SKRIPSI
Disusun Oleh:
Andri Oktavian
1710301183
R
SKRIPSI
Disusun Oleh:
Andri Oktavian
1710301183
SKRIPSI
Disusun Oleh:
Andri Oktavian
1710301183
Oleh:
Tanda Tangan :
iii
HALAMAN PENGESAHAN
SKRIPSI
Disusun Oleh:
Andri Oktavian
1710301183
Telah Dipertahankan di Depan Dewan Penguji dan Disetujui Sebagai Syarat Untuk
Mendapatkan Gelar Sarjana Fisioterapi
pada Program Studi Fisioterapi S1
Fakultas Ilmu Kesehatan
di Universitas ‘Aisyiyah
Yogyakarta
Pada Tanggal:
21 Juli 2021
Dewan Penguji :
Mengesahkan
Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta
iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN
v
KATA PENGANTAR
Penulis
vi
DAFTAR ISI
COVER.........................................................................................................................ii
HALAMAN PERSETUJUAN....................................................................................iii
HALAMAN PENGESAHAN.....................................................................................iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN............................................v
KATA PENGANTAR.................................................................................................vi
DAFTAR ISI..............................................................................................................vii
DAFTAR TABEL.....................................................................................................viii
DAFTAR SKEMA......................................................................................................ix
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................................x
DAFTAR SINGKATAN.............................................................................................xi
ABSTRAK..................................................................................................................xii
ABSTRACT..............................................................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................................8
C. Tujuan................................................................................................................8
D. Manfaat..............................................................................................................8
BAB II METODE NARRATIVE REVIEW
A. Rancangan Narrative Review..........................................................................10
B. Mengidentifikasi Pertanyaan Narrative Review..............................................10
C. Mengidentifikasi Studi yang Relevan..............................................................11
D. Pemilihan dan Seleksi Artikel yang Relevan...................................................12
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil.................................................................................................................14
B. Pembahasan.....................................................................................................22
C. Keterbatasan Penelitian...................................................................................35
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan......................................................................................................36
B. Saran................................................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR SKEMA
ix
DAFTAR LAMPIRAN
x
DAFTAR SINGKATAN
xi
PENGARUH PEMBERIAN DUAL TASK TRAINING
TERHADAP PENINGKATAN KESEIMBANGAN
PADA LANSIA DENGAN GANGGUAN
KOGNITIF: NARRATIVE REVIEW 1
ABSTRAK
Latar belakang : Lansia adalah tahap kehidupan seseorang setelah memasuki usia
60 tahun keatas. Bertambahnya usia secara alamiah menyebabkan seseorang akan
mengalami penurunan fungsi tubuh seperti, penurunan keseimbangan, penurunan
kognitif, dan pesikososial yang berpengaruh pada fungsionalnya dan kualitas
kehidupan lansia, sehingga lansia merasa tidak nyaman dalam menjalani kehidupan.
Ada berbagai macam modalitas fisioterapi salah satunya adalah untuk
menanggulangi risiko tersebut. Adanya intervensi Dual-task training (motor-
cognitive) yaitu, latihan yang didesain dengan menggabungkan tugas motorik dan
kognitif yang dilaksanakan dalam satu waktu. Latihan ini efektif dalam
meningkatkan keseimbangan dengan gangguan kognitif. Tujuan : Untuk mengetahui
pengaruh pemberian dual task training terhadap peningkatan keseimbangan pada
lansia dengan gangguan kognitif. Metode Penelitian : Metode penelitian ini adalah
penelitian narrative review. Pencarian jurnal dilakukan di portal jurnal online seperti
google scholar, PubMed, dan PEDro. Kriteria inklusi dalam penelitian ini yaitu
jurnal penelitian full text berupa dual task training yang di gunakan untuk
meningkatkan keseimbangan pada lansia dengan gangguan kognitif, jurnal dalam
bahasa Inggris maupun bahasa Indonesia, memiliki responden dengan rentang umur
>60 tahun, diterbitkan tahun 2011-2021. Hasil penelusuran jurnal didapatkan
sebanyak 10 jurnal. Hasil penelitian : Hasil review dari 10 jurnal didapatkan bahwa
dual task training terbukti efektif dalam meningkatkan keseimbangan pada lansia
dengan gangguan kognitif. Kesimpulan : Adanya Pengaruh pemberian dual task
training terhadap peningkatan keseimbangan pada lansia dengan gangguan kognitif.
1
Judul Skripsi
2
Mahasiswa Program Studi Fisioterapi Universitas ’Aisyiyah Yogyakarta
3
Dosen Program Studi Fisioterapi Universitas ’Aisyiyah Yogyakarta
xii
THE EFFECT OF DUAL TASK TRAINING ON
IMPROVING BALANCE IN ELDERLY
WITH COGNITIVE IMPAIRMENT:
A NARRATIVE REVIEW1
ABSTRACT
Background: Elderly is the stage of a person's life after entering the age of 60 years
and over. Growing age, naturally, causes a person to experience a decrease in body
functions such as decreased balance, cognitive decline, and psychosocial. Those
changes affect the functional and quality of life of the elderly which bring
uncomfortable feeling in living the life. There is one type of physiotherapy modality
which can help to overcome these risks. Dual-task training (motor- cognitive)
intervention is an exercise which is designed to combine motor and cognitive tasks
that are carried out at one time. This exercise is effective in improving balance with
cognitive impairment. Objective: This research aims to determine the effect of dual
task training on improving balance in the elderly with cognitive impairment.
Methods: This research method employed a narrative review research. Journal
searches were carried out on online journal portals such as Google Scholar,
PubMed, and PEDro. The inclusion criteria in this study were full text research
journals in the form of dual task training that were used to improve balance in the
elderly with cognitive impairment, journals in English and Indonesian, had
respondents with age range of >60 years, published in 2011-2021. The search
results obtained 10 journals. Results: The review results of 10 journals found that
dual task training was proven effective in improving balance in the elderly with
cognitive impairment. Conclusion: There is an effect of giving dual task training on
improving balance in the elderly with cognitive impairment.
1
Title
2
Student of Physiotherapy Program, Faculty of Health Sciences, Universitas
’Aisyiyah Yogyakarta
3
Lecturer of Physiotherapy Program, Faculty of Health Sciences, Universitas
’Aisyiyah Yogyakarta
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam dunia kesehatan hal-hal yang berkaitan dengan fase lanjut usia
gangguan yaitu gangguan kognitif ringan, sedang dan berat, dari gangguan
kognitif juga bisa berpengaruh dengan fisiologis ototnya yang berakibat pada
bahwa Upaya pemeliharaan kesehatan bagi lanjut usia harus ditujukan untuk
menjaga agar tetap hidup sehat dan produktif secara sosial maupun ekonomis
1
2
lansia yang sangat pesat akan berdampak positif dalam pembangunan suatu
bangsa jika lansia berada dalam keadaan mandiri, sehat, aktif, dan produktif.
bangsa.
Jumlah lansia di dunia tahun 2019 sebanyak 702,9 juta dan benua
yang paling tertinggi jumlah lansia ada di Asia terkhusus Asia Timur dan
Indonesia akan memiliki sekitar 63,31 juta lansia atau hampir mencapai 20
persen populasi. Pada tahun 2018, persentase lansia mencapai 9,27% atau
sekitar 24,49 juta orang. Adapun persentase lansia di Indonesia yaitu lansia
muda (60-69 tahun) 63,39%, lansia madya (70-79 tahun) 27,92%, dan lansia
tua (80 tahun keatas) 8,69% (Badan Pusat Statistik., 2018). Data Susenas
penduduk lansia terbanyak (dihitung mulai usia 60 tahun keatas) pada tahun
3
2019 yaitu mencapai 156.891 lansia, disusul Kabupaten Gunung Kidul yaitu
otot, perubahan postur, kadar lemak yang menumpuk pada daerah tertentu,
menjadi lebih lambat, tidak dapat menapak dengan kuat dan cenderung
untuk mempertahankan posisi saat diam atau tidak ada pergerakan, misalnya
saat berdiri dan duduk (Munawarah, 2019). Ketika tubuh bergerak, misalnya
dinamis untuk bisa mengontrol tubuh sehingga tidak jatuh dan menimbulkan
cedera.
4
lansia yang ada dikomunitas di negara Turki (Deger et al., 2019). Sementara
sebesar 1,7% pada lansia berusia 70 tahun (Peltzer et al., 2018). Penelitian
lansia berada pada kategori rendah yaitu terdapat pada total skor
(WHO) menyebutkan bahwa tahun 2015 jumlah lanjut usia yang hidup
tahun 2050. Salah satu gangguan kognitif yang paling sering terjadi pada
lansia yaitu demensia. Demensia lebih sering terjadi pada wanita yaitu 16%
Otak merupakan pusat pengaturan sistem tubuh dan juga sebagai pusat
degeneratif. Saat otak mulai menua akan terjadi penurunan fungsi otak
5
tahap dari anak, remaja , dewasa, hingga lansia. Seperti pada Qs. Ar-Rum
Dia Menjadikan (kamu) setelah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian
Dia Menjadikan (kamu) setelah kuat itu lemah (kembali) dan beruban.”
Maknanya : Allah Yang menciptakan kalian dari air yang lemah lagi
hina dina, yaitu sperma, kemudian setelah sebelumnya kalian lemah sebagai
hadirlah kelemahan masa tua dan senja. Kelemahan pada lansia tersebut di
karenakan adanya penurunan fungsi tubuh dan penurunan fungsi kognitif, hal
dan fungsi terutama pada lansia baik dalam bidang promotif dan preventif
sehingga Quality of life lansia akan baik dan bisa menikmati kehidupan tanpa
2015).
keseimbangan serta kognitifnya, karena kajian tentang risiko jatuh pada lansia
di Indonesia sudah sangat luas. Latihan-latihan fisik berupa senam lansia dan
kemandirian dan produktivitas lansia (Kemenkes RI, 2015). Latihan lain yang
latihan fisik dengan latihan kognitif masih jarang disentuh. Integrasi antara
Liu (2017) yang berjudul “Cognitive and motor dual task gait training
pilot trial”. Sehingga peneliti tertarik untuk melakukan intervensi pada lansia
dalam satu waktu (Oliver, 2013). Menurut kerangka kerja “guided plasticity
positif yang melebihi efek positif masing-masing dari latihan kognitif dan
dapat menjadi strategi penting untuk mencegah jatuh pada lansia, bertujuan
dianjurkan pada saat ini, hal tersebut dikarenakan adanya pandemi covid-19
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
D. Manfaat
1. Keilmuan
fisioterapis.
gangguan kognitif.
BAB II
sebelumnya serta mencari bidang studi baru yang belum ditangani (Ferrari,
PICO adalah salah satu strategi atau kerangka yang digunakan untuk
10
11
Review yaitu apakah ada pengaruh pemberian dual task training terhadap
narrative review?
inklusi dan kriteria ekslusi. Penentuan kriteria inklusi dan ekslusi ini
Google Scholar
13
screening abstrak dan screening full text yang kemudian di ekstraksi ke dalam
bagan prisma flowchart. Dalam tahap screening full text dilakukan untuk
melihat apakah artikel sesuai dengan kriteria yang diinginkan oleh penulis.
Dalam tahap ini, penulis berorientasi pada kriteria inklusi dan eksklusi yang
Jumlah artikel
ditemukan (n=90)
Artikel setelah
duplikasi dihilangkan Kriteria eksklusi
(n=81) (n=47)
- Artikel berbayar
Artikel yang sesuai (n:8)
dengan judul dan - Artikel dengan tipe
relevansi abstrak systematic review
(n=57) (n:10)
- Artikel opini (n:0)
- Artikel tidak full
text (n:6)
Artikel yang termasuk - Artikel tidak
dalam kriteria inklusi spesifik dengan
(n=10) topik (n:23)
14
A. Hasil
7. Cognitive and United Tujuan dari A timed up and Lansia 60 tahun Hasilnya menunjukkan
motor dual States penelitian ini randomized go test ke atas/18 orang penurunan waktu dukungan
task gait adalah untuk controlled (TUG), yang dibagi ganda selama berjalan dual
training mengetahui pilot study freezing of menjadi tiga task kognitif setelah CDTT
exerted efek dari gait (FOG), kelompok. Grup (-17,1 ± 10,3%) secara
specific pelatihan gaya and fall kontrol (n = 6) signifikan lebih dari MDTT
training effects berjalan dual efficacy diberikan general (6,3 ± 25,6%, p = 0,006)
on dual task task kognitif scale- gait training, dan pelatihan kontrol (-5,6
gait dan motorik international grup CDTT (n = ± 7,8%, p = 0,041).
performance in terhadap kinerja (FES-I), Mini 6) diberikan Variabilitas waktu langkah
individuals gaya berjalan Mental State cognitive dual selama motor dual task
with dual task pada Examination task gait training walking menurun lebih
Parkinson’s PD. (MMSE) dan grup MDTT banyak setelah MDTT (-
disease: A (n = 6) diberikan 16,3±32,3%) dibandingkan
randomized motor dual task CDTT (38,6±24,0%, p =
controlled pilot gait training 0,015) dan pelatihan
study, (Yang et kontrol (36,8±36,4%, p =
al., 2019) 0,041). CDTT juga
meningkatkan performa
motor dual task walking
terutama pada kecepatan
gait (13,8±10,71%, p =
20
task gait taks kognitif Mini Mental CPT (n = 10) cognitive dual task gait
performance dan motorik State diberikan training (CDTT) (n = 9),
after stroke - A pada kinerja Examination conventional atau kelompok pelatihan
randomized gaya berjalan (MMSE) physical therapy, motor dual task gait
controlled pilot dual taks pada grup CDTT (n = training (MDTT) (n = 9).
trial, (Liu et stroke. 9) diberikan Setelah CDTT, kinerja
al., 2017) cognitive dual kiprah cognitive-motor
task gait training dual task (panjang langkah
dan grup MDTT dan DTC-speed) meningkat
(n = 9) dibrtikan (p = 0,021; p = 0,015).
motor dual task Setelah MDTT, kinerja
gait training motor dual task gait
(kecepatan gait, panjang
langkah, dan kecepatan
DTC) meningkat (p =
0,008; p = 0,008; p = 0,008
masing-masing).
Tampaknya CDTT
meningkatkan kinerja
kiprah dual taks kognitif
dan MDTT meningkatkan
kinerja motor dual task gait
meskipun perbaikan
tersebut tidak mencapai
perbedaan kelompok yang
signifikan.
10. Dual-Task Israel Tujuan dari A repeated Berg Balance Lansia 65-85 Hasil : Peningkatan diamati
22
Training on a penelitian ini measures Scale (BBS), tahun/10 orang dalam Berg Balance Scale
Treadmill to adalah untuk Dynamic Gait dengan diberikan (P = 0,02), Dynamic Gait
Improve Gait menilai apakah Index (DGI), latihan dual-task Index (P = 0,03), kecepatan
and Cognitive intervensi 6-Minute training on a berjalan selama berjalan
Function in gabungan, yang Walk Test (6- treadmill biasa dan saat DT (P
Elderly terdiri dari MWT), Timed <0,05), dan kinerja kognitif
Idiopathic pelatihan Up and Go yang diukur dengan Tes
Fallers, treadmill (TT) (TUG), Trail Pembuatan Jejak B ( P =
(Dorfman et saat melakukan making test 0,02). Selanjutnya kualitas
al., 2014) DT, (TMT). hidup meningkat (SF-36: P
meningkatkan = 0,01) begitu pula aktivitas
kinerja kognitif fisik (Skala Aktivitas Fisik
dan motorik Lansia: P = 0,02). Pada 1
pada orang bulan pasca intervensi,
dewasa yang perubahan tidak signifikan.
lebih tua dengan
riwayat jatuh.
23
G. Pembahasan
jurnal dari internasional dan satu jurnal lainnya dari jurnal Indonesia.
desain penelitian pre and post test one group design, pre and post test two
groups design, dan post test two groups design. Pembahasan atau diskusi dari
kelompok usia, yang terbanyak pada kelompok usia 60-65 tahun berjumlah
6 orang (42.8%) dan paling sedikit pada kelompok umur >75 hanya
bersamaan. Oleh karena itu, apabila latihan ini dilakukan secara baik maka
b. Artikel penelitian yang dilakukan oleh Sun-Shil Shin, PT, MS, Duk-Hyun
An, PT, PhD (2014) yang berjudul The Effect of Motor Dual-task Balance
sebanyak 20 wanita lanjut usia yang bisa berjalan mandiri direkrut dari
tanpa alat bantu; dan skor lebih dari 24 pada Korean Version of the Mini-
hasil penelitian ini; dan partisipasi dalam program olahraga teratur dalam
Medical Ltd., Ramat Gan, Israel). Skor indeks jatuh menunjukkan tingkat
risiko jatuh, yang diukur pada skala 0-100 poin (0–35: risiko rendah, 36–
58: risiko sedang, 59-100: risiko tinggi). Skor indeks yang lebih tinggi
berarti postur yang lebih tidak stabil. Delapan postur berbeda dievaluasi
dalam tes dan setiap postur diukur selama 32 detik. Parameter gaya
MDBT dan kelompok SBT setelah pelatihan. Nilai indeks jatuh dari
kelompok MDBT secara signifikan lebih baik daripada kelompok STB dan
<0,05).
training dengan data kinematik dan kinetik, dan aktivasi otot berdasarkan
strategi motorik.
Vaezmosavi, Markus Gerber, Uwe Pühse and Serge Brand (2019) yang
sebanyak 60 pria lansia, peserta memenuhi syarat untuk penelitian ini jika
atau kontrol.
dengan kondisi mMdtt, skor yang lebih tinggi diamati dalam kondisi
Penelitian ini menunjukkan bahwa pada pria dewasa yang lebih tua,
mCdtt memiliki dampak yang lebih positif pada memori kerja dan
pada lansia.
Vermeylen, RPT, Joke Spildooren, RPT, PhD (2017) yang berjudul The
pelatihan tambahan).
direncanakan dua kali seminggu selama enam minggu. Durasi setiap sesi
diminta berdiri di atas platform yang ada Berjarak 1,0–1,5 m dari TV layar
datar 55 inci. Sesi pelatihan terdiri dari sejumlah latihan 3 menit. Tabel 1
dapat istirahat 90 detik hingga dua kali per sesi. Kelompok intervensi
dengan dan tanpa tugas kognitif. Skala Penilaian Emosi yang Teramati dan
Arshad Nawaz Malik, Mian Imran Amjad, Iqbal Tariq (2018) yang
sebanyak 40 orang dewasa dengan usia rata-rata 63.0 ± 12.0, dari kedua
jenis kelamin, mampu berdiri dan berjalan dengan dan tanpa menggunakan
alat bantu, tidak memiliki gangguan neurologis lain sebagai bagian dari
dan Pelatihan Tugas Ganda (DTT, n = 20). Demografi dicatat dan alat
and Go test (TUG), 10 menit walk test dan Functional reach test (FRT).
dicatat pada FRT dan 10MWT dengan (p> 0,05) pada kedua kelompok.
Chiu, PhD, RN, Doresses Liu, PhD, RN, Pi-Tuan Chan, RN, Ing-Jy Tseng,
MS, RN, Ruey Chen, MS, RN, Shu-Fen Niu, PhD, RN, Kuei-Ru Chou,
lebih tua tanpa gangguan kognitif, dan mereka secara acak dialokasikan ke
orang dewasa yang lebih tua berpartisipasi dalam tiga sesi pelatihan 30
menit per minggu selama total 8 minggu, dengan jumlah total sesi
pelatihan adalah 24. Hasil utamanya adalah kinerja gaya berjalan, yang
0,02).
gaya berjalan.
Yu-Ju Lee, Yan-Ci Liu, Ray-Yau Wang (2019) yang berjudul Cognitive
and motor dual task gait training exerted specific training effects on dual
cognitive dual task gait training (CDTT), pelatihan motor dual task gait
randomly.
selama 4 minggu. Hasil utama termasuk kinerja gaya berjalan selama tugas
ganda kognitif, tugas ganda motorik, dan jalan tunggal dinilai pada pra dan
selama berjalan tugas ganda kognitif setelah CDTT (-17,1 ± 10,3%) secara
signifikan lebih dari MDTT (6,3 ± 25,6%, p = 0,006) dan pelatihan kontrol
32
tugas ganda motorik menurun lebih banyak setelah MDTT (-16,3 ± 32,3%)
dari CDTT (38,6 ± 24,0%, p = 0,015) dan pelatihan kontrol (36,8 ± 36,4%,
langkah (10,5 ± 6,6%, p =. 046), dan waktu dukungan ganda (-8.0 ± 2,0%,
Susana Maria Gil, Jose Javier Yanguas, Miren Iturburu, Jon Irazusta,
35) yang mampu berdiri dan berjalan mandiri selama 10m. Subjek dalam
multikomponen dua kali seminggu dengan durasi 1 jam per sesi, yang
bersamaan. Penilaian studi akan dilakukan pada awal dan pada 3 bulan.
Ukuran hasil utama adalah kecepatan berjalan dalam kondisi tugas ganda
i. Artikel penelitian yang dilakukan oleh Yan-Ci Liu, Yea-Ru Yang, Yun-An
Tsai & Ray-Yau Wang (2017) yang berjudul Cognitive and motor dual
task gait training improve dual task gait performance after stroke - A
secara acak ditugaskan untuk pelatihan gaya berjalan tugas ganda kognitif
minggu selama 4 minggu, tiga kondisi tes untuk mengevaluasi efek latihan
Herman, MPT, Marina Brozgol, PT, Shirley Shema, PT, Aner Weiss,
MSc, Jeffrey M. Hausdorff, PhD, and Anat Mirelman, PhD (2014) yang
sebanyak 10 lansia faller (usia rata-rata, 78,1 ± 5,81 tahun, 7 wanita). Sesi
peningkatan skor pada tes mobilitas, tugas kinerja fungsional, dan kognisi.
Pelatihan dual taks dapat dengan mudah diterapkan oleh terapis sebagai
kognitif pada pemberian latihan dual taks training dari 10 artikel yang
al., 2019)
(Delbroek & MoCA 17.5 18.6 1.1
Vermeylen,
2017)
(Komal Khan MMSE 24.0 26.0 2.0
et al., 2018)
(Kao et al., MMSE 27.39 27.55 0.16
2018)
(Yang et al., MMSE 24.0 27.0 3.0
2019)
(Liu et al., MMSE 27.2 27.7 0.5
2017)
(Dorfman et TMT 64.30 69.40 5,1
al., 2014)
H. Keterbatasan Penelitian
lain dalam penelitian ini juga adalah banyaknya artikel yang sulit diakses
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
pada lansia.
DAFTAR PUSTAKA
Akrom. (2015). Sistem 5 Langkah Belajar Evidence Based Medicine untuk Farmasi.
CV Manggar. ISBN: 978-602-70640-0-3
Badan Pusat Statistik (2018). Available at: https://www.bps.go.id.
Baker, J. D. (2016). The Purpose, Proces, and Methods of Writing A Literatur
Review. AORN Journal, Vol 103, No 3.
Deger, T. B. et al. (2019) ‘The Relationship of Balance Disorders with Falling, the
Effect of Health Problems, and Social Life on Postural Balance in the Elderly
Living in A District in Turkey’, Geriatrics, 4(2), p. 37. doi:
10.3390/geriatrics4020037.
Delbroek, T., & Vermeylen, W. (2017). The Effect of Cognitive-Motor Dual Task
Training with the Biorescue Force Platform on Cognition, Balance and Dual
Task Performance in Institutionalized Older Adults: A Randomized Controlled
Trial. http://apdm.com
Department of Economic and Social Affairs (2019). Available at:
https://www.un.org/en/development/desa/population/publications/pdf/ageing/
WorldPopulationAgeing2019-Highlights.pdf.
Dorfman, M., Herman, T., Brozgol, M., Shema, S., Weiss, A., Hausdorff, J. M., &
Mirelman, A. (2014). Dual-Task Training on A Treadmill to Improve Gait and
Cognitive Function in Elderly Idiopathic Fallers. Journal of Neurologic
Physical Therapy, 38(4), 246–253.
https://doi.org/10.1097/NPT.0000000000000057
Ferrari, R. (2015) ‘Writing Narrative Style Literature Reviews’, 24(4) , pp. 230-235.
doi: 10.1179/2047480615Z.000000000329
Gharote, G. et al. (2016) ‘Prevalence of Balance Alteration in Geriatric Population
Using Berg Balance Scale’, International Journal of Physiotherapy and
Research, 4(5), pp. 1679–1683. doi: 10.16965/ijpr.2016.162.
Ibrahim, F. A. et al (2018) ‘Hubungan Keseimbangan Dengan Aktivitas Sehari-Hari
Pada Lansia Di Puskesmas Aceh Besar’, Idea Nursing Journal, 9(2), pp. 7–13.
Kao, C. C., Chiu, H. L., Liu, D., Chan, P. T., Tseng, I. J., Chen, R., Niu, S. F., &
Chou, K. R. (2018). Effect of Interactive Cognitive Motor Training on Gait and
Balance Among Older Adults: A Randomized Controlled Trial. International
Journal of Nursing Studies, 82, 121–128.
https://doi.org/10.1016/j.ijnurstu.2018.03.015
Kemenkes RI. Pelayanan dan Peningkatan Kesehatan Usia Lanjut. Pusat Komunikasi
Publik Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI; 2015. Avalable at:
Available at: http://www.depkes.go.id/article/ view/15052700010/pelayanan-
dan-peningkatan-kesehatan-usia-lanjut.html
Kementrian Kesehatan (2015). Peraturan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
nomor 65 .Standar Pelayanan Fisioterapi No,1662.
Kependudukan DIY (2019). Available at: https://kependudukan.jogjaprov.go.id/.
Komal Khan, Misbah Ghous, Arshad Nawaz Malik, Mian Imran Amjad, I. T. (2018).
Effects of Turning and Cognitive Training in Fall Prevention with Dual Task
Training in Elderly with Balance Impairment.
Kraft, E. (2012). Cognitive Function, Physical Activity, and Aging: Possible
Biological Links and Implications for Multimodal Interventions. Aging
Neuropsychology and Cognition, 248-163
Lanawati, Listyowati, R., Kuswardhani, R. A. T., Listyowati, R., & Kuswardhani, R.
A. T. (2015). Hubungan antara Senam Kesegaran Jasmani dengan Fungsi
Kognitif dan Keseimbangan Tubuh Lansia di Denpasar. Public Health and
Preventive Medicine Archive, 3(2), 211–217.
Liu, Y. C., Yang, Y. R., Tsai, Y. A., & Wang, R. Y. (2017). Cognitive and Motor
Dual Task Gait Training Improve Dual Task Gait Performance After Stroke -
A Randomized Controlled Pilot Trial. Scientific Reports, 7(1).
https://doi.org/10.1038/s41598-017-04165-y
Mekayanti, Ayu, dan Indrayani. (2015) ‘Optimalisasi Kelenturan ( Flexibelity ),
Keseimbangan ( Balance ), dan Kekuatan ( Strength ) Tubuh Manusia Secara
Instan dengan Menggunakan Secret Method’, Virgin, Jilid 1, nomor 1, Januari
2015, (2000), pp. 40–50.
Munawwarah, M. dan Nindya, P. (2015) ‘Pemberian Latihan Pada Lansia Dapat
Meningkatkan’, Fakultas Fisioterapi Universitas Esa Unggul, 15(April).
Munawarah, S. (2019) ‘Pengaruh Pemberian Senam Yoga Terhadap Keseimbangan
Statis Pada Lansia 2019’, Human Care Journal, 4(2), p. 101. doi:
10.32883/hcj.v4i2.465.
Nahdiah Purnamasari*, Farahdina Bachtiar, Arnis Puspitha. (2019) ‘Efektivitas
Dual-Task Training Motorik-Kognitif dalam Menurunkan Risiko Jatuh pada
Lansia’. JURNAL MKMI, Vol. 15 No. 3, September.
Norouzi, E., Vaezmosavi, M., Gerber, M., Pühse, U., & Brand, S. (2019). Dual-Task
Training on Cognition and Resistance Training Improved Both Balance and
Working Memory In Older People. Physician and Sportsmedicine, 47(4), 471–
478. https://doi.org/10.1080/00913847.2019.1623996
Oliver, J. (2013). Pengaruh Dual-Taks Training. Journal of Chemical Information
and Modeling, 53(9), 1689–1699.
Pengpid, S. dan Peltzer, K. (2018) ‘Prevalence and Risk Factors Associated with
Injurious Falls among Community-Dwelling Older Adults in Indonesia’,
Current Gerontology and Geriatrics Research. Hindawi, 2018. doi:
10.1155/2018/5964305.
Pramadita, Arrilia Putri, Arinta Puspita Wati, Hexanto Muhartomo, Fungsi Kognitif,
and Test Romberg. 2019. “Hubungan Fungsi Kognitif Dengan Gangguan
Keseimbangan Postural Pada Lansia.” Jurnal Kedokteran Diponegoro
8(2):626–41
Pramita, I, dan Susanto, A.D. (2018) ‘Pengaruh Pemberian Square Stepping Exercise
Untuk Effect of Square Stepping Exercise To Improve Dynamic Balance on
Elderly’, 6(3), pp. 1–7.
Purnamasari, N. (2019). Efektivitas Dual-Task Training Motorik-Kognitif dalam
Menurunkan Risiko Jatuh pada Lansia. Media Kesehatan Masyarakat
Indonesia, 15(3), 284. https://doi.org/10.30597/mkmi.v15i3.7019
Rezola-Pardo, C., Arrieta, H., Gil, S. M., Yanguas, J. J., Iturburu, M., Irazusta, J.,
Sanz, B., & Rodriguez-Larrad, A. (2019). A Randomized Controlled Trial
Protocol to Test The Efficacy of A Dual-Task Multicomponent Exercise
Program in the Attenuation of Frailty in Long-Term Nursing Home Residents:
Aging-ONDUAL-TASK Study. BMC Geriatrics, 19(1).
https://doi.org/10.1186/s12877-018-1020-z.
Shin, S.-S., & An, D.-H. (2014). The Effect of Motor Dual-task Balance Training on
Balance and Gait of Elderly Women.
Yang, Y. R., Cheng, S. J., Lee, Y. J., Liu, Y. C., & Wang, R. Y. (2019). Cognitive
and Motor Dual Task Gait Training Exerted Specific Training Effects on Dual
Task Gait Performance in Individuals with Parkinson’s Disease: A Randomized
Controlled Pilot Study. PLoS ONE, 14(6).
https://doi.org/10.1371/journal.pone.0218180.
LAMPIRAN
Lampiran 1 Time Schedule Narative Review
No Kegiatan Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agus
2020 2021 2021 2021 2021 2021 2021 2021 2021
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pengajuan Judul
2 BAB I
3 Revisi BAB I
4 BAB II
5 Revisi BAB II
6 Proposal Penelitian
7 Seminar Proposal
8 Revisi Proposal
9 Penyerahan Proposal
10 BAB III
11 Revisi BAB III
12 BAB IV
13 Revisi BAB IV
14 Penyusunan Abstrak
15 ACC skripsi
16 Ujian Narrative Review
17 Revisi
18 ACC skripsi
19 Naskah Publikasi
20 Penjilidan
21 Pengumpulan
43
Lampiran 2 Daftar Riwayat Hidup
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
20 ACC Skripsi
21 Naskah Publikasi
No Pertanyaan Hasil
1 Poin kunci/poin utama Hasil penelitian menunjukkan peningkatan
hasil penelitian keseimbangan lansia setelah pemberian 12 kali
latihan berdasarkan alat ukur BBS (p<0.001) dan
TUGT (p=0.079). Risiko jatuh terlihat mengalami
penurunan setelah 12 kali perlakuan (p<0.001).
Penurunan risiko jatuh paling tinggi terjadi
setelah 6 kali perlakuan pertama (p=0.011).
2 Keterbatasan penelitian Penulis artikel tidak menulis keterbatasan
penelitian. Namun, disini penulis menemukan
keterbatasan dalam artikel yaitu, ukuran sampel
yang digunakan dalam percobaan ini kecil.
3 Kesesuaian metode yang Metode sudah sesuai. Penelitian dilakukan di Pos
digunakan untuk menguji Pembinaan Terpadu (Posbindu) Yayasan Batara
hipotesis awal Hati Mulia Kabupaten Gowa selama bulan Maret
hingga Mei 2019. Pemberian latihan dual-task
motorik-kognitif ini dilakukan selama 4 minggu
dengan frekuensi 3 kali seminggu. latihan dual-
task yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Minggu I latihan berjalan sejauh 3 meter
dikombinasikan dengan pertnyaan tentang diri
dan keluarga responden; Minggu II berjalan
dengan pola diagonal 3 meter dikombinasikan
dengan stroop test; Minggu III berjalan tandem
sejauh 3 meter dikombinasikan dengan
menghitung angka, menyebut tanggal, bulan, hari,
secara mundur; Minggu IV berjalan tandem
dengan pola diagonal dikombinasikan dengan
bercerita tentang aktivitas sejak pagi hari. Latihan
ini dilakukan dengan dosis 5 kali repetisi,
frekuensi 3 kali seminggu dengan waktu 15
menit. Pengambilan data awal dilakukan melalui
pre test pengukuran Berg Balance Scale, the
Timed-Up-And-Go Test, dan the Tinetti Balance
Tool Assessment Test.
4 Kualitas hasil yang Kualitas hasil sudah bagus. Dari hasil yang
diperoleh didapatkan, terlihat peningkatan keseimbangan
dinamis berdasarkan kedua alat ukur. Tingkat
keseimbangan lansia berdasarkan BBS meningkat
dari rata-rata 49.50±2.74 menjadi 53.71±1.98
setelah 12 kali perlakuan. Begitupun dengan hasil
TUGT meningkat dari rata-rata 16.19±3.15
menjadi 14.58±3.28. Perubahan ini signifikan
secara statistik untuk BBS (p<0.001) sedangkan
pada TUGT meskipun terdapat peningkatan
secara deskriptif tetapi tidak signifikan secara
statistik (p=0.079).
5 Interpretasi hasil Hasil sudah tepat. bahwa pemberian latihan dual-
task motorik-kognitif ini efektif dalam
meningkatkan keseimbangan dinamis sehingga
dapat menurunkan risiko jatuh pada lansia.
6 Dampak dari penelitian Dengan melihat temuan pada penelitian ini,
penulis artikel menganjurkan untuk menggunakan
latihan dual-task motorik-kognitif karena dapat
meningkatkan keseimbangan pada lansia dengan
gangguan kognitif serta menurunkan resiko jatuh
pada lansia.
Kesimpulan:
Berdasarkan 6 poin penilaian kritis artikel diatas, maka artikel tersebut akan
diikutkan untuk dilakukan review oleh penulis dalam penelitian.
Judul Artikel The Effect of Motor Dual-task Balance Training on Balance and
Gait of Elderly Women
Penulis Sun-Shil Shin, PT, MS, Duk-Hyun An, PT, PhD/2014
Desain Penelitian Quasi Eksperimental
Kode Artikel 02
No Pertanyaan Hasil
1 Poin kunci/poin utama Hasil parameter indeks jatuh dan gaya berjalan
hasil penelitian kelompok MDBT dan kelompok SBT. Nilai
indeks jatuh kelompok MDBT secara signifikan
lebih baik daripada kelompok STB dan sebelum
pelatihan (p <0,05) . Parameter gaya berjalan
antar kelompok berbeda nyata dalam hal panjang
langkah, panjang langkah, kecepatan, dan irama
antar kelompok (p <0,05). Semua parameter gaya
berjalan yang diukur dari kelompok MDBT
meningkat secara signifikan setelah pelatihan (p
<0,05).
2 Keterbatasan penelitian Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan.
Pertama, tidak ada periode tindak lanjut. Kedua,
ukuran sampel yang digunakan dalam percobaan
ini kecil, yang menyiratkan bahwa harus
dilakukan ketika menafsirkan atau
menggeneralisasi hasil. Ketiga, penelitian ini
hanya mengukur keseimbangan berdiri di bawah
kondisi sensorik spesifik di delapan posisi.
3 Kesesuaian metode yang Metode yang digunakan sudah sesuai. Dua puluh
digunakan untuk menguji wanita tua yang bisa berjalan secara mandiri
hipotesis awal direkrut dari penduduk komunitas di Gyeongsang-
nam-do, Republik Korea. Kriteria seleksi adalah
sebagai berikut: kemampuan berjalan secara
mandiri tanpa alat bantu; dan skor lebih dari 24
pada Ujian Korean Version of the Mini-Mental
State Exam (KMMSE). Subyek kelompok
eksperimen berusia 78,6±5,58 tahun (mean±SD),
dan memiliki tinggi badan 147,71±6,11 cm, berat
badan 50,06±9,64 kg, dan skor KMMSE
26,1±1,45. Subyek kelompok kontrol berusia
79,8±3,58 tahun, memiliki tinggi badan
146,17±5,28 cm, berat badan 48,67±5,35 kg, dan
skor KMMSE 25,4±0,97. Keseimbangan (indeks
jatuh) diukur menggunakan TETRAX (Sunlight
Medical Ltd., Ramat Gan, Israel). Skor indeks
jatuh menunjukkan tingkat risiko jatuh, yang
diukur dengan skala 0–100 poin (0–35: risiko
rendah, 36–58: risiko sedang, 59–100: risiko
tinggi). Skor indeks yang lebih tinggi berarti
postur yang lebih tidak stabil. Delapan postur
yang berbeda dievaluasi dalam tes dan setiap
postur diukur selama 32 detik. Parameter gaya
berjalan dicatat menggunakan sistem GAITRite
(CIR System Inc, Easton, PA, USA). Kecepatan,
irama, panjang langkah, dan panjang langkah
dicatat sebagai kecepatan berjalan yang
ditentukan sendiri oleh subjek. Peserta start dan
finish berjalan 2 m sebelum dan sesudah start dan
end mat untuk menghindari efek akselerasi dan
deselerasi. Setelah satu uji coba praktik, peserta
melakukan lima uji coba pengukuran. Kelompok
motor dual-task balance training (MDBT) berdiri
di atas Aero-step (TOGU, Germany Inc.,
Germany) dan melakukan senam bola (diameter:
45 cm) memantul (tangan kanan, tangan kiri, dan
kedua tangan), menangkap , dan melempar. Dua
orang peserta menangkap dan melempar bola gym
dengan jarak 1,5 m. Jika mereka berhasil
melakukan tugas lebih dari 80% dari waktu
(delapan dari sepuluh kali), jarak ditingkatkan
menjadi 2 m. Kelompok simple task balance
training (SBT) hanya berdiri di atas Aero-step.
Analisis statistik dilakukan dengan menggunakan
paket statistik SPSS (versi 18.0 untuk Windows,
Chicago, IL, USA). Perbedaan parameter
keseimbangan dan gaya berjalan dianalisis
menggunakan uji t independen untuk
perbandingan antar kelompok dan uji t
berpasangan untuk perbandingan dalam
kelompok. Signifikansi diterima untuk nilai
p<0,05.
4 Kualitas hasil yang Kualitas hasil sudah bagus. Nilai indeks jatuh
diperoleh kelompok MDBT secara signifikan lebih baik
dibandingkan kelompok STB dan sebelum
pelatihan (p<0,05). Parameter gait antar kelompok
berbeda nyata dalam hal panjang langkah,
panjang langkah, kecepatan, dan irama antar
kelompok (p<0,05). Semua parameter gaya
berjalan yang diukur dari kelompok MDBT
meningkat secara signifikan setelah pelatihan
(p<0,05).
5 Interpretasi hasil Hasil sudah tepat. Kinerja dual taks
membutuhkan kapasitas pemrosesan informasi
yang memungkinkan alokasi perhatian yang
efisien antara dua tugas. Peningkatan kemampuan
keseimbangan secara signifikan dan penurunan
goyangan postural terbukti, menunjukkan bahwa
perhatian secara efektif dialokasikan antara
keseimbangan dan tugas kedua.
6 Dampak dari penelitian Dengan melihat temuan pada penelitian ini,
penulis artikel menganjurkan untuk menggunakan
latihan Motor Dual-task Balance Training karena
dapat meningkatkan keseimbangan pada lansia
dengan gangguan kognitif serta penurunan
goyangan postural.
Kesimpulan:
Berdasarkan 6 poin penilaian kritis artikel diatas, maka artikel tersebut akan
diikutkan untuk dilakukan review oleh penulis dalam penelitian.
Judul Artikel Dual-task training on cognition and resistance training
improved both balance and working memory in older people
Penulis Ebrahim Norouzi, Mohammad Vaezmosavi, Markus Gerber,
Uwe Pühse and Serge Brand/2019
Desain Penelitian randomized controlled trial
Kode Artikel 03
No Pertanyaan Hasil
1 Poin kunci/poin utama Hasil penelitian menunjukan bahwa
hasil penelitian Keseimbangan dan memori kerja meningkat dari
awal hingga pasca-intervensi dan hingga tindak
lanjut (efek Waktu yang signifikan), tetapi lebih
pada mCdtt dibandingkan dengan kondisi mMdtt
(Interaksi Waktu × Grup yang signifikan).
Selanjutnya, dibandingkan dengan kondisi
mMdtt, skor yang lebih tinggi diamati pada
kondisi mCdtt (efek Grup yang signifikan).
2 Keterbatasan penelitian Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan.
Pertama, peserta tidak dibutakan sehubungan
dengan pengobatan. Kedua, bahwa faktor
fisiologis dan psikologis laten lain yang belum
dinilai mungkin telah membiaskan pola hasil saat
ini ke arah yang sama atau berlawanan. Ketiga,
ukuran sampel agak kecil. Terakhir, masih harus
ditentukan apakah dan sejauh mana pola hasil saat
ini dapat direplikasi dengan populasi lain yang
lebih tua seperti peserta perempuan atau orang
dewasa yang tinggal di komunitas, lansia yang
lemah.
3 Kesesuaian metode yang Metode yang digunakan sudah sesuai. Peserta
digunakan untuk menguji diberitahu tentang tujuan umum dan prosedur
hipotesis awal yang tepat dari penelitian, dan tentang
penanganan data anonim. Sebelum pendaftaran
studi, mereka semua menandatangani lembar
persetujuan tertulis. Pria dewasa berusia 65 tahun
atau lebih direkrut untuk mengambil bagian
dalam studi intervensi ini. Selanjutnya, mereka
secara acak ditugaskan ke kondisi motormotor
dual-task training (mMtt), kondisi motor-
cognition dual-task training (mCtt) atau ke
kondisi kontrol. Intervensi mCdtt dan mMdtt
terdiri dari tiga sesi kelompok 60-80 menit per
minggu selama empat minggu berturut-turut.
Peserta menjalani tes keseimbangan dan tes WM
pada awal, empat minggu kemudian setelah
menyelesaikan intervensi, dan lagi 12 minggu
kemudian pada masa tindak lanjut. Dewan
Peninjau Universitas Urmia (Urmia, Iran)
menyetujui penelitian, yang dilakukan sesuai
dengan prinsip-prinsip etika yang ditetapkan
dalam Deklarasi Helsinki dan amandemennya.
4 Kualitas hasil yang Kualitas hasil sudah bagus. Untuk Memori kerja
diperoleh bahwa kinerja WM meningkat dari waktu ke
waktu dari awal hingga penyelesaian studi dan
tindak lanjut (efek Waktu yang signifikan), tetapi
lebih pada mCdtt, daripada di mMdtt dan kondisi
kontrol (Interaksi Waktu × Grup yang signifikan).
Perhitungan ukuran efek (ES) menunjukkan ES
besar untuk peningkatan WM dalam kelompok
mCdtt baik dari pra-ke-pasca-tes (ES besar =
2,31) dan dari tes pra-hingga tindak lanjut (ES
besar = 1,49). Juga, dalam kelompok mMdtt, skor
WM meningkat dari pra-ke-pasca-tes (ES besar =
1,38), dan dari tes pra-tindak lanjut (ES besar =
1,16) tetapi tidak sebanyak Grup mCdtt. Dalam
kelompok kontrol, skor WM tetap tidak berubah
dari pra-ke-pasca-tes (ES kecil = 0,21), dan dari
tes pra-tindak lanjut (ES kecil = 0,19).
Perhitungan ES untuk perbedaan antara mCdtt,
mMdtt, dan kelompok kontrol menunjukkan
bahwa WM tidak berbeda pada pre-test (ES kecil
= 0,18), tetapi ES besar pada post-test dan tindak
lanjut.
Untuk keseimbangan meningkat dari awal hingga
penyelesaian studi dan tindak lanjut (efek Waktu
yang signifikan), tetapi lebih pada mCdtt,
daripada dalam kondisi mMdtt (Waktu signifikan
× interaksi Grup). Perhitungan ES menunjukkan
bahwa pada kelompok mCdtt, skor keseimbangan
sebagian besar meningkat dari awal hingga pasca
intervensi (ES besar = 2,66), dan dari awal hingga
tindak lanjut (ES besar = 2,07). Dalam kelompok
mMdtt, skor keseimbangan meningkat dari awal
hingga pasca intervensi (ES besar = 1,59), dan
dari awal hingga tindak lanjut (ES besar = 1,31),
tetapi tidak sebanyak Grup mCdtt. Dalam
kelompok kontrol, skor kinerja keseimbangan
tetap relatif tidak berubah dari pra-ke-pasca-tes
(ES kecil = 0,26), dan dari tes pra-tindak lanjut
(ES kecil = 0,23). Perhitungan ES untuk
perbedaan antara mCdtt, mMdtt, dan kelompok
kontrol menunjukkan bahwa kinerja
keseimbangan tidak berbeda pada pra-tes, tetapi
ES besar pada pasca-tes dan pada tindak lanjut.
5 Interpretasi hasil Hasil sudah tepat. Hasil menunjukkan bahwa
mCdtt menghasilkan peningkatan yang lebih
besar dalam WM daripada mMdtt atau kondisi
kontrol. Secara khusus, mCdtt terdiri dari
keterlibatan kognitif dan motorik yang
memerlukan pemrosesan informasi paralel,
manipulasi informasi, perhatian selektif terhadap
rangsangan yang relevan dengan tugas, dan
pengambilan keputusan sehubungan dengan
eksekusi motorik. Ini mungkin menjelaskan
mengapa kelompok mCdtt memiliki peningkatan
yang lebih besar dalam skor WM. Oleh karena
itu, peningkatan WM ini bukan sekadar
pengulangan lain dari tugas kognitif dasar.
6 Dampak dari penelitian Dengan melihat temuan pada penelitian ini,
penulis artikel menganjurkan untuk menggunakan
latihan Dual-task training on cognition karena
dapat meningkatkan keseimbangan pada lansia
dengan gangguan kognitif.
Kesimpulan:
Berdasarkan 6 poin penilaian kritis artikel diatas, maka artikel tersebut akan
diikutkan untuk dilakukan review oleh penulis dalam penelitian.
Judul Artikel The effect of cognitive-motor dual task training with the
biorescue force platform on cognition, balance and dual task
performance in institutionalized older adults: a randomized
controlled trial
Penulis Tom Delbroek, RPT, Wietse Vermeylen, RPT, Joke Spildooren,
RPT, PhD/2017
Desain Penelitian randomized controlled trial
Kode Artikel 04
No Pertanyaan Hasil
1 Poin kunci/poin utama Hasil kelompok intervensi meningkat secara
hasil penelitian signifikan pada total durasi Timed Up-and-Go dan
durasi turn-to-sit selama single-task berjalan
dibandingkan dengan kelompok kontrol yang
tidak menerima pelatihan tambahan. Peserta
menemukan pelatihan dual task realitas virtual
menyenangkan dan berguna untuk konsentrasi,
memori, dan keseimbangan mereka. Kesenangan
dan kewaspadaan adalah dua emosi yang paling
banyak terlihat selama intervensi.
2 Keterbatasan penelitian Ada beberapa keterbatasan dalam RCT ini,
pertama kemampuan fisik, kemampuan mental
dan kelelahan orang dewasa yang lebih tua
dilembagakan dapat bervariasi dalam beberapa
hari. Kedua jumlah peserta yang lebih sedikit dan
waktu penelitian yang singkat. Penelitian dengan
waktu yang lebih lama bisa dilakukan untuk
penelitian selanjutnya.
3 Kesesuaian metode yang Metode yang dipakai sudah sesuai. Dua puluh
digunakan untuk menguji orang dewasa yang lebih tua dilembagakan
hipotesis awal dengan gangguan kognitif ringan (13 perempuan,
7 laki-laki; usia rata-rata, 87,2 ± 5,96 tahun)
diacak untuk intervensi (yaitu pelatihan dual-task
training realitas virtual menggunakan BioRescue)
atau kelompok kontrol (tidak ada pelatihan
tambahan). Kelompok intervensi mengambil
bagian dalam program pelatihan 6 minggu
sementara orang tua di kelompok kontrol
mempertahankan kegiatan sehari-hari mereka.
Keseimbangan diukur dengan Instrumented
Timed Up-and-Go Test dengan dan tanpa tugas
kognitif. Skala Penilaian Emosi yang Diamati dan
Inventarisasi Motivasi Intrinsik diberikan untuk
mengevaluasi emosi dan motivasi terkait program
olahraga.
4 Kualitas hasil yang Kualitas hasil sudah bagus. otal waktu iTUG
diperoleh meningkat secara signifikan setelah 6 minggu
pelatihan pada kelompok intervensi (17,2 detik
versus 15,8 detik, p=0,02). Transisi berbalik-ke-
duduk meningkat pada kelompok intervensi
hampir satu detik (p=0,02), sedangkan transisi
duduk-ke-berdiri atau durasi berbalik tidak
membaik. Namun, waktu langkah sebelum
berbalik menurun secara signifikan pada
kelompok intervensi (0,7 detik versus 0,5 detik,
p=0,02).
5 Interpretasi hasil Hasil sudah tepat. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa keseimbangan dinamis
lansia yang dilembagakan meningkat dengan
pelatihan dengan BioRescue. Ini adalah alat
olahraga alternatif yang menyenangkan, sangat
cocok untuk populasi ini.
6 Dampak dari penelitian Dengan melihat temuan pada penelitian ini,
penulis artikel menganjurkan untuk menggunakan
latihan cognitive-motor dual task training with
the biorescue karena dapat meningkatkan
keseimbangan pada lansia dengan gangguan
kognitif.
Kesimpulan:
Berdasarkan 6 poin penilaian kritis artikel diatas, maka artikel tersebut akan
diikutkan untuk dilakukan review oleh penulis dalam penelitian.
Judul Artikel Effects of turning and cognitive training in fall prevention with
dual task training in elderly with balance impairment
Penulis Komal Khan, Misbah Ghous, Arshad Nawaz Malik, Mian Imran
Amjad, Iqbal Tariq/2018
Desain Penelitian randomized controlled trial
Kode Artikel 05
No Pertanyaan Hasil
1 Poin kunci/poin utama Hasil dari penelitian menunjukan bahwa
hasil penelitian peningkatan yang signifikan dilaporkan dalam uji
BBS dan TUG (p <0,05). Ketika uji T sampel
independen digunakan setelah akhir intervensi
pada kedua kelompok, tidak ada perbedaan
signifikan yang dicatat pada FRT dan 10MWT
dengan (p> 0,05) pada kedua kelompok.
2 Keterbatasan penelitian Penulis artikel tidak menulis keterbatasan
penelitian. Namun, disini penulis menemukan
keterbatasan dalam artikel yaitu, waktu penelitian
yang singkat. Penelitian dengan waktu yang lebih
lama bisa dilakukan untuk penelitian selanjutnya.
3 Kesesuaian metode yang Metode yang dipakai sudah sesuai. terintegrasi 40
digunakan untuk menguji orang dewasa dengan usia rata-rata 63.0+12.0,
hipotesis awal dari kedua jenis kelamin, mampu berdiri dan
berjalan dengan dan tanpa menggunakan alat
bantu, tidak memiliki gangguan neurologis
lainnya adalah bagian dari penelitian. Protokol
intervensi adalah 6 minggu dengan 30-45 menit
pelatihan keseimbangan dasar: pelatihan memutar
& kognitif (TCT, n=20) dan Pelatihan tugas
ganda (DTT, n=20). Demografi dicatat dan alat
penilaian standar termasuk skala keseimbangan
Berg (BBS), tes Timed Get up and Go (TUG), tes
berjalan 10 meter dan tes jangkauan Fungsional
(FRT). Pengukuran diperoleh pada tingkat awal
dan pasca-intervensi. SPSS 21 digunakan untuk
analisis data.
4 Kualitas hasil yang Kualitas hasil sudah bagus. Peningkatan
diperoleh signifikan ditemukan pada uji BBS dan TUG
(p<0,05). Ketika uji T sampel independen
digunakan setelah akhir intervensi pada kedua
kelompok, tidak ada perbedaan signifikan yang
dicatat pada FRT dan 10MWT dengan (p>0,05)
pada kedua kelompok.
5 Interpretasi hasil Hasil sudah tepat. Para peserta dalam penelitian
ini menunjukkan peningkatan yang signifikan
dalam semua tindakan. Tes bangun dan pergi
berwaktu adalah alat yang digeneralisasikan
secara klinis untuk menilai mobilitas ekstremitas
bawah dan risiko jatuh. Variasi pada pasien
diamati selama TUG pada awal yaitu penurunan
panjang langkah, lebih banyak waktu yang
diambil selama duduk-berdiri, dukungan ganda
dalam gaya berjalan, berputar dan penggunaan
tangan, tetapi setelah pelatihan peserta dalam
kelompok dual taks meningkat secara signifikan.
6 Dampak dari penelitian Dengan melihat temuan pada penelitian ini,
penulis artikel menganjurkan untuk menggunakan
latihan dual task motorik-kognitif karena dapat
meningkatkan keseimbangan pada lansia dengan
gangguan kognitif serta menurunkan resiko jatuh
pada lansia.
Kesimpulan:
Berdasarkan 6 poin penilaian kritis artikel diatas, maka artikel tersebut akan
diikutkan untuk dilakukan review oleh penulis dalam penelitian.
Judul Artikel Effect of Interactive Cognitive Motor Training on Gait and
Balance among Older Adults: A Randomized Controlled Trial
Penulis Ching-Chiu Kao, RN, Huei-Ling Chiu, PhD, RN, Doresses Liu,
PhD, RN, Pi-Tuan Chan, RN, Ing-Jy Tseng, MS, RN, Ruey
Chen, MS, RN, Shu-Fen Niu, PhD, RN, Kuei-Ru Chou, PhD,
RN/2018
Desain Penelitian A double-blind randomized control trial.
Kode Artikel 06
No Pertanyaan Hasil
1 Poin kunci/poin utama Hasil utama adalah kinerja gaya berjalan, yang
hasil penelitian diukur menggunakan iWALK yang
dikembangkan oleh APDM’s Mobility Lab
(APDM, Inc., Portland, OR, USA) sebagai
indikator objektif dan Functional Gait Assessment
sebagai indikator subjektif. Hasil sekunder adalah
kinerja keseimbangan, yang diukur menggunakan
iSWAY yang dikembangkan oleh Lab Mobilitas
APDM.
2 Keterbatasan penelitian Terdapat keterbatasan dalam penelitian adalah
kurangnya pelatihan yang mempromosikan
keterampilan motorik tubuh bagian atas dan
pengukuran untuk keterampilan ini.
3 Kesesuaian metode yang Metode yang dipakai sudah sesuai. Peserta
digunakan untuk menguji penelitian adalah orang dewasa yang lebih tua
hipotesis awal dengan gangguan kognitif, dan mereka secara
acak dialokasikan ke kelompok eksperimen atau
kelompok kontrol aktif. Pada kedua kelompok,
orang dewasa yang lebih tua berpartisipasi dalam
tiga sesi pelatihan 30 menit per minggu selama
total 8 minggu, dengan jumlah total sesi pelatihan
menjadi 24. Hasil utama adalah kinerja gaya
berjalan, yang diukur dengan menggunakan
indikator objektif dan subjektif. iWALK
digunakan sebagai indikator objektif untuk
mengukur kecepatan dan stabilitas dinamis;
Fungsional Gait Assessment digunakan sebagai
indikator subjektif. Hasil sekunder adalah kinerja
keseimbangan, yang diukur menggunakan
iSWAY. Persamaan estimasi umum digunakan
untuk mengidentifikasi apakah hasil dari kedua
kelompok berbeda setelah menerima tindakan
intervensi yang berbeda; hasil yang didapat
dari posttest langsung hingga jangka panjang.
4 Kualitas hasil yang Kualitas hasil sudah bagus. Panjang langkah
diperoleh dalam kategori langkah dari kelompok
eksperimen meningkat secara langsung posttest (p
= 0,01), follow-up 3 bulan (p = 0,01), dan follow-
up 6 bulan (p = 0,04). Rentang gerak kaki
menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam
posttest langsung (p = 0,04) dan tindak lanjut 3
bulan (p = 0,04). Itu Hasil Penilaian Gaya
Fungsional menunjukkan bahwa peningkatan
yang signifikan secara statistik diamati dalam
posttest langsung (p = 0,02) dan tindak lanjut 12
bulan (p = 0,01). Hasil keseimbangan kinerja
menunjukkan bahwa kelompok eksperimen
mencapai peningkatan yang signifikan secara
statistik dalam centroid frekuensi dalam posttest
langsung (p = 0,02).
5 Interpretasi hasil Hasil sudah tepat. Hasil penelitian divalidasi
bahwa 24 sesi pelatihan motorik kognitif
interaktif Intervensi secara signifikan
meningkatkan gaya berjalan dan keseimbangan.
Penelitian selanjutnya harus memperluas sampel
kepada masyarakat untuk mempromosikan gaya
berjalan dan menyeimbangkan orang dewasa yang
tinggal di komunitas dengan gangguan kognitif
dan mengurangi risiko jatuh mereka dan
mengembangkan penyakit terkait gaya berjalan.
6 Dampak dari penelitian Dengan melihat temuan pada penelitian ini,
penulis artikel menganjurkan untuk menggunakan
latihan Interactive Cognitive Motor Training
karena dapat meningkatkan keseimbangan pada
lansia dengan gangguan kognitif serta
menurunkan resiko jatuh pada lansia.
Kesimpulan:
Berdasarkan 6 poin penilaian kritis artikel diatas, maka artikel tersebut akan
diikutkan untuk dilakukan review oleh penulis dalam penelitian.
Judul Artikel Cognitive and motor dual task gait training exerted specific
training effects on dual task gait performance in individuals with
Parkinson’s disease: A randomized controlled pilot study
Penulis Yea-Ru Yang, Shih-Jung Cheng, Yu-Ju Lee, Yan-Ci Liu, Ray-
Yau Wang/2019
Desain Penelitian A randomized controlled pilot study
Kode Artikel 07
No Pertanyaan Hasil
1 Poin kunci/poin utama Hasilnya menunjukkan penurunan waktu
hasil penelitian dukungan ganda selama berjalan dual task
kognitif setelah CDTT (-17,1 ± 10,3%) secara
signifikan lebih dari MDTT (6,3 ± 25,6%, p =
0,006) dan pelatihan kontrol (-5,6 ± 7,8%, p =
0,041). Variabilitas waktu langkah selama motor
dual task walking menurun lebih banyak setelah
MDTT (-16,3±32,3%) dibandingkan CDTT
(38,6±24,0%, p = 0,015) dan pelatihan kontrol
(36,8±36,4%, p = 0,041). CDTT juga
meningkatkan performa motor dual task walking
terutama pada kecepatan gait (13,8±10,71%, p =
0,046) panjang langkah (10,5±6,6%, p = 0,046),
dan double support time (-8.0±2,0%, p = .028).
2 Keterbatasan penelitian Terdapat keterbatasan dalam penelitian adalah
ukuran sampel yang kecil dan varians yang besar.
dan dengan demikian hasilnya harus dianggap
sebagai pendahuluan dan sebagian besar
deskriptif.
3 Kesesuaian metode yang Metode yang dipakai sudah sesuai. Delapan belas
digunakan untuk menguji peserta PD (n = 6 per kelompok pelatihan)
hipotesis awal ditugaskan untuk pelatihan gaya berjalan tugas
ganda kognitif (CDTT), pelatihan gaya berjalan
tugas ganda motorik (MDTT), atau kelompok
pelatihan gaya berjalan umum (kontrol) secara
acak. Pelatihan berlangsung selama 30 menit
setiap sesi, 3 sesi per minggu selama 4 minggu.
4 Kualitas hasil yang Kualitas hasil sedikit kurang bagus. Dalam
diperoleh penilaian pra-intervensi dari penelitian ini, peserta
(n = 6 per kelompok pelatihan) menunjukkan
lebih banyak penurunan dalam kecepatan dan
irama berjalan, dan peningkatan waktu dukungan
ganda dan variabilitas waktu langkah selama
berjalan tugas ganda kognitif daripada berjalan
tugas ganda motorik (hal. <0,01). Selanjutnya,
kecepatan biaya tugas ganda selama berjalan
tugas ganda kognitif (30.09 ± 16.91%) lebih
tinggi daripada saat berjalan tugas ganda motorik
(13.19 ± 7.29%; p <0,001).
5 Interpretasi hasil Sudah tepat. Berdasarkan temuan penelitian,
disimpulkan bahwa Hasil awal kami
menunjukkan bahwa 12 sesi pelatihan gaya
berjalan tugas ganda kognitif menurunkan waktu
dukungan ganda selama berjalan tugas ganda
kognitif, dan pelatihan gaya berjalan tugas ganda
motorik mengurangi variabilitas gaya berjalan
selama tugas ganda motorik berjalan pada orang
dengan PD. Selain itu, pelatihan gaya berjalan
tugas ganda meningkatkan kecepatan, panjang
langkah, dan waktu dukungan ganda di bawah
tugas ganda motorik berjalan dan berjalan
tunggal.
6 Dampak dari penelitian Dengan melihat temuan pada penelitian ini,
penulis artikel menganjurkan untuk menggunakan
kedua teknik.
Kesimpulan:
Berdasarkan 6 poin penilaian kritis artikel diatas, maka artikel tersebut akan
diikutkan untuk dilakukan review oleh penulis dalam penelitian.
Judul Artikel A randomized controlled trial protocol to test the efficacy of a
dual-task multicomponent exercise program in the attenuation of
frailty in long-term nursing home residents: Aging ON DUAL
TASK study
Penulis Chloe Rezola-Pardo, Haritz Arrieta, Susana Maria Gil, Jose
Javier Yanguas, Miren Iturburu, Jon Irazusta, Begoña Sanz and
Ana Rodriguez-Larrad/2019
Desain Penelitian A randomized controlled trial
Kode Artikel 08
No Pertanyaan Hasil
1 Poin kunci/poin utama Ukuran hasil utama adalah kecepatan berjalan
hasil penelitian dalam kondisi dual taks dan hasil sekunder akan
mencakup pengukuran kebugaran fisik, parameter
spasiotemporal gaya berjalan, penilaian kognisi
dan emosional, beberapa skala kelemahan dan
aktivitas fisik yang diukur secara obyektif.
2 Keterbatasan penelitian Kriteria inklusi yang dipilih menghalangi
sebagian besar penghuni panti jompo jangka
panjang, karena penulis artikel akan memasukkan
subjek dengan ketergantungan ringan hingga
sedang sementara profil umum dalam jenis
institusi ini sangat bergantung. Akibatnya, penulis
artikel mungkin mengalami kesulitan dalam
mencapai ukuran sampel yang diinginkan.
Namun, banyaknya kesepakatan yang dibuat
dengan institusi perawatan jangka panjang akan
memfasilitasi perekrutan subyek yang cukup.
3 Kesesuaian metode yang Metode yang dipakai sudah tepat. Uji coba
digunakan untuk menguji terkontrol acak multisenter ini akan mencakup
hipotesis awal 188 peserta yang akan dialokasikan secara acak
ke program latihan multikomponen atau ke
program multikomponen yang sama dengan
pelatihan kognitif simultan (pelatihan tugas
ganda). Kriteria inklusi adalah sebagai berikut: ≥
70 tahun, ≥ 50 di Indeks Barthel, ≥ 20 di Mini
Examen Cognoscitivo (MEC-35) yang mampu
berdiri dan berjalan mandiri selama 10 m. Subjek
dalam kelompok multikomponen akan mengikuti
program latihan multikomponen dua kali
seminggu dengan durasi 1 jam per sesi, yang
terdiri dari latihan kekuatan dan keseimbangan.
Peserta dalam kelompok tugas ganda akan
melakukan program latihan multikomponen yang
sama dengan tugas kognitif yang disesuaikan
secara individual secara bersamaan. Penilaian
studi akan dilakukan pada awal dan pada 3 bulan.
4 Kualitas hasil yang Kualitas hasil sudah bagus. Ukuran hasil utama
diperoleh adalah kecepatan berjalan dalam kondisi tugas
ganda. Jarak yang akan ditempuh adalah 9 m pada
permukaan licin yang tidak licin dengan titik awal
dan akhir yang ditandai di lantai dengan selotip.
Tugas kognitif yang akan dilakukan sebelumnya
akan dijelaskan kepada peserta. Langsung setelah
penjelasan, peserta akan diajak berjalan dengan
nyaman kecepatan pada garis lurus sambil
melakukan tugas kognitif. Waktu untuk
melakukan tes akan diukur mengikuti prosedur
yang dijelaskan oleh Bohannon.
Kecepatan berjalan kemudian akan dihitung
membagi jarak yang ditempuh (dalam meter)
dengan waktu yang digunakan (dalam detik).
5 Interpretasi hasil Sudah tepat. Berdasarkan temuan penelitian,
disimpulkan bahwa peneliti melakukan studi
percontohan untuk memastikan apakah
multikomponen dan program tugas ganda
menghasilkan adaptasi pelatihan yang serupa, di
mana peneliti berhasil mengamati peningkatan
fisik yang signifikan pada kedua kelompok.
Kekuatan metodologis dari penelitian ini
termasuk fakta bahwa program tugas ganda di sini
didasarkan pada protokol latihan fisik yang
diterbitkan sebelumnya.
6 Dampak dari penelitian Dengan melihat temuan pada penelitian ini,
penulis artikel menganjurkan untuk menggunakan
latihan dual task karena dapat meningkatkan
keseimbangan pada lansia dengan gangguan
kognitif.
Kesimpulan:
Berdasarkan 6 poin penilaian kritis artikel diatas, maka artikel tersebut akan
diikutkan untuk dilakukan review oleh penulis dalam penelitian.
Judul Artikel Cognitive and motor dual task gait training improve dual task
gait performance after stroke - A randomized controlled pilot
trial
Penulis Yan-Ci Liu, Yea-Ru Yang, Yun-An Tsai & Ray-Yau
Wang/2017
Desain Penelitian A randomized controlled pilot trial
Kode Artikel 09
No Pertanyaan Hasil
1 Poin kunci/poin utama Tampaknya CDTT meningkatkan kinerja kiprah
hasil penelitian dual taks kognitif dan MDTT meningkatkan
kinerja motor dual task gait meskipun perbaikan
tersebut tidak mencapai perbedaan kelompok
yang signifikan.
2 Keterbatasan penelitian Ada beberapa keterbatasan dalam penelitian ini.
Pertama, ukuran sampel relatif kecil. Kedua,
dalam studi saat ini, terapis tidak buta terhadap
tugas kelompok. Ketiga, periode intervensi
singkat selama 4 minggu dalam penelitian ini juga
harus diperhatikan.
3 Kesesuaian metode yang Metode yang dipakai sudah tepat. Peserta (n = 28)
digunakan untuk menguji secara acak ditugaskan untuk pelatihan gaya
hipotesis awal berjalan tugas ganda kognitif (CDTT), pelatihan
gaya berjalan tugas ganda motorik (MDTT), atau
kelompok terapi fisik konvensional (CPT).
Peserta dalam kelompok CDTT atau MDTT
mempraktikkan tugas kognitif atau motorik
masing-masing selama berjalan. Peserta
kelompok CPT mendapat latihan penguatan,
keseimbangan, dan gaya berjalan, intervensi 30
menit / sesi, 3 sesi / minggu selama 4 minggu,
tiga kondisi tes untuk mengevaluasi efek latihan
adalah berjalan sendiri, berjalan sambil
melakukan tugas kognitif (pengurangan serial),
dan berjalan sambil melakukan tugas motorik
(tray -membawa).
4 Kualitas hasil yang Kualitas hasil sudah bagus. Parameternya
diperoleh termasuk kecepatan berjalan, biaya tugas ganda
dari kecepatan berjalan (kecepatan DTC), irama,
waktu langkah, dan panjang langkah. kinerja gaya
berjalan tugas ganda kognitif-motorik (panjang
langkah dan kecepatan DTC) meningkat (p =
0,021; p = 0,015). Setelah MDTT, kinerja kiprah
tugas ganda motorik (kecepatan gait, panjang
langkah, dan kecepatan DTC) ditingkatkan (p =
0,008; p = 0,008; p = 0,008 masing-masing).
5 Interpretasi hasil Sudah tepat. Berdasarkan temuan penelitian,
disimpulkan bahwa CDTT dapat meningkatkan
kinerja gaya berjalan tugas ganda kognitif dan
MDTT dapat meningkatkan kinerja gaya berjalan
tugas ganda motorik berdasarkan beberapa
perbedaan intra-grup yang signifikan. Selain itu,
protokol pelatihan gaya berjalan tugas ganda ini
dapat dengan mudah diterapkan sebagai bagian
dari terapi rehabilitasi stroke.
6 Dampak dari penelitian Dengan melihat temuan pada penelitian ini,
penulis artikel menganjurkan untuk menggunakan
latihan Cognitive and motor dual task gait
training karena dapat meningkatkan
keseimbangan pada lansia dengan gangguan
kognitif.
Kesimpulan:
Berdasarkan 6 poin penilaian kritis artikel diatas, maka artikel tersebut akan
diikutkan untuk dilakukan review oleh penulis dalam penelitian.
Judul Artikel Dual-Task Training on a Treadmill to Improve Gait and
Cognitive Function in Elderly Idiopathic Fallers
Penulis Moran Dorfman, MPT, Talia Herman, MPT, Marina Brozgol,
PT, Shirley Shema, PT, Aner Weiss, MSc, Jeffrey M. Hausdorff,
PhD, and Anat Mirelman, PhD /2014
Desain Penelitian A repeated measures
Kode Artikel 10
No Pertanyaan Hasil
1 Poin kunci/poin utama Peningkatan diamati pada Berg Balance Scale (P
hasil penelitian = 0,02), Dynamic Gait Index (P = 0,03),
kecepatan berjalan selama berjalan biasa dan saat
DT (P <0,05), dan kinerja kognitif yang diukur
dengan Trails Making Test B (P = 0,02).
Selanjutnya, kualitas hidup meningkat (SF-36:
P=0,01) seperti halnya aktivitas fisik (Skala
Aktivitas Fisik untuk Lansia: P = 0,02). Pada 1
bulan pasca intervensi, perubahan tidak
signifikan.
2 Keterbatasan penelitian Ada beberapa keterbatasan dari penelitian ini
adalah kurangnya kelompok kontrol untuk
mengevaluasi manfaat pelatihan treadmill saat
melakukan DT dibandingkan dengan pelatihan
treadmill itu sendiri dan ukuran sampel yang
kecil.
3 Kesesuaian metode yang Metode yang dipakai sudah tepat. Desain
digunakan untuk menguji pengukuran berulang digunakan untuk
hipotesis awal mengevaluasi efek pelatihan pada 10 penebang
lanjut usia (usia rata-rata, 78,1 ± 5,81 tahun, 7
wanita). Sesi pelatihan intensif progresif termasuk
berjalan di atas treadmill sambil berlatih berbagai
tugas ganda 3 kali seminggu selama lebih dari 6
minggu. Pengukuran kognitif dan motorik
digunakan untuk menilai efek intervensi segera
setelah pelatihan dan 1 bulan pasca pelatihan.
4 Kualitas hasil yang Kualitas hasil sudah bagus.
diperoleh Penilaian Motorik dan Keseimbangan
Kecepatan gait selama berjalan biasa meningkat
17,1% (P = 0,04) dan 16,7% selama DT berjalan
(P = 0,05). Perubahan ini semua di atas MDC.
Panjang langkah selama berjalan biasa meningkat
sebesar 8,95% setelah pelatihan (P = 0,05) dan
sebesar 9,29% selama DT (P = 0,04). Variabilitas
waktu langkah selama berjalan biasa menurun
(meningkat) sebesar 51,8% (P = 0,02) tetapi tidak
berubah selama DT (P = 0,95). Perubahan 13,2%
diamati pada 6MWT setelah pelatihan (rata-rata
55 m; P = 0,09), dan peningkatan diamati pada
BBS dan DGI (P = 0,02, P = 0,03, masing-
masing) tetapi tidak dalam waktu untuk
menyelesaikan TUG (P = 0,26). Pada follow-up 1
bulan, efek pelatihan masih terlihat; namun, ini
tidak signifikan (P > 0,05)
Langkah-langkah kognitif
Waktu untuk menyelesaikan Jalur TMT B
meningkat (menurun) sebesar 12,7% (P = 0,02).
Jumlah pengurangan meningkat sebesar 21,2%
saat duduk (tugas tunggal) (P = 0,03) dan sebesar
20,6% saat berjalan (DT) (P = 0,02). Kefasihan
verbal tidak meningkat dalam menanggapi
pelatihan. Skor pada tes kognitif umumnya lebih
tinggi pada tindak lanjut daripada pada awal;
namun, perubahan ini tidak signifikan.
5 Interpretasi hasil Jenis intervensi ini tampaknya memiliki beberapa
efek menguntungkan pada gaya berjalan,
keseimbangan, dan fungsi kognitif. Namun, untuk
mempertahankan keuntungan ini, mungkin perlu
untuk memperpanjang latihan untuk durasi yang
lebih lama. Program pelatihan pemeliharaan dapat
mempertahankan keuntungan dari intervensi
intensif ini dan dengan demikian mengurangi
risiko jatuh.
6 Dampak dari penelitian Pelatihan semacam ini bisa menjadi pilihan yang
layak sebagai bagian dari mobilitas dan program
pencegahan jatuh dan dapat menjadi pendekatan
yang mudah diakses oleh terapis untuk mencapai
peningkatan fungsional dan kognitif.
Kesimpulan:
Berdasarkan 6 poin penilaian kritis artikel diatas, maka artikel tersebut akan
diikutkan untuk dilakukan review oleh penulis dalam penelitian.