Anda di halaman 1dari 62

PROPOSAL PENELITIAN

PENGARUH JUS TIMUN TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH


PADA PASIEN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
WAOLEONA TAHUN 2022

Oleh:
SABDI RASYID
NIM: 1909200414201014

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
INSTITIUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN AVICENNA
KENDARI
2023
HALAMAN PERSETUJUAN
Proposal Penelitian

“Pengaruh Jus Timun Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Pasien


Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Waoleona 2022”.

Yang disusun dan diajukan oleh:

SABDI RASYID
NIM: 1909200414201014
Yang akan dipresentasikan pada seminar Proposal Penelitian

Pada tangggal: ……………….2023

Menyetujui

Dosen Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

(Ns. Andi Herman, S.Kep.,M.Kep) (Ns. Aidil Shafwan, S.Kep., M.Kes)

MENGETAHUI:

Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Prodi S1 Keperawatan


Dekan Ketua

(Nirwana, SKM., M.Kes) (Ns. Aidil Shafwan, S.Kep., M.Kes)

ii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang


telah memberikan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga Penulis masih diberikan
kesehatan, kesempatan, kesabaran terlebih lagi karunia kemauan serta tekad yang
dianugrahkan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal
Penelitian yang berjudul: “Pengaruh Jus Timun Terhadap Penurunan Tekanan
Darah Pada Pasien Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Waoleona 2022”.
Proposal penelitian ini merupakan rangkaian tugas akhir dalam
menyelesaikan pendidikan program Ilmu Keperawatan di Institut Teknologi dan
Kesehatan Avicenna Kendari. Pada proses penyusunan proposal penelitian ini
penulis banyak mendapatkan bantuan dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh
karena itu penulis dengan tulus dan ikhlas serta penuh hormat mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Ansharullah. M.sc, selaku Rektor Institut Teknologi
dan Kesehatan Avicenna.
2. Bapak dr. H. Thamrin Datjing, M.Kes selaku Wakil Rektor I Institut
Teknologi dan Kesehatan Avicenna.
3. Bapak dr. H Ansar Sangka, MM selaku Wakil Rektor II Institut Teknologi
dan Kesehatan Avicenna.
4. Ibu Nirwana., SKM., M. Kes selaku Dekan Fakuktas Ilmu-Ilmu Institut
Teknologi dan Kesehatan Avicenna.
5. Bapak Ns. Aidil Safwan. S. Kep. M.Kes selaku Ketua Prodi S1 Ilmu
Keperawatan Institut Teknologi dan Kesehatan Avicenna.
6. Bapak Ns. Andi Herman, S.Kep., M.Kep selaku pembimbing I yang telah
meluangkan waktunya disela kesibukan dan telah memberi banyak masukan
dan nasehat
7. Bapak Ns. Al Edy Dawu. S,Kep.M.Kes selaku pembimbing II yang telah
meluangkan waktunya disela kesibukan dan telah memberi banyak masukan
dan nasehat

iii
8. Bapak dan Ibu Dosen Institut Teknologi dan Kesehatan Avicenna Kendari,
penulis ucapkan terima kasih atas semua pengetahuan yang telah diberikan.
9. Ibu Komang Agus sri Aryaningsih, A.Md, Keb selaku Kepala UPTD
Puskesmas Waelona.
10. Ibu Samsiar, Amd, Keb selaku Staf UPTD Puskesmas Waelona yang
membantu saya dalam pengambilan data awal.
11. Teman-Teman Mahasiswa Institut Teknologi dan Kesehatan Avicenna
terkhusus angkatan 019 yang telah berproses dan saling memberikan motivasi
dalam menyelesaikan paska Sarjana.

Terima kasih sedalam-dalamnya kepada kedua orang tua tercinta ayah


“Ayahanda La Indi” dan Ibu “Samdia” dan saudara-saudaraku, yang telah
banyak memberi motivasi dan do’a restu selama menempuh pendidikan sampai
pada penyelesaian studi akhir di Institut Teknologi dan Kesehatan Avicenna
Kendari. Seluruh teman-teman program ilmu keperawatan yang telah banyak
memberikan motivasi dan bantuannya dalam penyusunan proposal penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
dan penulisan Studi Kasus ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala
kritik dan saran dari semua pihak untuk menyempurnakannya. Demikian semoga
proposal penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan terutama kepada
Penulis dalam menyelesaikan pendidikan di Institut Teknologi dan Kesehatan
Avicenna Kendari, Aamiin.

Kendari, juli 2023

Penuli

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN....................................................................ii
KATA PENGANTAR..................................................................................iii
DAFAR ISI...................................................................................................vi
DAFTAR TABEL........................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR....................................................................................ix
DAFTAR SINGKATAN..............................................................................x
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................7
C. Tujuan Penelitian...............................................................................7
D. Manfaat Penelitian.............................................................................8
............................................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Hipertensi.................................................9
B. Pemantauan Tekanan Darah..............................................................27
C. Tinjauan Tinjuan Umum Tentang Mentimun................................ 9
D. Edukasi Pasien Hipertensi..................................................................25
E. Kerangka Konsep...............................................................................35
F. Hipotesis............................................................................................36
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desaian Penelitian..............................................................................37
B. Waktu Dan Tempat Penelitian...........................................................38
C. Populasi Dan Sampel.........................................................................38
D. Karakteristik.......................................................................................39
E. Metode Pengumpulan Data................................................................39
F. Tehnik Pengumpulan Data.............................................................40
G. Definisi Oprasional............................................................................42

v
H. Pengolahan dan Analisa Data.........................................................43
I. Penyajian Data...................................................................................43
J. Etika Penelitian..................................................................................43
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................45
LAMPIRAN..................................................................................................49

vi
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 2.1. Klasifikasi Hipertensi........................................................................17


Tabel 3.2. Skema Penelitian................................................................................33
Tabel 3.3. Definisi Operasional..........................................................................38

vii
DAFTAR SINGKATAN
No Singkatan Singkatan Kepanjangan

1. SOP : Standar Oprasional Prosedur


2. BPS : Badan Pusat Statistik
3. WHO : World Health Organization
4. UPTD : Unit Pelaksana Teknik Daerah
5. Riskesdas : Riset Kesehatan Daerah
6. MmHg : Milimeter Hydrargium
7. Dinkes Provinsi Sultra : Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi
Tenggara
8. ACE : (Angionensin Converting Enzyme

viii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Kuesioner

Lampiran 2 : Surat permohonan kepada responden

Lampiran 3 : Lembar persetujuan menjadi responden (Informed Consent)

Lampiran 4 : Surat permohonan permintaan data awal

Lampiran 5 : Surat telah melakukan pengambilan data awal di Puskesmas Waelona

Lampiran 6 : Surat telah melakukan pengambilan data awal di Dinkes Buton

ix
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipertensi merupakan satu dari penyakit tidak menular yang menjadi

masalah dibidang kesehatan dan sering ditemukan pada pelayanan kesehatan

primer yaitu puskesmas. Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik

lebih dari 140 mmHg dan diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali

pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup

istirahat/tenang. Hipertensi termasuk penyakit yang berbahaya karena akan

membebani kerja jantung sehingga menyebabkan arteri osklerosis (pengerasan

pada dinding arteri). Peningkatan tekanan darah dalam waktu lama dan tidak di

deteksi sejak dini dapat menyebabkan penyakit kronik degeneratif seperti

retinopati, kerusakan pada ginjal, penebalan dinding jantung dan penyakit yang

berkaitan dengan jantung, stroke, serta kematian (Ramadhani, 2021).

Data World Health Oganizatian (WHO) pada tahun 2015 di seluruh dunia,

terdapat 972 juta orang atau 26.4% penduduk bumi menderita hipertensi, angka

ini kemungkinan akan mengalami peningkatan menjadi 29.2% di tahun 2025.

Terdapat 333 juta penderita hipertensi di Negara maju dan 639 yang lainnya

berada di Negara berkembang, termasuk Negara Indonesia. Hipertensi

merupakan penyebab 45% kematian akibat stroke diseluruh dunia. WHO

menyebutkan negara berkembang memiliki penderita hipertensi sebesar 40%.

Berdasarkan region di setiap benua, prevalensi tertinggi hipertensi terjadi di

1
kawasan Afrika (46%) dan terendah terjadi di kawasan Amerika Serikat (35%).

Sementara di Asia tenggara sendiri prevalensi hipertensi mencapai (36%). Di

kawasan Asia penyakit ini telah membunuh 1.5 Juta orang setiap tahunnya

(WHO, 2021).

Prevalensi hipertensi berdasarkan hasil pengukuran pada penduduk usia

18 tahun sebesar 34,1%, tertinggi di Kalimantan Selatan (44.1%), sedangkan

terendah di Papua sebesar (22,2%). Hipertensi terjadi pada kelompok umur 31-

44 tahun (31,6%), umur 45-54 tahun (45,3%), umur 55-64 tahun (55,2%).

Prevalensi hipertensi di Indonesia adalah 31,7% yang berarti hampir 1 dari 3

penduduk usia dari 18 tahun keatas menderita hipertensi. Berbagai faktor

terkait dengan genetik dan pola hidup seperti aktivitas fisik yang kurang,

asupan makanan asin dan kaya lemak serta kebiasaan merokok dan minum

alkohol berperan dalam melonjaknya angka hipertensi (Kemenkes RI, 2019).

Berdasarkan data di Indonesia yang di peroleh dari Riskesdas terbaru

pada tahun 2018, angka kejadian hipertensi mencapai 34,11%. Angka kejadian

ini mengalami penambahan yang cukup signifikan apabila dibandingkan

dengan data yang diperoleh dari hasil Riskesdas sebelumnya pada tahun 2013,

diperoleh hasil pengukuran tekanan darah masyarakat Indonesia yang

berusia>18 tahun sebanyak 25.8% mengalami hipertensi dan peningkatan yang

3 cukup signifikan terjadi pada pengukuran tekanan darah usia diatas 60 tahun

yaitu sebesar 25.8% (Riskesdas, 2019) .

Berdasarkan laporan data Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara,

hipertensi adalah salah satu Penyakit Tidak Menular (PTM) yang berada

2
diurutan kedua dalam 10 PTM tertinggi, pada tahun 2018 sebanyak 11.265

kasus hipertensi, pada tahun 2019 sebanyak 22,517 kasus hipertensi, pada

tahun 2020 sebanyak 47,172 kasus hipertensi dan pada tahun 2021 sebanyak

57,160 kasus hipertensi. Jumlah kasus PTM terus beratambah tiap tahunya,

pola makan dan gaya hidup modern yang menjadi faktor resiko utama

timbulnya PTM selain faktor genetik yang mengakibatkan penyakit-penaykit

secara jumlah kasus terus meningkat, hal ini membutuhkan upaya penekananan

dan pengendalian penyakit (Dinkes Prov. Sultra, 2021).

Berdasarkan laporan data Dinas Kesehatan Kabupaten Buton,

prevalensi kejadian hipertensi dari tahun 2019-2021 cukup tinggi, pada tahun

2019 kejadian hipertensi sebanyak 2.724 kasus, pada tahun 2020 angka

kejadian hipertensi meningkat sebanyak 4.457 kasus dan pada tahun 2021

kejadian hipertensi sebanyak 4.480 kasus (Dinkes Kab. Buton, 2021).

Hasil survey data awal yang diperoleh dari rekam medik Puskesmas

Waoleona, diperoleh data kasus kejadian hipertensi pada tahun 2020 sebanyak

216 kasus dari 975 kunjungan (22,15%), tahun 2021 sebanyak 222 kasus dari

758 kunjungan (29,2%), tahun 2022 sebanyak 259 kasus dari 809 kunjungan

(32%), tahun dan pada tahun 2023 periode Januari-April sebanyak 116 kasus

dari 398 kunjungan (29,1%) (Puskesmas Waoleona, 2023).

Hipertensi umumnya terjadi pada usia lanjut, tetapi beberapa penelitian

menunjukkan bahwa hipertensi dapat muncul sejak remaja dan prevalensinya

mengalami peningkatan selama beberapa dekade terakhir. Belakangan ini

kejadian hipertensi dan komplikasinya semakin meningkat bisa berakibat fatal

3
bila tidak segera dicegah dan ditangani dengan segera terutama pada usia

dewasa. Usia dewasa dimulai dari usia diatas 18 tahun mempunyai risiko tinggi

mengalami hipertensi berkaitan erat dengan pola hidup. Usia dewasa ini akan

dibagi lagi dalam tiga tahapan rentang usia yaitu dewasa muda (18-40 tahun).

Usia dewasa menjadi faktor risiko yang berpengaruh besar dengan hipertensi

karena seiring bertambahnya usia kemampuan dan mekanisme tubuh

meningkat dan terjadi penurunan secara perlahan. Usia dewasa merupakan

kelompok risiko yang rentan mengalami hipertensi dan hipertensi meningkat

dengan bertambahnya usia (Ekarini dkk, 2020).

Penelitian Aisyah & Probosari (2018) menyebutkan mentimun

memiliki berbagai macam kandungan gizi diantaranya adalah kalium, kalsium,

dan magnesium. Berbagai penelitian membuktikan bahwa ada kaitan erat

antara intake kalium, kalsium, dan magnesium terhadap penurunan tekanan

darah. Semakin rendah intake kalium maka tekanan darah akan semakin tinggi.

Rasio natrium/kalium juga berhubungan dengan tekanan darah. Pengurangan

intake natrium sebesar 100 mmol perhari dan konsumsi kalium sampai dengan

70 mmol dalam sehari, maka tekanan darah sistole diprediksi akan turun

sebesar 3,4 mmHg. Intake kalium berpengaruh pada pembuluh darah yaitu

kalium akan menurunkan resistensi pembuluh darah perifer yang secara

langsung dapat melebarkan arteri, peningkatan pengeluaran air dan natrium

dari tubuh, penekanan sekresi reninangiotensin, dan stimulasi dari aktivitas

pompa natrium-kalium.

4
Penelitian yang dilakukan oleh Christine dkk (2021) pengaruh

pemberian jus mentimun terhadap tekanan darah lansia dengan hipertensi di

PSTW Sinta Rangkang didapatkan hasil analisis tekanan darah sebelum

diberikan terapi jus mentimun yang mana pre di ambil pada pemberian pertama

dimana rata-rata tekanan darah pada saat pre dengan sistole rata-rata 150 dan

diastole rata-rata 91,7. Analisis tekanan darah sesudah diberikan terapi jus

mentimun yang mana post di ambil pada pemberian terakhir dengan rata-rata

tekanan darah pada post sistole rata-rata 124,7 dan diastole 78,8 mmHg. Hasil

terdapat efektifitas jus mentimun terhadap penurunan tekanan darah pada

lansia di PSTW Sinta Rangkang.

Berdasarkan penelitian Ahmad & Nurdin (2019) menyebutkan bahwa

adanya pengaruh yang signifikan jus mentimun terhadap tekanan darah pada

wanita usia produktif dibuktikan dengan nilai p value sebesar 0,00 (p≤0.05).

Kalium yang terkandung dalam mentimun bersifat vasoaktif, sehingga dapat

menurunkan tekanan darah, selain kalium yang dibutuhkan magnesium juga

dibutuhkan tubuh untuk menurunkan tekanan darah. Konsumsi kalium dalam

jumlah yang tinggi dapat melindungi individu dari hipertensi.

Berdasarkan hasil pengambilan data awal di wilayah kerja Puskesmas

Waoleona dari pendidikan rata-rata responden berpendidikan rendah hal ini

mempengaruhi kualitas pengetahuan tentang hipertensi, obesitas juga salah

satu faktor pencetus bagi penderita hipertensi dan kurangnya aktifitas fisik

yang dilakukan oleh responden seperti berjalan, berkebun atau bersepeda

meskipun dengan status pekerjaan nelayan/petani mayoritas lebih banyak tapi

5
tidak mencegah penyakit hipertensi, hal lain menunjukkan bahwa banyaknya

penderita hiperensi pada respoden dikarenakan faktor riwayat keturunan serta

kurangnya antusias untuk kontrol kesehatan mengakibatkan penyakit hipertensi

menjadi tingkat sedang bahkan tingkat berat (Puskesmas Waoleona, 2023).

Berdasarkan latar belakang diatas, maka Penulis tertarik melakukan

penelitian dengan judul “Pengaruh Jus Timun Terhadap Penurunan

Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas

Waoleona 2022”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan, maka

rumusan masalah dalam penelitian adalah:

1. Apakah ada pengaruh tekanan darah sebelum pemberian jus timun pada

penderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Waoleona tahun 2022?

2. Apakah ada pengaruh tekanan darah sesudah pemberian jus timun pada

penderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Waoleona tahun 2022?

3. Apakah ada pengaruh pemberian jus timun pada penderita hipertensi di

wilayah kerja Puskesmas Waoleona tahun 2022?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menganalisis Pengaruh jus

timun terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi di wilayah

kerja Puskesmas Waoleona.

2. Tujuan Khusus

6
2.1. Untuk mengetahui tekanan darah sebelum pemberian jus timun pada

penderita hipertensi

2.2. Untuk mengetahui pengaruh tekanan darah sesudah pemberian jus

timun pada penderita hipertensi.

2.3. Untuk mengetahui pengaruh pemberian jus timun pada penderita

hipertensi.

D.Manfaat

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat meningkatkan ilmu pengetahuan keperawatan

khususnya pengaruh jus timun terhadap penurunan tekanan darah.

2. Manfaat praktis

2.1 Bagi Puskesmas

Proposal penelitian ini bermanfaat bagi pengembangan mutu

pelayanan keperawatan khususnya dalam penanganan pada pasien

hipertensi.

2.2 Bagi Profesi Perawat

Proposal penelitian ini dapat menjadi acuhan dalam meningkatkan

kompetensi perawat untuk melakukan penanganan penurunan tekanan

darah pada pasien hipertensi.

2.3 Bagi Pasien

Penelitian ini bermanfaat sebagai alternatif terhadap penurunan

tekanan darah pada pasien hipertensi.

2.4 Bagi Peneliti

7
Penelitian ini bermanfaat sebagai sumber ilmu tambahan dalam

penanganan pasien penderita hipertensi dengan menggunakan jus timun

8
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Tinjauan Umum Tentang Hipertensi

1. Definisi

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu keadaan dimana

tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik ≥90

mmHg (Kemenkes RI, 2020).

Hipertensi adalah penyakit kronis yang umum di seluruh dunia dan

faktor risiko utama penyakit kardiovaskular. Penyebab utama penyakit ini

yaitu faktor genetika, perilaku dan gaya hidup (Suprayitno & Huzaimah,

2020).

Tekanan darah dihasilkan oleh kekuatan jantung ketika memompa

darah. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan penyakit kronik

akibat Desakan darah yang b erlebihan dan hampir tidak konstan pada

pembuluh arteri, berkaitan dengan meningkatnya tekanan darah pada arterial

sistematik, baik diastolik maupun sistolik, atau bahkan keduanya secara

terus-menerus. Penyakit hipertensi apabila tidak diobati dapat menimbulkan

penyakit seperti stroke, gagal ginjal, dll (Sharma dkk, 2021).

2. Etiologi

Hipertensi merupakan salah satu penyakit dengan kondisi medis

dengan berbagai kausa. Pada umunya, etiologi patofisiologi untuk

hipertensi primer (esensial) tidak diketahui akan tetapi dapat dikontrol.

Berdasarkan literatuur, >90% pasien dengan hipertensi merupakan

9
hipertensi primer. Beberapa hal-hal teridentifikasi yang kemungkinan

berkontribusi terhadap kejadian hipertensi, akan tetapi belum ada teori

secara jelas menjelaskan terkait pathogenesis hipertensi primer. Kejadian

turun temurun yang terjadi pada pasien hipertensi dalam suatu keluarga, ini

menjadi salah satu bukti bahwa faktor genetik mempunya peranan penting

pada pathogenesis dari hipertensi primer. Kelompok lain dari populasi

popusi dengan presentassi rendah mempunyai penyebab khusus, yang

dikenal dengan hipertensi sekunder. Berbagai penyebab hipertensi

sekunder, baik secara endogen maupun eksogen. Bila penyebab hipertensi

dapat diidentifikasi, hipertensi pada pasien yang terkena hipertensi

sekunder dapat disembuhkan secara potensia (Yulanda & Lisiswanti, 2017).

3. Patofisiologi Hipertensi

Patofisiologi terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya

angiotensin II dari angiotensin I oleh angiotensin I converting enzyme

(ACE). ACE memegang peran fisiologis penting dalam mengatur tekanan

darah. Berbagai faktor dapat mempengaruhi konstriksi dan relaksasi

pembunuh darah yang berhubungan dengan tekanan darah. Bila seseorang

mengalami emosi yang tinggi, maka sebagai respon konteks adrenal

mengekresi epinefrin yang menyebabkan vasokontriksi. Selain itu, konteks

adrenal mengekresi kortisol dan steroid lainnya yang bersifat memperkuat

respon vasokontriktor pembuluh darah. Vasokontriksi mengakibatkan

penurunan aliran darah ke ginjal menyebabkan pelepasan renin. Renin

merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah oleh enzim

10
ACE (Angionensin Converting Enzyme) menjadi angiotensin II, suatu

vasokontriktor kuat yang pada gilirannya akan merangsang sekresi

aldosteron oleh konteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium

dan air oleh tulubus ginjal, sehingga terjadi peningkatan volume

intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung mencetus keadaan

hipertensi (Sylvestris, 2017):

Gambar 2.1. Mekanisme patofisiologi hipertensi

Kaplan menggambarkan beberapa faktor yang berperan dalam

pengendalian tekanan darah yang mempengaruhi rumus dasar: Tekanan

Darah = Curah Jantung x Tahanan Perifer. Mekanisme patofisiologi yang

berhubungan dengan peningkatan hipertensi esensial antara lain :

3.1. Curah jantung dan tahanan perifer

Keseimbangan curah jantung dan tahanan perifer sangat

berpengaruh terhadap kenormalan tekanan darah. Pada sebagian besar

kasus hipertensi esensial curah jantung biasanya normal tetapi tahanan

perifernya meningkat. Tekanan darah ditentukan oleh konsentrasi sel

11
otot halus yang terdapat pada arteriol kecil. Peningkatan konsentrasi

sel otot halus akan berpengaruh pada peningkatan konsentrasi

kalsium intraseluler. Peningkatan konsentrasi otot halus ini semakin

lama akan mengakibatkan penebalan pembuluh darah arteriol yang

mungkin dimediasi oleh angiotensin yang menjadi awal

meningkatnya tahanan perifer yang irreversible (Sylvestris, 2017).

3.2. Sistem Renin-Angiotensin

Ginjal mengontrol tekanan darah melalui pengaturan volume

cairan

ekstraseluler dan sekresi renin. Sistem Renin-Angiotensin merupakan

sistem endokrin yang penting dalam pengontrolan tekanan darah.

Renin disekresi oleh juxtaglomerulus aparantus ginjal sebagai respon

glomerulus underperfusion atau penurunan asupan garam, ataupun

respon dari sistem saraf simpatetik. Mekanisme terjadinya

hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II dari

angiotensin I oleh angiotensin I-converting enzyme (ACE). ACE

memegang peranan fisiologis penting dalam mengatur tekanan

darah. Darah mengandung angiotensinogen yang diproduksi hati,

yang oleh hormon renin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah

menjadi angiotensin I (dekapeptida yang tidak aktif). Oleh ACE

yang terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah menjadi angiotensin

II (oktapeptida yang sangat aktif). Angiotensin II berpotensi besar

12
meningkatkan tekanan darah karena bersifat sebagai vasoconstrictor

melalui dua jalur, yaitu:

3.2.1. Meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan rasa

haus. ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan

bekerja pada ginjal untuk mengatur osmolalitas dan volume

urin. Dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang

diekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis) sehingga urin menjadi

pekat dan tinggi osmolalitasnya. Untuk mengencerkan, volume

cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara menarik

cairan dari bagian instraseluler. Akibatnya volume darah

meningkat sehingga meningkatkan tekanan darah (Sylvestris,

2017).

3.2.2. Menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal.

Aldosteron merupakan hormon steroid yang berperan penting

pada ginjal. Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler,

aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl (garam) dengan cara

mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl

kan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume

cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan

volume dan tekanan darah (Sylvestris, 2017).

13
3.3. Sistem Saraf Otonom

Sirkulasi sistem saraf simpatetik dapat menyebabkan

vasokonstriksi

dan dilatasi arteriol. Sistem saraf otonom ini mempunyai peran yang

penting dalam pempertahankan tekanan darah. Hipertensi dapat

terjadi karena interaksi antara sistem saraf otonom dan sistem renin-

angiotensin bersama–sama dengan faktor lain termasuk natrium,

volume sirku lasi, dan beberapa hormone (Sylvestris, 2017).

3.4. Disfungsi Endotelium

Pembuluh darah sel endotel mempunyai peran yang penting dalam

pengontrolan pembuluh darah jantung dengan memproduksi

sejumlah vasoaktif lokal yaitu molekul oksida nitrit dan peptida

endotelium. Disfungsi endotelium banyak terjadi pada kasus

hipertensi primer. Secara klinis pengobatan dengan anti hipertensi

menunjukkan perbaikan gangguan produksi dari oksida nitrit

(Sylvestris, 2017).

3.5. Substansi vasoaktif

Banyak sistem vasoaktif yang mempengaruhi transpor natrium

dalam mempertahankan tekanan darah dalam keadaan normal.

Bradikinin merupakan vasodilator yang potensial, begitu juga

endothelin. Endothelin dapat meningkatkan sensitifitas garam pada

tekanan darah serta mengaktifkan sistem renin-angiotensin lokal.

Arterial natriuretic peptide merupakan hormon yang diproduksi di

14
atrium jantung dalam merespon peningkatan volum darah. Hal ini

dapat meningkatkan ekskresi garam dan air dari ginjal yang akhirnya

dapat meningkatkan retensi cairan dan hipertensi (Sylvestris, 2017).

3.6. Hiperkoagulasi

Pasien dengan hipertensi memperlihatkan ketidaknormalan dari

dinding pembuluh darah (disfungsi endotelium atau kerusakan sel

endotelium), ketidaknormalan faktor homeostasis, platelet, fibrinolisis.

Diduga hipertensi dapat menyebabkan protombotik dan

hiperkoagulasi yang semakin lama akan semakin parah dan merusak

organ target. Beberapa keadaan dapat dicegah dengan pemberian

obat anti-hipertensi (Sylvestris, 2017).

3.7. Disfungsi diastolik

Hipertropi ventrikel kiri menyebabkan ventrikel tidak dapat

beristirahat ketika terjadi tekanan diastolik. Hal ini untuk memenuhi

peningkatan kebutuhan input ventrikel, terutama pada saat olahraga

terjadi peningkatan tekanan atrium kiri melebihi normal, dan

penuru bnan tekanan ventrikel (Sylvestris, 2017).

4. Jenis- jenis Hipertensi

Hipertensi terbagi menjadi 2 menurut Kemenkes RI (2018) yaitu:

4.1. Hipertensi primer

Hipertensi primer disebut juga sebagai hipertensi idiopatik karena

hipertensi ini memiliki penyebab yang belum diketahui. Penyebab yang

belum jelas atau belum diketahui tersebut sering dihubungkan dengan

15
faktor gaya hidup yang kurang sehat. Hipertensi primer merupakan

hipertensi yang paling banyak terjadi ,yaitu sekitar 90 % dari kejadian

hipertensi (Kemenkes RI, 2018).

4.2. Hipertensi sekunder

Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan oleh

penyakit lain seperti penyakit ginjal, kelainan hormonal, atau

penggunaan obat tertentu. Kondisi lain yang mempengaruhi ginjal,

arteri , jantung, atau sistem endokrin menyebabkan 5-10 % kasus

lainnya (hipertensi sekunder). Beberapa tanda dan gejala tambahan

dapat menunjukkan hipertensi sekunder, yaitu hipertensi akibat

penyebab yang jelas seperti penyakit ginjal atau penyakit endokrin.

Contohnya obesitas pada dada dan perut, intoleransi glukosa, wajah

bulat seperti bulan, punuk kerbau. Penyakit tiroid dan akromegali juga

dapat menyebabkan hipertensi dan mempunyai gejala dan tanda yang

khas. Besar perut mungkin mengidikasikan stenosis arteri renalis

(Penyempitan arteri yang mengedarkan darah ke ginjal) (Kemenkes RI,

2018).

5. Klasifikasi

Pada pemeriksaan tekanan darah, yang diukur adalah tekanan sistolik

dan diastolik. Tekanan darah diklasifikasikan sebagai normal apabila

sistoliknya kurang dari 120 mmHg dan diastolik kurang dari 80 mmHg, atau

biasa ditulis dengan 120/80 mmHg. Berikut ini menurut Sari I (2017)

klasifikasi tingkatan dalam hipertensi yaitu:

16
Tabel. 2.1. Klasifikasi Hipertensi
Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Optimal <120 <80
Normal <130 <85
Normal-tinggi 130-139 85-89
Grade 1 (hipertensi ringan) 140-159 90-99
Grade 2 (hipertensi sedang) 160-179 100-109
Grade 3 (hipertensi berat) >180 >110
hipertensi sistolik terisolasi ≥140 <90

6. Diagnosis Hipertensi

Penegakan diagnosis hipertensi perlu dilakukan tiga kali pengukuran

tekanan darah selama tiga kali kunjungan terpisah, dengan 2-3 kali

pengukuran dalam satu kunjungan. Berdasarkan anamnesis, sebagian besar

pasien hipertensi bersifat asimptomatik. Beberapa pasien mengalami

keluhan berupa sakit kepala, rasa seperti berputar, atau penglihatan kabur.

Hal yang dapat menunjang kecurigaan ke arah hipertensi sekunder antara

lain penggunaan obat-obatan seperti kontrasepsi hormonal, kortikosteroid,

dekongestan maupun NSAID, sakit kepala paroksismal, berkeringat atau

takikardi serta adanya riwayat penyakit ginjal sebelumnya. Pada anamnesis

dapat pula digali mengenai faktor resiko kardiovaskular seperti merokok,

obesitas, aktivitas fisik yang kurang, dislipidemia, diabetes milletus,

mikroalbuminuria, penurunan laju GFR, dan riwayat keluarga (Fitri, dkk

2018).

17
Berdasarkan pemeriksaan fisik, nilai tekanan darah pasien diambil

rerata dua kali pengukuran pada setiap kali kunjungan ke dokter. Apabila

tekanan darah ≥ 140/90 mmHg pada dua atau lebih kunjungan maka

hipertensi dapat ditegakkan. Pemeriksaaan tekanan darah harus dilakukan

dengan alat yang baik, ukuran dan posisi manset yang tepat (setingkat

dengan jantung) serta teknik yang benar. Pemeriksaan penunjang dilakukan

untuk memeriksa komplikasi yang telah atau sedang terjadi seperti

pemeriksaan laboratorium seperti darah lengkap, kadar ureum, kreatinin,

gula darah, elektrolit, kalsium, asam urat dan urinalisis. Pemeriksaan lain

berupa pemeriksaan fungsi jantung berupa elektrokardiografi, funduskopi,

USG ginjal, foto thoraks dan ekokardiografi. Pada kasus dengan kecurigaan

hipertensi sekunder dapat dilakukan pemeriksaan sesuai indikasi dan

diagnosis banding yang dibuat. Pada hiper atau hipotiroidisme dapat

dilakukan fungsi tiroid (TSH, FT4, FT3), hiperparatiroidisme (kadar PTH,

Ca2+), hiperaldosteronisme primer berupa kadar aldosteron plasma, renin

plasma, CT scan abdomen, peningkatan kadar serum Na, penurunan K,

peningkatan eksresi K dalam urin ditemukan alkalosis metabolik. Pada

feokromositoma, dilakukan kadar metanefrin, CT scan/MRI abdomen. Pada

sindrom cushing, dilakukan kadar kortisol urin 24 jam. Pada hipertensi

renovaskular, dapat dilakukan CT angiografi arteri renalis, USG ginjal,

doppler Sonografi (Sylvestris, 2017).

18
7. Faktor- faktor yang Memperngaruhi Hipertensi

Manuntung A (2018) mengatakan ada beberapa faktor-faktor

lain yang dapat menyebabkan hipertensi yaitu :

7.1. Umur

Orang yang berumur 40 tahun biasanya rentan terhadap

meningkatnya tekanan darah yang lambat laun dapat menjadi hipertensi

seiring dengan bertambahnya umur mereka (Menantung A, 2018).

Insidensi hipertensi meningkat seiring dengan pertambahan

umur. Pasien yang berumur di atas 60 tahun, 50 – 60 % mempunyai

tekanan darah lebih besar atau sama dengan 140/90 mmHg. Hal ini

merupakan pengaruh degenerasi yang terjadi pada orang yang

bertambah usianya. Hipertensi merupakan penyakit multifaktorial yang

munculnya oleh karena interaksi berbagai faktor. Dengan bertambahnya

umur, maka tekanan darah juga akan meningkat. Setelah umur 45 tahun,

dinding arteri akan mengalami penebalan oleh karena adanya

penumpukan zat kolagen pada lapisan otot, sehingga pembuluh darah

akan berangsur-angsur menyempit dan menjadi kaku. Tekanan darah

sistolik meningkat karena kelenturan pembuluh darah besar yang

berkurang pada penambahan umur sampai dekade ketujuh sedangkan

tekanan darah diastolik meningkat sampai dekade kelima dan keenam

kemudian menetap atau cenderung menurun. Peningkatan umur akan

menyebabkan beberapa perubahan fisiologis, pada usia lanjut terjadi

peningkatan resistensi perifer dan aktivitas simpatik. Pengaturan tekanan

19
darah yaitu reflex baroreseptor pada usia lanjut sensitivitasnya sudah

berkurang, sedangkan peran ginjal juga sudah berkurang dimana aliran

darah ginjal dan laju filtrasi glomerulus menurun (Surbakti S. H, 2019).

7.2. Geografis

Jika dilihat dari segi geografis, daerah pantai lebih besar

prosentasenya terkena hipertensi. Hal ini disebabkan karena daerah

pantai kadar garamnya lebih tinggi jika dibandingkan dengan daerah

pegunungan atau daerah yang lebih jauh pantai. Selain itu keadaan suhu

juga menjadi suatu alasan mengapa hipertensi banyak terjadi di daerah

pantai (Surbakti S. H, 2019).

7.3. Jenis Kelamin

7.3.1. Wanita > pria: di usia > 50 tahun. Karena diusia tersebut

seorang wanita sudah mengalami menopause dan tingkat stress

lebih tinggi (Surbakti S. H, 2019).

7.3.2. Pria > wanita: diusia < 50 tahun. Karena diusia tersebut serang

pria mempunyai lebih banyak aktivitas dibandingkan wanita.

Berdasarkan faktor akibat hipertensi terjadi peningkatan tekanan

darah di dalam arteri bisa terjadi melalui beberapa cara menurut

(Surbakti S. H (2019) , yaitu:

7.3.2.1. Jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan

lebih banyak cairan pada setiap detiknya.

7.3.2.2. Terjadi penebalan dan kekakuan pada dinding arteri

akibat usia lanjut. Arteri besar kehilangan

20
kelenturannya dan menjadi kaku, sehingga mereka

tidak dapat mengembang pada saat jantung memompa

darah melalui arteri tersebut. Karena itu darah pada

setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh

yang sempit dari pada biasanya dan menyebabkan

naiknya tekanan

7.3.2.3. Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bias

menyebabkan meningkatnya tekanan darah. Hal ini

terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga

tidak mampu membuang sejumlah garam dan air dari

dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh meningkat,

sehingga tekanan darah juga meningkat.

Oleh sebab itu, jika aktivitas memompa jantung berkurang,

arteri mengalami pelebaran, dan banyak cairan keluar dari

sirkulasi, maka tekanan darah akan menurun atau menjadi lebih

kecil (Surbakti S. H, 2019).

Berdasarkan faktor pemicu, hipertensi dibedakan atas yang

tidak dapat dikontrol seperti umur, jenis kelamin, dan keturunan.

Pada 70-80% kasus hipertensi primer, didapatkan riwayat

hipertensi di dalam keluarga. Apabila riwayat hipertensi di

dapatkan pada kedua orang, maka dugaan hipertensi primer lebih

besar. Hipertensi juga banyak dijumpai pada penderita kembar

monozigot (satu telur), apabila salah satunya menderita hipertensi.

21
Dugaan ini menyokong bahwa faktor genetik mempunyai peran di

dalam terjadinya hipertensi.

Sedangkan yang dapat dikontrol seperti kegemukan/obesitas, stres,

kurang olahraga, merokok, serta konsumsi alkohol dan garam. Faktor

lingkungan ini juga berpengaruh terhadap timbulnya hipertensi esensial.

Hubungan antara stress dengan hipertensi, diduga melalui aktivasisara

fsimpatis. Saraf simpatis adalah saraf yang bekerja pada saat kita

beraktivitas, saraf para simpatis adalah saraf yang bekerja pada saat kita

tidak beraktivitas (Manuntung A, 2018).

8. Komplikasi Hipertensi

Hipertensi yang tidak terkontrol akan menimbulkan berbagai

komplikasi, bila mengenai jantung kemungkinan dapat terjadi infark

miokard, jantung koroner, gagal jantung kongestif, bila mengenai otak

terjadi stroke, ensevalopati hipertensif, dan bila mengenai ginjal terjadi

gagal ginjal kronis, sedangkan bila mengenai mata akan terjadi retinopati

hipertensif. Dari berbagai komplikasi yang mungkin timbul merupakan

penyakit yang sangat serius dan berdampak terhadap psikologis penderita

karena kualitas hidupnya rendah terutama pada kasus stroke, gagal ginjal,

dan gagal jantung (Anshari, 2019).

9. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan hipertensi dapat dibagi menjadi 2, yaitu non

farmakologi dan farmakologi (Yanita, 2017) :

22
9.1. Non Farmakologi

9.1.1. Batasi garam dan makanan olahan

Pengurangan asupan garam menyusaikan kebiasaan

makan penderita. Mengurangi asupan garam untuk menurunkan

tekanan darah, idealnya salam sehari menggunakan 5 gram atau

1 sendok (Yanita, 2017).

9.1.2. Pola konsumsi makanan

Konsumsi makanan yang mengandung kalium,

magnesium, kalsium, dan isoflavone (Yanita, 2017).

9.1.3. Berhenti merokok

Tembakau mengandung nikotin yang memperkaut kerja

jantung dan arteri sehingga sirkulasi darah berkurang dan

tekanan darah meningkat. Merokok sangat besar peranannya

dalam peningkatan tekanan darah di sebabkan oleh nikotin

dalam rokok memicu hormon adrenalin yang menyebabkan

tekanan darah meningkat. Berhenti merokok adalah perubahan

gaya hidup yang paling kuat untuk mencegah penyakit

kardiovaskuler pada penderita hipertensi (Yanita, 2017).

9.1.4. Pengendalian stress

Relaksasi dengan cara melukan yoga, meditasi,

hipnoterapi,terapi murottal, tetapi relaksasi benson, terapi musik

klasik yang dapat mengontrol sistem saraf yang akhirnya dapat

menurunkan tekanan darah (Yanita, 2017).

23
9.1.5. Olahraga

Lakukan olahraga seperti senam erobic atau jalan cepat

selama 30-45 menit sebanyak 3-4 kali seminggu dapat

menurunkan tekanan darah sistolik 4-9 mmHg (Yanita, 2017).

9.1.6. Mengurangi obesitas

Semua faktor resiko yang dapat dikendalikan, berat badan

adalah salah satu kaitannya yang paling erat degan hipertensi.

Karena dibandingkan orang yang kurus, orang yang gemuk lebih

besar peluangnya untuk mengalami hipertensi. Menurunkan

berat badan bisa menurunkan tekanan darah 5-20 mmHg per

10kg penurunan berat badan (Yanita, 2017).

9.2. Farmakologi

Penatalaksanaan farmakologi adalah penatalaksanaan tekanan

darah dengan menggunkan obat-obatan kimiawi, antara lain :

9.2.1. Diuretik

Obat antihipertensi diuretik digunakan untuk membantu

ginjal mengeluarkan cairan dan garam yang berlebih dari dalam

tubuh melalui urin. Hal inilah yang dapat menyebabkan volume

cairan tubuh berkurang dan pompa jantung lebih ringan

sehingga menurunkan tekanan darah. Contoh obat diuretik yaitu

Chlortalidone dan Hydrochlorothiazid (Yanita, 2017).

24
9.2.2. Angiotensin Converting Enzyme (ACE) Inhibitor

Obat ini mengurangi pembentukan angiotensin II sehingga

terjadi vasodilatasi dan penurunan skresi aldosteron yang

menyebabkan terjadinya ekskresi natrium, air dan retensi

kalsium. Akibatnya terjadi penurunan tekanan darah (Yanita,

2017).

9.2.3. Vasodilator

Vasodilator digunakan untuk menimbulkan relaksasi

otot pembuluh darah sehingga tidak terjadi penyempitan

pembuluh darah dan tekanan darah pun berkurang. Berapa

contoh obat antihipertensi vasodilator yaitu Prazosin dan

Hidralazin (Yanita, 2017).

9.2.4. Penghambat adregenik (Beta blocker, alfa blocker, alfa- beta

blocker)

Penghambat adrenergik berguna untuk mengahmbat

pelepasan renin, angiotensin, juga tidak akan aktif Angiotensin

I tidak akan dibentuk dan angiotensin II juga tidak akan

berubah. Angiotensin II inilah yang memilki peranan kunci

dalam menaikan tekanan darah (Yanita, 2017).

9.2.5. Terapi non farmakologi Jus Mentimun

Buah mentimun mampu membantu menurunkan tekanan

darah karena kandungan mentimun diantaranya kalium,

magnesium, dan fosfor efektif mengobati hipertensi. Kalium

25
yaitu elektrolit intraseluler yang utama, 98% kalium tubuh

berada di dalam sel, 2% sisanya di luar sel untuk fungsi

neuromuskuler, kalium memperngaruhi aktifitas otot jantung

(Brunner & Suddarth, 2016).

Mentimun juga punya sifat diuretik yang terdiri dari 90%

air, sehingga mampu mengeluarkan kandungan garam di dalam

tubuh. Mineral yang kaya dalam buah mentimun mampu

mengikat garam dan dikeluarkan lewat urin (Kholish, 2017).

B. Tinjuan Umum Tentang Mentimun

1. Definisi

Buah mentimun adalah salah satu sayuran buah sangat sering sekali

dijumpai di berbagai daerah, buah ini sangat mudah beradaptasi dan tidak

memerlukan perawatan yang khusus sehingga banyak orang

membudidayakan buah mentimun tersebut. Selain buah ini yang mudah

didapatkan dan juga murah, buah mentimun sendiri memiliki segudang

manfaat. Buah ini termasuk ke dalam jenis sayuran dan termasuk keluarga

labu-labuan yang banyak dikenal pada berbagai negara termasuk di

Indonesia sendiri, Mentimun memiliki segudang manfaat untuk tubuh serta

digunakan untuk mengobati beberapa penyakit (Amin, 2015).

Buah ini mempunyai banyak manfaat, seperti sebagai bahan

makanan, digunakan sebagai pengobatan dan bahan perawatan kulit.

Mentimun juga bermanfaat untuk mengobati sariawan, batu ginjal,

hipertensi dan serta digunakan untuk merawat wajah (Gustianty, 2016).

26
2. Klasifikasi Tanaman Buah Mentimun

2.1. Kingdom = Plantae

2.2. Divisii = Magnoliophyta

2.3. Kelass = Maghnolipsida

2.4. Ordoo = Cucuritales

2.5. Familii = Cucurbitaceae

2.6. Genuss = Cucumisss

2.7. Spesies = Cucumis Sativus L

3. Morfologi

Mentimun merupakan tanaman semusim yang bersifat menjalar.

Tanaman tersebut menjalar atau memanjat dengan menggunakan alat panjat

yang berbentuk sulur berbentuk spiral yang keluar di sisi tangkai daun.

Sulur ketimun adalah batang yang termodifikasi dan ujungnya peka

sentuhan. Bila menyentuh galah misalnya, sulur akan mulai melingkarinya.

Dalam 14 jam sulur itu telah melekat kuat pada galah itu. Kira-kira sehari

setelah sentuhan pertama sulur mulai bergelung, atau menggulung dari

bagian ujung maupun pangkal sulur. Gelung - gelung terbentuk mengelilingi

suatu titik di tengah sulur yang disebut titik gelung balik. Dalam 24 jam

sulur telah tergulung ketat (Sunarjono, 2016).

Gambar 2.2. Bagian-Bagian Mentinun

27
3.1. Akarnya memiliki dua macam yaitu akar serabut dan tunggang, Akar

serabut akan menyebar di permukaan tanah, Sedangkan akar tunggang

akan tumbuh lurus sampai ke bawah tanah, daya tembusnya relative

dangkal 30-60 cm (Amin, 2015).

3.2. Batang mentimun berwarna hijau dan bersegi, sedikit basah,

mempunyai bulu kecil dan bersegi, tingginya sekitar550- 250 cm,

tanaman ini merambat maka sebagian petani yang membudidayakan

mentimun membuat jalur khusus untuk tanaman ini merambat (Amin,

2015).

3.3. Daun mentimun berbentuk jantung, berwarna hijau muda, memiliki

bulu-bulu halus dan tulang daun yang bercabang-cabang. Daun ini akan

tumbuh di sela-sela batang dengan berselang seling (Amin, 2015).

3.4. Bunga mentimun berwarna kuning dan berbentuk seperti terompet dan

kelopaknya membentuk seperti bintang, di tanaman mentimun ini ada

dua macam bunga, yaitu bunga jantan dan bunga betina (Amin, 2015).

3.5. Buah mentimun sendiri memiliki bentuk panjang berkisar 9-10 cm,

bentuknya lurus, kulit buahnya berwarna hijau dan terdapat bintik kecil

berwarna putih ataupun kadang kulitnya bergaris warna putih adapun

untuk bijinya terdapat di dalam buah mentimun dengan berbentuk

lonjong dan pipih berwarna putih (Amin, 2015).

Mentimun dipanen dari 35 hari per hari sampai 9 hari berturut-turut.

Cara memanennya adalah dengan pemotongan tangkai buah dengan gunting

(Febriani & Fuskhah, 2021)

28
4. Kandungan Buah Mentimun

Mentimun seringkali dikenal dan digunakan sebagai pengobatan

hipertensi, selain sebagai hipertensi mentimun juga dapat dimanfaatkan

sebagai bahan kosmetik karena kandungan didalam mentimun sangat bagus

untuk kulit.

Menurut penelitian Agustin & Gunawan (2015) buah mentimun

memiliki sumber antioksidan alami karena mengandung vitamin C serta

flavonoid yang dapat mengurangi radikal bebas. Pada uji Fitokimia dari

ekstrak buah mentimun dominan mengandung saponin dan terpenoid, selain

itutterdapat pulakkandungan seperti alkaloid, feno lik, steroid, dan

flavonoid. Alkaloidddan saponinnmempunyai efekssebagai penghambat

aktivitas dari larvasida, sedangkan kandungan senyawa terpenoid, fenol, dan

flavonoid memiliki efek menghambat aktivitas dari antimikroba.

Nilai gizi mentimun cukup baik karena sayuran buah ini merupakan

sumber mineral dan vitamin. Buah mentimun dipercaya mengandung zat-zat

saponin, protein, lemak, kalsium, fosfor, besi, belerang, vitamin A, B1, dan

C. Mentimun mentah bersifat menurunkan panas badan, juga meningkatkan

stamina. Kandungan 100 g mentimun terdiri dari 15 kalori, 0,8 g protein,

0,19 g pati, 3 g karbohidrat, 30 mg fosfor, 0,5 mg besi, 0,02 g tianin, 0,05g

riboflavin, 14 mg asam (Sumpena, 2017).

Mentimun memiliki nama Scientific Cucumis Sativus mengandung

0,65% protein, 0,15 lemak, dan karbohidrat sebanyak 2,2%. Juga

mengandung kalsium, zat besi, magnesium, fosfor, vitamin A, vitamin B1,

29
vitamin B2, dan vitamin C. Biji timun sendiri mengandung racun alkoloid

jenis hipoxanti yang berfungsi untuk mengobati anak-anak yang menderita

cacingan. Mengandung saponin, flavonoida, polifenol, asam amlonat,

vitamin E, kukurbitasin C. (savitri, 2015).

Mentimun memiliki banyak khasiat, diantaranya mampu

menurunkan tekanan darah tinggi karena mentimun mengandung potassium,

magnesium dan fosfor. Selain itu, mentimun juga berkhasiat untuk

kecantikan, membantu mengeluarkan racun dalam tubuh, pelangsing badan,

antiselulit, obat diare, obat sariawan, obat tifus, menyuburkan rambut, dan

lain-lain (Intan & Nisa, 2014).

5. Manfaat Mentimun Terhadap Penurunan Tekanan Darah

Untuk memahami lebih jelas tentang manfaat mentimun terhadap

penurunan tekanan darah terlebih dahulu kita harus mengetahui tentang

fisiologi cairan tubuh dan mekanisme pengaturan tekanan darah untuk

mengetahui kerja dari kandungan mentimun terhadap penurunan tekanan

darah. Dalam tubuh yang sehat, 60% dari berat badan terdiri atas air yang

terdapat dalam dua komponen yaitu cairan intraseluler dan cairan

ekstraseluler. Ekstraseluler dibagi menjadi dua yaitu intrastisial (di antara

sel) dan intarvaskuler (dalam pembuluh darah) (Syaifuddin, 2014).

Cairan ekstrasel mengandung banyak ion natrium, klorida dan

bikarbonat plus berbagai nutrient untuk sel, seperti oksigen, glukosa, asam

lemak dan asam amino. Adapun nilai normal ion natrium dalam cairan

ekstrasel yaitu 142 mmol/L dan ion kalium sebesar 4,2 mmol/L. Cairan

30
ekstrasel juga mengandung karbon dioksida yang diangkut dari sel ke paru

untuk di ekskresi, ditambah berbagia produk sampah sel lainya yang

diangkut ke ginjal untuk di ekskresi. Cairan intrasel sangat berbeda dari

cairan ekstrasel.Secara spesifik caitan intrasel mengandung banyak sekali

ion kalium, magnesium dan fosfat dari pada ion natrium dan korida yang

banayk ditemukan dalam cairan ekstrasel (Guyton & Arthur C, 2015).

Tekanan darah adalah daya yang dihasilkan oleh darah terhadap

setiap satuan luas dinding pembuluh. Secara fisiologi tekanan darah dapat di

rumuskan sebagai berikut :

5.1. BP = CO x SVR

5.1.1. BP = Blood

5.1.2. Pressure/tekanan darah CO = Cardiac output/ Curah jantung

(Jumlah darah yang keluar dari jantung dalam waktu 1 menit).

5.1.3. SVR = Systemic Vascular Resisten/ Tahanan perifer total

(resistensi dinding pembuluh darah terhadap aliran darah).

5.2. CO = SV x P

5.2.1 SV = Stroke Volume/volume sekuncup (jumlah darah yang

dipompakan keluarjantung 1x pompaan)

5.2.2 P = Pulse/Nadi dalam satu menit Dengan kata lain, dapat diambil

kesimpulan bahwa BP = SV x P x SVR

Maka jelaslah bahwa kenaikan tahanan perifer total akan

meningkatkan tekanan darah, begitu pula ketika cardiac output atau

curah jantung meningkat maka tekanan darahpun akan meningkat

31
(Guyton & Arthur C, 2015). Peningkatan curah jantung mempunyai

efek langsung dalam meningkatkan tekanan arteri sekaligus efek tidak

langsung dalam meningkatkan resistensi perifer total. Sehingga

peningkatan cairan ekstrasel dapat menyebabkan peningkatan tekanan

darah.

Adapun urutan langkah-langkahnya sebagai berikut :

Peningkatanvolume
Peningkatan volumecairan
cairanekstrasel
ekstrasel

Peningkatan volume darah

Peningkatan tekanan pengisian sirkulasi rata-rata

Peningkatan aliran balik darah vena ke jantung

Peningkatan curah jantung


Autoregulasi

Peningkatan resistensi
Perifer total

Peningkatan tekanan Arteri

Timun atau mentimun merupakan salah satu tanaman yang dapat

mengobati penyakit hipertensi. Meilinasari, M.Kes dari politeknik

kesehatan jakarta telah mengemukakan bahwa mereka yang menderita

hipertensi disarankan untuk mengkonsumsi mentimun. Menurutnya

mentimun dapat mengobati hipertensi karena kandungan mineral yang ada

32
didalamnya yaitu potassium, magnesium, dan pospor. Kalium merupakan

ion bermuatan positif, akan tetapi berbeda dengan natrium, kalium terutama

terdapat dalam sel, sebanyak 95% kalium berada dalam cairan intraseluler.

Di dalam tubuh kalium mempunyai fungsi dalam menjaga

keseimbangan cairan elektrolit dan keseimbangan asam basa. Bedanya

kalium menjaga tekanan osmotik cairan intraselular. Kadar kalium yang

tinggi dapat meningkatkan ekskresi natrium, sehingga dapat menurunkan

volume darah dan tekanan darah. Adapun hubungan antara kandungan

mentimun dalam hal ini kalium terhadap pengaturan tekanan darah adalah

kalium berperan dalam menjaga keseimbangan natrium dalam cairan

ekstraseluler. Dimana, ketika konsentrasi natrium di dalam cairan

ekstraseluler meningkat maka akan terjadi peningkatan volume cairan

ektrasel, sehingga volume darah pun akan meningkat. Peningkatan volume

darah akan meningkatkan tekanan pengisian sirkulasi rata-rata yang akan

menyababkan peningkatan aliran balik darah vena ke jantung, sehingga

curah jantung akan meningkat, ketika curah jantung meningkat maka

tekanan darah akan meningkat. Peran kalium disini adalah untuk

meningkatkan ekskresi natrium dalam cairan ekstraseluler. Sehingga

volume cairan dalan cairan ekstraseluler akan tetap seimbang (Guyton &

Arthur C, 2015).

33
C. Kerangka Konsep

Hipertensi

Teori non farmakologi


Faktor-faktor yang Terapi Jus Mentimun
mempengaruhi
hipertensi
 Toksin Magnesium
 Obesitas
 Merokok
 Alkohol Produksi nitric oxide
 Kafein meningkat
 Narkoba
 Stres Reaksi dilatasi dan reaktivitas
 Konsumsi garam vaskuler
berlebihan
 Jenis kelamin
 Faktor genetik Mempengaruhi stimulus
 Umur vasokontriksi di pusat saraf
simpatis

Sensitivitas Perubahan
vasokontraksi tekanan darah
menurun

Gambar 2.3 kerangka konsep pengaruh jus timun terhadap penurunan tekanan
darah pada pasien hipertensi
Keterangan:
Diteliti Berpengaruh
Berhubungan
Tidak diteliti

34
D. Hipotesis

Ha : Ada pengaruh jus timun terhadap penurunan tekanan darah pada pasien

hipertensi

Ho : Tidak ada pengaruh jus timun terhadap penurunan tekanan darah pada

pasien hipertensi

35
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang menggunakam desain

experiment yaitu pre tes-posstest, penelitian dilakukan untuk mengungkapkan

hubungan sebab akibat (Notoatmodjo, 2012).

Table1.3.2 Skema Penelitian digambarkan sebagai berikut:

Sampel Perlakuan Pasca-test


Pengeukuran
Tekanan Darah
K-I O X-1
K-2 O X-2
Time 1 Time 2

Keterangan:

K-I : Kelompok kontrol dengan obat dan tanpa perlakuan pemberian jus timun
K-2 : Kelompok perlakuan dengan obat dan pemberian jus timun
O : Pengukuran tekanan darah (pre test)
X :
Pengukuran tekanan darah (post-test)
B. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu

Penelitian ini akan dilaksanakan setelah proposal diseminarkan dan

dinyatakan layak untuk diteliti

36
2. Tempat

Penelitian ini akan dilaksanakan di rumah responden wilayah kerja

Puskesmas Waoleona kabupaten Buton

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian dan subjeknya meliputi

semua yang terdapat di dalam populasi (Tersiana, A. 2018). Populasi yang

digunakan pada penelitian ini adalah semua pasien hipertensi yang berada di

wilayah kerja Puskesmas Waoleona tahun 2023 periode Januari-April

berjumlah 116 orang.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari sejumlah karakteristik yang dimiliki oleh

populasi yang digunakan untuk penelitian yang nanti kesimpulan dari

penelitian tersebut berlaku untuk populasi (Tersiana, A. 2018).

3. Besar sampel

Untuk menentukan jumlah sampel dilakukan sebuah sampling dengan

menentukan besar sampel menggunakan rumus (Nursalam, 2012) :

N Keterangan ;
n= n = ukuran sampel
1+Ne² N = ukuran populasi
e2 = persen kelonggaran
N
n=
1+Ne²

116
n=
1 + 116 (0.05)²

37
116
n=
1 + (0,025)

116
n=
1+2,5

116
n= = 33,1
3,5

n= 33
Jadi sampel yang akan terlibat dalam penelitian ini berdasarkan

perhitungan adalah sebanyak 33 responden

D. Karakteristik

1. Kriteria inklusi dalam penelitian ini yaitu:

1.1. Bersedia menjadi responden

1.2. Mengkonsumsi obat hipertensi sesuai dosis (farmakologi maupun non

farmakologi)

1.3. Lansia dengan hipertensi ringan dan sedang

2. Kriteria esklusi dalam penelitian ini yaitu :

2.1. Responden penderita hipertensi yang disertai dengan komplikasi

2.2. Responden yang pada saat dilakukan intervensi tidak berada di tempat.

E. Metode Pengumpulan Data

Data berdasarkan cara memperoleh dibagi menjadi 2 yaitu data primer dan

data sekunder (Tersiana, A. 2018).

38
1. Data Primer

Data primer yaitu data yang diperoleh dari responden penderita hipertensi

pada kelompok perlakuan yang diberi jus timun dan kelompok kontrol yang

tidak diberi jus timun serta wawancara untuk mengetahui pengaruh pemberian

jus timun pada penderita hipertensi.

2. Data sekunder

Data sekunder diperoleh dengan cara pengumpulan data penderita

hipertensi di dinas kesehatan Buton, Puskesmas Waoleona, referensi buku dan

jurnal penelitian yang relavan dalam penelitian ini.

F. Tehnik Pengumpulan Data

Setelah mendapatkan izin dari kepala Puskesmas Waoleona, peneliti

mengadakan pendekatan atau membuat kontrak pertemuan kepada responden

untuk mendapatkan persetujuan sebagai responden peneliti.

Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti sendiri (data primer). Observasi

dilakukan pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol, kemudian memberi

perlakuan pada kelompok perlakuan sedangkan pada kelompok kontrol tidak.

Pada tahap post, observasi kembali kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.

1. Alat Pengukur Tekanan Darah

Alat yang diperlukan dalam melakukan pengukuran tekanan darah, antara

lain:

1.1. Spigmomanometer

1.2. Stetoskop

1.3. Kertas

39
1.4. Pen

2. Prosedur Kerja

2.1. Jelaskan prosedur pada klien

2.2. Cuci tangan

2.3. Atur posisi klien

2.4. Letakan lengan yang hendak di ukur dengan posisi terlentang

2.5. Pasang manset pada lengan kanan/kiri sekitar 3 cm dari fossa cubiti

(jangan terlalu ketat atau terlalu longgar)

2.6. Letakan diafragma stetoskop diatas aretro brachialis dan dengarkan.

2.7. Pompa balon udara sampai denyut arteri brachialis tidak terdengar

2.8. Kempiskan kembali sampai denyut arteri brachialis pertama terdengar

kembali (bunyi korortkoff I) sebagai tekanan sistolik, setelah ini denyutan

arteri brachialis akan kembali menghilang dan akan terdengar kembali

(bunyi korotkoff II) sebagai tekanan diastolik.

2.9. Catat hasil pengukuran tekanan darah di lembar observasi.

3. Alat dan Bahan

3.1. Membuat Jus Mentimun

3.2. Blender

3.3. Gelas ukur

3.4. Stopwatch

3.5. Timbangan

3.6. Mentimun

3.7. Air mineral

40
3.8. Gel

4. Proses kerja

4.1. Siapkan semua alat dan bahan

4.2. Cuci tangan

4.3. Mentimunya di cuci dengan bersih

4.4. Masukan mentimun 100 gram ke dalam blender bersamaan dengan

tambahkan air sebanyak 100 cc.

4.5. Sebelum blender di hidupakan, pastikan bahwa stopwatch sudah siap

digunakan.

4.6. Hidupkan blender dan tunggu selama 30 detik.

4.7. Setelah selesai diblender masukan jusnya ke dalam gelas

4.8. Jus timun diberikan kepada respoden untuk diminum dipagi hari sebelum

sarapan, jus ini diberikan selama 3 hari berturut-turut

4.9. Tekanan darah akan diukur setelah pemberian jus timun dipagi hari

sebelum sarapan 3 hari berturut-turut.

41
G. Definisi Operasional

Tabel 3.3. Definisi Operasional

Variabel Definisi Parameter Skala Skor


Penelitian Operasional
Variabel Jus yang dibuat Aturan minum : (-) SOP
Independen: dari mentimun 1. Dua kali sehari
pemberian jus dengan cara selama tiga
mentimun mentimun hari berturut-
diblender/jusser turut.
dengan bijinya 2. Hentikan
sampai halus sampai dengan
kemudian tekanan darah
diminum. responden
stabil atau telah
mencapai
waktu satu
minggu
Variabel Tekanan darah Penurunan Ordinal 1. Tekanan darah
Depanden: yang diukur dengan tekanan darah tetap.
tekanan darah Spigmomano meter dari semula 2. Tekanan darah
dan stetoskop. (Sebelum diberi menurun.
terapi jus 3. Tekanan darah
mentimu) meningkat

H. Pengolahan dan Analisa Data

1. Pengolahan Data

Tahapan analisis data menggunakan SPSS. Menurut Kemenkes RI

(2018) pengolahan data adalah sebagai berikut:

1.1. Editing

Editing atau penyuntingan data adalah tahapan dimana data yang

sudah dikumpulkan dari hasil pengisian kuesioner disunting kelengkapan

jawabannya. Jika pada tahapan penyuntingan ternyata ditemukan

42
ketidaklengkapan dalam pengisian jawaban, maka harus melakukan

pengumpulan data ulang.

1.2. Coding

Coding adalah membuat lembaran kode yang terdiri dari tabel dibuat

sesuai dengan data yang diambil dari alat ukur yang digunakan.

1.3. Skoring

Setelah melakukan pengkodean maka, dilanjutkan dengan tahap

pemberian skor pada lembar observasi dalam bentuk angka – angka.

1.4. Tabulasi

Tabulasi data adalah membuat penyajian data, sesuai dengan tujuan

penelitian. Pengolahan data dengan aplikasi pengolah data hampir sama

dengan pengolahan data manual, hanya saja beberapa tahapan dilakukan

dengan aplikasi tersebut.

2. Analisis Data

Analisa data meliputi Analisis univariat digunakan untuk

menggambarkan kumpulan data yang berupa frekuensi, nilai dengan frekuensi

terbanyak, nilai minimum dan nilai maksimum dari variabel penelitian dan

Analisis bivariat digunakan untuk menganalisis hubungan antara variable.

Pengolahan data menggunakan analisis dengan uji non parametrik yaitu mann

Whitney.

43
I. Penyajian Data

Data dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel, kemudian diikuti

dengan narasi secukupnya (menyangkut parameter kunci saja) yaitu nilai-nilai

yang bersifat ekstrim saja.

J. Etika Penelitian

Menurut Sugiyono, (2017) dalam penelitian masalah etika sangat

diperhatikan dengan menggunakan metode:

1. Informed consent

Merupakan cara persetujuan antara peneliti dengan responden

penelitian dengan memberikan lembar persetujuan (informed concent).

Informed concent tesebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan

memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan informed

consent adalah agar responden mengerti maksud dan tujuan peneliti serta

mengetahui dampaknya.

2. Ananomity (Tanpa Nama)

Menjaga kerahasiaan, peneliti tidak mencantumkan nama responden

tetapi hanya memberikan kode pada lembar kuesioner yang dibagikan.

3. Confidentiality (Kerahasiaan)

Yaitu menjamin kerahasian hasil penelitian baik informasi maupun

masalah-masalah lainnya. Informasi yang dikumpulkan dijamin kerahasiaannya

oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil

riset

44
DAFTAR PUSTAKA

Agustin, V., dan S, Gunawan. 2019. Uji Fitokimia dan Aktivitas Antioksidan
Ekstrak Mentimun (Cucumis sativus L.)
https://journal.untar.ac.id/index.php/tmj/article/view/5844. Diakses tanggal
23 Mei. 2023.

Ahmad & Nurdin, 2019. Pengaruh Pemberian Jus Mentimun (Cucumis Sativus
Linn) Terhadap Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Usia Dewasa .
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jnc/article/view/6602. Diakses
tanggal 09 Mei. 2023.

Aisyah & Probosari, 2018. Pengaruh Pemberian Jus Mentimun (Cucumis Sativus
L) terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi Wanita
Usia 40-60 tahun. Journal of Nutrition College, vol. 3, no. 4.
https://doi.org/10.14710/jnc.v3i4.6885

Anshari Z, 2020. Komplikasi Hipertensi Dalam Kaitannya Dengan Pengetahuan


Pasien Terhadap Hipertensi Dan Upaya Pencegahannya. Jurnal Penelitian
Keperawatan Medik, 2(2), 44–51.
http://ejournal.delihusada.ac.id/index.php/JPKM/article/view/289. Diakses
tanggal 4 Maret. 2023.

Brunner & Suddarth, 2016. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8.
Volume 2. Jakarta : EGC.

Christine dkk, 2021. Pengaruh Pemberian Jus Mentimun Terhadap Tekanan


Darah Lansia Dengan Hipertensi Di PSTW Sinta Rangkang. Jurnal
Keperawatan Suaka Insan (JKSI) Vol. 6, No. 1

Dinkes Kab Buton, 2021. Profil Kesehatan Kabupaten Buton.

Dinkes Prov. Sultra, 2021. Profil Kesehatan Sulawesi Tenggara. Kendari

Febriani & Fuskhah, 2021. Pengaruh Dosis Kompos Ampas Teh Dan Pupuk
Kandang Ayam Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Mentimun (Cucumis
Sativus L.) Volume 21, Number 1
https://jurnal.unitri.ac.id/index.php/buanasains. Diakses tanggal 4 Maret.
2023.

Fitri dkk, 2018. Sistem Pendukung Keputusan Penentuan Resiko Penyakit


Ginjal.Institut Teknologi. Surabaya.

45
Ekarini dkk, 20120. Pengaruh Terapi Relaksasi Otot Progresif terhadap Respon
Fisiologis Pasien Hipertensi. Jurnal Kesehatan,
https://doi.org/10.26630/jk.v10i1.1139. Diakses 22 Januari 2023.

Kemenkes RI, 2019. Metodologi Penelitian-BPPSDMK.


Bppsdmk.kemenkes.go.id. Diakses tanggal 05 Mei 2023

Kemenkes, 2020. Apa itu Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi) - Direktorat


P2PTM. http://www.p2ptm.kemkes.go.id/infographic-p2ptm/hipertensi.
Diakses tanggal 27 Mei 2023.

Kholish, 2017. Kandungan Buah Mentimun. Jakrta: EGC

Guyton & Arthur C, 2015. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EG

Manuntung, A. (2018). Terapi Perilaku Kognitif Pada Pasien Hipertensi. Malang:


Penerbit Wineka Media.

Notoatmodjo, S., 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta

Ramdhani, 2021. Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita Hipertensi Secara


Terpadu. Yogyakarta: Graha Ilmu

Riskesdas, 2019. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Lembaga


Penerbit Badan Penelitian dan Pertimbangan Kesehatan.
http://labdata.litbang.kemkes.go.id/images/download/laporan/RKD/2018/
Lap oran_Nasional_RKD2018_FINAL.pd

Sari, I. 2017. Berdamai dengan Hipertensi. Jakarta: Bumi Medika.

Savitri dkk, 2017. Rahasia Tumbuhan Berkhasiat Obat Perspektif Islam. Malang :
UIN-Malang Pre

Suprayitno & Huzaimah, 2020. Pendampingan Lansia Dalam Pencegahan


Komplikasi Hipertensi. Selaparang Jurnal Pengabdian Masyarakat
Berkemajuan.
https://journal.ummat.ac.id/index.php/jpmb/article/view/3001. Diakses
tanggal 27 Januari 2023.

Sharma, A dk, 2020. Comparative Analysis of American Heart Association and


European Society of Hypertension Ambulatory Blood Pressure Thresholds
for Diagnosing Hypertension in Children. Kidney International Reports,
5(5), 611–617. https://doi.org/10.1016/j.ekir.2020.01.017. Diakses tanggal
27 Januari 2023.

Sumpena. 2017. Budidaya Mentimun Intensif. Penebar Swadaya. Jakarta

46
Syaifuddin, 2014. Penggunaan Tanaman Herbal Pada Lansia Penderita Hipertensi
Di Kecamatan Gatak Kabupaten Sukoharjo. Universitas Muhammadiyah

Surbakti, S.H. 2019. Gambaran Gaya Hidup Penyakit Hipertensi Di Ruang Rawat
Inap Santo Ignatius Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2019.
Skripsi. Keperawatan. Stikes Santa Elisabeth Medan. Medan.
https://repository.stikeselisabethmedan.ac.id/wp-content/ uploads/
2019/08/SYAHRANI - HAGATA – SURBAKTI - 012016027.pdf. Diakses
pada tanggal 23 Januari 2023.

Sugiyono, 2017. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kombinasi (Mixed Method),


Bandung Alfabeta

Sylvestris, A. 2017. Hipertensi Dan Retinopati Hipertensi. Saintika Medika

Tersiana, A. 2018 Metode Penelitian. Nuha Medika, Yogyakarta.

WHO, 2021. Hypertension, Journal of Hypertension. Available at:


https://www.who.int/health-topics/hypertension/#tab=tab. Diakses tanggal
18 Januari 2023

Yanita N, 2017. Berdamai dengan Hipertensi. Jakarta: Bumi Medika

Yulanda & Lisiswanti, 2017. Penatalaksanaan Hipertensi Primer. Majority


Volume 6
.https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/view/1526.
Diakses tanggal 18 April 2023.

47
LAMPIRAN

48
Lampiran 1

KUESIONER PENELITIAN

PENGARUH JUS TIMUN TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH


PADA PASIEN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
WAOLEONA TAHUN 2023

No. responden :
Tanggal :
Nama :
Umur :
Pekerjaan :
Pendidikan :
Desa :
Bacalah baik-baik setiap butir pernyataan dan alternatif jawaban
1. Isilah semua butir pernyataan dan jangan sampai ada yang terlewatkan
2. Pilih alternatif jawaban yang sesuai dengan pendapat dan keadaan anda
3. Beri tanda ( √ ) pada alternatif jawaban yang dipilih

A. Apakah anda merokok

( ) Ya ( ) Tidak

B. Apakah anda mengkonsumsi alkohol


( ) Ya ( ) Tidak

C. Oberservasi jus mentimun


1. Kelompok perlakuan
Tekanan darah sebelum (pre) diberikan terapi ( / mmHg)
Tekanan darah sesudah (post) diberikan terapi ( / mmHg)
2. Kelompok kontrol
Tekanan darah ( / mmHg)

49
Lampiran 2

SURAT PERMOHONAN KEPADA RESPONDEN

Kepada
Yth. Responden
Di –
Tempat
Dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan maka saya :
Nama : Sabdi Rasyid
Nim : 1909200414201014
Sebagai mahasiswa Institut Teknologi dan Kesehatan Avicenna Program Studi S1
Ilmu Keperawatan, bermaksud akan melaksanakan penelitian dengan judul
“Pengaruh Jus Timun Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Pasien
Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskemas Waoleona Tahun 2022”

Sehubungan dengan hal ini, saya mengharapkan Bapak/ibu dapat


meluangkan waktu untuk menjadi responden dalam penelitian ini.

Demikian permohonan saya, atas perhatian, bantuan dan kerja samanya


saya ucapkan terima kasih.

Kendari, 2023

Hormat saya

Sabdi Rasyid
Nim 1909200414201014

50
Lampiran 3

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN RESPONDEN


(INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bersedia untuk

menjadi responden dalam penelitian yang dilakukan oleh Sabdi Rasyid,

mahasiswa Program Studi S1 Ilmu Keperawatan Institut Teknologi dan Kesehatan

Avicenna yang berjudul “Pengaruh Jus Timun Terhadap Penurunan Tekanan

Darah Pada Pasien Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskemas Waoleona Tahun

2022”.

Tanda tangan saya ini menunjukan bukti bahwa saya bersedia dan diberi

informasi serta memutuskan untuk berpartisipasi dalam penelitian ini.

Kendari,………......2023

Responden

( ………………… )

51
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

SOP
Pengertian Mengukur desakan darah pada dinding arterial
Tujuan Mengetahui tekanan darah
Kebijakan Pada Responden Penelitian
Petugas Mahasiswa Kesehatan
Alat dan Bahan 1. Tensimeter
2. Stetoskop
Langkah-langkah 1. Memberikan penjelasan kepada Responden/pasien
tentang tujuan pemberian tindakan.
2. Persiapan lingkungan
3. Lengan baju Responden/pasien digulung keatas
4. Manset dipasang sesuai kondisi pasien dan jangan terlalu
kencang
5. Buka tutup air raksa, kemudian stetoskop ditempelkan
pada arteri tempat pengukuran
6. Skrup balon karet ditutup dan pengunci air raksa dibuka
7. Balon dipompa sampai dengan denyut arteri tidak
terdengar lagi
8. Skrup balon dibuka secara perlahan-lahan sehingga air
raksa dalam pipa gelas turun secara perlahan sambil
mendengarkan denyutan dan melihat turunnya air raksa.
Skala permukaan air raksa pada waktu terdengar
denyutan pertama disebut sebagai tekanan sistole
misalnya 120 mmHg.
9. Dengarkan terus denyutan sampai terdengar denyutan
terakhir. Skala permukaan air raksa pada denyutan
terakhir disebut dengan tekanan diastole, misalnya 80
mmHg.
10. Jadi hasil dari pemeriksaan tekanan darah dengan nilai
sistole/diastole yaitu 120/80 mmHg.
11. Peralatan di rapikan kembali setelah selesai digunakan
- Tutup keran air raksa
- Skrup dilonggarkan
- Manset dilepaskan dan digulung rapi
- Stetoskop dilepaskan dan disimpan rapi

52
SOP PEMBERIAN JUS TIMUN

Standar Operasional Jus Timun


Prosedur
Pengertian Mengajarkan tata cara/prosedur untuk membuat jus timun
Tujuan Untuk menurunkan dan mengontrol tekanan darah
Kebijakan Pada responden penelitian
Petugas Mahasiswa Kesehatan
Peralatan 1. Mentimun 100-200 gram
2. Pisau
3. Gelas
4. Air Bersih 100 cc
5. Parut kelapa/Blender
6. Saringan Teh
7. Sendok makan
8. Air bersih/air minum 1 gelas
Pelaksanaan A. Tahap Pra Interaksi
1. Mencuci tanggan
2. Menyiapkan alat yang bersih
B. Tahap Orientasi
1. Mengucapkan Salam
2. Menjelaskan tujuan tindakan
C. Tahap Kerja
1. Kupas kulit mentimun kemudian bersihkan
2. Jika menggunakan parutan, maka parut timun
terlebih dahulu lalu tuangkan ke gelas yang
berisikan air minum sesuai takaran
3. Apabila menggunakan blender masukam timun
dan air secukupnya ke dalam blender, kemudian
blender timun sampai halus/ hancur
4. Setelah mentimun sudah hancur atau halus,
keluarkan mentimun dari blender lalu di saring
menggunakan saringan teh dan tuang ke dalam
gelas
5. Aduk jus timun yang ada pada gelas yang sudah
disaring sebelumnya
6. Jus mentimun siap untuk disajikan
D. Terminasi
1. Membersihkan dan merapikan alat-alat yang telah
digunakan
2. Mencuci tangan

53

Anda mungkin juga menyukai