Anda di halaman 1dari 7

TELAAH ARTIKEL JURNAL BENCANA

Disusun guna memenuhi tugas Keperawatan Matra III


Dosen pengampu: Desak Nyoman Sithi, S.Kp., MARS., Ph.D

Disusun Oleh:
Indah Sari 1710711001
Mentari Elisabeth Tinambunan 1710711002
Sitti Latifah Faradiba S. 1710711003
Shafiyyah Al Atsariyah 1710711004
Mujahidatul Hasanah 1710711005

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
2020
Judul
Lokasi Jumlah Karakter Desain Variabel
(Author dan Hasil Penelitian
Penelitian Sampel Sampel Penelitian X
tahun)
Kesiapsiagaa Lempuing 50 Responder Deskriptif Kesiapsiag Kesiapsiagaan
n Masyarakat , Kota responde dengan dengan aan masyarakat
Lempuing Bengkulu n pemukima metode bencana menghadapi dampak
Menghadapi n kuantitatif
bencana di Wilayah
Bencana penduduk
Gempa Bumi sekitar 2 Lempuing kota
(Utama & meter Bengkulu sebanyak
Delfina, yang 66 % tidak siap
2019) memiliki menghadapi bencana
dampak gempa bumi.
getaran
gempa
sangat
hebat saat
terjadi
gempa
bumi

Kesimpulan dan Saran


Berdasarkan hasil yang didapat 100% responden mengetahui pengertian bencana gempa bumi
adalah peristiwa bergetarnya bumi akobat pergerseran lempeng tektonik, namun terdapat
22% responden mengetahui pengertian bencana adalah bergetarnya bumi akibat gunung
meletus dan secara umum masyarakat sudah memahami ciri-ciri bangunan/rumah yang tahan
gempa dengan jawaban pondasi tertanam cukup dalam, bagian-bagian bangunan seperti
pondasi, tiang, balok, kuda-kuda yang terbuat dari bata/beton/kayu tersambung dengan kuat
sebanyak 80%. Kesiapsiagaan responden sebagian besar responden (66%) dengan kategori
kurang siap dalam menghadapi bencana gempa bumi. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan
yang disampaikan Thomas (2015), bahwa pengetahuan responden mengenai bencana
berhubungan dengan tingkat kesiapannya menghadapi bencana. Hal ini juga sesuai dengan
penelitian yang dilakukan Chan (2012), menunjukkan pengaruh paling besar dalam
perhitungan tingkat kesiapsiagaan keluarga perdesaan dengan tingkat pengetahuan yang baik
meningkatkan indeks kesiapsiagaan keluarga. Peningkatan pemahaman mengenai
kebencanaan dapat dilakukan melalui kegiatan sosialisasi yang dapat mengedukasi dengan
tujuan dapat mengurangi risiko terjadi bencana di suatu wilayah.
DAFTAR PUSTAKA
Utama, T. A., & Delfina, R. (2019). Kesiapsiagaan Masyarakat Lempuing Menghadapi
Bencana Gempa Bumi.
Judul
Lokasi Jumlah Karakter Desain Variabel
(Author dan Hasil Penelitian
Penelitian Sampel Sampel Penelitian X
tahun)
Edukasi Selo, Tidak Siswa- Cross Edukasi Hasil penelitian
Sadar Kabupate disebutka siswi SDN Sectional Sadar menunjukkan bahwa
Bencana n Boyolali n Jrakah Bencana tingkat pengetahuan
Melalui yang
siswa tentang
Sosialisasi terletak di
Kebencanaan Kelurahan mitigasi bencana
Sebagai Jrakah, masih perlu
Upaya Kecamata ditingkatkan lagi.
Peningkatan n
Pengetahuan Selo,
Siswa Kabupaten
Terhadap Boyolali
Mitigasi
Bencana
(Pahleviannu
r, 2019)

Kesimpulan dan Saran


Mengingat Indonesia memiliki tingkat kerawanan tinggi terhadap bencana dan kondisi
kesiapsiagaan masih tergolong rendah, maka upaya untuk meningkatkan pengetahuan
kebencanaan harus diberikan sejak dini. Sesuai dengan Undangundang Nomor 24 Tahun
2007 tentang Penanggulangan Bencana, anak-anak dikelompokkan dalam kategori rentan.
Prioritas pengurangan risiko bencana perlu diimplementasikan ke dalam sektor pendidikan
dengan tujuan untuk mewujudkan generasi tangguh bencana. Peningkatan pemahaman
mengenai kebencanaan dapat dilakukan melalui kegiatan sosialisasi yang dapat mengedukasi
dengan tujuan dapat mengurangi risiko terjadi bencana di suatu wilayah.

DAFTAR PUSTAKA
Pahleviannur, M. R. (2019). Edukasi Sadar Bencana Melalui Sosialisasi Kebencanaan
Sebagai Upaya Peningkatan Pengetahuan Siswa Terhadap Mitigasi Bencana. Jurnal
Pendidikan Ilmu Sosial, 29(1), 49–55. https://doi.org/10.23917/jpis.v29i1.8203

Judul
Lokasi Jumlah Karakte Desain Variabel
(Author Hasil Penelitian
Penelitian Sampel r Sampel Penelitian X
dan tahun)
Faktor- Warga 48 Warga Penelitian 1. tingkat Hasil uji korelasi
Faktor masyarakat responde yang kuantitatif penget menggunakan
Yang Desa n terkena analitik ahuan koefisien
Mempengar Sampang dampak observasion warga kontingensi
uhi Tingkat Kecamatan langsung al. masyar menunjukkan bahwa
Pengetahua Sempor bencana akat ada hubungan antara
n Kabupaten tanah tentang umur (p=0.001),
Masyarakat Kebumen. longsor mitigas pendidikan
dalam di desa i (p=0.008) dan
Mitigasi sampang bencan pekerjaan (p=0.000)
Bencana kecamata a alam terhadap tingkat
Alam Tanah n sempor tanah pengetahuan.
Longsor kabupate longsor
(Suwaryo & n 2. Dukunga
Yuwono, kebumen n
2017) . kesiapsia
-gaan.

Kesimpulan dan Saran


Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang Faktor-faktor yang mempengaruhi
tingkat pengetahuan warga masyarakat tentang mitigasi bencana alam tanah longsor di Desa
Sampang, Kecamatan Sempor, Kabupaten Kebumen didapatkan kesimpulan bahwa umur
responden sebagian besar berada pada 26-35 tahun, jenis kelamin lebih banyak perempuan,
pendidikan sebagian besar lulus SMP, pekerjaan sebagian besar petani, tingkat pengetahuan
warga masyarakat tentang mitigasi bencana alam tanah longsor di Desa Sampang dalam
kategori baik dan umur merupakan faktor paling dominan yang memiliki pengaruh terhadap
tingkat pengetahuan warga masyarakat tentang mitigasi bencana alam tanah longsor di Desa
Sampang Kecamatan Sempor Kabupaten Kebumen.
Adapun saran berdasarkan hasil penelitian adalah memberikan informasi terkait mitigasi
bencana dan peran warga masyarakat dalam proses tersebut, sehingga bisa mencegah,
menghindari dan mengurangi jumlah korban jiwa ketika bencana terjadi. Selain itu, sebagai
bahan referensi dan tambahan informasi tentang komponen yang berperan dalam proses pra
bencana yaitu khususnya mitigasi, dimana sebelum melakukan aksi nyata atau merealisasikan
alangkah lebih baik diberikan sosialisasi dan pengetahuan kepada warga masyarakat,
sehingga target pada tahap pra bencana bisa tercapai.
DAFTAR PUSTAKA
Suwaryo, P. A. W., & Yuwono, P. (2017). Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
pengetahuan masyarakat dalam mitigasi bencana alam tanah longsor. Urecol 6th, 305–
314.

Judul
Lokasi Jumlah Karakter Desain Variabel
(Author Hasil Penelitian
Penelitian Sampel Sampel Penelitian X
dan tahun)
Hubungan Dusun N = 45 Warga Cross Penggunaa Hasil Fisher exact
Penggunaan Waimuli (total desa yang Sectional n alat test menunjukkan p-
Alat Waikiku sampling) bekerja penyelam value = 0,017;
Penyelam Desa sebagai tradisional sehingga
Tradisional Negeri penyelam disimpulkan bahwa
dengan Lima, ada hubungan antara
Kejadian Maluku penggunaan
Barotrauma kompresor dengan
(Achmad et kejadian barotrauma
al., 2016) pada penyelam.

Kesimpulan dan Saran


Berdasarkan hasil penelitian dapat di tarik kesimpulan bahwa kejadian barotrauma pada
penyelam tradisional di Dusun Waimuli Waikiku Desa Negeri Lima, Maluku berhubungan
dengan penggunaan alat pelindung yaitu kompresor dan kacamata. Hal ini menunjukkan
bahwa penyelaman tanpa alat yang memadai seperti kompresor meningkatkan resiko
terjadinya barotrauma telinga.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, I., Soulisa, J., & Latuconsina, L. (2016). Hubungan Pengunaan Alat Penyelam
Tradisional Dengan Kejadian Barotrauma. Global Health Science, 1(1), 13–23.

Judul
Lokasi Jumlah Karakter Desain Variabel
(Author dan Hasil Penelitian
Penelitian Sampel Sampel Penelitian X
tahun)
Hubungan Kecamata N = 78 penyelam Desain 1.Frekuens Didapatkan bahwa
Frekuensi n yang peneletian i lama menyelam,
Penyelaman, Balaesang masih observasio penyela sakit pilek,
Lama Tanjung aktif, lebih nal man kebiasaan merokok
Menyelam, Kabupate diutamaka analitik, 2.Lama dengan nilai p >
Pilek, nDonggal n pada dengan menyela 0,05, sehingga
Dan a Propinsi penyelam studi m hipotesis penelitian
Merokok, Sulawesi pemula, cross- 3.Pilek tidak terbukti, dan
Terhadap Tengah usia sectional dan disimpulkan tidak
Kejadian minimal ditunjang merokok ada pengaruh dari
Barotrauma 16 tahun, dengan ketiga faktor tersebut
Telinga dan penelitian dengan kejadian
Tengah bersedia kualitatif, barotrauma telinga
Penyelam menjadi melalui tengah, sedangkan
Tradisional responden indepth untuk frekuensi
(Ishak interview penyelaman
Martinus , diperoleh nilai p-
Suharyo value = 0,012 (p <
Hadisaputro, 0,05) dengan tingkat
Munasik) kemaknaan ∝ =
(2018) 0,05. Maka dapat
disimpulkan bahwa
hipotesis penelitian
terbukti, artinya
secara statistik ada
hubungan frekuensi
penyelaman dengan
kejadian barotrauma
telinga tengah pada
penyelam
tradisional.

Kesimpulan dan Saran


Dari penelitian ini dapat kita ketahui bahwa faktor yang berpengaruh terhadap kejadian
Barotrauma telinga tengah adalah frekuensi penyelaman ≥ 4 hari/minggu, karena semakin
sering seorang penyelam menyelam akan lebih sering terjadi trauma tekanan berulang pada
telinga tengah dan dalam, tuba eustachius akan tertekan sehingga menyebabkan penciutan
tuba eustachius dan organ keseimbangan pada telinga dalam, mengalami pembengkakan
jaringan dan penyumbatan pada tuba eusthacius. Jika tuba eusthacius tersumbat maka tekanan
di dalam telinga tengah berbeda dengan tekanan di luar gendang telinga, menyebabkan terjadi
perforasi gendang telinga bahkan telinga mungkin akan terlihat berdarah. Dengan
probabilitas terhadap kejadian Barotrauma telinga tengah pada penyelam tradisional sebesar
38,13%. Hal yang perlu dilakukan untuk mencegah kejadian barotrauma yaitu dengan
peningkatan pengetahuan penyelam tradisional melalui penyuluhan atau penyebarluasan
informasi mengenai faktor risiko barotrauma telinga tengah dan pelatihan teknik penyelaman
yang benar dan aman, bekerjasama dengan instansi atau organisasi dibidang penyelaman.
DAFTAR PUSTAKA
Martinus, Ishak, Suharyo Hadisaputro, and Munasik Munasik. 2020. “Hubungan Frekuensi
Penyelaman, Lama Menyelam, Pilek, Dan Merokok, Terhadap Kejadian Barotrauma
Telinga Tengah Penyelam Tradisional.” Care : Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan 8(1):127.

Anda mungkin juga menyukai