Anda di halaman 1dari 81

PENGARUH PEMBERIAN DUAL TASK TRAINING

TERHADAP PENINGKATAN KESEIMBANGAN


PADA LANSIA DENGAN GANGGUAN
KOGNITIF: NARRATIVE REVIEW

SKRIPSI

Disusun Oleh:
Andri Oktavian
1710301183

PROGRAM STUDI FISIOTERAPI S1


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2021
PENGARUH PEMBERIAN DUAL TASK TRAINING
TERHADAP PENINGKATAN KESEIMBANGAN
PADA LANSIA DENGAN GANGGUAN
KOGNITIF: NARRATIVE REVIEW

R
SKRIPSI

Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Mencapai Gelar


Sarjana Program Studi Fisioterapi S1
Fakultas Ilmu Kesehatan
di Universitas ‘Aisyiyah
Yogyakarta

Disusun Oleh:
Andri Oktavian
1710301183

PROGRAM STUDI FISIOTERAPI S1


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2021
ii
HALAMAN PERSETUJUAN

PENGARUH PEMBERIAN DUAL TASK TRAINING


TERHADAP PENINGKATAN KESEIMBANGAN
PADA LANSIA DENGAN GANGGUAN
KOGNITIF: NARRATIVE REVIEW

SKRIPSI

Disusun Oleh:
Andri Oktavian
1710301183

Telah Memenuhi Persyaratan dan Disetujui untuk Mengikuti Ujian Skripsi


Program Studi Fisioterapi S1 Fakultas Ilmu Kesehatan
di Universitas ‘Aisyiyah
Yogyakarta

Oleh:

Pembimbing : Parmono Dwi Putro, S.Ft.,MM


Tanggal : 13 Juli 2021

Tanda Tangan :

iii
HALAMAN PENGESAHAN

PENGARUH PEMBERIAN DUAL TASK TRAINING


TERHADAP PENINGKATAN KESEIMBANGAN
PADA LANSIA DENGAN GANGGUAN
KOGNITIF: NARRATIVE REVIEW

SKRIPSI

Disusun Oleh:
Andri Oktavian
1710301183

Telah Dipertahankan di Depan Dewan Penguji dan Disetujui Sebagai Syarat Untuk
Mendapatkan Gelar Sarjana Fisioterapi
pada Program Studi Fisioterapi S1
Fakultas Ilmu Kesehatan
di Universitas ‘Aisyiyah
Yogyakarta

Pada Tanggal:
21 Juli 2021

Dewan Penguji :

Penguji I : Tri Laksono, M.S PT ----------------------

Penguji II : Parmono Dwi Putro, S.Ft.,MM ----------------------

Mengesahkan
Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta

Moh. Ali Imron, S.Sos., M.Fis

iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

v
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur kepada Allah SWT berkat Rahmat,


Hidayah, dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan
judul “Pengaruh Pemberian Dual Task Training Terhadap Peningkatan
Keseimbangan Pada Lansia Dengan Gangguan Kognitif: Narrative Review”. Laporan
skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat serta kelulusan gelar sarjana di Program
Studi Fisioterapi S1 Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta.
Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini tidak akan selesai tanpa bantuan
dari berbagai pihak. Karena itu pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima
kasih kepada :
1. Ibu Warsiti, S.Kp., M.Kep., Sp.Mat selaku Rektor Universitas 'Aisyiyah
Yogyakarta
2. Bapak Moh. Ali Imron, S.Sos., M.Fis. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas 'Aisyiyah Yogyakarta.
3. Ibu Dika Rizki Imania, SSt. Ft., M. Fis. Selaku Ketua Program Studi Fisioterapi
Universitas 'Aisyiyah Yogyakarta
4. Bapak Tri Laksono, M.S PT. Selaku Dosen Penguji I yang telah bersedia
meluangkan waktunya untuk menguji.
5. Bapak Parmono Dwi Putro, S.Ft.,MM. Selaku Dosen Pembimbing yang selalu
sabar dan ikhlas dalam membimbing serta banyak memberikan masukan untuk
menyelesaikan skripsi ini.
6. Kedua orang tua atas semua doa, dukungan, dan motivasi yang tiada henti dan
semua teman-teman seperjuangan yang telah banyak membantu dan
memberikan semangat.
7. Semua pihak yang telah membantu sehingga penyusunan skripsi ini dapat selesai
tepat pada waktunya.
Semoga dorongan dan do’a yang diberikan kepada penulis dengan tulus dan
ikhlas mendapatkan Rahmat dan karunia dari Allah SWT. Penulis menyadari skripsi
ini tidak luput dari berbagai kekurangan. Penulis mengharapkan saran dan kritik
demi kesempurnaan dan perbaikannya. Semoga penyusunan skripsi ini dapat
bermanfaat dan bisa dijadikan pengembangan keilmuan fisioterapi.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Yogyakarta, Juli 2021

Penulis

vi
DAFTAR ISI

COVER.........................................................................................................................ii
HALAMAN PERSETUJUAN....................................................................................iii
HALAMAN PENGESAHAN.....................................................................................iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN............................................v
KATA PENGANTAR.................................................................................................vi
DAFTAR ISI..............................................................................................................vii
DAFTAR TABEL.....................................................................................................viii
DAFTAR SKEMA......................................................................................................ix
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................................x
DAFTAR SINGKATAN.............................................................................................xi
ABSTRAK..................................................................................................................xii
ABSTRACT..............................................................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................................8
C. Tujuan................................................................................................................8
D. Manfaat..............................................................................................................8
BAB II METODE NARRATIVE REVIEW
A. Rancangan Narrative Review..........................................................................10
B. Mengidentifikasi Pertanyaan Narrative Review..............................................10
C. Mengidentifikasi Studi yang Relevan..............................................................11
D. Pemilihan dan Seleksi Artikel yang Relevan...................................................12
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil.................................................................................................................14
B. Pembahasan.....................................................................................................22
C. Keterbatasan Penelitian...................................................................................35
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan......................................................................................................36
B. Saran................................................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vii
DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Framework Research Question PICO.......................................................10


Tabel 2. 2 Kata Kunci.................................................................................................11
Tabel 2. 3 Strategi Pencarian......................................................................................11
Tabel 2. 4 Kriteria Inklusi dan Ekslusi.......................................................................12
Tabel 3. 1 Penyajian Hasil Ulasan Narrative Review.................................................14
Tabel 3. 2 Interpretasi Hasil Pengukuran Keseimbangan...........................................34
Tabel 3. 3 Interpretasi Hasil Pengukuran Kognitif.....................................................34

viii
DAFTAR SKEMA

Skema 2. 1 Flowchart Seleksi Jurnal.........................................................................13

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Time Schedule Narrrative Review


Lampiran 2 Daftar Riwayat Hidup
Lampiran 3 Kartu Bimbingan
Lampiran 4 Penilaian Kritis Artikel

x
DAFTAR SINGKATAN

Lansia : Lanjut Usia


DIY : Daerah Istimewa Yogyakarta
WHO : World Health Organizatio
PMK : Peraturan Menteri Kesehatan
COVID : Corona Virus Disease
RCT : randomized controlled trial
BBS : Berg Balance Scale
TUGT : Timed-Up and Go Test
MMSE : Mini Mental State Examination
FOG : Freezing Of Gait
FES-I : Fall Efficacy Scale-International
POMA : Performance-oriented Mobility Assessment
KMMSE : Korean Version of the Mini-Mental State Exam
MEC-35 : Mini Examen Cognoscitivo
DGI : Dynamic Gait Index
6-MWT : 6-Minute Walk Test
10-MWT : 10-Minute Walk Test
10 M : 10 Menit
MDBT : Motor Dual-Task Balance Training
SBT : Simple Task Balance Training
CPT : Conventional Physical Therapy
CDTT : Cognitive Dual Task Gait Training
MDTT : Motor Dual Task Gait Training
MDD : Major Depressive Disorder
PTSD : Posttraumatic Stress Disorder
PD : Parkinson’s Disease
FRT : Functional Reach Test

xi
PENGARUH PEMBERIAN DUAL TASK TRAINING
TERHADAP PENINGKATAN KESEIMBANGAN
PADA LANSIA DENGAN GANGGUAN
KOGNITIF: NARRATIVE REVIEW 1

Andri Oktavian2. Parmono Dwi Putro3

ABSTRAK

Latar belakang : Lansia adalah tahap kehidupan seseorang setelah memasuki usia
60 tahun keatas. Bertambahnya usia secara alamiah menyebabkan seseorang akan
mengalami penurunan fungsi tubuh seperti, penurunan keseimbangan, penurunan
kognitif, dan pesikososial yang berpengaruh pada fungsionalnya dan kualitas
kehidupan lansia, sehingga lansia merasa tidak nyaman dalam menjalani kehidupan.
Ada berbagai macam modalitas fisioterapi salah satunya adalah untuk
menanggulangi risiko tersebut. Adanya intervensi Dual-task training (motor-
cognitive) yaitu, latihan yang didesain dengan menggabungkan tugas motorik dan
kognitif yang dilaksanakan dalam satu waktu. Latihan ini efektif dalam
meningkatkan keseimbangan dengan gangguan kognitif. Tujuan : Untuk mengetahui
pengaruh pemberian dual task training terhadap peningkatan keseimbangan pada
lansia dengan gangguan kognitif. Metode Penelitian : Metode penelitian ini adalah
penelitian narrative review. Pencarian jurnal dilakukan di portal jurnal online seperti
google scholar, PubMed, dan PEDro. Kriteria inklusi dalam penelitian ini yaitu
jurnal penelitian full text berupa dual task training yang di gunakan untuk
meningkatkan keseimbangan pada lansia dengan gangguan kognitif, jurnal dalam
bahasa Inggris maupun bahasa Indonesia, memiliki responden dengan rentang umur
>60 tahun, diterbitkan tahun 2011-2021. Hasil penelusuran jurnal didapatkan
sebanyak 10 jurnal. Hasil penelitian : Hasil review dari 10 jurnal didapatkan bahwa
dual task training terbukti efektif dalam meningkatkan keseimbangan pada lansia
dengan gangguan kognitif. Kesimpulan : Adanya Pengaruh pemberian dual task
training terhadap peningkatan keseimbangan pada lansia dengan gangguan kognitif.

Kata Kunci : Lansia, dual taks training, keseimbangan, kognitif


Daftar Pustaka : 31 buah (2011-2021)

1
Judul Skripsi
2
Mahasiswa Program Studi Fisioterapi Universitas ’Aisyiyah Yogyakarta
3
Dosen Program Studi Fisioterapi Universitas ’Aisyiyah Yogyakarta

xii
THE EFFECT OF DUAL TASK TRAINING ON
IMPROVING BALANCE IN ELDERLY
WITH COGNITIVE IMPAIRMENT:
A NARRATIVE REVIEW1

Andri Oktavian2, Parmono Dwi Putro3

ABSTRACT

Background: Elderly is the stage of a person's life after entering the age of 60 years
and over. Growing age, naturally, causes a person to experience a decrease in body
functions such as decreased balance, cognitive decline, and psychosocial. Those
changes affect the functional and quality of life of the elderly which bring
uncomfortable feeling in living the life. There is one type of physiotherapy modality
which can help to overcome these risks. Dual-task training (motor- cognitive)
intervention is an exercise which is designed to combine motor and cognitive tasks
that are carried out at one time. This exercise is effective in improving balance with
cognitive impairment. Objective: This research aims to determine the effect of dual
task training on improving balance in the elderly with cognitive impairment.
Methods: This research method employed a narrative review research. Journal
searches were carried out on online journal portals such as Google Scholar,
PubMed, and PEDro. The inclusion criteria in this study were full text research
journals in the form of dual task training that were used to improve balance in the
elderly with cognitive impairment, journals in English and Indonesian, had
respondents with age range of >60 years, published in 2011-2021. The search
results obtained 10 journals. Results: The review results of 10 journals found that
dual task training was proven effective in improving balance in the elderly with
cognitive impairment. Conclusion: There is an effect of giving dual task training on
improving balance in the elderly with cognitive impairment.

Keywords : Elderly, Dual Taks Training, Balance, Cognitive


References : 31 Sources (2011-2021)

1
Title
2
Student of Physiotherapy Program, Faculty of Health Sciences, Universitas
’Aisyiyah Yogyakarta
3
Lecturer of Physiotherapy Program, Faculty of Health Sciences, Universitas
’Aisyiyah Yogyakarta
xiii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam dunia kesehatan hal-hal yang berkaitan dengan fase lanjut usia

(lansia) dikenal dengan istilah geriatri dan gerontologi. Seseorang dikatakan

lansia setelah memasuki usia 60 tahun keatas. Bertambahnya usia secara

alamiah menyebabkan seseorang akan mengalami penurunan fungsi tubuh

seperti, penurunan keseimbangan, penurunan kognitif, dan pesikososial yang

berpengaruh pada fungsionalnya dan kualitas kehidupan lansia, sehingga

lansia merasa tidak nyaman dalam menjalani kehidupan. Jika masalah

tersebut diabaikan maka akan berdampak penurunan produktifitas dan

kemandirian lansia. Penurunan fungsi kognitif pada lansia biasanya dikenal

dengan istilah demensia, kognitif sendiri mempunyai beberapa jenis

gangguan yaitu gangguan kognitif ringan, sedang dan berat, dari gangguan

kognitif juga bisa berpengaruh dengan fisiologis ototnya yang berakibat pada

penurunan kesimbangan sehingga lansia rentang resiko jatuh lebih tinggi,

mempengaruhi aktivitas normal sehari-hari, dan menyebabkan

ketergantungan terhadap orang lain untuk merawat diri sendiri.

Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 pasal 138 ayat 1 menetapkan

bahwa Upaya pemeliharaan kesehatan bagi lanjut usia harus ditujukan untuk

menjaga agar tetap hidup sehat dan produktif secara sosial maupun ekonomis

sesuai dengan martabat kemanusiaan. Ayat 2 menetapkan bahwa Pemerintah

wajib menjamin ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan memfasilitasi

kelompok lanjut usia untuk dapat tetap hidup mandiri.

1
2

Persentase penduduk lansia akan terus meningkat seiring

bertambahnya waktu (Badan Pusat Statistik, 2018). Pertumbuhan penduduk

lansia yang sangat pesat akan berdampak positif dalam pembangunan suatu

bangsa jika lansia berada dalam keadaan mandiri, sehat, aktif, dan produktif.

Namun, kondisi tubuh lansia yang mengalami penurunan fungsi

mengakibatkan timbulnya beberapa masalah kesehatan. Maka, hal tersebut

menjadi perhatian khusus di bidang kesehatan mengingat lansia harus tetap

mandiri, sehat, aktif, produktif, dan berperan dalam pembangunan suatu

bangsa.

Jumlah lansia di dunia tahun 2019 sebanyak 702,9 juta dan benua

yang paling tertinggi jumlah lansia ada di Asia terkhusus Asia Timur dan

Tenggara yaitu 260,6 juta (Department of Economic and Social Affairs,

2019). Badan Pusat Statistik Indonesia memproyeksikan pada tahun 2045

Indonesia akan memiliki sekitar 63,31 juta lansia atau hampir mencapai 20

persen populasi. Pada tahun 2018, persentase lansia mencapai 9,27% atau

sekitar 24,49 juta orang. Adapun persentase lansia di Indonesia yaitu lansia

muda (60-69 tahun) 63,39%, lansia madya (70-79 tahun) 27,92%, dan lansia

tua (80 tahun keatas) 8,69% (Badan Pusat Statistik., 2018). Data Susenas

2018 menunjukkan provinsi dengan persentase penduduk lansia terbanyak

pada tahun 2018 adalah DI Yogyakarta sebanyak 12,37% (Badan Pusat

Statistik, 2018). DI Yogyakarta memiliki lima kabupaten atau kota, dari

kelima kabupaten atau kota tersebut, Kabupaten Sleman mempunyai jumlah

penduduk lansia terbanyak (dihitung mulai usia 60 tahun keatas) pada tahun
3

2019 yaitu mencapai 156.891 lansia, disusul Kabupaten Gunung Kidul yaitu

149.477 lansia (Kependudukan DIY, 2019).

Lansia memiliki banyak penurunan pada fisiologis tubuh, terutama

yang berpengaruh pada pengontrol keseimbangan seperti penurunan kekuatan

otot, perubahan postur, kadar lemak yang menumpuk pada daerah tertentu,

penurunan propriosepsi, penurunan visual terutama pada ekstremitas bawah,

sehingga menyebabkan langkah kaki lansia menjadi lebih pendek, jalan

menjadi lebih lambat, tidak dapat menapak dengan kuat dan cenderung

mudah goyah serta ada kecenderungan untuk tersandung bahkan terjatuh

(Pramadita et al., 2019). Penurunan fungsi ini mengakibatkan keseimbangan

lansia menjadi terganggu. Keseimbangan adalah kemampuan untuk

mempertahankan keseimbangan tubuh ketika ditempatkan di berbagai posisi.

Pada lansia adanya gangguan keseimbangan akan mengakibatkan lansia sulit

dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Keseimbangan dikelompokkan

menjadi dua bagian yaitu, keseimbangan statis dan keseimbangan dinamis

(Pramita & Susanto, 2018). Keseimbangan statis adalah kemampuan tubuh

untuk mempertahankan posisi saat diam atau tidak ada pergerakan, misalnya

saat berdiri dan duduk (Munawarah, 2019). Ketika tubuh bergerak, misalnya

berjalan dan berlari maka yang dibutuhkan adalah keseimbangan dinamis.

Sehingga, keseimbangan dinamis adalah kemampuan tubuh untuk

mempertahankan keseimbangan ketika bergerak (Mekayanti, Ayu, Indrayani,

2015). Setiap aktivitas lansia seperti berjalan membutuhkan keseimbangan

dinamis untuk bisa mengontrol tubuh sehingga tidak jatuh dan menimbulkan

cedera.
4

Penelitian Gharote, et al. (2016) menyebutkan bahwa gangguan

keseimbangan terjadi pada 75% orang berusia 70 tahun ke atas di India.

Sementara di Turki, gangguan keseimbangan terjadi pada 34,3% dari 607

lansia yang ada dikomunitas di negara Turki (Deger et al., 2019). Sementara

di Indonesia, penurunan keseimbangan yang menyebabkan resiko jatuh

sebesar 1,7% pada lansia berusia 70 tahun (Peltzer et al., 2018). Penelitian

Ibrahim (2018) di Aceh dengan 95 responden, total nilai keseimbangan pada

lansia berada pada kategori rendah yaitu terdapat pada total skor

keseimbangan 5 (38.9%) dan 6 (57.9%), menambah data jumlah lansia yang

mengalami gangguan keseimbangan. Data World Health Organization

(WHO) menyebutkan bahwa tahun 2015 jumlah lanjut usia yang hidup

dengan gangguan kognitif di seluruh dunia diperkirakan mencapai

47.470.000, mencapai 75.630.000 pada tahun 2030 dan 135.460.000 pada

tahun 2050. Salah satu gangguan kognitif yang paling sering terjadi pada

lansia yaitu demensia. Demensia lebih sering terjadi pada wanita yaitu 16%

sedangkan pada pria 11% (Pramadita et al., 2019).

Gangguan keseimbangan disebabkan oleh berbagai perubahan yang

dialami lansia seperti penurunan kognitif. Penurunan fungsi kognitif

merupakan penyebab terbesar terjadinya ketidakmampuan dalam melakukan

aktivitas normal sehari-hari, dan juga merupakan alasan tersering yang

menyebabkan ketergantungan terhadap orang lain untuk merawat diri sendiri.

Otak merupakan pusat pengaturan sistem tubuh dan juga sebagai pusat

kognitif. Otak merupakan organ tubuh yang rentan terhadap proses

degeneratif. Saat otak mulai menua akan terjadi penurunan fungsi otak
5

yang berisiko terjadi penurunan fungsi kognitif dan keseimbangan tubuh

(Listyowati et al., 2015).

Dalam Islam dibahas bahwa manusia tumbuh dan berkembang melalui

tahap dari anak, remaja , dewasa, hingga lansia. Seperti pada Qs. Ar-Rum

ayat 54 yang berbunyi :

Artinya : “Allah-lah yang Menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian

Dia Menjadikan (kamu) setelah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian

Dia Menjadikan (kamu) setelah kuat itu lemah (kembali) dan beruban.”

Maknanya : Allah Yang menciptakan kalian dari air yang lemah lagi

hina dina, yaitu sperma, kemudian setelah sebelumnya kalian lemah sebagai

anak-anak, Dia memberi kalian kekuatan, kemudian setelah kekuatan ini

hadirlah kelemahan masa tua dan senja. Kelemahan pada lansia tersebut di

karenakan adanya penurunan fungsi tubuh dan penurunan fungsi kognitif, hal

tersebut sudah menjadi sunatullah seperti Qs. Ar-Rum ayat 54 diatas.

Menurut PMK No. 65 Tahun 2015 Pasal 1 ayat 2, Fisioterapi adalah

bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu dan/atau

kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak dan

fungsi tubuh sepanjang rentang kehidupan dengan menggunakan penanganan

secara manual, peningkatan gerak, peralatan (fisik, elektroterapeutis dan

mekanis) pelatihan fungsi, dan komunikasi (Kemenkes No.1662, 2015).


6

Fisioterapi dalam hal ini sangat berperan terhadap peningkatan gerak

dan fungsi terutama pada lansia baik dalam bidang promotif dan preventif

seperti kegiatan senam rutin dan penyuluhan kesehatan di setiap kegiatan

lembaga kesehatan masyrakat. Pada bidang kuratif maupun rehabilitatif

fisioterapi berperan tidak hanya menggunakan modalitas saja melainkan juga

secara manual/terapi fisik yang tersedia di seluruh rumah sakit untuk

mengembalikan fungsi gerak dan meningkatkan kemandirian pada lansia

sehingga Quality of life lansia akan baik dan bisa menikmati kehidupan tanpa

memerlukan bantuan sepenuhnya dari orang lain (Munawwarah & Nindya,

2015).

Salah satu metode dalam meningkatkan keseimbangan pada lansia

dengan gangguan kognitif perlu dilakukan latihan yang akan meningkatkan

keseimbangan serta kognitifnya, karena kajian tentang risiko jatuh pada lansia

di Indonesia sudah sangat luas. Latihan-latihan fisik berupa senam lansia dan

senam prolanis dikembangkan pemerintah dalam rangka menjaga

kemandirian dan produktivitas lansia (Kemenkes RI, 2015). Latihan lain yang

tujuannya meningkatkan keseimbangan dan memperbaiki pola jalan lansia

juga sering dilakukan. Namun, penelitian mengenai penggabungan antara

latihan fisik dengan latihan kognitif masih jarang disentuh. Integrasi antara

tugas motorik dan tugas kognitif diharapkan lebih meningkatkan kemampuan

fisik dan kognitif secara bersamaan sehingga memungkinkan penurunan

risiko jatuh pada lansia (Nahdiah Purnamasari et al., 2019 ).

Oleh karena itu peran fisioterapi disini sangatlah penting dalam

membantu meningkatkan keseimbangan lansia yang mengalami gangguan


7

kognitif. Berdasarkan penjelasan diatas, maka peneliti tertarik untuk mencoba

mengkaji dan memahami tentang penanganan fisioterapi untuk peningkatan

keseimbangan dengan gangguan kognitif, dengan didukung penelitian Yan-Ci

Liu (2017) yang berjudul “Cognitive and motor dual task gait training

improve dual task gait performance after stroke- A randomized controlled a

pilot trial”. Sehingga peneliti tertarik untuk melakukan intervensi pada lansia

dengan dual task training.

Dual-task training (motor-cognitive) yaitu latihan yang didesain

dengan menggabungkan tugas motorik dan kognitif yang dilaksanakan

dalam satu waktu (Oliver, 2013). Menurut kerangka kerja “guided plasticity

facilitation”, kombinasi aktivitas fisik dan kognitif memiliki efek sinergis

positif yang melebihi efek positif masing-masing dari latihan kognitif dan

fisik (Kraft, 2012).

Metode latihan dual-task yang digunakan dalam penelitian ini adalah

latihan berjalan sejauh 3 meter dikombinasikan dengan pertanyaan tentang

diri dan keluarga responden. Latihan ini efektif dalam meningkatkan

keseimbangan, kemampuan berjalan, kecepatan reaksi, serta menurunkan

risiko jatuh, pelatihan fungsi eksekutif sebagai bentuk pelatihan kognitif

dapat menjadi strategi penting untuk mencegah jatuh pada lansia, bertujuan

mengetahui latihan yang dapat meningkatkan kemandirian lansia dengan cara

memperbaiki keseimbangan dan pola jalan sehingga dapat menurunkan risiko

jatuh (Purnamasari et al., 2019).

Maka berdasarkan latar belakang teresebut, peneliti mengambil judul

pengaruh pemberian Dual Task Training terhadap peningkatan keseimbangan


8

pada lansia dengan gangguan kognitif: metode narrative review. Alasan

penulis menggunakan metode narrative review karena metode ini memiliki

beberapa kelebihan seperti: mengetahui hasil penelitian yang berhubungan

dan yang sudah di laksanakan, mengetahui perkembangan ilmu bidang yang

kita pilih, dan memperjelas masalah penelitian. Metode narrative review

dianjurkan pada saat ini, hal tersebut dikarenakan adanya pandemi covid-19

yang tidak memperbolehkan adanya perkumpulan orang banyak untuk

menghindari penyebaran virus yang lebih luas.

B. Rumusan Masalah

Apakah ada pengaruh pemberian Dual Task Training terhadap

peningkatan keseimbangan pada lansia dengan gangguan kognitif?

C. Tujuan

Untuk mengetahui pengaruh pemberian dual task training terhadap

peningkatan keseimbangan pada lansia dengan gangguan kognitif

D. Manfaat

1. Keilmuan

Untuk melengkapi atau menambah database serta pembuktian teori

mengenai pengaruh pemberian dual task training terhadap peningkatan

keseimbangan pada lansia dengan gangguan kognitif.

2. Bagi Profesi Fisioterapi

Diharapkan dapat menambah ilmu serta pengetahuan tentang

pengaruh dual task training terhadap peningkatan keseimbangan pada

lansia dengan gangguan kognitif dan dapat menerapkan serta


9

mengembangkan ilmu tersebut dengan penuh tanggung jawab sebagai

fisioterapis.

3. Bagi Institusi pendidikan Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi bagi ilmu

fisioterapi khususnya yang berkaitan dengan pengaruh pemberian dual

task training terhadap peningkatan keseimbangan pada lansia dengan

gangguan kognitif.
BAB II

METODE NARRATIVE REVIEW

A. Rancangan Narrative Review

Penelitian ini menggunakan metode narrative review. Narrative

review adalah sebuah penjelasan tentang sebuah topik tertentu,

mengidentifikasi, menganalisis, dan meringkas literatur yang telah diterbitkan

sebelumnya serta mencari bidang studi baru yang belum ditangani (Ferrari,

2015). Tujuan dari narrative review adalah untuk mengidentifikasi beberapa

studi yang menggambarkan suatu masalah yang dibahas dalam naskah

lengkap (klinis, manajemen, penelitian, peningkatan kualitas, pendidikan,

literature review, artikel analisis konsep) (Baker, 2016).

B. Mengidentifikasi Pertanyaan Narrative Review

PICO adalah salah satu strategi atau kerangka yang digunakan untuk

mencari literature oleh tenaga kesehatan. PICO merupakan pedoman

merumuskan persoalan di dalam Evidence Based Medicine (EBM). PICO itu

sendiri merupakan akronim dari 4 komponen yaitu, P=

Problem/Population/Patient, I= Intervention (alternatif baru yang diusulkan),

C= Comparison (pembanding/placebo/standar) dan O= Outcome atau hasil

yang diharapkan (Akrom, 2015).

Tabel 2. 1 Framework Research Question PICO


Compariso
Population Intervention Outcome
n

Dual Task Keseimbangan dengan


Lansia Tidak Ada
Training gangguan kognitif

10
11

Berdasarkan kerangka pertanyaan diatas maka pertanyaan Narrative

Review yaitu apakah ada pengaruh pemberian dual task training terhadap

peningkatan keseimbangan pada lansia dengan gangguan kognitif: Metode

narrative review?

E. Mengidentifikasi Studi yang Relevan

1. Identifikasi Kata Kunci

Tabel 2. 2 Kata Kunci


PICO ELEMENTS KEYWORD
P (Population or Patient or Problem) Elderly/Lansia
I (Intervention) Dual Task Training
C (Comparison) -
Keseimbangan dengan gangguan
O (Outcome)
kognitif

2. Strategi Pencarian dan Database

Ada 3 database yang digunakan dalam mencari literatur, diantaranya

adalah PubMed, PEDro, dan Google Scholar.

Tabel 2. 3 Strategi Pencarian


PICO KEYWORD SEARCH SEARCH
ELEMENTS TERMS STRATEGIES
P
(Population Older
Elderly Elderly
or Patient or Adults/Elderly
Problem)
I
Dual Task Dual Task Latihan Dual
(Intervention
Training Training Task Training
)
C
(Comparison - - -
)
Keseimbangan Keseimbangan Keseimbangan
O (Outcome) dengan gangguan dengan gangguan dengan gangguan
kognitif kognitif kognitif

3. Kriteria Inklusi dan Ekslusi


12

Dalam melakukan pencarian, jurnal tersebut mempunyai kriteria

inklusi dan kriteria ekslusi. Penentuan kriteria inklusi dan ekslusi ini

bertujuan agar jurnal yang digunakan sesuai dengan tujuan narrative

review yang dibuat oleh penulis. Untuk kriterianya sebagai berikut :

Tabel 2. 4 Kriteria Inklusi dan Ekslusi


Kriteria Inklusi Kriteria Ekslusi

1. Jurnal yang berisi free full 1. Artikel yang diterbitkan


text. dalam bentuk opini
2. Jurnal dalam bahasa Inggris 2. Jurnal dengan tipe
dan bahasa Indonesia. systematic review atau jurnal
3. Jurnal terkait dengan yang dipublish dalam bentuk
manusia. artikel review
4. Jurnal yang memiliki
responden dengan rentang
umur >60 tahun.
5. Jurnal yang diterbitkan 10
tahun terakhir.
6. Jurnal yang membahas
intervensi dual task training
untuk meningkatkan
keseimbangan pada lansia
dengan gangguan kognitif.

F. Pemilihan dan Seleksi Artikel yang Relevan

Dalam proses pemilihan artikel dari studi literatur 3 database sesuai

dengan keywords selanjutnya akan dilakukan screening judul oleh penulis

untuk mendapatkan artikel yang relevan yang akan dimasukkan ke dalam

review. Berikut rincian perolehan artikel yang didapat dari 3 databased:

1. PubMed : terdapat 16 artikel dari pencarian 38 artikel PubMed

2. PEDro : terdapat 9 artikel dari pencarian 17 artikel PEDro

3. Google Scholar : terdapat 32 artikel dari pencarian 19.300 artikel

Google Scholar
13

Artikel yang telah dilakukan screening judul kemudian dimasukkan

ke dalam mesin bibliography Mendeley untuk dilakukan screening duplikasi.

Tahap berikutnya dilakukan screening data termasuk duplikasi artikel,

screening abstrak dan screening full text yang kemudian di ekstraksi ke dalam

bagan prisma flowchart. Dalam tahap screening full text dilakukan untuk

melihat apakah artikel sesuai dengan kriteria yang diinginkan oleh penulis.

Dalam tahap ini, penulis berorientasi pada kriteria inklusi dan eksklusi yang

telah ditentukan sebelumnya sehingga meninggalkan 10 artikel untuk

dilakukan review. Setelah melewati seluruh proses screening, penulis akan

melakukan penilaian kritis terhadap artikel-artikel terpilih.

PEDro Google Scholar


Pubmed (n=38)
(n=17) ( n=19.300)

Jumlah artikel
ditemukan (n=90)

Artikel duplikasi (n=9)

Artikel setelah
duplikasi dihilangkan Kriteria eksklusi
(n=81) (n=47)

- Artikel berbayar
Artikel yang sesuai (n:8)
dengan judul dan - Artikel dengan tipe
relevansi abstrak systematic review
(n=57) (n:10)
- Artikel opini (n:0)
- Artikel tidak full
text (n:6)
Artikel yang termasuk - Artikel tidak
dalam kriteria inklusi spesifik dengan
(n=10) topik (n:23)
14

Skema 2. 1 Flowchart Seleksi Jurnal


(Ferrari, 2015)
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Tabel 3. 1 Penyajian Hasil Ulasan Narrative Review


Populasi/
Judul/Penulis/ Tujuan Jenis Pengumpula
No Negara Jumlah Sampel Hasil
Tahun Penelitian Penelitian n Data
dan Perlakuan
1. Efektivitas Indonesia Penelitian ini Pre- Berg Balance Lansia 60-70 Hasil penelitian
Dual-Task bertujuan eksperiment Scale (BBS), tahun/14 orang menunjukkan peningkatan
Training Mengetahui al dengan Timed-Up dan dijadikan keseimbangan lansia
Motorik- pengaruh one group and Go Test satu kelompok, setelah pemberian 12 kali
Kognitif dalam pemberian pre-test (TUGT), serta pre-test latihan berdasarkan alat
Menurunkan latihan dual- post-test Tinetti intervensi dual- ukur BBS (p<0.001) dan
Risiko Jatuh task terhadap design Balance task motorik- TUGT (p=0.079). Risiko
pada Lansia, risiko jatuh Assesment Kognitif dan jatuh terlihat mengalami
(Purnamasari, pada lansia. Too, Mini post-test penurunan setelah 12 kali
2019) Mental State intervensi dual- perlakuan (p<0.001).
Examination task motorik- Penurunan risiko jatuh
(MMSE) Kognitif paling tinggi terjadi setelah
6 kali perlakuan pertama
(p=0.011).
2. The Effect of Korea Tujuan dari Quasi TETRAX, Lansia 65 tahun Hasil parameter indeks
Motor Dual- penelitian ini Eksperimen KMMSE ke atas/20 orang jatuh dan gaya berjalan
task Balance adalah untuk tal (Korean yang dibagi kelompok MDBT dan
15
16

Training on menyelidiki Version of the menjadi dua kelompok SBT. Nilai


Balance and pengaruh Mini-Mental kelompok. Grup indeks jatuh kelompok
Gait of Elderly program State Exam) SBT (n = 10) MDBT secara signifikan
Women, (Shin keseimbangan dibetikan simple lebih baik daripada
& An, 2014) Motor Dual- task balance kelompok SBT dan
task Training training dan grup sebelum pelatihan (p
pada MDBT (n = 10) <0,05). Parameter gaya
keseimbangan diberikan motor berjalan antar kelompok
dan gaya dual-task berbeda nyata dalam hal
berjalan wanita balance training panjang langkah, panjang
lanjut usia langkah, kecepatan, dan
untuk irama antar kelompok (p
menyarankan <0,05). Semua parameter
metode latihan gaya berjalan yang diukur
keseimbangan dari kelompok MDBT
yang lebih meningkat secara signifikan
efektif. setelah pelatihan (p <0,05).
3. Dual-task Switzerlan Tujuan dari randomized Berg Balance Lansia 65 Hasil penelitian
training on d penelitian ini controlled Scale (BBS), tahun/60 orang menunjukan bahwa
cognition and adalah untuk trial Mini Mental yang dibagi Keseimbangan dan memori
resistance menyelidiki State menjadi tiga kerja meningkat dari awal
training apakah dan Examination kelompok. Grup hingga pasca-intervensi dan
improved both sejauh mana (MMSE) mMdtt (n = 20) hingga tindak lanjut (efek
balance and dua intervensi dibetikan motor- Waktu yang signifikan),
working dual-task yang motor dual-task tetapi lebih pada mCdtt
memory in berbeda training, grup dibandingkan dengan
older people, meningkatkan mCdtt (n = 20) kondisi mMdtt (Interaksi
17

(Norouzi et al., memori kerja dibetikan motor- Waktu × Grup yang


2019) dan cognitive dual- signifikan). Selanjutnya,
keseimbangan. task training dan dibandingkan dengan
grup kontrol (n = kondisi mMdtt, skor yang
20) diberikan lebih tinggi diamati pada
latihan tambahan kondisi mCdtt (efek Grup
atau kegiatan yang signifikan).
olahraga selama
periode intervensi
4 minggu.
4. The effect of Belgium Tujuan dari randomized Tinetti- Lansia 75 tahun Hasil kelompok intervensi
cognitive- Studi ini adalah controlled POMA scale ke atas/20 orang meningkat secara signifikan
motor dual menyelidiki trial (Performance yang dibagi pada total durasi Timed Up-
task training apakah kognisi, -oriented menjadi dua and-Go dan durasi turn-to-
with the keseimbangan Mobility kelompok. Grup sit selama single-task
biorescue force dan kinerja dual Assessment), intervensi (n = berjalan dibandingkan
platform on task pada orang Timed-Up 10) diberikan dengan kelompok kontrol
cognition, dewasa yang and Go Test virtual reality yang tidak menerima
balance and dilembagakan (TUGT), dual-task pelatihan tambahan. Peserta
dual task meningkat Montreal training menemukan pelatihan dual
performance dengan Cognitive menggunakan task realitas virtual
in pelatihan dual Assessment BioRescue dan menyenangkan dan berguna
institutionalize task realitas (MoCA) grup kontrol (n = untuk konsentrasi, memori,
d older adults: virtual. 10) tidak dan keseimbangan mereka.
a randomized diberikan latihan Kesenangan dan
controlled tambahan. kewaspadaan adalah dua
trial, (Delbroek emosi yang paling banyak
18

& Vermeylen, terlihat selama intervensi.


2017)
5. Effects of Pakistan Untuk randomized Berg balance Lansia 63 tahun Hasil dari penelitian
turning and membandingka controlled scale (BBS), ke atas/40 orang menunjukan bahwa
cognitive n pengaruh trial Timed Get up yang dibagi peningkatan yang
training in fall latihan balik & and Go test menjadi dua signifikan dilaporkan dalam
prevention latihan kognitif (TUG), 10 kelompok. Grup uji BBS dan TUG (p
with dual task pada meter walk T&CT (n = 20) <0,05). Ketika uji T sampel
training in pencegahan test dan diberikan turning independen digunakan
elderly with jatuh dengan Functional & cognitive setelah akhir intervensi
balance dual task reach test training dan grup pada kedua kelompok, tidak
impairment, training pada (FRT), Mini DTT (n = 20) ada perbedaan signifikan
(Komal Khan lansia dengan Mental State diberikan dual yang dicatat pada FRT dan
et al., 2018) gangguan Examination tasking training 10MWT dengan (p> 0,05)
keseimbangan. (MMSE) pada kedua kelompok.
6. Effect of Taiwan Untuk A double- iWALK, Lansia 65 tahun Hasil Penilaian Kiprah
Interactive menyelidiki blind Functional atau lebih/62 Fungsional menunjukkan
Cognitive pengaruh randomized Gait orang dan mereka bahwa peningkatan yang
Motor pelatihan control Assessment, secara acak signifikan secara statistik
Training on motorik kognitif trial. iSWAY, Mini dialokasikan ke diamati dalam posttest
Gait and interaktif pada Mental State grup eksperimen langsung (p = 0,02) dan
Balance gaya berjalan Examination atau grup kontrol tindak lanjut 12 bulan (p =
among Older dan (MMSE) aktif, dengan 0,01). Hasil kinerja
Adults: A keseimbangan diberikan keseimbangan
Randomized orang dewasa Interactive menunjukkan bahwa
Controlled yang lebih tua cognitive motor kelompok eksperimen
Trial, (Kao et dari titik waktu dual task training mencapai peningkatan yang
19

al., 2018) langsung hingga signifikan secara statistik


jangka panjang. dalam frekuensi sentroid
dalam posttest langsung (p
= 0,02).

7. Cognitive and United Tujuan dari A timed up and Lansia 60 tahun Hasilnya menunjukkan
motor dual States penelitian ini randomized go test ke atas/18 orang penurunan waktu dukungan
task gait adalah untuk controlled (TUG), yang dibagi ganda selama berjalan dual
training mengetahui pilot study freezing of menjadi tiga task kognitif setelah CDTT
exerted efek dari gait (FOG), kelompok. Grup (-17,1 ± 10,3%) secara
specific pelatihan gaya and fall kontrol (n = 6) signifikan lebih dari MDTT
training effects berjalan dual efficacy diberikan general (6,3 ± 25,6%, p = 0,006)
on dual task task kognitif scale- gait training, dan pelatihan kontrol (-5,6
gait dan motorik international grup CDTT (n = ± 7,8%, p = 0,041).
performance in terhadap kinerja (FES-I), Mini 6) diberikan Variabilitas waktu langkah
individuals gaya berjalan Mental State cognitive dual selama motor dual task
with dual task pada Examination task gait training walking menurun lebih
Parkinson’s PD. (MMSE) dan grup MDTT banyak setelah MDTT (-
disease: A (n = 6) diberikan 16,3±32,3%) dibandingkan
randomized motor dual task CDTT (38,6±24,0%, p =
controlled pilot gait training 0,015) dan pelatihan
study, (Yang et kontrol (36,8±36,4%, p =
al., 2019) 0,041). CDTT juga
meningkatkan performa
motor dual task walking
terutama pada kecepatan
gait (13,8±10,71%, p =
20

0,046) panjang langkah


(10,5±6,6%, p = 0,046), dan
double support time (-
8.0±2,0%, p = .028).
8. A randomized Spanyol Tujuan dari randomized Timed Up Lansia 70 Ukuran hasil utama adalah
controlled trial studi ini adalah controlled and Go Test tahun/188 orang kecepatan berjalan dalam
protocol to test untuk trial (TUG) , Mini peserta yang akan kondisi dual taks dan hasil
the efficacy of menentukan Mental State dialokasikan sekunder akan mencakup
a dual-task apakah program Examination secara acak ke pengukuran kebugaran
multicomponen dual taks yang (MMSE) program latihan fisik, parameter
t exercise diawasi yang multikomponen spasiotemporal gaya
program in the dilakukan di atau ke program berjalan, penilaian kognisi
attenuation of panti jompo multikomponen dan emosional, beberapa
frailty in long- jangka panjang yang sama skala kelemahan dan
term nursing mampu dengan pelatihan aktivitas fisik yang diukur
home menipiskan kognitif simultan secara obyektif.
residents: kelemahan (pelatihan dual-
Aging ON dalam tingkat task training)
DUAL TASK yang lebih besar
study, (Rezola- daripada
Pardo et al., program latihan
2019) multikomponen.
9. Cognitive and Taiwan Studi ini A 10-meter Lansia 60-80 Dua puluh delapan peserta
motor dual menyelidiki randomized walking test tahun/28 orang secara acak ditugaskan ke
task gait efek dari controlled and 6-minute yang dibagi kelompok conventional
training pelatihan gaya pilot trial walking test, menjadi tiga physical therapy (CPT) (n =
improve dual berjalan dual Stroop test, kelompok. Grup 10), kelompok pelatihan
21

task gait taks kognitif Mini Mental CPT (n = 10) cognitive dual task gait
performance dan motorik State diberikan training (CDTT) (n = 9),
after stroke - A pada kinerja Examination conventional atau kelompok pelatihan
randomized gaya berjalan (MMSE) physical therapy, motor dual task gait
controlled pilot dual taks pada grup CDTT (n = training (MDTT) (n = 9).
trial, (Liu et stroke. 9) diberikan Setelah CDTT, kinerja
al., 2017) cognitive dual kiprah cognitive-motor
task gait training dual task (panjang langkah
dan grup MDTT dan DTC-speed) meningkat
(n = 9) dibrtikan (p = 0,021; p = 0,015).
motor dual task Setelah MDTT, kinerja
gait training motor dual task gait
(kecepatan gait, panjang
langkah, dan kecepatan
DTC) meningkat (p =
0,008; p = 0,008; p = 0,008
masing-masing).
Tampaknya CDTT
meningkatkan kinerja
kiprah dual taks kognitif
dan MDTT meningkatkan
kinerja motor dual task gait
meskipun perbaikan
tersebut tidak mencapai
perbedaan kelompok yang
signifikan.
10. Dual-Task Israel Tujuan dari A repeated Berg Balance Lansia 65-85 Hasil : Peningkatan diamati
22

Training on a penelitian ini measures Scale (BBS), tahun/10 orang dalam Berg Balance Scale
Treadmill to adalah untuk Dynamic Gait dengan diberikan (P = 0,02), Dynamic Gait
Improve Gait menilai apakah Index (DGI), latihan dual-task Index (P = 0,03), kecepatan
and Cognitive intervensi 6-Minute training on a berjalan selama berjalan
Function in gabungan, yang Walk Test (6- treadmill biasa dan saat DT (P
Elderly terdiri dari MWT), Timed <0,05), dan kinerja kognitif
Idiopathic pelatihan Up and Go yang diukur dengan Tes
Fallers, treadmill (TT) (TUG), Trail Pembuatan Jejak B ( P =
(Dorfman et saat melakukan making test 0,02). Selanjutnya kualitas
al., 2014) DT, (TMT). hidup meningkat (SF-36: P
meningkatkan = 0,01) begitu pula aktivitas
kinerja kognitif fisik (Skala Aktivitas Fisik
dan motorik Lansia: P = 0,02). Pada 1
pada orang bulan pasca intervensi,
dewasa yang perubahan tidak signifikan.
lebih tua dengan
riwayat jatuh.
23

G. Pembahasan

Berdasarkan hasil narrative review yang telah dipaparkan terdapat

sepuluh jurnal mengenai pengaruh pemberian dual task training terhadap

peningkatan keseimbangan pada lansia dengan gangguan kognitif. Sembilan

jurnal dari internasional dan satu jurnal lainnya dari jurnal Indonesia.

Sepuluh jurnal yang disajikan diantaranya menggunakan jenis penelitian

kuantitatif, metode yang digunakan randomized controlled trial (RCT),

eksperimental study, quasi eksperimental dan repeated measures dengan

desain penelitian pre and post test one group design, pre and post test two

groups design, dan post test two groups design. Pembahasan atau diskusi dari

ke sepuluh artikel tentang pengaruh pemberian dual task training terhadap

peningkatan keseimbangan pada lansia dengan gangguan kognitif akan

dibahas berikut ini :

a. Artikel penelitian yang dilakukan oleh Nahdiah Purnamasari, Farahdina

Bachtiar, Arnis Puspitha (2019) yang berjudul Efektivitas Dual-Task

Training Motorik-Kognitif dalam Menurunkan Risiko Jatuh pada Lansia.

Jumlah responden sebanyak 14 orang yang terbagi dalam beberapa

kelompok usia, yang terbanyak pada kelompok usia 60-65 tahun berjumlah

6 orang (42.8%) dan paling sedikit pada kelompok umur >75 hanya

terdapat 1 orang (7.1%). Berdasarkan jenis kelamin responden mayoritas

responden adalah perempuan yang berjumlah 9 orang (64.3%).

Hasil evaluasi keseimbangan dinamis responden dengan

menggunakan Berg Balance Test (BBS) dan Timed-Up-and-Go Test

(TUGT). Dari hasil yang didapatkan, terlihat peningkatan keseimbangan


24

dinamis berdasarkan kedua alat ukur. Tingkat keseimbangan lansia

berdasarkan BBS meningkat dari rata-rata 49.50±2.74 menjadi 53.71±1.98

setelah 12 kali perlakuan. Begitupun dengan hasil TUGT meningkat dari

rata-rata 16.19±3.15 menjadi 14.58±3.28. Perubahan ini signifikan secara

statistik untuk BBS (p<0.001) sedangkan pada TUGT meskipun terdapat

peningkatan secara deskriptif tetapi tidak signifikan secara statistik

(p=0.079). Meskipun demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwa

pemberian latihan dual-task ini efektif dalam meningkatkan keseimbangan

dinamis sehingga dapat menurunkan risiko jatuh pada lansia.

Latihan dengan menggunakan metode dual-task training dapat

mengurangi risiko jatuh dengan menjaga tingkat kefokusan karena ketika

manusia melakukan dua tugas bersamaan, sistem saraf pusat mengatur

agar sistem motorik maupun kognitif dapat melakukan tugasnya secara

bersamaan. Oleh karena itu, apabila latihan ini dilakukan secara baik maka

dapat meningkatkan sistem motorik dan kognitif sehingga hal tersebut

dapat memperbaiki aktifitas fungsional pada usia lanjut.

b. Artikel penelitian yang dilakukan oleh Sun-Shil Shin, PT, MS, Duk-Hyun

An, PT, PhD (2014) yang berjudul The Effect of Motor Dual-task Balance

Training on Balance and Gait of Elderly Women. Jumlah responden

sebanyak 20 wanita lanjut usia yang bisa berjalan mandiri direkrut dari

penduduk komunitas di Gyeongsang-nam-do, Republik Korea. Kriteria

seleksi adalah sebagai berikut: kemampuan untuk berjalan secara mandiri

tanpa alat bantu; dan skor lebih dari 24 pada Korean Version of the Mini-

Mental State Exam (KMMSE). Kriteria eksklusi adalah sebagai berikut:


25

gangguan neurologis masa lalu atau sekarang; penyakit muskuloskeletal

yang mungkin mengganggu aktivitas sehari-hari; gangguan penglihatan

atau pendengaran yang signifikan; minum obat yang akan mempengaruhi

hasil penelitian ini; dan partisipasi dalam program olahraga teratur dalam

enam bulan terakhir.

Saldo (indeks jatuh) diukur menggunakan TETRAX (Sunlight

Medical Ltd., Ramat Gan, Israel). Skor indeks jatuh menunjukkan tingkat

risiko jatuh, yang diukur pada skala 0-100 poin (0–35: risiko rendah, 36–

58: risiko sedang, 59-100: risiko tinggi). Skor indeks yang lebih tinggi

berarti postur yang lebih tidak stabil. Delapan postur berbeda dievaluasi

dalam tes dan setiap postur diukur selama 32 detik. Parameter gaya

berjalan direkam menggunakan sistem GAITRite (CIR System Inc,

Easton, PA, USA).

Hasil untuk indeks jatuh dan parameter gaya berjalan kelompok

MDBT dan kelompok SBT setelah pelatihan. Nilai indeks jatuh dari

kelompok MDBT secara signifikan lebih baik daripada kelompok STB dan

sebelum pelatihan (p <0,05). Parameter gaya berjalan antara kelompok

berbeda secara signifikan dalam hal panjang langkah, panjang langkah,

kecepatan, dan irama antara kelompok (p <0,05). Semua parameter gaya

berjalan kelompok MDBT meningkat secara signifikan setelah pelatihan (p

<0,05).

Pelatihan keseimbangan motor dual-task training bisa meningkatkan

keseimbangan dan kemampuan berjalan lebih dari pelatihan keseimbangan

sederhana. Studi lebih lanjut harus menyelidiki pelatihan motor dual-task


26

training dengan data kinematik dan kinetik, dan aktivasi otot berdasarkan

strategi motorik.

c. Artikel penelitian yang dilakukan oleh Ebrahim Norouzi, Mohammad

Vaezmosavi, Markus Gerber, Uwe Pühse and Serge Brand (2019) yang

berjudul Dual-task training on cognition and resistance training improved

both balance and working memory in older people. Jumlah responden

sebanyak 60 pria lansia, peserta memenuhi syarat untuk penelitian ini jika

mereka memenuhi kriteria inklusi berikut: 1) laki-laki, 2) berusia ≥ 65

tahun, 3) kemampuan berdiri tegak minimal 2 menit, 4) tidak cedera skor

ekstremitas bawah, 5) 24 atau lebih tinggi dalam Mini-Mental State

Examination (MMSE) uji, 6) kemampuan berjalan 20 m tanpa peralatan

bantu. 7) bersedia dan mampu memenuhi persyaratan penelitian, 8) status

aktivitas fisik yang baik (dievaluasi dengan menggunakan Persian version

of Baecke questionnaire 9) persetujuan tertulis. Kriteria eksklusi adalah: 1)

infark miokard baru-baru ini, 2) tekanan darah yang tidak terkontrol, 3)

Alzheimer’s disease, 4) gangguan mental seperti gangguan penggunaan

narkoba, major depressive disorder (MDD) atau posttraumatic stress

disorder (PTSD), 5) gangguan neurologis seperti kejang, multiple

sclerosis (MS) atau Parkinson’s disease (PD), dan 6) gangguan

penglihatan. Selanjutnya, peserta secara acak ditugaskan ke mMdtt, mCdtt

atau kontrol.

Hasil: Keseimbangan dan memori yang bekerja meningkat dari

baseline ke pasca-intervensi dan untuk tindak lanjut (efek Waktu yang

signifikan), tetapi lebih pada mCdtt dibandingkan dengan kondisi mMdtt


27

(interaksi Time × Group yang signifikan). Selanjutnya, dibandingkan

dengan kondisi mMdtt, skor yang lebih tinggi diamati dalam kondisi

mCdtt (efek Grup yang signifikan).

Penelitian ini menunjukkan bahwa pada pria dewasa yang lebih tua,

mCdtt memiliki dampak yang lebih positif pada memori kerja dan

menyeimbangkan kinerja daripada mMdtt. Khususnya, dampak ini masih

tampak 12 minggu setelah selesainya program intervensi. Penelitian ini

penting karena memori kerja dan kinerja penyeimbang cenderung menurun

pada lansia.

d. Artikel penelitian yang dilakukan oleh Tom Delbroek, RPT, Wietse

Vermeylen, RPT, Joke Spildooren, RPT, PhD (2017) yang berjudul The

effect of cognitive-motor dual task training with the biorescue force

platform on cognition, balance and dual task performance in

institutionalized older adults: a randomized controlled trial. Jumlah

responden sebanyak 20 orang dewasa yang lebih tua dilembagakan dengan

gangguan kognitif ringan (13 perempuan, 7 laki-laki; usia rata-rata, 87,2 ±

5,96 tahun) diacak untuk intervensi ( yaitu Virtual reality dual-task

training menggunakan BioRescue) atau kelompok kontrol (tidak ada

pelatihan tambahan).

Subjek yang ditugaskan pada kelompok intervensi, mengikuti

program pelatihan dengan BioRescue (RM Ingenierie, Prancis)

dikombinasikan dengan standar perawatan biasa mereka. Sesi pelatihan

direncanakan dua kali seminggu selama enam minggu. Durasi setiap sesi

secara bertahap meningkat dari 18 menit di minggu 1 hingga 30 menit di


28

minggu 5. Pelatihan BioRescue ditawarkan oleh ahli terapi fisik. Peserta

diminta berdiri di atas platform yang ada Berjarak 1,0–1,5 m dari TV layar

datar 55 inci. Sesi pelatihan terdiri dari sejumlah latihan 3 menit. Tabel 1

menggambarkan sembilan latihan yang digunakan untuk melatih

keseimbangan, menahan beban, ingatan, perhatian dan tugas ganda.

Tingkat kesulitan setiap latihan disesuaikan dengan tingkat keterampilan

yang dirasakan masing-masing peserta secara terpisah. Jika perlu, subjek

dapat istirahat 90 detik hingga dua kali per sesi. Kelompok intervensi

mengambil bagian dalam program pelatihan 6 minggu sementara orang tua

dalam kelompok kontrol mempertahankan kegiatan sehari-hari mereka.

Keseimbangan diukur dengan Uji Instrumented Timed Up-and-Go Test

dengan dan tanpa tugas kognitif. Skala Penilaian Emosi yang Teramati dan

Inventarisasi Motivasi Intrinsik diberikan untuk mengevaluasi emosi dan

motivasi mengenai program exergaming.

Hasil kelompok intervensi meningkat secara signifikan pada total

durasi Timed Up-and-Go dan durasi turn-to-sit selama single-task walking

dibandingkan dengan kelompok kontrol yang tidak menerima pelatihan

tambahan. Peserta menemukan pelatihan tugas ganda realitas virtual

menyenangkan dan berguna untuk konsentrasi, memori, dan keseimbangan

mereka. Kesenangan dan kewaspadaan adalah dua emosi yang paling

banyak terlihat selama intervensi.

e. Artikel penelitian yang dilakukan oleh Komal Khan, Misbah Ghous,

Arshad Nawaz Malik, Mian Imran Amjad, Iqbal Tariq (2018) yang

berjudul Effects of turning and cognitive training in fall prevention with


29

dual task training in elderly with balance impairment. Jumlah responden

sebanyak 40 orang dewasa dengan usia rata-rata 63.0 ± 12.0, dari kedua

jenis kelamin, mampu berdiri dan berjalan dengan dan tanpa menggunakan

alat bantu, tidak memiliki gangguan neurologis lain sebagai bagian dari

penelitian. Protokol intervensi adalah 6 minggu dengan 30-45 menit

pelatihan keseimbangan dasar: pelatihan balik & kognitif (TCT, n = 20)

dan Pelatihan Tugas Ganda (DTT, n = 20). Demografi dicatat dan alat

penilaian standar termasuk skala keseimbangan Berg (BBS), Timed Get up

and Go test (TUG), 10 menit walk test dan Functional reach test (FRT).

Pengukuran diperoleh pada tingkat awal dan pasca-intervensi. SPSS 21

digunakan untuk analisis data.

Hasil: Peningkatan yang signifikan dilaporkan dalam uji BBS dan

TUG (p <0,05). Ketika uji T sampel independen digunakan setelah akhir

intervensi pada kedua kelompok, tidak ada perbedaan signifikan yang

dicatat pada FRT dan 10MWT dengan (p> 0,05) pada kedua kelompok.

Ada peningkatan luar biasa dalam keseimbangan postural dan efek

balik setelah mengintegrasikan pelatihan tugas ganda. Untuk lansia yang

tidak aktif secara fisik, intervensi ini dapat meningkatkan mobilitas,

meningkatkan keseimbangan, dan mengurangi risiko jatuh.

f. Artikel penelitian yang dilakukan oleh Ching-Chiu Kao, RN, Huei-Ling

Chiu, PhD, RN, Doresses Liu, PhD, RN, Pi-Tuan Chan, RN, Ing-Jy Tseng,

MS, RN, Ruey Chen, MS, RN, Shu-Fen Niu, PhD, RN, Kuei-Ru Chou,

PhD, RN (2018) yang berjudul Effect of Interactive Cognitive Motor

Training on Gait and Balance among Older Adults: A Randomized


30

Controlled Trial. Jumlah responden sebanyak 62 orang dewasa yang

memenuhi kriteria inklusi peserta penelitian adalah orang dewasa yang

lebih tua tanpa gangguan kognitif, dan mereka secara acak dialokasikan ke

kelompok eksperimen atau kelompok kontrol aktif. Pada kedua kelompok,

orang dewasa yang lebih tua berpartisipasi dalam tiga sesi pelatihan 30

menit per minggu selama total 8 minggu, dengan jumlah total sesi

pelatihan adalah 24. Hasil utamanya adalah kinerja gaya berjalan, yang

diukur dengan menggunakan indikator obyektif dan subyektif. iWALK

digunakan sebagai indikator objektif untuk mengukur kecepatan dan

stabilitas dinamis; Penilaian Kiprah Fungsional digunakan sebagai

indikator subyektif. Hasil sekunder adalah kinerja keseimbangan, yang

diukur menggunakan iSWAY. Persamaan perkiraan umum digunakan

untuk mengidentifikasi apakah hasil dari dua kelompok berbeda setelah

menerima tindakan intervensi yang berbeda; hasil diperoleh dari posttest

langsung hingga jangka panjang.

Hasil: Panjang langkah pada kategori kecepatan pada kelompok

eksperimen meningkat secara signifikan pada posttest langsung (p = 0,01),

follow up 3 bulan (p = 0,01), dan follow up 6 bulan (p = 0,04). Rentang

gerak tungkai menunjukkan peningkatan yang signifikan pada posttest

langsung (p = 0,04) dan follow up 3 bulan (p = 0,04). Hasil Penilaian

Kiprah Fungsional menunjukkan bahwa peningkatan yang signifikan

secara statistik diamati dalam posttest langsung (p = 0,02) dan tindak

lanjut 12 bulan (p = 0,01). Hasil keseimbangan kinerja menunjukkan

bahwa kelompok eksperimen mencapai peningkatan yang signifikan


31

secara statistik dalam frekuensi sentroid dalam posttest langsung (p =

0,02).

Hasil penelitian memvalidasi bahwa 24 sesi intervensi pelatihan

motorik kognitif interaktif secara signifikan meningkatkan kinerja gaya

berjalan dan keseimbangan. Penelitian selanjutnya harus memperluas

sampel ke komunitas untuk mempromosikan gaya berjalan dan kinerja

keseimbangan orang dewasa yang tinggal di komunitas tanpa gangguan

kognitif dan mengurangi risiko jatuh dan mengembangkan penyakit terkait

gaya berjalan.

g. Artikel penelitian yang dilakukan oleh Yea-Ru Yang, Shih-Jung Cheng,

Yu-Ju Lee, Yan-Ci Liu, Ray-Yau Wang (2019) yang berjudul Cognitive

and motor dual task gait training exerted specific training effects on dual

task gait performance in individuals with Parkinson’s disease: A

randomized controlled pilot study. Jumlah responden sebanyak 18 orang

peserta PD (n = 6 per kelompok pelatihan) ditugaskan untuk pelatihan

cognitive dual task gait training (CDTT), pelatihan motor dual task gait

training (MDTT), atau kelompok pelatihan gait training (control) group

randomly.

Pelatihan berlangsung selama 30 menit setiap sesi, 3 sesi per minggu

selama 4 minggu. Hasil utama termasuk kinerja gaya berjalan selama tugas

ganda kognitif, tugas ganda motorik, dan jalan tunggal dinilai pada pra dan

pasca pelatihan. Hasilnya menunjukkan penurunan waktu dukungan ganda

selama berjalan tugas ganda kognitif setelah CDTT (-17,1 ± 10,3%) secara

signifikan lebih dari MDTT (6,3 ± 25,6%, p = 0,006) dan pelatihan kontrol
32

(-5,6 ± 7,8%, p = 0,041). Variabilitas waktu langkah selama menjalankan

tugas ganda motorik menurun lebih banyak setelah MDTT (-16,3 ± 32,3%)

dari CDTT (38,6 ± 24,0%, p = 0,015) dan pelatihan kontrol (36,8 ± 36,4%,

p = 0,041). CDTT juga meningkatkan kinerja berjalan tugas ganda motorik

terutama pada kecepatan berjalan (13.8 ± 10,71%, p = 0,046) panjang

langkah (10,5 ± 6,6%, p =. 046), dan waktu dukungan ganda (-8.0 ± 2,0%,

p = 0,028). CDTT meningkatkan kinerja berjalan tunggal serta kecepatan

berjalan (11,4 ± 5,5%, p = 0,046), panjang langkah (9,2 ± 4,6%, p = .028),

dan waktu dukungan ganda (-8.1 ± 3,0%, p = 0,028). Singkatnya, data

awal kami menunjukkan 12 sesi CDTT menurunkan waktu dukungan

ganda selama berjalan tugas ganda kognitif, dan MDTT mengurangi

variabilitas gaya berjalan selama berjalan tugas ganda motorik. Strategi

pelatihan yang berbeda dapat diadopsi untuk kemungkinan efek pelatihan

yang berbeda pada orang dengan PD.

h. Artikel penelitian yang dilakukan oleh Chloe Rezola-Pardo, Haritz Arrieta,

Susana Maria Gil, Jose Javier Yanguas, Miren Iturburu, Jon Irazusta,

Begoña Sanz and Ana Rodriguez-Larrad (2019) yang berjudul A

randomized controlled trial protocol to test the efficacy of a dual-task

multicomponent exercise program in the attenuation of frailty in long-term

nursing home residents: Aging ON DUAL TASK study. Uji coba

multicenter randomized controlled trial ini akan mencakup 188 peserta

yang akan dialokasikan secara acak ke program latihan multikomponen

atau ke program multikomponen yang sama dengan pelatihan kognitif

simultan (dual-task training). Kriteria inklusi adalah sebagai berikut: ≥ 70


33

tahun, ≥ 50 di Indeks Barthel, ≥ 20 di Mini Examen Cognoscitivo (MEC-

35) yang mampu berdiri dan berjalan mandiri selama 10m. Subjek dalam

kelompok multikomponen akan mengikuti program latihan

multikomponen dua kali seminggu dengan durasi 1 jam per sesi, yang

terdiri dari latihan kekuatan dan keseimbangan. Peserta dalam kelompok

dual-taks akan melakukan program latihan multikomponen yang sama

dengan tugas kognitif yang disesuaikan secara individual secara

bersamaan. Penilaian studi akan dilakukan pada awal dan pada 3 bulan.

Ukuran hasil utama adalah kecepatan berjalan dalam kondisi tugas ganda

dan hasil sekunder akan mencakup pengukuran kebugaran fisik, parameter

spasiotemporal gaya berjalan, penilaian kognisi dan emosional, beberapa

skala kelemahan dan aktivitas fisik yang diukur secara obyektif.

i. Artikel penelitian yang dilakukan oleh Yan-Ci Liu, Yea-Ru Yang, Yun-An

Tsai & Ray-Yau Wang (2017) yang berjudul Cognitive and motor dual

task gait training improve dual task gait performance after stroke - A

randomized controlled pilot trial. Jumlah responden sebanyak 28 orang

secara acak ditugaskan untuk pelatihan gaya berjalan tugas ganda kognitif

(CDTT), pelatihan gaya berjalan tugas ganda motorik (MDTT), atau

kelompok terapi fisik konvensional (CPT). Peserta dalam kelompok CDTT

atau MDTT mempraktikkan tugas kognitif atau motorik masing-masing

selama berjalan. Peserta kelompok CPT mendapat latihan penguatan,

keseimbangan, dan gaya berjalan, intervensi 30 menit / sesi, 3 sesi /

minggu selama 4 minggu, tiga kondisi tes untuk mengevaluasi efek latihan

adalah berjalan sendiri, berjalan sambil melakukan tugas kognitif


34

(pengurangan serial), dan berjalan sambil melakukan tugas motorik (tray

-membawa). Parameternya termasuk kecepatan berjalan, biaya tugas ganda

dari kecepatan berjalan (kecepatan DTC), irama, waktu langkah, dan

panjang langkah. kinerja gaya berjalan tugas ganda kognitif-motorik

(panjang langkah dan kecepatan DTC) meningkat (p = 0,021; p = 0,015).

Setelah MDTT, kinerja kiprah tugas ganda motorik (kecepatan gait,

panjang langkah, dan kecepatan DTC) ditingkatkan (p = 0,008; p = 0,008;

p = 0,008 masing-masing). Tampaknya CDTT meningkatkan kinerja gaya

berjalan tugas ganda kognitif dan MDTT meningkatkan kinerja gaya

berjalan tugas ganda motor meskipun peningkatan tersebut tidak mencapai

perbedaan kelompok yang signifikan. Oleh karena itu, berbagai jenis

pelatihan gaya berjalan tugas ganda dapat diadopsi untuk meningkatkan

kinerja gaya berjalan tugas ganda yang berbeda dalam stroke.

j. Artikel penelitian yang dilakukan oleh Moran Dorfman, MPT, Talia

Herman, MPT, Marina Brozgol, PT, Shirley Shema, PT, Aner Weiss,

MSc, Jeffrey M. Hausdorff, PhD, and Anat Mirelman, PhD (2014) yang

berjudul Dual-Task Training on a Treadmill to Improve Gait and

Cognitive Function in Elderly Idiopathic Fallers. Jumlah responden

sebanyak 10 lansia faller (usia rata-rata, 78,1 ± 5,81 tahun, 7 wanita). Sesi

pelatihan intensif progresif termasuk berjalan di atas treadmill sambil

mempraktikkan berbagai dual taks 3 kali seminggu selama lebih dari 6

minggu. Pengukuran kognitif dan motorik digunakan untuk menilai efek

intervensi segera setelah pelatihan dan 1 bulan setelah pelatihan.


35

Setelah 6 minggu program TT + DT, lansia faller menunjukkan

peningkatan skor pada tes mobilitas, tugas kinerja fungsional, dan kognisi.

Pelatihan dual taks dapat dengan mudah diterapkan oleh terapis sebagai

komponen dari program pelatihan pengurangan risiko jatuh.

Adapun interpretasi keseluruhan hasil pengukuran keseimbangan dan

kognitif pada pemberian latihan dual taks training dari 10 artikel yang

direview dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 3. 2 Interpretasi Hasil Pengukuran Keseimbangan


Jurnal Pengumpulan Skor Pre- Skor Post- Selisih
Data test test
(Purnamasari BBS 49.50 53.71 4.21
, 2019)
(Shin & An, TETRAX 75.00 51.40 23.6
2014)
(Norouzi et BBS 44.73 50.48 5.75
al., 2019)
(Delbroek & TUGT 17.2 15.8 1.4
Vermeylen,
2017)
(Komal Khan TUGT 20.15 19.80 0.35
et al., 2018)
(Kao et al., iWALK 70.11 72.72 2.66
2018)
(Yang et al., TUGT 9.9 8.7 1.2
2019)
(Liu et al., 10-meter 55.6 61.8 6.2
2017) walking test
and 6-MWT
(Dorfman et TUGT 12.69 11.29 1.4
al., 2014)

Tabel 3. 3 Interpretasi Hasil Pengukuran Kognitif


Jurnal Pengumpulan Skor Pre- Skor Post- Selisih
Data test test
(Purnamasari MMSE 18.0 25.0 7.0
, 2019)
(Shin & An, KMMSE 25.4 26.1 0.7
2014)
(Norouzi et MMSE 25.83 26.67 0.84
36

al., 2019)
(Delbroek & MoCA 17.5 18.6 1.1
Vermeylen,
2017)
(Komal Khan MMSE 24.0 26.0 2.0
et al., 2018)
(Kao et al., MMSE 27.39 27.55 0.16
2018)
(Yang et al., MMSE 24.0 27.0 3.0
2019)
(Liu et al., MMSE 27.2 27.7 0.5
2017)
(Dorfman et TMT 64.30 69.40 5,1
al., 2014)

Hasil dari 10 artikel yang telah penulis review, seluruh artikel

menyatakan bahwa dual taks training efektif dan berpengaruh dalam

meningkatkan keseimbangan pada lansia dengan gangguang kognitif.

H. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan dalam penelitian ini yaitu pada jenis metode penelitian

narrative review karena artikel yang digunakan memiliki banyak karakteristik

yang dapat menimbulkan munculnya bias pada hasil penelitian. Keterbatasan

lain dalam penelitian ini juga adalah banyaknya artikel yang sulit diakses

dikarenakan artikel berbayar sehingga penulis terbatas dalam melakukan

pencarian artikel secara luas.


BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil review dari 10 artikel dengan pembahasan pengaruh

pemberian dual task training terhadap peningkatan keseimbangan pada lansia

dengan gangguan kognitif, terdapat 10 artikel yang menyatakan bahwa dual

task training terbukti efektif dalam meningkatkan keseimbangan pada lansia

dengan gangguan kognitif.

B. Saran

1. Bagi Institusi Pendidikan

Di harapkan hasil penelitian dijadikan bahan kajian prodi Fisioterapi

di kampus Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta.

2. Bagi Profesi Fisioterapi

Hasil narrative review ini di harapkan mampu menambah referensi

fisioterapis dalam membuat rencana latihan untuk meningkatkan

keseimbangan pada lansia.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Memberikan saran kepada peneliti selanjutnya untuk menambah

jumlah literature yang lebih banyak supaya dapat mengembangkan

penelitian dari banyak jenis intervensi pada kasus masalah keseimbangan

pada lansia.
DAFTAR PUSTAKA

Akrom. (2015). Sistem 5 Langkah Belajar Evidence Based Medicine untuk Farmasi.
CV Manggar. ISBN: 978-602-70640-0-3
Badan Pusat Statistik (2018). Available at: https://www.bps.go.id.
Baker, J. D. (2016). The Purpose, Proces, and Methods of Writing A Literatur
Review. AORN Journal, Vol 103, No 3.
Deger, T. B. et al. (2019) ‘The Relationship of Balance Disorders with Falling, the
Effect of Health Problems, and Social Life on Postural Balance in the Elderly
Living in A District in Turkey’, Geriatrics, 4(2), p. 37. doi:
10.3390/geriatrics4020037.
Delbroek, T., & Vermeylen, W. (2017). The Effect of Cognitive-Motor Dual Task
Training with the Biorescue Force Platform on Cognition, Balance and Dual
Task Performance in Institutionalized Older Adults: A Randomized Controlled
Trial. http://apdm.com
Department of Economic and Social Affairs (2019). Available at:
https://www.un.org/en/development/desa/population/publications/pdf/ageing/
WorldPopulationAgeing2019-Highlights.pdf.
Dorfman, M., Herman, T., Brozgol, M., Shema, S., Weiss, A., Hausdorff, J. M., &
Mirelman, A. (2014). Dual-Task Training on A Treadmill to Improve Gait and
Cognitive Function in Elderly Idiopathic Fallers. Journal of Neurologic
Physical Therapy, 38(4), 246–253.
https://doi.org/10.1097/NPT.0000000000000057
Ferrari, R. (2015) ‘Writing Narrative Style Literature Reviews’, 24(4) , pp. 230-235.
doi: 10.1179/2047480615Z.000000000329
Gharote, G. et al. (2016) ‘Prevalence of Balance Alteration in Geriatric Population
Using Berg Balance Scale’, International Journal of Physiotherapy and
Research, 4(5), pp. 1679–1683. doi: 10.16965/ijpr.2016.162.
Ibrahim, F. A. et al (2018) ‘Hubungan Keseimbangan Dengan Aktivitas Sehari-Hari
Pada Lansia Di Puskesmas Aceh Besar’, Idea Nursing Journal, 9(2), pp. 7–13.
Kao, C. C., Chiu, H. L., Liu, D., Chan, P. T., Tseng, I. J., Chen, R., Niu, S. F., &
Chou, K. R. (2018). Effect of Interactive Cognitive Motor Training on Gait and
Balance Among Older Adults: A Randomized Controlled Trial. International
Journal of Nursing Studies, 82, 121–128.
https://doi.org/10.1016/j.ijnurstu.2018.03.015
Kemenkes RI. Pelayanan dan Peningkatan Kesehatan Usia Lanjut. Pusat Komunikasi
Publik Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI; 2015. Avalable at:
Available at: http://www.depkes.go.id/article/ view/15052700010/pelayanan-
dan-peningkatan-kesehatan-usia-lanjut.html
Kementrian Kesehatan (2015). Peraturan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
nomor 65 .Standar Pelayanan Fisioterapi No,1662.
Kependudukan DIY (2019). Available at: https://kependudukan.jogjaprov.go.id/.
Komal Khan, Misbah Ghous, Arshad Nawaz Malik, Mian Imran Amjad, I. T. (2018).
Effects of Turning and Cognitive Training in Fall Prevention with Dual Task
Training in Elderly with Balance Impairment.
Kraft, E. (2012). Cognitive Function, Physical Activity, and Aging: Possible
Biological Links and Implications for Multimodal Interventions. Aging
Neuropsychology and Cognition, 248-163
Lanawati, Listyowati, R., Kuswardhani, R. A. T., Listyowati, R., & Kuswardhani, R.
A. T. (2015). Hubungan antara Senam Kesegaran Jasmani dengan Fungsi
Kognitif dan Keseimbangan Tubuh Lansia di Denpasar. Public Health and
Preventive Medicine Archive, 3(2), 211–217.
Liu, Y. C., Yang, Y. R., Tsai, Y. A., & Wang, R. Y. (2017). Cognitive and Motor
Dual Task Gait Training Improve Dual Task Gait Performance After Stroke -
A Randomized Controlled Pilot Trial. Scientific Reports, 7(1).
https://doi.org/10.1038/s41598-017-04165-y
Mekayanti, Ayu, dan Indrayani. (2015) ‘Optimalisasi Kelenturan ( Flexibelity ),
Keseimbangan ( Balance ), dan Kekuatan ( Strength ) Tubuh Manusia Secara
Instan dengan Menggunakan Secret Method’, Virgin, Jilid 1, nomor 1, Januari
2015, (2000), pp. 40–50.
Munawwarah, M. dan Nindya, P. (2015) ‘Pemberian Latihan Pada Lansia Dapat
Meningkatkan’, Fakultas Fisioterapi Universitas Esa Unggul, 15(April).
Munawarah, S. (2019) ‘Pengaruh Pemberian Senam Yoga Terhadap Keseimbangan
Statis Pada Lansia 2019’, Human Care Journal, 4(2), p. 101. doi:
10.32883/hcj.v4i2.465.
Nahdiah Purnamasari*, Farahdina Bachtiar, Arnis Puspitha. (2019) ‘Efektivitas
Dual-Task Training Motorik-Kognitif dalam Menurunkan Risiko Jatuh pada
Lansia’. JURNAL MKMI, Vol. 15 No. 3, September.
Norouzi, E., Vaezmosavi, M., Gerber, M., Pühse, U., & Brand, S. (2019). Dual-Task
Training on Cognition and Resistance Training Improved Both Balance and
Working Memory In Older People. Physician and Sportsmedicine, 47(4), 471–
478. https://doi.org/10.1080/00913847.2019.1623996
Oliver, J. (2013). Pengaruh Dual-Taks Training. Journal of Chemical Information
and Modeling, 53(9), 1689–1699.
Pengpid, S. dan Peltzer, K. (2018) ‘Prevalence and Risk Factors Associated with
Injurious Falls among Community-Dwelling Older Adults in Indonesia’,
Current Gerontology and Geriatrics Research. Hindawi, 2018. doi:
10.1155/2018/5964305.
Pramadita, Arrilia Putri, Arinta Puspita Wati, Hexanto Muhartomo, Fungsi Kognitif,
and Test Romberg. 2019. “Hubungan Fungsi Kognitif Dengan Gangguan
Keseimbangan Postural Pada Lansia.” Jurnal Kedokteran Diponegoro
8(2):626–41
Pramita, I, dan Susanto, A.D. (2018) ‘Pengaruh Pemberian Square Stepping Exercise
Untuk Effect of Square Stepping Exercise To Improve Dynamic Balance on
Elderly’, 6(3), pp. 1–7.
Purnamasari, N. (2019). Efektivitas Dual-Task Training Motorik-Kognitif dalam
Menurunkan Risiko Jatuh pada Lansia. Media Kesehatan Masyarakat
Indonesia, 15(3), 284. https://doi.org/10.30597/mkmi.v15i3.7019
Rezola-Pardo, C., Arrieta, H., Gil, S. M., Yanguas, J. J., Iturburu, M., Irazusta, J.,
Sanz, B., & Rodriguez-Larrad, A. (2019). A Randomized Controlled Trial
Protocol to Test The Efficacy of A Dual-Task Multicomponent Exercise
Program in the Attenuation of Frailty in Long-Term Nursing Home Residents:
Aging-ONDUAL-TASK Study. BMC Geriatrics, 19(1).
https://doi.org/10.1186/s12877-018-1020-z.
Shin, S.-S., & An, D.-H. (2014). The Effect of Motor Dual-task Balance Training on
Balance and Gait of Elderly Women.
Yang, Y. R., Cheng, S. J., Lee, Y. J., Liu, Y. C., & Wang, R. Y. (2019). Cognitive
and Motor Dual Task Gait Training Exerted Specific Training Effects on Dual
Task Gait Performance in Individuals with Parkinson’s Disease: A Randomized
Controlled Pilot Study. PLoS ONE, 14(6).
https://doi.org/10.1371/journal.pone.0218180.
LAMPIRAN
Lampiran 1 Time Schedule Narative Review

No Kegiatan Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agus
2020 2021 2021 2021 2021 2021 2021 2021 2021
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pengajuan Judul
2 BAB I
3 Revisi BAB I
4 BAB II
5 Revisi BAB II
6 Proposal Penelitian
7 Seminar Proposal
8 Revisi Proposal
9 Penyerahan Proposal
10 BAB III
11 Revisi BAB III
12 BAB IV
13 Revisi BAB IV
14 Penyusunan Abstrak
15 ACC skripsi
16 Ujian Narrative Review
17 Revisi
18 ACC skripsi
19 Naskah Publikasi
20 Penjilidan
21 Pengumpulan
43
Lampiran 2 Daftar Riwayat Hidup
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Andri Oktavian


Tempat, tanggal lahir : Lampung Tengah, 10 Oktober 1997
Alamat : Rukti Harjo 2, Kecamatan Seputih Raman, Kabupaten
Lampung Tengah, Provinsi Lampung
Agama : Islam
Pekerjaan : Mahasiswa
Pendidikan : 1. TK Aisyiyah Rukti Harjo (Lulus 2003)
2. SD Negeri 2 Rukti Harjo (Lulus 2010)
3. SMP Ma’arif 01 Seputih Raman (Lulus 2013)
4. SMA Negeri 1 Seputih Raman (Lulus 2016)
5. Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta (angkatan 2017)
Lampiran 3 Kartu Bimbingan

KARTU BIMBINGAN TUGAS AKHIR

Nama Mahasiswa : ANDRI OKTVIAN


NIM : 1710301183
Program Studi : S1 Fisioterapi
Pembimbing : Parmono Dwi Putro, S.Ft., MM
Judul : Pengaruh pemberian dual task training terhadap peningkatan
keseimbangan pada lansia dengan gangguan kognitif: metode
narrative review

Konsultasi Tanda Tangan


Tanggal Materi Bimbingan dan Arahan
ke- Pembimbing
1 22 Desember 2020 ACC Judul
2 25 Desember 2020 Konsul BAB I
3 03 Januari 2021 Revisi BAB I
4 07 Januari 2021 Revisi BAB I
5 14 Januari 2021 Revisi BAB I
6 25 Januari 2021 Revisi BAB I, BAB II
7 02 Februari 2021 Revisi BAB I, BAB II
8 03 Februari 2021 Revisi BAB I, BAB II
9 10 Februari 2021 Revisi File Seminar Proposal
10 11 Februari 2021 ACC Seminar proposal

11 01 Maret 2021 Seminar Proposal

12 04 Maret 2021 Revisi Proposal

13 24 Maret 2021 ACC Proposal

14 01 April 2021 BAB III dan IV

15 01 Mei 2021 Penyusunan Abstrak

16 05 Juni 2021 Revisi BAB III dan IV

17 13 Juli 2021 ACC File Skripsi


18 21 Juli 2021 Seminar Hasil

19 31 Juli 2021 Revisi Hasil Skripsi

20 ACC Skripsi

21 Naskah Publikasi

22 ACC Naskah Publikasi

Yogyakarta, Agustus 2021

Parmono Dwi Putro, S.Ft., MM


Lampiran 4 Penilaian Kritis Artikel
Judul Artikel Efektivitas Dual-Task Training Motorik-Kognitif dalam
Menurunkan Risiko Jatuh pada Lansia
Penulis Nahdiah Purnamasari, Farahdina Bachtiar, Arnis Puspitha/2019
Desain Penelitian Pre-eksperimental dengan one group pre-test post-test design
Kode Artikel 01

No Pertanyaan Hasil
1 Poin kunci/poin utama Hasil penelitian menunjukkan peningkatan
hasil penelitian keseimbangan lansia setelah pemberian 12 kali
latihan berdasarkan alat ukur BBS (p<0.001) dan
TUGT (p=0.079). Risiko jatuh terlihat mengalami
penurunan setelah 12 kali perlakuan (p<0.001).
Penurunan risiko jatuh paling tinggi terjadi
setelah 6 kali perlakuan pertama (p=0.011).
2 Keterbatasan penelitian Penulis artikel tidak menulis keterbatasan
penelitian. Namun, disini penulis menemukan
keterbatasan dalam artikel yaitu, ukuran sampel
yang digunakan dalam percobaan ini kecil.
3 Kesesuaian metode yang Metode sudah sesuai. Penelitian dilakukan di Pos
digunakan untuk menguji Pembinaan Terpadu (Posbindu) Yayasan Batara
hipotesis awal Hati Mulia Kabupaten Gowa selama bulan Maret
hingga Mei 2019. Pemberian latihan dual-task
motorik-kognitif ini dilakukan selama 4 minggu
dengan frekuensi 3 kali seminggu. latihan dual-
task yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Minggu I latihan berjalan sejauh 3 meter
dikombinasikan dengan pertnyaan tentang diri
dan keluarga responden; Minggu II berjalan
dengan pola diagonal 3 meter dikombinasikan
dengan stroop test; Minggu III berjalan tandem
sejauh 3 meter dikombinasikan dengan
menghitung angka, menyebut tanggal, bulan, hari,
secara mundur; Minggu IV berjalan tandem
dengan pola diagonal dikombinasikan dengan
bercerita tentang aktivitas sejak pagi hari. Latihan
ini dilakukan dengan dosis 5 kali repetisi,
frekuensi 3 kali seminggu dengan waktu 15
menit. Pengambilan data awal dilakukan melalui
pre test pengukuran Berg Balance Scale, the
Timed-Up-And-Go Test, dan the Tinetti Balance
Tool Assessment Test.
4 Kualitas hasil yang Kualitas hasil sudah bagus. Dari hasil yang
diperoleh didapatkan, terlihat peningkatan keseimbangan
dinamis berdasarkan kedua alat ukur. Tingkat
keseimbangan lansia berdasarkan BBS meningkat
dari rata-rata 49.50±2.74 menjadi 53.71±1.98
setelah 12 kali perlakuan. Begitupun dengan hasil
TUGT meningkat dari rata-rata 16.19±3.15
menjadi 14.58±3.28. Perubahan ini signifikan
secara statistik untuk BBS (p<0.001) sedangkan
pada TUGT meskipun terdapat peningkatan
secara deskriptif tetapi tidak signifikan secara
statistik (p=0.079).
5 Interpretasi hasil Hasil sudah tepat. bahwa pemberian latihan dual-
task motorik-kognitif ini efektif dalam
meningkatkan keseimbangan dinamis sehingga
dapat menurunkan risiko jatuh pada lansia.
6 Dampak dari penelitian Dengan melihat temuan pada penelitian ini,
penulis artikel menganjurkan untuk menggunakan
latihan dual-task motorik-kognitif karena dapat
meningkatkan keseimbangan pada lansia dengan
gangguan kognitif serta menurunkan resiko jatuh
pada lansia.

Kesimpulan:
Berdasarkan 6 poin penilaian kritis artikel diatas, maka artikel tersebut akan
diikutkan untuk dilakukan review oleh penulis dalam penelitian.
Judul Artikel The Effect of Motor Dual-task Balance Training on Balance and
Gait of Elderly Women
Penulis Sun-Shil Shin, PT, MS, Duk-Hyun An, PT, PhD/2014
Desain Penelitian Quasi Eksperimental
Kode Artikel 02

No Pertanyaan Hasil
1 Poin kunci/poin utama Hasil parameter indeks jatuh dan gaya berjalan
hasil penelitian kelompok MDBT dan kelompok SBT. Nilai
indeks jatuh kelompok MDBT secara signifikan
lebih baik daripada kelompok STB dan sebelum
pelatihan (p <0,05) . Parameter gaya berjalan
antar kelompok berbeda nyata dalam hal panjang
langkah, panjang langkah, kecepatan, dan irama
antar kelompok (p <0,05). Semua parameter gaya
berjalan yang diukur dari kelompok MDBT
meningkat secara signifikan setelah pelatihan (p
<0,05).
2 Keterbatasan penelitian Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan.
Pertama, tidak ada periode tindak lanjut. Kedua,
ukuran sampel yang digunakan dalam percobaan
ini kecil, yang menyiratkan bahwa harus
dilakukan ketika menafsirkan atau
menggeneralisasi hasil. Ketiga, penelitian ini
hanya mengukur keseimbangan berdiri di bawah
kondisi sensorik spesifik di delapan posisi.
3 Kesesuaian metode yang Metode yang digunakan sudah sesuai. Dua puluh
digunakan untuk menguji wanita tua yang bisa berjalan secara mandiri
hipotesis awal direkrut dari penduduk komunitas di Gyeongsang-
nam-do, Republik Korea. Kriteria seleksi adalah
sebagai berikut: kemampuan berjalan secara
mandiri tanpa alat bantu; dan skor lebih dari 24
pada Ujian Korean Version of the Mini-Mental
State Exam (KMMSE). Subyek kelompok
eksperimen berusia 78,6±5,58 tahun (mean±SD),
dan memiliki tinggi badan 147,71±6,11 cm, berat
badan 50,06±9,64 kg, dan skor KMMSE
26,1±1,45. Subyek kelompok kontrol berusia
79,8±3,58 tahun, memiliki tinggi badan
146,17±5,28 cm, berat badan 48,67±5,35 kg, dan
skor KMMSE 25,4±0,97. Keseimbangan (indeks
jatuh) diukur menggunakan TETRAX (Sunlight
Medical Ltd., Ramat Gan, Israel). Skor indeks
jatuh menunjukkan tingkat risiko jatuh, yang
diukur dengan skala 0–100 poin (0–35: risiko
rendah, 36–58: risiko sedang, 59–100: risiko
tinggi). Skor indeks yang lebih tinggi berarti
postur yang lebih tidak stabil. Delapan postur
yang berbeda dievaluasi dalam tes dan setiap
postur diukur selama 32 detik. Parameter gaya
berjalan dicatat menggunakan sistem GAITRite
(CIR System Inc, Easton, PA, USA). Kecepatan,
irama, panjang langkah, dan panjang langkah
dicatat sebagai kecepatan berjalan yang
ditentukan sendiri oleh subjek. Peserta start dan
finish berjalan 2 m sebelum dan sesudah start dan
end mat untuk menghindari efek akselerasi dan
deselerasi. Setelah satu uji coba praktik, peserta
melakukan lima uji coba pengukuran. Kelompok
motor dual-task balance training (MDBT) berdiri
di atas Aero-step (TOGU, Germany Inc.,
Germany) dan melakukan senam bola (diameter:
45 cm) memantul (tangan kanan, tangan kiri, dan
kedua tangan), menangkap , dan melempar. Dua
orang peserta menangkap dan melempar bola gym
dengan jarak 1,5 m. Jika mereka berhasil
melakukan tugas lebih dari 80% dari waktu
(delapan dari sepuluh kali), jarak ditingkatkan
menjadi 2 m. Kelompok simple task balance
training (SBT) hanya berdiri di atas Aero-step.
Analisis statistik dilakukan dengan menggunakan
paket statistik SPSS (versi 18.0 untuk Windows,
Chicago, IL, USA). Perbedaan parameter
keseimbangan dan gaya berjalan dianalisis
menggunakan uji t independen untuk
perbandingan antar kelompok dan uji t
berpasangan untuk perbandingan dalam
kelompok. Signifikansi diterima untuk nilai
p<0,05.
4 Kualitas hasil yang Kualitas hasil sudah bagus. Nilai indeks jatuh
diperoleh kelompok MDBT secara signifikan lebih baik
dibandingkan kelompok STB dan sebelum
pelatihan (p<0,05). Parameter gait antar kelompok
berbeda nyata dalam hal panjang langkah,
panjang langkah, kecepatan, dan irama antar
kelompok (p<0,05). Semua parameter gaya
berjalan yang diukur dari kelompok MDBT
meningkat secara signifikan setelah pelatihan
(p<0,05).
5 Interpretasi hasil Hasil sudah tepat. Kinerja dual taks
membutuhkan kapasitas pemrosesan informasi
yang memungkinkan alokasi perhatian yang
efisien antara dua tugas. Peningkatan kemampuan
keseimbangan secara signifikan dan penurunan
goyangan postural terbukti, menunjukkan bahwa
perhatian secara efektif dialokasikan antara
keseimbangan dan tugas kedua.
6 Dampak dari penelitian Dengan melihat temuan pada penelitian ini,
penulis artikel menganjurkan untuk menggunakan
latihan Motor Dual-task Balance Training karena
dapat meningkatkan keseimbangan pada lansia
dengan gangguan kognitif serta penurunan
goyangan postural.

Kesimpulan:
Berdasarkan 6 poin penilaian kritis artikel diatas, maka artikel tersebut akan
diikutkan untuk dilakukan review oleh penulis dalam penelitian.
Judul Artikel Dual-task training on cognition and resistance training
improved both balance and working memory in older people
Penulis Ebrahim Norouzi, Mohammad Vaezmosavi, Markus Gerber,
Uwe Pühse and Serge Brand/2019
Desain Penelitian randomized controlled trial
Kode Artikel 03

No Pertanyaan Hasil
1 Poin kunci/poin utama Hasil penelitian menunjukan bahwa
hasil penelitian Keseimbangan dan memori kerja meningkat dari
awal hingga pasca-intervensi dan hingga tindak
lanjut (efek Waktu yang signifikan), tetapi lebih
pada mCdtt dibandingkan dengan kondisi mMdtt
(Interaksi Waktu × Grup yang signifikan).
Selanjutnya, dibandingkan dengan kondisi
mMdtt, skor yang lebih tinggi diamati pada
kondisi mCdtt (efek Grup yang signifikan).
2 Keterbatasan penelitian Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan.
Pertama, peserta tidak dibutakan sehubungan
dengan pengobatan. Kedua, bahwa faktor
fisiologis dan psikologis laten lain yang belum
dinilai mungkin telah membiaskan pola hasil saat
ini ke arah yang sama atau berlawanan. Ketiga,
ukuran sampel agak kecil. Terakhir, masih harus
ditentukan apakah dan sejauh mana pola hasil saat
ini dapat direplikasi dengan populasi lain yang
lebih tua seperti peserta perempuan atau orang
dewasa yang tinggal di komunitas, lansia yang
lemah.
3 Kesesuaian metode yang Metode yang digunakan sudah sesuai. Peserta
digunakan untuk menguji diberitahu tentang tujuan umum dan prosedur
hipotesis awal yang tepat dari penelitian, dan tentang
penanganan data anonim. Sebelum pendaftaran
studi, mereka semua menandatangani lembar
persetujuan tertulis. Pria dewasa berusia 65 tahun
atau lebih direkrut untuk mengambil bagian
dalam studi intervensi ini. Selanjutnya, mereka
secara acak ditugaskan ke kondisi motormotor
dual-task training (mMtt), kondisi motor-
cognition dual-task training (mCtt) atau ke
kondisi kontrol. Intervensi mCdtt dan mMdtt
terdiri dari tiga sesi kelompok 60-80 menit per
minggu selama empat minggu berturut-turut.
Peserta menjalani tes keseimbangan dan tes WM
pada awal, empat minggu kemudian setelah
menyelesaikan intervensi, dan lagi 12 minggu
kemudian pada masa tindak lanjut. Dewan
Peninjau Universitas Urmia (Urmia, Iran)
menyetujui penelitian, yang dilakukan sesuai
dengan prinsip-prinsip etika yang ditetapkan
dalam Deklarasi Helsinki dan amandemennya.
4 Kualitas hasil yang Kualitas hasil sudah bagus. Untuk Memori kerja
diperoleh bahwa kinerja WM meningkat dari waktu ke
waktu dari awal hingga penyelesaian studi dan
tindak lanjut (efek Waktu yang signifikan), tetapi
lebih pada mCdtt, daripada di mMdtt dan kondisi
kontrol (Interaksi Waktu × Grup yang signifikan).
Perhitungan ukuran efek (ES) menunjukkan ES
besar untuk peningkatan WM dalam kelompok
mCdtt baik dari pra-ke-pasca-tes (ES besar =
2,31) dan dari tes pra-hingga tindak lanjut (ES
besar = 1,49). Juga, dalam kelompok mMdtt, skor
WM meningkat dari pra-ke-pasca-tes (ES besar =
1,38), dan dari tes pra-tindak lanjut (ES besar =
1,16) tetapi tidak sebanyak Grup mCdtt. Dalam
kelompok kontrol, skor WM tetap tidak berubah
dari pra-ke-pasca-tes (ES kecil = 0,21), dan dari
tes pra-tindak lanjut (ES kecil = 0,19).
Perhitungan ES untuk perbedaan antara mCdtt,
mMdtt, dan kelompok kontrol menunjukkan
bahwa WM tidak berbeda pada pre-test (ES kecil
= 0,18), tetapi ES besar pada post-test dan tindak
lanjut.
Untuk keseimbangan meningkat dari awal hingga
penyelesaian studi dan tindak lanjut (efek Waktu
yang signifikan), tetapi lebih pada mCdtt,
daripada dalam kondisi mMdtt (Waktu signifikan
× interaksi Grup). Perhitungan ES menunjukkan
bahwa pada kelompok mCdtt, skor keseimbangan
sebagian besar meningkat dari awal hingga pasca
intervensi (ES besar = 2,66), dan dari awal hingga
tindak lanjut (ES besar = 2,07). Dalam kelompok
mMdtt, skor keseimbangan meningkat dari awal
hingga pasca intervensi (ES besar = 1,59), dan
dari awal hingga tindak lanjut (ES besar = 1,31),
tetapi tidak sebanyak Grup mCdtt. Dalam
kelompok kontrol, skor kinerja keseimbangan
tetap relatif tidak berubah dari pra-ke-pasca-tes
(ES kecil = 0,26), dan dari tes pra-tindak lanjut
(ES kecil = 0,23). Perhitungan ES untuk
perbedaan antara mCdtt, mMdtt, dan kelompok
kontrol menunjukkan bahwa kinerja
keseimbangan tidak berbeda pada pra-tes, tetapi
ES besar pada pasca-tes dan pada tindak lanjut.
5 Interpretasi hasil Hasil sudah tepat. Hasil menunjukkan bahwa
mCdtt menghasilkan peningkatan yang lebih
besar dalam WM daripada mMdtt atau kondisi
kontrol. Secara khusus, mCdtt terdiri dari
keterlibatan kognitif dan motorik yang
memerlukan pemrosesan informasi paralel,
manipulasi informasi, perhatian selektif terhadap
rangsangan yang relevan dengan tugas, dan
pengambilan keputusan sehubungan dengan
eksekusi motorik. Ini mungkin menjelaskan
mengapa kelompok mCdtt memiliki peningkatan
yang lebih besar dalam skor WM. Oleh karena
itu, peningkatan WM ini bukan sekadar
pengulangan lain dari tugas kognitif dasar.
6 Dampak dari penelitian Dengan melihat temuan pada penelitian ini,
penulis artikel menganjurkan untuk menggunakan
latihan Dual-task training on cognition karena
dapat meningkatkan keseimbangan pada lansia
dengan gangguan kognitif.

Kesimpulan:
Berdasarkan 6 poin penilaian kritis artikel diatas, maka artikel tersebut akan
diikutkan untuk dilakukan review oleh penulis dalam penelitian.
Judul Artikel The effect of cognitive-motor dual task training with the
biorescue force platform on cognition, balance and dual task
performance in institutionalized older adults: a randomized
controlled trial
Penulis Tom Delbroek, RPT, Wietse Vermeylen, RPT, Joke Spildooren,
RPT, PhD/2017
Desain Penelitian randomized controlled trial
Kode Artikel 04

No Pertanyaan Hasil
1 Poin kunci/poin utama Hasil kelompok intervensi meningkat secara
hasil penelitian signifikan pada total durasi Timed Up-and-Go dan
durasi turn-to-sit selama single-task berjalan
dibandingkan dengan kelompok kontrol yang
tidak menerima pelatihan tambahan. Peserta
menemukan pelatihan dual task realitas virtual
menyenangkan dan berguna untuk konsentrasi,
memori, dan keseimbangan mereka. Kesenangan
dan kewaspadaan adalah dua emosi yang paling
banyak terlihat selama intervensi.
2 Keterbatasan penelitian Ada beberapa keterbatasan dalam RCT ini,
pertama kemampuan fisik, kemampuan mental
dan kelelahan orang dewasa yang lebih tua
dilembagakan dapat bervariasi dalam beberapa
hari. Kedua jumlah peserta yang lebih sedikit dan
waktu penelitian yang singkat. Penelitian dengan
waktu yang lebih lama bisa dilakukan untuk
penelitian selanjutnya.
3 Kesesuaian metode yang Metode yang dipakai sudah sesuai. Dua puluh
digunakan untuk menguji orang dewasa yang lebih tua dilembagakan
hipotesis awal dengan gangguan kognitif ringan (13 perempuan,
7 laki-laki; usia rata-rata, 87,2 ± 5,96 tahun)
diacak untuk intervensi (yaitu pelatihan dual-task
training realitas virtual menggunakan BioRescue)
atau kelompok kontrol (tidak ada pelatihan
tambahan). Kelompok intervensi mengambil
bagian dalam program pelatihan 6 minggu
sementara orang tua di kelompok kontrol
mempertahankan kegiatan sehari-hari mereka.
Keseimbangan diukur dengan Instrumented
Timed Up-and-Go Test dengan dan tanpa tugas
kognitif. Skala Penilaian Emosi yang Diamati dan
Inventarisasi Motivasi Intrinsik diberikan untuk
mengevaluasi emosi dan motivasi terkait program
olahraga.

4 Kualitas hasil yang Kualitas hasil sudah bagus. otal waktu iTUG
diperoleh meningkat secara signifikan setelah 6 minggu
pelatihan pada kelompok intervensi (17,2 detik
versus 15,8 detik, p=0,02). Transisi berbalik-ke-
duduk meningkat pada kelompok intervensi
hampir satu detik (p=0,02), sedangkan transisi
duduk-ke-berdiri atau durasi berbalik tidak
membaik. Namun, waktu langkah sebelum
berbalik menurun secara signifikan pada
kelompok intervensi (0,7 detik versus 0,5 detik,
p=0,02).
5 Interpretasi hasil Hasil sudah tepat. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa keseimbangan dinamis
lansia yang dilembagakan meningkat dengan
pelatihan dengan BioRescue. Ini adalah alat
olahraga alternatif yang menyenangkan, sangat
cocok untuk populasi ini.
6 Dampak dari penelitian Dengan melihat temuan pada penelitian ini,
penulis artikel menganjurkan untuk menggunakan
latihan cognitive-motor dual task training with
the biorescue karena dapat meningkatkan
keseimbangan pada lansia dengan gangguan
kognitif.

Kesimpulan:
Berdasarkan 6 poin penilaian kritis artikel diatas, maka artikel tersebut akan
diikutkan untuk dilakukan review oleh penulis dalam penelitian.
Judul Artikel Effects of turning and cognitive training in fall prevention with
dual task training in elderly with balance impairment
Penulis Komal Khan, Misbah Ghous, Arshad Nawaz Malik, Mian Imran
Amjad, Iqbal Tariq/2018
Desain Penelitian randomized controlled trial
Kode Artikel 05

No Pertanyaan Hasil
1 Poin kunci/poin utama Hasil dari penelitian menunjukan bahwa
hasil penelitian peningkatan yang signifikan dilaporkan dalam uji
BBS dan TUG (p <0,05). Ketika uji T sampel
independen digunakan setelah akhir intervensi
pada kedua kelompok, tidak ada perbedaan
signifikan yang dicatat pada FRT dan 10MWT
dengan (p> 0,05) pada kedua kelompok.
2 Keterbatasan penelitian Penulis artikel tidak menulis keterbatasan
penelitian. Namun, disini penulis menemukan
keterbatasan dalam artikel yaitu, waktu penelitian
yang singkat. Penelitian dengan waktu yang lebih
lama bisa dilakukan untuk penelitian selanjutnya.
3 Kesesuaian metode yang Metode yang dipakai sudah sesuai. terintegrasi 40
digunakan untuk menguji orang dewasa dengan usia rata-rata 63.0+12.0,
hipotesis awal dari kedua jenis kelamin, mampu berdiri dan
berjalan dengan dan tanpa menggunakan alat
bantu, tidak memiliki gangguan neurologis
lainnya adalah bagian dari penelitian. Protokol
intervensi adalah 6 minggu dengan 30-45 menit
pelatihan keseimbangan dasar: pelatihan memutar
& kognitif (TCT, n=20) dan Pelatihan tugas
ganda (DTT, n=20). Demografi dicatat dan alat
penilaian standar termasuk skala keseimbangan
Berg (BBS), tes Timed Get up and Go (TUG), tes
berjalan 10 meter dan tes jangkauan Fungsional
(FRT). Pengukuran diperoleh pada tingkat awal
dan pasca-intervensi. SPSS 21 digunakan untuk
analisis data.
4 Kualitas hasil yang Kualitas hasil sudah bagus. Peningkatan
diperoleh signifikan ditemukan pada uji BBS dan TUG
(p<0,05). Ketika uji T sampel independen
digunakan setelah akhir intervensi pada kedua
kelompok, tidak ada perbedaan signifikan yang
dicatat pada FRT dan 10MWT dengan (p>0,05)
pada kedua kelompok.
5 Interpretasi hasil Hasil sudah tepat. Para peserta dalam penelitian
ini menunjukkan peningkatan yang signifikan
dalam semua tindakan. Tes bangun dan pergi
berwaktu adalah alat yang digeneralisasikan
secara klinis untuk menilai mobilitas ekstremitas
bawah dan risiko jatuh. Variasi pada pasien
diamati selama TUG pada awal yaitu penurunan
panjang langkah, lebih banyak waktu yang
diambil selama duduk-berdiri, dukungan ganda
dalam gaya berjalan, berputar dan penggunaan
tangan, tetapi setelah pelatihan peserta dalam
kelompok dual taks meningkat secara signifikan.
6 Dampak dari penelitian Dengan melihat temuan pada penelitian ini,
penulis artikel menganjurkan untuk menggunakan
latihan dual task motorik-kognitif karena dapat
meningkatkan keseimbangan pada lansia dengan
gangguan kognitif serta menurunkan resiko jatuh
pada lansia.

Kesimpulan:
Berdasarkan 6 poin penilaian kritis artikel diatas, maka artikel tersebut akan
diikutkan untuk dilakukan review oleh penulis dalam penelitian.
Judul Artikel Effect of Interactive Cognitive Motor Training on Gait and
Balance among Older Adults: A Randomized Controlled Trial
Penulis Ching-Chiu Kao, RN, Huei-Ling Chiu, PhD, RN, Doresses Liu,
PhD, RN, Pi-Tuan Chan, RN, Ing-Jy Tseng, MS, RN, Ruey
Chen, MS, RN, Shu-Fen Niu, PhD, RN, Kuei-Ru Chou, PhD,
RN/2018
Desain Penelitian A double-blind randomized control trial.
Kode Artikel 06

No Pertanyaan Hasil
1 Poin kunci/poin utama Hasil utama adalah kinerja gaya berjalan, yang
hasil penelitian diukur menggunakan iWALK yang
dikembangkan oleh APDM’s Mobility Lab
(APDM, Inc., Portland, OR, USA) sebagai
indikator objektif dan Functional Gait Assessment
sebagai indikator subjektif. Hasil sekunder adalah
kinerja keseimbangan, yang diukur menggunakan
iSWAY yang dikembangkan oleh Lab Mobilitas
APDM.
2 Keterbatasan penelitian Terdapat keterbatasan dalam penelitian adalah
kurangnya pelatihan yang mempromosikan
keterampilan motorik tubuh bagian atas dan
pengukuran untuk keterampilan ini.
3 Kesesuaian metode yang Metode yang dipakai sudah sesuai. Peserta
digunakan untuk menguji penelitian adalah orang dewasa yang lebih tua
hipotesis awal dengan gangguan kognitif, dan mereka secara
acak dialokasikan ke kelompok eksperimen atau
kelompok kontrol aktif. Pada kedua kelompok,
orang dewasa yang lebih tua berpartisipasi dalam
tiga sesi pelatihan 30 menit per minggu selama
total 8 minggu, dengan jumlah total sesi pelatihan
menjadi 24. Hasil utama adalah kinerja gaya
berjalan, yang diukur dengan menggunakan
indikator objektif dan subjektif. iWALK
digunakan sebagai indikator objektif untuk
mengukur kecepatan dan stabilitas dinamis;
Fungsional Gait Assessment digunakan sebagai
indikator subjektif. Hasil sekunder adalah kinerja
keseimbangan, yang diukur menggunakan
iSWAY. Persamaan estimasi umum digunakan
untuk mengidentifikasi apakah hasil dari kedua
kelompok berbeda setelah menerima tindakan
intervensi yang berbeda; hasil yang didapat
dari posttest langsung hingga jangka panjang.
4 Kualitas hasil yang Kualitas hasil sudah bagus. Panjang langkah
diperoleh dalam kategori langkah dari kelompok
eksperimen meningkat secara langsung posttest (p
= 0,01), follow-up 3 bulan (p = 0,01), dan follow-
up 6 bulan (p = 0,04). Rentang gerak kaki
menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam
posttest langsung (p = 0,04) dan tindak lanjut 3
bulan (p = 0,04). Itu Hasil Penilaian Gaya
Fungsional menunjukkan bahwa peningkatan
yang signifikan secara statistik diamati dalam
posttest langsung (p = 0,02) dan tindak lanjut 12
bulan (p = 0,01). Hasil keseimbangan kinerja
menunjukkan bahwa kelompok eksperimen
mencapai peningkatan yang signifikan secara
statistik dalam centroid frekuensi dalam posttest
langsung (p = 0,02).
5 Interpretasi hasil Hasil sudah tepat. Hasil penelitian divalidasi
bahwa 24 sesi pelatihan motorik kognitif
interaktif Intervensi secara signifikan
meningkatkan gaya berjalan dan keseimbangan.
Penelitian selanjutnya harus memperluas sampel
kepada masyarakat untuk mempromosikan gaya
berjalan dan menyeimbangkan orang dewasa yang
tinggal di komunitas dengan gangguan kognitif
dan mengurangi risiko jatuh mereka dan
mengembangkan penyakit terkait gaya berjalan.
6 Dampak dari penelitian Dengan melihat temuan pada penelitian ini,
penulis artikel menganjurkan untuk menggunakan
latihan Interactive Cognitive Motor Training
karena dapat meningkatkan keseimbangan pada
lansia dengan gangguan kognitif serta
menurunkan resiko jatuh pada lansia.

Kesimpulan:
Berdasarkan 6 poin penilaian kritis artikel diatas, maka artikel tersebut akan
diikutkan untuk dilakukan review oleh penulis dalam penelitian.
Judul Artikel Cognitive and motor dual task gait training exerted specific
training effects on dual task gait performance in individuals with
Parkinson’s disease: A randomized controlled pilot study
Penulis Yea-Ru Yang, Shih-Jung Cheng, Yu-Ju Lee, Yan-Ci Liu, Ray-
Yau Wang/2019
Desain Penelitian A randomized controlled pilot study
Kode Artikel 07

No Pertanyaan Hasil
1 Poin kunci/poin utama Hasilnya menunjukkan penurunan waktu
hasil penelitian dukungan ganda selama berjalan dual task
kognitif setelah CDTT (-17,1 ± 10,3%) secara
signifikan lebih dari MDTT (6,3 ± 25,6%, p =
0,006) dan pelatihan kontrol (-5,6 ± 7,8%, p =
0,041). Variabilitas waktu langkah selama motor
dual task walking menurun lebih banyak setelah
MDTT (-16,3±32,3%) dibandingkan CDTT
(38,6±24,0%, p = 0,015) dan pelatihan kontrol
(36,8±36,4%, p = 0,041). CDTT juga
meningkatkan performa motor dual task walking
terutama pada kecepatan gait (13,8±10,71%, p =
0,046) panjang langkah (10,5±6,6%, p = 0,046),
dan double support time (-8.0±2,0%, p = .028).
2 Keterbatasan penelitian Terdapat keterbatasan dalam penelitian adalah
ukuran sampel yang kecil dan varians yang besar.
dan dengan demikian hasilnya harus dianggap
sebagai pendahuluan dan sebagian besar
deskriptif.
3 Kesesuaian metode yang Metode yang dipakai sudah sesuai. Delapan belas
digunakan untuk menguji peserta PD (n = 6 per kelompok pelatihan)
hipotesis awal ditugaskan untuk pelatihan gaya berjalan tugas
ganda kognitif (CDTT), pelatihan gaya berjalan
tugas ganda motorik (MDTT), atau kelompok
pelatihan gaya berjalan umum (kontrol) secara
acak. Pelatihan berlangsung selama 30 menit
setiap sesi, 3 sesi per minggu selama 4 minggu.
4 Kualitas hasil yang Kualitas hasil sedikit kurang bagus. Dalam
diperoleh penilaian pra-intervensi dari penelitian ini, peserta
(n = 6 per kelompok pelatihan) menunjukkan
lebih banyak penurunan dalam kecepatan dan
irama berjalan, dan peningkatan waktu dukungan
ganda dan variabilitas waktu langkah selama
berjalan tugas ganda kognitif daripada berjalan
tugas ganda motorik (hal. <0,01). Selanjutnya,
kecepatan biaya tugas ganda selama berjalan
tugas ganda kognitif (30.09 ± 16.91%) lebih
tinggi daripada saat berjalan tugas ganda motorik
(13.19 ± 7.29%; p <0,001).
5 Interpretasi hasil Sudah tepat. Berdasarkan temuan penelitian,
disimpulkan bahwa Hasil awal kami
menunjukkan bahwa 12 sesi pelatihan gaya
berjalan tugas ganda kognitif menurunkan waktu
dukungan ganda selama berjalan tugas ganda
kognitif, dan pelatihan gaya berjalan tugas ganda
motorik mengurangi variabilitas gaya berjalan
selama tugas ganda motorik berjalan pada orang
dengan PD. Selain itu, pelatihan gaya berjalan
tugas ganda meningkatkan kecepatan, panjang
langkah, dan waktu dukungan ganda di bawah
tugas ganda motorik berjalan dan berjalan
tunggal.
6 Dampak dari penelitian Dengan melihat temuan pada penelitian ini,
penulis artikel menganjurkan untuk menggunakan
kedua teknik.

Kesimpulan:
Berdasarkan 6 poin penilaian kritis artikel diatas, maka artikel tersebut akan
diikutkan untuk dilakukan review oleh penulis dalam penelitian.
Judul Artikel A randomized controlled trial protocol to test the efficacy of a
dual-task multicomponent exercise program in the attenuation of
frailty in long-term nursing home residents: Aging ON DUAL
TASK study
Penulis Chloe Rezola-Pardo, Haritz Arrieta, Susana Maria Gil, Jose
Javier Yanguas, Miren Iturburu, Jon Irazusta, Begoña Sanz and
Ana Rodriguez-Larrad/2019
Desain Penelitian A randomized controlled trial
Kode Artikel 08

No Pertanyaan Hasil
1 Poin kunci/poin utama Ukuran hasil utama adalah kecepatan berjalan
hasil penelitian dalam kondisi dual taks dan hasil sekunder akan
mencakup pengukuran kebugaran fisik, parameter
spasiotemporal gaya berjalan, penilaian kognisi
dan emosional, beberapa skala kelemahan dan
aktivitas fisik yang diukur secara obyektif.
2 Keterbatasan penelitian Kriteria inklusi yang dipilih menghalangi
sebagian besar penghuni panti jompo jangka
panjang, karena penulis artikel akan memasukkan
subjek dengan ketergantungan ringan hingga
sedang sementara profil umum dalam jenis
institusi ini sangat bergantung. Akibatnya, penulis
artikel mungkin mengalami kesulitan dalam
mencapai ukuran sampel yang diinginkan.
Namun, banyaknya kesepakatan yang dibuat
dengan institusi perawatan jangka panjang akan
memfasilitasi perekrutan subyek yang cukup.
3 Kesesuaian metode yang Metode yang dipakai sudah tepat. Uji coba
digunakan untuk menguji terkontrol acak multisenter ini akan mencakup
hipotesis awal 188 peserta yang akan dialokasikan secara acak
ke program latihan multikomponen atau ke
program multikomponen yang sama dengan
pelatihan kognitif simultan (pelatihan tugas
ganda). Kriteria inklusi adalah sebagai berikut: ≥
70 tahun, ≥ 50 di Indeks Barthel, ≥ 20 di Mini
Examen Cognoscitivo (MEC-35) yang mampu
berdiri dan berjalan mandiri selama 10 m. Subjek
dalam kelompok multikomponen akan mengikuti
program latihan multikomponen dua kali
seminggu dengan durasi 1 jam per sesi, yang
terdiri dari latihan kekuatan dan keseimbangan.
Peserta dalam kelompok tugas ganda akan
melakukan program latihan multikomponen yang
sama dengan tugas kognitif yang disesuaikan
secara individual secara bersamaan. Penilaian
studi akan dilakukan pada awal dan pada 3 bulan.
4 Kualitas hasil yang Kualitas hasil sudah bagus. Ukuran hasil utama
diperoleh adalah kecepatan berjalan dalam kondisi tugas
ganda. Jarak yang akan ditempuh adalah 9 m pada
permukaan licin yang tidak licin dengan titik awal
dan akhir yang ditandai di lantai dengan selotip.
Tugas kognitif yang akan dilakukan sebelumnya
akan dijelaskan kepada peserta. Langsung setelah
penjelasan, peserta akan diajak berjalan dengan
nyaman kecepatan pada garis lurus sambil
melakukan tugas kognitif. Waktu untuk
melakukan tes akan diukur mengikuti prosedur
yang dijelaskan oleh Bohannon.
Kecepatan berjalan kemudian akan dihitung
membagi jarak yang ditempuh (dalam meter)
dengan waktu yang digunakan (dalam detik).
5 Interpretasi hasil Sudah tepat. Berdasarkan temuan penelitian,
disimpulkan bahwa peneliti melakukan studi
percontohan untuk memastikan apakah
multikomponen dan program tugas ganda
menghasilkan adaptasi pelatihan yang serupa, di
mana peneliti berhasil mengamati peningkatan
fisik yang signifikan pada kedua kelompok.
Kekuatan metodologis dari penelitian ini
termasuk fakta bahwa program tugas ganda di sini
didasarkan pada protokol latihan fisik yang
diterbitkan sebelumnya.
6 Dampak dari penelitian Dengan melihat temuan pada penelitian ini,
penulis artikel menganjurkan untuk menggunakan
latihan dual task karena dapat meningkatkan
keseimbangan pada lansia dengan gangguan
kognitif.

Kesimpulan:
Berdasarkan 6 poin penilaian kritis artikel diatas, maka artikel tersebut akan
diikutkan untuk dilakukan review oleh penulis dalam penelitian.
Judul Artikel Cognitive and motor dual task gait training improve dual task
gait performance after stroke - A randomized controlled pilot
trial
Penulis Yan-Ci Liu, Yea-Ru Yang, Yun-An Tsai & Ray-Yau
Wang/2017
Desain Penelitian A randomized controlled pilot trial
Kode Artikel 09

No Pertanyaan Hasil
1 Poin kunci/poin utama Tampaknya CDTT meningkatkan kinerja kiprah
hasil penelitian dual taks kognitif dan MDTT meningkatkan
kinerja motor dual task gait meskipun perbaikan
tersebut tidak mencapai perbedaan kelompok
yang signifikan.
2 Keterbatasan penelitian Ada beberapa keterbatasan dalam penelitian ini.
Pertama, ukuran sampel relatif kecil. Kedua,
dalam studi saat ini, terapis tidak buta terhadap
tugas kelompok. Ketiga, periode intervensi
singkat selama 4 minggu dalam penelitian ini juga
harus diperhatikan.
3 Kesesuaian metode yang Metode yang dipakai sudah tepat. Peserta (n = 28)
digunakan untuk menguji secara acak ditugaskan untuk pelatihan gaya
hipotesis awal berjalan tugas ganda kognitif (CDTT), pelatihan
gaya berjalan tugas ganda motorik (MDTT), atau
kelompok terapi fisik konvensional (CPT).
Peserta dalam kelompok CDTT atau MDTT
mempraktikkan tugas kognitif atau motorik
masing-masing selama berjalan. Peserta
kelompok CPT mendapat latihan penguatan,
keseimbangan, dan gaya berjalan, intervensi 30
menit / sesi, 3 sesi / minggu selama 4 minggu,
tiga kondisi tes untuk mengevaluasi efek latihan
adalah berjalan sendiri, berjalan sambil
melakukan tugas kognitif (pengurangan serial),
dan berjalan sambil melakukan tugas motorik
(tray -membawa).
4 Kualitas hasil yang Kualitas hasil sudah bagus. Parameternya
diperoleh termasuk kecepatan berjalan, biaya tugas ganda
dari kecepatan berjalan (kecepatan DTC), irama,
waktu langkah, dan panjang langkah. kinerja gaya
berjalan tugas ganda kognitif-motorik (panjang
langkah dan kecepatan DTC) meningkat (p =
0,021; p = 0,015). Setelah MDTT, kinerja kiprah
tugas ganda motorik (kecepatan gait, panjang
langkah, dan kecepatan DTC) ditingkatkan (p =
0,008; p = 0,008; p = 0,008 masing-masing).
5 Interpretasi hasil Sudah tepat. Berdasarkan temuan penelitian,
disimpulkan bahwa CDTT dapat meningkatkan
kinerja gaya berjalan tugas ganda kognitif dan
MDTT dapat meningkatkan kinerja gaya berjalan
tugas ganda motorik berdasarkan beberapa
perbedaan intra-grup yang signifikan. Selain itu,
protokol pelatihan gaya berjalan tugas ganda ini
dapat dengan mudah diterapkan sebagai bagian
dari terapi rehabilitasi stroke.
6 Dampak dari penelitian Dengan melihat temuan pada penelitian ini,
penulis artikel menganjurkan untuk menggunakan
latihan Cognitive and motor dual task gait
training karena dapat meningkatkan
keseimbangan pada lansia dengan gangguan
kognitif.

Kesimpulan:
Berdasarkan 6 poin penilaian kritis artikel diatas, maka artikel tersebut akan
diikutkan untuk dilakukan review oleh penulis dalam penelitian.
Judul Artikel Dual-Task Training on a Treadmill to Improve Gait and
Cognitive Function in Elderly Idiopathic Fallers
Penulis Moran Dorfman, MPT, Talia Herman, MPT, Marina Brozgol,
PT, Shirley Shema, PT, Aner Weiss, MSc, Jeffrey M. Hausdorff,
PhD, and Anat Mirelman, PhD /2014
Desain Penelitian A repeated measures
Kode Artikel 10

No Pertanyaan Hasil
1 Poin kunci/poin utama Peningkatan diamati pada Berg Balance Scale (P
hasil penelitian = 0,02), Dynamic Gait Index (P = 0,03),
kecepatan berjalan selama berjalan biasa dan saat
DT (P <0,05), dan kinerja kognitif yang diukur
dengan Trails Making Test B (P = 0,02).
Selanjutnya, kualitas hidup meningkat (SF-36:
P=0,01) seperti halnya aktivitas fisik (Skala
Aktivitas Fisik untuk Lansia: P = 0,02). Pada 1
bulan pasca intervensi, perubahan tidak
signifikan.
2 Keterbatasan penelitian Ada beberapa keterbatasan dari penelitian ini
adalah kurangnya kelompok kontrol untuk
mengevaluasi manfaat pelatihan treadmill saat
melakukan DT dibandingkan dengan pelatihan
treadmill itu sendiri dan ukuran sampel yang
kecil.
3 Kesesuaian metode yang Metode yang dipakai sudah tepat. Desain
digunakan untuk menguji pengukuran berulang digunakan untuk
hipotesis awal mengevaluasi efek pelatihan pada 10 penebang
lanjut usia (usia rata-rata, 78,1 ± 5,81 tahun, 7
wanita). Sesi pelatihan intensif progresif termasuk
berjalan di atas treadmill sambil berlatih berbagai
tugas ganda 3 kali seminggu selama lebih dari 6
minggu. Pengukuran kognitif dan motorik
digunakan untuk menilai efek intervensi segera
setelah pelatihan dan 1 bulan pasca pelatihan.
4 Kualitas hasil yang Kualitas hasil sudah bagus.
diperoleh Penilaian Motorik dan Keseimbangan
Kecepatan gait selama berjalan biasa meningkat
17,1% (P = 0,04) dan 16,7% selama DT berjalan
(P = 0,05). Perubahan ini semua di atas MDC.
Panjang langkah selama berjalan biasa meningkat
sebesar 8,95% setelah pelatihan (P = 0,05) dan
sebesar 9,29% selama DT (P = 0,04). Variabilitas
waktu langkah selama berjalan biasa menurun
(meningkat) sebesar 51,8% (P = 0,02) tetapi tidak
berubah selama DT (P = 0,95). Perubahan 13,2%
diamati pada 6MWT setelah pelatihan (rata-rata
55 m; P = 0,09), dan peningkatan diamati pada
BBS dan DGI (P = 0,02, P = 0,03, masing-
masing) tetapi tidak dalam waktu untuk
menyelesaikan TUG (P = 0,26). Pada follow-up 1
bulan, efek pelatihan masih terlihat; namun, ini
tidak signifikan (P > 0,05)
Langkah-langkah kognitif
Waktu untuk menyelesaikan Jalur TMT B
meningkat (menurun) sebesar 12,7% (P = 0,02).
Jumlah pengurangan meningkat sebesar 21,2%
saat duduk (tugas tunggal) (P = 0,03) dan sebesar
20,6% saat berjalan (DT) (P = 0,02). Kefasihan
verbal tidak meningkat dalam menanggapi
pelatihan. Skor pada tes kognitif umumnya lebih
tinggi pada tindak lanjut daripada pada awal;
namun, perubahan ini tidak signifikan.
5 Interpretasi hasil Jenis intervensi ini tampaknya memiliki beberapa
efek menguntungkan pada gaya berjalan,
keseimbangan, dan fungsi kognitif. Namun, untuk
mempertahankan keuntungan ini, mungkin perlu
untuk memperpanjang latihan untuk durasi yang
lebih lama. Program pelatihan pemeliharaan dapat
mempertahankan keuntungan dari intervensi
intensif ini dan dengan demikian mengurangi
risiko jatuh.
6 Dampak dari penelitian Pelatihan semacam ini bisa menjadi pilihan yang
layak sebagai bagian dari mobilitas dan program
pencegahan jatuh dan dapat menjadi pendekatan
yang mudah diakses oleh terapis untuk mencapai
peningkatan fungsional dan kognitif.

Kesimpulan:
Berdasarkan 6 poin penilaian kritis artikel diatas, maka artikel tersebut akan
diikutkan untuk dilakukan review oleh penulis dalam penelitian.

Anda mungkin juga menyukai