Anda di halaman 1dari 11

p-ISSN : 2721-5393, e-ISSN : 2721-5385

www.jurnalp3k.com/index.php/J-P3K/index

Jurnal Penelitian Pendidikan, Psikologi Dan Kesehatan (J-P3K) 2020, Vol. 1 (No. 3) 190-200

Hubungan Pengetahuan Dengan Tingkat Kesiapsiagaan Siswa/I SMA


N 9 Takengon Terhadap Bencana Gempa Bumi di Kecamatan Ketol
Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2017

Correlation between Knowledge and Preparedness Level of Students


of SMA N 9 Takengon Against Earthquake Disaster in Ketol District,
Central Aceh Regency in 2017
Syahferi Anwar(1)* & Rike Mahara(2)
Program Studi Ilmu Keperawatan, Universitas Haji Sumatera Utara, Indonesia

Disubmit: 13 Oktober 2020; Diproses: 14 Oktober 2020; Diaccept: 14 November 2020; Dipublish: 01 Desember 2020
*Corresponding author: E-mail: syahferia@gmail.com
Abstrak
Gempa bumi yang berkekuatan 6,2 SR melanda Kabupaten Aceh Tengah pada juli 2013 lalu meluluh lantakkan
hampir seluruh wilayah Kabupaten Aceh Tengah dan Kabupaten Bener Meriah. Kecamatan Ketol adalah wilayah
terparah yang terkena dampak gempa tersebut. Tanah longsor, rumah ambruk hingga korban jiwa yang tidak
sedikit. Setelah terjadinya musibah tersebut, pendidikan pelatihan dan simulasi menghadapi bencana belum
pernah dilakukan, namun dalam fase rehabilitasi bencana tanggap darurat hal ntersebut perlu dilakukan. apabila
suatu saat dampak bencana serupa dapat minimalisir bahkan di hindari. Penelitian ini mengunakan jenis
Deskriptif Korelasi dengan pendekatan Cross Sectional. Jumlah populasi sebanyak 95 orang. Tekhnik pengambilan
sampel menggunakan tekhnik Total Sampling sehingga jumlah sampel sebanyak 95 orang. Analisa data yang
digunakan uji spearman’s Rho. Hasil penelitian pengetahuan dengan tingkat kesiapsiagaan terhadap bencana
gempa bumi diperoleh nilai p=0,000. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang pengetahuan dengan tingkat
kesiapsiagaan siswa/I SMA N 9 Takengon terhadap bencana gempa bumi di Kecamatan Ketol Kabupaten Aceh
Tengah Tahun 2017. Sebagai Kesimpulan dan harapan peneliti kepada sekolah sekolah maupun pemerintah terkait
untuk membentuk kegiatan kesiapsiagaan demi meningkatkan pengetahuan dan kesiapsiagaan dalam menghadapi
bencana gempa bumi. Sehingga kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana dapat lebih maksimal.
Kata Kunci: Pengetahuan; Tingkat Kesiapsiagaan; Bencana; Gempa Bumi

Abstract
An earthquake measuring 6.2 on the Richter scale struck Central Aceh Regency in July 2013 and then devastated
almost the entire region of Central Aceh and Bener Meriah Regencies. Ketol Subdistrict is the worst affected area.
Landslides, collapsed houses and many casualties. Post-disaster, educational training and disaster management
simulations have never been carried out, but at the emergency response stage, rehabilitation is necessary. If one day
the impact of a similar disaster can be minimized or even avoided. This research uses descriptive correlation type with
cross sectional approach. Total population 95 people. The sampling technique used a total sampling technique so that
the number of samples was 95 people. Data analysis used the Spearman's Rho test. The results of the knowledge
research with the level of earthquake disaster preparedness obtained the value of p = 0.000. This shows that there is a
relationship between knowledge and the preparedness level of students at SMA N 9 Takengon for the earthquake
disaster in Ketol District, Central Aceh Regency in 2017. As a conclusion and the hope of researchers to schools and the
government concerned to establish preparedness activities to increase knowledge and preparedness in facing
earthquakes. So that preparedness in the face of disasters can be maximized.
Keywords: Knowledge; Preparedness Level; Disaster; Earthquake

Rekomendasi mensitasi:
Anwar, S., & Mahara, R., 2020. Hubungan
Pengetahuan Dengan Tingkat Kesiapsiagaan Siswa/I
SMA N 9 Takengon Terhadap Bencana Gempa Bumi
di Kecamatan Ketol Kabupaten Aceh Tengah Tahun
2017. Jurnal Penelitian Pendidikan, Psikologi dan
Kesehatan (J-P3K), 1(3): 19-200.

190
p-ISSN : 2721-5393, e-ISSN : 2721-5385
www.jurnalp3k.com/index.php/J-P3K/index

PENDAHULUAN gunung meletus, kebakaran hutan, dan


Negara Kesatuan Republik Indonesia tsunami.
(NKRI) secara keseluruhan berada pada Kabupaten aceh tengah merupakan
posisi rawan bencana, baik bencana wilayah yang sangat berpotensi terjadinya
geologis maupun bencana alam yang di bencana gempa bumi jika di lihat dari
akibatkan ulah manusia. Dengan posisi aspek geografis, iklim, geologis, faktor
geografis yang unik, kepulauan Indonesia keragaman sosisal, budaya dan politik.
berada pada pertemuan tiga titik lempeng Pada tahun 2013 lalu terjadi gempa bumi
tektonik raksasa (Eurasia, india Australia tektonik dengan criteria tinggi dengan
dan pasifik) dan terletak diantara benua kekuatan 6,2 skala richter di kedalaman
Australia dan samudera hindia dan pasifik 10 Km yang berpusat di kecamatan ketol
yang terdiri dari +_ 17.000 pulau yang kabupaten aceh tengah. Dalam peristiwa
sebagian besar berhadapan dengan laut tersebut menimbulkan korban meninggal
lepas dengan garis pantai lebih dari sebanyak34 orang, dan jumlah luka ringan
81.000 km. posisi geografis tersebut dan berat 450 orang.
menyebabkan Indonesia rentan terhadap Penanganan pasca gempa yang telah
letusan gunung berapi dan gempa bumi, di lakukan pada daerah tersebut sesuai
terpengaruh gelombang pasang hingga dengan amanat undang-undang dasar
tsunami serta cuaca ekstreem yang Nomor 24 Tahun 2007 tentang
berpotensi menimbulkanbanjir dan tanah penanggulangan bencana, pemerintah
longsor serta kekeringan. Berdasarkan daerah perlu mengupayakan untuk
sejarah keberencanaan yang terhimpun, melaksanakan: perencanaan
hampir semua bencana alam di dunia penanggulangan bencana, pengurangan
telah terjadi di Indonesia dan setiap faktor-faktor penyebab resiko bencana,
terjadi bencana alam, setiap kali itu pula penelitian, pendidikan dan pelatihan
kejadian tersebut menimbulkan korban penanggulangan resiko bencana ke dalam
jiwa (Hendrianto, 2012). sistem pendidikan formal dan informal
Namun kejadian awal tentang b- dan penyelenggaraan penyuluhan dan
value gempa bumi di sumatera tahun pelatihan kepada masyarakat di daerah
1964-2013 oleh madzalim pada tahun rawan bencana, serta mengalokasikan
2013 menyatakan kecenderungan anggaran penanggulangan bencana,
kejadian gempa bumi semakin meningkat pencegahan, dan pengurangan resiko
selama kin meningkat selama 49 tahun bencana (rencana aksi rehabilitasi dan
terakhir. Bahkan setelah gempa tahun rekonstruksi wilayah pasca bencana
2004 peningkatan kejadian gempa bumi gempa bumi aceh tengah dan benar
semakin tajam. meriah tahun 2013/2014) (BNPB, 2010).
Seluruh provinsi aceh merupakan Namun berdasarkan pengamatan
daerah yang rawan bencana gempa bumi. yang dilakukan oleh peneliti, ditemukan
Disamping bencana itu wilayah aceh juga bahwa masyarakat dan pemerintah
rawan terhadap bencana alam lain seperti, daerah belum melakukan penataandan
tanah lonsor, angin putting beliung, pengelolaan bencana yang baik dan benar.
Hal tersebut dapat dilihat dari struktur

191
p-ISSN : 2721-5393, e-ISSN : 2721-5385
www.jurnalp3k.com/index.php/J-P3K/index

tahan gempa (rumah, tempat berlindung) dilakukan pendidikan tentang


yang masih berada di wilayah perbukitan. managemen bencana khususnya gempa
Hal tersebut diperparah dengan tidak bumi. Baik itu penyuluhan, simulasi, dan
ditemukannya sistem peringatan dini pendidikan bencana. Hal tersebut di
seperti peta evakuasi, sirine dan dukung dengan pernyataan kepala
pendukung lainnya yang terpasang di sekolah dan wakil kepala sekolah bidang
daerah tersebut. kemahasiswaan bahwa siswa/I mulai dari
Hal tersebut sesuai dengan survey kelas X sampai kelas XII dengan jumlah
yang dilakukan oleh BNPB, BPS, dan siswa/I sebanyak 156 orang belum
UNFPA tentang pilot survey pengetahuan, mendapatkan sosialisasi pengetahuan
sikap dan perilaku kesiapsiagaan bencana baik itu dari pemerintah daerah
menghadapi bencana pada tahun 2013 melalui dinas pendidikan, BPBD, Dinas
menunjukkan bahwa tingginya social, dan tenaga kesehatan di bidang
pengetahuan responden terhadap terkait.
bencana gempa bumi tidak disertai Pernyataan tersebut menunjukkan
dengan ketersediaan peralatan atau bahwa sosialisasi dan pendidikan
fasilitas kesiapsiagaan. Hampir separuh pengetahuan kebencanaan pada daerah
dari masyarakat mengetahui akan tersebut masih minim dilakukan. Namun
terjadinya bencana alam melalui demikian, wilayah SMA N 9 Takengon
pemberitahuan melalui radio dan televisi, berada pada ruang lingkup daerah rawan
mengaktifkan sirine peringatan tsunami, bencana gempa bumi dan tanah longsor
dan peringatan dini tentang gempa bumi kabupaten aceh tengah jika di lihat dari
(BNPB, 2013). peta indeks resiko pergerakan tanah
Sebagai akibatnya, manusia sering BNPB Provinsi Aceh.
kurang peduli dan tidak melakukan Pemilihan SMA N 9 Takengon
langkah penanganan dan pencegahan sebagai target penelitian diharapkan
terhadap berbagai kemungkinan yang dapat menjadi faktor penyebaran
akan terjadi. Faktor penunjang kegiatan informasi yang efektif bagi masyarakat
pengelolaan bencana agar lebih efektif sekitarnya.
adalah dengan meningkatkan Oleh karena itu, peneliti tertarik
pengetahuan tentang bencana itu sendiri. untuk melakukan penelitian tentang
baik itu dari segi jenis, cirri, dan tanda- Hubungan Pengetahuan Dengan Tingkat
tanda dari setiap bencana itu sendiri. Kesiapsiagaan di SMA N 9 Takengon
Selain itu, harus didukung oleh system terhadap gempa bumi.
penunjang yang memadai. Mulai dari
sosialisasi, pelatihan, peningktan METODE PENELITIAN
informasi komunikasi sistem peringatan Metode yang digunakan dalam
dini dan lain-lain (Soehatman, 2010). penelitian ini adalah metode penelitian
Survey yang di lakukan pada siswa/i deskriptif dengan menggunakan studi
SMA N 9 Takengon pada tanggal 14 Cross Sectional, yang bertujuan
Januari 2017, di dapatkan keterangan dari mengetahui hubungan tentang suatu
siswa/i bahwa di sekolah tersebut belum keadaan objektif yang dilakukan dengan

192
p-ISSN : 2721-5393, e-ISSN : 2721-5385
www.jurnalp3k.com/index.php/J-P3K/index

menggunakan kuisioner yang di bagikan Menurut Aris Santjaka (2011),


kepada masing-masing responden. Populasi adalah keseluruhan subjek
Dimana pengetahuan ini adalah untuk dimana sebagian daripadanya akan di
mengetahui hubungan pengetahuan ambil untuk dilakukan pengukuran yang
dengan tingkat kesiapsiagaan SMA N 9 hasilnya akan dijadikan dasar untuk
Takengon terhadap bencana gempa bumi generalisasi. Populasi dalam penelitian ini
di Kecamatan Ketol Kabupaten Aceh adalah seluruh Siswa/i yang berada di
tengah Tahun 2017. Kelas X dan XI SMA N 9 Takengon
Selanjutnya penelitian ini juga di Sebanyak 95 responden.
desain penelitian deskriptif korelasional Responden tersebut terdiri dari 58
yaitu: untuk mengetahui hubungan responden yang berada di kelas X dan 37
pengetahuan dengan tingkat responden berada di kelas XI.
kesiapsiagaan SMA N 9 Takengon Sampel adalah sebagian dari jumlah
terhadap bencana gempa bumi di dan karakteristik yang dimiliki oleh
Kecamatan Ketol Kabupaten Aceh Tengah populasi tersebut (Sugiyono, 2010).
tahun 2017. Variabel adalah objek Menurut Aris Sandjaka (2011)
penelitian atau yang menjadi titik sampel adalah bagian populasi yang di
perhatian suatu penelitian. Penelitian ini ambil dengan cara tertentu, dimana
menggunakan dua variabel, yakni satu pengukuran dilakukan. Sampel dalam
variabel bebas (variabel independen) atau penelitian ini adalah siswa/i yang berada
variabel X dan satu Variabel terikat di Kelas X dan XI SMA N9 Takengon.
(Variabel Dependen) atau Variabel Y. Teknik pengambilan sampel dilakukan
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah dengan sampling jenuh yaitu tekhnik
pengetahuan siswa/I, sedangkan Variabel penentuan sampel bila semua anggota
terikat adalah Tingkat kesiapsiagaan populasi digunakan sebagai sampel
Siswa/i. dengan jumlah sampelnya sebanyak 95
Penelitian ini dilaksanakan di SMA N Siswa/i.
9 Takengon Kecamatan Ketol Kabupaten
Aceh Tengah, pemilihan lokasi ini
dikarenakan lokasi ini adalah lokasi
strategis untuk membahas masalah
kebencanaan. Baik itu dari segi letak
sekolah yang sangat sulit di jangkau,
ditambah lagi dengan riwayat kejadian
bencana gempa bumi yang berpusat di
daerah tersebut pada tahun 2013 silam
dan juga sangat dekat dengan salah satu
gunung berapi aktif bernama gunung api
Burni Telong yang berjarak sekitar 10 Km
dari titik lokasi sekolah. Hal ini menambah
resiko bencana gempa bumi menjadi lebih
tinggi pada lokasi yang di pilih.

193
p-ISSN : 2721-5393, e-ISSN : 2721-5385
www.jurnalp3k.com/index.php/J-P3K/index

Tabel 1. Definisi Operasional 5,2 SR yang menyebabkan 39 orang


Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Sak
Operasio Ukur ala meninggal dan 420 orang mengalami
nal Uku cidera.
r
Variabel Hasil atau Kuisioner Baik = ordi Berdasarkan latar belakang yang
Independen pengetah sebanyak 37-60 nal telah di uraikan pada bab sebelumnya,
: uan yang (12) Cuku
Pengetahau dimiliki pertanya p = peneliti tertarik untuk melakukan
n siswa/I siswa/I an 25-36 penelian tentang hubungan pengetahuan
tentang tentang dengan Kuran
bencana bencana pilihan g = dengan tingkat kesiapsiagaan siswa/I
gempa bumi gempa Sangat 12-24 Sekolah Menengah Atas Negeri 9
bumi Benar :5
Benar :4 Takengon terhadap gempa bumi di
Cukup kecamatan ketol. Penelitian telah
benar :3
Salah :2 dilaksanakan pada Sabtu, 12 Agustus 2017
Sangat
salah:1
dengan metode pengambilan data melalui
Variabel Reasksi Kuisioner Sanga Ordi lembar kuisioner yang telah di sediakan
Dependen: atau sebanyak t siap nal
Tingkat respon (30) = 51-
oleh peneliti. Hasil penelitianakan di
kesiapsiaga siswa/i pertanya 60 jelaskan lebih lanjut dengan hasil di
an bencana yang an Siap =
gempa bumi dilakukan dengan 41-50
bawah ini.
pada saat pilihan: Belu Berdasarkan penelitian yang telah di
terjadi 1. m
bencana Pernah:2 siap = lakukan mengenai hubungan pengetahuan
2.Tidak 30-40 dengan tingkat kesiapsiagaan siswa/I
Pernah :
1 terhadap gempa bumi di Sekolah
Menengah Atas Negeri 9 Takengon
HASIL DAN PEMBAHANSAN Kecamatan Ketol Kabupaten Aceh Tengah,
Penelitian ini dilaksanakan pada didapatkan karakteristik responden
Siswa/I kelas X dan XI di Sekolah penelitian yang dapat di lihat dalam data
Menengah Atas Negeri 9 Takengon demografi responden sebagai berikut :
Kecamatan Ketol Kabupaten Aceh tengah
Tabel 2. Distribusi Frekwensi Demografi Siswa/I
dengan jumlah 95 siswa/i. Sekolah Menengah Atas Negeri 9 Takengon
Lokasi penelitian ini bertempat di Data Frekwensi Persentase
Kecamatan Ketol Kabupaten Aceh Tengah Demografi %
Jenis Kelamin
yang berada pada ketinggian 1200 MDPL Laki-Laki 56 58.9
yang menempatkan tempat ini sebagai Perempuan 39 41.1
salah satu dataran tinggi di Indonesia. Total 95 100

Lokasi penelitian sekolah mengenah atas


Berdasarkan data yang di peroleh
negeri 9 takengon berada pada sekitran
data dari tabel di atas, menunjukkan
daerah perbukitan. Hal ini menyebabkan
mayoritas laki-laki sebagai sampel
tempat penelitian termasuk daerah yang
penelitian dengan jumlah 56 responden
rawan bencana gempa bumi dan tanah
(58.9%).
longsor. Pada tanggal 2 juli 2013 lalu,
daerah tersebut mengalami musibah
gempa bumi dengan kekuatan 6,2 SR dan
gempa susulan berkekuatan 4,3, 5,5, dan

194
p-ISSN : 2721-5393, e-ISSN : 2721-5385
www.jurnalp3k.com/index.php/J-P3K/index

Tabel 3. Distribusi Frekwensi Pengetahuan orang. Pengetahuan dengan kategori


Tentang Gempa Bumi
cukup dengan kesiapsiagaan siap 53
No Pengetahuan Frekwe Persentasi orang. Pengetahuan dengan kategori baik
nsi % dengan kesiapsiagaan siap 21 orang, dan
1 Baik 31 32.6
kesiapsiagaan sangat siap 10 orang.
2 Cukup 53 55,8
3 Kurang 11 11.6 Analisa data mengenai hubungan
Jumlah 95 100.0 pengetahuan dengan tingkat
kesiapsiagaan dalam penelitian ini
Berdasarkan table 3, didapatkan menggunakan uji korelasi Spearman Rho
hasil Pengetahuan terhadap gempa bumi dan didapatkan hasil P=0.000. maka
di Sekolah Menengah Atas Negeri 9 ditarik kesimpulan bahwa ada hubungan
Takengon mayoritas pada kategori Cukup yang signifikan antara pengetahuan
sebanyak 53 (55,8%) responden. dengan tingkat kesiapsiagaan siswa/I
Sekolah Menengah Atas Negeri 9
Tabel 4. Distribusi Frekwensi Kesiapsiagaan Takengon Terhadap Bencana gempa Bumi
Terhadap Gempa Bumi
di Kecamatan Ketol Kabupaten Aceh
No Pengetahuan Frekwensi Persen Tengah pada tahun 2017.
tasi% Berdasarkan hasil penelitian ini
1 Sangat Siap 11 11.6
2 Siap 74 77.9 diketahui pengetahuan berperan penting
3 Belum Siap 11 10.5 dalam meningkatkan kesiapsiagaan
Jumlah 95 100.0 terhadap bencana gempa bumi.
Berdasarkan penelitian yang telah di
lakukan di dapatkan hasil mayoritas
Berdasarkan dari hasil table
distribusi frekwensi tingkat kesiapsiagaan pengetahuan siswa/I berada pada
kategori cukup atau sebanyak 55
terhadap gempa bumi di atas
responden (57,9%).
menunjukkan mayoritas tingkat
Pengetahuan yang cukup
kesiapsiagaan siswa/I berada pada
berdasarkan mayoritas pengetahuan
kategori Siap sebanyak 74 (77.9%)
responden. tentang pernyataan kegiatan
mengantisipasi bencana, tindakan gempa
Tabel 5. Tabulasi Silang Hubungan Pengetahuan bumi saat berkendara, peralatan
dengan Tingkat Kesiapsiagaan Siswa/I Sekolah pertolongan pertama yang perlu di
Menengah Atas Negeri 9 Takengon
Kesiapsiagaan sediakan di sekolah, peralatan penerangan
Belum Siap Sangat Tot P
siap Siap al
serta alat komunikasi yang di gunakan
Penget Kurang 11 0 0 11 pada saat terjadi bencana.
ahuan Cukup 0 53 0 53 0,000 Pengetahuan siswa tentang kegiatan
Baik 0 21 10 31
Total 11 74 10 95 mengantisipasi bencana tidak didapatkan
melalui pembelajaran khusus dan formal.
Berdasarkan tabel di atas dapat Melainkan didapatkan melalui
diketahui dari 95 responden dengan pengalaman menghadapi bencana yang
kategori pengetahuan kurang dengan sebelumnya terjadi. Sama halnya dengan
kesiapsiagaan belum siap sebanyak 11 tindakan menghadapi gempa bumi pada

195
p-ISSN : 2721-5393, e-ISSN : 2721-5385
www.jurnalp3k.com/index.php/J-P3K/index

saat berkendara. Namun, lain halnya sejalan dengan hasil penelitian yang di
dengan peralatan pertolongan pertama lakukan Syafrizal (2013) tentang Tingkat
yang perlu di persiapkan di sekolah. Pengetahuan, Kesiapsiagaan Dan Partisipasi
Peralatan P3K, peta jalur evakuasi, sirine, Masyarakat Dalam Pembangunan Jalur
penyediaan sumber informasi, dan juga Evakuasi Tsunami Di Kota Padang dengan
peralatan pendukung lainnya. hasil pengetahuan masyarakat tinggi atau
Namun peneliti tidak menyertakan dengan persentase 81%.
pertanyaan yang membahas tentang Dari kedua hasil penelitian di atas
ketersediaan peralatan kesiapsiagaan sesuai dengan pendapat Mubarak (2011)
yang di butuhkan pada suatu sekolah. Tapi yang menyebutkan bahwa bahwa lokasi
tidak menutup kemungkinan pengetahuan tempat tinggal, pendidikan, pengalaman
tentang peralatan pertolongan pertama dan umur respon dan mempengaruhi hasil
didapatkan siswa/I dari sumber yang pengetahuan yang di ukur.
peneliti tidak ketahui baik itu media Pengetahuan yang cukup dapat
informasi elektronik maupun surat kabar. diartikan bahwa sebagian besar siswa/i
Sumber informasi yang di sebutkan sudah memiliki pengetahuan yang cukup
peneliti di atas sesuai dengan tentang bencana gempa bumi. Namun
pengetahuan siswa tentang alat pengetahuan belum cukup sebagai modal
penerangan dan komunikasi yang di menghadapi bencana gempa bumi tanpa
perlukan pada saat terjadi bencana. di sertai dengan kesiapsiagaan dan
Hampir seluruh siswa/I memiliki fasilitas kesiapsiagaan.
pengetahuan tentang media informasi dan Selanjutnya hasil penelitian
komunikasi tersebut. menunjukkan mayoritas responden
Dari pembahasan pengetahuan di memiliki tingkat kesiapsiagaan kategori
atas, peneliti menyimpulkan bahwa siap dengan jumlah 74 responden
siswa/I memiliki pengetahuan tentang (77,9%). Tingkat kesiapsiagaan kategori
bagaimana cara mengantisipasi bencana, siap berdasarkan mayoritas pertanyaan
apa tindakan yang di lakukan, peralatan jawaban responden pada kuisioner yang
yang di perlukan untuk pertolongan membahas tentang definisi bencana,
pertama, dan peralatan serta informasi penyebab bencana, prediksi terjadi
yang bersumber dari pengalaman pribadi bencana, riwayat bencana, tanda-tanda
maupun informasi yang bukan berasal tsunami, persiapan menghadapi bencana,
dari kegiatan-kegiatan resmi seperti bencana yang pernah di alami responden,
pelatihan dan lain-lain. Hal tersebut sesuai dukumen yang perlu di selamatkan pada
dengan pernyataan yang di sampaikan saat bencana, informasi jika situasi sudah
oleh siswa/I dan juga kepala sekolah SMA aman.
N 9 Takengon yang menyatakan belum Dalam menghadapi sebuah bencana
pernah di lakukan atau diberikan sering kali kita lalai dan bahkan pasrah
pendidikan tentang bencana pada sekolah menunggu kapan bencana itu terjadi.
tersebut. Padahal dalam menghadapi bencana kita
Hasil penelitian yang menyebutkan harus mempersiapkan segala sesuatunya
pengetahuan dalam kategori cukup untuk menghadapi setiap bencana yang

196
p-ISSN : 2721-5393, e-ISSN : 2721-5385
www.jurnalp3k.com/index.php/J-P3K/index

akan datang untuk mengurangi segala penelitian Ini didukung oleh penelitian
resiko yang di timbulkan pada setiap Ardin Widonartyas (2013) yang
bencana. Kesiapsiagaan menghadapi menjelaskan bahwa tingkat kesiapsiagaan
bencana adalah kegiatan yang berfokus terhadap bencana gempa bumi
bagaimana menangani dan masyarakat Kecamatan Wedi dalam
mempersiapkan diri untuk menghadapi kategori siap, dengan diperoleh nilai
bencana mulai dari mengetahui apa itu persentase 70,9%.
bencana, apa cirinya, dan bagaimana cara Menurut Soehatman Ramli (2010),
menghadapinya untuk meminimalisir pada tingkat pengembangan dan
setiap resiko yang di timbulkan. Definisi pemeliharaan kesiapsiagaan, berbagai
bencana, penyebab bencana, persiapan usaha perlu di lakukan untuk
untuk menghadapinya, dan informasi menggandakan elemen penting seperti
adalah hal yang sangat dasar untuk kemampuan koordinasi, fasilitas dan
mempersiapkan diri dalam menghadapi system operasional, peralatan dan
bencana. Dari pembahasan di atas, siswa/i persediaan kebutuhan dasar, pelatihan,
telah mengetahui apa itu gempa, apa kesadaran masyarakan dan pendidikan,
cirinya dan bagai mana cara informasi, dan kemampuan untuk
menghadaipinya, berdasarkan data yang menerima beban yang mengikat dalam
di dapatkan, siswa/i telah mampu situasi darurat.
membedakan antara bencana gempa bumi Selanjutnya berdasarkan hasil uji
dan tsunami dan siswa/i juga telah statistik menggunakan uji korelasi
menyadari dalam kondisi bencana Spearman Rho dengan taraf signifikasi α =
tindakan apa yang perlu di lakukan seperti 0.05 dengan P Value 0,000 didapatkan
menyelamatkan diri, menyelamatkan Hasil penelitian bahwa ditemukan
dokumen penting dan lainnya. hubungan yang signifikan antara
Hal ini didasari berdasarkan pengetahuan dengan tingkat
pengalaman yang pernah di alami kesiapsiagaan siswa/i SMA N 9 Takengon
responden yang menyebutkan bahwa terhadap bencana gempa bumi di
responden pernah mengalami atau Kecamatan Ketol Kabupaten Aceh Tengah.
terlibat dalam suatu bencana gempa bumi. Hasil tersebut sesuai dengan
Selain itu, kegiatan lisan seperti pernyataan Ardin Widonartyas (2013)
berkunjung kelokasi gempa dan tsunami dalam penelitiannya menyatakan ada
dapat memberikan dampak yang positif hubungan yang positif dan signifikan dari
terhadap meningkatkan pengetahuan dan pengetahuan, sikap mobilisasi, dengan
kesiapsiagaan dalam menghadapi kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana
bencana. Dikarenakan setiap lokasi yang gempa bumi dengan nilai koefesien
memiliki riwayat bencana dapat menjadi korelasi pengetahuan dengan
alternative pendidikan informal. kesiapsiagaan menghadapi gempa bumi
Hasil penelitian yang menyebutkan p= 0.001.
mayoritas responden memiliki tingkat Pengetahuan merupakan hasil
kesiapsiagaan pada kategori siap dengan mengingat akan suatu hal, termasuk
jumlah 74 responden (77,9%). Hasil mengingat kembali kejadian yang pernah

197
p-ISSN : 2721-5393, e-ISSN : 2721-5385
www.jurnalp3k.com/index.php/J-P3K/index

di alami baik secara sengaja maupun tidak untuk meningkatkan kesiapsiagaan


disengaja dan ini tidak terjadi setelah masyarakat dalam menghadapi bencana.
orang melakukan kontak atau pengamatan Mulai dari peraturan perundang-
terhadap suatu objek tertentu melalui undangan, pendirian badan Negara yang
penginderaaan mengatasi khusus masalah bencana
Berdasarkan hasil penelitian yang di sampai dengan pelatihan yang meliputi
lakukan pada SMA N 9 Takengon simulasi dilakuan demi untuk
mendapatkan hasil pengetahuan bencana meningkatkan pengetahuan serta
yang cukup, namun hal ini kunjung kesiapsiagaan untuk mengurangi resiko
terbalik dengan pernyataan siswa/i yang di timbulkan pada saat bencana
maupun pihak sekolah yang mengatakan terjadi.
belum pernah menerima pelatihan Sekolah sebagai pemegang kebijakan
maupun pengarahan tentang bencana dan keputusan tampaknya belum terbuka
pada mereka. Namun pengetahuan terhadap masalah-masalah kesiapsiagaan
tersebut bisa saja di dapatkaan oleh bencana khususnya bencana gempa bumi.
siswa/I dari sumber informasi lain seperti Hal tersebut terlihat dari hasil jawaban
pengalaman, pendidikan lisan. pada saat dilakukan survey awal. Pihak
Kajian MPBI dan UNESCO yang sekolah mengatakan bahwa sekolah
melakukan penelitian di Nias Selatan belum pernah menerima atau melakukan
mengatakan bahwa pengetahuan tentang pelatihan atau pengenalan bencana
gempa tidak hanya didapatkan dari kepada murid di sekolah tersebut. Namun,
bangku sekolah, namun juga berdasarkan permasalahan tersebut tidak sepenuhnya
pengalaman, media masa dan juga berada pada pihak sekolah. BPBD selaku
lingkungan. Pengetahuan dipengaruhi pemegang kendali sekaligus pengawasan
oleh beberapa faktor yang di antaranya langsung bidang bencana juga memiliki
ialah pendidikan, pekerjaan, umur, minat, peranan sangat penting dalam melakukan
pengalaman, kebudayaan lingkungan upaya-upaya kesiapsiagaan dalam
tempat tinggal, dan informasi yang di menghadapi bencana yang khususnya
dapatkan. pada lingkup kerjanya.
Bencana adalah peristiwa atau Dalam hal sistem peringatan jika
rangkaian peristiwa yang megancam dan bencana gempa terjadi, kesiapsiagaan
mengganggu kehidupan manusia yang di untuk akses mendapatkan informasi,
sebabkan oleh faktor alam maupun non akses untuk menyebarluaskan berita
alam atau kesengajaan manusia sehingga bencana, persiapan atau langkah, sampai
mengakibatkan timbulnya korban jiwa, penyiapan kelompok khusus yang
kerusakan, kerugian harta benda, dan berkaitan dengan kesiapsiagaan juga
dampak psikologis. Menurut BNPB (2010) belum tampak pada sekolah tersebut.
bencana dibagi menjadi 13 point yang Perawat sendiri memiliki pegaruh
salah satu di antaranya yang sering terjadi besar meningkatkan pengetahuan dan
adalah gempa bumi. kesiapsiagaan masyarakat dalam
Penganganan, penganggulangan dan menghadapi bencana. Ada 3 peranan
pencegahan terus menerus di upayakan penting yang di miliki perawat dalam

198
p-ISSN : 2721-5393, e-ISSN : 2721-5385
www.jurnalp3k.com/index.php/J-P3K/index

bencana. Meliputi fase pre-impact atau Tengah tahun 2017 dengan nilai
kegiatan pra bencana, fase impact atau signifikan P= 0.000.
saat bencana, dan fase post impact setelah
terjadi bencana (Efendi & Makhfud, 2009). DAFTAR PUSTAKA
Semua kegiatan tersebut dapat di Aceh, A. R. (2016). Pengaruh Metode Focus Group
jalankan apabila pengetahuan tentang Discussion Terhadap Kesiapsiagaan
bencana dan di terapkan dengan baik, Bencana Gempa Bumi di SMK Negeri 1
Alo'oa Kota Gunung Sitoli. Medan: STIKes
pengetahuan tersebut akan meningkatkan
Rumah Sakit Haji Medan.
kesiapsiagaan terhadap suatu bencana BNPB. (2013). Pilot Survey Pengetahuan, Sikap dan
yang akan di hadapi. Perilaku Kesiapsiagaan Menghadapi
Berdasarkan hasil uji statistik dan Bencana Kota Padang. Badan Nasional
pembahasan di atas, dapat di simpulkan Penanggulangan Bencana.
bahwa pengetahuan yang cukup BNPB. (2010). Rencana Nasional Penanggulangan
Bencana 2010-2014. Jakarta: Badan Nasional
mempengaruhi tingkat kesiapsiagaan
Penanggulangan Bencana.
siswa/i dalam hal ini pada kategori Siap, Efendi, F., & Makhfud. (2009). Keperawatan
sehingga dapat di pastikan siswa/i SMAN Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik
9 Takengon Siap dalam menghadapi Dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba
bencana gempa bumi. Medika.
Hendrianto. (2012). Pemanfaatan Media
SIMPULAN Tradisional dalam Membangun
Kesiapsiagaan Masyarakat Menghadapi
Berdasarkan penelitian yang
Bencana. Dipetik Maret 2, 2012, dari
dilakukan di Sekolah Menengah Atas http://madina.co.id/index.php/opini/4721-
Negeri 9 Takengon Kecamatan Ketol pemanfaatan-media-tradisional-dalam-
Kabupaten Aceh Tengah tentang membangun-kesiapsiagaan-masyarakat-
hubungan pengetahuan dengan tingat menghadapi-bencana.html
kesiapsiagaan siswa/i terhadap bencana Insan, K. G. (2011). Manajemen Bencana Pada
Kegiatan Prabencana (Studi Kasus di Desa
gempa bumi di dapatkan kesimpulan
Kemiri Kecamatan Pati Kabupaten Jember).
sebagai berikut:
Jember: Ps IKM Universitas Jember.
1. Mayoritas pengetahuan terhadap Kesehatan, M. (2001). Keputusan Menteri
bencana gempa bumi siswa/i di Kesehatan RI Nomor
SMAN 9 Takengon memiliki 1357/Menkes/SK/XII/2001. Standar Minimal
pengetahuan pada kategori cukup Penanggulangan Masalah Kesehatan Akibat
2. Mayoritas tingkat kesiapsiagaan Bencana dan Penanganan Pengungsi .
Mubarak, W. (2011). Promosi Kesehatan
menghadapi bencana gempa bumi
Masyarakat untuk Kebidanan. Jakarta:
siswa/i SMAN 9 Takengon berada Salemba Medika.
pada kategori siap Nurasalam. (2013). Metode Penelitian Ilmu
3. Ada hubungan yang signifikan antara Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
pengetahuan dengan tingkat Santjaka, A. (2011). Statistik Untuk Penelitian
kesiapsiagaan terhadap bencana Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Setiadi. (2013). Konsep dan Praktik Penulisan Riset
gempa bumi di SMAN 9 Takengon
Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Kecamatan Ketol Kabupaten Aceh
Situmorang, L. L. (2015). Analisis Kesiapsiagaan
Dinas Kesehatan Terhadap Penanggulangan

199
p-ISSN : 2721-5393, e-ISSN : 2721-5385
www.jurnalp3k.com/index.php/J-P3K/index

Bencana di Kota Medan. Medan: Ps IKM


USU.
Soehatman, R. (2010). Pedoman Praktis
Manajemen Bencana. Jakarta: Dian Rakyat.
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan
Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Syafrizal. (2013). Tingkat Pengetahuan
Kesiapsiagaan dan Partisipasi Masyarakat
dalam Pembangunan Jalur Evakuasi
Tsunami di Kota Padang. Padang: FIS
Universitas Negeri Padang.
Wawan, & A, D. (2011). Teori dan Pengukuran,
Sikap dan Perilaku Masyarakat. Yogyakarta:
Muha Medika.
WHO-WPR. (2003). Emergency Response
Manual. Guidelines WHO Representatives
And Country Offices In The Western Pacific
Region .
Widonartyas, A. (2013). Kesiapsiagaan Masyarakat
Dalam Menghadapi Bencana Gempabumi di
Kecamatan Wdi Kabupaten Klaten.
Surakarta: Universitas Muhammadiyah
Surakarta.

200

Anda mungkin juga menyukai