2 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 7 70% Cukup 1
46-55 SM Kuran
22 Th 2 IRT 1 P 2 P 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 7 70% g 2
46-55 SM
23 Th 2 IRT 1 U 3 P 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 7 70% Cukup 1
56-65
24 Th 3 IRT 1 SD 1 P 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 7 70% Cukup 1
56-65 WRSW Kuran
25 Th 3 TA 3 S1 4 L 2 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 4 40% g 2
36-45 Kuran
26 Th 1 IRT 1 S1 4 P 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 4 40% g 2
46-55 SM
27 Th 2 PNS 2 U 3 P 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 7 70% Cukup 1
46-55 SM Kuran
28 Th 2 IRT 1 P 2 P 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 4 40% g 2
56-65 WRSW
29 Th 3 TA 3 SD 1 L 2 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 7 70% Cukup 1
56-65 WRSW Kuran
30 Th 3 TA 3 S1 4 L 2 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 4 40% g 2
56-65 WRSW Kuran
31 Th 3 TA 3 S1 4 L 2 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 4 40% g 2
56-65 SM
32 Th 3 IRT 1 U 3 P 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 7 70% Cukup 1
46-55 SM
33 Th 2 IRT 1 P 2 P 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 7 70% Cukup 1
56-65 SM Kuran
34 Th 3 IRT 1 U 3 P 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 4 40% g 2
46-55 SM
35 Th 2 PNS 2 U 3 P 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 7 70% Cukup 1
36-45 SM Kuran
36 Th 3 IRT 1 U 3 P 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 4 40% g 2